Anda di halaman 1dari 6

Gejolak peradaban “New Normal”.

Indonesia Urgen Sarjana dan


Diploma Lulusan Teknik

Sebenarnya Indonesia itu kekurangan lulusan teknik atau mungkin


lulusannya memang kurang kompeten? Kenapa lulusan teknik sangat penting atau
sangat dibutuhkan ketika adaptasi kebiasaan baru?. Demikian sejumlah pertanyaan
yang mungkin terbenak di pikiran kita. Gejolak pandemi COVID-19 yang dialami
seluruh dunia terutama bangsa Indonesia sekarang ini sangat mempengaruhi
berbagai aspek kehidupan. Aspek itu bisa berdampak buruk baik fisik atau mental.
Keresahan dan kegelisahan masyarakat karena melihat berita-berita dan informasi
yang ada di televisi dan media sosial semakin membuat masyarakat panik. Selama
pandemi ini keberlangsungan Indonesia sangat tergantung sekali pada sains dan
teknologi untuk bisa melawan atau mengatasi pandemi COVID-19. Para ilmuwan
dan saintis telah berusaha membuat sebuah terobosan atau penemuan-penemuan
yang inovatif dan kreatif yang tidak terpikirkan oleh masyarakat awam sebelumnya.
Oleh karenanya, penemuan-penemuan tersebut harus di kembangkan dan di
produksi secara masal. Agar dapat penemuan-penemuan tersebut bisa di produksi
atau di kembangkan kembali, maka diperlukan tenaga kerja yang kompeten dan
bisa di andalkan tentunya dalam bidang sains dan teknologi. Hal ini menjadi
tantangan sekaligus keselamatan buat pelajar dan mahasiswa lulusan teknik, karena
di Indonesia sendiri lulusan teknik masih sangat kurang dan memang sangat
dibutuhkan untuk saat ini dan lima tahun ke depan. Tidak hanya itu saja, lulusan-
lulusan teknik atau vokasi harus memiliki skill yang kompeten dan bisa bersaing
secara global. Hal tersebut sangat memprihatinkan karena lulusan sarjana teknik
masih banyak yang menjadi pengangguran karena disebabkan oleh kurangnya skills
dan mental dalam kesiapan menuju dunia kerja. Oleh sebab itu, seharusnya
pemerintah bisa memberikan media atau memfasilitasi lulusan-lulusan yang belum
memiliki pengalaman untuk bisa terus dilatih agar lulusan ini bisa bersaing ke ranah
global. Hal ini akan menjadi ancaman tersendiri bagi bangsa Indonesia, karena
sangat berpengaruh terhadap angka pengangguran dan berdampak buruk terhadap
stabilitas ekonomi negara Indonesia.
Data Kementerian Ristek Dikti memaparkan dalam kesempatan rapat
koordinasi terkait Hilirisasi Industri Logam dan Pengembangan Sumber Daya
Alam bersama lintas kementerian dan perguruan tinggi terkait, pada tahun 2025
Indonesia diproyeksikan membutuhkan 276.298 lulusan sarjana teknik dan
458.876 lulusan vokasi teknik. Sedangkan ketersediaan untuk S1 diproyeksi hanya
berjumlah 27.721 orang dan D3 sebanyak 5.634 orang. Dengan demikian, akan ada
kekurangan tenaga S1 Teknik sebanyak 248.577 dan D3 Teknik sebanyak 453.243 pada
tahun 2025.(Kemenristek, 2020).

Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2019 juga menunjukkan
bahwa mayoritas tenaga kerja di Indonesia masih berpendidikan SD ke bawah
dengan jumlah sebesar 52,4 juta orang. Berikutnya adalah lulusan pendidikan
SMA dengan 23,1 juta orang, SMP 22,9 juta orang, lalu SMK 14,6 juta orang,
kemudian baru Sarjana dengan 12,61 juta dan Diploma I/II/III dengan 3,6 juta
orang. (BPS, 2019).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), per Agustus 2019, jumlah
pengangguran lulusan universitas mencapai 5,67 persen dari total angkatan kerja
sekitar 13 juta orang.(Rifka, 2019).
Dengan demikian lulusan lulusan sarjana akan menganggur karena daya
tampung lapangan kerja lebih kecil dari pada daya tampung lulusan tenaga kerja,
Menurut pandangan agama islam sendiri mengutip dari salah satu Hadist yaitu:
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Lebih baik
seseorang bekerja dengan mengumpulkan seikat kayu bakar di punggungnya
dibanding dengan seseorang yang meminta-minta (mengemis) lantas ada yang
memberi atau enggan memberi sesuatu padanya.” (HR Bukhari No 2074).
Dan iuga berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) setiap
warga memiliki hak untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak.
Selain itu, dalam Pasal 11 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM, menyebutkan
setiap orang berhak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk tumbuh dan
berkembang secara layak. Hukum tertulis diatas merupakan hak seorang manusia
untuk mendapatkan pekerjaannya

