Anda di halaman 1dari 14

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 138-151)


http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS INQUIRY LESSON


TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN
LITERASI SAINS
Izzatin Kamala1, Baskoro Adi Prayitno2, Suciati Sudarisman3
1
Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta,57125, Indonesia
izaatinkamala@gmail.com

2
Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta,57125, Indonesia
baskoro_ap@uns.ac.id

3
Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta,57125, Indonesia
suciati.sudarisman@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) prosedur pengembangan modul IPA Terpadu berbasis Inquiry
Lesson tema Pencemaran Lingkungan; 2) karakteristik modul IPA Terpadu berbasis Inquiry Lesson tema
Pencemaran Lingkungan; 3) kelayakan modul IPA Terpadu berbasis Inquiry Lesson tema Pencemaran
Lingkungan; 4) efektivitas modul IPA Terpadu berbasis Inquiry Lesson tema Pencemaran Lingkungan
terhadap literasi sains. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan hasil modifikasi model penelitian
pengembangan dari Borg & Gall yang telah dimodifikasi. Validasi desain produk dilakukan oleh ahli materi,
ahli pendidikan, ahli media pembelajaran, ahli bahasa dan praktisi guru IPA. Subyek uji coba lapangan
adalah 35 siswa kelas VII-B, subyek uji lapangan adalah 35 siswa yang diambil secara acak dari dua kelas
yaitu VIIA dan VIIC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) pengembangan IPA Terpadu berbasis Inquiry
Lesson mengadaptasi kerangka modul dari Depdiknas 2008 yang terdiri dari bagian pembuka, inti dan bagian
penutup. Prosedur pengembangan menggunakan Borg & Gall yang telah dimodifikasi yang terdiri dari:
penelitian dan pengumpulan data awal, perencanaan penelitian, pengembangan produk awal, uji coba
awal, revisi hasil uji coba terbatas, uji coba lapangan, revisi hasil uji coba lapangan, uji lapangan, revisi
produk akhir dan diseminasi; 2) Modul IPA Terpadu berbasis Inquiry Lesson tema Pencemaran Lingkungan
mempunyai karakteristik model keterpaduan webbed, basis modul Inquiry Lesson, dan sesuai dengan
Kurikulum 2013; 3) kelayakan modul sangat baik dengan penilaian ahli materi 88%, ahli pendidikan 100%,
ahli media pembelajaran 83%, ahli bahasa 82%, praktisi 93%; 4) penerapan modul IPA Terpadu berbasis
Inquiry Lesson pada kelas uji coba lapangan dan uji lapangan secara signifikan dapat meningkatkan literasi
sains siswa dengan rata-rata N-gain masing-masing sebesar 0,5 dan 0,62 pada kategori sedang. Uji korelasi
gain literasi sains pada uji coba lapangan dengan uji lapangan memperoleh nilai korelasi sebesar 0,957
artinya hubungan korelasi literasi sains pada uji coba lapangan dan uji lapangan sangat kuat. Nilai p-value
0,000 < 0,05 artinya terdapat hubungan positif yang signifikan antara literasi sains siswa ketika siswa
menggunakan modul pada uji coba lapangan dengan uji lapangan.

Kata Kunci: modul, inquiry lesson, literasi sains, pencemaran lingkungan

pengertian IPA tersebut, hakikat IPA meliputi


Pendahuluan empat unsur yaitu: 1) produk yang berupa
fakta, prinsip, teori dan hukum; 2) proses
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu pemecahan masalah melalui metode
didefinisikan sebagai pengetahuan yang ilmiah; 3) sikap ilmiah yaitu rasa ingin tahu;
sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku 4) aplikasi yaitu penerapan metode ilmiah
umum (universal), dan berupa kumpulan data dan konsep sains dalam kehidupan sehari-hari
hasil observasi dan eksperimen. Berdasarkan (Carin dan Sund cit. Indrawati, 2007). IPA

138
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 138-151)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

berkaitan dengan cara mencari tahu tentang Modul sebagai bahan ajar memiliki
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan karakteristik yang sejalan dengan basis pada
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan modul tersebut. Basis yang dipilih dalam
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau pembelajaran IPA harus dapat mengungkap
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan karakteristik IPA itu sendiri. National
suatu proses penemuan (Kemendikbud, 2013: Research Council (NRC) mendefinisikan
219). inkuiri adalah aktivitas beraneka segi yang
Kurikulum 2013 merupakan meliputi membuat pertanyaan, memeriksa
pengembangan dari KTSP (Kemendikbud, buku-buku sumber inforrnasi lain untuk
2013: 83). Pendidikan IPA pada Kurikulum melihat apa yang diketahui, merencanakan
2013 diharapkan dapat menjadi wahana bagi investigasi, memeriksa kembali apa yang
siswa untuk mempelajari diri sendiri dan telah diketahui menurut bukti eksperimen,
alam sekitar, serta prospek penerapannya menggunakan alat untuk mengumpulkan,
dalam kehidupan sehari-hari. Proses menganalisa dan menginterpretasi data,
pembelajarannya menekankan pada mengajukan jawaban, mengajukan
pemberian pengalaman langsung untuk penjelasan dan prediksi,
mengembangkan kompetensi agar mengkomunikasikan hasil inkuiri, melakukan
menjelajahi dan memahami alam sekitar identifikasi asumsi, berpikir kritis dan
secara ilmiah. Pembelajaran IPA diarahkan logis, dan mempertimbangkan keterangan
untuk inkuiri, sehingga dapat membantu atau penjelasan alternatif (NRC, 2000: 13).
siswa untuk memperoleh pemahaman yang Modul IPA berbasis inkuiri sesuai
lebih mendalam tentang alam sekitar dengan Kurikulum 2013 diharapkan dapat
(Kemendikbud, 2013: 175). Pembelajaran meningkatkan literasi sains siswa. Literasi
IPA pada Kurikulum 2013 dibelajarkan sains penting untuk dikuasai oleh siswa
secara terpadu yang dapat melalui model- dalam kaitannya dengan bagaimana siswa
model pembelajaran inovatif, misalnya model dapat memahami lingkungan hidup,
pembelajaran inkuiri, siklus belajar atau kesehatan, ekonomi dan masalah-masalah
pemecahan masalah (Kemendikbud, 2013: lain yang dihadapi oleh masyarakat modern
186). yang sangat bergantung pada teknologi
Pada Kurikulum 2013 bahan ajar yang dan kemajuan serta perkembangan ilmu
digunakan siswa adalah buku siswa. Buku pengetahuan (Yusuf, 2003). Kemampuan
siswa berbasis scientific yang meliputi literasi sains dapat meningkatkan
kegiatan mengamati, menanya, pemahaman ilmu pengetahuan dan teknologi
mengeksplorasi, mengasosiasi dan yang mana nantinya menguntungkan bagi
mengkomunikasikan. Bahan ajar yang masyarakat di mana siswa tinggal (Laugksch,
disusun hendaknya memberi peluang kepada 2000: 84).
siswa untuk dapat mengembangkan beberapa Pada kenyataannya literasi sains siswa
keterampilan yaitu keterampilan proses, Indonesia masih rendah. Rendahnya
kemampuan berinkuiri, kemampuan berpikir, kemampuan siswa dalam bidang IPA
dan kemampuan literasi sains (Toharudin et khususnya literasi sains terbukti dari hasil
al., 2011: 205). Bahan ajar juga harus penelitian Program for International Student
sistematis dan menarik yang mampu Assessment (PISA). Ranking literasi sains
memotivasi siswa untuk belajar mandiri di dari tahun ke tahun adalah peringkat ke-38
luar kelas. Salah satu bahan ajar yang dapat dari 40 negara peserta pada Tahun 2003
digunakan adalah modul. Modul adalah (OECD, 2004), peringkat ke-50 dari 57
bahan belajar yang dirancang secara negara pada Tahun 2006 (OECD, 2007),
sistematis berdasarkan kurikulum tertentu peringkat 60 dari 65 negara pada Tahun 2009
dan dikemas dalam bentuk satuan (OECD: 2010), peringkat 64 dari 65 negara
pembelajaran terkecil dan memungkinkan pada Tahun 2012 (OECD: 2014). Oleh
dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu karena itu, masalah literasi sains menjadi
tertentu (Purwanto et al., 2007: 9). salah satu landasan empiris lahirnya
Kurikulum 2013 (kemendikbud, 2013: 85).

