Anda di halaman 1dari 2

RANGKUMAN ARSITEKTUR TROPIS

29 Agustus 2020

NAMA : AFZAL ABILAIS

NIM : 03061281924031

Iklim merupakan kondisi rata rata cuaca pada suatu wilyah dalam jangka waktu yang
panjang. Berbeda dengan cuaca itu sendiri yang senantiasa dapat berubah setiap hari, jam
maupun menit.

Iklim di dunia dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan beberapa klasifikasi. Pada
umumnya seperti iklim tropis, sub tropis, sedang dan dingin. Iklim tropis berada pada garis
khatulistiwa bumi, iklim dingin berada di bagian kutub kutub bumi, dan iklim sedang dan sub
tropis berada diantara garis khatulistiwa dan kedua kutub. Pembangian iklim diatas
merupakan pembagian iklim yang lazim kita dengar. Pembagian iklim tersebut berdasarkan
intensitas cahaya matahari.

Banyak para ahli yang mengklasifikasikan iklim dengan caranya masing masing, seperti.

Tipe Iklim Koppen, Koppen memperkenalkan mengklasifikasian iklim berdasarkan rata rata
suhu dan curah hujan bulanan dan tahunan. Sistem klasifikasi ini termasuk yang paling
berhasil, iklim di permukaan bumi dibagi berdasarkan ciri-ciri yang menentukan
pertumbuhan vegetasi sehingga berguna bagi manusia dan hewan.

Selanjutnya Klasifikasi Iklim Schmidt- Ferguson, klasifikasi iklim ini banyak digunakan di
Indonesia, karena klasifikasi ini berdasarkan pada curah hujan, mendasari sistem klasifikasi
iklim ini untuk Indonesia dengan sifat basah dan keringnya bulan.

Kemudian Tipe Iklim Mohr, sama seperti Schmidt- Ferguson, tipe iklim Moht juga
mengklasifiksikan iklim berdasarkan curah hujan pada suatu wilayah. Klasifikasi Iklim Mohr
mendasarkan hubungan antara penguapan dan besarnya curah hujan. Asumsi untuk
penguapan / evaporasi (E) adalah 2 mm per hari. Klasifikasi ini menghasilkan pembagian
iklim menjadi 5 berdasarkan tingkat kelembabannya menjadi, basah, agak basah, agak kering,
kering dan sangat kering.

Setelah itu tipe iklim oldeman, Oldeman juga menggunakan curah hujan sebagai
pengklasifikasian iklim, namun yang membedakannya dengan Mohr adalah Mohr
mendasarkan pada evaporasi tiap hari 2 mm hasilnya terdapat 5 kelas iklim dengan tingkat
kelembaban antara basah hingga sangat kering. Adapun Oldeman menentukan klasifikasi
iklim berdasarkan kebutuhan air untuk persawahan dan palawija, sehingga penentuan tipe
iklim menurut Oldeman terutama digunakan dalam usaha pertanian di Indonesia.
Ada juga pengklasifikasian iklim Junghuhn yang menghubungkan antara kondisi iklin dengan
ketinggian, namun hal tersebut kurang akurat, karena kondisi ketinggian pada setiap daerah
satu akan berbeda dengan daerah lainya.

Menghadapi permasalahan perbedaan iklim pada setiap wilayah tersebut seorang arsitek di
tuntut untuk bisa selalu tanggap membuat hunian yang selalu bisa merespon iklim/ mengubah
iklim pada dalam bangunan menjadi lebih nyaman. Seperti halnya iklim tropis kita yang
memiliki musim kemarau dan hujan. Kita harus bisa merespon iklim tersebut pada bangunan
kita agar menjadi nyaman, seperti dengan membuat tritisan ada atap, sehingga air hujan yang
jatuh tudak masuk kedalam ruangan dan cahaya matahari yang panas pada siang hari dapat
diminimalisir.

Kemudian pada arsitektur sub tropis pada umumnya memiliki tembok yang besar dan masif
dengan bukaan yang di minimalisir, hal ini di peruntukan untuk musim salju, karena salju
akan menumpuk diatap sehingga diperlukan bangunan yang kuat dan tebal untuk menahan
berat dan dinginnya salju.

Oleh karena itu, pengaruh iklim sangat besar pada arsitektur. Iklim dapat mengubah corak,
sifat dan gaya pada bangunan. Karena bangunan di tuntut untuk bisa menyesuaikan diri
dengan iklim agar manusia yang hidup didalam nya senantiasa aman dan nyaman.

Anda mungkin juga menyukai