Sarana produksi merupakan bahan yang sangat menentukan dalam budidaya tanaman
pada suatu wilayah tertentu. Sarana yang ada hubungannya langsung dengan pertumbuhan
tanaman di lapangan adalah benih atau bibit, pupuk, bahan kimia, pengendalian musuh
tanaman atau perangsang tumbuh dan alat-alat pertanian.
Sarana produksi yang baik biasanya digunakan baik dalam proses awal pembukaan
lahan, budidaya pertaian seperti pemupukan, pemeliharaan tanaman dan lain-lain sampai
dengan proses pemanenan. Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan utama dari sarana
produksi dalam bidang pertanian adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja petani dan
merubah hasil yang sederhana menjadi lebih baik. Sarana produksi pertanian terdiri dari
bahan yang meliputi, benih, pupuk, pestisida, zat pengatur tumbuh, obat-obatan, dan
peralatan lain yang digunakan untuk melaksanakan produksi pertanian. Sarana-sarana
tersebut harus sudah dipersiapkan sebelum memulai kegiatan sarana budidaya tanaman
(Djakfar.Z.R.,1990)
Unsur sarana produksi yakni : Benih atau bibit, pupuk, inokulan, pestisida, ZPT, serta
alat pertanian lainnya. Inokulan adalah bahan yang mengandung materi bakteri atau jamur
yang dapat bersimbiosis dengan tanaman dalam tubuhnya. Contohnya : legin, rizogen.
Inokulan adalah bakteri yang diinokulasikan atau dikembangbiakan ketanaman baru.
Inokulan terjadi pada kebanyakan budidaya tanaman leguminosa yang memerlukan inokulasi
bakteri rhizobium.Mekanisme kerja sama antara bakteri rhizobium dan tanaman legum dalam
bentuk simbiosis mutualisme, yaitu simbiosis saling menguntungkan dimana bakteri menjadi
unsur C dari tanaman sebagai sumber energi bakteri, dan tanaman mendapatkan N dari
bakteri, karena bakteri mampu memfiksasi N2 dari udara.
Inokulasi pada umumnya bakteri hanya mengenal satu macam pembiakan saja yaitu
dengan cara aseksual atau vegetatif, yang pelaksanaan pembiakannya dengan pembelahan
diri atau divisio. Pada jamur pembiakan dapat dilakukan secara aseksual maupun seksual atau
vegetatif dan generatif. Pada proses inokulasi biakan murni tidak hanya diperlukan medium
yang tepat untuk menghasilkan biakan murni, tetapi juga metode pemeliharaan serta
pencegahan pencemaran dari luar.
Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan memindahkan
bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat
tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusakan agar semua
alat yang ada dalam hubungannya dengan medium agar tetap steril, hal ini agar menghindari
terjadinya kontaminasi (Dwijoseputro, 1998).
Ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum melakukan teknik penanaman
bakteri (inokulasi) yaitu :
1. Menyiapkan ruangan
Ruang tempat penanaman bakteri harus bersih dan keadannya harus steril agar tidak
terjadi kesalahan dalam pengamatan atau percobaaan. Inokulasi dapat dilakukan dalam
sebuah kotak kaca (encast) udara yang lewat dalam kotak tersebut dilewatkan saringan
melalui suatu jalan agar tekena sinar ultraviolet (Pelczar, 1986).
Cara ini dilakukan dalam penyelidikan air minum atau pada penyelidikan untuk
diambil 1 ml contoh yang akan diencerkan oleh air sebanyak 99 ml murni (Pelczar, 1986).
Ujung kawat inokulasi sebaliknya dari platina atau nikel .ujungnya boleh lurus juga
boleh berupa kolongan yang diametrnya 1-3mm. Dalam melakukuan penanaman bakteri
kawat ini terlebih dahulu dipijarkan sedangkan sisanya tungkai cukup dilewatkan nyala api
saja setelah dingin kembali kawat itu disentuhkan lagi dalam nyala (Pelczar, 1986).
Legin
Legin adalah Inokulum Rhizobium yang mengandung bakteri Rhizobium untuk
inokulasi (menulari) tanaman legum. Legin singkatan dari Legume Inoculant (Legume
Inoculum). Bakteri Rhizobium adalah bakteri yang dapat bersimbiosis dengan tanaman
legum, membentuk bintil akar, dan menambat nitrogen dari udara sehingga mampu
mencukupi kebutuhan nitrogen tanaman sekurang-kurangnya sebesar 75 %.
Tersedia 6 (enam) macam Legin yaitu :
Legin Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
Legin LCC (Legume Cover Crops, Legum Penutup Tanah) untuk Calopogonium
caeruleum (CC), Calopogonium mucunoides (CM), Centrosema pubescens (CP),
Pueraria javanica (PJ), dan Flemingia congesta (FC).
Legin Korobenguk (Mucuna pruriens)
Legin Lamtoro Gung (Leucaena leucocephala)
Legin Kacang Hijau (Phaseolus radiatus)
Legin Tanaman Hutan untuk Albizzia falcataria (AF), Acacia mangium (AM), dan
Acacia auriculiformis (AA).
1. Dengan menggunakan legin ( Legium inoku-lan) Legin adalah sejenis biakan bakteri
RhizobiumJaponicum berupa serbuk berwarna hitam, di-bungkus dalam kantong plastik.
Penggunaan Legin :
a.Basahi biji kedelai dengan air sampai cukup basah (jangan berlebihan)
b.Berikan legin pada biji yang telah dibasahitersebut sedikitnya 7,5 gr /kg. Usahakan
campuran legin ini merata.c.Biji yang telah dicampur dengan legin segera ditanam jika
terpaksa, janganlah ditunda lebih dan 6 jam. Usahakan agar biji yangtelah dicampur dengan
legin tidak kenacahaya matahan langsung, agar biji tetap basah. Bila kering legin dapat
menurun efektifitasnya.
2. Inokulasi dengan menggunakan tanah yang pernah ditanami kedelai. Jika tidak tersedia
legin, ada cara lain yaitu dengan mencampur tanah dan lahan yang sudahpernah ditanami
kedelai, dengan biji kedelaiyang akan ditanam. Perbandingan 1-2 kg. tanah untuk setiap 10
kg.biji yang akan ditanam.Pada tanah yang sudah sering ditanam dengan kedelai atau kacang-
kacangan lain, berarti sudah mengandung bakteri tersebut. Bakteri ini akan hidupdi dalam
bintil akar dan bermanfaat sebagaipengikat unsur N dari udara.
Inokulasi rhizobium yang berasal dari Rhizoplus dan Legin yang dikombinasikan
dengan pupuk N dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai. Perlakuan inokulasi
rhizobium dari Rhizoplus yang dikombinasikan dengan pupuk N (45 kg N/ha) memberikan
hasil biji kedelai tertinggi yaitu2.696 kg biji kering/ha.Nitrogen (N) merupakan unsur paling
pentingbagi pertumbuhan tanaman, namun ketersediaan N di daerah tropis termasuk
Indonesia tergolong rendah. Pupuk N buatan yang menggunakan gas alam sebagai bahan
dasar mempunyai keterbatasan karena gas alam tidak dapat diperbarui.Oleh karena itu,
diperlukan teknologi penambatan N secara hayati melalui inokulasi Rhizobium untuk
mengefisienkan pemupukan N.
DAFTAR PUSTAKA
Pelczar, M.J. & E.C.S. Chan, 1986, Penterjemah , Ratna Siri Hadioetomo dkk. Dasar-Dasar
Winarno FG. 1997. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.