Anda di halaman 1dari 128

ANALISA PERBANDINGAN RASIO KEUANGAN BANK SYARIAH

SEBELUM DAN SESUDAH MENERAPKAN CORPORATE SOCIAL


RESPONSIBILITY (CSR)
(Studi Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.)

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E Sy)

Oleh:

KHAIRUNNISA
106046103710

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH


PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010
ANALISA PERBANDINGAN RASIO KEUANGAN BANK SYARIAH

SEBELUM DAN SESUDAH MENERAPKAN CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY (CSR)

(Studi Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E Sy)

Oleh:

Khairunnisa
NIM. 106046103710

Di bawah bimbingan

Pembimbing

Dr. H. Yayan Sopyan, M.Ag.


NIP. 150277991

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH


PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2010
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 23 Ramadhan 1431 H


02 September 2010 M

Penulis
PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul ANALISA PERBANDINGAN RASIO KEUANGAN BANK


SYARIAH SEBELUM DAN SESUDAH MENERAPKAN CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY (STUDI PADA PT. BANK MUAMALAT, Tbk.),
telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 November 2010. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E Sy)
pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 24 September 2010


Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH.,MA., MM.


NIP. 195505051982031012

PANITIA UJIAN

Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag. (......................................)


NIP. 197107011998032002

Sekretaris : H.Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., MH. (......................................)


NIP. 197407252001121001

Pembimbing : Dr. H. Yayan Sopyan, M.Ag. (......................................)


NIP. 150277991

Penguji I : Dr. Asmawi, M.Ag. (......................................)


NIP. 197210101997031008

Penguji II : Djaka Badranaya, ME. (......................................)


NIP. 197705302007011008
‫ﻦ اﻟ ﱠﺮﺣِﻴـ ِﻢ‬
ِ ‫ِﺑﺴْـ ِﻢ اﻟﻠﱠـ ِﻪ اﻟ ﱠﺮﺣْﻤَـ‬
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah serta pertolongan-Nya

akhirnya dengan penuh kesabaran penulisan skripsi ini dapat diselesaikan oleh

penulis. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H, M.A, M.M., sebagai Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.A., sebagai Ketua Jurusan Muamalat (Ekonomi

Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. H. Yayan Sofyan, M. Ag., sebagai Dosen Pembimbing skripsi yang

telah meluangkan waktu dan pikirannya, serta perhatian membantu penulis

dalam memberikan pengarahan dan petunjuk tata cara penulisan skripsi.

4. Segenap Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Segenap Staf akademik, staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, staf

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta staf perpustakaan

muamalat Institute.

v
6. Orang Tua-ku Tercinta Bapak Syaefuddin & Ibu Sopiah, Adik-adikku Dewi

Afriyanti dan Amir Mukhlis, dan seluruh keluarga besar yang telah

memberikan kasih sayang serta doa restunya hingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

7. Untuk teman-teman terbaikku: Eva, Rina, Vivi, Putri, Hafid, Basir, Faiz,

Dede, Doel, Zul, Rico, Zaky, Uchon, Iksan, Toyyib, Ali, Rikza dan teman-

teman seperjuangan lain yang tidak bisa saya sebut satu per satu karena terlalu

banyak, yang dari awal hingga akhir dalam perkuliahan dan penulisan skripsi

terima kasih atas dukungannya kepada penulis sehingga penulis bisa

menyelesaikan skripsi ini.

8. Untuk Nurusdianto, terima kasih atas doa, perhatian dan bantuannya yang

diberikan kepada penulis, terutama pada masa penulisan skripsi ini hingga

selesai.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

dan pembaca. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna, karena keterbatasan kemampuan penulis,. Sehubungan dengan itu, penulis

sangat berharap kritik membangun, saran dan masukan dari pembaca.

Jakarta, 23 Ramadhan 1431 H


02 September 2010 M

Penulis

vi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………….…………….……………….….. v

DAFTAR ISI…………………………………………….……………….. vii

DAFTAR TABEL.....………………………………….……………….… xi

DAFTAR GRAFIK………………………………….……………….…... xii

DAFTAR NILAI OUTPUT………………………………………………. xiii

DAFTAR LAMPIRAN………………………….……………….………... xiv

BAB I PENDAHULUAN…………………….……………….………. 1

A. Latar Belakang Masalah.…………………………….…………...... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah……………………………………. 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………………. 5

D. Review Studi Terdahulu…………………………………………… 7

E. Kerangka Teori dan Konseptual…………………………………… 10

F. Hipotesis…………………………………………..……………….. 15

H. Sistematika Penulisan……………….…………………………….. 15

BAB II LANDASAN TEORI……….………………………………….. 18

A. Corporate Social Responsibility (CSR)…………………………… 18

1. Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)………………. 18

2. Fungsi dan Tujuan CSR………………………………………... 21

3. Prinsip-Prinsip CSR……………………………………………. 23

4. Tahapan Penerapan CSR………………………………………... 25

5. Penerapan CSR di Indonesia…………….……………………… 29

B. Bank Syariah……………………………………………………….. 33

vii
1. Bank Umum Syariah……………………….…………………… 34

2. Kegiatan Operasional Bank Syariah…………………………….. 34

C. Kinerja Bank……………………..………………………………… 35

D. Laporan Keuangan Bank………………………………………….. 37

1. Definisi Laporan Keuangan………….…………………………. 37

2. Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan……………..…………. 38

3. Laporan Keuangan Bank………………………………………… 39

4. Laporan Keuangan Bank Syariah……………………………….. 42

5. Rasio Keuangan…………………………………………………. 44

a. Rasio Profitabilitas…………………………………………... 44

b. Rasio Perbaikan Asset……………………………………….. 45

c. Rasio Kehati-Hatian…………………………………………. 46

d. Rasio Likuiditas……………………………………………… 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................……………………. 48

