Anda di halaman 1dari 26

SERIKAT PEKERJA PADA NEGARA INDONESIA DAN POLANDIA

Muhammad Bahtiar Abdillah1 Moh Benny Alexandri2

Program Studi Administrasi Bisnis

Universitas Padjadjaran Bandung

ABSTRAK

Serikat pekerja muncul atas dari ketidakadilan sang pemilik usaha maupun sistem
yang ditetapkan oleh pemerintah karena dianggap melanggar hak-hak sebagai
pekerja. Tulisan Ini Membahas tentang Sejarah Serikat Pekerja yang terjadi pada
negara Indonesia dan Polandia. Metode penelitian yang digunakan dalam
penulisan ini adalah penulisan deskriptif dengan studi literature dari beberapa
sumber. Dalam tulisan ini, penulis menggabungkan sumber referensi yang ada
baik dari referensi buku maupun terbitan jurnal dan internet. Analisis data yang
digunakan ialah analisis data yaitu dengan melakukan pengumpulan data,
menganalisis data, serta mengambil kesimpulan yang berkaitan dengan serikat
pekerja. Serikat pekerja yaitu organisasi yang dibentuk dari, oleh dan untuk
pekerja atau buruh baik di perusahaan maupun diluar perusahan, yang bersifat
bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna
memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja atau
buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja atau buruh dan keluargannya.

1. Pendahuluan

Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka membangun manusia


seutuhnya dan membangun masyarakat seluruhnya. Membangun manusia
seutuhnya mengandung maksud bahwa pembangunan manusia di laksanakan
secara utuh yang meliputi jasmani dan rohani. Sedangkan membangun masyarakat
seluruhnya mengandung maksud bahwa masyarakat yang dibangun bukan hanya
masyarakat tertentu saja meleinkan seluruh masyarakat tanpa memandang suku,
agama dan ras. Adapun tujuan pembangunan nasional yaitu untuk mewujudkan
suatu masyarakat yang sejahtera, adil, makmur yang merata baik material maupun
spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

Negara berkembang yang terus menerus melakukan pembangunan tidak


hanya melakukan pembangunan tersebut hanya di satu bidang saja tetapi
menyeluruh di semua bidang kehidupan yang meliputi bidang ideologi, politik,
ekonomi, sosial dan budaya serta pertahanan keamanan dalam negeri. Semua
bidang tersebut mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan.
Pembangunan nasional menitikberatkan pada bidang ekonomi. Sasaran
pembangunan di bidang ekonomi menitikberatkan pada sektor industri yaitu
mendorong perkembangan industri. Hal ini secara tidak langsung membantu
mengatasi masalah pengangguran, karena perusahaan-perusahaan selalu menyerap
tenaga kerja setiap tahunnya.

Dengan adanya penyerapan tenaga kerja ini berarti telah terjadi hubungan
industrial antara pengusaha dengan pekerja. Hubungan industrial adalah hubungan
antara semua pihak yang tersangkut atau berkepentingan atas proses produksi
barang atau pelayanan jasa di suatu perusahaan (Payaman, 2003). Pihak yang
paling berkepentingan atas keberhasilan perusahaan dan berhubungan langsung
sehari-hari adalah pengusaha beserta manajemen dan pekerja. Pada dasarnya
hubungan industrial antara pengusaha dengan pekerja tersebut terjadi setelah
diadakan perjanjian kerja, dimana pihak pekerja menyatakan kesanggupannya
untuk bekerja dengan menerima upah dan pengusaha menyatakan mempekerjakan
pekerja dengan membayar upah.

Pengertian Perjanjian kerja menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun


2003 tentang ketenagakerjaan adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan
pekerja atau pemberi kerja yang memuat syarat-ayarat kerja, hak dan kewajiban
para pihak. Perjanjian kerja ini merupakan hasil perundingan dari pihak
pengusaha dan pekerja yang isinya telah disepakati bersama dan mendekati
keinginan mereka. Agar perjanjian kerja ini sesuai dengan kesepakatan antara
pengusaha dengan pekerja, maka dalam pelaksanaan perjanjian kerja harus
mengandung itikad yang baik. Hal ini diwujudkan dengan menyerasikan hak dan
kewajiban masing-masing pihak secara musyawarah untuk mufakat.

Pengertian Serikat Pekerja menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun


2000 tentang serikat pekerja “Serikat pekerja adalah organisasi yang di bentuk
dari, oleh dan untuk pekerja baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang
bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab guna
memperjuangkan, membela, serta melindungi hak dan kepentingan pekerja serta
meningkatkan kesejahteraan, pekerja dan keluarganya”. Serikat pekerja dapat
digunakan oleh pekerja sebagai alat untuk mencapai tujuannya. Suatu kenyataan
penetapan besarnya upah dan syarat-syarat kerja yang lain diserahkan kepada
perusahaan dan pekerja sebagai pribadi.

Kedudukan pekerja adalah sangat lemah, menyadari atas kelemahannya


dalam menghadapi perusahaan, maka pekerja merasa perlu adanya persatuan.
Dengan adanya persatuan mereka dapat mempunyai kekuatan dalam menghadapi
perusahaan. Salah satu fungsi Serikat Pekerja menurut Undang-Undang No 21
Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja adalah sebagai sarana menciptakan hubungan
industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu Serikat Pekerja harus
menjalankan perannya dengan baik agar tercipta hubungan industrial yang
harmonis sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

