Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN

“PROPOSAL GAMBARAN PENANGANAN DEHIDRASI PADA ANAK DIARE


DI BRSU TABANAN TAHUN 2020”

OLEH :

IDA AYU ASRI PRADNYANI KUSUMA


P07120018028
KELAS 3.1

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Kementerian Kesehatan RI,
2011). Salah satu jenis diare yaitu diare cair akut merupakan suatu kondisi yang
mana balita akan kehilangan cairan tubuh dalam jumlah yang besar sehingga
mampu menyebabkan dehidrasi dalam waktu yang cepat. Diare cair akut
disebabkan oleh rotavirus, umumnya menyerang anak pada kelompok umur 6-24
bulan, dengan puncaknya pada usia 9-12 bulan. Gejala yang timbul bervariasi dari
ringan sampai berat, didahului oleh muntah -muntah yang diikuti 4-8 hari diare
hebat yang dapat menyebabkan dehidrasi berat dan berujung pada kematian
(Kemenkes RI, 2011). Dehidrasi paling sering dijumpai pada anak dengan status
gizi kurus sekali (83,3%) dan gizi kurus (61,9%). Faktor yang dapat mempengaruhi
kejadian dehidrasi lebih sering dijumpai pada kelompok pasien dengan gizi kurus
adalah terjadinya atrovi usus halus yang akan mengakibatkan gangguan penyerapan
cairan pada usus yang akhirnya dapat memperberat dehidrasi (Palupi, Hadi, &
Soenarto, 2009). Suhu lingkungan yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya
dehidrasi yang progresif (Diyah, Samiasih, & Dera, 2018).

Dalam penelitian di RSI Muhammadiyah Kendal (Diyah et al., 2018)


menyatkan bahwa Karakteristik diare berdasarkan tingkatan diare sebagian besar
derajat dehidrasi sedang sebanyak 36 responden (60,0%). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh (Satrianjaya, Nesa, & Mahalini, 2017) di RSUP Sanglah
menyatakan bahwa Kebanyakan pasien diare anak mengalami dehidrasi ringan
(57%), disusul dengan pasien tanpa dehidrasi (31%), dan pasien dengan dehidrasi
sedang (10%). Hanya sebagian kecil pasien yang mengalami diare dengan dehidrasi
berat (2%). Berdasarkan penelitian yg dilakukan di BRSUD Tabanan tahun 2013,
sebanyak 77,2% dari 101 sampel menderita dehidrasi ringan, sedang maupun berat
(Widiantari, 2013)

Kejadian dehidrasi ringan/sedang lebih sering terjadi pada balita dibandingkan


anak- anak, dimana balita diare yang mengalami dehidrasi ringan/sedang akan
mengalami penurunan berat badan 2,5-5% dan kehilangan air 5% dari berat badan.
Balita juga mengalami gelisah dan rewel, matanya menjadi cekung dan turgor kulit
kembali lambat (Palupi et al., 2009). Pasien dengan dehidrasi berat mengakibatkan
volume darah akan berkurang sehingga dapat terjadi dampak negatif seperti syok
hipovolemik, denyut nadi cepat, tekanan darah menurun, penderita menjadi lemah,
kesadaran menurun, gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa gagal
ginjal akut (Widiantari, 2013). Terjadinya dehidrasi berat pada jenis watery diar-
rhea merupakan penyebab utama kematian pada kasus diare anak akibat kehilangan
cairan dan elektrolit melalui feses. (Satrianjaya et al., 2017).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang penanganan dehidrasi pada anak diare di BRSU Tabanan mengingat bahaya
dari dehidrasi ini pada anak, maka peneliti ingin mengetahui lebih jauh tentang
”Gambaran Penanganan Dehidrasi Pada Anak Diare Di BRSU Tabanan Tahun
2020”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas rumusan masalah pada penelitian ini
adalah “Bagaiman Gambaran penanganan dehidrasi pada anak diare di BRSU
Tabanan?.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran penanganan dehidrasi pada anak diare di
BRSU Tabanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengklasifikasikan dehidrasi pada anak diare.
b. Mengidentifikasi penanganan yang diberikan pada anak diare sesuai
derajat dehidrasi.

