Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
berkat-Nya penulia dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini guna
melengkapi tugas yang dibebankan oleh dosen. Di samping itu, penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyelesaian makalah ini. Makalah ini berisi materi tentang minyak atsiri yang
berasal dari tanaman cabai, adam sowa, jintan, dan pandan wangi. Di mana disini
akan dijabarkan tentang definisi tanaman, struktur kimia, produksi tanaman,
produksi minyak atsiri, fungsi, dan regulasi.

Di samping itu juga dapat bermanfaat untuk para pembaca guna


mendapatkan wawasan dan pengetahuan. Dari hati yang terdalam kami
mengutarakan permintaan maaf atas kekuranganmakalah ini, karena kami tahu
makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
berharap kritikan, saran, dan masukan yang membangun daripembaca guna
penyempurnaannya ke depan. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih dan
semoga makalah ini bermanfaat sesuai dengan fungsinya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pandan Wangi.............................................................................................2
2.2 Adam Sowa.................................................................................................10
2.3 Cabai...........................................................................................................15
2.4 Jintan...........................................................................................................20
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................23
3.2 Saran...........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................24

ii
1
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Minyak atsiri memiliki aroma yang harum dan biasa disebut dengan
minyak eteris (Essential oil volatile). Minyak ini memiliki ciri mudah menguap
dalam suhu kamar, rasanya getir, dan memiliki aroma khas. Minyak ini
merupakan campuran dari senyawa yang berupa cairan yang berasal dari bagian
tanaman, akar, kulit, batang, daun buah, biji, maupun dari bunga melalui
penyulingan. Beberapa jenis minyak atsiri di Indonesia yaitu minyak jahe, minyak
gaharu, minyak cengkeh, minyak sereh, minyak sirih, minyak kemangi, dll. .
Kemudian terdapat berbagai manfaat minyak atsiri dalam kehidupan sehari-hari
seperti obat-obatan, pengendali hama, parfum, dan lainnya.

Selain banyaknya macam tanaman penghasil minyak atsiri di Indonesia,


terdapat beberapa tanaman yang jarang dibahas. Padahal tanaman-tanaman ini
mengandung banyak senyawa yang juga bermanfaat bagi manusia. Tanaman yang
akan dibahas dalam makalah ini yaitu pandan wangi, adam sowa, cabai, dan
jintan. Pembahasan akan dilakukan secara detail dengan membahas definisi,
struktur kimia, produksi tanaman, produksi minyak atsiri, fungsi-fungsi, hingga
regulasi.

1.2 TUJUAN

Tujuan penulisan makalah ini adalah mengetahui secara detail tentang


tanaman yang jarang dipakai untuk minyak atsiri yaitu pandan wangi, adam
sowa, cabai, dan jinten. Diharapkan pembaca dapat memahami tanaman
penghasil minyak atsiri mulai dari definisi, struktur kimia, produksi tanaman,
produksi minyak atsiri, fungsi-fungsi, hingga regulasi.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PANDAN WANGI

2.1.1 DEFINISI PANDAN WANGI


Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb) adalah jenis tumbuhan
monokotil dari famili Pandanaceae. Daunnya merupakan komponen penting
dalam tradisi masakan Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Pandan wangi merupakan tanaman jenis perdu yang tumbuh menahun dengan
tinggi 1 – 2 m. Batangnya berbentuk bulat dengan bekas duduk daun, bercabang,
menjalar, serta terdapat akar tunjang yang keluar di sekitar pangkal batang dan
cabang. Pandan wangi memiliki jenis daun tunggal, duduk, dengan pangkal
memeluk batang. Helaian daunnya berbentuk pita, tipis, licin, ujung runcing, tepi
rata, bertulang sejajar, panjang 40 – 80 cm, lebar 3 – 5 cm, dan tepi daun berduri.

Tanaman pandan wangi tumbuh di daerah tropis dan banyak ditanam di


halaman atau kebun. Terkadang pandan wangi tumbuh liar di tepi sungai, tepi
rawa, dan di tempat-tempat lembap, tumbuh subur dari daerah pantai sampai
daerah dengan ketinggian 500 mdpl.

2.1.1 STRUKTUR KIMIA

Pandanus amaryllifolius Roxb. merupakan satu-satunya spesies Pandanus


yang memiliki daun yang wangi. Tumbuhan ini dikenal dengan bau wangi yang
khas, sehingga disebut fragrant screw pine. Aroma khas dari pandan wangi diduga
karena adanya senyawa turunan asam amino fenil alanin yaitu 2- acetyl-1-
pyrroline (Faras, et al, 2014). Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam
pandan wangi, diantaranya alkolida, saponin, flavonoid, tannin, polifenol, dan zat
warna. Manfaat pandan wangi antara lain adalah sebagai bahan aroma, pewarna
makanan, kosmetik, tanaman hias, bahan kerajinan tangan dan obat. Dalam
pengobatan tradisional pandan berkhasiat untuk mengobati rematik, pegal linu,
lemah syaraf, dan sebagai penenang atau mengatasi gelisah.
Nilai senyawa penyusun absolute minyak atsiri daun pandan wangi hasil
perlakuan curing dua hari diidentifikasi senyawa yang terkandung diantaranya :

2
2.1.3 PRODUKSI PANDAN WANGI

Budidaya pandan ini tidak sesulit menanam padi. pengolahan tanah hanya
dikerjakan pada waktu penanaman serta bisa dipanen selang 1,5 - 2bulan
sepanjang 20 tahun.
Pengolahan tanah dibentuk lubang 20 cm x 20 cm x 20 cm dengan jarak 1m x 1m.
pada setiap lubang tanam diberi pupuk kandang sejumlah 2 kg serta bisa segera
ditanami bibit. bibit di ambil dari tunas tunggal tanaman pandan yang sudah
membuahkan. tunas itu mesti berakar gantung dikarenakan bila tidak umumnya
tidak ingin tumbuh.
Tanaman pandan bisa diserang hama penggerek pucuk yang lebih dikenal
petani sebagai ulam. bila pucuk tanaman tampak ada lubang kerek serta kumpulan
kotoran kumpulan ulat, maka segara kerjakan pengendalian dengan menyuntikan
insektisida kedalam pucuk itu. banyak type insektisida yang bisa dipakai,
layaknya dimecron, diazinon, dan sebagainya dengan dosis 2 cc setiap tanaman.
Pada tahun ketiga sesudah tanam, dikerjakan panen pertama dan
sebagainya dengan selang 1. 5-2 bln.. panen ini bisa berjalan 10-20 th., namun
baiknya tiap-tiap taun dikerjakan peremajaan pada tanaman yang kurang
membuahkan atau mati.Daun pandan yang sudah dipanen mesti segera diolah
sebelum saat menggulung. pertama daun dibelah kecil ( disuak ) dengan ukuran 2,
4, atau 6 mm. lantas diikat serta segera direbus sepanjang 10-30 menit. sesudah
direbus segera direndam didalam air dingin sepanjang satu malam. serta pada
hasil selanjutnya dijemur hingga kering.

3
2.1.4 PRODUKSI MINYAK ATSIRI DALAM PANDAN WANGI
Proses persiapan bahan seperti pelayuan daun pandan wangi dan
pengecilan ukuran dilakukan sebelum proses ekstraksi. Daun pandan wangi
dilayukan selama 2 hari pada suhu ruangan. Kondisi bahan baku mempengaruhi
karakteristik minyak atsiri yang terkandung dalam bahan. Pengaruh metode curing
dan lama curing terhadap karakteristik daun pandan wangi menunjukkan bahwa,
daun pandan wangi dengan metode curing alami 2 hari menghasilkan daun pandan
wangi terbaik dengan karakteristik kadar air (71,67%), gula reduksi (0,033%),
total N (1,600%), total asam (0,217 mek NaOH/g), dan pH (5,480). Kondisi daun
pandan wangi yang segar masih memiliki kadar air yang tinggi sedangkan bahan
yang kering dan bubuk harus dilakukan pengeringan menggunakan oven dengan
suhu 50˚C selama 6 jam, hal tersebut akan merusak senyawa kimia (terutama
minyak atsiri) yang ada didalam daun pandan. Sehingga pada penelitian ini
kondisi bahan yang akan digunakan adalah daun pandan wangi dengan kondisi
layu. Proses pelayuan bahan dilakukan selama 2 hari pada suhu ruang dengan
menghamparkan bahan baku dan mengatur daun pandan wangi agar tidak
bertumpuk untuk menghindari pelayuan yang tidak merata.
Daun pandan wangi yang telah dilayukan selama 2 hari selanjutnya
dilakukan pemotongan dengan ukuran 2 mm. tujuan dari pengecilan ukuran daun
pandan wangi adalah untuk memperluas permukaan bahan pada saat diekstrak.
Berdasarkan penelitian pendahuluan, apabila ukuran pemotongan daun pandan
wangi lebih besar dari 2 mm maka daun pandan wangi tidak akan terendam oleh
pelarut. Hal tersebut dapat menyebabkan kurang efektifnya dalam proses
ekstraksi, karena terdapat daun pandan wangi yang tidak berkontak langsung
dengan pelarut.
Daun pandan wangi layu dengan ukuran 2 mm yang akan diekstrak
ditambahkan pelarut n-heksan. Hal ini mengacu pada penelitian Wartini, et al
(2015), mengenai pengaruh lama curing pada daun pandan wangi terhadap
karakteristik absolute minyak atsiri daun pandan wangi yang dihasilkan dengan
menggunakan pelarut n-heksan. Minyak atsiri bersifat non-polar, sehingga untuk
mengekstraknya harus menggunakan pelarut yang sama-sama non-polar yaitu
nheksan. Penentuan jenis pelarut juga dilakukan berdasarkan penelitian

4
pendahuluan 7 dengan cara melakukan ekstraksi minyak atsiri daun pandan wangi
menggunakan 2 jenis pelarut yaitu n-heksan dan etil asetat. Ekstraksi minyak
atsiri daun pandan wangi dengan metode MAE pada daya 50% dengan
menggunakan pelarut n-heksan menghasilkan nilai rendemen yang lebih tinggi
yaitu 2,100% (waktu ekstraksi 1 menit) dibandingkan pelarut etil asetat yang
menghasilkan nilai rendemen sebesar 0,060% (waktu ekstraksi 1 menit) (data
lebih lengkap tersaji pada Lampiran 2). Ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat
tidak menghasilkan minyak atsiri, yang tersisa hanya zat klorofil (Gambar tersaji
pada lampiran 26). Berbeda dengan ekstraksi menggunakan pelarut n-heksan yang
menghasilkan minyak atsiri daun pandan wangi.

2.1.5 SIFAT FUNGSIONAL


Daun tumbuhan ini sering digunakan sebagai bahan penyedap, pewangi,
dan pemberi warna hijau pada masakan. Selain itu beberapa senyawa kimia yang
terkandung dalam pandan wangi diantaranya.
Beberapa senyawa kimia yang terkandung dalam pandan wangi
diantaranya alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, polifenol, dan zat warna :

a) Alkaloid
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak
ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-
tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi.
Sebagian besar alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil sedangkan untuk
tumbuhan monokotil dan pteridofita mengandung alkaloid dengan kadar
yang sedikit, (Lopez dan Nonato, 2012). Pada pandan wangi, terdapat
kandungan senyawa alkaloid tipe piperidine, yaitu pandamarine,
pandamarilectones, dengan struktur pyrroline, (Katzer, 2012).
b) Saponin

Saponin adalah suatu glikosida alamiah yang terikat dengan steroid


atau triterpena. Saponin mempunyai aktifitas farmakologi yang cukup luas
diantaranya immunomodulator, antitumor, antiinflamasi, antivirus,
antijamur, dapat membunuh kerang-kerangan, hipoglikemik, dan efek
hipokolesterol. Saponin mempunyai sifat bermacam-macam, yaitu

5
memiliki rasa manis atau pahit, dapat membentuk buih, dapat
menstabilkan emulsi, dan dapat menyebabkan hemolisis. Soekamto 2011
mengatakan saponin dapat digunakan antara lain untuk membuat minuman
beralkohol, dalam industri pakaian dan kosmetik, dalam membuat obat-
obatan, serta sebagai obat tradisional.

