Anda di halaman 1dari 8

1.

Pengertian Perawatan Kaki

Perawatan kaki pada klien Diabetes Mellitusadalah salah satu pencegahan terjadinya kaki
diabetik. (waspandji, 2007) sedangkan menurut word diabetes foundation( WDF),
2013;Huang dan chin, 2013 perawatann kaki Diabetes Mellitus adalah tindakan untuk
mencegah luka pada kaki klien Diabetes Mellitusyang meliputi tindakan seperti pemeriksaan
kaki, mencuci kaki dengan air dengan benar, mengeringkan kaki, menggunakan pelembab,
memakai alas kaki, dan melakukan pertolongan pertama jika terjadi cedera.

Foot Careatau Perawatan Kaki juga sangat penting untuk klien yang menderita diabetes
mellitus Karena perawatan bisa mecegah komplikasih dari diabetes mellitussemakin parah.
Karenasenam kaki dan perawatan kaki jika tidak dilakukansecara teratur akan menyebabkan
komplikasi Diabetes Mellitus semakin banyak, contohnya masalah sensitivitas kaki. Dari
sensitivitas kaki jika tidak dilakukan senam kaki dan perawatan kaki dengan teratur akan
menyebabkan ulkus diabetikum atau diabetic foot.Ulkus kaki diabetik disebabkan oleh proses
neuropati perifer, penyakit arteri perifer (peripheral arterial disease), ataupun kombinasi
keduanya.Diabetes mellitus merupakan penyakit menahun yang akan di derita seumur hidup
oleh penderitanya (Perkeni, 2015).

Senam kaki salah satu terapi yang dilakukan perawatkepada klien diabetes melitus. Senam ini
bertujuan untuk melancarkan peredaran darah yang terganggu karena senam kaki diabetes
dapat membantu memperkuat otot-otot kaki. Senam kaki diabet ini bertujuan untuk
memperbaiki sirkulasi darah sehingga nutrisi kejaringan lebih lancar, memperkuat otot-otot
kecil, otot betis, dan otot paha, serta mengatasi keterbatasan gerak sendi yang sering dialami
oleh penderita diabetes mellitus, (Wibisono, 2009)

2.Cara Perawatan Kaki


Menurut WDF (2013), National Diabetes Education Program (NDEP) (2014), dan ADA (201
4) penderita Diabetes Mellitusperlu melakukan perawatan kaki untuk mencegah terjadinya ka
ki diabetik. Beberapa cara melakukan perawatan kaki Diabetes Mellitusmeliputi:
1.Memeriksa keadaan kaki setiap hari
2.Melihat dan perhatikan keadaan kaki setiap hari. Periksa adanya luka, lecet, kemerahan, be
ngkak atau masalah pada kuku.
3)Menggunakan kaca untuk mengecek keadaan kaki, bila terdapat tanda-tanda tersebut segera
hubungi dokter.
Menjaga kebersihan kaki :
1)Bersihkan dan mencuci kaki setiap hari dengan menggunakan air hangat (bukan air panas).
2)Bersihkan menggunakan sabun lembut sampai ke sela-sela jari kaki.
3)Keringkan kaki menggunakan kain atau handuk bersih yang lembut sampai ke sela jari kaki.
4)Berikan pelembab pada kaki, tetapi tidak pada celah jari-jari kaki. Pemberian bertujuan unt
uk mencegah kulit kering.
Pemberian pelembab pada celah jari tidak dilakukan karena akan berisiko terjadinya infeksi o
leh jamur.
5.Memotong kuku kaki dengan benar:
- Memotong kuku lebih mudah dilakukan sesudah mandi, sewaktu kuku lembut.
- Gunakan gunting kuku yang dikhususkan untuk memotong kuku. - Memotong kuku kaki se
cara lurus, tidak melengkung mengikuti bentuk kaki, kemudian mengikir bagian ujung kuku k
aki
- Bila terdapat kuku kaki yang menusuk jari kaki dan kapalan segera hubungi dokter.
5. Memilih dan memakai alas kaki.
1)Memakai sepatu atau alas kaki yang sesuai dan nyaman dipakai.
2)Gunakan kaos kaki saat memakai alas kaki. Hindari pemakaian kaos kaki yang salah, kaos
kaki ketat akan mengurangi atau mengganggu sirkulasi, jangan pula menggunakan kaos kaki
tebal karena dapat mengiritasi kulit ataupun kaos kaki yang terlalu besar karena ukurannya
tidak pas pada kaki. Sepatu harus terbuat dari bahan yang baik untuk kaki/tidak keras

