Anda di halaman 1dari 38

INTERPRETASI

DATA LAB
PART 2

LINA ESTARI E., M. Sc.,


Apt.
TUJUAN MATA KULIAH

Menginterpretasikan data laboratorium dan pemeriksaan penunjang khususnya terkait


penggunaan obat, yaitu pemahaman nilai normal dan implikasi perubahannya pada sistem :
1. sistem gastrointestinal
2. Pernafasan
3. sistem syaraf & kesehatan jiwa
TABLE OF CONTENTS :

IDL pada Saluran cerna IDL pada sistem pernafasan

01 03
IDL pada sistem syaraf Contoh kasus

02 04
Saluran cerna
Gangguan saluran cerna antara
lain : diare, konstipasi, ulkus,
hemorrhoid, hepatologi
(hepatitis, sirosis )
Saluran cerna : mual, muntah, diare

● Kasus mual muntah, diare, lazimnya tidak ada data lab khusus. Kecuali apabila diare disertai
dengan lendir atau darah atau diare berlangsung lama.
● Diare yang disertai lendir, darah, dicurigai adanya mikroorganisme patogen menjadi penyebabnya.
Parasit seperti cacing bisa diketahui dari pemeriksaan feses. Sedangkan bakteri diketahui dari
pemeriksaan hematologi peningkatan leukosit, ditunjang dengan kultur feses.
● Pada diare yang berlangsung lama, dicurigai adanya chron’s disease, atau kemungkinan diare
merupakan infeksi oportunitis akibat penyakit lain misalnya HIV. Dokter akan melakukan assessment
gejala-gejala lain pada pasien sehingga pemeriksaan klinik penunjang yang dibutuhkan tergantung
pada kondisi fisik pasien.
● Pada pasien yang mengarah ke chron’s disease maka diperlukan endoskopi/colonoscopy
● Pada pasien yang mengarah ke HIV maka diperlukan pemeriksaan HIV.
Contoh pemeriksaan feses Contoh pemeriksaan urin
Contoh hasil endoskopi
Saluran cerna : hemoroid

● Kasus BAB disertai darah, dokter juga akan menganalisa apakah pasien tersebut
hemoroid ataukah penyakit lain.
● Pemeriksaan biasanya dilakukan dengan inspeksi daerah perianal untuk melihat
apakah terdapat hemoroid externa, lesi kulit, rash/ kemerahan pada kulit, dll
● Apabila inspeksi kurang, dilakukan pemeriksaan colok dubur untuk mengetahui
letak hemoroidnya, mengukur kekuatan sfingter ani, dll
● Tidak ada pemeriksaan lab kecuali jika pendarahan pasien banyak, maka
dilakukan pemeriksaan panel anemia.
● Pemeriksaan penunjang : kolonoskopi
Saluran cerna : hepatologi

● Kasus hepatologi yang umum dijumpai adalah hepatitis, sirosis hepatis, fatty liver,
dan hepatoma
● Tes fungsi hati adalah tes yang menggambarkan kemampuan hati untuk mensintesa
protein (albumin, globulin, faktor koagulasi) dan memetabolisme zat yang
terdapat di dalam darah.
● Data lab meliputi : albumin, ALT/Alanin Aminotransferase (dulu disebut SGPT),
AST/ Aspartat Aminotransferase (dulu disebut SGOT), protrombine time, gamma
GT, alkaline phosphatase (ALP), bilirubin, Lactat dehidrogenase (LDH),
albumin

● Albumin adalah protein yang di sintesa oleh hati


● Albumin membantu transport beberapa komponen darah, seperti: ion, bilirubin, hormon,
enzim, obat.
● Nilai Normal : 3,5 – 5,0 g%
Alanin aminotransferase (ALT) /SGPT

● Konsentrasi enzim ALT yang tinggi terdapat pada hati. ALT juga terdapat pada
jantung, otot dan ginjal. ALT lebih banyak terdapat dalam hati dibandingkan
jaringan otot jantung dan lebih spesifi k menunjukkan fungsi hati daripada AST.
● Peningkatan kadar ALT dapat terjadi pada penyakit hepatoseluler, sirosis aktif,
obstruksi bilier dan hepatitis.
● Beberapa obat juga meningkatkan kadar ALT
● Nilai peningkatan yang signifi kan adalah dua kali lipat dari nilai normal.
● Nilai normal : 5-35 U/L
Aspartat aminotransferase (AST)/SGOT