D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis

a. Bagi Masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan dan peran serta


orang tua atau keluarga dalam merawat anak diare dengan dehidrasi
b. Bagi Peneliti dapat menambah wawasan mengenai penanganan
dehidrasi pada anak diare serta dapat menjadi bahan pengembangan
teori keperawatan khususnya yang berkaitan dengan dehidrasi pada
anak diare.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan dalam
pengembangan ilmu keperawatan anak khususnya asuhan keperawatan
pada pasien anak meningitis dengan masalah nausea.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak meningitis dengan
masalah nausea.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar
untuk penelitian lebih lanjut khususnya yang terkait dengan asuhan
keperawatan pada anak meningitis dengan masalah nausea.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENYEBAB DEHIDRASI PADA ANAK DIARE


Pasien mengalami dehidrasi terlihat dari tanda-tanda dan catatan input dan
outputnya. Pasien mengalami dehidrasi dikarenakan usus bekerja tidak sempurna
sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya dibuang bersama
tinja sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan. Diare terjadi saat isi saluran cerna
didorong melalui usus dengan cepat, dengan sedikit waktu untuk absorbsi makanan
yang dicerna, air dan elektrolit. Feses yang dihasilkan menjadi encer biasanya hijau,
dan berisi lemak yang tidak dicerna, karbohidrat yang tidak dicerna, dan sejumlah
protein yang tidak dicerna kehilangan air dapat terjadi hingga sepuluh kali dari
kecepatan normal kehilangan air, ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi
bersama kehilangan natrium, klorida, bikarbonat dan kalium (Kurniawati, 2016).
Faktor dehidrasi pada kejadian diare biasanya ditentukan oleh etiologinya.
Etiologi ini nantinya sangat mempengaruhi frekuensi diare dan konsis- tensi diare.
Frekuensi diare nantinya dapat menen- tukan derajat dehidrasi, salah satunya dapat
terlihat dengan adanya penurunan berat badan (Soeseno, Suryawan, & Suarca,
2019).

B. DAMPAK DEHIDRASI PADA ANAK DIARE

Dampak dari diare pada balita lebih berbahaya dari pada orang dewasa, karena
komposisi tubuh balita yang lebih banyak mengandung air dibanding orang dewasa,
jika terjadi diare balita lebih rentan mengalami dehidrasi dan kompikasi lainya yang
dapat merujuk pada malnutrisi ataupun kematian, dampak lain yaitu kegagalan
dalam pertumbuhan (Zubaidah & Maria, 2020).
Semakin berat derajat dehidrasi maka semakin tinggi risiko terjadi gangguan
fungsi ginjal. Pada diare, dehidrasi menyebabkan penurunan volume ekstraselular
yang menyebabkan perfusi jaringan berkurang. Peningkatan kecepatan nadi terjadi
sebagai kompensasi karena jantung berusaha untuk meningkatkan keluaran (output)
dalam menghadapi volume pukulan (stroke volume) yang berkurang. Perfusi
jaringan yang berkurang juga menghambat fungsi ginjal sehingga menyebabkan
asidosis dan uremia (Sari, 2011). Kebanyakan kematian pada diare akibat dehidrasi,
yang mana kehilangan cairan ini diatasi dengan menggunakan cairan rehidrasi pada
90% kasus.

C. KLASIFIKASI DEHIDRASI
Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi (Kementerian Kesehatan RI, 2011):
a. Diare tanpa dehidrasi
Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau
lebih:
1) Keadaan Umum : baik
2) Mata : Normal
3) Rasa haus : Normal, minum biasa
4) Turgor kulit : kembali cepat
b. Diare dehidrasi Ringan/Sedang
Diare dengan dehidrasi Ringan/Sedang, bila terdapat 2 tanda di bawah
ini atau lebih:
1) Keadaan Umum : Gelisah, rewel
2) Mata : Cekung
3) Rasa haus : Haus, ingin minum banyak
4) Turgor kulit : Kembali lambat
c. Diare dehidrasi berat Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di
bawah ini atau lebih:
1) Keadaan Umum : Lesu, lunglai, atau tidak sadar
2) Mata : Cekung
3) Rasa haus : Tidak bisa minum atau malas minum
4) Turgor kulit : Kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)