A. Ruang Lingkup Penelitian….………………………….…............... 48

B. Pemilihan Sampel…………………………………….…................. 48

C. Metode Pengumpulan Data………………………….…................... 48

D. Metode Analisis Data……………………………….….................... 49

1. Menghitung Rasio-Rasio…………………………..….…........... 49

a. Return On Equity (ROE)…………………………….….......... 49

b. Return On Asset (ROA)……………………………….…....... 49

c. Biaya Pendapatan Operasional……………………………….. 50

viii
d. Non Performing Finance…………………………………….. 50

e. Capital Adequacy Ratio………………………………………. 50

f. Financing to Deposit Ratio…………………………………… 51

2. Uji Statistik……………………………………………………… 51

a. Wilcoxon Test…………………………………………..…… 52

E. Operasional Variabel Penelitian…………………………………… 54

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN…………….………………. 56

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian…….………................. 56

1. Sejarah Singkat CSR…………………………….……………… 56

2. Gambaran Umum PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk………... 60

a. Konsep dan Implementasi CSR Bank Muamalat……………. .64

B. Analisa Rasio Keuangan ………………………..………………… 66

1. Return on Aset (ROA)................................…................................68

2. Return on Equity (ROE)............................................................….71

3. Capital Adequacy Ratio……………………..………………….. 75

4. Finance Deposit to Ratio (FDR)………………………….............79

5. Non Performing Finance…………………………….……........... 83

6. Biaya Operasional Pendapatan Operasional……………….....…. 86

BAB V PENUTUP……………………………….....................................90

A. Kesimpulan………………………………………………................ 90

B. Saran……………………………………………………................... 92

ix
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………93

LAMPIRAN……………………………………………………………….. 97

x
DAFTAR TABEL

1. Tabel 1. Rasio Keuangan tahun 2000 – 2009..................................... 67

2. Tabel 2. ROA Sebelum dan Sesudah CSR......................................... 68

3. Tabel 3. ROE Sebelum dan Sesudah CSR........................................ 71

4. Tabel 4. CAR Sebelum dan Sesudah CSR....................................... 74

5. Tabel 5. FDR Sebelum dan Sesudah CSR........................................ 78

7. Tabel 6. NPF Sebelum dan Sesudah CSR......................................... 81

8. Tabel 7. BOPO Sebelum dan Sesudah CSR...................................... 85

xi
DAFTAR GRAFIK

1. Grafik 1. Rasio Keuangan tahun 2000 – 2009.................................... 68

2. Grafik 2. ROA Sebelum dan Sesudah CSR........................................ 69

3. Grafik 3. ROE Sebelum dan Sesudah CSR........................................ 72

4. Grafik 4. CAR Sebelum dan Sesudah CSR....................................... 75

5. Grafik 5. FDR Sebelum dan Sesudah CSR....................................... 79

6. Grafik 6. NPF Sebelum dan Sesudah CSR........................................ 82

7. Grafik 7. BOPO Sebelum dan Sesudah CSR..................................... 86

xii
DAFTAR NILAI OUTPUT SPSS

1. Output 1.Uji Wilcoxon Match Pairs Test........................................... 70

2. Output 2. Nilai Statistik Uji............................................................... 71

3. Output 3. Uji Wilcoxon Match Pairs Test.......................................... 73

4. Output 4. Nilai Statistik Uji............................................................... 74

5. Output 5. Uji Wilcoxon Match Pairs Test.......................................... 76

6. Output 6. Nilai Statistik Uji............................................................... 77

7. Output 7. Uji Wilcoxon Match Pairs Test........................................... 80

8. Output 8. Nilai Statistik Uji................................................................. 81

9. Output 9. Uji Wilcoxon Match Pairs Test............................................ 83

10. Output 10. Nilai Statistik Uji.............................................................. 84

11. Output 11. Uji Wilcoxon Match Pairs Test......................................... 87

12.Output 12. Nilai Statistik Uji............................................................... 88

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Rasio-Rasio Keuangan 2000 -2009 96

Lampiran 2. Grafik Rasio-Rasio Keuangan 2000 – 2009. 99

Lampiran 3. Hasil Output SPSS. 103

Lampiran 4. Tabel Perhitungan Rasio Keuangan. 110


.

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Akhir-akhir ini terdapat kecenderungan (trend) meningkatnya tuntutan publik

atas transparansi dan akuntabilitas perusahaan sebagai wujud implementasi Good

Corporate Governance (GCG). Salah satu prinsip GCG adalah permasalahan

pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian dalam pengelolaan

perusahaan terhadap perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip

korporasi yang sehat. 1

Menurut UU No. 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas disebutkan dalam

pasal 1 ayat 3: Tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen

perseroan untuk berperan serta dalam pembangungan ekonomi berkelanjutan

guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik

bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.

Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

intermediary. Untuk menghindari pengoperasian bank dengan sistem bunga,

Islam memperkenalkan prinsip-prinsip muamalah Islam. Dengan kata lain, Bank

1
Mas Achmad Daniri, Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapan dalam konteks
Indonesia, PT. Ray Indonesia, Jakarta, 2006, h. 11

1
2

Islam lahir sebagai salah satu solusi alternative terhadap persoalan pertentangan

antara bunga bank dengan riba. 2

Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank Tanpa Bunga, adalah

lembaga keuangan perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan

berlandaskan pada Al Quran dan Hadis. Dengan kata lain, bank syariah adalah

lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa

lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang

pengoperasiannya disesuaikan denga prinsip syariat Islam.

Corporate Social Responsibility (CSR) menurut World Bank Group

adalah komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan

ekonomi berkelanjutan, melalui kerjasama dengan para karyawan serta

perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat

umum untuk meningkatkan kualitas hidup, dengan cara-cara yang bermanfaat

baik bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan. 3

Dalam pedoman Good Corporate Governance untuk perbankan Indonesia

CSR masuk dalam salah satu kegiatan diantara empat asas yang ada, yaitu asas

Tanggung Jawab (Responsibility). Sebagai wujud dari CSR dalam asas itu

2
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, , (Yogyakarta: UPPAMPYKPN,
2005), h. 1
3
Kiroyan, Noke, Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility: Adakah
kaitan diantara keduanya, Edisi III, Economic Business Accounting Review, 2006
3

disebutkan bahwa bank harus bertindak sebagai good citizen, termasuk peduli

terhadap lingkungan dan melakukan tanggung jawab sosial. 4

Bank syariah sudah seharusnya melakukan kegiatan CSR seperti yang

tercantum pada UU No. 40/2007 tersebut sebagai bagian dari kegiatan bisnis

utamanya yang berarti dilaksanakan sebaik-baiknya dengan tujuan sustainability

bank syariah, lingkungan dan komunitas sekitarnya. 5

Dalam menjalankan kegiatan usaha, setiap perusahaan tidak pernah lepas

dari masalah finansial. Hal ini diharapkan karena adanya sistem keuangan di

setiap perusahaan, tanpa adanya sistem keuangan di dalam perusahaan maka

seluruh kegiatan usaha tidak akan berjalan dengan baik dalam mencapai tujuan

perusahaan.

Laporan keuangan digunakan sebagai bahan untuk mengelola data dan

menganalisa keuangan. Data-data yang terdapat dalam laporan keuangan

merupakan hasil kinerja perusahaan dalam melakukan kegiatan usahanya.

Pentingnya hasil analisis keuangan, dapat dipakai sebagai alat bantu dalam

pengambilan keputusan bagi para pemilik perusahaan, para investor dan pihak-

pihak lain yang memerlukan laporan keuangan,

4
Dyah Virgoana Gandhi, Creating Value Through Corporate Social Responsibility melalui
Pemberdayaan UMKM, makalah bidang moneter SESPIBI angkatan XXVI, Jakarta, 2004, h.4
5
Alihozi, Strategi CSR Bank Syariah, artikel diakses pada 11 februari 2009 dari
http://alihozi77.blogspot.com.
4

Penganalisaan dan penginterpretasian laporan keuangan perusahaan

merupakan salah satu cara untuk dapat memberikan penilaian yang dapat

dipertanggungjawabkan baik terhadap kondisi keuangan maupun kinerja

keuangan perusahaan. Adapun alat untuk menganalisis dan menginterpretasikan

laporan keuangan adalah rasio-rasio keuangan.

Rasio keuangan dapat memberikan dasar ukuran bagi penilaian surat-

surat berharga dan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan. Rasio keuangan

digunakan untuk membandingkan kinerja suatu perusahaan dengan status

perusahaan baik dengan perusahaan lain maupun dengan perusahaan itu sendiri

dalam kurun waktu yang berbeda.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian tentang Analisa Perbandingan Rasio Keuangan Bank Syariah

Sebelum dan Sesudah menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR).

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis membatasi pembahasannya dalam ruang lingkup

sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan pada rasio keuangan Bank Muamalat Indonesia sebelum

dan sesudah menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR)


5

2. Rasio keuangan yang digunakan adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat

pada laporan keuangan tahunan yang dipublikasi, antara lain: Return on Asset

(ROA), Return on Equity (ROE), Capital Adequecy Ratio (CAR), Finance

Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF), dan BOPO.

Agar lebih terarah, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep dan implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)

PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

2. Bagaimana rasio keuangan Bank Muamalat Indonesia sebelum dan sesudah

menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR)

3. Berapa besar pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap rasio

keuangan Bank Muamalat Indonesia

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Ingin mengetahui konsep dan implementasi CSR Bank Muamalat

2. Untuk menganalisis perbandingan rasio keuangan Bank Muamalat

sebelum dan sesudah menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR)


6

3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh CSR terhadap rasio keuangan Bank

Muamalat

Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:

1. Bagi investor, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi

tambahan untuk bahan pertimbangan dalam menentukan investasi yang

lebih menguntungkan

2. Bagi bank syariah yang belum menerapkan CSR, penelitian ini dapat

dijadikan bahan pertimbangan untuk menerapkan program CSR dan hasil

penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kinerja

keuangan perbankan syariah

3. Bagi Akademis, hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan

perbandingan untuk penelitian-penelitian ilmiah yang lain atau sejenis,

dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat mempraktekkan

berbagai teori selama perkuliahan terutama mata kuliah manajemen

keuangan.
7

D. Review Studi Terdahulu

Identitas Pembahasan Perbedaan


Skripsi Ika Fitrianti Menggunakan analisis Masalah yang akan
(2008), Jurusan deskriptif untuk membahas dibahas berbeda.
Manajemen Dakwah UIN mengenai strategi PT. Penelitian ini membahas
Syarif Hidayatullah Angkasa Pura dalam perbandingan rasio
Jakarta, tentang “Strategi mendistribusikan dana keuangan bank syariah
Pendistribusian dana CSR untuk sebelum dan sesudah CSR.
CSR PT (Persero) mensejahterakan Objek penelitiannya juga
Angkasa Pura II Kantor masyarakat sekitar bandara berbeda, yaitu pada PT.
Cabang Utama dalam Soekarno Hatta. Bank Muamalat Indonesia,
Upaya Mensejahterakan Tbk.
Masyarakat Sekitar
Bandara Soekarno-
Hatta”.