Pekerja sebagai warga negara mempunyai persamaan kedudukan dalam


hukum, hak untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak,
mengeluarkan pendapat, berkumpul dalam satu organisasi, serta mendirikan dan
menjadi bagian anggota serikat pekerja. Hak menjadi anggota serikat pekerja
merupakan hak dasar atas pekerja yang di jamin dalam Pasal 28 Undang-Undang
Dasar 1945 “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, menge-luarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”.
Tujuan serikat pekerja adalah untuk memperjuangkan, melindungi dan membela
kepentingan serta meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya.
Dalam menggunakan hak-hak, serikat pekerja juga berkewajiban bersama
pengusaha dan pihak pemerintah menciptakan hubungan industrial yang harmonis
dan dinamis guna memajukan dan menjamin kelangsungan perusahaan, serta
menjamin kepentingan bangsa dan negara. Untuk menampung aspirasi sejumlah
organisasi pekerja yang telah menamakan serikat pekerja, maka terbentuklah
Undang-undang No. 21 tahun 2000 ini yang berisikan tentang Undang-undang
terhadap seluruh Serikat Pekerja yang ada. Pengertian serikat pekerja sebenarnya
lebih luas dan lebih tepat dari serikat buruh. Namun Undang-undang No. 21 tahun
2000 ini juga membuka pintu untuk memberikan nama yang berbeda-beda seperti:
serikat pekerja, serikat buruh, kesatuan pekerja, kesatuan karyawan, kesatuan
buruh, persaudaraan pekerja, persatuan karyawan, asosiasi pekerja, asosiasi
karyawan, ikatan karyawan, korps pegawai, dan lain-lain.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Tentang Pekerja

Pekerja merupakan mitra kerja pengusaha yang sangat dekat dan sangat
penting dalam proses produksi guna meningkatkan kesejahteraan atas pekerja dan
keluarganya. Pekerja adalah setiap penduduk dalam usia kerja yang melakukan
kegiatan ekonomis, baik dalam hubungan kerja di perusahaan maupun di luar
hubungan kerja seperti pekerja mandiri, pekerja keluarga dan pekerja di sektor
informal lainnya (Payaman, 2003).

Pengertian pekerja diperluas yakni (Lalu Husni, 2003)

1) Magang dan murid yang bekerja pada perusahaan baik yang bekerja
pada perusahaan baik yang menerima upah maupun tidak.
2) Mereka yang memborong pekerjaan kecuali jika yang memborong
adalah perusahaan.
3) Narapidana yang dipekerjakan perusahaan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pekerja adalah


setiap orang yang bekerja di perusahaan maupun di luar perusahan dengan
hubungan kerja yang menerima upah atau imbalan dalam bentuk apapun baik itu
material dan non-material. Imbalan tidak hanya berupa uang tetapi juga bisa
berupa barang.

2.2. Hak dan Kewajiban Pekerja

Hak pekerja merupakan pemenuhan kewajiban pengusaha. Hak pekerja


didasarkan kewenangan pengusaha untuk mengaturnya. Kewajiban pekerja adalah
melakukan pekerjaan sesuai dengan penugasan pimpinan menurut disiplin kerja
dan dalam waktu kerja yang diaturkan. Hak-hak pekerja adalah sebagai berikut,
(Darwan Prints, 2002) :

1. Hak mendapat upah atau gaji


2. Hak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan
3. Hak bebas memilih dan pindah pekerjaan sesuai bakat dan kemampuannya
4. Hak atas pembinaan keahlian kejuruan untuk memperoleh serta menambah
keahlian dan ketrampilan lagi
5. Hak mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan serta
perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan norma agama
6. Hak mendirikan dan menjadi anggota perserikatan tenaga kerja
7. Hak atas istirahat tahunan Sebagai imbalan atas jasa kerja, pekerja berhak
memperoleh upah, tunjangan-tunjangan dan jaminan sosial lainnya,
beristirahat, cuti, memperjuangkan haknya secara langsung melalui serikat
pekerja.

Disamping itu pekerja berhak memperoleh berbagai jenis perlindungan:


perlindungan tidak melebihi jam kerja tertentu termasuk jam dan hari istirahat
serta cuti tahunan, perlindungan atas keselamatan dan kesehatan pekerja,
perlindungan atas hak berserikat dan berunding dengan pengusaha, serta
perlindungan upah dan penghasilan pada saat tidak mampu melakukan pekerjaan.
(Payaman, 2003)

2.3. Tinjauan Tentang Pengusaha

Pengusaha adalah Istilah untuk majikan sang pekerja. Ini sangat popular
karena majikan sendiri lahir pada masa kolonial Belanda. Majikan adalah orang
atau badan hukum yang mempekerjakan buruh. Sama halnya dengan istilah buruh,
istilah majikan juga kurang sesuai dengan konsep Hubungan Industrial Pancasila
karena istilah majikan berkonotasi sebagai pihak yang selalu berada di atas
sebagai lawan atau kelompok penekanan dari buruh, padahal antara buruh dan
majikan secara yuridis merupakan mitra kerja yang mempunyai kedudukan yang
sama. Karena lebih tepat jika dengan istilah pengusaha.

Dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan


Pasal 1 Ayat 5 menyebutkan pengertian pengusaha adalah sebagai berikut :

1. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan


suatu perusahaan milik sendiri
2. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri
sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya
3. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan

Selain pengusaha Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 juga memberikan


pengertian pemberi kerja yakni orang perseorangan, pengusaha, badan hukum
atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar
upah atau imbalan dalam bentuk lain (Pasal 1 angka 4). Pengaturan istilah
pemberi kerja ini muncul untuk menghindari orang yang bekerja pada pihak lain
yang tidak dapat dikategorikan sebagi pengusaha khususnya bagi pekerja sektor
informal.

2.4. Kewajiban Pengusaha

Menurut Lalu Husni (2003) Kewajiban pengusaha adalah sebagai berikut

1. Kewajiban membayar upah. Dalam hubungan kerja kewajiban utama bagi


pengusaha adalah membayar upah kepada pekerjaannya secara tepat
waktu. Ketentuan tentang upah ini juga telah mengalami perubahan sesuai
dengan pengaturan pemerintah tentang biaya upah minimum. Hal ini
terlihat dari campur tangan pemerintah dalam menetapkan besarnya upah
terendah.
2. Kewajiban memberikan istirahat/cuti. Pihak pengusaha diwajibkan untuk
memberikan istirahat tahunan kepada pekerja secara teratur. Hak atas
istirahat ini penting artinya untuk menghilangkan kejenuhan pekerja dalam
melakukan pekerjaan.
3. Kewajiban mengurus perawatan dan pengobatan. Pengusaha wajib
mengurus perawatan/pengobatan bagi pekerja yang bertempat tinggal di
rumah pengusaha
4. Kewajiban memberikan surat keterangan tentang pekerjaan yang akan
dilaksanakan oleh sang pekerja

2.5. Tinjauan Tentang Serikat Pekerja

Serikat pekerja merupakan sebuah keniscayaan yang tidak mungkin


dihindari oleh perusahaan. Serikat pekerja dapat digunakan oleh pekerja sebagai
alat untuk mencapai tujuannya. Suatu penetapan besarnya upah dan syarat-syarat
kerja yang lain diserahkan kepada perusahaan atas berdasarkan ketetapan
pemerintah. Dengan kedudukan pekerja yaitu sangat lemah dan menyadari atas
kelemahannya dalam menghadapi perusahaan sebuah perusahaan maka pekerja
merasa perlu adanya persatuan. Dengan adanya persatuan dapat mempunyai
kekuatan dalam menghadapi perusahaan. Dari persatuan ini maka munculnya
serikat para pekerja. Henry Simamora (1999) menyatakan bahwa “Serikat Pekerja
adalah sebuah organisasi yang berunding bagi karyawan tentang upah-upah, jam-
jam kerja, dan syarat-syarat dan kondisi-kondisi pekerjaan lainnya”. Dari
pengertian tersebut di atas dapat diketahui bahwa serikat pekerja merupakan
organisasi berunding bagi para pekerja. Dengan kehadiran Serikat Pekerja para
pekerja dapat melakukan negosiasi dengan pengusaha dalam hal kebijakan
perusahaan, sebab ketika ada serikat pekerja maka menjadi sebuah kewajiban bagi
pengusaha untuk menegosiasikan segala sesuatu dengan serikat pekerja. Adapun
tujuan dari serikat pekerja adalah memperjuangkan, membela serta melindungi
hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan
pekerja/buruh dan keluarganya. Dari berbagai pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa serikat pekerja adalah organisasi yang didirikan oleh pekerja
sebagai wadah untuk memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan
kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan
keluarganya.

2.6. Sifat serikat pekerja menurut Undang-Undang Nomor 21


Tahun 2000 tentang serikat pekerja yang tertuang dalam Pasal 3

Serikat pekerja mempunyai sifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan


bertanggungjawab. Bebas berarti dalam melaksanakan hak dan kewajibannya
Serikat pekerja tidak di bawah pengaruh atau tekanan dari pihak lain. Terbuka
berarti serikat pekerja dalam menerima anggota dan memperjuangkan
kepentingan Serikat Pekerja tidak membedakan aliran politik, agama, suku bangsa
dan jenis kelamin. Mandiri berarti bahwa serikat pekerja dalam mendirikan,
menjalankan dan mengembangkan organisasinya ditentukan oleh kekuatan
sendiri, tidak dikendalikan oleh pihak lain di luar organisasi. Demokratis berarti
dalam pembentukan organisasi, pemilihan pengurus, memperjuangkan dan
melaksanakan hak dan kewajiban organisasi dilakukan sesuai dengan prinsip
demokrasi. Bertanggungjawab berarti dalam mencapai tujuan dan melaksanakan
hak dan kewajibannya serikat pekerja bertanggungjawab kepada anggota
masyarakat.

2.7. Peran dan Fungsi Serikat Pekerja

Menurut Sastrohadiwiryo (2003), fungsi utama serikat pekerja adalah


sebagai berikut:

1. Pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan penyelesaiannya


2. Wakil pekerja dalam lembaga kerjasama di bidang ketenagakerjaan
sesuai dengan tingkatannya
3. Sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan
berkeadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
4. Sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan
anggotanya
5. Perencana, pelaksana dan penanggungjawab pemogokan pekerja/buruh
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
6. Wakil pekerja dalam memperjuangkan kepemilikan saham di
perusahaan.

Menurut Payaman (2003) Serikat Pekerja merupakan salah satu sarana dan
pelaksana utama hubungan industrial. Sebagai pelaksana utama hubungan
industrial, Serikat Pekerja mempumyai peranan dan fungsi berikut ini:

1. Menampung aspirasi dan keluhan pekerja, baik anggota maupun bukan


anggota Serikat Pekerja yang bersangkutan
2. Menyalurkan aspirasi dan keluhan tersebut kepada manajemen atau
pengusaha baik secara langsung atau melalui lembaga Bipartit
3. Mewakili pekerja di lembaga Bipartit
4. Mewakili pekerja di tim perunding untuk merumuskan perjanjian kerja
bersama
5. Mewakili pekerja di lembaga-lembaga kerjasama ketenagakerjaan
sesuai dengan tingkatannya seperti lembaga Tripartit, P4D dan P4P,
dewan keselamatan dan kesehatan kerja, dewan latihan kerja, dll
6. Memperjuangkan hak dan kepentingan anggota baik secara langsung
kepada pengusaha maupun melalui lembaga-lembaga ketenagakerjaan
7. Membantu menyelesaikan perselisihan industrial
8. Meningkatkan disiplin dan semangat kerja anggota
9. Aktif mengupayakan menciptakan atau mewujudkan hubungan
industrial yang aman dan harmonis
10. Menyampaikan saran kepada manajemen baik untuk penyelesaian
keluh kesah pekerja maupun untuk penyempurnaan system kerja dan
peningkatan produktivitas perusahaan

2.8. Pembentukan Serikat Pekerja

Para pekerja bebas membentuk Serikat Pekerja, karena berserikat


merupakan hak pekerja. Dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Tentang
Serikat Pekerja yang tertuang dalam Pasal 5, setiap pekerja/buruh berhak
membentuk Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Serikat Pekerja dapat dibentuk oleh
sekurang-kurangnya sepuluh orang pekerja. Serikat Pekerja yang teleh terbentuk
harus mencatatkan ke Lembaga yang terkait, kemudian lembaga yang terkait
tersebut memberikan nomor bukti pencatatan.

2.9. Hak dan Kewajiban Serikat Pekerja Serikat

Serikat Pekerja yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan


berkewajiban (Payaman, 2003)

1. Melindungi dan membela anggota dari pelanggaran hak-hak dan


memperjuangkan kepentingannya
2. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan anggota dan keluarganya
3. Mempertanggungjawabkan kegiatan organisasi kepada aggotanya
sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.

2.10. Hal-Hal yang Diperjuangkan Serikat Pekerja


Serikat Pekerja merupakan wadah bagi para pekerja untuk
memperjuangkan kesejahteraannya. Menurut Taliziduhu Ndraha (1999) pokok
persoalan yang selalu menjadi bahan negosiasi antara kedua belah pihak yaitu
para pekerja dengan pengusaha antara lain:
1. Pengakuan terhadap eksistensi Serikat Pekerja
2. Keamanan dan perlindungan terhadap Serikat Pekerja
3. Pemogokan
4. Jam kerja
5. Disiplin
6. Keluhan
7. Senioritas
8. Upah
9. Kesehatan dan keselamatan kerja
10. Tunjangan
11. Hak-Hak atasan

3. METODE PENULISAN

Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan ini adalah penulisan


deskriptif dengan studi literature dari beberapa sumber. Dalam tulisan ini, penulis
menggabungkan sumber referensi yang ada baik dari referensi buku maupun
terbitan jurnal dan internet. Analisis data yang digunakan ialah analisis data yaitu
dengan melakukan pengumpulan data, menganalisis data, serta mengambil
kesimpulan yang berkaitan dengan serikat pekerja.

4. PEMBAHASAN

4.1. Negara Polandia

Nama Polandia berasal dari kata Slavia, yang berarti “lapangan”. Nama ini
tepat, karena Polandia mencakup bagian dari dataran luas yang membentang di
sebagian besar wilayah Eropa tengah timur. Polandia terletak di antara Jerman di
barat, Republik Ceko dan Slovakia di selatan, dan Rusia, Lithuania, Belarus, dan
Ukraina di timur. Lokasi Polandia yang seperti ini ditambah kurangnya hambatan
alam sangat mempengaruhi sejarah negara ini. Di sebagian besar sejarahnya,
Polandia berjuang untuk menjadi independen dari tetangga-tetangganya yang
kuat.
Polandia pernah menjadi salah satu kerajaan terbesar di Eropa. Namun,
pada abad-abad selanjutnya, Polandia sering ditaklukkan dan diduduki oleh
negara-negara lain. Antara akhir tahun 1700 dan awal 1900, Polandia menghilang
dari peta Eropa. Wilayahnya telah dipartisi dibagi antara negara-negara
tetangganya. Selama periode ini, patriotisme menyatukan rakyat Polandia
bersama-sama. Polandia kembali meraih kemerdekaannya pada tahun 1918, di
akhir Perang Dunia I. Tapi negara ini diserbu oleh tentara Jerman pada tahun
1939, saat pecah Perang Dunia II. Sebagian besar Polandia hancur selama
pertempuran.

Setelah perang berakhir pada tahun 1945, Polandia harus membangun


kembali negara mereka dari reruntuhan. Pemerintahan komunis didirikan di
Polandia setelah Perang Dunia II, di bawah arahan Uni Soviet, yang didukung
oleh pasukan Soviet. Komunis memegang semua kendali kekuasaan sampai tahun
1989, ketika Polandia pertama kali mengadakan pemilihan umum yang bebas dan
terbuka. Mereka membentuk pemerintahan yang mereka pilih sendiri.

4.1.2. Sejarah Serikat Pekerja Polandia

Pada hakikatnya kemunculan gerakan anti komunis di Polandia


diakibatkan oleh sistem yang diterapkan oleh pemerintah komunis yang berkuasa
di Polandia pada masa itu. Latar belakang budaya serta kehidupan rakyat Polandia
tidak sama dengan kehidupan rakyat Rusia atau negara komunis lain, yang mana
kehidupan rakyat Polandia merupakan kehidupan yang berbentuk demokratis dan
bebas. Oleh karena itu budaya serta kehidupan rakyat yang dahulunya hidup di
dalam kemerdekaan tentunya membentuk jiwa yang demokratis pula, maka
dengan sendirinya segala bentuk sistem kehidupan Polandia yang berubah
menetapkan posisi kedalam posisi yang terjepit. Hal ini dialami oleh rakyat
Polandia sejak intervensi Negara Uni Soviet ke Polandia pada tahun 1945 yang
memaksa rakyat untuk masuk kedalam suatu bentuk dan sistem kehidupan yang
sangat lain dari kehidupan sebelumnya dan ini yang menyebabkan ketakutan
rakyat Polandia terhadap kekejaman militer Uni Soviet pada masa itu.

Perlawanan dan pergolakan serta usaha yang dilakukan untuk mencoba


menyingkirkan sistem otoriter yang dilaksanakan di Polandia berasal dari kaum
sastrawan dan seniman. Sastrawan dan seniman mengkritik sistem otoriter yang
sangat mendominasi segala aspek kehidupan rakyat Polandia, namun usaha
memperjuangkan aspirasinya harus dibayar dengan darah dan bahkan dengan
nyawa. Pergolakan politik yang terjadi tahun 1956, disusul pada tahun 1970
merupakan sebagian rangkaian usaha yang akhirnya selalu berakhir dengan
kegagalan. Kegagalan tersebut diakibatkan oleh kuatnya cengkraman Negara Uni
Soviet di Polandia serta kegagalan kegiatan yang mengarah kepada pertentangan
terhadap ideologi komunis.