139
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 138-151)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Begitu juga Literasi sains siswa di SMP pembelajaran; buku tersebut langsung pada
Pembangunan Piyungan kususnya literasi kegiatan mengeksplorasi tanpa menyajikan
sains rendah. Rata-rata literasi sains rendah masalah ilmiah terlebih dahulu. Sebagai
yaitu 39. dampaknya, siswa tidak dilatih
Rendahnya literasi sains dikarenakan mengidentifikasi dan mengklarifikasi
proses pembelajaran selama ini masih masalah, membuat pertanyaan, dan
berorientasi terhadap penguasaan teori dan mengajukan hipotesis; 2) beberapa tema pada
hafalan dalam semua bidang studi yang buku siswa Kurikulum 2013 tidak disajikan
menyebabkan kemampuan belajar siswa secara mendalam. Terdapat beberapa tema
menjadi terhambat. Metode pembelajaran yang hanya menyajikan materi saja tanpa
yang terlalu berorientasi kepada guru kegiatan scientific. Diantara tema-tema
(teacher centered) cenderung mengabaikan tersebut adalah Transformasi Energi dalam
hak-hak dan kebutuhan, serta pertumbuhan Sel, Sistem Pencernaan, Macam-macam
dan perkembangan anak, sehingga proses Pencemaran Lingkungan dan Pemanasan
pembelajaran yang menyenangkan dan Global.
mencerdaskan kurang optimal (Depdiknas, Tema Pencemaran Lingkungan pada
2007). buku IPA Terpadu dari penerbit disajikan
Kendala proses pembelajaran juga dengan materi terletak di awal, kemudian
terjadi di SMP Pembangunan Piyungan. diikuti dengan kegiatan mengumpulkan data,
Keadaan tersebut tidak lepas dari bahan ajar menganalisis data, menyimpulkan, uji
yang digunakan pada proses pembelajaran kompetensi, rangkuman, dan ulangan bab.
IPA di SMP Pembangunan Piyungan. Penyajian materi tema Pencemaran
Sekolah tersebut menggunakan dua jenis Lingkungan pada modul pendamping materi
bahan ajar yakni buku IPA Terpadu dan terletak di bagian awal, kemudian diikuti
modul pendamping materi dari penerbit. lembar kegiatan siswa. Namun, lembar
Berdasarkan analisis terhadap buku IPA kegiatan siswa hanya memuat kegiatan
Terpadu yang digunakan di SMP mengumpulkan data pengamatan. Sementara
Pembangunan Piyungan, sistematika itu, tema Pencemaran Lingkungan pada buku
penyajian pembelajarannya adalah kata siswa Kurikulum 2013 hanya menyajikan
kunci, tujuan pembelajaran, prasyarat materi saja.
pengetahuan, mengumpulkan data, Buku IPA Terpadu dari penerbit sudah
menganalisis data, menyimpulkan data, memuat kegiatan mengumpulkan data.
penyajian materi, latihan soal, peta konsep Namun, berdasarkan wawancara dengan
dan ulangan tiap satu bab. Kelemahan buku guru IPA di SMP Pembangunan Piyungan,
IPA Terpadu adalah sebelum proses metode yang sering digunakan adalah
mengumpulkan data tidak terlebih dahulu ceramah, diskusi dan demonstrasi diskusi.
mengidentifikasi dan mengklarifikasi Metode ceramah masih menjadi dominan
masalah yang akan diselesaikan, mengajukan dalam pembelajaran. Hal tersebut
pertanyaan ilmiah, dan memerintahkan mengakibatkan siswa beranggapan IPA
membuat hipotesis. Selain itu, masih terdapat hanyalah berisikan konsep-konsep yang
tema penyajiannya tanpa kegiatan dihafal untuk mengerjakan soal. Hal ini
penyelidikan. Penyajian modul pendamping mengakibatkan hasil belajar siswa rendah
materi juga ditemukan kelemahan. Penyajian serta tidak melatih kemampuan literasi sains
pembelajarannya didominasi oleh siswa. Oleh karena itu, perlu adanya bahan
pengetahuan yang harus dihafal oleh siswa. ajar yang mampu memfasilitasi siswa untuk
Banyak pertanyaan yang jawabannya sudah belajar IPA secara mandiri sesuai dengan
terdapat dalam pengetahuan yang diuraikan hakikat IPA dan melatih kemampuan literasi
sebelumnya. sains siswa.
Buku siswa Kurikulum 2013 berbasis Berdasarkan data tersebut, perlu adanya
scientific, namun penyajian pembelajarannya bahan ajar dengan tema Pencemaran
masih memiliki kelemahan, diantaranya Lingkungan yang sesuai dengan Kurikulum
adalah: 1) pada bagian setelah prasyarat 2013 untuk meningkatkan literasi sains siswa.