Saponin ditemukan terutama dalam tumbuh-tumbuhan. Namanya


diambil dari genus suatu tumbuhan yaitu saponaria, akar dari famili
Caryophyllaceae yang dapat dibuat sabun. Saponin juga dapat diperoleh
dari beberapa tumbuhan famili lain. Saponin berfungsi sebagai antibakteri
dan antimikroba. Hal ini didasarkan pada sifat sitotoksik dari saponin dan
kemampuannya dalam mempengaruhi permeabilitas membran sitoplasma
sehingga sel mikroba menjadi lisis.

Pemakaian herbal yang mengandung saponin memiliki efek samping


sehingga harus berhati-hati. Orang hamil sebaiknya tidak mengonsumsi
herbal yang mengandung saponin. Selain itu, dapat menyebabkan tekanan
darah tinggi, dan pada orang dengan gagal ginjal sebaiknya
menghindarinya, karena sebagian saponin dapat menyebabkan retensi air
dan kalium

c) Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa golongan fenolik. Senyawa fenol
dapat mengikat protein. Keberadaan flavonoid pada daun tanaman
dipengaruhi oleh proses fotosintesis sehingga daun muda belum terlalu
banyak mengandung flavonoid.
Flavonoid dikenal sebagai salah satu substansi antioksidan yang
sangat kuat sehingga dapat menghilangkan efek merusak yang terjadi pada
oksigen dalam tubuh manusia. Senyawa ini terdiri dari lebih dari 15 atom
karbon yang sebagian besar dapat ditemukan dalam kandungan tumbuhan.
Saat ini lebih dari 6.000 senyawa berbeda masuk ke dalam golongan
flavonoid.
Manfaat flavonoid antara lain adalah untuk melindungi struktur sel,
memiliki hubungan sinergis dengan vitamin C (meningkatkan efektivitas

6
vitamin C), antiinflamasi, mencegah keropos tulang, dan sebagai
antibiotik.Fungsi flavonoid sebagai antivirus telah banyak dipublikasikan,
termasuk untuk virus HIV (AIDS) dan virus herpes. Selain itu, flavonoid
juga dilaporkan berperan dalam pencegahan dan pengobatan beberapa
penyakit lain seperti asma, katarak, diabetes, encok/ rematik, migrain,
wasir, dan periodontitis.
d) Tanin
Merupakan senyawa metabolit sekunder yang sering ditemukan
pada tanaman. Tanin merupakan astrigen, polifenol, memiliki rasa pahit,
dapat mengikat dan mengendapkan protein serta larut dalam air (terutama
air panas). Umumnya tanin digunakan untuk pengobatan penyakit kulit
dan sebagai antibakteri, tetapi tanin juga banyak diaplikasikan untuk
pengobatan diare, hemostatik (menghentikan pendarahan) dan wasir.
Tanin terdapat luas pada tumbuhan berpembuluh, dalam
angiospermae terdapat khusus di jaringan kayu. Tanin dapat bereaksi
dengan protein membentuk kopolimer yang kuat dan tidak larut dalam air.
Dalam industri, tanin adalah senyawa yang berasal dari tuumbuhan, yang
mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai
karena kemampuannya menyambung silang protein. Tanin mempunyai
mekanisme mempresipitasi protein bakteri sehingga terjadi inaktivasi
enzim yang diproduksi bakteri dan menginaktivasi protein transport
dinding sel bakteri sehingga merusak dinding sel bakteri.
Secara fisika, tanin memiliki sifat antara lain akan membentuk
koloid jika dilarutkan ke dalam air, memiliki rasa asam dan sepat, jika
dicampur dengan alkaloid dan gelatin akan terjadi endapan, tidak dapat
mengkristal, dan dapat mengendapkan protein dari larutannya dan
bersenyawa dengan protein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh
enzim proteolitik.
e) Polifenol

Polifenol atau senyawa phenolic merupakan senyawa antioksidan


alami pada tumbuhan, dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam
sinamat, kumarin, tokoferol, dan asam-asam organik polifungsional.

7
Antioksidan alami yang berasal dari tumbuhan memiliki gugus hidroksil
pada struktur molekulnya. Jumlah gugus hidroksil inilah yang
mempengaruhi aktivitas antioksidan senyawa phenolic pada tumbuhan.
Jika gugus hidroksil yang dimiliki lebih dari satu, maka aktivitas
antioksidannya akan meningkat.

Aktivitas antioksidan dari polifenol berperan penting dalam


penyerapan dan penetralan radikal bebas atau penguraian peroksida.
Antioksidan polifenol biasanya digunakan untuk mencegah kerusakan
akibat reaksi oksidasi pada makanan, kosmetik, farmasi, dan plastik.
Antioksidan polifenol juga dapat mengurangi risiko penyakit jantung dan
kanker.Polifenol pada pandan wangi dapat diperoleh dari daun melalui
proses ekstraksi menggunakan pelarut etanol 96%. Zat yang dihasilkan
dapat dijadikan alternatif pengganti antioksidan sintetik dalam industri
pangan.

f) Zat Warna

Daun pandan wangi mengandung zat warna dan minyak atsiri.


Senyawa penyusun absolute minyak atsiri daun pandan wangi terdiri atas
golongan senyawa alkana, alkena, benzena, alkohol, fenol, terpen, dan
ester. Komponen penyusun aroma pada pandan wangi berwarna kuning
sebagai hasil oksidasi pigmen karotenoid.

Pada daun, terdapat kandungan minyak esensial yang terdiri dari


asetilpirolin, linalool, pandamarilakton, dan seskuitperen hidrokarbon.
Pada akar, terdapat asam 4- hidrobenzoik. Khasiat pandan wangi terutama
pada daunnya. Daun pandan wangi merupakan komponen cukup penting
dalam tradisi boga Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya,
yaitu digunakan sebagai pewangi makanan karena aroma yang
dihasilkannya. Selain sebagai pewangi makanan, daun pandan juga dipakai
sebagai sumber warna hijau bagi makanan, sebagai komponen hiasan
penyajian makanan, dan juga sebagai bagian dalam rangkaian bunga di
pesta perkawinan untuk mengharumkan ruangan. Oleh karena aroma yang
dihasilkannya, pandan wangi dijadikan sebagai bahan baku pembuatan

8
minyak wangi. Alkaloid 2-acetyl-1-pyrroline merupakan zat yang memberi
rasa harum.

2.1.6 RAEGULASI
Tidak ada angka produksi yang tersedia untuk pandan wangi. Biasanya
ditanam untuk konsumsi rumah, dan secara teratur ditawarkan di pasar lokal.

