I. PENDAHULUAN
II.2. Sejarah
Penyakit ini diduga berasal dari Afrika atau Asia Tengah yang
kemudian menyebar keseluruh dunia lewat perpindahan penduduk ini
disebabkan karena perang, penjajahan, perdagangan antar benua dan
pulau-pulau. Berdasarkan pemeriksaan kerangka-kerangka manusia di
Skandinavia diketahui bahwa penderita kusta ini dirawat di Leprosaria
secara isolasi ketat. Penyakit ini masuk ke Indonesia diperkirakan pada
abad ke IV-V yang diduga dibawa oleh orang-orang India yang datang ke
Indonesia untuk menyebarkan agamanya dan berdagang.
II.4. Penyebab Penyakit Kusta
Hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta. Dari hasil
penelitian dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh bentuknya,
lebih besar kemungkinan menimbulkan penularan dibandingkan dengan
yang tidak utuh. Jadi faktor pengobatan adalah amat penting dimana
kusta dapat dihancurkan, sehingga penularan dapat dicegah. Disini letak
salah satu peranan penyuluhan kesehatan kepada penderita untuk
menganjurkan kepada penderita untuk berobat secara teratur. Pengobatan
kepada penderita kusta adalah merupakan salah satu carapemutusan mata
rantai penularan. Kuman kusta diluar tubuh manusia dapat hidup 24-48
jam dan ada yang berpendapat sampai 7 hari, ini tergantung dari suhu
dan cuaca diluar tubuh manusia tersebut. Makin panas cuaca makin
cepatlah kuman kusta mati. Jadi dalam hal ini pentingnya sinar matahari
masuk ke dalam rumah dan hindarkan terjadinya tempat-tempat yang
lembab. Ada beberapa obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta.
Tetapi kita tidak dapat menyembuhkan kasus-kasus kusta kecuali
masyarakat mengetahui ada obat penyembuh kusta, dan mereka datang ke
Puskesmas untuk diobati. Dengan demikian penting sekali agar petugas
kusta memberikan penyuluhan kusta kepada setiap orang, materi
penyuluhan kusta kepada setiap orang, materi penyuluhan berisikan
pengajaran bahwa :
a. Ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta
b. Sekurang-kurangnya 80 % dari semua orang tidak mungkin terkena
kusta
c. Enam dari tujuh kasus kusta tidaklah menular pada orang lain
d. Kasus-kasus menular tidak akan menular setelah diobati kira-kira 6
bulan secara teratur
e. Diagnosa dan pengobatan dini dapat mencegah sebagian besar cacat fisik
Pada umumnya penderita kusta merasa rendah diri, merasa tekan batin,
takut terhadap penyakitnya dan terjadinya kecacatan, takut mengahadapi
keluarga dan masyarakat karena sikap penerimaan mereka yang kurang
wajar. Segan berobat karena malu, apatis, karena kecacatan tidak dapat
mandiri sehingga beban bagi orang lain (jadi pengemis, gelandangan dsb).
2. Masalah Terhadap Keluarga.
Ditjen PPM dan PLP, Buku Pegangan Kader dalam Pemberantasan Penyakit Kusta,
Jakarta, 1990.
Ditjen PPM dan PLP, Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit Kusta, Jakarta,
1996.