140
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 138-151)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Wenning (2007) dalam jurnal Assessing memunculkan teori-teori baru. Tahap Applied
Inquiry Skills as a Component of Scientific Hypothecal Inquiry menempatkan siswa
Literacy mengatakan bahwa kemampuan untuk berperan aktif dalam memecahkan
literasi sains dapat diketahui dengan permasalahan dalam kehidupan nyata. Siswa
mengukur kemampuan inkuiri siswa. membangun sebuah masalah untuk
Wenning (2005) membagi inkuiri menjadi memformulasikan hipotesis dari sebuah
delapan tingkatan. Penetapan tingkatan fakta-fakta, kemudian memberi argumen
tersebut berdasarkan pada sejauh mana fokus yang logis untuk mendukung hipotesis siswa
kontrol antara siswa dan kompleksitas (Wenning, 2005).
pengalaman intelektual yang diperolehnya Modul berbasis Inquiry Lesson sesuai
selama proses pembelajaran. Tingkatan untuk siswa SMP Pembangunan Piyungan.
tersebut adalah Discovery Learning, Pemilihan basis Inquiry Lesson dikarenakan
Interactive Demonstrasi, Inquiry Lesson, salah satu metode yang digunakan
Guided Inquiry, Bounded Inquiry Lab, Free pembelajaran IPA adalah demonstrasi
Inquiry Lab, Pure Hypothecal Inquiry, dan diskusi, maka perlu adanya peningkatan level
Applied Hypothecal Inquiry. inkuiri pada pembelajaran IPA. Modul
Discovery Learning tidaklah berfokus berbasis Inquiry Lesson sejalan dengan teori
pada penemuan aplikasi untuk pengetahuan, belajar dari Bruner. Bruner menganggap
tetapi berfokus pada membangun bahwa belajar penemuan sesuai dengan
pengetahuan berdasarkan pengalaman. pencarian pengetahuan secara aktif oleh
Pembelajaran Interactive Demonstrasi guru manusia dan dengan sendirinya memberi
bertanggungjawab melakukan demonstrasi, hasil yang paling baik (Dahar, 1989:103).
mengembangkan dan mengajukan pertanyaan Brickman et al. (2009) melakukan
agar siswa dapat memprediksi, memunculkan penelitian di perguruan tinggi pada
tanggapan, dan memberi penjelasan mahasiswa jurusan biologi. Hasil penelitian
mengenai bagaimana sesuatu itu dapat Brickman et al. (2009) menyimpulkan bahwa
terjadi. Pembelajaran pada tingkat Inquiry pembelajaran berbasis inkuiri dapat
Lesson menekankan guru untuk memberikan meningkatkan literasi sains dan keterampilan
bimbingan secara langsung dengan proses sains. Hasil penelitian ini juga
penggunaan strategi pertanyaan yang tepat. menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
Guru harus membantu siswa untuk kepercayaan diri mahasiswa dalam
merumuskan pendekatan eksperimental, menggunakan keterampilan-keterampilan
mengidentifikasi dan mengontrol variabel, literasi sains setelah mengikuti pembelajaran
dan mendefinisikan sistem. Pembelajaran inkuiri laboratorium. Humaira (2012)
Guided Inquiry Lab, guru membimbing siswa menyatakan kemampuan scientific literacy
melakukan kegiatan dengan memberi melalui Discovery Learning memiliki
pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu pencapaian lebih tinggi dibanding dengan
diskusi. Tahap Bounded Inquiry Lab, siswa Guided Inquiry. Wenning (2005)
merancang dan mengadakan eksperimen menjelaskan fokus Discovery Learning tidak
tanpa banyaknya panduan dari guru. Tahap untuk mencari aplikasi untuk pengetahuan,
Free Inquiry Lab menempatkan siswa melainkan untuk membangun konsep dan
seolah-olah seperti ilmuan. Siswa diberi pengetahuan dari pengalaman. Selanjutnya,
kebebasan untuk menyelidiki, menemukan, pembelajaran Discovery Learning tepat
menyelesaikan masalah secara mandiri dan diterapkan di sekolah dasar (Wenning,
merancang prosedur. Pure Hypothecal 2005:5). Penilitian Herdianti (2013)
Inquiry, siswa melakukan secara empiris mengenai keterlaksanaan pembelajaran
menjelaskan hipotesis dari hukum-hukum dengan Inquiry Lesson menunjukkan kriteria
dan menggunakan hipotesis tersebut untuk baik sekali. Model pembelajaran Inquiry
menjelaskan berbagai fenomena. Hasil yang Lesson memberi pengaruh positif terhadap
akan diperoleh yaitu pembuktian dari hukum- kemampuan peningkatan literasi sains dan
hukum sebelumnya atau pembuktian dari sikap ilmiah pada kelas eksperimen. Selain
kesalahan hukum-hukum tersebut sehingga itu, penelitian Suryani (2013) terhadap kelas

141
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 138-151)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

VII SMP menunjukkan bahwa kemampuan Modul sebagai bahan ajar memiliki
rata-rata literasi sains siswa yang karakteristik yang sejalan dengan basis
menggunakan model pembelajaran Inquiry dalam modul. Basis yang dipilih dalam
Lesson meningkat. pembelajaran IPA harus dapat
Berdasarkan uraian di atas, akan mengungkap karakteristik IPA itu sendiri.
dilakukan penelitian Pengembangan Modul National Research Council (NRC)
IPA Terpadu Berbasis Inquiry Lesson tema mendefinisikan inkuiri adalah aktivitas
Pencemaran Lingkungan untuk Meningkatkan beraneka segi yang meliputi membuat
Literasi Sains. pertanyaan, memeriksa buku-buku
Metode Penelitian sumber inforrnasi lain untuk melihat apa
Penelitian ini merupakan penelitian yang diketahui, merencanakan
pengembangan hasil modifikasi model investigasi, memeriksa kembali apa yang
penelitian pengembangan dari Borg & Gall. telah diketahui menurut bukti
Kegiatan penelitian ini terdiri dari sepuluh eksperimen, menggunakan alat untuk
tahap: 1) penelitian dan pengumpulan data mengumpulkan, menganalisa, dan
awal; 2) perencanaan penelitian; 3) menginterpetasi data, mengajukan
pengembangan produk awal; 4) uji coba jawaban, penjelasan, dan prediksi, serta
terbatas; 5) revisi hasil uji coba terbatas; (6) mengkomunikasikan hasil inkuiri
uji coba lapangan; 7) revisi hasil uji coba memerlukan identifikasi asumsi,
lapangan; 8) uji lapangan; 9) revisi produk berpikir kritis dan logis, dan
akhir; 10) desiminasi. Model penelitian pertimbangan keterangan atau penjelasan
pengembangan ini diadaptasi dari Borg & alternatif (NRC, 2000: 13).
Gall, serta dimodifikasi sesuai dengan kondisi Basis inkuiri sejalan dengan teori
lapangan penelitian dilakukan. Modifikasi belajar yang dikemukakan oleh Bruner.
tersebut terletak pada subjek uji coba awal, uji Bruner menganggap bahwa belajar
coba lapangan, dan uji lapangan yang dibatasi penemuan sesuai dengan pencarian
pada satu tempat yaitu SMP Pembangunan pengetahuan secara aktif oleh manusia
Piyungan Yogyakarta Indonesia.Validasi dan dengan sendirinya memberi hasil
desain produk dilakukan oleh ahli materi, ahli yang paling baik (Dahar, 1989:103).
pendidikan, ahli media pembelajaran, ahli inkuiri berpusat keaktifan siswa dalam
bahasa dan praktisi guru IPA. Subjek uji coba menemukan pengetahuan (Suparno,
lapangan adalah 35 siswa kelas VII-B, Subjek 2013:71), sehingga pendekatan ini sangat
uji lapangan adalah 35 siswa yang berasal dari dekat dengan prinsip konstruktivistik,
dua kelas yaitu kelas VII-A dan VII-C. Desain dimana pengetahuan dikonstruksi oleh
eksperimental uji coba lapangan dan uji siswa. Inquiry Lesson merupakan salah
lapangan menggunakan one-group pretest- satu tingkatan dari level inkuiri yang
Postest design. dikemukakan oleh Wenning (2005, 2007,
Hasil Penelitian dan Pembahasan 2010, 2011). Pembelajaran dengan
A. Penelitian dan Pengumpulan Informasi Inquiry Lesson sesuai untuk siswa yang
Awal belum terbiasa dengan kegiatan inkuiri
Tahap ini terdiri dari studi pustaka (Wenning, 2005).
dan observasi lapangan untuk menetapkan Wenning (2010) menjelaskan prosedur
kebutuhan dalam pengembangan. umum yang digunakan pada pembelajaran
1. Studi Pustaka Inquiry Lesson yaitu:1) guru
Studi pustaka dilakukan untuk mengidentifikasi fenomena yang akan
mengumpulkan berbagai informasi diteliti, termasuk tujuan penyelidikan.
terhadap kebutuhan yang akan Guru menuntun siswa untuk melakukan
berhubungan dengan pengembangan penyelidikan; 2) guru membantu siswa
produk berupa modul yang akan mengidentifikasi sistem yang akan
dihasilkan sesuai dengan Kurikulum dipelajari; 3) guru melatih siswa untuk
2013. mengidentifikasi variabel independen
yang mungkin memiliki efek pada

