Anda di halaman 1dari 3

PENGARUH KEHADIRAN SEMEN KARBONAT PADA POROSITAS

BATUPASIR KARBONATAN DI FORMASI PENOSOGAN BAGIAN


BAWAH
Alfiady1
Hayati,N.1
Fadilestari I.1
Husein, S.2
1
Mahasiswa Jurusan Teknik Geologi FT UGM, Jl. Grafika 2, Yogyakarta 55281
2
Dosen Jurusan Teknik Geologi FT UGM, Jl. Grafika 2, Yogyakarta 55281
alfiady_ajah@yahoo.com

Review
Reservoar adalah batuan yang porous dan permeabel dimana minyak dan gas terakumulasi.
Akumulasi minyak dan gasbumi haruslah memenuhi beberapa syarat, yaitu batuan reservoar
yang berfungsi sebagai tempat yang diisi dan dijenuhi oleh minyak dan gasbumi, lapisan penutup
yang terdapat diatas suatu reservoar dan dapat menghalangi minyak ataupun gas yang keluar dari
reservoar, serta perangkap reservoar yang mempunyai bentuk sedemikian rupa sehingga minyak
dan gasbumi berada di bagian teratas dari suatu reservoir (Koesoemadinata, 1980). Saat ini, ada
dua batuan reservoar yang utama, yaitu batuan silisiklastik (batupasir) dan batuan karbonat.
Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang paling tidak tersusun oleh mineral karbonat
(misalnya kalsit (CaCO3)) > 95 % (Reijers & Hsu, 1986). Mineral-mineral karbonat secara alami
disekresikan oleh organisme pembentuk karbonat, misalnya moluska umumnya menghasilkan
mineral aragonit, echinodermata berupa high mg kalsit dan foraminifera umumnya menghasilkan
low-high mg kalsit. Pada dasarnya komposisi mineral tidak begitu memperlihatkan lingkungan
pengendapan atau provenance, tetapi penting sebagai derajat diagenesis, rekristalisasi dan
replacement oleh kalsium karbonat (Koesoemadinata, 1987).

Diagenesis dapat didefenisikan sebagai proses yang menyebabkan perubahan material sedimen
maupun batuan sedimen akibat kenaikan temperature dan tekanan, sehingga hampir
diketegorikan sebagai metamorfisme (P &T diagenesis lebih rendah dari pada P & T
metamorfisme) (Scoffin, 1987). Faktor-faktor yang mengontrol proses diagnesis pada batuan
karbonat adalah mineralogi batuan termasuk kandungan material organiknya, ukuran butir,
volume dan kecepatan pergerakan air, komposisi kimia fluida termasuk derajat kejenuhan dan
rasio Mg/Ca, pH, partial pressure CO2, kandungan garam dalam larutan, temperatur, tekanan.
Proses-proses diagenesis pada batuan karbonat meliputi sementasi, mikritisasi, neomorfisme,
pelarutan, kompaksi, dan dolomitisasi.

Porositas dapat didefenisikan sebagai perbandingan volume pori pada batuan dengan total
volume batuan yang dinyatakan dalam persen. Berdasarkan genesanya, pori pada batuan
karbonat dapat dibedakan menjadi dua yaitu porositas primer dan porositas sekunder (Scoffin,
1987). Jadi, pembentukan porositas erat kaitannya dengan mineralogi, tekstur pengendapan dan
fasies serta diagenesis. Keberadaan tekstur pengendapan akan membantu memudahkan
terjadinya pelarutan karena adanya porositas primer (awal) yang dimiliki oleh batuan. Semakin
bagus kualitas porositas primer yang dimiliki batuan maka pelarutan akan berlangsung lebih
intensif dan menghasilkan porositas sekunder dengan kualitas yang baik pula.

Secara umum stratigrafi daerah penelitian merupakan bagian dari tatanan


stratigrafi Formasi Penosogan, Formasi Halang dan Formasi Peniron yang
menindih secara tidak selaras di atasnya. Berdasarkan dari dominasi litologi,
kenampakan ciri fisik dan umur dari fosil yang dikandungnya maka
stratigrafi daerah pemetaan dibagi dari yang lebih tua sampai yang termuda
yaitu Satuan Perselingan Batupasir karbonatan dan napal, Satuan Breksi
Polimik yang diendapkan secara menjari dengan Satuan Perselingan
Batupasir karbonatan dan napal , dan Satuan Breksi Andesit yang merupakan
satuan termuda.

Sebanyak 6 contoh permukaan yang diambil di jalur Sungai Medono, Desa


Panerusan, Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah
telah dianalisa secara petrografi. Secara berurutan dari yang tertua hingga
termuda yaitu: BB-BWH-01, BB-TGH-01, BB-TGH-02, BB-TGH-03, BB-
TGH-04, BB-ATS-06. Berdasarkan dari analisa data petrografi, mikrit
memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan dengan sparit, bahkan
sparit hanya dijumpai pada beberapa sampel yakni BB-BWH-1 dan BB-
TGH-02. Hal ini mengindikasian adanya proses diagenesa berupa mikritisasi
dimana hampir keseluruhan sparit yang dijumpai telah tergantikan oleh
mikrit. Semakin menuju sampel yang lebih muda dijumpai adanya
penurunan persentase material silisiklastik seperti plagioklas, hornblenda dan
biotit sedangkan persentase mikrit semakin melimpah. Porositas mengalami
penurunan pada sampel yang lebih muda, namun kemudian mengalami
peningkatan porositas pada sampel yang paling muda.

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa proses sementasi pada batuan
karbonat di daerah penelitian tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap nilai porositas sebagai kontrol kualitas reservoar. Proses yang
secara signifikan mengontrol nilai porositas adalah proses diagenesis dan
tektonik. Dalam hal ini diagenesa yang terjadi di daerah penelitian adalah
proses mikritisasi sehingga sebagian besar dari sparit telah tergantikan oleh
mikrit. Proses ini mengakibatkan terjadinya penurunan porositas.

Kelebihan :
 Paper menjelaskan porositas batuan dengan jelas
 Paper menjelaskan kolom stratigrafi dengan gambar cukup bagus
 Menampilkan kenampakan sayatan petrografi sampel batuan yang
dianalisa dengan jelas dan mengambil bagian yang representatif
 Penjelasan petrografi tiap sampel batuan sudah cukup jelas

Kekurangan :
 Paper tidak memiliki alur dari metode penelitian
 Gambar yang ditampilkan relatif sedikit dan akan menimbulkan
kurangnya pemahaman pembaca
 Pada gambar sayatan petrografi tidak ditunjukkan komponen –
komponen penting yang diamati yang juga merupakan inti dari paper

Anda mungkin juga menyukai