4. Pencegahan cedera:
1)Selalu memakai alas kaki baik di dalam ruangan maupuan di luar ruangan.
2)Selalu memeriksa bagian dalam sepatu atau alas kaki sebelum memakainya.
3)Bila terdapat corns dan kalus di kaki gunakan batu pomice untuk menghilangkannya.
4)Selalu mengecek suhu air ketika akan membersihkan kaki.
5)Hindari merokok untuk mencegah kurangnya sirkulasi darah ke kaki.
6)Melakukan senam kaki secara rutin.

Perawatan kaki diabetes melitus yaitu pemeriksaan kaki yang dilaku kan setiap hari,
dilaksanakan selepas mandi atau sebelum menggunakan kaos kaki dan sepatu. Tujuan dari
perawatan ini diantaranya untuk membersihkan kaki, mencegah terjadinya luka serta
memperlancar peredaran darah. Perawatan dimulai dari memeriksa jari-jari kaki, sela-sela
jari, telapak kaki, apakah ada
Kaki diabetes merupakan salah satu dari banyak komplikasi oenyakit diabetes melitus dengan
krlainan oada tungkai bawah akibat gula dara yang tidak terkendali. Perawatan kaki yang
boleh dan tidak boleh dilakukan bagu Penderita diabetes melitus adalah

 Selain perawatan, ada juga senam kaki yang terbagi dalam delapan gerakan, yaitu:

Gerakan 1 : Duduk di kursi dengan posisi nyaman, kaki diletakkan dilantai. Gerakan jari-jari
kedua kaki seperti bentuk cakar dan luruskan kembali.

Gerakan 2 : Angkat ujung kaki, letakkan tumit di lantai. Turunkan ujung kaki, kemudian
angkat tumit dan turunkan kembali.

Gerakan 3 : Angkat kedua ujung kaki keatas, kemudian putar kaki pada pergelangan kaki
kearah samping. Turunkan kembali ke lantai dan gerakan ke tengah.

Gerakan 4 : Tumit diletakkan dilantai. Bagian depan kaki diangkat keatas, putar 360c derajat.
Gerakan diulang sebanyak 10 kali. Bergantian kaki kiri dan kanan.

Gerakan 5 : Jari – jari diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan lakukan putaran 360 derajat.
Gerakan ini diulang sebanyak 10 kali.

Gerakan 6 : Angkat kedua kaki keatas dengan meluruskan lutut, pertahankan posisi tersebut.
Putar telapak kaki 360 derajat ke arah depan dan belakang secara bergantian.

Gerakan 7 : Lutut diluruskan dan angakt. Putar kaki pada pergelangan kaki, tuliskan di udara
dengan kaki angka 0-9. Lakukan pada kedua kaki secara bergantian.

Gerakan 8 : Letakkan sehelai kertas koran di lantai. Remas koran menjadi bola dengan
menggunakan kaki. lalu, buka bola kertas itu kembali dengan menggunakan kaki.

5. Yang perlu dihindari sehubungan dengan perawatan kaki

1. Jangan merendam kaki dengan air hangat untuk menghangatkan kaki

2. jangan menggunakan botl panas atau peralatan listik untuk menghangatkan kaki

3. jangan menggunakan batu atau sikat untuk mengurangi kapalan

4. Jangan menggunakan sepatu dan kaos kaki yang sempit


5. Jangan menggunakan obat-obatan tanpa anjuran dokter

6. Jangan membiarkan luka sekecil apapun dikaki dan harus diobati

Terdapat beberapa terapi yang telah dilakukan untuk mengatasi penurunan sensitivitas
kaki pada penderita DM, diantaranya adalah senam kaki dengan koran (Setiawan, 2011),
senam kaki dengan tempurung kelapa (Natalia, Hasneli, Novayelinda, 2013). Senam kaki
dapat membantu memperbaiki peredaran darah yang terganggu dan memperkuat otot-otot
kecil kaki pada pasien DM dengan neuropati. Selain itu dapat memperkuat otot betis dan otot
paha, mengatasi keterbatasan gerak sendi dan mencegah terjadinya deformitas. Keterbatasan
jumlah insulin pada penderita DM mengakibatkan kadar gula dalam darah meningkat hal ini
menyebabkan rusaknya pembuluh darah,saraf, dan struktur internal lainnya sehingga pasokan
darah ke kaki semakin terhambat,akibatnya pasien DM akan mengalamigangguan sirkulasi
darah pada kakinya (Nasution, 2010).

