Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

“PERBANDINGAN METODE MASERASI, REMASERASI, PERKOLASI DAN


REPERKOLASI DALAM EKSTRAKSI SENYAWA AKTIF ANDROGRAPHOLIDE
DARI TANAMAN SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)”

Dosen Pengampu :

Meiliza Ekayanti, M.Si.

Disusun Oleh :

Ricky Ardiansyah

NIM.12018065

Farmasi A Reguler

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRIMA INDONESIA

2020/2021
I. Tujuan Praktikum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui metode yang terbaik
dari 4 metode ekstraksi yaitu maserasi, remaserasi, perkolasi, dan reperkolasi dalam
mengekstraksi senyawa aktif andrographolide dari tanaman sambiloto
( Andrographis paniculata (Burm f.) Nees ) dengan parameter spesifik rendemen
dan kadar senyawa andrographolide.

II. Prinsip Kerja


Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Proses pengerjaan
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam pelarut. Pelarut akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif.
Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif
di dalam sel dengan di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar.
Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara
larutan di luar sel dan di dalam sel.
Remaserasi merupakan metode ekstraksi yang terjadi pengulangan
penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan
seterusnya.
Perkolasi merupakan ekstraksi yang dilakukan dengan penetesan cairan
penyari dalam wadah silinder atau kerucut (perkolator), yang memilki jalan masuk
dan keluar. Bahan ekstraksi yang dimasukkan secara kontinyu dari atas
mengalir lambat melintasi simplisia yang umumnya berupa serbuk kasar.
Melalui pembaharuan terus-menerus bahan pelarut berlangsung sesuai suatu
maserasi banyak tingkat.
Reperkolasi merupakan cara untuk membuat ekstrak cair dari jamu yang
mengandung minyak atsiri, dinyatakan bahwa simplisia tersebut dibagi dalam
beberapa bagian. Bagian pertama diperkolasi, tetesan pelarut ditampung
dan kemudian digunakan kembali untuk mengekstrak bagian berikutnya.
Tetesan yang diperoleh dari bagian 1,2 dan 3 disatukan dan menghasilkan preparat
jadinya. (Voigt, 1994).
III. Alat dan Bahan
 Alat
1. Erlenmeyer 250 ml
2. Gelas piala
3. Labu rotary evaporator
4. Sudip
5. Buchner
6. Cawan porselen
7. Shaker
8. Timbangan analitik
9. Pompa vakum dan saringan vakum
10. Rotary evaporator
11. Kertas saring

 Bahan
1. Simplisia daun, batang, akar sambiloto
2. Etanol 95%
3. Metanol P
4. Metanol pro-analisis
5. Larutan pembanding (Andrographolid 0.1%)

IV. Prosedur Kerja


1. Maserasi

Simplisia sebanyak 10 gram dimaserasi menggunakan 100 ml


etanol 95% di dalam Erlenmeyer 250 ml selama 4, 6, 8, 10, 12,
14, 16, 18, 20, 22, 24 jam sambil digoyang-goyangkan
menggunakan shaker.

Disaring menggunakan saringan yang dilengkapi dengan pompa


vakum, filtrat yang diperoleh diukur volumenya dan selanjutnya
di evaporasi menggunakan rotary evaporator hingga diperoleh
ekstrak kental.
2. Perkolasi

Simplisia sebanyak 10 gram dimaserasi dengan 100 ml etanol


95% selama 2 jam sambil digoyang-goyangkan menggunakan
shaker, selanjutnya disaring cepat mengunakan saringan berpompa
vakum dan filtrat yang diperoleh diukur volumenya, volume 1.

Residu sisa penyaringan dimasukkan kedalam kolom perkolator dan


dialiri pelarut etanol 95% secara perlahan selama 2, 4, 6, 8, 10,
12, 14, 16, 18, 20, 22 jam.

Pelarut yang melewati simplisia diukur volumenya yaitu volume 2, dan


digabungkan dengan filtrat 1. Kemudian dievaporasi menggunakan
rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental.

V. Data Pengamatan
1. Hasil Rendemen Maserasi
2. Hasil Rendemen Perkolasi

Berikut adalah data hasil perbandingan rendemen yang di peroleh dari simplisia
sambiloto :
VI. Analisa Data
Pada penelitian kali ini dilakukan perbandingan Metode Maserasi dan Perkolasi dari
ekstrak simplisia sambiloto. Organoleptik hasil maserasi dan perkolasi dari simplisia
sambiloto tidak terdapat perbedaan yang signifikan yaitu cairan kental berwarna
coklat tua, bau khas wangi dan tidak berasa.
Rendemen yang diperoleh dari maserasi ini berkisar antara 5,7 - 7,0 %. Rendemen
terendah terdapat pada waktu maserasi 4 jam, dan rendemen tertinggi terdapat
pada waktu maserasi 24 jam. Rata-rata rendemen yang diperoleh yaitu 6,4%.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama maserasi, maka rendemen yang
dihasilkan pun semakin tinggi.
Perkolasi ini memperoleh hasil rendemen yang berkisar sekitar 9,7 -10,8%. Rata-rata
rendemen yang diperoleh adalah 10,4%. Rendemen tersebut lebih tinggi bila
dibandingkan dengan rendemen hasil maserasi, namun lebih rendah jika
dibandingkan dengan rendemen hasil remaserasi. Hal ini terjadi karena pada
perkolasi, kecepatan alir yang digunakan pada saat perkolasi terlalu cepat sehingga
waktu kontak antara pelarut dan simplisia kecil. Hal ini menyebabkan pelarut akan
tercuci keluar sebelum pelarut menarik senyawa-senyawa yang ada di dalam sel
secara sempurna atau bahkan pelarut akan tercuci ke luar sebelum pelarut masuk
ke dalam sel.
Keuntungan dari metode maserasi yaitu prosedur dan peralatannya sederhana
sedangkan penarikan zat aktif nya kurang efektif dan waktu yang digunakan lama
(Agoes, 2007).
Keuntungan dari metode perkolasi ini adalah proses penarikan zat berkhasiat
dari tumbuhan lebih sempurna, sedangkan kerugiannya adalah membutuhkan
waktu yang lama dan peralatan yang digunakan mahal (Agoes, 2007).

VII. Kesimpulan
Berdasarkan yang diperoleh dari hasil rendemen pada maserasi dan perkolasi
didapatkan yaitu, maserasi ( 6,4% ) sedangkan perkolasi ( 10,4% ) Rendemen
perkolasi lebih tinggi bila dibandingkan dengan rendemen hasil maserasi dengan
demikian metode ekstraksi yang baik adalah perkolasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Pratiwi, E. 2010. PERBANDINGAN METODE MASERASI, REMASERASI,


PERKOLASI DAN REPERKOLASI DALAM EKSTRAKSI SENYAWA AKTIF
ANDROGRAPHOLIDE DARI TANAMAN SAMBILOTO (Andrographis
paniculata (Burm.f.) Nees). Bogor : INSTITUT PERTANIAN BOGOR.

Anda mungkin juga menyukai