Dengan menengok sedikit data dari sumber yang terpercaya, sangat jelas
bahwa pemerintah harus bisa mengevaluasi atau memperbaiki hal yang sangat
penting ini, mungkin data di atas hanya terkait soal perkembangan tingkat
pengangguran dan hak yg harus terpenuhi dan juga soal Industri Hilirisasi minerba,
tapi pada kenyataannya lulusan-lulusan teknik dan vokasi harus di persiapkan
dengan jumlah besar. Jika tidak, Ancaman-Ancaman dari luar akan terus datang,
seperti yang dikutip dari sumber berita CNN Indonesia yang terjadi di Provinsi
Sulawesi Tenggara (Sultra) mengizinkan 500 orang tenaga kerja asing (TKA) asal
China masuk ke wilayahnya untuk bekerja di perusahaan industri, Morosi,
Kabupaten Konawe. (CNN Indonesia, 2020).

Hal tersebut sangat menjadi ancaman bagi tenaga kerja sendiri atau pula
menjadi bumerang waktu untuk para tenaga kerja, bahwasanya tenaga kerja asing
lebih kompeten dari tenaga kerja di Indonesia, disebabkan TKA asal China lebih
mengerti teknologi karena sarana yg di pergunakan berupa barang impor dari China
. Tetapi faktor penyebabnya tidak hanya soal TKA asal China masuk ke Indonesia
yang menjadikan tenaga kerja teknik dibutuhkan 5 tahu kedepan. Tetapi, kita patut
bersyukur atas para ilmuwan dan saintis yang telah menciptakan terobosan dan
penemuan-penemuan kreatif dan inovatif, Agar penemuan-penemuan tersebut
dapat di upgrade atau di produksi secara masal, maka di perlukannya tenaga kerja
lulusan-lulusan Teknik dan Vokasi, hal ini juga menjadi tantangan baru bagi calon
atau tenaga kerja dan yang tentunya bergerak di bidang teknik.

Presiden Joko Widodo meluncurkan 55 produk inovasi dan riset yang dibuat
peneliti Indonesia untuk menangani virus Corona tipe baru. Dalam peluncuran 55
produk tersebut, Presiden memperkenalkan sembilan produk yang sudah ditinjau
langsung dan siap diproduksi. Pertama, produk itu adalah alat uji Polymerase Chain
Reaction (PCR) untuk mendiagnosa keberadaan virus Corona di tubuh manusia.
Produk kedua adalah alat uji cepat (rapid test) yang juga untuk mendeteksi
COVID-19. produk ketiga adalah ventilator atau alat bantu pernafasan darurat yang
dikembangkan Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) bersama
sejumlah perguruan tinggi dan pelaku industri. Produk keempat adalah
Imunomodulator dan kelima adalah Inteljensi Artifisial (Artificial Intelligence/AI)
untuk deteksi COVID-19. Produk-produk lainnya adalah Plasma Konvalenasi,
Laboratorium Mobile dengan tingkat keamanan “Bio-Safety Level-2”, Robot
berbasis sinar Ultraviolet (Autonomous UVC Mobile Robot/AUMR), dan respirator
untuk pemurnian (Purifying Respirator). (Indra, 2020)

Dengan berbagai produk inovasi ciptaan anak bangsa, kita berharap


pemerintah agar segera mengagendakan proses produksi secara masal produk
tersebut, hal ini akan beruntung sekali terhadap perekonomian negara, karena tidak
mengimpor produk kesehatan dari luar.
Calon lulusan – lulusan sarjana dan vokasi teknik dalam hal mempersiapkan
5 tahun kedepan tidak hanya mempersiapkan skills dan mental saja, tetapi mereka
harus selalu di modali dengan ideologinya yaitu Pancasila, dalam hal ini juga sangat
penting sekali karena dalam beradaptasi kebiasaan baru otomatis kebudayaan akan
mengalami perubahan yang baru, dalam perubahan seperti ini dianggap hal yang
lumrah. Menurut (Firdaus, 2013) Manusia dan kebudayaan merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat terpisahkan, karena manusia merupakan pendukung
kebudayaan. Jika manusia akan mati, kebudayaan yang dimilikinya akan selalu
diwariskan kepada keturunannya, dan seterusnya. Mempersiapkan untuk 5 tahun
kedepan tidak hanya skills dan mental, tetapi karakter dan perilakunya, serta dalam
membuat sebuah inovasi atau terobosan dalam bentuk produk harus tidak
meninggalkan nilai-nilai kebudayaan Pancasila. Dalam hal tersebut sudah jelas
sekali tercantum dalam pilar-pilar kebangsaan Indonesia. Kilas balik dari abad ke-
14 yaitu wabah hitam atau Black Death adalah suatu pandemi yang berasal dari
kutu tikus yang terinfeksi (Janti, 2019). Dalam peristiwa Black Death banyak sekali
dampak yang berubah salah satunya muncul pergeseran nilai sosial, budaya,
kepercayaan, dan gaya hidup. (Ibejji, 2010).