9
2.2 ADAS SOWA
2.2.1 DEFINISI ADAS SOWA
Adas sowa merupakan tanaman herba yang sering digunakan dalam
masakan Thailand, India, Eropa atau Italia. Adas sowa merupakan tanaman dari
family Apiaceae yang memiliki bunga berwarna kuning serta bau yang
khas.Tanaman ini termasuk tumbuhan berbunga dan tumbuhan semusim.
Tanaman ini bisa didapatkan di pulau Jawa, diduga tanaman ini berasal dari Asia
barat dan Timur tengah. Tanaman ini mulai digunakan sejak masa kerajaan mesir,
lalu masuk ke Mesopotamia, serta Bangsa Yunani dan Romawi. Setelah itu
tanaman ini mulai tersebar ke Amerika beserta negara bagiannya, dan Eropa.
Di beberapa tempat di Indonesia, tanaman ini dikenal dengan das pedas
(Aceh), adas (Minangkabau, Bali), adas welanda, adas landi (Jawa),
papang/pampas (Manado), denggu-denggu (Gorontalo), adase (Bugis), hades
(Sunda), papas (Alfuru), wala wunga (Sumba), kumpasi (Sangir talaud) dan
papaato (Buol).

Nama adas sowa yaitu Anethum graveolens yang berarti bau yang


menyengat, sedangkan di negara barat adas sowa dikenal dengan nama Dill.
Dikatakan bahwa adas sowa masuk dalam kelompok keluarga seledri (atau
dikenal Apiaceae seperti disebutkan di atas). Adas sowa dikenalkan pada India
oleh orang barat melalui jalur perdagangan, lalu dibawa oleh pedagang India ke
Indonesia. Di Indonesia kemudian disebutlah nama adas sowa atau adas manis.

2.2.2 STRUKTUR KIMIA

Berdasarkan penelitian 100gram bumbu dill kering sekitar: air 7 g, protein


20 g, lemak 4 g, karbohidrat 44 g, serat 12 g, abu 12 g, asam askorbat 60 mg.
Nilai energinya sekitar 1060 kJ / 100 g. Kandungan minyak atsiri adalah 0,1-
1,5%. Sedangkan pada 100gram buah dill yang dikeringkan sekitar: air 8 g,
protein 16 g, lemak 14 g, karbohidrat 34 g, serat 21 g, abu 7 g. Nilai energinya
adalah 1275 kJ / 100 g. Kandungan minyak atsiri adalah 2-6%.

Minyak esensial dill tidak berwarna atau kuning pucat saat baru disuling.
Komponen utama minyak adas adalah phellandrene (35%) dan 3,9-epoksi-p-
menth-1-ene (25%), minyak limonen minyak buah dill (hingga 70%) dan carvone

10
(hingga 60%) ) (limonene dan carvone terikat; mengandung sekitar 95% dari
minyak). Carvone dapat diterapkan sebagai penghambat pertumbuhan kecambah
seperti kentang. Komposisi minyak atsiri dill sangat bervariasi dengan asal
geografis, cara tanam dan kematangan bagian yang diekstraksi, misalnya
kandungan carvone dalam minyak buah berkisar 50-60% di Amerika Serikat dan
35-60% di Eropa. Perbedaan besar dalam data komposisi minyak atsiri juga dapat
dijelaskan dengan metode ekstraksi dan destilasi yang berbeda. Setelah ekstraksi
minyak, buah-buahan mengandung sekitar 15% protein dan 16% lemak, dan
digunakan sebagai pakan ternak. Monografi tentang sifat fisiologis minyak dill
telah diterbitkan oleh Research Institute for Fragrance Materials (RIFM).

2.2.3 PRODUKSI TANAMAN ADAM SOWA

Benih membutuhkan 2-4 minggu untuk berkecambah, pembungaan


dimulai sekitar 2-3 bulan setelah disemai, dan benih matang dipanen 5-6 bulan
setelah disemai, tetapi fluktuasi luas dimungkinkan tergantung pada keadaan
iklim, kultivar, nutrisi yang tersedia dan air. Berbunga dan berbuah diperpanjang
selama periode yang panjang per tanaman. Karena bunga dill sangat penyerbukan
silang dan pemupukan tampak normal; bunganya dikunjungi oleh lebah dan lalat.
Dill yang tumbuh di bawah sinar matahari penuh menghasilkan lebih
banyak daun, luas daun lebih besar, dan hasil herba lebih tinggi daripada tanaman
yang hanya menerima 30-70% cahaya alami. Perkembangan kuncup bunga juga
lebih cepat dan konsentrasi minyak hampir 6 kali lebih tinggi daripada tanaman
yang tumbuh di bawah tingkat cahaya yang berkurang. Kandungan minyak atsiri
dalam ramuan segar meningkat secara bertahap dengan memajukan pertumbuhan
dan perkembangan, memuncak pada tahap buah muda, dan kemudian menurun
hingga kematangan benih.
Saat panen tergantung pada produk yang dibutuhkan. Untuk ramuan dill
(dedaunan), panen biasanya dilakukan sebelum berbunga, sekitar 40-50 hari
setelah disemai. Untuk produksi minyak ramuan, dill dipotong segera setelah
berbunga, ketika benih baru mulai matang tetapi belum sepenuhnya berkembang.
Karena periode ini sangat singkat, penanaman harus dilakukan secara bergiliran
untuk memungkinkan panen area yang lebih besar pada tahap kematangan yang
tepat.

11
Buah dipanen pada tahap ketika mereka sepenuhnya berkembang tetapi
masih hijau, yaitu 7-9 hari setelah penurunan kelopak (kandungan minyak 2,6-
3,7%). Ketika warna berubah dari hijau ke abu-abu gelap, kandungan minyak
berkurang menjadi sekitar 1,7%, yaitu 22-24 hari setelah penurunan kelopak. Pada
tahap ini terjadi penumpahan sebesar-besarnya yang menghasilkan kerugian hasil
yang substansial.