Terapi acupressure merupakan salah satu terapi yang dapat dilakukan untuk
mengembalikan fungsi sensitivitas kaki. Acupressure merupakan metode non invasif

yang prinsip kerjanya didasarkan pada prinsip akupuntur (Black & Hawk, 2009).
Acupressure telah hadir sekitar 5000 tahun yang lalu dan berasal dari Tiongkok. Hingga kini
acupressure masih digunakan sebagai salah satu cara penyembuhan yang populer dibeberapa
negara Asia seperti RRC, Cina, India, Jepang dan Korea, dan kini makin dikembangkan oleh
berbagai institusiinstitusi penyembuhan di negara Barat. Bahkan WHO mengakui acupressure
sebagai suatu terapi yang dapat mengaktifkan neuron pada sistem saraf, dimana hal ini
merangsang kelenjar-kelenjar endokrin dan hasilnya dapat mengaktifkan organ-organ yang
bermasalah (Dupler &
Douglas, 2005).

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada 30 responden yang dibagi ke dalam 2
kelompok, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah pada kedua kelompok
sensitivitas kaki diukur dengan menggunakan alat monofilamen. Kelompok eksperimen
diberikan terapi acupressure tiga kali dalam seminggu, sedangkan kelompok kontrol tidak
diberikan perlakuan seperti kelompok eksperimen. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis
penelitian bahwa terdapat perbedaan tingkat sensitivitas kaki antara sebelum dan sesudah
melakukan terapi acupressure pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Hasil penelitian ini dapat menunjukkan bahwa terapi acupressure yang dilakukan
dapat meningkatkan sensitivitas kaki pada pasien DM tipe II. Rangsangan yang diberikan
dari sesi refleksiologi yang baik akan membuat rileks dan melancarkan peredaran darah.
Lancarnya peredaran darah karena dipijat, memungkinkan darah mengantar lebih banyak
oksigen dan gizi ke sel-sel tubuh, sekaligus membawa lebih banyak racun untuk dikeluarkan.
Terapi acupressure yang dilakukan pada telapak kaki terutama di area organ yang
bermasalah, akan memberikan rangsangan pada titik-titik saraf yang berhubungan dengan
pankreas agar menjadi aktif sehingga menghasilkan insulin melalui titik-titik saraf yang
berada di telapak kaki

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Perawatan Kaki

a. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
sehingga pengetahuan dan praktek yang diperolehnya semakin membaik. Beberapa
penelitian menjelaskan hubungan usia dengan praktek perawatan kaki. Penelitian
Desalu et al. (2011) mengatakan usia diatas 50 tahun pengetahuan dan praktik
perawatan kaki masih kurang meskipun hubungan ini tidak signifikan secara statistik.

b. Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain melakukan pekerjaan
sehari-hari, dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan ini bisa dimungkikan karena
faktor hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian tugas. Wanita seringkali
berperilaku berdasarkan perasaan, sedangkan orang laki-laki cenderug berperilaku
atau bertindak atas pertimbangan rasional. Penelitian Hasnain dan Sheikh (2009) seks
menunjukkan ada hubungan statistik yang signifikan dengan pengetahuan dan praktek
tentang perawatan kaki. Perempuan lebih rendah pengetahuan tentang perawatan kaki
dibandingkan laki-laki.
c. Pendidikan
Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar
mengajar adalah seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian pendidikan sangat
besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang
berpendidikan tinggi akan berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan
rendah. Seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti berpengetahuan rendah.
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi
juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang
sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua
aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap dan tindakan seseorang terhadap
obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan
menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut. Penelitian Hasnain dan
Sheikh (2009) peran pendidikan menunjukkan hubungan statistik yang signifikan
dengan pengetahuan dan praktek tentang perawatan kaki. Menurut Desalu et al.
(2011) klien yang memiliki pendidikan rendah secara signifikan memiliki
pengetahuan yang rendah tentang perawatan kaki. Pengetahuan tentang perawatan

