Literatur Review - Kelompok 11
Literatur Review - Kelompok 11
KELAS 2 B
2019
1. TOPIK
“Evidence Base Practice pada Kasus Gangguan Sistem Hematologi :
Leukimia dan Anemia”
2. KATA KUNCI
Kata kunci yang digunakan adalah Red Blood Cells, Tranfusion, Iron
Supplement, Nutrition, Intervention, Leukemia Patients, Exercise
Interventions, And Neutropenic Diet.
N Populasi &
Topik Peneliti Tahun Metode Hasil Kesimpulan
o Sampel
1. The Effects of an Exercise Claudio L. 2008 Metode one- 10 pasien Hasil menunjukkan bahwa Intervensi latihan
Program in Leukemia Battaglini, group pretest- (> 18 tahun) intervensi latihan terkontrol terkontrol yang diawasi
Patients PhD, A. C. posttest design dengan yang diawasi layak dan dapat layak dan dapat secara
Hackney, PhD, diagnosis secara positif mempengaruhi mempengaruhi pasien
DSc, Rey leukemia daya tahan kardiovaskular secara positif.
Garcia, RN, myeloid dan otot, mengurangi
BSN, ONC, (AML atau kelelahan dan depresi, dan
Diane Groff, CML) mempertahankan kualitas
EdD, Elizabeth hidup selama perawatan.
Evans, MA,
and Thomas
Shea, MD
2 A Systematic Review On Jenna Smith- 2015 review review Hasil penelitian menunjukkan Intervensi olahraga
The Use Of Exercise Turchyn, Julie olahraga yang terkontrol, yang terkontrol, layak
Interventions Richardson layak dan aman terbukti dapat dan aman terbukti
For Individuals With mengurangi efek samping efektif untuk individu
Myeloid Leukemia pengobatan untuk individu dengan AML.
dengan AML.
3 Things We Do For No Heather R. 2018 Studi Kasus Pasien Hasil penelitian menunjukkan Diet neutropenik
Reason: Neutropenic Diet Wolfe, MD, penderita bahwa ada sedikit yang bisa memberikan pengaruh
Navid Sadeghi, leukemia diperoleh dari penggunaan terhadap pasien LMA.
MD, Deepak myeloid diet neutropenik pada pasien
Agrawal, akut yang menjalani terapi induksi
MD1, David remisi untuk AML yang baru
H. Johnson, didiagnosis atau MDS
MD1, Arjun berisiko tinggi.
Gupta, MD
4 Randomized Comparison Alison 2008 Therapy dan 153 pasien Hasil menunjukkan bahwa Diet neutropenik
of Cooked and Noncooked Gardner, Metode AML ada sedikit yang bisa memberikan pengaruh
Diets Gloria pretest- diperoleh dari penggunaan terhadap pasien AML
in Patients Undergoing Mattiuzzi, posttest design diet neutropenik pada yang baru
Remission Induction Stefan Faderl, didiagnosis atau
pasien yang menjalani
Therapy for Gautam MDS berisiko tinggi.
terapi induksi remisi untuk
Acute Myeloid Leukemia Borthakur,
Guillermo AML yang baru
Garcia- didiagnosis atau MDS
Manero, berisiko tinggi
Sherry Pierce,
Mark Brandt,
and Elihu
Estey
5 Red Blood Cell Matej 2015 Metode Pasien Hasil penelitian menunjukkan Usia Penyimpanan
Transfusion And Skeletal Podbregar, pretest-posttest dengan penyimpanan PRC PRC mempengaruhi
Muscle Tissue Ana Ursula design anemia mempengaruhi oksigenasi kadar PRC.
Oxygenation In Anaemic Gavric, Eva jaringan otot pasien.
Haematologic Podbregar,
Outpatients Hugon
Mozina3,
Sebastian
Stefanovic
6 Pengaruh waktu simpan Pesalmen 2019 Desain potong 30 sampel Penelitian ini menunjukkan PRC mengalami
Packed Red Cells (PRC) Saragih, Ida lintang darah jenis bahwa terjadi perubahan kadar
terhadap perubahan kadar Adhayanti, Whole peningkatan pada selama penyimpanan.
hemoglobin, hematokrit, Zulfikar Lubis, Blood (WB) hemoglobin namun tidak
dan glukosa plasma di Herman yang siap signifikan (p>0,05) selama
RSUP H. Adam Malik, Hariman diolah penyimpanan tujuh hari.