● AST adalah enzim yang memiliki aktivitas metabolisme yang tinggi, ditemukan di
jantung, hati, otot rangka, ginjal, otak, limfa, pankreas dan paru-paru.
● Penyakit yang menyebabkan perubahan, kerusakan atau kematian sel pada jaringan
tersebut akan mengakibatkan terlepasnya enzim ini ke sirkulasi.
● Peningkatan kadar AST dapat terjadi pada Miokard Infark, penyakit hati,
pankreatitis akut, trauma, anemia hemolitik akut, penyakit ginjal akut, luka bakar
parah dan penggunaan berbagai obat, misalnya: isoniazid, eritromisin, kontrasepsi oral
● Nilai normal : 5 – 35 U/L
Gamma GT

● GGT terutama terdapat pada hati, ginjal; terdapat dalam jumlah yang lebih
rendah pada prostat, limfa, dan jantung.
● Enzim ini merupakan marker (penanda) spesifik untuk fungsi hati dan kerusakan
kolestatis dibandingkan ALP.
● Peningkatan kadar GGT dapat terjadi pada kolesistitis, kolelitiasis, sirosis,
pankreatitis, atresia billier, obstruksi bilier, penyakit ginjal kronis, diabetes
mellitus, pengggunaan barbiturat, obat-obat hepatotoksik
● Jika terjadi peningkatan hanya kadar GGT (bukan AST, ALT) bukan menjadi
indikasi kerusakan hati.
● Nilai normal : Laki-laki ≤94 U/L , Perempuan ≤70 U/L
Alkali phosphatase /ALP

● Enzim ini berasal terutama dari tulang, hati dan plasenta. Konsentrasi tinggi dapat ditemukan
dalam kanalikuli bilier, ginjal dan usus halus.
● Pada penyakit hati kadar alkali fosfatase darah akan meningkat karena ekskresinya terganggu
akibat obstruksi saluran bilier
● Peningkatan ALP terjadi karena faktor hati atau non-hati. Peningkatan ALP karena faktor hati
terjadi pada kondisi : obstruksi saluran empedu, kolangitis, sirosis, hepatitis metastase,
hepatitis, kolestasis.
● Peningkatan ALP karena faktor non-hati terjadi pada kondisi : penyakit tulang, kehamilan,
penyakit ginjal kronik, limfoma, beberapa malignancy, penyakit inflamasi/infeksi, pertumbuhan
tulang, penyakit jantung kongestif
● Nilai normal : 30 - 130 U/L
bilirubin

● Bilirubin terjadi dari hasil peruraian hemoglobin dan merupakan produk antara
dalam proses hemolisis. Bilirubin dimetabolisme oleh hati dan diekskresi ke dalam
empedu sedangkan sejumlah kecil ditemukan dalam serum.
● Peningkatan bilirubin terjadi jika terdapat pemecahan sel darah merah berlebihan
atau jika hati tidak dapat mensekresikan bilirubin yang dihasilkan.
● dua bentuk bilirubin yaitu bentuk tidak langsung/tidak terkonjugasi dan bentuk
langsung/terkonjugasi
● Peningkatan kadar bilirubin tidak terkonjugasi dapat terjadi pada anemia hemolitik,
trauma disertai dengan pembesaran hematoma, infark pulmonal, kanker pankreas dan
kolelitiasis
Sistem Pernafasan
Gangguan pada sistem pernafasan
antara lain : bronkhitis, pneumonia,
tuberculosis (TB)
Pemeriksaan pada sistem pernafasan

a. Pemeriksaan laboratorium, meliputi pemeriksaan sputum dan analisa gas darah.


b. Pemeriksaan penunjang, misalnya broncoscopy, foto thorax, biopsi paru, dll
Pemeriksaan sputum

a. Pemeriksaan sputum diperlukan apabila diduga terdapat penyakit pada paru.