142
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 138-151)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

variabel dependen. 4) guru meminta siswa pembelajaran IPA masih berpusat pada
untuk menjelaskan serangkaian percobaan domain kemampuan pengetahuan saja; d)
terkontrol untuk menentukan kualitatif metode belajar didominasi dengan
efek dari variabel independen terhadap ceramah, diskusi, demonstrasi diskusi dan
variabel dependen. 5) Siswa melakukan siswa mencatat penjelasan guru.
percobaan di bawah pengawasan guru. 6) Akibatnya literasi sains tidak terlatih; e)
melalui bantuan guru siswa menganalisis bahan ajar yang digunakan adalah buku
hubungan varibel independen dan dan modul dari penerbit; f) belum ada
dependen. 7) guru menjelaskan variabel- penggunaan sumber belajar atau media
variabel independen yang perlu dilakukan yang lain (misalnya modul, vidio dan alat
penyelidikan lebih lanjut untuk peraga IPA). g) pembelajaran Pencemaran
mengidentifikasi hubungan yang lebih Lingkungan hanya dibelajarkan pada
tepat antara variabel. konten biologi; h) pembelajaran
Wenning (2007) dalam jurnal Pencemaran Lingkungan hanya
Assessing Inquiry Skills as a component bersumber dari buku IPA dan modul
of Scientific Literacy mengatakan bahwa pendamping materi; i) guru menghendaki
kemampuan literasi sains dapat diketahui pembelajaran Pencemaran Lingkungan
dengan mengukur kemampuan inkuiri sesuai dengan keadaan lingkungan siswa;
siswa. Basis Inquiry Lesson di dalam j) guru menghendaki modul IPA tema
modul ini dimulai dari identifikasi dan Pencemaran Lingkungan dengan proses
klarifikasi masalah, membuat hipotesis, penyelidikan.
mengumpulkan data, menganalisis data, Analisis kemampuan akademik siswa
mengambil kesimpulan (Kindsvatter et al. sangat penting dilakukan pada awal
1996 cit. Suparno, 2013). Basis Inquiry perencanaan. Berdasarkan hasil
Lesson sejalan kompetensi ilmiah literasi wawancara dengan guru IPA kelas VII
sains yang meliputi mengidentifikasi isu SMP Pembangunan Piyungan
ilmiah, menjelaskan fenomena ilmiah, menyatakan: a) siswa-siswa SMP
dan menggunakan bukti ilmiah. Pembangunan Piyungan mempunyai
2. Observasi Lapangan kemampuan akademis yang rendah
Observasi lapangan dilakukan dengan dibanding dengan SMP-SMP lain di
tujuan untuk memperoleh informasi wilayah Kecamatan Piyungan maupun
tentang kondisi dan fakta pembelajaran Kabupaten Bantul. Siswa yang masuk di
IPA di lapangan. Informasi yang telah SMP Pembangunan Piyungan merupakan
didapatkan dari tahap penelitian awal ini siswa yang tidak di terima di SMP Negeri
kemudian dianalisis dan hasilnya adalah maupun Swasta di wilayah Kecamatan
sebagai berikut: Analisis pelaksanaan Piyungan Bantul maupun Kecamatan
pembelajaran IPA di SMP Pembangunan Berbah Sleman; b) siswa kurang
Piyungan. Berdasarkan analisis kebutuhan bersemangat dalam belajar IPA terlihat
guru memperlihatkan bahwa: a) kondisi dari aktivitas siswa yang hanya duduk
dilapangan sampai saat ini pembelajaran manis, mendengarkan serta mencatat
IPA dibelajarkan secara terpisah untuk penjelasan guru.
mata pelajaran fisika, kimia, dan biologi. Berdasarkan analisis kebutuhan siswa
Akibatnya guru mengalami kesulitan menunjukkan bahwa: a) pembelajaran
dalam menyusun desain pembelajaran IPA belum pernah menggunakan modul;
IPA terpadu; b) acuan guru dalam b) pembelajaran IPA hanya ceramah,
pembelajaran hanya keseluruhan materi diskusi, demonstrasi diskusi dan
diajarkan, sedangkan proses keterpaduan mencatat; c) siswa belajar menggunakan
sains tidak diperhatikan. Oleh karenanya modul dan buku dari penerbit; d) siswa
siswa tetap tidak mengerti bahwa bahan merasa belajar IPA sulit, rumit dan
yang dipelajarinya itu ada kaitannya dan membosankan; f) siswa menghendaki
bahkan mungkin sangat dekat, atau belajar IPA dengan penyelidikan; g) siswa
bahkan mempelajari hal yang sama; c) menghendaki belajar IPA berdasarkan

143
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 138-151)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

persoalan nyata yang dekat dengan Webbed Tema Pencemaran


kehidupan sehari-hari siswa; h) siswa Lingkungan.
menghendaki modul yang mudah
dipelajari siswa sendiri. Berikut adalah penjelasan KD pada
B. Tahap Perencanaan masaing-masing mata pelajaran yang
Pada tahap perencanaan ini berkaitan dengan tema Pencemaran
dilakukan analisis tugas, yaitu kumpulan Lingkungan:
prosedur untuk menentukan isi satuan 1) KD Pelajaran IPA:
pelajaran. Analisis tugas dilakukan KD.1.1 Mengagumi keteraturan dan
dengan merinci tugas isi mata pelajaran kompleksitas ciptaan Tuhan
dalam bentuk garis besar. Analisis ini tentang aspek fisik dan kimiawi,
mencakup analisis model keterpaduan dan kehidupan dalam ekosistem, dan
konsep. peranan manusia dalam
a. Analisis Model Keterpaduan lingkungan serta mewujudkannya
Analisis model keterpaduan untuk dalam pengamalan ajaran agama
mengidentifikasi konsep-konsep utama yang dianutnya.
yang akan diajarkan, menyusun secara KD.2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah
sistematis konsep-konsep yang relevan. (memiliki rasa ingin tahu;
Model keterpaduan yang digunakan objektif; jujur; teliti; cermat;
pada modul ini adalah model webbed. tekun; hati-hati; bertanggung
Model keterpaduan webbed adalah jawab; terbuka; kritis; kreatif;
Model ini memadukan beberapa mata inovatif dan peduli lingkungan)
pelajaran. Pembelajaran dikat dengan dalam aktivitas sehari-hari
tema sehingga dikenal dengan sebagai wujud implementasi
pembelajaran tematis, karena sikap dalam melakukan
menggunakan suatu tema sebagai dasar percobaan dan berdiskusi.
pembelajaran dalam berbagai disiplin KD.3.9 Mendeskripsikan pencemaran
mata pelajaran (Fogarty, 54-58). Tema dan dampaknya bagi makhluk
yang digunakan pada model webbed ini hidup.
adalah Pencemaran Lingkungan. Mata KD.4.7 Melakukan penyelidikan untuk
pelajaran yang berkaiatan pada tema ini menentukan sifat larutan yang
adalah mata pelajaran IPA, Pendidikan ada di lingkungan sekitar
Jasmani, Olahraga dan Kesehatan menggunakan indikator buatan
(Penjaskes), Ilmu Pengetahuan Sosial maupun alami.
(IPS), dan Prakarya yaitu Rekayasa. 2) KD Pelajaran IPS:
Hasil analisis disajikan pada Gambar KD.3.4 Memahami pengertian dinamika
4.1. interaksi manusia dengan
lingkungan alam, sosial, budaya,
KD 1.1 KD. 2.1 dan ekonomi
KD.4.3 Mengobservasi dan menyajikan
KD. 3.9 KD.4.7 bentuk- bentuk dinamika
IPA interaksi manusia dengan
KD. 3.10 KD. 3.4 lingkungan alam, sosial, budaya,
dan ekonomi di lingkungan
Penjaskes Pencemaran Lingkungan IPS masyarakat sekitar.
3) KD Penjaskes:
KD.3.10 Memahami konsep gaya hidup
KD. 4.10 Prakarya Rekayasa KD. 4.3 sehat untuk mencegah berbagai
penyakit.
KD.4.10 Mencoba menerapkan konsep
KD. 3.1 KD. 3.2 KD.4.2
gaya hidup sehat untuk
Gambar 4.1 Model Keterpaduan mencegah berbagai penyakit.

144
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 138-151)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

4) KD Prakarya Rekayasa: modul menurut Depdiknas (2008) yang sudah


KD.3.1 Memahami prosedur rekayasa dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan.
yang digunakan sebagai alat Sistematika draf modul sebagai berikut:
penjernih air dari bahan alami. Halaman Judul
KD.3.2 Mengidentifikasi bahan, material Halaman Francis
dan alat bantu yang digunakan Kata Pengantar
sebagai alat penjernih air dengan Daftar Isi
bahan buatan yang ada di daerah Peta Kedudukan Modul
setempat dan daerah lain. I. PENDAHULUAN
KD.4.2 Mencoba membuat alat penjernih A. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
air dari bahan buatan yang ada di B. Gambaran Umum Modul
lingkungan sekitar. C. Prasyarat
Modul berbasis Inquiry D. Petunjuk Penggunaan Modul
Lesson tema Pencemaran II. PEMBELAJARAN 1
Lingkungan pada penelitian ini Kompetensi Dasar
hanya pada pelajaran IPA. Pada Indikator
Kurikulum 2013 cara memadukan Peta Konsep
model keterpaduan webbed pada A. Mencermati Artikel
pelajaran IPA adalah KD yang Identifikasi dan Klarifikasi Masalah
mengandung konsep saling berkaitan Membuat Hipotesis
tetapi tidak beririsan untuk Mengumpulkan Data
menghasilkan kompetensi yang utuh, Menganalisis Data
konsep-konsep harus dikaitkan Menarik Kesimpulan
dengan suatu tema tertentu hingga B. Materi
menyerupai jaring laba-laba. Model Rangkuman
keterpaduan webbed dalam C. Evaluasi
pembelajaran IPA disajikan pada D. Umpan Balik
Gambar 4.2. III. PEMBELAJARAN 2-n
KUNCI JAWABAN
KD.1.1 KD. 2.1 GLOSARIUM
DAFTAR PUSTAKA
1) Hasil Penilaian Ahli Materi
Pencemaran Lingkungan
Aspek penilaian untuk ahli materi
meliputi aspek: kelayakan isi modul dan
KD. 3.9 KD. 4.7 penyajian modul. Aspek kelayakan isi
memperoleh persentase kelayakan 88 %
Gambar 4.2 Model Keterpaduan Webbed termasuk pada kategori sangat baik, aspek
Tema Pencemaran Lingkungan pada kelayakan penyajian memperoleh
Pelajaran IPA persentase 88% kategori sangat baik.
b. Analisis Konsep Hasil validasi ahli materi disajikan pada
Pada analisis ini dilakukan dengan Tabel 1.
mengidentifikasi konsep-konsep Tabel. 1 Penilaian Ahli Materi
pertama yang akan diajarkan, Aspek Persentase Kategori
menyusun secara sistematis dan merinci Penilaian Kelayakan
konsep-konsep yang relevan. Konsep- Kelayakan Isi 88% Sangat Baik
konsep yang diajarkan dalam modul Kelayakan 88% Sangat Baik
IPA Terpadu Tema Pencemaran Penyajian
Lingkungan antara lain:Pencemaran air; Jumlah 88% Sangat Baik
Pencemaran udara; Pencemaran tanah. 2) Hasil Penilaian Ahli Pendidikan
C. Tahap Pengembangan Awal Aspek penilaian untuk ahli materi
Format yang dipilih dalam meliputi aspek: basis Inquiry Lesson, literasi
pengembangan modul IPA Terpadu berbasis sains dan kesesuaian modul dengan RPP.
Inquiry Lesson ditunjukkan dalam kerangka Aspek basis Inquiry Lesson memperoleh

145
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 138-151)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

persentase kelayakan 100% kategori sangat baik. Berikut adalah Tabel penilaian ahli
baik, aspek literasi sains memperoleh bahasa.
kelayakan 100% kategori sangat baik, aspek Tabel. 4 Penilaian Ahli Bahasa
kesesuaian modul dengan RPP memperoleh Aspek Penilaian Persentase Kategori
kelayakan 100% kategori sangat baik.Hasil Kelayakan
validasi Ahli Pendidikan disajikan pada Tabel. Kesesuaian 75% Baik
2. perkembangan siswa
Tabel. 2 Penilaian Ahli Pendidikan Komunikatif 83% Sangat Baik
Aspek Persentase Kategori Keruntutan,kesatuan 88% Sangat Baik
Penilaian Kelayakan gagasan
Basis Inquiry 100% Sangat Baik Jumlah 82% Sangat Baik
Lesson 5) Penilaian oleh Guru
literasi sains 100% Sangat Baik Aspek penilaian untuk guru IPA
kesesuaian 100% Sangat Baik meliputi aspek: kelayakan isi, penyajian
modul dengan dan bahasa, pendekatan Inquiry Lesson,
RPP literasi sains. Aspek kelayakan isi
memperoleh persentase kelayakan sebesar
3) Hasil Penilaian Ahli Media Pembelajaran 94%, aspek kelyakan penyajian
Aspek penilaian untuk ahli materi meliputi memperoleh persentase 88%, aspek basis
aspek: ukuran buku, desain kulit buku, Inquiry Lesson memperoleh persentase
desain isi dan ilustrasi. Aspek ukuran buku kelayakan sebesar 97%, aspek literasi sains
memeperolah persentase kelayakan 100% memperoleh kelyakan 96%. Hasil
kategori sangat baik, desain kulit buku penilaian guru IPA disajikan pada Tabel 5.
memperoleh kelayakan 78% kategori Tabel 5 Hasil Penilaian Guru
sangat baik, desain isi memperoleh Aspek Persentase Kategori
persentase kelayakan 89% kategori sangat Penilaian Kelayakan
baik, dan aspek ilustrasi memperoleh Kelayakan Isi 94% Sangat Baik
persentase kelayakan 75% kategori sangat Kelayakan 88% Sangat Baik
baik. Hasil Validasi Ahli Media Penyajian
Pembelajaran disajikan pada Tabel.3. Basis Inquiry 97% Sangat Baik
Tabel. 3 Penilaian Ahli Media Lesson
Pembelajaran literasi sains 96% Sangat Baik
Aspek Persentase Kategori 93% Sangat Baik
Penilaian Kelayakan D. Uji Coba Awal
Ukuran buku 100% Sangat Baik Aspek penilaian uji coba awal siswa
Desain kulit 78% Baik meliputi: aspek tampilan, penyajian materi
buku dan manfaat. Uji coba awal ini digunakan
Desain isi 89% Sangat Baik untuk mendapatkan masukan kelompok
Ilustrasi 75% Baik kecil dengan jumlah subjek penelitian 10
Jumlah Sangat Baik siswa, yang diambil secara acak dari kelas
4) Penilaian Ahli Bahasa VII. Persentase data penilaian uji coba
Aspek penilaian untuk ahli bahasa awal disajikan pada Tabel 7
meliputi aspek: kesesuaian dengan Tabel 7. Hasil Uji Coba Awal
perkembangan siswa, komunikatif dan Aspek Persentase Kategori
keruntutan dan kesatuan gagasan. Aspek Penilaian Kelayakan
kesesuaian dengan perkembangan siswa Tampilan 99% Sangat Baik
memeperoleh persentase kelayakan 75% Penyajian 98% Sangat Baik
kategori sangat baik, aspek komunikatif materi
memperoleh persentase kelayakan 83% Manfaat 99% Sangat Baik
kategori sangat baik, aspek keruntutan dan Jumlah 99% Sangat Baik
kesatuan gagasan memperoleh persentase E. Uji Coba Lapangan
kelayakan sebesar 83% kategori sangat Modul yang telah divalidasi ahli dan
uji coba awal selanjutnya diuji coba
lapangan. Uji coba lapangan untuk melihat

146
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 138-151)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

kemampuan modul meningkatkan literasi F. Uji Lapangan


sains siswa. Berdasarkan perhitungan N- Setelah diuji coba lapangan, selanjutnya
gain score kelas uji coba lapangan modul diuji lapangan dengan menggunakan
didapatkan sebesar 0,5 yang menunjukkan subjek 70 siswa yang terdapat pada dua kelas
kategori sedang. Rata-rata nilai pretest yaitu kelas VII-A dan VII-C. Masing-masing
sebesar 59, sedangkan nilai rata-rata kelas berjumlah 35 siswa. Uji lapangan
Postest sebesar 78. Sedangkan N-gain menggunakan desain penelitian Pre-
score tiap aspek literasi sains dapat Eksperimental Design dengan tipe One-Group
disajikan pada Tabel 8. Pretest-Postest Design.
Tabel. 8. N-gain Aspek Literasi Sains Analisis untuk mengetahui keefektifan
Aspek Literasi sains N- Kategori modul untuk memberdayakan literasi sains
gain menggunakan gain score yang dinormalisasi
Mengidentifikasi Isu untuk pretest-Postest kelas uji lapangan. Gain
Ilmiah 0,5 Sedang score dinormalisasi merupakan indikator yang
Menjelaskan fenomena baik untuk menunjukkan keefektifan.N-gain
ilmiah 0,6 Sedang
pada kelas A maupun memperoleh 0,55
Menggunakan Bukti
Ilmiah 0,5 Sedang kategori sedang. Hasil N-gain score tiap
Analisis data untuk mengetahui aspek literasi sains.
perbedaan skor literasi sains pada pretest- Tabel 10. Rata-rata Perolehan N-gain
postest menggunakan uji prasyarat uji Score Tiap Aspek Literasi Sains Uji Lapangan
Aspek Literasi sains N- Kategori
normalitas dan homogenitas kemudian uji two
gain
related samples test (Wilcoxon). Ringkasan Mengidentifikasi Isu Ilmiah 0,61 Sedang
hasil uji normalitas, homogenitas dan uji two Menjelaskan fenomena
related samples test (Wilcoxon) skor pretest- ilmiah 0, 61 Sedang
postest dapat dilihat pada Tabel 9. Menggunakan Bukti Ilmiah 0,61 Sedang
Tabel 9. Ringkasan Hasil Analisis Skor Analisis data untuk mengetahui
Literasi Sains pada Pretest-Postest Uji Coba perbedaan skor literasi sains pada pretest-
Lapangan Kelas postest menggunakan uji prasyarat uji
Uji Hasil Kesimpulan normalitas dan homogenitas kemudian uji two
Normalitas p-value pretest Data tidak related samples test (Wilcoxon). Ringkasan
(Kolmogor adalah 0,000< terdistribusi hasil uji normalitas, homogenitas dan uji two
ov- 0,05 dan p- normal
related samples test (Wilcoxon) skor pretest-
Smirnov) value postest
adalah 0,00 < postest dapat dilihat pada Tabel 11. dan Tabel
0,05 12.
Homogeni p-value pretest Data tidak Tabel 11. Ringkasan Hasil Analisis Skor
tas (levene adalah 0,101 > homogen Literasi Sains pada Pretest-Postest Uji
Statistic) 0,05, p-value Lapangan
postest adalah Uji Hasil Kesimpulan
0,008 < 0,05 Normalitas p-value pretest Data pretest
Uji two Antara p-value Ada perbedaan (Kolmogorov- adalah 0,128 > terdistribusi
related pretest dan p- secara Smirnov) 0,05 dan p-value normal. Data
samples test value postest signifikan postest adalah postest tidak
(Wilcoxon) adalah 0,000 < 0,014 < 0,05 terdistribusi
0,05 normal.
Berdasarkan hasil analisis skor literasi Homogenitas p-value pretest Data
sains pretest-postest didapatkan kesimpulan (levene adalah 0,584> homogen
Uji two related samples test (Wilcoxon) Statistic) 0,05, p-value
bahwa ada perbedaan secara signifikan antara postest adalah
skor pretest dan skor postest, sehinga terdapat 0,956> 0,05
Uji two Antara p-value Ada
perbedaan secara signifikan antara literasi
related pretest dan p- perbedaan
sains sebelum penggunaan modul dan sesudah samples test value postest secara
penggunaan modul. (Wilcoxon) adalah 0,000 < signifikan

147
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 138-151)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