2.2.4 PRODUKSI MINYAK ATSIRI ADAM SOWA

Minyak biji dill selama diproduksi-tahun telah diterbitkan menggunakan


berbagai teknik konvensional. Minyak biji menemukan aplikasi yang luas di
bidang kedokteran. Ini adalah bagian yang sangat penting formulasi untuk gripe
udara sebagai karminatif untuk bayi. Hidrodistilasi (atau destilasi uap)
memberikan hasil dan hasil yang jauh lebih rendah juga kadang - kadang
menyebabkan pembakaran konstituen utama karena suhu bantuan yang tinggi.
Penekanan pada peningkatan adas hasil dan kualitas minyak sangat penting. Kami
terutama ingin mencoba isi minyak dengan menggunakan teknologi karbon
dioksida superkritis (SC-CO2) dan membandingkan hasilnya dengan hidrodistilasi.
Karena SC-CO2 tidak menantang dalam kondisi superkritis sebagai pelarut, ia
tidak meninggalkan residu berbahaya. Bahan makanan yang dibeli dengan ekstrak
superkritis (SFE) telah terbukti berkualitas tinggi, terbukti dengan superiorsifat
yang tidak dapat diperoleh dengan teknik lainnya
Di sisi lain, masalah peningkatan ganda pemerintahanPeraturan dan biaya
energi yang lebih tinggi tentang lingkungan yang negatifuntuk pertumbuhan.
Ekstraksi dan penanganan pelarut dengandistilasi adalah operasi proses umum
dalam produksirasa dan wewangianjauh dari masalah yang dikeluarkan
sebelumnya.
Kami telah mengoptimalkan kondisi proses ekstraksi memanfaatkan SFE
dan hidrodistilasi. Setelah ekstraksi, minyak dill diperiksa secara menyeluruh
untuk kualitasnya dengan penentuan konstituen dengan kromatografi gas. Ukuran
partikel biji dill yang dibumikan juga dianggap memainkan peran penting, karena
bubuk halus memungkinkan penyaluran udara dilakukan oleh SFE dan teknik
konvensional. Penyaluran udara mengurangi efisiensi proses ekstraksi dan
mengurangi hasil. Warna Senyawa diperlukan untuk hadir dalam minyak yang

12
diekstraksi, tetapi adas oli yang diperoleh dengan menggunakan teknik
konvensional biasanya tidak berwarna. Oleh karena itu, penyelidikan proses SC-
CO2 untuk mengekstraksi minyak adas dipertimbangkan
Hasil minyak berkisar dari 0,29% hingga 1,50%, tergantung pada kondisi
bahan tanaman, kematangan, tinggi, dan keadaan kekeringan. Semakin kering dan
semakin matang ramuan itu, semakin banyak waktu diperlukan untuk distilasi.
Namun, hasil minyak meningkat dengan keadaan kekeringan, tetapi hanya sampai
pada titik tertentu karena kering bahan ramuan yang mengandung banyak benih
yang matang sepenuhnya sulit untuk disuling. Residu kering dibiarkan setelah
distilasi minyak esensial dari biji Anethum sowa mengandung 16,8% lemak dan
15,1% protein, dan karenanya, dapat digunakan sebagai pakan ternak

2.2.5 SIFAT FUNGSIONAL


a. Bumbu dapur
Mengandung komponen-komponen yang mirip akar manis,  adas
manis memang terasa manis dan memiliki wangi yang khas, biasa
digunakan untuk membuat camilan yang tinggi kadar gula seperti yang
berikut ini: Aniseed ball (Britania Raya), Aniseed wheel (Selandia
Baru), pizelle (Italia), pfeffernusse (Jerman), Knott (Norwegia).
Adas manis juga digunakan untuk membuat
minuman Meksiko "atole de anís" atau champurrado yang sama dengan
cokelat panas, minuman Turki Raki (minuman
beralkohol), Ouzo Yunani, Sambuca Italia, absinthe spirit, kegemaran
orang Arab Arak, beberapa Root beer seperti Virgil's Root Beer di
Amerika Serikat, sebagai makanan pencahar di India. Juga digunakan
untuk membuat adonan roti, ketika menyiapkan hidangan penutup dari
Peru "Picarones".
b. Pengobatan.
Adas manis, seperti adas, mengandung anethole, dan dikenal
sebagai zat phytoestrogen.. Adas manis merupakan antiparasit ringan dan
daunnya bisa digunakan untuk merawat gangguan pencernaan,
meredakan sakit gigi, dan minyak atsirinya bisa digunakan untuk
menyembuhkan penyakit lice and kudis.

13
c. Lain-lain

 Dalam aromaterapi, minyak atsiri adas manis untuk merawat pilek dan


flu.
 Menurut Pliny the Elder, adas manis digunakan untuk menyembuhkan
sulit tidur, dikunyah bersama alexanders dan sedikit madu di pagi hari
untuk menyegarkan napas, dan kalau dicampur dengan anggur bisa
menyembuhkan sengatan kalajengking (N.H. 20.72).
 Di daerah Mediterania, adas manis digunakan untuk membuat
minuman beralkohol, misalnya Arak (Libanon), Ouzo (Yunani)
dan Raki di Turki.
 Di dalam masakan India, tak ada perbedaan istilah antara adas manis
dan adas. Oleh karena itu, keduanya biasanya diberi nama yang sama
(saunf). Ada yang menggunakan istilah patli saunf (saunf tipis)
atau velayati saunf (saunf asing) untuk membedakan adas manis
dengan adas.
 Di Thailand, adas manis digunakan untuk memberi aroma pada teh.
 Di Pakistan, orang membuat secangkir teh panas dengan menuangi
sesendok makan adas manis dengan air mendidih.

 Pabrik pembuatan lokomotif uap di Britania Raya menyertakan


kapsul-kapsul minyak adas ke dalam bearings logam putih, sehingga
aroma yang berbeda dapat memberikan peringatan bila mengalami
panas berlebihan.

2.2.6 REGULASI

Dill dipasarkan segar untuk penggunaan kuliner. Untuk menjaga kualitas


menjaga, ramuan segar dapat dimasukkan ke dalam kantong plastik tertutup dan
disimpan dalam suhu rendah (6-12 ° C). Adas segar dapat dicincang dan
dibekukan dengan air dalam baki es batu. Ketika akan dipasarkan dalam bentuk
kering, suhu pengeringan harus 80 ° C pada awalnya, diturunkan menjadi 40 ° C
di tengah proses pengeringan. Produk kering harus memiliki kandungan minyak

14
atsiri minimum 0,15% dan kandungan maksimum air dan abu masing-masing
adalah 8% dan 6%.

15
2.3 CABAI
2.3.1 DEFINISI
Cabai (juga cabai, cabai, cabai, atau cabai adalah buah tanaman dari genus
Capsicum yang merupakan anggota keluarga nightshade, Solanaceae. Cabai
(Capsicum annuum L.) banyak digunakan dalam banyak masakan sebagai bumbu
untuk menambah panas masakan. Zat yang memberikan cabai intensitasnya ketika
dicerna atau dioleskan adalah capsaicin dan senyawa terkait yang dikenal sebagai
capsaicinoid.Cabai berasal dari Meksiko. Setelah Pertukaran Kolombia, banyak
kultivar cabai tersebar di seluruh dunia, digunakan untuk makanan dan obat
tradisional.
Cabai dengan Kakronda, dimakan di Uttar Pradesh Kultivar yang ditanam
di Amerika Utara dan Eropa diyakini semuanya berasal dari Capsicum annuum,
dan memiliki buah putih, kuning, merah atau ungu hingga hitam. Pada 2016,
produksi cabai hijau mentah dunia adalah 34,5 juta ton, dengan China
memproduksi separuh dari total dunia
Buah capsicum telah menjadi bagian dari diet manusia sejak sekitar 7.500
SM, dan merupakan salah satu tanaman tertua yang dibudidayakan di Amerika,
[6] karena asal usul budidaya cabai dilacak ke timur laut Meksiko sekitar 6.000
tahun yang lalu. Mereka adalah salah satu tanaman penyerbukan mandiri pertama
yang dibudidayakan di Meksiko, Amerika Tengah, dan bagian dari Amerika
Selatan.

Peru dianggap sebagai negara dengan keanekaragaman Capsicum yang


dibudidayakan tertinggi karena merupakan pusat diversifikasi di mana varietas
dari semua lima domestikasi diperkenalkan, tumbuh, dan dikonsumsi pada masa
pra-Kolombia .Bolivia dianggap sebagai negara di mana keragaman liar terbesar
Paprika capsicum dikonsumsi. Konsumen Bolivia membedakan dua bentuk dasar:
ulupica, spesies dengan buah bulat kecil termasuk C. eximium, C. cardenasii, C.
eshbaughii, dan C. caballeroi landrace; dan arivivis dengan buah memanjang kecil
termasuk C. baccatum var. varietas baccatum dan C. chacoense.

16
2.3.2 STRUKTUR KIMIA

Komposisi perkiraan paprika segar per 100 g porsi yang dapat dimakan
adalah: air 74 g, energi 395 kJ (94 kkal), protein 4,1 g, lemak 2,3 g, karbohidrat
18 g, serat 6,0 g, Ca 58 mg, P 101 mg, Fe 2,9 mg, β-karoten 7,140 μg, tiamin 0,25
mg, riboflavin 0,20 mg, niasin 2,4 mg dan asam askorbat 121 mg. Komposisi
paprika kering diberikan sebagai: air 10 g, energi 1453 kJ (346 kkal), protein 12,5
g, lemak 11,5 g, karbohidrat 61,5 g, serat 23,3 g, Ca 187 mg, P 330 mg, Fe 16,7
mg, β-karoten 14.300 μg, tiamin 0,38 mg, riboflavin 0,68 mg, niasin 7,2 mg dan
asam askorbat 12 mg. Paprika hijau segar mengandung per 100 g bagian yang
dapat dimakan: air 86 g, energi 202 kJ (48 kkal), protein 2,0 g, lemak 0,8 g,
karbohidrat 10,3 g, serat 2,6 g, Ca 29 mg, P 61 mg, Fe 2,6 mg , β-karoten 180 μg
(merah, buah-buahan dewasa 2.760 μg), tiamin 0,12 mg, riboflavin 0,15 mg,
niasin 2,2 mg dan asam askorbat 140 mg (Leung, W.-TW, Busson, F. & Jardin,
C., 1968 ). Kandungan asam askorbat (vitamin C) dalam capsicum segar dan
vitamin A dalam paprika merah dewasa sangat tinggi. Pengeringan menyebabkan
hilangnya karoten dan tiamin, sedangkan vitamin C menghilang hampir
sepenuhnya. Perbedaan dalam kultivar atau dalam kondisi ekologis dan budaya,
tahap panen dan penanganan pasca panen bertanggung jawab atas variasi besar
dalam kadar air dan komposisi kimia.
Prinsip pedas cabai adalah capsaicin, kompleks alkaloid capsaicinoid yang
ditemukan dalam jumlah yang bervariasi (0,01-1,0% dari berat kering)
terkonsentrasi di jaringan plasenta dan dinding silang buah-buahan, tetapi dalam
tipe yang sangat menyengat di semua bagian berdaging. Capsaicin (C 18H27NO3)
tidak berbau, tidak berwarna dan tanpa rasa. Sensasi panas dihasilkan dari iritasi
sel-sel reseptor rasa sakit dan berbeda antara masing-masing individu. Kandungan
capsaicinoid dapat ditentukan secara kimia, tetapi dalam praktiknya (mis. Untuk
menguji varietas atau perbedaan antar sampel) metode organoleptik lebih praktis,
menggunakan pengenceran satu bagian per juta. Mengacu pada kepedasan, tiga
kategori utama dari buah capsicum dibedakan: (1) paprika manis yang tidak
menyengat, (2) paprika pedas atau agak normal, dan (3) jenis cabai yang sangat
menyengat, kebanyakan lada burung dan cabai aromatik . Namun, beberapa
kultivar adalah perantara. Rasa dan rasa paprika tergantung pada senyawa lain.

17
Gula glukosa dan fruktosa memberi rasa manis pada lada manis. Senyawa yang
mudah menguap, 2-metoksi-3-isobutil-pirazin (C9H14N2O), menyebabkan rasa dan
aroma khas paprika. Buah capsicum mengandung lebih dari 100 senyawa yang
berkontribusi terhadap rasa dan aroma. Rasa cabai aromatik sangat berbeda dari
cabai umum atau lada burung. Buah-buahan dewasa kaya akan pigmen seperti
karoten dan xantofil, pigmen utama adalah karoten yang disebut capsanthin
(C40H56O3) dan capsorubin (C40H56O4) (E 160c).
Capsaicin menunjukkan aktivitas anti-oksidan, antimutagenik,
antikarsinogenik dan imunosupresif. Ini juga menghambat pertumbuhan bakteri
dan agregasi trombosit. Efek hipokolesterolemik telah dicatat untuk oleoresin.
Dalam double-blind, uji klinis terkontrol plasebo menggunakan 30 pasien dengan
bubuk dyspepsia capsicum fungsional efektif dalam mengurangi intensitas gejala
dispepsia, capsaicin menjadi bahan aktif.