kaki yang tepat secara positif dipengaruhi oleh pendidikan klien sehingga dapat
mengurangi resiko terjadinya komplikasi pada kaki. Bijoy et al. (2012) dalam
penelitiannya juga mengatakan bahwa pendidikan secara statistik menunjukkan
hubungan yang signifikan dengan pengetahuan klien tentang perawatan kaki

d. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan faktor penentu penting dari kesehatan. Jenis pekerjaan seseorang
dan kondisi kerja yang dilakukan akan mempengaruhi kesehatan seseorang (Marmot, 2010).
Penelitian Soemardini et al. (2008) tentang penyuluhan perawatan kaki terhadap tingkat
pemahaman penderita diabetes melitus mengatakan bahwa faktor pekerjaan tidak ada
hubungan yang signifikan dengan pemahaman penderita diabetes melitus. Klien diabetes
melitus yang bekerja menggunakan sepatu sangat beresiko terjadi ulkus kaki apabila tidak
memperhatikan bentuk dan jenis sepatu yang digunakan. Menghindari penggunaan sepatu
pada bagian jari kakinya yang sempit,sepatu hak tinggi, sol keras, dan tali antara jari kaki.
Sepatu harus nyaman, sepatu harus sesuai dengan bentuk kaki dan terbuat dari bahan yang
lembut.
e. Lama Menderita Diabetes Melitus
Klien yang mengalami diabetes melitus lebih lama, memiliki perawatan kesehatan
diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan klien yang memiliki lama diabetes melitus
lebih pendek (Bai, Chiou & Chang, 2009). Klien yang mengalami diabetes melitus
yang lama dapat mempelajari perilaku berdasarkan pengalaman yang diperolehnya
selama menjalani penyakit tersebut sehingga klien dapat memahami tentang hal-hal
terbaik yang harus dilakukannya tentang perawatan kaki dalam kehidupannnya
sehari-hari dan melakukan kegiatan tersebut secara konsisten dan penuh rasa
tanggung jawab.

f. Penghasilan
Menurut Desalu et al. (2011) status sosial ekonomi rendah secara signifikan memiliki
pengetahuan yang rendah tentang perawatan kaki. Penelitian Bijoy et al. (2012) peran
penghasilan menunjukkan hubungan statistik yang signifikan dengan pengetahuan tentang
perawatan kaki.

g. Penyuluhan Perawatan Kaki


Penyuluhan diperlukan bagi klien diabetes melitus tipe 2 karena penyakit diabetes
melitus tipe 2 berhubungan dengan perilaku seseorang untuk berubah. Penyuluhan
yang diberikan kepada klien adalah program edukasi diabetes melitus tentang
perawatan kaki yang merupakan pendidikan dan pelatihan tentang pengetahuan dan

praktik bagi klien diabetes. Penyuluhan bertujuan untuk menunjang perubahan


perilaku, meningkatkan pemahaman klien akan perawatan kaki yang diperlukan
untuk mencapai keadaan sehat yang optimal dan penyesuaian keadaan psikologis.
Edukasi diabetes yang dilakukan secara adekuat akan meningkatkan kemampuan
klien diabetes melitus tipe 2 untuk melakukan perawatan kesehatan diri secara
konsisten sehingga akan tercapai pengontrolan kadar glukosa darah secara optimal
dan komplikasi diabetes melitus dapat diminimalkan (Basuki, 2009). Penelitian Ekore
et al. (2010) menunjukkan bahwa kesadaran untuk melakukan perawatan kaki pada
klien diabetes melitus sangat kurang dan kurangnya pendidikan atau penyuluhan dari
penyedia layanan kesehatan.

PERKENI, 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di


Indonesia. Jakarta
P2ptm.kemenkes.go.id

Darmilis,dkk. 2013. Efektifitas Terai Accupresure Pada Telapak Kaki Terhada Sensitivitas
Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II.

American Diabetes Association. (2011). Standards of Medical Care in Diabetes -


2011. Journal Diabetes Care, 34, 511-561.
Arifin, Z. (2011). Analisis Hubungan Kualitas Tidur dengan Kadar Glukosa Darah
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Propinsi Nusa
Tenggara Barat. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai