Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh

pengrajin makanan di tempat penjualan atau disajikan sebagai makanan siap

santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah

makan/restoran dan hotel. Makanan dan minuman jajanan tidak boleh

terkontaminasi baik secara bakteriologis, kimiawi maupun fisik, agar masyarakat

terhindar dari gangguan kesehatan akibat makanan (food borne disease).

(Kepmenkes RI No.942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan

Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan)

Di lingkungan sekitar sekolah dasar banyak dijumpai minuman jajanan

yang disediakan oleh kantin sekolah maupun pedagang kaki lima yang tidak

menetap dan umumnya rutin dikonsumsi oleh sebagian besar anak usia sekolah.

Pada umumnya, anak sekolah menghabiskan seperempat waktunya setiap hari di

sekolah. Anak usia sekolah juga memiliki aktivitas yang tinggi seperti bermain

dan olahraga sehingga membuat mereka lebih cenderung untuk membeli

minuman jajanan.

Aktivitas tinggi pada anak usia sekolah tersebut akan menyebabkan rasa

haus, sehingga mereka cenderung memilih minuman jajanan seperi es sirup, es

cincau, dan lain-lain. Hal ini didukung oleh penampakan produk minuman jajanan

yang sangat menarik meskipun dari segi keamanan pangan produk minuman
2

tersebut masih diragukan, karena dapat terkontaminasi dan menyebabkan

gangguan saluran pencernaan seperti diare. Diare merupakan penyebab utama

malnutrisi bahkan kematian.

Untuk mencegah terkontaminasinya minuman jajanan, konsep dasar

pengolahan minuman yang bersih sudah seharusnya dilaksanakan. Namun, prinsip

pengelolaan minuman yang bersih tersebut belum sepenuhnya diterapkan pada

tiap-tiap unit penyedia minuman jajanan.

WHO (2013) menyatakan bahwa penyakit diare merupakan penyebab

kedua kematian pada anak-anak di dunia. Dengan jumlah 780 juta anak di dunia,

dilaporkan anak dengan umur kurang dari 5 tahun memiliki angka kejadian diare

terbesar yaitu mencapai 760.000 per tahun. Negara berkembang memiliki angka

kejadian diare lebih banyak dibandingkan dengan negara maju.

Penyebab penularan diare tertinggi berasal dari makanan dan minuman

yang terkontaminasi oleh bakteri. Di Indonesia makanan dan minuman yang

beredar harus sesuai dengan nilai baku mutu yang ditetapkan oleh Depkes RI.

Berdasarkan ketetapan tersebut terdapat indikator-indikator untuk menilai baku

mutu pangan, salah satu indikatornya yaitu dalam hal mikrobiologi. Dalam

indikator mikrobiologi, terapat bakteri-bakteri tanda kontaminasi pangan.

Beberapa bakteri tanda kontaminan pangan yaitu Salmonella, Coliform dan

Escherichia coli (E.coli). E.coli merupakan agen penyebab tersering penyakit

diare. (Depkes RI, 2011)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian

Departemen Kesehatan RI bekerja sama dengan Dinas Kesehatan DKI Jakarta


3

pada pedagang minuman jajanan menunjukan, 55% pedagang tidak melakukan

cuci tangan sebelum menangani minuman, 28,2% tidak mencuci tangan dengan

sabun setelah buang air besar, terdapat 23,3% lap kotor yang digunakan sebagai

lap pembersih, sebesar 28,3% tangan penjamah minuman ditemukan tidak bersih,

17,1% penjamah minuman berkuku panjang dan 61,54% minuman jajanan positif

terkontaminsi Escherichia coli (Yunaenah, 2009)

Kontaminasi dalam pengolahan makanan selain ditentukan oleh debu dan

udara, serta peralatan pengolahan makanan, juga ditentukan oleh penjamah

makanan (Food Hadler), yaitu tenaga pekerja yang menjaman makanan dari mulai

mempersiapkan bahan makanan, menyimpan makanan, mengangkut sampai

menyajikan makanan. Salah satu kekurangan lain dari penjual makanan adalah

rendahnya tingkat pendidikan.

Potensi minuman jajanan anak sekolah dasar yang demikian besar dan

tingkat kerawanan minuman jajanan yang juga tinggi, serta pembinaan yang

masih kurang. Maka perlu diupayakan pembinaan yang lebih maksimal agar

minuman jajanan anak sekolah sadar tetap tumbuh dan berkembang sesuai dengan

tuntutan kebutuhan masyarakat dan juga dapat memenuhi persyaratan kesehatan.