b. Pemeriksaan pada sputum meliputi :
1. warna, bau, viskositas :
warna tertentu menunjukkan indikasi tertentu pula, misal sputum hitam menunjukkan
antrakosis (debu batubara), warna karat dan kental menunjukkan pneumonia, kuning
kehijauan menunjukkan adanya pseudomonas. tetapi pemeriksaan ini hanya pemeriksaan awal
yang bersifat dugaan, tidak memberikan kesimpulan.
2. pewarnaan gram
untuk mengidentifikasi organisme patogen termasuk gram positif/negatif. Membantu
mengarahkan identifikasi jenis organisme apabila kultur tidak tersedia, membantu pemilihan
antibiotika apabila kultur tidak tersedia.
Pemeriksaan sputum

3. kultur
untuk mengidentifikasi organisme spesifik. Berfungsi untuk penegakan diagnosa dokter
dan alasan pemilihan antibiotik untuk menjaga rasionalitas terapi.
4. basil tahan asam (BTA)
untuk menentukan adanya Mycobacterium tuberculosa/tidak.
5. sitologi
untuk menentukan ada/tidaknya karsinoma/keganasan pada paru/tidak.
Analisa Gas Darah

Pemeriksaan penunjang yang bertujuan untuk mengetahui keseimbangan asam basa, tekanan
oksigen, saturasi oksigen,dll
Hasil analisa gas darah dikatakan normal jika:
● pH darah arteri: 7,38-7,42.
● Tingkat penyerapan oksigen (SaO2) : 94-100%.
● Tekanan parsial oksigen (PaO2) : 75-100 mmHg.
● Tekanan parsial karbon dioksida (PaCO2) : 42-38 mmHg.
● Bikarbonat (HCO3) : 22-28 mEq/L.
pH darah Bikarbonat PaCO2 Kondisi Penyebab Umum

<7,38 Rendah Rendah Asidosis metabolik Gagal ginjal, syok,


ketoasidosis diabetik.
>7,42 Tinggi Tinggi Alkalosis metabolik Muntah yang bersifat
kronis, hipokalemia.
<7,38 Tinggi Tinggi Asidosis respiratorik Penyakit paru,termasuk
pneumonia atau penyakit
paru obstruktif kronis
(COPD).
>7,42 Rendah Rendah Alkalosis Saat nyeri atau cemas
respiratorik
Sistem Syaraf
Gangguan pada sistem syaraf
antara lain : stroke infark,
stroke perdarahan.
Pemeriksaan pada sistem syaraf

● Pemeriksaan penunjang : CT scan, MRI, EEG, EKG


- Computed Topography (CT) scan merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk melihat
apakah jenis stroke pendarahan atau infark, letak infark, luas perdarahan, letak
perdarahan.
- Magnetic Resonance Imaging (MRI) diperlukan apabila CT scan tidak bisa memberikan
kesimpulan, misalnya pada kasus tumor otak
- Electro Encephalo Gram (EEG) untuk melihat abnormalitas kelistrikan otak, misalnya pada
kasus kejang, atau menentukan apakah ada tumor/keganasan di otak.
- Electro Cardio Gram (EKG) untuk melihat apakah stroke infark disebabkan oleh infark
pada jantung
Pemeriksaan pada sistem syaraf

● Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, kolesterol, kadar gula darah, faal ginjal, elektrolit, faal
hemostasis (trombosit, protrombin time PT, aPTT)
● Darah lengkap : untuk mengetahui kondisi yang bisa mempengaruhi stroke, misalnya anemia dll
● Kolesterol : erat berhubungan dengan aterosklerosis,suatu pemicu terjadinya emboli pada kapiler darah
sehingga menyebabkan iskemik pada area setelah emboli.
● Elektrolit dan faal ginjal, apabila terdapat gangguan maka bisa dilakukan koreksi elektrolit, faal
ginjal terutama untuk menentukan dosis obat apakah diperlukan modifikasi/tidak.
● Protrombin time dan aPTT berhubungan dengan penggunaan trombolitik dan antikoagulan., untuk menguji
pembekuan darah melalui jalur ekstrinsik dan jalur bersama yaitu faktor pembekuan VII, X, V,
protrombin dan fibrinogen, untuk memantau efek antikoagulan
Pemeriksaan pada sistem syaraf