Medan, Indonesia menjadi Hal ini menunjukan selama
jenis Packed proses penyimpanan
Red Cell tidak terjadi penghancuran
(PRC) dari eritrosit.
7 To Assess The Prevalence Samridhi 2019 Quasi Gadis Hasil penelitian Terapi gizi
Of Anaemia And Pokharel, experimental, remaja (12- menunjukkan terdapat berpengaruh terhadap
Effectiveness Of Iron Pauline Pre 18 tahun) penurunan defisiensi besi Anemia.
Supplementation In Sharmila experimental, pada gadis remaja setelah
Improving The Level Of True dilakukan terapi gizi yaitu
Haemoglobin Experimental dengan memberikan
Among Adolescent Girls suplemen zat besi.
8 Effectiveness of Renu 2018 Quasi Gadis Hasil penelitian Terapi gizi efektif
Nutritional Ball among Gurung, Experimental remaja menunjukkan terapi gizi meningkatkan kadar
Adolescent Girls with Pauline dengan nutritional ball yang hemoglobin.
Anemia in Selected Sharmila hemoglobin diberikan setiap hari selama
Government Schools, tidak 30 hari ternyata efektif
Greater Noida normal untuk meningkatkan kadar
hemoglobin di kalangan
gadis remaja.
9 Hubungan Konsumsi Zat Istiya Putri 2017 Desasin 102 murid Hasil studi menunjukkan Hasil studi
Besi dengan Kejadian Lestari, Nur potong lintang SMP kekuatan hubungan yang menunjukkan kekuatan
Anemia pada Indrawati sangat lemah. hubungan yang sangat
Murid SMP Negeri 27 Lipoeto, lemah. Berpola positif,
Padang Almurdi artinya semakin tinggi
konsumsi zat besi
semakin tinggi kadar
hemoglobinnya. Tidak
terdapat hubungan
yang bermakna antara
konsumsi zat besi
dengan kejadian
anemia padamurid
SMP Negeri 27
Padang.
6. LITERATUR REVIEW
LEUKIMIA
a. Pengertian Leukemia
a) Anemia Aplastik
Pada anemia aplastik, lemak menggantikan sumsum tulang,
sehingga menyebabkan pengurangan sel darah merah, sel darah putih
dan juga platelet. Anemia aplastik sifatnya congenital dan idiopatik.
b) Anemia Pada Penyakit Ginjal
Secara umum terjadi pada pasien dengan nitrogen urea darahyang
lebih dari 10 mg/dl. Hematokrit menurun sampai 20-30%. Anemia
ini di sebabkan oleh menurunnya ketahanan hidup sel darah merah
maupun defisiensi eritropoetin.
c) Anemia Pada Penyakit Kronik
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan
anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan
ukuran dan warna yang normal). Apabila di sertai dengan penurunan
kadar besi dalam serum atau saturasi transferin, anemia akan
berbentuk hipokrom mikrositik. Kelainan ini meliputi arthritis
rematoid, abses paru, osteomielitis, tuberkolosis dan berbagai
keganasan.
d) Anemia Defisiensi-Besi
Anemia defisiensi besi adalah keadaan dimana kandungan besi
tubuh total turun di bawah tingkat normal dan merupakan sebab
anemia tersering pada setiap Negara. Dalam keadaan normal tubuh
orang dewasa rata-rata mengandung 3-5 gram besi, tergantung pada
jenis kelamin dan besar tubuhnya.
Penyebab tersering dari anemia defisiensi besi adalah perdarahan
pada penyakit tertentu (missal : ulkus, gastritis, tumor pada saluran
pencernaan), malabsorbsi dan pada wanita premenopause
(menorhagia). Pada anemia defisiensi besi, volume corpuscular rata-
rata (Mean Corpuscular Volume atau MCH), microcytic red blood
cells dan hemoglobin corpuscular (Mean Haemoglobine atau MCH)
menurun.
e) Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan asam
folat. Terjadi penurunan volume corpuscular rata-rata dan mikrositik
sel darah merah. Anemia megaloblastik karena defisiensi vitamin
B12 di sebut anemia pernisiosa. Tidak adanya faktor instrinsik pada
sel mukosa lambung yang mencegah ileum dalam penyerapan
vitamin B12 sehingga vitamin B12 yang di belikan melalui oral tidak
dapat diabsorpsi oleh tubuh oleh tubuh sedangkan yang kita tahu
vitamin B12 sangat penting untuk sintesa deoxyribonucleicacid
(DNA).