Pergantian kepemimpinan di Polandia sering terjadi, hal ini disebabkan


karena pemimpin yang berkuasa saat masa itu dianggap lemah dan memiliki
toleransi terhadap kelompok-kelompok yang berusaha menyalurkan aspirasinya
melalui berbagai aksi. Pada tahun 1970, pemimpin Polandia Wladyslaw Gomulka
terpaksa turun dari kursi tertinggi partai komunis Polandia karena dinilai lemah
dalam memberikan tekanan terhadap penentang sistem komunis, dan dinilai ragu-
ragu serta bahkan mau berkompromi dengan kelompok penentang, dengan kata
lain kelompok Solidaritas.

Pemogokan dan kekacauan yang terjadi pada tahun 1970, diawali dengan
keputusan pemerintah untuk menaikkan harga pangan, sandang dan bahan bakar
sehingga membuat rakyat gelisah dan menentang keputusan pemerintah tersebut.
Kekacauan politik tersebut kemudian menyebabkan turunya Wladyslaw Gomulka
sebagai pemimpin dan pemerintahan kemudian menggantikannya dengan Edward
Gierek. Perlu untuk diketahui bahwa lahirnya Solidaritas, Serikat Buruh Bebas
adalah sebuah bentukan oleh para buruh serta pekerja. Lahirnya Solidaritas dan
Serikat Buruh Bebas merupakan kelompok yang berhasil menjatuhkan
kepemimpinan Wladyslaw Gomulka.
Jatuhnya kepemimpinan penguasa Polandia masa itu karena dinilai tidak
mampu untuk mengatasi situasi yang dilakukan oleh para pekerja yang tergabung
dalam Serikat Buruh Bebas. Seluruh pekerja pelabuhan ketika masa itu melakukan
pemogokan dan melakukan tuntutan di depan pelabuhan yang tidak dapat
dibendung lagi oleh pemerintah. Dalam aksi inilah seorang tokoh rakyat Polandia
bernama Lech Walesa tampil sebagai pembicara yang menyampaikan aspirasinya
di depan semua pekerja, buruh hingga petani yang telah berkumpul ditempat
tersebut. Sebelum Lech Walesa datang telah ada seorang pekerja kapal Erzy
Borowzack yang terlebih dahulu melakukan orasi. Orasi tersebut sekaligus
bertujuan untuk menunjuk sebuah Komite Pemogokan serta orang yang dapat
dipercaya sebagai pemimpinnya, yang akhirnya menetapkan Lech Walesa lah
yang menjadi ketua komite mogok tersebut.

Setelah hari pemogokan itu, Lech Walesa di tunjuk dan resmi menjadi
ketua komite mogok. Lewat komite mogok yang telah terbentuk ini Solidaritas
melakukan perjuangan lewat aksi-aksi mogok dan berjuang menentang
pemerintah komunis di Polandia. Kaum buruh merupakan penggerak dari sekian
banyak aksi-aksi yang terjadi di Polandia. Dari aksi yang dilakukan inilah terjadi
pembaharuan-pembaharuan di Polandia. Semua kebijakan yang di buat
pemerintah sebagian berhubungan langsung dengan para buruh. Terutama
kebijakan ekonomi, perlu di ketahui bahwa suatu pabrik tidak bisa beroperasi
tanpa buruh dan hal ini tidak disadari oleh para pemerintah di Polandia.

4.1.3. Lahirnya Serikat Pekerja Polandia

Para buruh membentuk suatu Komite Pemogokan yang berasal dari 24


perusahaan berbeda di Gdansk maupun di kota-kota besar lainnya seperti Gdynia.
Komite inilah yang nantinya merupakan badan tunggal kaum buruh yang
mewakili untuk perundingan dengan wakil pemerintah dalam hal menyelesaikan
permasalahan. Komite ini juga yang merupakan pencetus lahirnya kaum
Solidaritas. Dari awalnya hanya 24 buah perusahaan yang berasal dari tiap-tiap
perusahaan, selang beberapa waktu kemudian jumlah perusahaan terus bertambah
hingga seratusan lebih jumlahnya dan secara bersama-sama menyepakati
membentuk serikat yang di sebut dengan “Komite Gabungan Pemogokan Antar
Perusahaan” (KGPAP) dan mereka menyepakati Lech Walesa untuk mewakili
mereka dalam perundingan dengan pemerintah komunis Polandia.

Pada tanggal 31 Agustus 1980 ditandatanganilah kesepakatan yang


memperlihatkan kemenangan berada di pihak kaum Solidaritas dan momentum
tersebut dijadikan sebagai hari lahirnya Kaum Solidaritas. Peristiwa ini
dikalangan rakyat Polandia disebut dengan Perjanjian Gdansk. Perjanjian Gdansk
adalah sebuah perjanjian yang berisikan 21 tuntutan pokok kaum buruh atas
pemerintah.

Setelah ditetapkannya tanggal 31 Agustus 1980 sebagai hari lahirnya


kaum Solidaritas, maka tidak lama setelah itu utusan-utusan yang mewakili
hampir seperempat kaum buruh Polandia secara resmi pula mengesah kan
anggaran dasar baru bagi gerakan Serikat Buruh Nasional dan ini untuk pertama
kalinya di negara-negara blok timur serikat buruh tidak diawasi lansung oleh
Partai Komunis. Serikat Buruh yang baru memiliki dan mempunyai hak otonomi
dengan sebutan “Solia Solidarnosc” yang mempunyai arti “setia kawan” sesuai
dengan dasar perjuangan.

Utusan-utusan komite buruh di Polandia tersebut berkumpul untuk


bersama-sama mengesahkan Piagam Serikat Buruh Bebas dan selanjudnya
membahas rencana pengelolaan gerakan baru. Setelah itu sekitar 30 sampai 40
utusan yang berangkat ke Warsawa pada tanggal 25 September 1980 Lech Walesa
mengadakan kunjungan ke pengadilan Warsawa untuk mendaftarkan organisasi
tersebut sebagai suatu Serikat Buruh yang otonomi.

4.1.4. Sejarah Serikat Pekerja Indonesia

Perjalanan sejarah serikat pekerja/serikat buruh di Indonesia telah dimulai


sejak akhir abad ke-18. Beberapa peristiwa penting dalam sejarah termasuk
perjuangan dalam membebaskan nusantara dari tangan kolonial diprakarsai,
dikordinir dan digerakan oleh serikat pekerja/serikatb uruh. Hingga saat ini
catatan sejarah perjalanan serikat pekerja/serikat buruh di Indonesia masih
berlanjut. Berikut catatan singkat perjalanan serikat pekerja/serikat buruh di
Indonesia dari tahun ke tahun sebagai berikut :

Tahun 1878

Muncul serikat buruh guru Bahasa Belanda yang dipengaruhi oleh pergerakan
sosial demokrat di Belanda.Pada masa itu serikat buruh tampil sebagai organisasi
golongan yang hanya menampung kulit putih.

Tahun 1879 : Lahir Nederland Indische Onderwys Genootschap (NIOG), Serikat


Pekerja Guru Belanda.

Tahun 1905 : Lahir Serikat Pekerja Pos (Pos Bond).

Tahun 1906 : Lahir Serikat Pekerja Perkebunan (Cultuur Bond) dan Serikat
Pekerja Gula (Zuiker Bond).

Tahun 1907 : Lahir Serikat Pegawai Pemerintah.

Tahun 1908 : Lahir Vereniging Spoor-Traam Personeel (VSTP)

Tahun 1909

Pada 26 September di kalangan Tionghoa di Jakarta dibentuk Tiong Hoa Sim Gie
dipimpin oleh Lie Yan Hoei. Empat bulan kemudian kelompok ini merubah nama
menjadi Tiong Hoa Keng Kie Hwee yang kemudian menjadi inti dari Federasi
Kaoem Boeroeh Tionghoa.

Tahun 1911 : Lahir Perkumpulan Bumi Putra Pabean (PBPP).

Tahun 1912

Lahir Sarekat Dagang Islam (SDI) yang bergerak di bidang perekonomian dan
perdagangan, Serikat Islam sebagai serikat buruh kaum pribumi dan Persatuan
Guru Bantu (PGB).
Tahun 1913 : Lahir Serikat Pekerja Kereta Api (Spoor Bond).

Tahun 1914 : Lahir Persatuan Pegawai Pegadaian Bumiputra (PPPB).

Tahun 1915 : Lahir Serikat Pekerja Perusahaan Swasta (Partikulir) / (SPPP).

Tahun 1916 : Lahir Serikat Pekerja Opium Regie Bond (ORB).

Tahun 1917 : Lahir Serikat Pekerja Pabrik Gula.

Tahun 1918

Pada bulan Agustus lahir PFB (Personeel Fabriek Bond) yang beranggotakan
buruh tetap, Perkumpulan Tani dan koperasi yang kemudian lazim disebut sebagai
Sarekat Tani dengan anggota kuli kenceng atau pemilik tanah yang disewa pabrik,
serta Perserikatan Kaum Buruh Umum (PKBO) yang beranggotakan buruh
musiman. Ketiga perhimpunan itu diketuai Suryopranoto yang juga menyebut
dirinya sebagai komandan Tentara Buruh Adidarmo.

Tahun 1919 : Lahir Persatuan Pergerakan Kaum Buruh (PPKB) dipimpin oleh
Semaoen.

Tahun 1920

Pemogokan buruh terjadi pada 72 pabrik gula di seluruh Jawa. Dari jumlah itu 28
pemogokan terjadi pada masa sebelum dan sesudah giling yang meliputi 4.700
pekerja; sedangkan pemogokan yang lain terjadi dalam masa giling (dari bulan
Mei sampai Oktober) dengan pemogokan terdiri dari 20.716 orang. Pemogokan
yang terjadi di luar musim giling biasanya terpaksa dilakukan sebagai reaksi
tindakan pengusaha yang dianggap tidak adil dan sewenang-wenang. Dari jumlah
4.700 pemogok sebagian besar terdiri dari tukang yang berperan penting dalam
menjalankan proses produksi di pabrik gula. Pemogokan dalam musim giling
biasanya dilakukan atas inisiatif buruh karena motif-motif ekonomis. Gerakan
telah dipersiapkan sehingga meskipun pemogok yang terdiri dari buruh tetap
hanya mencapai 1.997 orang tetapi mereka mampu memimpin sejumlah besar
buruh musiman (7.584 orang) dan buruh tidak tetap sekitar pabrik (11.135 orang).

Tahun 1920

Para pekerja anggota Personeel Fabrik Bond (PFB) mogok kerja, menuntut
majikan supaya mau mengakui keberadaan Serikat Pekerja mereka.

Tahun 1921

Harga gula, komoditas andalan Belanda di tanah jajahannya jatuh di pasaran


dunia.Pemodal Belanda yang mengalami kerugian cukup besar terpaksa harus
menekan ongkos produksi secara besar-besaran, diantaranya adalah dengan
memangkas upah buruh.Buruknya kondisi kerja waktu itu memicu pergolakan
aksi buruh. Pemerintah mengaktifkan kantor Pengawasan Perburuhan yang berada
dibawah Departemen Kehakiman. Ia punya bagian yang secara terpusat
mengawasi pergerakan serikat buruh dan mengamati kebutuhan dikeluarkannya
peraturan hukum baru menyangkut perburuhan.

Tahun 1922

Para pekerja pelabuhan Surabaya melancarkan aksi mogok kerja, menuntut


perbaikan nasib. PPKB dan Revolutionaire Vakcentrale berhasil membangun
aliansi yang bernama PVH (Persatuan Vakbond Hindia).

Tahun 1923

Pegawai Kereta Api mogok kerja.Tuntutan mereka kala itu kurang


berhasil.Pemerintah kolonial melarang adanya aksi mogok kerja, yang dilakukan
kaum pekerja dan segera dikeluarkan Undang-Undang tentang larangan mogok
kerja (artikel 161 bis Buku Hukum Pidana) tanggal 10 Mei 1923. Serikat Pekerja
Kereta Api dan Trem-Vereniging van Spoor en Trem Personeel (VSTP) menjadi
anggota Gabungan Serikat Pekerja International yaitu International Federation of
Trade Union (IFTU) yang bermarkas besar di Moskow Rusia. Revolutionaire
Vakcentrale membangun hubungan dengan Profintern (Red International Labour
Union) dan menjadi anggotanya.