Skripsi Noor Rahmah Menggunakan analisis Berbeda masalah yang


(2009), Jurusan Perbankan deskriptif untuk akan diteliti dan objek
Syariah UIN Syarif menjelaskan CSR yang penelitian. Penelitian
Hidayatullah Jakarta, dilaksanakan oleh PT. sekarang akan membahas
tentang “Pelaksanaan Bakrie Swasakti Utama perbandingan rasio
Corporate Social dilihat dari sudut pandang keuangan bank Muamalat
Responsibility (CSR) Islam. sebelum dan sesudah CSR.
pada PT. Bakrie
Swasakti Utama dalam
perspektif Islam”
Skripsi Rini Shitawati Dengan menggunakan Penelitian sekarang tidak
8

(2009), NIM metode wilcoxon match membahas kinerja


105081002587, 938 MNJ, pairs test dan kruskal keuangan, hanya
mahasiswa jurusan walls, dapat disimpulkan membandingkan beberapa
Manajemen, Fakultas bahwa besarnya rasio keuangan saja. Objek
Ekonomi UIN Syarif peningkatan dan penelitiannya bank
Hidayatullah Jakarta, penurunan kinerja Muamalat Indonesia.
“Analisis Kinerja keuangan pada rasio Menggunakan metode
Keuangan Sebelum dan likuiditas yaitu rata-rata penelitian wilcoxon match
Sesudah Menerapkan sebesar 50% dari sebelum pairs test dan analisa
Tanggung Jawab Sosial implementasi CSR. Pada deskriptif
(studi kasus pada rasio aktivitas terjadi
perusahaan yang peningkatan kinerja
terdaftar di Bursa Efek keuangan sesudah
Indonesia) implementasi CSR sebesar
17%. Perbedaan rasio
solvabilitas sebelum dan
sesudah CSR menurun
rata-rata sebesar 17%.
Peningkatan rata-rata rasio
profitabilitas sebelum dan
sesudah menerapkan CSR
sebesar 28%. Tidak
terdapat perbedaan kinerja
keuangan (pada rasio
pertumbuhan dan rasio
market value) sebelum dan
sesudah menerapkan CSR
Skripsi Sri Subekti Menggunakan analisis Berbeda masalah yang
9

Sunaryo (2009), Jurusan deskriptif untuk akan diteliti dan objek


menjelaskan konsep dan penelitian. Penelitian
Asuransi Syariah UIN
strategi CSR PT. Takaful sekarang akan membahas
Syarif Hidayatullah
Indonesia. perbandingan rasio
Jakarta, tentang “Konsep keuangan bank Muamalat
sebelum dan sesudah CSR
dan Strategi Corporate

Social Responsibility

(CSR) PT. Takaful

Indonesia”.

Yosefa Sayekti dan Beberapa penelitian Berbeda masalah yang


sebelumnya menemukan akan diteliti dan objek
Ludovicus Sensi
bahwa tingkat leverage penelitian. Penelitian
Wondobio, “Pengaruh
juga berkorelasi dengan sekarang akan membahas
CSR Disclosure tingkat pengungkapan perbandingan rasio
informasi CSR, meskipun keuangan bank Muamalat
Terhadap Earning
hasilnya beragam. Roberts sebelum dan sesudah CSR
Response Coefficient”,
(1992) menemukan
Simposium Nasional korelasi yang positif,
sedangkan sembiring
Akuntansi X, AKPM-08,
(2003) dan Sayekti (2006)
Program Ilmu Akuntansi
menemukan korelasi yang
FEUI, 2007 negative. Selanjutnya
haniffa et al (2005) dan
Sembiring (2005) tidak
menemukan korelasi
10

antara leverage dan


pengungkapan CSR.
Faktor-faktor Corporate
Governance juga
dikorelasikan dengan
tingkat pengungkapan
informasi CSR dalam
laporan tahunan
perusahaan. Ukuran dewan
komisaris, ukuran komite
audit, kualitas auditor
eksternal, dan struktur
kepemilikan berkorelasi
dengan pengungkapan
CSR

E. Kerangka Teori dan Konseptual

Dewasa ini, konsep Sustainability Development dan Corporate Social

Responsibility (CSR) sedang berkembang. Perusahaan yang tidak memiliki

kepedulian social dengan lingkungan sekitarnya akan banyak menemui berbagai

kendala. Selain itu globalisasi telah mendorong dan membawa dampak semakin

kompetitifnya persaingan di dunia bisnis.


11

Kini, perusahaan yang peduli akan aktivitas-aktivitas CSR mulai melaporkan

aktivitas tersebut dalam laporan tahunan perusahaan bahkan beberapa perusahaan

ada yang melaporkannya terpisah dari laporan tahunan. Laporan ini

merefleksikan aktivitas CSR dalam proses bisnis perusahaan dan terdiri tidak

hanya dari kinerja ekonomi, namun juga kinerja social dan kinerja lingkungan.

Program CSR Bank Muamalat dilaksanakan melalui lembaga Baitul Maal

Muamalat (BMM) serta disalurkan secara langsung oleh Bank Muamalat.

Beberapa program BMM antara lain: Program KUM3 (Komunitas Usaha

Mikro Muamalat) merupakan program pemberdayaan ekonomi keluarga miskin

di Indonesia dan masjid sebagai basis pembinaannya. Kegiatannya dalam bentuk

pemberian bantuan pinjaman qardh, pembinaan keterampilan usaha, kedisiplinan

ibadah, berinfaq dan menabung. Program ini menjangkau 22 Propinsi di

Indonesia dengan jumlah masjid yang berjumlah 202 masjid sampai akhir 2008.