Anemia megaloblastik karena defisiensi asam folat, biasa terjadi
pada pasien yang jarang makan sayur-mayur, buah mentah, masukan
makanan yang rendah vitamin, peminum alcohol atau penderita
malnutrisi kronis.
3) Anemia Hemolitika
Pada anemia ini, eritrosit memiliki rentang usia yang
memendek. Sumsum tulang biasanya mampu berkompensasi sebagian
dengan memproduksi sel darah merah baru tiga kali atau lebih
dibandingkan kecepatan normal. Ada dua macam anemia hemolitika,
yaitu :
a) Anemia Hemolitika Turunan (Sferositosis Turunan)
Merupakan suatu anemia hemolitika dengan sel darah merah
kecil dan splenomegali.
b) Anemia Sel Sabit
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitika berat akibat
adanya efek pada molekul hemoglobin dan disertai dengan
serangan nyeri. Anemia sel sabit adalah kerusakan genitik dan
merupakan anemia hemolitik herediter resesif. Anemia sel sabit
dikarenakan oklusi vaskuler dalam kapiler yang disebabkan oleh
Red Blood Cells Sickled (RBCS). Sel-sel yang berisi molekul
hemoglobin yang tidak sempurna menjadi cacat, kaku dan
berbentuk bulan sabit ketika bersirkulasi melalui vena. Sel-sel
tersebut macet di pembuluh darah kecil dan memperlambat
sirkulasi darah ke organ-organ tubuh. RBCs berbentuk bulan sabit
hanya hidup selama 15-21 hari.
c. Etiologi Anemia
Menurut proverawati & asfuah, (2009) anemia biasa disebabkan
karena kurang maksimalnya sumsum tulang membuat sel darah merah.
Proses ini membutuhkan zat besi serta vitamin B12 dan asam folat.
Eritripiotein (EPO) merangsang pembuatan sel darah merah. EPO adalah
hormor yang di buat oleh ginjal. Anemia dapat terjadi apabila tubuh kita
tidak membuat sel darah merah secukupnya. Anemia juga disebabkan
kehilangan atau kerusakan pada sel tersebut. Ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi anemia :
Kekurangan zat besi, vitamin B12 atau asam folat. Kekurangan asam
folat dapat menyebabkan jenis anemia yang di sebut megaloblastik,
denga sel darah merah yang besar berwarna merah muda.
Kerusakan pada sumsum tulang atau ginjal
Kehilangan darah akibat perdarahan dalam atau siklus haid
perempuan.
Penghancuran sel darah merah.
d. Patofisiologi Anemia
Menurut proverawati & asfuah, (2009) timbulnya anemia
mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah
berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik dan invasi tumor. Sel darah merah
dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Pada destruksi, masalahnya dapat di akibatkan karena defek sel
darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal
atau akibat bebrapa faktor di luar sel darah merah yang menyebabkan
destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi dalam sel
fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan
limpa. Sebagai hasil proses ini, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit,
akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan produksi plasma.
Hal ini tercermin dalam anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi
besi disebabkan cacat pada sistesis hemoglobin atau dapat dikatakan
kurang pembebasan besi dari makrofak ke serum, sehingga kandungan
kandungan besi dalam hemoglobin berkurang. Sedangkan yangkita tahu
sebagian besar besi dalam tubuh dikandung dalam hemoglobin yanh
beredar dan akan digunakan kembali untuk sintesis hemoglobin setelah sel
darah merah mati.
Bila defisiensi besi berkembang, cadangan retikulo-endotelial
(haemosiderin dan ferritin) menjadi kosong sama sekali sebelum anemia.
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, seperti
yang terjadi pada sebagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan
mucul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya
melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein peningkat untuk
hemoglobin bebas) untuk meningkatkan semuanya (apabila jumlahnya
lebih dari sekitar 100 mg/dl). Hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus
ginjal dan akan ke dalam urin (hemoglobinuria).
Jadi ada atau tidaknya adanya gemoglobenemia dam hemoglobinuria
dapat memberikan informasi mengenai lokasi penghancuran sel darah
merah abnormal pada klien dengan hemolisis dan dapat merupakan
petunjuk untuk mengetahui sifat proses hemolitik tersebut. Anemia pada
pasien tertentu disebabkan oleh penghancuran sel darah merah yang tidak
mencukupi, biasanya diperoleh dengan dasar :
1) Hitung retikulosit dalam sirkulasi
2) Derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan
cara pematangannya. Ada atau tidak adanya hiperbilirubinemia dan
hemoglobinemia
e. Tanda dan Gejala Anemia
Menurut proverawati & asfuah (2009), tanda-tanda anemia adalah :
1) Lesu, lemah, letih, lunglai.
2) Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.
3) Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan talapak
tangan menjadi pucat.
f. Komplikasi Anemia
Ada tiga komplikasi yang umun terjadi pada anemia yaitu:
1) Gagal jantung
2) Kejang
3) Parestesia (perasaan yang menyimpang seperti rasa terbakar dan
kesemutan).
g. Evidence Base Practice
1) Transfusi Darah
Tranfusi darah adalah proses pemindahan atau pemberian darah
dari seseorang (pendonor) kepada orang lain (resipien) yang bertujuan
mengganti darah yang hilang akibat pendarahan, luka bakar,
mengatasi shock dan mempertahankan daya tahan tubuh terhadap
infeksi (Setyati, 2010; Purwanti, 2017).
Darah yang ditransfusikan bisa dalam komponen darah secara
keseluruhan (whole blood) atau salah satu komponen darah saja
seperti Packed Red Cell (PRC/sel darah merah), Thrombocyte
Concentrates (TC/trombosit), Fresh Frozen Plasma (FFP/plasma
darah) dan lain- lain.
Dalam penelitian Pesalmen (2019), Packed Red Cell ((PRC)
berasal dari whole blood (WB) yang diendapkan dengan sentrifugasi
berkecepatan tinggi yang didinginkan. Satu unit PRC yang berasal
dari 450 ml whole blood akan menghasilkan 200-250 ml PRC. Secara
umum, penggunaan PRC adalah untuk pasien anemia yang tidak
disertai dengan penurunan volume darah, misalnya pasien dengan
anemia hemolitik, leukemia akut, leukemia kronis, keganasan,
thalassemia, gagal ginjal kronis.
Namun hal yang perlu diperhatikan dalam tindakan transfusi
darah adalah usia penyimpanan darah. Menurut dr Colleen Gorman
dari Cleveland Clinic menyebutkan rata-rata waktu maksimal untuk
penyimpanan darah adalah 20 hari, sedangkan untuk darah segar
adalah 11 hari. Selain itu, Penyimpanan darah harus dijaga pada suhu
± 4˚C apabila tidak maka kemampuannya untuk menyalurkan oksigen
akan sangat berkurang. Usia penyimpanan darah dapat berpengaruh
terhadap kemampuan darah dalam memberikan oksigen kepada sel-sel
yang membutuhkan. Selama proses penyimpanan PRC terjadi
serangkaian perubahan biokimiawi yang akan mempengaruhi
viabilitas dan fungsinya dalam mengangkut oksigen dari paru-paru ke
jaringan. Perubahan itu dikenal sebagai storage lesion (Pesalmen,
2019).
Tujuan penyimpanan darah secara invitro dengan proses yang
khusus adalah untuk memperlabat proses penghancuran sel darah.
Selain itu untuk memperlambat perubahan yang terjadi selama
penyimpanan, ditambahkan antikoagulan Citrat Phosphat Dextrosa
Adenin (CPDA) yang dapat mencegah terjadinya pembekuan darah
dan mempertahankan kadar Adenosin Triphosphat (ATP) dalam darah
sampai 35 hari penyimpanan atau selama 5 minggu.
Dalam penelitian Pesalmen (2019) menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan pada hemoglobin namun tidak signifikan selama
penyimpanan tujuh hari. Hal ini menunjukan selama proses
penyimpanan tidak terjadi penghancuran dari eritrosit. Kondisi ini
juga terjadi pada hematokrit dikarenakan hematokrit adalah fungsi
dari konsentrasi hemoglobin. Selain itu dalam penelitian Matej (2015)
mengatakan bahwa pada pasien hematologi anemia kronis rendah,
waktu penyimpanan PRC mempengaruhi oksigenasi jaringan otot
pasien. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Karon dan Spinelli
dalam Pesalmen (2019) yang membuktikan bahwa peningkatan kadar
Hb dan F2α-isoprostan bebas terjadi selama penyimpanan PRC.
Peningkatan ini diperkirakan menjadi faktor yang menyebabkan hasil
yang buruk pada penerima transfusi PRC meskipun mekanisme yang
mendasari tidak sepenuhnya diketahui. Dalam hasil penelitian Naid
Tadjuddin DKK dengan judul “Pengaruh Waktu Penyimpanan
Terhadap Jumlah Eritrosit Darah Donor Tahun 2012” dalam
penelitiannya menyatakan bahwa darah donor yng disimpan pada
lemari pendingin atau refrigerator dengan suhu ±4˚c mengalami
penurunan nilai eritrosit tiap minggunya dimana pada penyimpanan
minggu ketiga sudah mulai menunjukan penurunan niali eritrosit
dibawah nilai normal yaitu pada laki-laki 4,18 juta/mmᵌ dengan
presentase kehilangan eritrosit sebesar 14,17% dan pada perempuan
3,1 juta/mmᵌ dengan presentase kehilangan eritrosit sebesar 15,53%.
Pada penelitian Elvi Zahara Sebayang dengan judul “Pengaruh Lama
Penyimpanan Dara Terhadap Jumlah Kadar Hemoglobin Sebelum
Dan Sesudah Di Simpan Selama Tiga Hari Di PMI Medan Tahun
2016” dalam hasil penelitiannya juga menyatakan bahwa terjadi
kenaikan kadar hemoglobin pada darah donor yang di simpan selama
tiga hari.
2) Terapi Gizi
Salah satu faktor yang menyebabkan anemia adalah faktor
pangan (faktor asupan makanan). Faktor pangan dapat menyebabkan
produksi sel darah merah berkurang karena makanan yang dikonsumsi
tidak cukup mengandung zat gizi. Menurut Depkes RI (1999), faktor
gangguan gizi bisa disebabkan karena komposisi makanan yang
kurang beragam, konsumsi protein hewani yang rendah dan konsumsi
bahan makanan yang dapat menghambat absorpsi zat besi sehingga
hal tersebut dapat menyababkan seseorang mengalami anemia gizi
besi atau anemia defisiensi zah besi.
Anemia gizi besi adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan
cadangan besi dalam hati, sehingga jumlah hemoglobin darah menurun
dibawah normal. Besi (Fe) merupakan zat gizi mikro yang sangat diperlukan
tubuh. Umumnya zat besi yang berasal dari sumber pangan nabati (non
heme), seperti: kacangkacangan dan sayur-sayuran mempunyai proporsi
absorbsi yang rendah dibandingkan dengan zat besi yang berasal dari sumber
pangan hewani (heme), seperti: daging, telur, dan ikan. 6 Menurut World
Health Organization (WHO), kekurangan zat besi sebagai salah satu dari
sepuluh masalah kesehatan yang paling serius (Lestari, 2017).
Dampak yang ditimbulkan akibat anemia gizi besi sangat kompleks.
Menurut Ros & Horton (1998), Anemia Gizi Besi berdampak pada
menurunnya kemampuan motorik anak, menurunnya skor IQ, menurunnya
kemampuan kognitif, menurunnya kemampuan mental anak, menurunnya
produktivitas kerja pada orang dewasa, yang akhirnya berdampak pada
keadaan ekonomi, dan pada wanita hamil akan menyebabkan buruknya
persalinan, berat bayi lahir rendah, bayi lahir premature, serta dampak
negatif lainnya seperti komplikasi kehamilan dan kelahiran.
Untuk menangani hal tersebut maka dilakukan terapi gizi pada
pasien anemia gizi besi/defisiensi zat besi. Terapi gizi adalah
pelayanan gizi klinik dan asuhan gizi yang merupakan bagian dari
pelayanan medis untuk penyembuhan pasien. Terapi gizi meliputi
perbaikan pola makan, asupan bahan makanan, pemberian suplemen
gizi dan lain-lain.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Gurung (2018) pada gadis remaja yang mengalami kekurangan
hemoglobin, terapi gizi nutritional ball yang diberikan setiap hari
selama 30 hari ternyata efektif untuk meningkatkan kadar hemoglobin
di kalangan gadis remaja tersebut. Penelitian lain yang mendukung
adalah penelitian Pokharel (2019) bahwa terdapat penurunan
defisiensi besi pada gadis remaja setelah dilakukan terapi gizi yaitu
dengan memberikan suplemen zat besi sehingga terbukti efektif dalam
meningkatkan tingkat hemogblobin dalam tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Alison Gardner, dkk. 2008. Randomized Comparison of Cooked and Noncooked Diets.
in Patients Undergoing Remission Induction Therapy for Acute Myeloid Leukemia.
American Society of Clinical Oncology.
Battaglini, C, dkk. 2008. The Effects of an Exercise Program in Leukemia Patients.
Integrative Cancer Therapies, Vol 8 No 2.
Brunner & suddart, (2002). Buku ajar keperawatan medical bedah. Edisi VIII.
Jakarta : EGC
Depkes RI, 2008. Perbaikan Gizi Masyarakat. 2009.
http://www.depkes.go.id/download/publikasi/profil%20kesehatan
%20indonesia%202008.pdf diakses tanggal 17 juni 2016.
Doenges ME (2010). Nursing CarePlans. Guidelines for Individualizing client
care across the life span. Editon 8. Philadelphia F A Davis company.
Jenna Smith dan Julie Richardson. 2015. A Systematic Review On The Use Of Exercise
Interventions For Individuals With Myeloid Leukemia. Support Care Cancer.
Handayani., W., Andi Sulistyo Haribowo., 2008. Hematologi. Salmeba Medika.
Jakarta. Heather R. Wolfe, dkk. 2018. Things We Do For No Reason: Neutropenic
Diet. Journal of Hospital Medicine, Vol 13, No 8.
Matej Podbregar, dkk. 2015. Red Blood Cell Transfusion And Skeletal Muscle Tissue
Oxygenation In Anaemic Haematologic Outpatients. Radiol Oncol 2016; 50(4).
Moorhead, Sue, et all. Nursing Outcomes Classification (6th ed) 2016. United
Kingdom : Mosby Elsevier
Nanda internasional, (2015). Diagnose keperawatan, Jakarta : EGC.
Notoatmodjo. (2007). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta.
Nursalam. 2009. Manajemen Keperawatan. Jakarta : Selemba Medika.
Pesalmen Saragih, dkk. 2019. Pengaruh waktu simpan Packed Red Cells (PRC) terhadap
perubahan kadar hemoglobin, hematokrit, dan glukosa plasma di RSUP H. Adam
Malik, Medan, Indonesia. Intisari Sains Medis 2019, Volume 10.
Price, Sylvia A. Dan Lorraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi, Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit. Edisi ke-4. Jakarta: EGC.
Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Konsep, proses dan praktik.
Edisi ke-4. Jakarta: EGC.
Proverawati. A. Asfuah, S. 2009. Gizi untuk kebidanan. Yogyakarta Nuha
Medika.
Samridhi Pokharel dan Pauline Sharmila. 2019. To Assess The Prevalence Of Anaemia
And Effectiveness Of Iron Supplementation In Improving The Level Of
Haemoglobin Among Adolescent Girls. International Journal of Recent Scientific
Research.
Renu Gurung dan Pauline Sharmila. 2018. Effectiveness of Nutritional Ball among
Adolescent Girls with Anemia in Selected Government Schools, Greater Noida.
Indian Journal of Public Health Research & Development, Vol. 9, No. 11.
Purwanti, Neti. 2017. Perbedaan Hasil Crossmatch Metode Semi Otomatis Dengan
Otomatis. Tesis. Universitas Muhammadiyah Semarang: Semarang.
Anjani, S. 2017. Hubungan Status Ekonomi Keluarga Dan Tingkat Kesehatan
Lingkungan Rumah Tangga Dengan Status Anemia Anak Usia Sekolah Dasar
Negeri Tandang 3 Kota Semarang. Tesis. Universitas Muhammadiyah Semarang:
Semarang.
Lestari, I P, dkk. 2017. Hubungan Konsumsi Zat Besi dengan Kejadian Anemia pada
Murid SMP Negeri 27 Padang.
Bramandhita. 2018. Hellosehat.com diakses pada 23 Oktober 2019 pukul 05.00 WIB.