Selain dari pihak konsumen yang kurang memperhatikan minuman yang akan

dikonsumsinya ada juga pihak produsen yang kurang memperhatikan kualitas

minuman yang akan dijualnya. (Yunaenah, 2009)

Kasus keracunan pada anak sekolah dasar termasuk kelompok umur yang

rentan terhadap penyakit, sehingga jika kualitas minuman jajanan buruk akan

mempengaruhi proses belajar mengajar dan berdampak pada prestasi belajar anak
4

sekolah dasar. Lebih lanjut lagi kejadian keracunan minuman akan mempengaruhi

derajat kesehatan anak sekolah dasar sehingga mengganggu tumbuh kembangnya

anak. Maka kejadian keracunan makanan pada anak sekolah dasar harus dicegah.

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian dimana masih banyak ditemukan

bakteri Escherichia coli, begitu juga dengan adanya kasus keracunan makanan

dan minuman yang mengakibatkan penyakit diare bahkan adanya kasus kematian

akibat keracunan makanan dan minuman. Hal ini merupakan indikator kurang

baiknya sistem pengelolaan jajanan.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan peneliti terdapat 1

koloni Escherichia coli /100 ml sampel pada minuman jajanan yang dijual di

depan sekolah MI.Roudotutta’lim dan kondisi wadah penampungan minuman

yang akan dijual dalam keadaan terbuka dan memungkinkan adanya bakteri

Escherichia coli pada minuman jajanan sekolah dasar lainnya di Desa Batujajar

Barat. Dan hal ini belum ada penelitian yang meneliti kandungan bakteri

Escherichia coli pada minuman jajanan sekolah dasar di Desa Batujajar Barat.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti

Tinjauan Escherichia coli dan Faktor yang Mempengaruhinya pada Minuman

Jajanan Sekolah Dasar di Desa Batujajar Barat Kabupaten Bandung Barat tahun

2019.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan permasalahannya dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana kualitas minuman jajanan sekolah dasar yang

dilihat dari kandungan Escherichia coli dan faktor yang mempengaruhinya pada
5

minuman jajanan Sekolah Dasar di Desa Batujajar Barat Kabupaten Bandung

Barat tahun 2019?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui kandungan Escherichia coli dan faktor yang

mempengaruhinya pada minuman jajanan Sekolah Dasar di Desa Batujajar

Barat Kabupaten Bandung Barat tahun 2019

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan pedagang tentang pengolahan minuman

pada minuman jajanan Sekolah Dasar di Desa Batujajar Barat Kabupaten

Bandung Barat tahun 2019

2. Untuk mengetahui perilaku pedagang tentang pengolahan minuman pada

minuman jajanan Sekolah Dasar di Desa Batujajar Barat Kabupaten

Bandung Barat tahun 2019

1.4 Ruang Lingkup

Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui gambaran tentang faktor yang

mempengaruhi kualitas minuman dilihat dari kandungan bakteri Eschericia coli

minuman jajanan Sekolah Dasar di Desa Batujajar Barat Kabupaten Bandung

Barat. Dengan lingkup dari penelitian ini yaitu pengetahuan dan perilaku

penjamah minuman jajanan Sekolah Dasar di Desa Batujajar Barat Kabupaten

Bandung Barat tahun 2019.


6

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Pedagang

Dapat memberikan wawasan dan bahan pertimbangan pedagang minuman

jajanan di Sekolah Dasar di Desa Batujajar Barat Kabupaten Bandung Barat tahun

2019.

1.5.2 Bagi Pihak Sekolah Dasar

Dapat memberikan informasi kepada pihak sekolah dan himbauan kepada

para pedagang/penjual minuman jajanan anak sekolah, agar lebih memperhatikan

hal-hal yang berhubungan dengan keamanan minuman jajanan yang di jual di

Sekolah Dasar di Desa Batujajar Barat Kabupaten Bandung Barat tahun 2019.

1.5.3 Bagi Peneliti

1. Sebagai pengalaman dalam merealisasikan teori yang telah di dapatkan

dibangku kuliah.

2. Menambah pengetahuan tentang faktor-faktor apa saja yang dapat

mempengaruhi adanya kandungan Escherichia coli pada minuman jajanan

Sekolah Dasar di Desa Batujajar Barat Kabupaten Bandung Barat tahun

2019

1.5.4 Bagi Institusi

1. Dapat menjadi sumber kajian bagi institusi jurusan kesehatan lingkungan

politeknik kesehatan kementrian kesehatan lingkungan.

2. Dapat bermanfaat sebagai tambahan referensi hasil penelitian dalam

melengkapi kepustakaan di bidang kesehatan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai