2
Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta,57125, Indonesia
baskoro_ap@uns.ac.id
3
Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta,57125, Indonesia
suciati.sudarisman@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) prosedur pengembangan modul IPA Terpadu berbasis Inquiry
Lesson tema Pencemaran Lingkungan; 2) karakteristik modul IPA Terpadu berbasis Inquiry Lesson tema
Pencemaran Lingkungan; 3) kelayakan modul IPA Terpadu berbasis Inquiry Lesson tema Pencemaran
Lingkungan; 4) efektivitas modul IPA Terpadu berbasis Inquiry Lesson tema Pencemaran Lingkungan
terhadap literasi sains. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan hasil modifikasi model penelitian
pengembangan dari Borg & Gall yang telah dimodifikasi. Validasi desain produk dilakukan oleh ahli materi,
ahli pendidikan, ahli media pembelajaran, ahli bahasa dan praktisi guru IPA. Subyek uji coba lapangan
adalah 35 siswa kelas VII-B, subyek uji lapangan adalah 35 siswa yang diambil secara acak dari dua kelas
yaitu VIIA dan VIIC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) pengembangan IPA Terpadu berbasis Inquiry
Lesson mengadaptasi kerangka modul dari Depdiknas 2008 yang terdiri dari bagian pembuka, inti dan bagian
penutup. Prosedur pengembangan menggunakan Borg & Gall yang telah dimodifikasi yang terdiri dari:
penelitian dan pengumpulan data awal, perencanaan penelitian, pengembangan produk awal, uji coba
awal, revisi hasil uji coba terbatas, uji coba lapangan, revisi hasil uji coba lapangan, uji lapangan, revisi
produk akhir dan diseminasi; 2) Modul IPA Terpadu berbasis Inquiry Lesson tema Pencemaran Lingkungan
mempunyai karakteristik model keterpaduan webbed, basis modul Inquiry Lesson, dan sesuai dengan
Kurikulum 2013; 3) kelayakan modul sangat baik dengan penilaian ahli materi 88%, ahli pendidikan 100%,
ahli media pembelajaran 83%, ahli bahasa 82%, praktisi 93%; 4) penerapan modul IPA Terpadu berbasis
Inquiry Lesson pada kelas uji coba lapangan dan uji lapangan secara signifikan dapat meningkatkan literasi
sains siswa dengan rata-rata N-gain masing-masing sebesar 0,5 dan 0,62 pada kategori sedang. Uji korelasi
gain literasi sains pada uji coba lapangan dengan uji lapangan memperoleh nilai korelasi sebesar 0,957
artinya hubungan korelasi literasi sains pada uji coba lapangan dan uji lapangan sangat kuat. Nilai p-value
0,000 < 0,05 artinya terdapat hubungan positif yang signifikan antara literasi sains siswa ketika siswa
menggunakan modul pada uji coba lapangan dengan uji lapangan.
138
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 138-151)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang Modul sebagai bahan ajar memiliki
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan karakteristik yang sejalan dengan basis pada
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan modul tersebut. Basis yang dipilih dalam
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau pembelajaran IPA harus dapat mengungkap
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan karakteristik IPA itu sendiri. National
suatu proses penemuan (Kemendikbud, 2013: Research Council (NRC) mendefinisikan
219). inkuiri adalah aktivitas beraneka segi yang
Kurikulum 2013 merupakan meliputi membuat pertanyaan, memeriksa
pengembangan dari KTSP (Kemendikbud, buku-buku sumber inforrnasi lain untuk
2013: 83). Pendidikan IPA pada Kurikulum melihat apa yang diketahui, merencanakan
2013 diharapkan dapat menjadi wahana bagi investigasi, memeriksa kembali apa yang
siswa untuk mempelajari diri sendiri dan telah diketahui menurut bukti eksperimen,
alam sekitar, serta prospek penerapannya menggunakan alat untuk mengumpulkan,
dalam kehidupan sehari-hari. Proses menganalisa dan menginterpretasi data,
pembelajarannya menekankan pada mengajukan jawaban, mengajukan
pemberian pengalaman langsung untuk penjelasan dan prediksi,
mengembangkan kompetensi agar mengkomunikasikan hasil inkuiri, melakukan
menjelajahi dan memahami alam sekitar identifikasi asumsi, berpikir kritis dan
secara ilmiah. Pembelajaran IPA diarahkan logis, dan mempertimbangkan keterangan
untuk inkuiri, sehingga dapat membantu atau penjelasan alternatif (NRC, 2000: 13).
siswa untuk memperoleh pemahaman yang Modul IPA berbasis inkuiri sesuai
lebih mendalam tentang alam sekitar dengan Kurikulum 2013 diharapkan dapat
(Kemendikbud, 2013: 175). Pembelajaran meningkatkan literasi sains siswa. Literasi
IPA pada Kurikulum 2013 dibelajarkan sains penting untuk dikuasai oleh siswa
secara terpadu yang dapat melalui model- dalam kaitannya dengan bagaimana siswa
model pembelajaran inovatif, misalnya model dapat memahami lingkungan hidup,
pembelajaran inkuiri, siklus belajar atau kesehatan, ekonomi dan masalah-masalah
pemecahan masalah (Kemendikbud, 2013: lain yang dihadapi oleh masyarakat modern
186). yang sangat bergantung pada teknologi
Pada Kurikulum 2013 bahan ajar yang dan kemajuan serta perkembangan ilmu
digunakan siswa adalah buku siswa. Buku pengetahuan (Yusuf, 2003). Kemampuan
siswa berbasis scientific yang meliputi literasi sains dapat meningkatkan
kegiatan mengamati, menanya, pemahaman ilmu pengetahuan dan teknologi
mengeksplorasi, mengasosiasi dan yang mana nantinya menguntungkan bagi
mengkomunikasikan. Bahan ajar yang masyarakat di mana siswa tinggal (Laugksch,
disusun hendaknya memberi peluang kepada 2000: 84).
siswa untuk dapat mengembangkan beberapa Pada kenyataannya literasi sains siswa
keterampilan yaitu keterampilan proses, Indonesia masih rendah. Rendahnya
kemampuan berinkuiri, kemampuan berpikir, kemampuan siswa dalam bidang IPA
dan kemampuan literasi sains (Toharudin et khususnya literasi sains terbukti dari hasil
al., 2011: 205). Bahan ajar juga harus penelitian Program for International Student
sistematis dan menarik yang mampu Assessment (PISA). Ranking literasi sains
memotivasi siswa untuk belajar mandiri di dari tahun ke tahun adalah peringkat ke-38
luar kelas. Salah satu bahan ajar yang dapat dari 40 negara peserta pada Tahun 2003
digunakan adalah modul. Modul adalah (OECD, 2004), peringkat ke-50 dari 57
bahan belajar yang dirancang secara negara pada Tahun 2006 (OECD, 2007),
sistematis berdasarkan kurikulum tertentu peringkat 60 dari 65 negara pada Tahun 2009
dan dikemas dalam bentuk satuan (OECD: 2010), peringkat 64 dari 65 negara
pembelajaran terkecil dan memungkinkan pada Tahun 2012 (OECD: 2014). Oleh
dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu karena itu, masalah literasi sains menjadi
tertentu (Purwanto et al., 2007: 9). salah satu landasan empiris lahirnya
Kurikulum 2013 (kemendikbud, 2013: 85).
139
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 138-151)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
Begitu juga Literasi sains siswa di SMP pembelajaran; buku tersebut langsung pada
Pembangunan Piyungan kususnya literasi kegiatan mengeksplorasi tanpa menyajikan
sains rendah. Rata-rata literasi sains rendah masalah ilmiah terlebih dahulu. Sebagai
yaitu 39. dampaknya, siswa tidak dilatih
Rendahnya literasi sains dikarenakan mengidentifikasi dan mengklarifikasi
proses pembelajaran selama ini masih masalah, membuat pertanyaan, dan
berorientasi terhadap penguasaan teori dan mengajukan hipotesis; 2) beberapa tema pada
hafalan dalam semua bidang studi yang buku siswa Kurikulum 2013 tidak disajikan
menyebabkan kemampuan belajar siswa secara mendalam. Terdapat beberapa tema
menjadi terhambat. Metode pembelajaran yang hanya menyajikan materi saja tanpa
yang terlalu berorientasi kepada guru kegiatan scientific. Diantara tema-tema
(teacher centered) cenderung mengabaikan tersebut adalah Transformasi Energi dalam
hak-hak dan kebutuhan, serta pertumbuhan Sel, Sistem Pencernaan, Macam-macam
dan perkembangan anak, sehingga proses Pencemaran Lingkungan dan Pemanasan
pembelajaran yang menyenangkan dan Global.
mencerdaskan kurang optimal (Depdiknas, Tema Pencemaran Lingkungan pada
2007). buku IPA Terpadu dari penerbit disajikan
Kendala proses pembelajaran juga dengan materi terletak di awal, kemudian
terjadi di SMP Pembangunan Piyungan. diikuti dengan kegiatan mengumpulkan data,
Keadaan tersebut tidak lepas dari bahan ajar menganalisis data, menyimpulkan, uji
yang digunakan pada proses pembelajaran kompetensi, rangkuman, dan ulangan bab.
IPA di SMP Pembangunan Piyungan. Penyajian materi tema Pencemaran
Sekolah tersebut menggunakan dua jenis Lingkungan pada modul pendamping materi
bahan ajar yakni buku IPA Terpadu dan terletak di bagian awal, kemudian diikuti
modul pendamping materi dari penerbit. lembar kegiatan siswa. Namun, lembar
Berdasarkan analisis terhadap buku IPA kegiatan siswa hanya memuat kegiatan
Terpadu yang digunakan di SMP mengumpulkan data pengamatan. Sementara
Pembangunan Piyungan, sistematika itu, tema Pencemaran Lingkungan pada buku
penyajian pembelajarannya adalah kata siswa Kurikulum 2013 hanya menyajikan
kunci, tujuan pembelajaran, prasyarat materi saja.
pengetahuan, mengumpulkan data, Buku IPA Terpadu dari penerbit sudah
menganalisis data, menyimpulkan data, memuat kegiatan mengumpulkan data.
penyajian materi, latihan soal, peta konsep Namun, berdasarkan wawancara dengan
dan ulangan tiap satu bab. Kelemahan buku guru IPA di SMP Pembangunan Piyungan,
IPA Terpadu adalah sebelum proses metode yang sering digunakan adalah
mengumpulkan data tidak terlebih dahulu ceramah, diskusi dan demonstrasi diskusi.
mengidentifikasi dan mengklarifikasi Metode ceramah masih menjadi dominan
masalah yang akan diselesaikan, mengajukan dalam pembelajaran. Hal tersebut
pertanyaan ilmiah, dan memerintahkan mengakibatkan siswa beranggapan IPA
membuat hipotesis. Selain itu, masih terdapat hanyalah berisikan konsep-konsep yang
tema penyajiannya tanpa kegiatan dihafal untuk mengerjakan soal. Hal ini
penyelidikan. Penyajian modul pendamping mengakibatkan hasil belajar siswa rendah
materi juga ditemukan kelemahan. Penyajian serta tidak melatih kemampuan literasi sains
pembelajarannya didominasi oleh siswa. Oleh karena itu, perlu adanya bahan
pengetahuan yang harus dihafal oleh siswa. ajar yang mampu memfasilitasi siswa untuk
Banyak pertanyaan yang jawabannya sudah belajar IPA secara mandiri sesuai dengan
terdapat dalam pengetahuan yang diuraikan hakikat IPA dan melatih kemampuan literasi
sebelumnya. sains siswa.
Buku siswa Kurikulum 2013 berbasis Berdasarkan data tersebut, perlu adanya
scientific, namun penyajian pembelajarannya bahan ajar dengan tema Pencemaran
masih memiliki kelemahan, diantaranya Lingkungan yang sesuai dengan Kurikulum
adalah: 1) pada bagian setelah prasyarat 2013 untuk meningkatkan literasi sains siswa.
140
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 138-151)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
Wenning (2007) dalam jurnal Assessing memunculkan teori-teori baru. Tahap Applied
Inquiry Skills as a Component of Scientific Hypothecal Inquiry menempatkan siswa
Literacy mengatakan bahwa kemampuan untuk berperan aktif dalam memecahkan
literasi sains dapat diketahui dengan permasalahan dalam kehidupan nyata. Siswa
mengukur kemampuan inkuiri siswa. membangun sebuah masalah untuk
Wenning (2005) membagi inkuiri menjadi memformulasikan hipotesis dari sebuah
delapan tingkatan. Penetapan tingkatan fakta-fakta, kemudian memberi argumen
tersebut berdasarkan pada sejauh mana fokus yang logis untuk mendukung hipotesis siswa
kontrol antara siswa dan kompleksitas (Wenning, 2005).
pengalaman intelektual yang diperolehnya Modul berbasis Inquiry Lesson sesuai
selama proses pembelajaran. Tingkatan untuk siswa SMP Pembangunan Piyungan.
tersebut adalah Discovery Learning, Pemilihan basis Inquiry Lesson dikarenakan
Interactive Demonstrasi, Inquiry Lesson, salah satu metode yang digunakan
Guided Inquiry, Bounded Inquiry Lab, Free pembelajaran IPA adalah demonstrasi
Inquiry Lab, Pure Hypothecal Inquiry, dan diskusi, maka perlu adanya peningkatan level
Applied Hypothecal Inquiry. inkuiri pada pembelajaran IPA. Modul
Discovery Learning tidaklah berfokus berbasis Inquiry Lesson sejalan dengan teori
pada penemuan aplikasi untuk pengetahuan, belajar dari Bruner. Bruner menganggap
tetapi berfokus pada membangun bahwa belajar penemuan sesuai dengan
pengetahuan berdasarkan pengalaman. pencarian pengetahuan secara aktif oleh
Pembelajaran Interactive Demonstrasi guru manusia dan dengan sendirinya memberi
bertanggungjawab melakukan demonstrasi, hasil yang paling baik (Dahar, 1989:103).
mengembangkan dan mengajukan pertanyaan Brickman et al. (2009) melakukan
agar siswa dapat memprediksi, memunculkan penelitian di perguruan tinggi pada
tanggapan, dan memberi penjelasan mahasiswa jurusan biologi. Hasil penelitian
mengenai bagaimana sesuatu itu dapat Brickman et al. (2009) menyimpulkan bahwa
terjadi. Pembelajaran pada tingkat Inquiry pembelajaran berbasis inkuiri dapat
Lesson menekankan guru untuk memberikan meningkatkan literasi sains dan keterampilan
bimbingan secara langsung dengan proses sains. Hasil penelitian ini juga
penggunaan strategi pertanyaan yang tepat. menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
Guru harus membantu siswa untuk kepercayaan diri mahasiswa dalam
merumuskan pendekatan eksperimental, menggunakan keterampilan-keterampilan
mengidentifikasi dan mengontrol variabel, literasi sains setelah mengikuti pembelajaran
dan mendefinisikan sistem. Pembelajaran inkuiri laboratorium. Humaira (2012)
Guided Inquiry Lab, guru membimbing siswa menyatakan kemampuan scientific literacy
melakukan kegiatan dengan memberi melalui Discovery Learning memiliki
pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu pencapaian lebih tinggi dibanding dengan
diskusi. Tahap Bounded Inquiry Lab, siswa Guided Inquiry. Wenning (2005)
merancang dan mengadakan eksperimen menjelaskan fokus Discovery Learning tidak
tanpa banyaknya panduan dari guru. Tahap untuk mencari aplikasi untuk pengetahuan,
Free Inquiry Lab menempatkan siswa melainkan untuk membangun konsep dan
seolah-olah seperti ilmuan. Siswa diberi pengetahuan dari pengalaman. Selanjutnya,
kebebasan untuk menyelidiki, menemukan, pembelajaran Discovery Learning tepat
menyelesaikan masalah secara mandiri dan diterapkan di sekolah dasar (Wenning,
merancang prosedur. Pure Hypothecal 2005:5). Penilitian Herdianti (2013)
Inquiry, siswa melakukan secara empiris mengenai keterlaksanaan pembelajaran
menjelaskan hipotesis dari hukum-hukum dengan Inquiry Lesson menunjukkan kriteria
dan menggunakan hipotesis tersebut untuk baik sekali. Model pembelajaran Inquiry
menjelaskan berbagai fenomena. Hasil yang Lesson memberi pengaruh positif terhadap
akan diperoleh yaitu pembuktian dari hukum- kemampuan peningkatan literasi sains dan
hukum sebelumnya atau pembuktian dari sikap ilmiah pada kelas eksperimen. Selain
kesalahan hukum-hukum tersebut sehingga itu, penelitian Suryani (2013) terhadap kelas
141
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 138-151)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
VII SMP menunjukkan bahwa kemampuan Modul sebagai bahan ajar memiliki
rata-rata literasi sains siswa yang karakteristik yang sejalan dengan basis
menggunakan model pembelajaran Inquiry dalam modul. Basis yang dipilih dalam
Lesson meningkat. pembelajaran IPA harus dapat
Berdasarkan uraian di atas, akan mengungkap karakteristik IPA itu sendiri.
dilakukan penelitian Pengembangan Modul National Research Council (NRC)
IPA Terpadu Berbasis Inquiry Lesson tema mendefinisikan inkuiri adalah aktivitas
Pencemaran Lingkungan untuk Meningkatkan beraneka segi yang meliputi membuat
Literasi Sains. pertanyaan, memeriksa buku-buku
Metode Penelitian sumber inforrnasi lain untuk melihat apa
Penelitian ini merupakan penelitian yang diketahui, merencanakan
pengembangan hasil modifikasi model investigasi, memeriksa kembali apa yang
penelitian pengembangan dari Borg & Gall. telah diketahui menurut bukti
Kegiatan penelitian ini terdiri dari sepuluh eksperimen, menggunakan alat untuk
tahap: 1) penelitian dan pengumpulan data mengumpulkan, menganalisa, dan
awal; 2) perencanaan penelitian; 3) menginterpetasi data, mengajukan
pengembangan produk awal; 4) uji coba jawaban, penjelasan, dan prediksi, serta
terbatas; 5) revisi hasil uji coba terbatas; (6) mengkomunikasikan hasil inkuiri
uji coba lapangan; 7) revisi hasil uji coba memerlukan identifikasi asumsi,
lapangan; 8) uji lapangan; 9) revisi produk berpikir kritis dan logis, dan
akhir; 10) desiminasi. Model penelitian pertimbangan keterangan atau penjelasan
pengembangan ini diadaptasi dari Borg & alternatif (NRC, 2000: 13).
Gall, serta dimodifikasi sesuai dengan kondisi Basis inkuiri sejalan dengan teori
lapangan penelitian dilakukan. Modifikasi belajar yang dikemukakan oleh Bruner.
tersebut terletak pada subjek uji coba awal, uji Bruner menganggap bahwa belajar
coba lapangan, dan uji lapangan yang dibatasi penemuan sesuai dengan pencarian
pada satu tempat yaitu SMP Pembangunan pengetahuan secara aktif oleh manusia
Piyungan Yogyakarta Indonesia.Validasi dan dengan sendirinya memberi hasil
desain produk dilakukan oleh ahli materi, ahli yang paling baik (Dahar, 1989:103).
pendidikan, ahli media pembelajaran, ahli inkuiri berpusat keaktifan siswa dalam
bahasa dan praktisi guru IPA. Subjek uji coba menemukan pengetahuan (Suparno,
lapangan adalah 35 siswa kelas VII-B, Subjek 2013:71), sehingga pendekatan ini sangat
uji lapangan adalah 35 siswa yang berasal dari dekat dengan prinsip konstruktivistik,
dua kelas yaitu kelas VII-A dan VII-C. Desain dimana pengetahuan dikonstruksi oleh
eksperimental uji coba lapangan dan uji siswa. Inquiry Lesson merupakan salah
lapangan menggunakan one-group pretest- satu tingkatan dari level inkuiri yang
Postest design. dikemukakan oleh Wenning (2005, 2007,
Hasil Penelitian dan Pembahasan 2010, 2011). Pembelajaran dengan
A. Penelitian dan Pengumpulan Informasi Inquiry Lesson sesuai untuk siswa yang
Awal belum terbiasa dengan kegiatan inkuiri
Tahap ini terdiri dari studi pustaka (Wenning, 2005).
dan observasi lapangan untuk menetapkan Wenning (2010) menjelaskan prosedur
kebutuhan dalam pengembangan. umum yang digunakan pada pembelajaran
1. Studi Pustaka Inquiry Lesson yaitu:1) guru
Studi pustaka dilakukan untuk mengidentifikasi fenomena yang akan
mengumpulkan berbagai informasi diteliti, termasuk tujuan penyelidikan.
terhadap kebutuhan yang akan Guru menuntun siswa untuk melakukan
berhubungan dengan pengembangan penyelidikan; 2) guru membantu siswa
produk berupa modul yang akan mengidentifikasi sistem yang akan
dihasilkan sesuai dengan Kurikulum dipelajari; 3) guru melatih siswa untuk
2013. mengidentifikasi variabel independen
yang mungkin memiliki efek pada
142
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 138-151)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
variabel dependen. 4) guru meminta siswa pembelajaran IPA masih berpusat pada
untuk menjelaskan serangkaian percobaan domain kemampuan pengetahuan saja; d)
terkontrol untuk menentukan kualitatif metode belajar didominasi dengan
efek dari variabel independen terhadap ceramah, diskusi, demonstrasi diskusi dan
variabel dependen. 5) Siswa melakukan siswa mencatat penjelasan guru.
percobaan di bawah pengawasan guru. 6) Akibatnya literasi sains tidak terlatih; e)
melalui bantuan guru siswa menganalisis bahan ajar yang digunakan adalah buku
hubungan varibel independen dan dan modul dari penerbit; f) belum ada
dependen. 7) guru menjelaskan variabel- penggunaan sumber belajar atau media
variabel independen yang perlu dilakukan yang lain (misalnya modul, vidio dan alat
penyelidikan lebih lanjut untuk peraga IPA). g) pembelajaran Pencemaran
mengidentifikasi hubungan yang lebih Lingkungan hanya dibelajarkan pada
tepat antara variabel. konten biologi; h) pembelajaran
Wenning (2007) dalam jurnal Pencemaran Lingkungan hanya
Assessing Inquiry Skills as a component bersumber dari buku IPA dan modul
of Scientific Literacy mengatakan bahwa pendamping materi; i) guru menghendaki
kemampuan literasi sains dapat diketahui pembelajaran Pencemaran Lingkungan
dengan mengukur kemampuan inkuiri sesuai dengan keadaan lingkungan siswa;
siswa. Basis Inquiry Lesson di dalam j) guru menghendaki modul IPA tema
modul ini dimulai dari identifikasi dan Pencemaran Lingkungan dengan proses
klarifikasi masalah, membuat hipotesis, penyelidikan.
mengumpulkan data, menganalisis data, Analisis kemampuan akademik siswa
mengambil kesimpulan (Kindsvatter et al. sangat penting dilakukan pada awal
1996 cit. Suparno, 2013). Basis Inquiry perencanaan. Berdasarkan hasil
Lesson sejalan kompetensi ilmiah literasi wawancara dengan guru IPA kelas VII
sains yang meliputi mengidentifikasi isu SMP Pembangunan Piyungan
ilmiah, menjelaskan fenomena ilmiah, menyatakan: a) siswa-siswa SMP
dan menggunakan bukti ilmiah. Pembangunan Piyungan mempunyai
2. Observasi Lapangan kemampuan akademis yang rendah
Observasi lapangan dilakukan dengan dibanding dengan SMP-SMP lain di
tujuan untuk memperoleh informasi wilayah Kecamatan Piyungan maupun
tentang kondisi dan fakta pembelajaran Kabupaten Bantul. Siswa yang masuk di
IPA di lapangan. Informasi yang telah SMP Pembangunan Piyungan merupakan
didapatkan dari tahap penelitian awal ini siswa yang tidak di terima di SMP Negeri
kemudian dianalisis dan hasilnya adalah maupun Swasta di wilayah Kecamatan
sebagai berikut: Analisis pelaksanaan Piyungan Bantul maupun Kecamatan
pembelajaran IPA di SMP Pembangunan Berbah Sleman; b) siswa kurang
Piyungan. Berdasarkan analisis kebutuhan bersemangat dalam belajar IPA terlihat
guru memperlihatkan bahwa: a) kondisi dari aktivitas siswa yang hanya duduk
dilapangan sampai saat ini pembelajaran manis, mendengarkan serta mencatat
IPA dibelajarkan secara terpisah untuk penjelasan guru.
mata pelajaran fisika, kimia, dan biologi. Berdasarkan analisis kebutuhan siswa
Akibatnya guru mengalami kesulitan menunjukkan bahwa: a) pembelajaran
dalam menyusun desain pembelajaran IPA belum pernah menggunakan modul;
IPA terpadu; b) acuan guru dalam b) pembelajaran IPA hanya ceramah,
pembelajaran hanya keseluruhan materi diskusi, demonstrasi diskusi dan
diajarkan, sedangkan proses keterpaduan mencatat; c) siswa belajar menggunakan
sains tidak diperhatikan. Oleh karenanya modul dan buku dari penerbit; d) siswa
siswa tetap tidak mengerti bahwa bahan merasa belajar IPA sulit, rumit dan
yang dipelajarinya itu ada kaitannya dan membosankan; f) siswa menghendaki
bahkan mungkin sangat dekat, atau belajar IPA dengan penyelidikan; g) siswa
bahkan mempelajari hal yang sama; c) menghendaki belajar IPA berdasarkan
143
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 138-151)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
144
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 138-151)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
145
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 138-151)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
persentase kelayakan 100% kategori sangat baik. Berikut adalah Tabel penilaian ahli
baik, aspek literasi sains memperoleh bahasa.
kelayakan 100% kategori sangat baik, aspek Tabel. 4 Penilaian Ahli Bahasa
kesesuaian modul dengan RPP memperoleh Aspek Penilaian Persentase Kategori
kelayakan 100% kategori sangat baik.Hasil Kelayakan
validasi Ahli Pendidikan disajikan pada Tabel. Kesesuaian 75% Baik
2. perkembangan siswa
Tabel. 2 Penilaian Ahli Pendidikan Komunikatif 83% Sangat Baik
Aspek Persentase Kategori Keruntutan,kesatuan 88% Sangat Baik
Penilaian Kelayakan gagasan
Basis Inquiry 100% Sangat Baik Jumlah 82% Sangat Baik
Lesson 5) Penilaian oleh Guru
literasi sains 100% Sangat Baik Aspek penilaian untuk guru IPA
kesesuaian 100% Sangat Baik meliputi aspek: kelayakan isi, penyajian
modul dengan dan bahasa, pendekatan Inquiry Lesson,
RPP literasi sains. Aspek kelayakan isi
memperoleh persentase kelayakan sebesar
3) Hasil Penilaian Ahli Media Pembelajaran 94%, aspek kelyakan penyajian
Aspek penilaian untuk ahli materi meliputi memperoleh persentase 88%, aspek basis
aspek: ukuran buku, desain kulit buku, Inquiry Lesson memperoleh persentase
desain isi dan ilustrasi. Aspek ukuran buku kelayakan sebesar 97%, aspek literasi sains
memeperolah persentase kelayakan 100% memperoleh kelyakan 96%. Hasil
kategori sangat baik, desain kulit buku penilaian guru IPA disajikan pada Tabel 5.
memperoleh kelayakan 78% kategori Tabel 5 Hasil Penilaian Guru
sangat baik, desain isi memperoleh Aspek Persentase Kategori
persentase kelayakan 89% kategori sangat Penilaian Kelayakan
baik, dan aspek ilustrasi memperoleh Kelayakan Isi 94% Sangat Baik
persentase kelayakan 75% kategori sangat Kelayakan 88% Sangat Baik
baik. Hasil Validasi Ahli Media Penyajian
Pembelajaran disajikan pada Tabel.3. Basis Inquiry 97% Sangat Baik
Tabel. 3 Penilaian Ahli Media Lesson
Pembelajaran literasi sains 96% Sangat Baik
Aspek Persentase Kategori 93% Sangat Baik
Penilaian Kelayakan D. Uji Coba Awal
Ukuran buku 100% Sangat Baik Aspek penilaian uji coba awal siswa
Desain kulit 78% Baik meliputi: aspek tampilan, penyajian materi
buku dan manfaat. Uji coba awal ini digunakan
Desain isi 89% Sangat Baik untuk mendapatkan masukan kelompok
Ilustrasi 75% Baik kecil dengan jumlah subjek penelitian 10
Jumlah Sangat Baik siswa, yang diambil secara acak dari kelas
4) Penilaian Ahli Bahasa VII. Persentase data penilaian uji coba
Aspek penilaian untuk ahli bahasa awal disajikan pada Tabel 7
meliputi aspek: kesesuaian dengan Tabel 7. Hasil Uji Coba Awal
perkembangan siswa, komunikatif dan Aspek Persentase Kategori
keruntutan dan kesatuan gagasan. Aspek Penilaian Kelayakan
kesesuaian dengan perkembangan siswa Tampilan 99% Sangat Baik
memeperoleh persentase kelayakan 75% Penyajian 98% Sangat Baik
kategori sangat baik, aspek komunikatif materi
memperoleh persentase kelayakan 83% Manfaat 99% Sangat Baik
kategori sangat baik, aspek keruntutan dan Jumlah 99% Sangat Baik
kesatuan gagasan memperoleh persentase E. Uji Coba Lapangan
kelayakan sebesar 83% kategori sangat Modul yang telah divalidasi ahli dan
uji coba awal selanjutnya diuji coba
lapangan. Uji coba lapangan untuk melihat
146
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 138-151)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
147
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 138-151)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
148
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 138-151)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
korelasi literasi sains pada uji coba lapangan layak digunakan dengan kategori sangat baik.
dan uji lapangan sangat kuat. Uji korelasi gain Modul yang dikembangkan ini mempunyai
literasi sain uji coba lapangan dan uji tujuan untuk memberdayakan literasi sains
lapangan memperoleh nilai p-value 0,000< siswa, menarik minat dan motivasi siswa,
0,05 artinya terdapat hubungan positif yang sebagai masukan guru untuk mengembangkan
signifikan antara literasi sains siswa ketika pembelajaran IPA secara utuh, menyeluruh,
siswa menggunakan modul pada uji coba dan bermakna, memotivasi guru untuk
lapangan dengan uji lapangan atau ada meningkatkan kreativitasnya dalam menyusun
kecenderungan siswa yang memiliki literasi bahan ajar, memberikan solusi dengan
sains tinggi pada uji coba lapangan, maka tersedianya bahan ajar IPA terpadu,
pada uji lapangan mempunyai literasi sains menambah khasanah keilmuan tentang
yang tinggi pula. Berdasarkan data tersebut pentingnya pembelajaran IPA terpadu,
dapat dikatakan bahwa modul IPA Terpadu tersedianya modul IPA Terpadu berbasis
Berbasis Inquiry Lesson efektif digunakan Inquiry Lesson yang melatih melakukan
untuk meningkatkan literasi sains siswa. kegiatan penyelidikan bagi siswa yang belum
G. Produk Akhir pernah melakukan kegiatan penyelidikan.
Produk akhir berupa modul IPA I. Temuan Lapangan
Terpadu berbasis Inquiry Lesson Tema Temuan pada penelitian ini adalah:
Pencemaran Lingkungan dengan sub tema 1. Modul IPA Terpadu berbasis Inquiry
Pencemaran Air, Udara dan Tanah. Proses Lesson tema pencemaran lingkungan
pembelajaran menggunakan model Inquiry disusun berdasarkan analisis kebutuhan
Lesson dengan sintak dimulai identifikasi dan siswa dan guru.
klarifikasi masalah, membuat hipotesis, 2. Modul IPA Terpadu berbasis Inquiry
mengumpulkan data, menganalisis data, Lesson tema pencemaran lingkungan
mengambil kesimpulan (Kindsvatter et al. layak digunakan dalam proses
1996 cit. Suparno, 2013). pembelajaran.
Modul IPA berbasis Inquiry Lesson 3. Modul IPA Terpadu berbasis Inquiry
mempunyai karakteristik Self Instructional; Lesson mempunyai karakteristik model
yaitu melalui modul tersebut seseorang atau keterpaduan webbed, basis modul Inquiry
siswa mampu membelajarkan diri sendiri, Lesson, dan sesuai dengan Kurikulum
tidak tergantung pada pihak lain (Depdiknas, 2013.
2008). Hal tersebut dikarenakan modul berisi 4. Modul IPA Terpadu berbasis Inquiry
tujuan yang dirumuskan dengan jelas, materi Lesson tema pencemaran lingkungan
pembelajaran yang dikemas ke dalam unit- mampu memberdayakan literasi sains
unit kecil dan spesifik yaitu terdiri dari siswa.
pencemaran air, udara dan tanah, Kesimpulan
menyediakan ilustrasi yang mendukung Berdasarkan data yang dikumpulkan dan
kejelasan pemaparan materi pembelajaran, hasil analisis data yang telah dikemukakan,
menampilkan soal-soal latihan, kontekstual maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1)
yaitu materi-materi yang disajikan terkait pengembangan IPA Terpadu berbasis Inquiry
dengan suasana atau konteks tugas dan Lesson mengadaptasi kerangka modul dari
lingkungan penggunanya, menggunakan Depdiknas 2008 yang terdiri dari bagian
bahasa yang sederhana dan komunikatif, pembuka, inti dan bagian penutup. Prosedur
terdapat rangkuman materi pembelajaran, pengembangan menggunakan Borg & Gall
terdapat instrumen yang dapat digunakan yang telah dimodifikasi yang terdiri dari:
penggunanya mengukur atau mengevaluasi penelitian dan pengumpulan data awal,
tingkat penguasaan materi, terdapat umpan perencanaan penelitian, pengembangan
balik atas penilaian, sehingga penggunanya produk awal, uji coba awal, revisi hasil uji
mengetahui tingkat penguasaan materi. coba terbatas, uji coba lapangan, revisi hasil
H. Desiminasi uji coba lapangan, uji lapangan, revisi
Tahap ini dilakukan setelah tahap uji produk akhir dan diseminasi; 2) Modul IPA
lapangan, dimana modul sudah dinyatakan Terpadu berbasis Inquiry Lesson tema
149
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 138-151)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
150
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 138-151)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains
151