● Darah lengkap : lihat Hb, HCT, RBC, jika terdapat anemia, lihat MCV, MCH, MCHC.
Anemia merupakan faktor resiko terjadinya stroke.
● Kolesterol : lihat LDL, kolesterol total, HDL, dan TG. Hiperkolesterolemia memicu
terbentuknya aterosklerosis yang berpotensi menjadi emboli apabila rupture
● Elektrolit : natrium, kalium, calsium, klorida
NATRIUM

● Fungsi natrium = mempertahankan volume cairan tubuh. Natrium banyak di plasma


(ekstracell). Ekskresi oleh ginjal, dibuang melalui kulit (keringat)
● Hipernatremia bisa terjadi karena terlalu banyak berkeringat atau penurunan
volume cairan plasma, misalnya diare, dehidrasi (karena kurang minum atau
penggunaan diuretik), atau gangguan fungsi glomerolus pada ginjal.
● Hipernatremia menyebabkan lisisnya sel neuron.
● Hiponatremia bisa disebabkan oleh terlalu banyak minum air
● Hiponatremia menyebabkan odem sitotoksik
KALIUM
● Berfungsi penting untuk mengatur irama jantung.
● Banyak terdapat di cairan intrasel.
● Hiperkalemia bisa disebabkan oleh gagal ginjal, dehidrasi berat, atau penggunaan ACEI/
ARB dan spironolacton
● Hiperkalemia menyebabkan aritmia hingga henti jantung
● Hipokalemia (<3,5 mmol/l) disebabkan oleh gangguan ginjal dan diare yang hebat,
muntah, atau penggunaan obat pencahar dalam jangka lama.
● Hipokalemia menyebabkan gangguan irama jantung, ileus paralitik, henti nafas
CONTOH KASUS

Penekanan pada hubungan antara


interpretasi data lab, diagnosa, terapi
serta bagaimana cara mengidentifikasi
DRPs. Untuk solusi DRP akan lebih
banyak dipelajari di matakuliah/bab
lain.
Langkah-langkah Apoteker memberikan Rekomendasi untuk suatu kasus adalah :

1. Melakukan rekonsiliasi yaitu membandingkan obat yang semula rutin diminum pasien dengan obat di IGD
dan di rawat inap. Apakah ada obat lain yang rutin diminum pasien tapi tidak diberikan dalam regimen
terapi? Jika ada, maka perlu persetujuan dokter apakah obat tersebut dilanjut/stop.
2. Melakukan interview dengan pasien/keluarga pasien tentang informasi yang dibutuhkan tetapi belum
ditulis di rekam medis, misalnya riwayat minum obat, cara minum obat, pola makan, kebiasaan merokok,
dll. Apoteker bisa memberikan usul pada dokter jika menemukan hal-hal yang kurang pas.
3. Melakukan Pemantauan Terapi Obat dimulai dari menentukan problem medis (bisa diagnosa, bisa hasil
lab yang tidak normal), kemudian menelaah regimen terapi. Apakah semua problem medik telah
mendapatkan terapi? Jika tidak, maka hal itu bisa menjadi DRP.
4. Membandingkan terapi yang diperoleh pasien dengan “guidelines” kasus tersebut. Idealnya masing-
masing RS mempunyai Clinical Pathway/Pedoman Terapi sehingga semua nakes mempunyai acuan yang
seragam. Jika ada yang berbeda, telaah mengapa terapi berbeda dengan pedoman. Sudah tepatkah
terapi pasien? Jika ada yg tidak tepat bisa menjadi DRP
5. Hasil telaah bisa menjadi DRP. Solusi/pemecahan masalah atas DRP yang timbul bisa direkomendasikan
ke dokter.
CONTOH KASUS 1

Tn. MS (50 th, 67 kg) datang ke IGD kemarin dengan kondisi kaki kanan luka, bengkak, dan nyeri.
Sekarang pasien ada di bangsal penyakit dalam. Pasien mempunyai riwayat Diabetes Mellitus sejak 5
tahun yll. Pasien mengaku rutin minum obat glibenklamid 1x sehari, hanya beberapa kali terlewat. Tanda
vital pasien (tensi, suhu, RR, nadi) normal.

Data lab Diagnosa dokter Terapi


• GDA = 325 mg/dl • Infus NaCl 0,9% 14 tpm
• WBC = 49.250/uL • DM hiperglikemia • Ceftriaxon iv 2x1 gr
• Albumin = 2,61 g/dl • Selulitis pedis dextra • Metronidazol infus iv 3x500
• Na+ = 131 mmol/L • leukositosis mg
• Cholesterol =579 mg/dl • Insulin RCI 2x4 iu iv (di IGD)
• TG = 577 mg/dl • Maintenance novorapid 3x4 iu
• BUN = 48 mg/dl sc
• Cr = 1.6 mg/dl • Santagesic iv 3x500 mg
• Ranitidin iv 2x50 mg
• Fucilex salep 3x/hari
• Antasida sirup 3x1 cth po
• Clopidogrel 1x75 mg po
• Atorvastatin 0-0-20 mg po
• Rawat luka 3xsehari

Adakah rekomendasi Apoteker?


Problem medik/penunjang Terapi Langkah mencari DRP
DM hiperglikemia/GDA Insulin RCI 2x4 iu iv (di IGD) Cek dosis
Maintenance novorapid 3x4 iu sc

Selulitis pedis dextra Santagesic iv 3x500 mg Cek regimen terapi dg guidelines


Rawat luka 3xsehari
Fucilex salep 3x/hari

Leukositosis/WBC Ceftriaxon iv 2x1 gr Cek rasionalitas dg guidelines, monitor suhu, nadi,


Metronidazol infus iv 3x500 mg RR, WBC pasien

Hiperkolesterolemia/chol, TG Atorvastatin 0-0-20 mg po Cek rasionalitas, Monitor kolesterol, monitor efek


samping
Hipoalbuminemia/alb - Jika belum ada terapi boleh diusulkan. Perlu
dipikirkan usul diberikan apa? Apakah diet cukup
ataukah butuh albumin infus?

Peningkatan nilai faal ginjal/BUN, cr - Cek klirens creatinin dulu, apakah terjadi
gangguan ginjal? Apakah perlu diterapi? adakah
obat yang perlu dimodifikasi dosisnya?

? Ranitidin, antasida, clopidogrel untuk Cari tahu apakah dokter memprediksi ada DVT?
terapi apa? Apakah pasien punya riwayat penyakit jantung?
Riwayat gastric ulcer? Resiko bleeding?

hiponatremia - Perlukah dikoreksi? Cari tahu rumus koreksi


elektrolit., monitor elektrolit

Adakah interaksi obat-obat? obat-makanan? Obat-kondisi klinis?


CONTOH KASUS 2

Tn. H (52 th, 71 kg) datang ke RS dengan keluhan batuk sejak 2 bulan yll, sesak kadang-kadang, pilek
sejak 1 minggu yll, lemas. Tanda vital : Tensi 160/100 mmHg, Nadi 80-20x/menit, suhu 36ᵒC

Data Penunjang Diagnosa dokter Terapi


• EKG = AF rapid 80-120x/menit • CKD st. V • Infus NaCl 0,9% 14 tpm drip
• Foto thorax : cardiomegali • Cardiomegali meylon 50 meq
dengan oedema pulmonum, efusi • AF rapid • Infus D5% 7 tpm
pleura bilateral • Ceftriaxon 2x1 gr
• GDA = 128 mg/dl • Furosemid injeksi 1x20 mg
• Albumin = 2,33 g/dl • Drip neurosanbe 2x1 ampul
• BUN = 120 mg/dl • Nabic tabet 3x500 mg
• Cr = 16,0 mg/dl • Amlodipin 5 mg tablet 1-0-0
• UA = 17,61 mg/dl • CaCO3 tablet 3x1
• Na+= 126 mmol/l (hiponatremi) • Asam folat tablet 3x1 mg
• K+ = 3,4 mmol/l (hipokalemi) • Allopurinol 300 mg 1-0-0
• WBC = 16500/uL • Valsartan 80 mg 0-1-0
• Clopidogrel 75 mg 0-1-0
• Mecobalamin tablet 3x500 mg

Apa rekomendasi Anda sebagai Apoteker bangsal?


