Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2019 juga menunjukkan
bahwa mayoritas tenaga kerja di Indonesia masih berpendidikan SD ke bawah
dengan jumlah sebesar 52,4 juta orang. Berikutnya adalah lulusan pendidikan
SMA dengan 23,1 juta orang, SMP 22,9 juta orang, lalu SMK 14,6 juta orang,
kemudian baru Sarjana dengan 12,61 juta dan Diploma I/II/III dengan 3,6 juta
orang. (BPS, 2019).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), per Agustus 2019, jumlah
pengangguran lulusan universitas mencapai 5,67 persen dari total angkatan kerja
sekitar 13 juta orang.(Rifka, 2019).
Dengan demikian lulusan lulusan sarjana akan menganggur karena daya
tampung lapangan kerja lebih kecil dari pada daya tampung lulusan tenaga kerja,
Menurut pandangan agama islam sendiri mengutip dari salah satu Hadist yaitu:
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Lebih baik
seseorang bekerja dengan mengumpulkan seikat kayu bakar di punggungnya
dibanding dengan seseorang yang meminta-minta (mengemis) lantas ada yang
memberi atau enggan memberi sesuatu padanya.” (HR Bukhari No 2074).
Dan iuga berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) setiap
warga memiliki hak untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak.
Selain itu, dalam Pasal 11 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM, menyebutkan
setiap orang berhak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk tumbuh dan
berkembang secara layak. Hukum tertulis diatas merupakan hak seorang manusia
untuk mendapatkan pekerjaannya
Dengan menengok sedikit data dari sumber yang terpercaya, sangat jelas
bahwa pemerintah harus bisa mengevaluasi atau memperbaiki hal yang sangat
penting ini, mungkin data di atas hanya terkait soal perkembangan tingkat
pengangguran dan hak yg harus terpenuhi dan juga soal Industri Hilirisasi minerba,
tapi pada kenyataannya lulusan-lulusan teknik dan vokasi harus di persiapkan
dengan jumlah besar. Jika tidak, Ancaman-Ancaman dari luar akan terus datang,
seperti yang dikutip dari sumber berita CNN Indonesia yang terjadi di Provinsi
Sulawesi Tenggara (Sultra) mengizinkan 500 orang tenaga kerja asing (TKA) asal
China masuk ke wilayahnya untuk bekerja di perusahaan industri, Morosi,
Kabupaten Konawe. (CNN Indonesia, 2020).
Hal tersebut sangat menjadi ancaman bagi tenaga kerja sendiri atau pula
menjadi bumerang waktu untuk para tenaga kerja, bahwasanya tenaga kerja asing
lebih kompeten dari tenaga kerja di Indonesia, disebabkan TKA asal China lebih
mengerti teknologi karena sarana yg di pergunakan berupa barang impor dari China
. Tetapi faktor penyebabnya tidak hanya soal TKA asal China masuk ke Indonesia
yang menjadikan tenaga kerja teknik dibutuhkan 5 tahu kedepan. Tetapi, kita patut
bersyukur atas para ilmuwan dan saintis yang telah menciptakan terobosan dan
penemuan-penemuan kreatif dan inovatif, Agar penemuan-penemuan tersebut
dapat di upgrade atau di produksi secara masal, maka di perlukannya tenaga kerja
lulusan-lulusan Teknik dan Vokasi, hal ini juga menjadi tantangan baru bagi calon
atau tenaga kerja dan yang tentunya bergerak di bidang teknik.
Presiden Joko Widodo meluncurkan 55 produk inovasi dan riset yang dibuat
peneliti Indonesia untuk menangani virus Corona tipe baru. Dalam peluncuran 55
produk tersebut, Presiden memperkenalkan sembilan produk yang sudah ditinjau
langsung dan siap diproduksi. Pertama, produk itu adalah alat uji Polymerase Chain
Reaction (PCR) untuk mendiagnosa keberadaan virus Corona di tubuh manusia.
Produk kedua adalah alat uji cepat (rapid test) yang juga untuk mendeteksi
COVID-19. produk ketiga adalah ventilator atau alat bantu pernafasan darurat yang
dikembangkan Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) bersama
sejumlah perguruan tinggi dan pelaku industri. Produk keempat adalah
Imunomodulator dan kelima adalah Inteljensi Artifisial (Artificial Intelligence/AI)
untuk deteksi COVID-19. Produk-produk lainnya adalah Plasma Konvalenasi,
Laboratorium Mobile dengan tingkat keamanan “Bio-Safety Level-2”, Robot
berbasis sinar Ultraviolet (Autonomous UVC Mobile Robot/AUMR), dan respirator
untuk pemurnian (Purifying Respirator). (Indra, 2020)
Maka dari kilas balik kejadian BlackDeath, ada hal yang dapat di pelajari
yakni, setiap ada kejadian besar atau berdampak pada manusia seperti wabah,
perang, atau tragedi lainnya, pasti selalu ada perubahan kebiasaan baru, atau budaya
baru. Oleh karenanya, Seorang Ilmuwan, saintis, atau akademisi, harus bisa
menjaga kebudayaan atau mengubah sedikit tetapi tidak meninggalkan nilai-nilai
atau aspek dari Pancasila tersendiri.
Serta dalam mempersiapkan tenaga kerja untuk 5 tahun kedepan tidak hanya
skills dan mental saja tetapi harus di modali dengan nilai-nilai yang terkandung di
dalam ideologi kita yaitu Pancasila, karena kebiasaan baru akan mengubah
kebudayaan lama menjadi kebudayaan baru. Oleh sebab itu, untuk menghadapi
kebiasaan baru janganlah kita meninggalkan budaya yang terkandung di dalam
nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Ibaratkan Pancasila itu seperti air dan kita sebagai
semen, jika keduanya menyatu, maka kita akan terikat, kuat, kokoh layaknya
bangunan.
Daftar Pustaka
Hadist Al-Bukhari
Arief, I. (2020, Mei 20). Presiden luncurkan 55 produk inovasi untuk tangani
COVID-19 . Diambil 20 Mei 2020, dari
https://www.google.com/amp/s/m.antaranews.com/amp/berita/1503088/pr
esiden-luncurkan-55-produk-inovasi-untuk-tangani-covid-19
Rifka, I., & Rahayu, S. (2019, November 5). Agustus 2019, Pengangguran
Lulusan Universitas 737.000 Orang . Diambil 5 November, 2019, dari
https://www.google.com/amp/s/www.inews.id/amp/finance/makro/per-
agustus-2019-pengangguran-lulusan-universitas-capai-737000-orang
Ibeji, M. (2011, Oktober 03). Black Death. Diambil dari
http://www.bbc.co.uk/history/british/middle_ages/black_01.shtml
Pandi (2020, Juni 15). Pemprov Sultra Izinkan 500 TKA China Masuk Konawe.
Diambil dari https://m.cnnindonesia.com/nasional/20200615164600-20-
513526/pemprov-sultra-izinkan-500-tka-china-masuk-konawe