0,05 dikarenakan modul IPA Terpadu berisi


Tabel 12. Ringkasan Hasil Analisis Korelasi kegiatan inkuiri yang terdapat pada kegiatan
gain Literasi Sains pada Uji Coba lapangan belajar siswa. Kegiatan inkuiri dikemas dalam
dan Uji Lapangan modul IPA Terpadu dengan penjelasan
Uji Hasil Kesimpulan konseptualnya. Hal ini bertujuan agar siswa
Normalitas p-value gain uji Data dapat mempelajari IPA dengan kegiatan
(Kolmogorov- coba lapangan terdistribusi inkuiri secara mandiri dan berulang-ulang
Smirnov) adalah 0,543> normal untuk mengasah literasi sains. Seperti
0,05 dan p-value pendapat Haight dan Espada yang
gain Uji lapangan
menyatakan bahwa penerapan model inquiry
adalah 0,547>
0,05 dapat meningkatkan literasi sains (Haight dan
Uji Korelasi Besarnya korelasi Hubungan Espada, 2009).
Spearman’s antara gain uji korelasi Hasil uji two related samples test
rho coba lapangan sangat kuat. (Wilcoxon) diperoleh p-value literasi sains
dan uji lapangan pretest dan p-value literasi sains postest
0,957 adalah 0,000<0,05. Menunjukkan ada
p-value 0,00 < Tedapat perbedaan secara signifikan antara skor
0,05 hubungan pretest dan skor postest, sehingga terdapat
positif yang perbedaan secara signifikan antara literasi
sangat kuat.
sains sebelum penggunaan modul dan sesudah
NRC (1996) tujuan akhir dari penggunaan modul. Selain itu hasil uji two
pembelajaran IPA adalah meningkatkan
related samples test (Wilcoxon) pada uji
literasi sains siswa. Seperti pendapat Wenning
lapangan diperoleh p-value literasi sains
(2007: 1) yang menyatakan bahwa tujuan pretest dan p-value literasi sains postest
utama dari pembelajaran IPA adalah adalah 0,000<0,05. Berdasarkan hasil analisis
pencapaian literasi sains. Tujuan dari skor literasi sains pretest-postest pada semua
pengembangan modul IPA Terpadu berbasis
kelas uji lapangan didapatkan kesimpulan Uji
Inquiry Lesson untuk memberdayakan literasi
two related samples test (Wilcoxon) bahwa
sains khususnya pada literasi sains. Literasi
ada perbedaan secara signifikan antara skor
sains melibatkan individu mengembangkan pretest dan skor postest, sehingga terdapat
pemahaman yang baik tentang fakta-fakta perbedaan secara signifikan antara literasi
ilmiah dan proses penyelidikan ilmiah, dan
sains sebelum penggunaan modul dan sesudah
kesadaran akan hubungan antara ilmu
penggunaan modul.
pengetahuan, teknologi, dan masyarakat Pada uji korelasi, besarnya korelasi
(NRC, 1996). Orang yang melek literasi sains antara gain kompetensi pengetahuan uji coba
adalah mereka yang memiliki pengetahuan lapangan dan uji lapangan 0,968. Dapat
ilmiah, keterampilan inkuiri, dan kemampuan
diartikan bahwa hubungan korelasi
untuk membuat keputusan bijaksana tentang kompetensi pengetahuan pada uji coba
isu-isu sosial-ilmiah (Laugksch, 2000). Inkuiri lapangan dan uji lapangan sangat kuat. Uji
mengacu pada kegiatan siswa di mana siswa korelasi gain uji coba lapangan dan uji
mengembangkan pengetahuan dan lapangan memperoleh nilai p-value 0,000<
pemahaman ide-ide ilmiah, serta pemahaman
0,05 artinya terdapat hubungan positif yang
tentang bagaimana ilmuwan mempelajari
signifikan antara kompetensi pengetahuan
alam (NRC, 1996: 23).
siswa ketika siswa menggunakan modul pada
Modul IPA Terpadu berbasis Inquiry uji coba lapangan dengan uji lapangan. atau
Lesson mempunyai keefektifan dalam ada kecenderungan siswa yang memiliki
memberdayakan literasi sains. Hal tersebut
kompetensi pengetahuan tinggi pada uji coba
dibuktikan dengan perolehan skor N-gain uji
lapangan, maka pada uji lapangan mempunyai
coba lapangan sebesar 0,5 yang menunjukkan
literasi sains yang tinggi pula.
kategori sedang. Selain itu diperkuat pada Uji korelasi gain literasi sains uji coba
hasil uji lapangan yang memperoleh N-gain lapangan dan uji lapangan memperoleh nilai
masing-masing sebesar 0,62 yang korelasi sebesar 0,957 artinya hubungan
menunjukkan kategori sedang. Keefektifan ini

148
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 138-151)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

korelasi literasi sains pada uji coba lapangan layak digunakan dengan kategori sangat baik.
dan uji lapangan sangat kuat. Uji korelasi gain Modul yang dikembangkan ini mempunyai
literasi sain uji coba lapangan dan uji tujuan untuk memberdayakan literasi sains
lapangan memperoleh nilai p-value 0,000< siswa, menarik minat dan motivasi siswa,
0,05 artinya terdapat hubungan positif yang sebagai masukan guru untuk mengembangkan
signifikan antara literasi sains siswa ketika pembelajaran IPA secara utuh, menyeluruh,
siswa menggunakan modul pada uji coba dan bermakna, memotivasi guru untuk
lapangan dengan uji lapangan atau ada meningkatkan kreativitasnya dalam menyusun
kecenderungan siswa yang memiliki literasi bahan ajar, memberikan solusi dengan
sains tinggi pada uji coba lapangan, maka tersedianya bahan ajar IPA terpadu,
pada uji lapangan mempunyai literasi sains menambah khasanah keilmuan tentang
yang tinggi pula. Berdasarkan data tersebut pentingnya pembelajaran IPA terpadu,
dapat dikatakan bahwa modul IPA Terpadu tersedianya modul IPA Terpadu berbasis
Berbasis Inquiry Lesson efektif digunakan Inquiry Lesson yang melatih melakukan
untuk meningkatkan literasi sains siswa. kegiatan penyelidikan bagi siswa yang belum
G. Produk Akhir pernah melakukan kegiatan penyelidikan.
Produk akhir berupa modul IPA I. Temuan Lapangan
Terpadu berbasis Inquiry Lesson Tema Temuan pada penelitian ini adalah:
Pencemaran Lingkungan dengan sub tema 1. Modul IPA Terpadu berbasis Inquiry
Pencemaran Air, Udara dan Tanah. Proses Lesson tema pencemaran lingkungan
pembelajaran menggunakan model Inquiry disusun berdasarkan analisis kebutuhan
Lesson dengan sintak dimulai identifikasi dan siswa dan guru.
klarifikasi masalah, membuat hipotesis, 2. Modul IPA Terpadu berbasis Inquiry
mengumpulkan data, menganalisis data, Lesson tema pencemaran lingkungan
mengambil kesimpulan (Kindsvatter et al. layak digunakan dalam proses
1996 cit. Suparno, 2013). pembelajaran.
Modul IPA berbasis Inquiry Lesson 3. Modul IPA Terpadu berbasis Inquiry
mempunyai karakteristik Self Instructional; Lesson mempunyai karakteristik model
yaitu melalui modul tersebut seseorang atau keterpaduan webbed, basis modul Inquiry
siswa mampu membelajarkan diri sendiri, Lesson, dan sesuai dengan Kurikulum
tidak tergantung pada pihak lain (Depdiknas, 2013.
2008). Hal tersebut dikarenakan modul berisi 4. Modul IPA Terpadu berbasis Inquiry
tujuan yang dirumuskan dengan jelas, materi Lesson tema pencemaran lingkungan
pembelajaran yang dikemas ke dalam unit- mampu memberdayakan literasi sains
unit kecil dan spesifik yaitu terdiri dari siswa.
pencemaran air, udara dan tanah, Kesimpulan
menyediakan ilustrasi yang mendukung Berdasarkan data yang dikumpulkan dan
kejelasan pemaparan materi pembelajaran, hasil analisis data yang telah dikemukakan,
menampilkan soal-soal latihan, kontekstual maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1)
yaitu materi-materi yang disajikan terkait pengembangan IPA Terpadu berbasis Inquiry
dengan suasana atau konteks tugas dan Lesson mengadaptasi kerangka modul dari
lingkungan penggunanya, menggunakan Depdiknas 2008 yang terdiri dari bagian
bahasa yang sederhana dan komunikatif, pembuka, inti dan bagian penutup. Prosedur
terdapat rangkuman materi pembelajaran, pengembangan menggunakan Borg & Gall
terdapat instrumen yang dapat digunakan yang telah dimodifikasi yang terdiri dari:
penggunanya mengukur atau mengevaluasi penelitian dan pengumpulan data awal,
tingkat penguasaan materi, terdapat umpan perencanaan penelitian, pengembangan
balik atas penilaian, sehingga penggunanya produk awal, uji coba awal, revisi hasil uji
mengetahui tingkat penguasaan materi. coba terbatas, uji coba lapangan, revisi hasil
H. Desiminasi uji coba lapangan, uji lapangan, revisi
Tahap ini dilakukan setelah tahap uji produk akhir dan diseminasi; 2) Modul IPA
lapangan, dimana modul sudah dinyatakan Terpadu berbasis Inquiry Lesson tema