Problem medik/penunjang Terapi Langkah mencari DRP
CKD st. V / BUN, cr, albumin Nabic tabet 3x500 mg Cari guideline terapi CKD, bandingkan dengan
CaCO3 tablet 3x1 terapi pasien. Apakah ada yang kurang?
Asam folat tablet 3x1 mg
Cardiomegali / foto thorax Furosemid injeksi 1x20 mg

AF rapid/ EKG Cari guideline terapi cardiomegali dengan AF


rapid

HIpoalbuminemia -

hipertensi Amlodipin 5 mg tablet 1-0-0 Cek dosis. Perlukah modifikasi?


Valsartan 80 mg 0-1-0

leukositosis Ceftriaxon 2x1 gr Cek dosis. Perlukah modifikasi?

hiperuricemia Allopurinol 300 mg 1-0-0 Cek dosis. Perlukah modifikasi?

hiponatremia Infus NaCl 0,9% 14 tpm drip meylon Cek rumus koreksi natrium.
50 meq

? Drip neurosanbe 2x1 ampul Untuk indikasi apa? Adakah problem medik
Clopidogrel 75 mg 0-1-0 lain?
Mecobalamin tablet 3x500 mg

Adakah interaksi obat?


CONTOH KASUS 3

Tn. E (41 th, 60 kg) datang ke RS dengan keluhan kelemahan anggota gerak kanan mulai ± jam sebelum
MRS, sulit berbicara

Data Penunjang Diagnosa dokter Terapi

• TD = 160/100 mmHg, naik • Stroke ICH • infus NaCl 0,9% 14 tpm


menjadi 180/110 mmHg pada • hiponatremia • drip NaCl 3% 500 ml 10
hari ke-5 tpm
• CT scan = ICH 8,7 ml, IVH, • Citikolin 3x250 mg iv
Brain injury • Drip Neurosanbe 2x1 ampul
• Na+ = 120 mmol/L • Santagesic 3x1 gr iv
• Lab lain lain normal • Omeprazol 1x40 mg iv
• Farmabes 50 mg 13 ml/jam
• Manitol 300 ml/ 20 menit
lanjut drip 6x150 ml
• Amlodipin 0-0-5 mg
• Candesartan 8 mg 1-0-0
Apa rekomendasi Anda sebagai Apoteker bangsal?
CONTOH KASUS 4
● Tn. MJ (53 th, 77 kg) datang ke IGD dengan keluhan penurunan kesadaran, tubuh lemas. Keluarga
pasien menuturkan bahwa Tn. MJ mempunyai riwayat asam urat tinggi dan diabetes mellitus. Ruas jari
tangan pasien kemerahan dan bengkak. Riwayat obat yang diminum di rumah adalah Metformin 3x500 mg
dan allopurinol 1x300 mg tetapi pasien merasa gatal tiap kali minum allopurinol sehingga obat tersebut
jarang diminum.

Data Penunjang Diagnosa dokter Terapi

• GDA = 91 mg/dl • Hipoglikemia • Infus D10% 14 tpm


• CT scan = kesan edema • Diabetes Mellitus • Infus D40 3 fls di IGD
cerebri, tidak nampak • Gout artritis • Infus Asering : D5% = 1:1
infark/perdarahan/massa 20 tpm di ruang rawat inap
• WBC = 6930/uL • Ranitidin 2x50 mg iv
• PLT = 185.000/uL • Obat DM dari rumah di
• Cholesterol = 225 mg/dl stop
• TG = 453 mg/dl • Allopurinol 300 mg 1x1
• Hbs Ag = negatif tablet
• Kolkisin 3x1 tablet
• Paracetamol prn 3x500 mg
tablet
Apa rekomendasi Anda sebagai Apoteker bangsal?
DISCUSSION
Untuk contoh 3 dan 4, Ada beberapa obat yang
Coba buat tabel berperan neningkatkan atau
Bagi kelas menjadi 4 menurunkan nilai data lab
kelompok. Diskusikan langkah-langkah
menemukan DRP seperti pasien.
data lab contoh kasus
diatas, Perhatikan contoh 1 dan 2
Tugas kelompok :
bahwa tidak semua obat apa saja yang
data lab harus mempengaruhi nilai data lab
ditulis di PTO tertentu beserta mekanisme
apoteker aksinya

kelp 1 : BUN dan creatinin


kelp 2 : AST, ALT, GGT
kelp 3 : elektrolit
kelp 4 : glukosa darah, T3,
T4
THANKS
Does anyone have any questions?

Anda mungkin juga menyukai