Peserta pada tahun 2005 mencapai 4.686 peserta, dan dana yang dikelola

mencapai Rp. 8,2 milyar. 6

Dalam menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan perlu

menyiapkan budget khusus untuk kegiatan implementasi CSR. Segala bentuk

penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan dicatat dalam laporan keuangan

perusahaan. Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang disebut

6
Berita Muamalat, Program KUM3 diakses pada 11Februari 2009 dari
http://www.muamalatbank.com/index.php/home/news/muamalat_news/238
12

siklus akuntansi. Laporan keuangan menunjukkan posisi sumber daya yang

dimiliki oleh perusahaan selama satu periode. 7

Bank sebagai lembaga kepercayaan, dalam operasionalnya juga berfungsi

sebagai public service yang berusaha dengan dana masyarakat, sangat perlu

memberikan informasi kepada masyarakat luas terutama mengenai keadaan

keuangannya. Ini sangat terkait dengan tinggi rendahnya kepercayaan yang akan

diberikan masyarakat kepada suatu bank atau sektor perbankan secara

keseluruhan. 8

Rasio keuangan adalah hasil perhitungan antara dua macam data keuangan

bank, yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kedua data keuangan

tersebut yang pada umumnya dinyatakan secara numerik, baik dalam persentase

maupun kali. 9

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku umum, terdapat beberapa rasio yang

wajib dipelihara oleh industri jasa perbankan. Kewajiban tersebut dimaksudkan

agar kondisi keuangan suatu bank dapat terjaga tingkat kesehatannya, disamping

agar senantiasa memperhatikan prinsip kehati-hatian. Kondisi keuangan suatu

bank disorot dari faktor-faktor:

7
Darsono dan Ashari, Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, ,(Yogyakarta:
ANDI, 2004), h. 4
8
Eddie Rinaldy, Membaca Neraca Bank, (Jakarta: CV. Karya Gemilang, 2008), h. 63
9
Slamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management, (Jakarta: LPFEUI, 2006), h. 155
13

1. Capital (permodalan)

Capital Adequecy Ratio (CAR), adalah perbandingan jumlah modal bank

terhadap aktiva tertimbang menurut rasio (ATMR).

2. Asset Quality (kualitas aktiva produktif)

a. Kualitas Aktiva Produktif (KAP), adalah perbandingan jumlah aktiva

produktif yang diklasifikasikan terhadap jumlah aktiva produktif.

b. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

3. Management (manajemen)

4. Earning (pendapatan atau rentabilitas)

a. Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

b. Return on Asset (ROA), adalah perbandingan jumlah laba bersih terhadap

rata-rata volume usaha.

c. Return on Equity (ROE), adalah perbandingan jumlah laba bersih

terhadap jumlah modal sendiri.


14

5. Liquidity (likuiditas). 10

a. Net Call Money, perbandingan jumlah kewajiban bersih pinjaman antar

bank (call money) dalam rupiah terhadap aktiva lancar dalam rupiah.

b. Giro Wajib Minimum (GWM), merupakan kewajiban setiap bank umum

untuk menyimpan dananya dalam bentuk giro pada Bank Indonesia.

c. Finance to Deposit Ratio (FDR), adalah perbandingan jumlah

pembiayaan yang diberikan terhadap dana yang diterima bank.

Kerangka Konsep penelitian digambarkan sebagai berikut:

Rasio keuangan sebelum CSR

Bank menerapkan CSR

Rasio keuangan sesudah CSR

Analisa perbandingan rasio keuangan sebelum dan sesudah CSR

10
Eddie Rinaldy, Membaca Neraca Bank,( Jakarta: CV. Karya Gemilang, 2008), h. 64
15

F. Hipotesis

Peneliti menyimpulkan sementara, bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara rasio keuangan bank muamalat sebelum dan sesudah

menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR), yang berarti CSR

berpengaruh terhadap rasio keuangan bank. Hipotesis tersebut dirumuskan

dengan symbol sebagai berikut:

1. Ho = tidak ada perbedaan yang signifikan antara rasio keuangan bank

sebelum dan sesudah penerapan Corporate Social Responsibility (CSR).

Jadi, CSR tidak berpengaruh terhadap rasio keuangan Bank Muamalat.

2. Ha = ada perbedaan yang signifikan antara antara rasio keuangan bank

sebelum dan sesudah penerapan Corporate Social Responsibility (CSR).

Jadi, CSR berpengaruh terhadap rasio keuangan Bank Muamalat.

G. Sistematika Penulisan

Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah menggunakan

“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2007”


16

Untuk mempermudah penulisan ini, maka disusun sistematika penulisan

yang terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini memuat Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah,

Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat

Penelitian, Review Studi Terdahulu, dan Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini membahas teori CSR yaitu definisi CSR, fungsi dan

tujuan CSR, Prinsip-prinsip CSR, Tahapan penerapan CSR, dan

Penerapan CSR di Indonesia. Selain itu pada bab ini juga akan dibahas

mengenai bank syariah dan Laporan keuangannya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini menguraikan ruang lingkup penelitian, pemilihan sampel,

Metode pengumpulan data, Metode analisis, dan Operasional Variabel

penelitian.

BAB IV ANALISIS TERHADAP DATA PENELITIAN

Pada bab ini menguraikan deskripsi rasio keuangan Bank Muamalat,

hasil analisis uji signifikansi Wilcoxon Match Pairs test, dan analisis

deskriptif komparatif rasio keuangan bank sebelum dan sesudah CSR.


17

BAB V KESIMPULAN

Pada bab ini memuat kesimpulan dari hasil pengolahan data dan saran

dari penulis.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Corporate Social Responsibility (CSR)

1. Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)

The world business council for sustainable development (WBCSD),

mendefinisikan CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan sebagai “continuing

commitment by business to behave ethically and contribute to economic

development while improving the quality of life the workforce as well as the local

community and society at large” yang dapat diartikan sebagai berikut:

”komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi

secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan

peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga

peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas. 1

Versi lain mengenai CSR dilontarkan oleh World Bank yang mengartikan

CSR sebagai: “the commitement of business to contribute to sustainable

economic development working with employees and their representative the local

1
Yusuf Wibisono, Membedah konsep dan aplikasi CSR, (Gresik: Fascho publishing, 2007),

h. 7

18
19

community and society at large to improve quality of life, in ways that are both

good for business and good for development”. 2

Sedangkan dari sisi etimologi CSR kerap diterjemahkan sebagai “tanggung

jawab sosial perusahaan atau tanggung jawab sosial korporasi atau tanggung

tawab sosial dunia usaha. Yusuf wibisono mendefinisikan CSR sebagai tanggung

jawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan untuk berlaku etis,

meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang

mencakup aspek ekonomi sosial dan lingkungan (triple bottom line) dalam

rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Tanggung jawab merupakan suatu prinsip dinamis yang berhubungan dengan

perilaku manusia. Bahkan dengan kekuatan dinamis individu untuk

mempertahankan kualitas keseimbangan dalam masyarakat. Dalam bidang

ekonomi dan bisnis, aksioma tanggung jawab ini dijabarkan menjadi suatu pola

perilaku tertentu. Karena manusia telah menyerahkan suatu tanggung jawab yang

tegas untuk memperbaiki kualitas lingkungan ekonomi dan sosial, maka perilaku

konsumsi seseorang tidak sepenuhnya bergantung pada penghasilan sendiri, ia

juga harus menyadari tingkat penghasilan dan konsumsi berbagai anggota

masyarakat yang lain.

2
Yusuf Wibisono, Membedah konsep dan aplikasi CSR, (Gresik: Fascho publishing, 2007),
h. 8.
20

Allah SWT menetapkan batasan mengenai apa yang bebas dilakukan oleh

manusia dengan membuatnya bertanggung jawab atas semua yang manusia

lakukan. 3 Konsepsi tanggung jawab dalam Islam mempunyai sifat berlapis ganda

dan terfokus pada tingkat mikro (individual) maupun tingkat makro (organisasi

dan sosial) yang kedua-duanya harus dilakukan secara bersama-sama.

Dalam Islam diakui adanya suatu tanggung jawab sosial seperti yang

tercantum dalam QS. Fathir ayat 29:

☺ ⌧

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah dan mendirikan

shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang kami anugerahkan kepada

mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan

perniagaan yang tidak akan merugi”.

Dari ayat di atas dapat dilihat metafora bisnis bahwasanya kebaikan derma

seseorang bukan semata karena berasal dari jumlah yang berlebihan, namun

berasal dari karunia yang Allah SWT telah sediakan untuknya. Dan orang

tersebut harus mengalokasikan dari sebagian harta yang dia miliki, dalam

posisinya sebagai pelaku bisnis untuk investasi sebagai capital. Karena Allah

3
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi & Keuangan Islam
(Ciputat: Kholam Publishing, 2008), h. 308.
21

akan memberikan garansi sebuah balasan di akhirat kepada perdagangan yang

baik.

Karena Islam tidak mengakui keberadaan sebuah usaha sebagai entitas

perusahaan legal yang pemiliknya tidak bertanggung jawab secara pribadi

terhadap berbagai masalah yang diciptakannya. Karena jika suatu usaha

menciptakan masalah, maka pemiliknya harus siap untuk menyelesaikannya.

Beberapa prinsip Islam dalam menjalankan bisnis yang berkaitan dengan CSR: 4

1. Menjaga lingkungan dan melestarikannya (Al Maidah: 32)

2. Upaya untuk menghapus kemiskinan (AL Hasyr: 7)

3. Mendahulukan sesuatu yang bermoral bersih daripada sesuatu yang secara

moral kotor, walaupun mendatangkan keuntungan yang lebih besar (Al

Maidah: 103)

4. Jujur dan amanah (Al Anfal: 27)

2. Fungsi dan Tujuan CSR

a. Fungsi bagi individu karyawan

1) Belajar metode alternatif dalam berbisnis

2) Menghadapi tantangan pengembangan dan bisa berprestasi dalam

lingkungan baru

4
Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing , (Bandung: Mizan,
2006), h. 69.
22

3) Mengembangkan keterampilan yang ada dan keterampilan baru

4) Memperbaiki pengetahuan perusahaan atas komunitas lokal dan

memberi kontribusi bagi komunitas

5) Mendapatkan persepsi baru atas berbisnis

b. Fungsi bagi penerima program

1) Mendapatkan keahlian dan keterampilan profesional yang tidak

dimiliki organisasi atau tidak memiliki dana untuk mengadakannya

2) Mendapat keterampilan manajemen yang membawa pendekatan yang

segar dan kreatif dalam memecahkan masalah

3) Memperoleh pengalaman dari organisasi besar

c. Fungsi bagi perusahaan

1) Memperkaya kapabilitas karyawan yang telah menyelesaikan tugas

bekerjasama dengan komunitas

2) Meningkatkan pengetahuan tentang komunitas lokal

3) Peluang untuk menanamkan bantuan praktis pada komunitas

4) Meningkatkan citra dan profil perusahaan karena para karyawan

menjadi duta besar bagi karyawan


23

Tujuan Program CSR: 5

a. Meminimalisasi resiko sosial

b. Membangun harmonisasi dengan masyarakat

c. Peran aktif dalam memperbaiki masyarakat dengan melibatkan

perusahaan pada masyarakat sekitar

d. Pengembangan bisnis perusahaan

e. Menumbuh kembangkan kepercayaan masyarakat dan mitra bisnis

f. Meningkatkan harapan masyarakat agar perusahaan mengejar sasaran

sosial dan ekonomis

3. Prinsip-Prinsip CSR

Menurut Organization for Economic Cooperation and development

(OECD) pada saat pertemuan para menteri negara-negara anggotanya di Paris

tahun 2000, yang menyepakati pedoman bagi perusahaan multinasional dengan

kebijakan umum tentang prisip-prinsip CSR yaitu 6 :