Tahun 1924

Pada bulan Juni Serikat Pekerja Indonesia bersama-sama Serikat Pekerja Filipina,
India, Jepang dan Tiongkok di undang untuk menghadiri Konferensi Serikat
Pekerja Angkutan Laut di Kanton. Dengan demikian keberadaan dan kehidupan
Serikat Pekerja di samping Iebih erat menjalin hubungan kerja sama dengan
Serikat-Serikat Pekerja Internasional, juga lebih memperkuat posisi.

Tahun 1926

PVH (Persatuan Vakbond Hindia) berakhir akibat dari kegagalan aksi politik PKI
yang disusul penangkapan besar-besaran terhadap aktivis RV.

Tahun 1930

Serikat Kaum Buruh Indonesia (SKBI) dibubarkan oleh pemerintah kolonial,


dicurigai turut aktif dalam kegiatan perjuangan kebangsaan.

Tahun 1932

Lahir dua organisasi Serikat Pekerja, yaitu Persatuan Vakbonden Pegawai Negeri
(PVPN) dan Persatuan Serikat Pekerja Indonesia (PSPI), yang didirikan oleh dr.
Soetomo.

Tahun 1937

Direktur Intemasional Labour Organization (ILO), Harold B. Butle berkunjung ke


Indonesia pada bulan Oktober untuk memperoleh informasi tentang
perkembangan kehidupan perburuhan di Indonesia yang akan dijadikan bahan
laporan dalam Konfrensi ILO.
Tahun 1938

Lahir gerakan politik yang bekerja sama dengan gerakan serikat pekerja untuk
bersama-sama melindungi dan membebaskan hak-hak dan kepentingan pekerja,
memberantas pengangguran, mengantisipasi tantangan industrialisasi yang
menggusur lapangan usaha kerajinan rakyat.

Tahun 1940

Pemerintah kolonial mengeluarkan Ordonansi Regeling Arberdsverhouding


(ORA), suatu peraturan yang mengatur tentang jaminan dan perlindungan kaum
pekerja di perusahaan-perusahan swasta (partikelir).

Tahun 1945

Pada 15 September lahir sebuah organisasi masa buruh yang bernama BBI
(Barisan Buruh Indonesia). BBI mengutamakan barisan buruh untuk memudahkan
mobilisasi oleh serikat sekerja dan Partai Buruh.Dalam kongresnya pada bulan
September 1945 yang dihadiri oleh kaum buruh dan tani, tercetuslah Partai Buruh
Indonesia.BBI juga sepakat untuk menuntaskan revolusi nasional.Untuk
mempertahankan tanah air dari serangan musuh, BBI membentuk Laskar Buruh
bersenjata di pabrik-pabrik.Untuk kaum perempuan dibentuk Barisan Buruh
Wanita (BBW).

Tahun 1946

BBI dilebur menjadi GASBI (Gabungan Serikat Buruh Indonesia).Serikat buruh


yang tidak sepakat dengan struktur GASBI keluar dan membentuk GASBV
(Gabungan Serikat Buruh Vertikal). Tetapi pada bulan November, tahun yang
sama, atas usaha Alimin dan Harjono, GASBI dan GASBV berhasil dilebur
menjadi SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia).

Tahun 1948

SOBSI sempat mengalami perpecahan akibat perbedaan sikap dalam menanggapi


perjanjian Renville.Tetapi tidak lama kemudian SOBSI berhasil kembali
mengkonsolidasikan pecahan-pecahannya.Bahkan dalam pernyataan politiknya
tahun 1948, SOBSI kemudian menegaskan menolak perjanjian Renville.SOBSI
kemudian menyatakan keluar dari HISSBI (Himpunan Serikat-serikat buruh
Indonesia) karena perbedaan garis politik.

Tahun 1957

Soekarno mengeluarkan dua konsepsi mengenai kabinet karya dan dewan


nasional.Kabinet karya ini adalah kabinet eksekutif yang menampung orang-orang
di parlemen dan partai politik.Buruh sebagai golongan fungsional mendapatkan
tempat di Dewan Perancang Nasional. Anggota Dewan ini 77 orang, dan dari 77
itu ada lima wakil angkatan buruh/pegawai yaitu dari SOBSI, SOBRI,RKS dan
dua orang dari KBKI. Sementara di Dewan Pertimbangan Agung, duduk dua
orang wakil dari buruh yaitu dari SOBSI dan KBKI.

Tahun 1973

Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) didirikan sebagai satu-satunya serikat


buruh yang diakui pemerintah.

Tahun 1990

Pada bulan November serikat buruh independen pertama dibentuk dengan nama
Serikat Buruh Merdeka Setia Kawan (SBM-SK) di bawah kepemimpinan HJC.
Princen.Karena adanya konflik internal dan tekanan pemerintah, serikat ini
berhenti beraktivitas.

Tahun 1992

Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) didirikan pada 25 April oleh


sekelompok aktivis pro-demokrasi yang mengadakan “pertemuan buruh nasional”
di Cipayung, Jawa Barat.Hadir sekitar 100 buruh dari 18 propinsi.SBSI mendapat
dukungan dari Abdurrahman Wahid (NU), Sabam Sirait (PDI) dan Asmara
Nababan. Mochtar Pakpahan, seorang lawyer buruh dari Medan menjadi Sekjen
SBSI.
Tahun 1993

Pada 14 Juni, 7 buruh pabrik udang, PT. Tambaksari Jalmorejo di Medan di-PHK
karena menjadi anggota SBSI.Kongres SBSI yang sedianya diselenggarakan pada
29 Juli tidak mendapat ijin pemerintah.