D. PENANGANAN DEHIDRASI PADA ANAK DIARE


a. Berikan Zinc
Pada saat diare, anak akan kehilangan zinc dalam tubuhnya. Pemberian
Zinc mampu menggantikan kandungan Zinc alami tubuh yang hilang tersebut
dan mempercepat penyembuhan diare. Zinc juga meningkatkan sistim
kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah risiko terulangnya diare selama 2-3
bulan bulan setelah anak sembuh dari diare (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc
dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana
ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi
epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami
kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare. Dosis pemberian Zinc
pada balita:
1) Umur < 6 bulan : ½ tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari
2) Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Hal
ini dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap kemungkinan
berulangnya diare pada 2 – 3 bulan ke depan. Cara pemberian tablet zinc :
Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut
berikan pada anak diare. Untuk anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah
(Kemenkes RI, 2011).

b. Berikan Oralit
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida
(NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa
anhidrat. oralit perlu diberikan Segera bila anak diare, sampai diare berhenti.
Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang
terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air
minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih
diutamakan oralit. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit
dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare. Satu bungkus oralit
dimasukkan ke dalam satu gelas air matang sebanyak 200 cc (Kementerian
Kesehatan RI, 2011).
1) Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc cairan oralit setiap kali
buang air besar.
2) Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit setiap kali buang
air besar.

c. Pemberian ASI / Makanan :


Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum Asi harus lebih sering di
beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari
biasanya. Anak uis 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan
makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan
sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian
makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat
badan (Kemenkes RI, 2011).

Rencana Terapi Diare Berdasarkan Klasifikasi Dehidrasi


Menurut (Kementerian Kesehatan RI, 2011), prinsip tatalaksana diare pada balita
adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare) yaitu :
RENCANA TERAPI A UNTUK TERAPI DIARE TANPA DEHIDRASI
a. Beri Cairan Lebih Banyak Dari Biasanya
Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama
1) Anak yang mendapat ASI eksklusif, beri oralit atau air matang
sebagai tambahan . Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri
susu yang biasa diminum dan oralit atau cairan rumah tangga
sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin, air matang, dsb)
2) Beri Oralit sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit dan
dilanjutkan sedikit demi sedikit.. Umur < 1 tahun diberi 50-100 ml
setiap kali buang air besar, Umur > 1 tahun diberi 100-200 ml setiap
kali buang air besar.

b. Beri Obat Zinc


Beri Zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat
diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang
atau ASI. - Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari - Umur > 6
bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari.

c. Beri Anak Makanan Untuk Mencegah Kurang Gizi


1) Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu
anak sehat
2) Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan
3) Beri makanan kaya Kalium seperti sari buah segar, pisang, air kelapa
hijau.
4) Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap
3-4 jam)
5) Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan
tambahan selama 2 minggu
RENCANA TERAPI B UNTUK TERAPI DIARE DEHIDRASI RINGAN /
SEDANG
a. Pemberian Oralit
Dosis oralit yang diberikan : 75 ml x Berat Badan anak
Beberapa hal yang harsu diperhatikan :
1) Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan
berikan air masak atau ASI. Beri oralit sesuai Rencana Terapi A
bila pembengkakan telah hilang
2) Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila
dehidrasi telah hilang, anak biasanya kencing kemudian
mengantuk dan tidur.
3) Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang, ulangi
Rencana Terapi B
4) Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana
Terapi C
b. Pemberian ASI
Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200
ml air masak selama masa ini., Untuk anak > 6 bulan, tunda pemberian
makan selama 3 jam kecuali ASI dan oralit
c. Berikan obat Zinc selama 10 hari beturut-turut