Berat benih, sebagian besar tergantung pada kultivar, mungkin cukup


besar, biasanya 10-20% dari berat kering buah. Semakin kecil buahnya, semakin
tinggi persentase berat biji, mencapai 50% dalam cabai kering kecil. Benih
mengandung 12-25% minyak, terutama terdiri dari asam linoleat, asam lemak tak
jenuh, dan lebih lanjut terutama dari karbohidrat, protein dan serat.

2.3.3 PRODUKSI CABAI

Biji berkecambah 6-21 hari setelah tanam. Pembungaan berkelanjutan


dimulai 60–90 hari setelah tanam. Bunga buka 3 jam setelah matahari terbit dan
terbuka selama 1-3 hari. Meskipun biasanya diserbuki sendiri, 2-90%
penyerbukan silang dapat terjadi, tergantung pada aktivitas lebah dan thrip yang
mengumpulkan nektar dan serbuk sari; rata-rata, penyerbukan silang adalah
sekitar 15%. Kultivar tertentu menunjukkan heterostyly kuat menyebabkan
tingkat tinggi penyerbukan silang. Pada tahap tunas stigma reseptif, tetapi serbuk
sari belum matang, jadi penyerbukan tangan mudah. Dalam keadaan normal, 40-
50% bunga berbuah. Buah mulai matang 4-5 minggu setelah berbunga, dan dapat
dipetik setiap 5-7 hari. Periode panen puncak adalah 4-7 bulan setelah tanam.\

18
2.3.4 PRODUKSI MINYAK ATSIRI CABAI

Chilly oil dan oleoresin diekstraksi dengan pelarut. Proses ekstrasi fluida
dari destilasi uap. Oleoresin didapatkan dari chillies dengan ekstraksi dengan
larutan organik diikuiti dengan penguapan larutan tersebut. Pertama variasi
chillies mentah dibersihkan dan lalu dihancurkan sesuai ukuran mesh yang
ditentukan. Proses ekstraksi dilakukan dengan larutan yang sesuai. Pelarut yang
dapat digunakan diantaranya hexane, acetone, ethylene dichloride atau alcohol.
Ekstraksi dilakukan pada suhu kamar sesaui dengan jenis chillies. Diperoleh
larutan gelap yang mengandung kurang dari 10% total pelarut dan didestilasi
untuk menghilangkan kelebihan pelarut. Minyak atsiri diperoleh dari destilasi uap.
Oleoresi Chillies adalh larutan kental yang terlarut dalam peralut polar dari serbuk
chillies berbagai variasi. Terdapat tiga tipe oleoresin diantaranya: Paprika (untuk
warna), cabe merah (untuk warna dan pedas), dan capsicum (untuk pedas).

2.3.5 SIFAT FUNGSIONAL


a. Kuliner
Cabai kering sering ditumbuk menjadi bubuk, meskipun banyak
masakan Meksiko termasuk variasi pada cabai rellenos menggunakan
seluruh cabai. Cabai kering utuh bisa dilarutkan sebelum digiling menjadi
pasta. Chipotle adalah jalapeño yang diasap, dikeringkan, matang.
Banyak cabai segar seperti poblano memiliki kulit luar yang keras
dan tidak mudah patah saat dimasak. Cabai terkadang digunakan utuh atau
dalam irisan besar, dengan cara dipanggang, atau cara lain untuk melepuh
atau membakar kulit, agar tidak sepenuhnya memasak daging di
bawahnya. Saat didinginkan, kulit biasanya akan mudah lepas.
b. Tanaman Hias
Warna yang kontras dan penampilan membua chillie diminati
sebagai tanaman hias. Diantaranya: Black pearl pepper: seperti cheri kecil
dan berwana coklat kegelapan hingga hitam pada daun. Black Hungarian
pepper:dedaunan hijau, dengan akar berwarna ungu dan jalapeno-ukuran
buah.

19
c. Psikologi
Psikolog Paul Rozin mengemukakan bahwa makan cabai adalah
contoh "risiko terkendala" seperti naik roller coaster, di mana sensasi
ekstrem seperti rasa sakit dan ketakutan dapat dinikmati karena individu
tahu bahwa sensasi ini sebenarnya tidak berbahaya. Metode ini
memungkinkan orang mengalami perasaan ekstrem tanpa risiko signifikan
membahayakan tubuh.
d. Iritasi Kimia
Ekstrak capsaicin dari chillie digunakan untuk memproduksi
pepper spray dan gas air mata sebagai iritan kimia. Mulai dari kurang
mematikan senjata untuk individu.

20
2.4 JINTAN
2.4.1 DEFINISI JINTAN
Jintan putih (Cuminum cyminum) merupakan tumbuhan berbunga dari
famili Apiaceae yang berasal dari daerah Laut Tengah bagian timur
sampai India bagian timur.Tanaman ini merupakan tanaman
tahunan berbentuk terna dengan batang ramping bercabang dengan tinggi 20–
30 cm. Panjang daunnya 5–10 cm, berbentuk menyirip atau menyirip rangkap dan
memiliki anak daun seperti benang. Bunganya kecil, berwarna putih atau merah
muda, dan bergerombol pada payungan bunga. Buahnya merupakan longkah
(achene) menggelendong lateral atau oval dengan panjang 4–5 mm dan
mengandung satu biji. Biji jintan putih mirip dengan biji adas, tetapi lebih kecil
dan gelap.

Jintan putih umum digunakan sebagai bumbu dapur pada sejumlah


masakan Indonesia, terutama dari Sumatra, Bali, dan Sulawesi. Aromanya kuat
dan memberi efek pedas. Di Thailand dikenal sebagai yeera (dari
nama Hindi gheera), di Malaysia dinamakan jintan putih, dan dalam literatur
Inggris disebut cumin. Jintan putih dijual dalam bentuk biji kering (berbentuk
memanjang seperti beras) berwarna coklat muda.Sekarang banyak tradisi boga
yang menggunakannya, mulai dari Yunani, Eropa, Asia Selatan, Asia Tenggara
dan Timur, hingga ke Amerika. Masakan Meksiko dikenal memakai jintan putih
cukup sering. Penggunaan jintan putih yang paling dikenal adalah sebagai
campuran bumbu kari.

2.4.2 STRUKTUR KIMIA

Dalam upaya untuk mengidentifikasi konstituen, beragam senyawa telah


terungkap dalam minyak esensial, oleoresin dan biji karum dan jintan yang telah
tumbuh di lokasi agroklimat beragam. Sebagian besar senyawa tersebut adalah
hidrokarbon monoterpen, monoterpen teroksigenasi, seskuiterpen teroksigenasi,
asam lemak jenuh dan tak jenuh, aldehida, keton dan ester. [41-46] Dari penelitian
ini, telah muncul bahwa senyawa utama yang terjadi di jintan adalah carvacrol,
carvone, α-pinene, limonene, γ-terpinene, linalool, carvenone, dan p-cymene,
sedangkan senyawa utama yang terjadi pada jinten adalah cuminaldehyde,

21
limonene, α- dan β-pinene, 1,8-cineole, o- dan p-cymene, α dan γ-terpinene,
safranal dan linalool.
Dalam ekstrak biji turunan air dan pelarut, beragam flavonoid,
isoflavonoid, glikosida flavonoid, glukosida monoterpenoid, lignin dan alkaloid
dan senyawa fenolik lainnya telah ditemukan. [24,47-52] Akar jintan juga
ditemukan mengandung flavonoid. Benih dan akar jintan menunjukkan adanya
senyawa poliasetilenat. Dalam sebuah studi baru-baru ini, protein transfer lipid
nonspesifik telah diisolasi dari biji jintan.] Beberapa nutrisi (vitamin, asam amino,
protein, dan mineral), pati, gula dan karbohidrat lainnya, tanin, asam fitat dan
komponen serat makanan juga telah telah ditemukan dalam biji jintan. [19,56-60]

Lonjakan untuk menyelidiki konstituen kimia dalam jinten dan jintan tetap
sama dengan upaya untuk mengevaluasi kegiatan biologis mereka dalam banyak
studi jaminan. Sekitar 30 penyelidikan eksperimental independen pada kimia dan
biologi jinten dan biji jintan didokumentasikan pada tahun 2009-2010

2.4.3 PRODUKSI JINTAN

Jintan ditanam dari biji. Benih membutuhkan 2 hingga 5 ° C (36 hingga 41 ° F)


untuk kemunculannya, yang disarankan adalah 20-30 ° C (68-86 ° F). Cumin
rentan terhadap kerusakan akibat embun beku, terutama pada tahap pembungaan
dan awal pembentukan benih. Metode untuk mengurangi kerusakan akibat embun
beku adalah dengan menyemprotkan asam sulfat (0,1%), mengairi tanaman
sebelum timbulnya cuaca beku, menyiapkan penahan angin, atau membuat lapisan
asap di pagi hari. Bibit jintan agak kecil dan kekuatannya rendah. Merendam
benih selama 8 jam sebelum menabur meningkatkan daya kecambah. Untuk
populasi tanaman yang optimal, kepadatan menabur 12-15 kilogram per hektar
(11-13 lb / acre) direkomendasikan. Tanah yang subur, berpasir, dan liat dengan
aerasi yang baik, drainase yang tepat, dan ketersediaan oksigen yang tinggi lebih
disukai. PH optimum tanah berkisar antara 6,8 hingga 8,3. Bibit jintan peka
terhadap salinitas dan kemunculannya dari tanah yang berat agak sulit. Oleh
karena itu, persiapan persemaian yang tepat (kasur halus) sangat penting untuk
pembentukan jintan yang optimal.

22
Dua metode penaburan digunakan untuk jintan, penyiaran dan penaburan
garis. Untuk penaburan disiarkan, bidang dibagi menjadi tempat tidur dan benih
disiarkan secara seragam di tempat tidur ini. Setelah itu, mereka ditutupi dengan
tanah menggunakan rake. Untuk penaburan garis, alur dangkal disiapkan dengan
kait pada jarak 20 hingga 25 cm (8 hingga 10 in). Benih kemudian ditempatkan di
alur ini dan ditutup dengan tanah. Penaburan garis menawarkan keuntungan untuk
operasi antar budaya seperti penyiangan, cangkul, atau penyemprotan.
Kedalaman tanam yang direkomendasikan adalah 1-2 cm dan kepadatan tanam
yang disarankan adalah sekitar 120 tanaman per m2. Persyaratan air jintan lebih
rendah daripada spesies lain. Meskipun demikian, jintan sering diirigasi setelah
disemai untuk memastikan bahwa cukup air tersedia untuk pengembangan bibit.
Jumlah dan frekuensi irigasi tergantung pada kondisi iklim

23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Minyak atsiri dapat dibuat dari tanaman pandan wangi, adam sowa,
cabai, dan jintan. Struktur kimia masing-masing tanaman berbeda sehingga
menghasilkan minyaka tsiri yang berbeda pula. Pengolahan tanaman tersebut
dari tanaman hidup menjadi minyak atsiri memiliki perbedaan masing-masing
sehingga memerlukan penanganan yang berbeda. Ketika tanaman sudah
berubah menjadi minyak atsiri perlu penyimpanan yang benar karena sifat
minyak atsiri yang mudah menguap.

3.2 Saran

Semoga kedepannya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan


apabila ada kurangnya dapat diperbaiki, sehingga dapat bermanfaat bagi
orang lain. Hal ini dikarenakan sifatnya yang dinamis artinya berkembang
dari waktu ke waktu.

24
DAFTAR PUSTAKA

Peter, K.V. (2001). Handbook of Herbs and Spices Volume 1. North and South
America: Woodhead Publishing Limited and CRC Press LLC

Peter, K.V. (2004). Handbook of Herbs and Spices Voume 2. North America:
Woodhead Publishing Limited and CRC Press LLC

Peter, K.V. (2006). Handbook of Herbs and Spices Voume 3. North America:
Woodhead Publishing Limited and CRC Press LLC

25

Anda mungkin juga menyukai