Tahun 1994

Konfederasi Serikat Pekerja Bebas Internasional mengajukan pengaduan resmi


terhadap Indonesia ke Organisasi Buruh Internasional, ILO.Mereka menuduh
pemerintah menolak hak pekerja untuk membentuk serikat pekerja atas pilihan
mereka sendiri, mengganggu organisasi pekerja independen, dan melakukan
tindakan yang bertentangan dengan standar ILO mengenai kebebasan berserikat
dan hak untuk tawar-menawar kolektif.

Serikat buruh independen ketiga, Pusat Perjuangan Buruh Indonesia (PPBI), lahir
pada bulan Oktober. Permohonan Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) untuk
didaftar sebagai serikat pekerja kembali ditolak pada bulan
November.Departemen Tenaga Kerja juga menghalangi niat SBSI untuk
mendaftar pada Departemen Dalam Negeri sebagai organisasi sosial di bawah
Undang-undang Keormasan.Pemerintah menganggap SBSI tidak sah.

Tahun 1995

Struktur Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI), dengan 13 federasi serikat


pekerja sektoralnya berubah dari kesatuan (sentralisasi) menjadi federasi
(desentralisasi) dengan nama Federasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSPSI).
Ke-13 sektor industrinya didaftar sebagai serikat pekerja nasional yang terpisah;
SPSI merupakan satu-satunya federasi serikat pekerja yang diakui oleh
Departemen Tenaga Kerja. Menteri Tenaga Kerja menyatakan bahwa serikat
pekerja yang dibentuk harus berafiliasi dengan SPSI, dan bahwa pemerintah tidak
akan mengakui setiap serikat pekerja di luar federasi.
Tahun 1996

PPBI membantu mengorganisasi demo buruh pada bulan Juli di Surabaya.


Dengan partisipasi sekira 15.000 buruh dari 10 pabrik, demo ini barangkali
merupakan demonstrasi terbesar di masa Orde Baru.

Tahun 1998

Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) diakui oleh pemerintah. Ketuanya,


Mochtar Pakpahan, dibebaskan pada bulan Mei setelah beberapa tahun mendekam
di penjara.

Tahun 2000

Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh


disahkan di Jakarta pada 4 Agustus oleh Presiden Abdurrahman Wahid.

Tahun 2003

Kongres Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) yang merupakan gabungan dari 12


organisasi serikat pekerja melaksanakan kongres pendirian pada bulan Januari di
Jakarta.

Tahun 2004

Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) yang bertujuan untuk memperjuangkan


aspirasi Buruh Migran Indonesia di tingkat nasioanal maupun internasional
dideklarasikan di Semarang pada tanggal 10 Juli.Konfederasi Serikat Buruh
Sejahtera Indonesia (SBSI) Sumatera Utara mendapat kehormatan menjadi tuan
rumah kongres World Federation of Clerical Workers (WFCW) pada 1-4
November. WFCW beranggotakan 70 negara Asia, Afrika, Eropa dan Amerika,
merupakan federasi dari World Confederation of Labour (WCL), organisasi buruh
dunia yang terkuat.

5. KESIMPULAN

Serikat pekerja muncul atas dari ketidakadilan sang pemilik usaha maupun
sistem yang ditetapkan oleh pemerintah karena dianggap melanggar hak-hak
sebagai pekerja. Serikat pekerja yaitu organisasi yang dibentuk dari, oleh ,dan
untuk pekerja atau buruh baik di perusahaan maupun diluar perusahan, yang
bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna
memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja atau
buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja atau buruh dan keluargannya.
Bukan hanya memperjuangkan serta melindungi hak para pekerja saja, serikat
pekerja juga berfungsi sebagai jembatan antara perusahaan dan pekerja, serta
tugas serikat pekerja juga menjaga hubungan yang baik antara serikat pekerja
dengan perusahaan atau antara pekerja dengan perusahaan. Maka dari itu, dengan
adanya serikat pekerja, dapat membantu pekerja untuk mendapatkan haknya
sehingga kesejahteraan pekerja dan keluarganya pun terjamin. Bukan hanya
pekerja saja yang mendapatkan kesejahteraan, dan kelangsungan perusahaanpun
dapat diperoleh dengan adanya semangat kerja, dan produktivitas tinggi dari
pekerja.

6. DAFTAR PUSTAKA

Husni, Lalu. 2003. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta:


Rajawali

Press.

Prints. Darwan. 2002. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Bandung: PT Citra

Aditya Bakti
Sastrohadiwiryo. Siswanto 2003. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia.
Pendekatan

Administrasi Dan Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Simamora, Henry. 1999. Manajemen sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Bagian

Penerbitan STIE YKPN

Simanjuntak, Payaman. 2003. Manajemen Hubungan Industrial. Jakarta: Pustaka

Sinar Harapan.

Undang-Undang Nomor. 21 Tahun 2000

Undang-Undang Nomor. 13 Tahun 2003

Junal

Be´la Greskovits. 2015. Ten years of enlargement and the forces of labour in
Central and Eastern Europe. Vol. 21(3) 269–284 ª The Author(s) 2015
Reprints and permission: sagepub.co.uk/journalsPermissions.nav DOI:
10.1177/1024258915585932 trs.sagepub.com
Michał Pilc. 2015. The temporary employed in Poland: Beneficiaries or victims
of

the liberal labour market. Economic and Industrial Democracy 1 –25 ©


The Author(s) 2015 Reprints and permissions:
sagepub.co.uk/journalsPermissions.nav DOI:
10.1177/0143831X15574113 eid.sagepub.com

Michał Polakowski & Dorota Szelewa. 2016. Poland in the migration chain:

Causes and consequences. 1–12 ª The Author(s) 2016 Reprints and


permission: sagepub.co.uk/journalsPermissions.nav DOI:
10.1177/1024258916636581 trs.sagepub.com
Kari Tapiola. 2015. Trade union development in the CEECs. International Affairs

Director, Central Organisation of Finnish Trade Unions SAK.


trs.sagepub.com at MOUNT ALLISON UNIV on June 21, 2015.

Internet

http://www.hubunganindustri.com/2016/10/28/sejarah-perkembangan-serikat-
buruh-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai