OLEH :
A. Latar Belakang
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Kementerian Kesehatan RI,
2011). Salah satu jenis diare yaitu diare cair akut merupakan suatu kondisi yang
mana balita akan kehilangan cairan tubuh dalam jumlah yang besar sehingga
mampu menyebabkan dehidrasi dalam waktu yang cepat. Diare cair akut
disebabkan oleh rotavirus, umumnya menyerang anak pada kelompok umur 6-24
bulan, dengan puncaknya pada usia 9-12 bulan. Gejala yang timbul bervariasi dari
ringan sampai berat, didahului oleh muntah -muntah yang diikuti 4-8 hari diare
hebat yang dapat menyebabkan dehidrasi berat dan berujung pada kematian
(Kemenkes RI, 2011). Dehidrasi paling sering dijumpai pada anak dengan status
gizi kurus sekali (83,3%) dan gizi kurus (61,9%). Faktor yang dapat mempengaruhi
kejadian dehidrasi lebih sering dijumpai pada kelompok pasien dengan gizi kurus
adalah terjadinya atrovi usus halus yang akan mengakibatkan gangguan penyerapan
cairan pada usus yang akhirnya dapat memperberat dehidrasi (Palupi, Hadi, &
Soenarto, 2009). Suhu lingkungan yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya
dehidrasi yang progresif (Diyah, Samiasih, & Dera, 2018).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas rumusan masalah pada penelitian ini
adalah “Bagaiman Gambaran penanganan dehidrasi pada anak diare di BRSU
Tabanan?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran penanganan dehidrasi pada anak diare di
BRSU Tabanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengklasifikasikan dehidrasi pada anak diare.
b. Mengidentifikasi penanganan yang diberikan pada anak diare sesuai
derajat dehidrasi.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Dampak dari diare pada balita lebih berbahaya dari pada orang dewasa, karena
komposisi tubuh balita yang lebih banyak mengandung air dibanding orang dewasa,
jika terjadi diare balita lebih rentan mengalami dehidrasi dan kompikasi lainya yang
dapat merujuk pada malnutrisi ataupun kematian, dampak lain yaitu kegagalan
dalam pertumbuhan (Zubaidah & Maria, 2020).
Semakin berat derajat dehidrasi maka semakin tinggi risiko terjadi gangguan
fungsi ginjal. Pada diare, dehidrasi menyebabkan penurunan volume ekstraselular
yang menyebabkan perfusi jaringan berkurang. Peningkatan kecepatan nadi terjadi
sebagai kompensasi karena jantung berusaha untuk meningkatkan keluaran (output)
dalam menghadapi volume pukulan (stroke volume) yang berkurang. Perfusi
jaringan yang berkurang juga menghambat fungsi ginjal sehingga menyebabkan
asidosis dan uremia (Sari, 2011). Kebanyakan kematian pada diare akibat dehidrasi,
yang mana kehilangan cairan ini diatasi dengan menggunakan cairan rehidrasi pada
90% kasus.
C. KLASIFIKASI DEHIDRASI
Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi (Kementerian Kesehatan RI, 2011):
a. Diare tanpa dehidrasi
Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau
lebih:
1) Keadaan Umum : baik
2) Mata : Normal
3) Rasa haus : Normal, minum biasa
4) Turgor kulit : kembali cepat
b. Diare dehidrasi Ringan/Sedang
Diare dengan dehidrasi Ringan/Sedang, bila terdapat 2 tanda di bawah
ini atau lebih:
1) Keadaan Umum : Gelisah, rewel
2) Mata : Cekung
3) Rasa haus : Haus, ingin minum banyak
4) Turgor kulit : Kembali lambat
c. Diare dehidrasi berat Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di
bawah ini atau lebih:
1) Keadaan Umum : Lesu, lunglai, atau tidak sadar
2) Mata : Cekung
3) Rasa haus : Tidak bisa minum atau malas minum
4) Turgor kulit : Kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)
b. Berikan Oralit
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida
(NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa
anhidrat. oralit perlu diberikan Segera bila anak diare, sampai diare berhenti.
Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang
terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air
minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih
diutamakan oralit. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit
dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare. Satu bungkus oralit
dimasukkan ke dalam satu gelas air matang sebanyak 200 cc (Kementerian
Kesehatan RI, 2011).
1) Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc cairan oralit setiap kali
buang air besar.
2) Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit setiap kali buang
air besar.
b. Juga beri oralit (5 ml/kg/jam) bila penderita bisa minum; biasanya setelah
3-4 jam (bayi) atau1-2 jam (anak).
d. Berikan obat Zinc selama 10 hari beturut-turut
e. Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi derajat dehidrasi.
Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A, B atau C ) untuk
melanjutkan terapi.
f. Mulai rehidrasi dengan oralit melalui Nasogastrik/ Orogastrik. Berikan
sedikit demi sedikit, 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam
g. Nilai setiap 1-2 jam: Bila muntah atau perut kembung berikan cairan lebih
lambat. Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam rujuk untuk terapi
Intravena.
BAB III
KERANGKA KONSEP
Diare
Dehidrasi (Ringan,
Sedang, Berat)
Dampak Dehidrasi :
1. Syok Hipovolemik
2. Takikardi
Penganganan Dehidrasi Pada
3. Malnutrisi
Anak Diare
4. Gangguan Tumbuh
Kembang Anak
5. Kematian
Keterangan :
Gambar 1 Kerangka Konsep Gambaran penanganan dehidrasi pada anak diare di BRSU
Tabanan
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu atribut, sifat tau nilai yang didapat dari orang, objek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu dan sekurang-kurangnya
mempunyai dua klasifikasi yang diambil dari suatu nilai yang berbeda (different
values), ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari atau ditarik kesimpulannya
(Surahman, Mochamad Rachmat, 2016). Dalam penelitian ini meneliti satu
variabel yaitu gambaran penanganan dehidrasi pada anak diare.
2. Definisi operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati
dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2015). Untuk menghindari
perbedaan persepsi, maka perlu disusun definisi operasional yang merupakan
penjelasan lanjut dari variabel.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Deskriptif, yang mana
merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri,
baik suatu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat suatu perbandingan
(Surahman, Mochamad Rachmat, 2016).
C. Populasi Sampel
Penelitian ini menggunakan subyek studi kasus, yaitu menggunakan
sumber data sampel sebanyak 15 pasien di BRSU Tabanan yang akan diobservasi
melalui dokumentasi Rekam Medis pasien.
D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
a. Jenis pengumpulan data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data sekunder. Data
sekunder adalah data yang telah tersedia hasil pengumpulan data untuk
keperluan tertentu, yang dapat digunakan sebagian atau seluruhnya
sebagai sumber data penelitian (Surahman, Mochamad Rachmat, 2016).
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rekam medis
pasien anak diare dengan dehdirasi di BRSU Tabanan.
b. Confidentially ( kerahasiaan)
Merupakan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalahmasalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan
dijamin kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang
akan dilaporkan pada hasil penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Diyah, A., Samiasih, A., & Dera, A. (2018). Studi Deskriptif Hemodinamik Pada pasien
Diare Dengan Dehidrasi di RSI Muhammadiyah Kendal. 7.
Kemenkes RI. (2011). Situasi diare di Indonesia. Jurnal Buletin Jendela Data & Informasi
Kesehatan, 2, 1–44.
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. In
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan. Retrieved from https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.kemkes.go.id/download.php%3Ffile
%3Ddownload/pusdatin/buletin/buletin-
diare.pdf&ved=2ahUKEwjWu42B8MTrAhXCfH0KHdhtCckQFjAEegQIAxAB&usg
=AOvVaw0c7d5wMo9fAzdpLOykyMH3
Kurniawati. (2016). Upaya penanganan dehidrasi pada pasien diare anak di rsud pandan
arang boyolali. Publikasi Ilmiah, 1–12.
Nursalam. (2015). ILMU KEPERAWATAN Pendekatan Praktis (4th ed.). Jakarta: Salemba
Medika, Jakarta.
Palupi, A., Hadi, H., & Soenarto, S. S. (2009). Status gizi dan hubungannya dengan
kejadian diare pada anak diare akut di ruang rawat inap RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol. 6, p. 1.
https://doi.org/10.22146/ijcn.17680
Sari. (2011). Sulaiman Yusuf dkk: Derajat dehidrasi dan gangguan fungsi ginjal pada
diare akut. 13(3), 5–9.
Satrianjaya, I. D. M., Nesa, N. N. M., & Mahalini, D. S. (2017). Karakteristik diare pada
anak di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2017. Intisari Sains Medis, 10(2).
https://doi.org/10.15562/ism.v10i2.194
Soeseno, W. G., Suryawan, I. W. B., & Suarca, K. (2019). Hubungan antara derajat
dehidrasi dengan penurunan berat badan pada anak diare usia 1 sampai 5 tahun di
ruangan kaswari dan poliklinik anak RSUD Wangaya kota Denpasar. 10(1), 23–27.
https://doi.org/10.1556/ism.v10i1.322
Surahman, Mochamad Rachmat, S. S. (2016). Metodologi Penelitan Komprehensif. Pusdik
SDM Kesehatan.
Widiantari, G. (2013). Lama Rawat Inap Penderita Diare Akut Pada Anak Usia Di Bawah
Lima Tahun Dan Faktor Yang Berpengaruh Di Badan Rumah Sakit Umum Tabanan
Tahun 2011. Community Health, 1(1), 18–28.
Zubaidah, Z., & Maria, I. (2020). Hubungan Penatalaksanaan Pemberian Cairan Dirumah
Dengan Tingkat Dehidrasi Pada Balita Yang Mengalami Diare. … Suaka Insan (Jksi),
5, 121–126. Retrieved from
http://journal.stikessuakainsan.ac.id/index.php/jksi/article/view/228