Anda di halaman 1dari 3

PERBEDAAN KEJAKSAAN DAN KPK DALAM MENANGANI KASUS KORUPSI

 Kejaksaan Agung hanya bisa melakukan penyadapan pada tahap penyidikan.


Sedangkan KPK diperbolehkan menyadap sejak tahap penyelidikan.
 Undang-undang yang menjadi landasan KPK melakukan penyadapan tercantum
dalam Pasal 12 Undang-Undang 30 Tahun 2002 tentang KPK. Berbeda dengan
KPK, Kejaksaan Agung belum memiliki landasan hukum kuat terkait dengan
penyadapan.
 Secara undang-undang, KPK diberi kewenangan yang lebih besar dibandingkan dengan
Kejaksaan Agung dan kepolisian.
 Di kejaksaan, setiap langkah harus seizin pimpinan. Di KPK, dapat melakukan apa pun untuk
menuntaskan perkara.
 KPK berakhir di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, sedangkan Kejaksaan Agung akan
berakhir di pengadilan umum
 penyelidikan, penyidikan, penuntutan, hingga proses persidangan yang dilaksanakan
oleh KPK berlangsung dengan cepat sehingga saat ditetapkan sebagai tersangka,
langsung bisa ditahan. Berbeda dengan Kejaksaan yang tidak langsung mengadakan
penahanan

B. Penyelesaian Konflik Kewenangan Dalam Kasus Simulator SIM

Berdasarkan dengan Peraturan Perundang-undangan yang

Berlaku

Pada saat proses penulisan skripsi ini, memang benturan

kewengangan antara KPK dan POLRI tersebut telah selesai. Namun

penyelesaian benturan kewenangan tersebut tidak diselesaikan

melalui jalur hukum, melainkan dengan jalur politik yaitu dengan

melalui kebiajakan yang berupa pidato presiden.

POLRI akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan penyidikan

kasus tersebut. Selasa sore 30 Oktober 2012, Tim Badan Reserse dan

Kriminal Mabes Polri mendatangi gedung Komisi Pemberantasan

Korupsi, mereka membawa sejumlah berkas dan dokumen terkait

kasus korupsi pengadaan alat Simulator Surat Izin Mengemudi

(SIM). Keputusan yang diambil Polri tersebut berdasarkan instruksi

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 8 Oktober 2012.5

Walaupun masalah benturan kewenangan ini sudah selesai, namun

cara digunakan adalah melalui pidato presiden, hal ini seolah


menunjukkan bahwa POLRI sengaja menunggu presiden untuk

berbicara, baru POLRI akan menyelesaikan konflik benturan

kewenangan dengan KPK. Padahal jauh sebelum presiden Susilo

Bambang Yudhoyono berpidato, beberapa ahli hukum sudah lebih

dahulu mengeluarkan pendapatnya tentang konflik benturan

kewenangan ini dan seharusnya pendapat-pendapat itu dapat

1. NOVEL BASWEDAN

Novel adalah pria kelahiran Semarang 22 Juni 1977 yang menjadi salah satu penyidik terbaik di KPK.
Dia mengawali kariernya di Kepolisian RI (Polri) tahun 1998 dan melanjutkan tugasnya di Polres
Bengkulu pada 1999 hingga 2005.

Selanjutnya, mulai Januari 2007, Novel diangkat sebagai penyidik KPK. Kasus-kasus yang
ditanganinya tergolong besar. Mulai korupsi Simulator SIM Polri, proyek Alat Pendidikan di
Kementerian Pendidikan yang menjerat Angelina Sondakh, dan korupsi Wisma Atlet yang melibatkan
mantan Bendum Partai Demokrat, M Nazaruddin. Bahkan, kasus simulator SIM kemudian menjadi
salah satu sebab konflik antara KPK dan Kepolisian.
2. ABRAHAM SAMAD

Tercatat setidaknya ada tiga menteri aktif yang dijerat KPK yakni Menpora
Andi Mallarangeng, Menag Suryadharma Ali dan Menteri ESDM Jero
Wacik.

Disamping itu, KPK untuk pertama kalinya juga menjerat Jenderal Polisi
aktif yakni Irjen Djoko Susilo dan Brigjen Didik Purnomo. Dua jenderal itu
dijerat dalam kasus korupsi pengadaan simulator SIM di Korlantas Polri.

Tidak itu saja dimasa Kepemimpinannya KPK menjerat seorang ketum


Parpol, Anas Urbaningrum yang saat itu menjadi Ketum Demokrat
ditetapkan sebagai tersangka kasus Hambalang. Suryadharma Ali
ditetapkan sebagai tersangka juga sedang menjabat sebagai Ketum PPP.

Anda mungkin juga menyukai