RENCANA TERAPI C UNTUK TERAPI DIARE DEHIDRASI BERAT


a. Berikan cairan intavena segera
Ringer Laktat atau NaCl 0,9% (bila RL tidak tersedia) 100 ml/kg BB,
dibagi sebagai berikut.
1) Bayi < 1 :
Pemberian I 30ml/kg BB : 1 jam,
Kemudian 70ml/kg BB : 5 jam
2) Anak ≥1 tahun :
Pemberian I 30ml/kg BB : 30 menit
Kemudian 70ml/kg BB : 150 menit
Yang perlu diperhatikan :
Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba.
Nilai kembali tiap 15-30 menit. Bila nadi belum teraba, beri tetesan
lebih cepat.

b. Juga beri oralit (5 ml/kg/jam) bila penderita bisa minum; biasanya setelah
3-4 jam (bayi) atau1-2 jam (anak).
d. Berikan obat Zinc selama 10 hari beturut-turut
e. Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi derajat dehidrasi.
Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A, B atau C ) untuk
melanjutkan terapi.
f. Mulai rehidrasi dengan oralit melalui Nasogastrik/ Orogastrik. Berikan
sedikit demi sedikit, 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam
g. Nilai setiap 1-2 jam: Bila muntah atau perut kembung berikan cairan lebih
lambat. Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam rujuk untuk terapi
Intravena.
BAB III
KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual merupakan kerangka fikir mengenai hubungan antar


variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian atau hubungan antar konsep dengan
konsep lainnya dari masalah yang diteliti sesuai dengan apa yang telah diuraikan
pada studi kepustakaan (Surahman, Mochamad Rachmat, 2016). Kerangka konsep
dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

Diare

Dehidrasi (Ringan,
Sedang, Berat)

Dampak Dehidrasi :
1. Syok Hipovolemik
2. Takikardi
Penganganan Dehidrasi Pada
3. Malnutrisi
Anak Diare
4. Gangguan Tumbuh
Kembang Anak
5. Kematian
Keterangan :

= variable yang diteliti

= variable yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka Konsep Gambaran penanganan dehidrasi pada anak diare di BRSU
Tabanan

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian

1. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu atribut, sifat tau nilai yang didapat dari orang, objek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu dan sekurang-kurangnya
mempunyai dua klasifikasi yang diambil dari suatu nilai yang berbeda (different
values), ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari atau ditarik kesimpulannya
(Surahman, Mochamad Rachmat, 2016). Dalam penelitian ini meneliti satu
variabel yaitu gambaran penanganan dehidrasi pada anak diare.

2. Definisi operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati
dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2015). Untuk menghindari
perbedaan persepsi, maka perlu disusun definisi operasional yang merupakan
penjelasan lanjut dari variabel.

Tabel Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Metode


Operasional
1 2 3 4
Gambaran Suatu tindakan yang Penelusuran data Dokumentasi
penanganan diberikan pada anak sekunder (Rekam
dehidrasi pada anak diare yang medis pasien anak
diare di BRSU mengalami dengan diare)
Tabanan dehidrasi yang
dilakukan dengan
memberikan
rencana terapi
sesuai pedoman
“LINTAS DIARE”

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Deskriptif, yang mana
merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri,
baik suatu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat suatu perbandingan
(Surahman, Mochamad Rachmat, 2016).

B. Tempat dan Waktu


Penelitian isi bertempat di BRSU Tabanan pada bulan September 2020
hingga April 2021

C. Populasi Sampel
Penelitian ini menggunakan subyek studi kasus, yaitu menggunakan
sumber data sampel sebanyak 15 pasien di BRSU Tabanan yang akan diobservasi
melalui dokumentasi Rekam Medis pasien.
D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
a. Jenis pengumpulan data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data sekunder. Data
sekunder adalah data yang telah tersedia hasil pengumpulan data untuk
keperluan tertentu, yang dapat digunakan sebagian atau seluruhnya
sebagai sumber data penelitian (Surahman, Mochamad Rachmat, 2016).
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rekam medis
pasien anak diare dengan dehdirasi di BRSU Tabanan.

b. Teknik Pengumpulan Data


Proses pengumpulan data merupakan proses mengumpulkan berbagai hal
yang digunakan sebagai bahan penelitian. Adapun teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan Penelusuran data sekunder.
Penelusuran data sekunder atau dokumentasi adalah salah satu teknik
pengumpulan data untuk memperoleh informasi dengan menyalin data
yang telah tersedia (data sekunder) ke dalam form isian yang disusun
(Surahman, Mochamad Rachmat, 2016).

E. Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif univariat atau analisis satu variabel
dapat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, ukuran penyebaran dan nilai
rata-rata (Surahman, Mochamad Rachmat, 2016). Data yang dikumpulkan pada
penelitian kuantitatif harus disusun berdasarkan penghitungan sehingga dapat
dianalisis secara statistik. (Nursalam, 2015).

F. Etika Studi Kasus


a. Anonymity (tanpa nama)
Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam subyek penelitian
dengan cara tidak memberikan atau mencatumkan nama responden pada
lembar pengumupulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

b. Confidentially ( kerahasiaan)
Merupakan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalahmasalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan
dijamin kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang
akan dilaporkan pada hasil penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Diyah, A., Samiasih, A., & Dera, A. (2018). Studi Deskriptif Hemodinamik Pada pasien
Diare Dengan Dehidrasi di RSI Muhammadiyah Kendal. 7.
Kemenkes RI. (2011). Situasi diare di Indonesia. Jurnal Buletin Jendela Data & Informasi
Kesehatan, 2, 1–44.
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. In
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan. Retrieved from https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.kemkes.go.id/download.php%3Ffile
%3Ddownload/pusdatin/buletin/buletin-
diare.pdf&ved=2ahUKEwjWu42B8MTrAhXCfH0KHdhtCckQFjAEegQIAxAB&usg
=AOvVaw0c7d5wMo9fAzdpLOykyMH3
Kurniawati. (2016). Upaya penanganan dehidrasi pada pasien diare anak di rsud pandan
arang boyolali. Publikasi Ilmiah, 1–12.
Nursalam. (2015). ILMU KEPERAWATAN Pendekatan Praktis (4th ed.). Jakarta: Salemba
Medika, Jakarta.
Palupi, A., Hadi, H., & Soenarto, S. S. (2009). Status gizi dan hubungannya dengan
kejadian diare pada anak diare akut di ruang rawat inap RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol. 6, p. 1.
https://doi.org/10.22146/ijcn.17680
Sari. (2011). Sulaiman Yusuf dkk: Derajat dehidrasi dan gangguan fungsi ginjal pada
diare akut. 13(3), 5–9.
Satrianjaya, I. D. M., Nesa, N. N. M., & Mahalini, D. S. (2017). Karakteristik diare pada
anak di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2017. Intisari Sains Medis, 10(2).
https://doi.org/10.15562/ism.v10i2.194
Soeseno, W. G., Suryawan, I. W. B., & Suarca, K. (2019). Hubungan antara derajat
dehidrasi dengan penurunan berat badan pada anak diare usia 1 sampai 5 tahun di
ruangan kaswari dan poliklinik anak RSUD Wangaya kota Denpasar. 10(1), 23–27.
https://doi.org/10.1556/ism.v10i1.322
Surahman, Mochamad Rachmat, S. S. (2016). Metodologi Penelitan Komprehensif. Pusdik
SDM Kesehatan.
Widiantari, G. (2013). Lama Rawat Inap Penderita Diare Akut Pada Anak Usia Di Bawah
Lima Tahun Dan Faktor Yang Berpengaruh Di Badan Rumah Sakit Umum Tabanan
Tahun 2011. Community Health, 1(1), 18–28.
Zubaidah, Z., & Maria, I. (2020). Hubungan Penatalaksanaan Pemberian Cairan Dirumah
Dengan Tingkat Dehidrasi Pada Balita Yang Mengalami Diare. … Suaka Insan (Jksi),
5, 121–126. Retrieved from
http://journal.stikessuakainsan.ac.id/index.php/jksi/article/view/228

Anda mungkin juga menyukai