Maka dari kilas balik kejadian BlackDeath, ada hal yang dapat di pelajari
yakni, setiap ada kejadian besar atau berdampak pada manusia seperti wabah,
perang, atau tragedi lainnya, pasti selalu ada perubahan kebiasaan baru, atau budaya
baru. Oleh karenanya, Seorang Ilmuwan, saintis, atau akademisi, harus bisa
menjaga kebudayaan atau mengubah sedikit tetapi tidak meninggalkan nilai-nilai
atau aspek dari Pancasila tersendiri.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa perubahan kebiasaan


baru akan selalu ada, kita harus bisa beradaptasi dengan kebiasaan baru, seperti
yang telah terjadi akhir-akhir ini pandemi COVID-19 telah membawa bencana yang
merugikan, salah satunya dampak buruk dari aspek ekonomi dan sumber daya
manusia. Saat ini Indonesia kekurangan lulusan teknik dan vokasi, dan juga sumber
daya manusia yang memang kurang kompeten dan belum bisa bersaing ke ranah
global, salah satu penyebabnya yaitu banyaknya tenaga kerja asing yang masuk ke
wilayah Indonesia karena tenaga kerja asing lebih paham teknologi dibandingkan
dengan tenaga kerja Indonesia. Tetapi kita patut bersyukur karena ilmuwan dam
saintis Indonesia terlah membuat terobosan dan penemuan inovatif. Karena
Indonesia adalah negara hukum yang semua telah di atur dalam undang-undang
yang berlandaskan Pancasila, maka seharusnya angkatan kerja yang belum bekerja
harus mendapat hak dalam bekerja yang di urus oleh pemerintah. Dalam hal ini
lulusan teknik dan vokasi mendapat kesempatan menjadi tenaga kerja untuk
memproduksi secara masal penemuan-penemuan tersebut.

Serta dalam mempersiapkan tenaga kerja untuk 5 tahun kedepan tidak hanya
skills dan mental saja tetapi harus di modali dengan nilai-nilai yang terkandung di
dalam ideologi kita yaitu Pancasila, karena kebiasaan baru akan mengubah
kebudayaan lama menjadi kebudayaan baru. Oleh sebab itu, untuk menghadapi
kebiasaan baru janganlah kita meninggalkan budaya yang terkandung di dalam
nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Ibaratkan Pancasila itu seperti air dan kita sebagai
semen, jika keduanya menyatu, maka kita akan terikat, kuat, kokoh layaknya
bangunan.
Daftar Pustaka

Hadist Al-Bukhari

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945


Undang-Undang No.39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia. 23 September
1999. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Nomor XVII/MPR/1998. Jakarta.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2019. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Badan
Pusat Statistik 06 Maret 2019. Jakarta.
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. 2016. Strategi
Kemenristekdikti Wujudkan Hilirisasi Inovasi, Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 13 Desember 2016. Jakarta.

Purwanto , H. (2008). Kebudayaan dan Lingkungan Dalam perspektif Antropologi.


90. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Rina, D. (2020, Juni 3). Luhut: Hilirisasi Minerba, Indonesia Kurang Sarjana
Teknik. Diambil 3 juni 2020, dari
https://bisnis.tempo.co/read/1349325/luhut-hilirisasi-minerba-indonesia-
kurang-sarjana-teknik

Arief, I. (2020, Mei 20). Presiden luncurkan 55 produk inovasi untuk tangani
COVID-19 . Diambil 20 Mei 2020, dari
https://www.google.com/amp/s/m.antaranews.com/amp/berita/1503088/pr
esiden-luncurkan-55-produk-inovasi-untuk-tangani-covid-19

Rifka, I., & Rahayu, S. (2019, November 5). Agustus 2019, Pengangguran
Lulusan Universitas 737.000 Orang . Diambil 5 November, 2019, dari
https://www.google.com/amp/s/www.inews.id/amp/finance/makro/per-
agustus-2019-pengangguran-lulusan-universitas-capai-737000-orang
Ibeji, M. (2011, Oktober 03). Black Death. Diambil dari
http://www.bbc.co.uk/history/british/middle_ages/black_01.shtml
Pandi (2020, Juni 15). Pemprov Sultra Izinkan 500 TKA China Masuk Konawe.
Diambil dari https://m.cnnindonesia.com/nasional/20200615164600-20-
513526/pemprov-sultra-izinkan-500-tka-china-masuk-konawe

Anda mungkin juga menyukai