149
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 138-151)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Pencemaran Lingkungan mempunyai Inquiry Literacy Siswa SMA pada Materi


karakteristik model keterpaduan webbed, Pencemaran Lingkungan. Universitas
basis modul Inquiry Lesson, dan sesuai Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.
dengan Kurikulum 2013; 3) kelayakan modul
Indrawati. 2010. Model Pembelajaran IPA
sangat baik dengan penilaian ahli materi 88%, Terpadu untuk SMP. Bandung: PPPPTK
ahli pendidikan 100%, ahli media IPA.
pembelajaran 83%, ahli bahasa 82%, praktisi
93%; 4) penerapan modul IPA Terpadu Lang, M. (2001). Teacher professionalism and
berbasis Inquiry Lesson pada kelas uji coba change: developing a professional self
lapangan dan uji lapangan secara signifikan through Reflective assessment. In. H.
dapat meningkatkan literasi sains siswa Behrendt, H. Dahncke, R. Duit. (eds).
Research in Science Education – Past,
dengan rata-rata N-gain masing-masing
Present, and Future. Dordrecht: Kluwer
sebesar 0,5 dan 0,62 pada kategori sedang. Uji Academic Publishers, p.131-136.
korelasi gain literasi sains pada uji coba
lapangan dengan uji lapangan memperoleh Laugksch, R. C. 2000. Scientific literacy: A
nilai korelasi sebesar 0,957 artinya hubungan conceptual overview. Science Education,
korelasi literasi sains pada uji coba lapangan 84 (1): 71-94.
dan uji lapangan sangat kuat. Nilai p-value
0,000 < 0,05 artinya terdapat hubungan positif National Research Council. 1996. National
Science Education Standards.
yang signifikan antara literasi sains siswa
Washington, DC: National Akademi
ketika siswa menggunakan modul pada uji Press.
coba lapangan dengan uji lapangan.
Daftar Pustaka National Research Council. 2000. Inquiry and the
Borg, W.R. & Gall, M.D. 1983. Educational National Science Education Standards. A
Research. New York, London: Guide For Teaching and Learning.
Longman. Washington, DC: National Akademi
Press.
Brickman,P, Gormaly C, Armstrong, N dan
Halar,B. 2009. Effects of inquiry-based OECD. 2006. Assessing Scientific, Reading and
learning on students’science literacy skills Mathematical Literacy: A framework for
and confidence. International Journal for PISA 2006. Paris: OECD.
the Scholarship of Teaching and
Learning. 3 (2): 1931-4744. OECD. 2007. PISA 2006 Science Competencies
for Tomorrow’s World. Paris: OECD.
Dahar, R.W.1989. Teori Belajar. Jakarta:
Erlangga. OECD. 2008. PISA 2006 Technical Report. Paris:
OECD.
Depdiknas. 2008. Penulisan Modul. Jakarta:
Depdiknas. OECD. 2010. PISA 2009 Results: Learning
Trends: Changes in Student Performance
Haight, A.D dan Espada, W.J.G. 2009. Scientific Since 2000 (Volume V).
Literacy in Central Appalachia Through
Contextually Relevant Experiences: The OECD. 2014. PISA 2012 Results in Focus. What
“Reading the River” Project. IJESE.4 (3): 15-year-olds know and what they can do
215-230. with what they know

Herdianti, Adah. 2013. Pengaruh Pembelajaran Permendikbud Republik Indonesia Nomor 65


Inquiry Lesson Terhadap Peningkatan Tahun 2013 Tentang Standar Proses
Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Pendidikan Dasar dan Menengah.
Ilmiah Siswa SMP pada Materi
Purwanto, Rahadi, A, dan Lasmono, S. 2007.
Fotosintesis. Universitas Pendidikan
Pengembangan Modul. Jakarta:
Indonesia: Tidak diterbitkan.
PUSTEKKOM Depdiknas.
Humaira, M. 2012. Pengaruh Pembelajaran
Suparno, Paul. 2013. Metodologi Pembelajaran
Guided Inquiry melalui Discovery
Fisika Konstruktivistik dan
Learning terhadap Kemampuan Scientific

150
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal 138-151)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

menyenangkan. Yogyakarta: Universitas


Sanata Dharma.

Suryani, A.C. 2013. Pengaruh Inquiry Lesson


Terhadap Peningkatan Kemampuan
Literasi Sains dan Sikap Ilmiah Siswa
SMP pada Materi Ekosistem. Universitas
Pendidikan Indonesia.

Uus Toharudin, Sri Hendrawati, dan Ardian


Rustaman.2011. Membangun Literasi
Sains Peserta Didik. Bandung:
Humaniora.

Wenning, CJ. 2005. Levels of Inquiry: Hierarchies


of Pedagogical Practices and Inquiry
Processes. J. Phys. Tchr. Educ. Online. 2.
(3): 5-6.

___________. 2007. Assessing inquiry skills as a


component of scientific literacy. J. Phys.
Tchr. Educ. Online. 4 (2): 21-24.

___________. 2010. Levels of inquiry: Using


inquiry spectrum learning sequences to
teach science. J. Phys. Tchr. Educ.
Online. 5. (3): 16.

___________. 2010. The Levels of Inquiry Model


of Science Teaching. J. Phys. Tchr. Educ.
Online. 4 (2): 21-24.s

___________. 2011. Levels of Inquiry Model of


Science Teaching: Learning sequences to
lesson plans. J. Phys. Tchr. Educ. Online.
6. (2): 17-20.

___________. 2011. The Levels of Inquiry Model


of Science Teaching. J. Phys. Tchr. Educ.
Online. 6. (2): 9-16.

151

Anda mungkin juga menyukai