Memberi kontribusi untuk kemajuan ekonomi, sosial dan lingkungan berdasarkan

pandangan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan

a. Menghormati hak-hak asasi manusia yang dipengaruhi kegiatan yang

dijalankan perusahaan tersebut sejalan dengan kewajiban dan komitmen

pemerintah dan di Negara tempat perusahaan beroperasi

5
Sri subekti, skripsi Konsep dan Strategi CSR PT Takaful Indonesia, 2009 h.23
6
Sri subekti, skripsi Konsep dan Strategi CSR PT Takaful Indonesia, 2009 h.25
24

b. Mendorong pembangunan kapasitas lokal melalui kerjasama yang erat

dengan komunitas lokal, termasuk kepentingan bisnis selain

mengembangkan kegiatan perusahaan di pasar dalam dan luar negeri

c. Mendorong pembentukan tenaga kerja, khususnya melalui penciptaan

kesempatan kerja dan memfasilitasi pelatihan bagi para karyawan

d. Menahan diri untuk tidak mencari atau menerima pembebasan di luar

yang dibenarkan secara hukum yang terkait dengan sosial, lingkungan,

keselamatan kerja, insentif finansial dan isu-isu lain

e. Mendorong dan memegang teguh prinsip-prinsip GCG serta

mengembangkan dan menerapkan praktik tata kelola perusahaan yang

baik

f. Mengembangkan dan menerapkan praktik-praktik system manajemen

yang mengatur diri sendiri secara efektif guna menumbuh kembangkan

relasi saling percaya antara perusahaan dengan masyarakat tempat operasi

perusahaan

g. Mendorong kesadaran pekerja sejalan dengan kebijakan perusahaan

melalui penyebarluasan informasi tentang kebijakan-kebijakan pada

pekerja termasuk melalui program-program pelatihan.


25

4. Tahapan Penerapan CSR

a. Tahap Perencanaan, terdiri atas 3 langkah utama: 7

1) Awareness building, merupakan langkah awal untuk membangun

kesadaran mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen. Upaya

ini dapat dilakukan antara lain melalui: seminar, lokakarya, dll.

2) CSR assessement, merupakan upaya untuk memetakan kondisi

perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan

prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun

struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR yang efektif.

3) CSR manual building. Penyusunan manual CSR dibuat sebagai acuan,

pedoman dan panduan dalam pengelolaan kegiatan-kegiatan sosial

kemasyarakatan yang dilakukan oleh perusahaan. Penyusunan manual

ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan tenaga ahli independen

dari luar perusahaan.

Prinsip dasar yang dapat dijadikan pedoman untuk perencanaan CSR secara

umum antara lain:

1) Menetapkan Visi, merupakan langkah penting dalam penyusunan program

CSR, karena visi merupakan gambaran dari sesuatu yang ingin dicapai pada

masa yang akan datang.

7
Yusuf Wibisono, Membedah konsep dan Aplikasi CSR, (Gresik: Fascho publishing, 2007),
h. 127.
26

2) Memformulasikan Misi, misi mendeskripsikan alasan mengapa perusahaan

perlu melakukan program CSR. Misi mengembangkan harapan pada

karyawan dan mengkomunikasikan pandangan umum dari perusahaan. Misi

menginformasikan tentang perusahaan dan apa yang akan dilakukan oleh

perusahaan untuk program CSR. Misi merupakan cara untuk mencapai visi

yang diinginkan. 8

3) Menetapkan Tujuan, tujuan merupakan hasil akhir atau wujud kongkret dari

sebuah visi. Tujuan merumuskan apa yang akan diselesaikan oleh perusahaan

dan kapan akan diselesaikan dan sebaiknya diukur.

4) Menetapkan Kebijakan, kebijakan perusahaan merupakan pedoman umum

sebagai acuan pelaksanaan program CSR yang akan dijalankan.

5) Merancang Struktur Organisasi, pelaksanaan program CSR dapat ditempatkan

pada posisi yang berbeda pada masing-masing perusahaan. Banyak

perusahaan yang menitipkan program CSR pada struktur eksisting, namun

tidak sedikit pula yang telah membentuk sebuah struktur organisasi yang

secara khusus menangani program CSR. Sebagai kegiatan yang bersifat

strategis, maka idealnya program CSR ditempatkan pada posisi struktur yang

strategis dalam perusahaan. Semakin besar kegiatan yang dikelola tentunya

memerlukan struktur organisasi yang lebih presentatif. Sehingga jelas tujuan

8
Yusuf Wibisono, Membedah konsep dan aplikasi CSR, (Gresik: Fascho publishing, 2007),
h. 133.
27

program CSR yang dijalankan bisa benar fokus, terarah, termonitor dengan

efektif.

6) Menyediakan SDM, keberhasilan pelaksanaan program CSR tidak dapat

dilepaskan dari peranan SDM yang terlibat di dalamnya. SDM merupakan

aset perusahaan yang sangat berharga. SDM merupakan sector penopang

utama dalam pencapaian tujuan perusahaan. Menilai aset SDM tidak cukup

hanya menyebutkan jumlah karyawan, rincian jenjang pendidikan karyawan

dan tingkat kualitas SDM.

7) Membagi Wilayah, agar lebih fokus pada sasaran, perusahaan dapat membuat

pembagian wilayah. Dasar pembagian wilayah ini sangat fleksibel, bisa

berdasarkan lokasi, dampak, jenis, ukuran, atau dana yang disediakan

perusahaan. Pembagian wilayah ini sangat membantu perusahaan untuk

menentukan prioritas pelaksanaan program-program CSR.

8) Mengelola Dana CSR, implementasi program CSR sangat tergantung dari

dana yang disediakan oleh perusahaan. Program yang sangat tidak akan ada

artinya jika tidak didukung oleh pendanaan yang memadai. Yang lebih

penting lagi bila dana telah teralokasikan adalah pengelolaannya.

9) Self Managing Versus Outsourcing, untuk melakukan program CSR,

perusahaan dapat memilih alternartif pengelolaan yaitu dengan melakukan

self managing artinya perusahaan melaksanakan sendiri kegiatan-kegiatan

CSR-nya dengan menugaskan beberapa karyawannya untuk menangani

program CSR atau melalui outsourcing dimana perusahaan dapat meminta


28

bantuan kepada pihak ketiga yang mempunyai kemampuan untuk melakukan

kegiatan yag diperintahkan oleh perusahaan.

10) Evaluasi Program CSR. Setelah implementasi program CSR adalah

mengevaluasi program. Evaluasi bisa dilakukan harian, bulanan, triwulanan

dan semesteran atau tahunan tergantung kebutuhan perusahaan.

b. Implementasi

Perencanaan sebaik apapun tidak akan berarti dan tidak akan berdampak

apapun bila tidak diimplementasikan dengan baik. Akibatnya tujuan CSR secara

keseluruhan tidak akan tercapai, masyarakat tidak akan optimal. Padahal

anggaran yang telah dikucurkan mungkin tidak bisa dibilang kecil. Oleh karena

itu perlu disusun strategi untuk menjalankan rencana yang telah dibuat.

c. Evaluasi

Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara konsisten dari

waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR.

Evaluasi dilakukan dengan meminta pihak indepennden untuk melakukan audit

implementasi atas praktik CSR yang telah dilakukan. Langkah ini tidak terbatas

pada kepatuhan terhadap peraturan dan prosedur operasi standar tapi juga

mencakup pengendalian risiko perusahaan. Evaluasi tersebut dapat membantu

perusahaan untuk memetakan kembali kondisi dan situasi serta pencapaian


29

perusahaan dalam implementasi CSR sehingga dapat mengupayakan perbaikan-

perbaikan yang perlu berdasar rekomendasi yang diberikan.

d. Pelaporan

Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi, baik

untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan

informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Jadi, selain berfungsi untuk

keperluan shareholder juga untuk stakeholder lainnya yang memerlukan.

5. Penerapan CSR di Indonesia

Di antara Negara-negara di Asia, pertumbuhan CSR di Indonesia dapat

dikategorikan sebagai yang terendah. Pada tahun 2005, perusahaan yang

memberikan laporan atas pertanggung jawaban sosial yang telah mereka lakukan

hanya sejumlah 27 perusahaan, perhitungan ini dilakukan oleh Ikatan Akuntan

Indonesia (IAI) yang pada tahun 2005 hingga sekarang menyelenggarakan

Indonesia Sustainability Report Award (ISRA). Penghargaan ini diberikan

kepada perusahaan di Indonesia yang mendaftarkan diri serta membuat laporan

terbaik mengenai aktivitas CSR.

Pada tahun 2007, diadakan perubahan kategori dengan menghilangkan

kategori impressive dan progressive, namun menambahkan penghargaan khusus

berupa commendation for sustainability reporting: first time sustainability


30

report. Sampai dengan ISRA 2007, perusahaan tambang, otomotif, BUMN

mendominasi keikutsertaan perusahaan yang terdaftar dalam ISRA. Perusahaan

yang menerima penghargaan-penghargaan tersebut akan dinilai baik oleh para

pemangku kepentingan, baik internal maupun eksternal 9 .

Di Indonesia, penerapan CSR sejatinya bukan hal yang baru, di luar UUPT

No. 40 Tahun 2007 telah ada beberapa perundang-undangan yang mengatur

CSR, salah satunya Undang-undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha

Milik Negara (BUMN). Hal ini dapat dilihat pada Pasal 2 ayat (1e) yang

menyatakan: Maksud dan Tujuan pendirian BUMN adalah tutur aktif

memberikan bimbinan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah,

koperasi, dan masyarakat.

Program CSR yang diterapkan pada BUMN dikenal dengan istilah Program

Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL). Tujuan diterapkannya PKBL

adalah terjadi peningkatan partisipasi BUMN dalam pemberdayaan potensi dan

kondisi ekonomi, sosial, dan lingkungan masyarakat. Karena itu, fokus PKBL

diarahkan pada pengembangan ekonomi kerakyatan untuk menciptakan

pemerataan pembangunan melalui perluasan kesempatan kerja dan berusaha,

khususnya bagi masyarakat yang berpendapatan rendah dan miskin.

Dalam Undang-undang No. 40 Tahun 2007, CSR diatur dalam Bab V Pasal

74, yang menyatakan:

9
Aplikasi CSR Indonesia, diakses dari www.CSRindo.com
31

(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau

bersangkutan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab

sosial dan lingkungan.

(2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan kewajiban perseroan yang

dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya

dilakukan dengan memperhatikan kepatutuan dan kewajaran.

Sedikitnya ada empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan oleh

perusahaan di Indonesia, yaitu:

1. Keterlibatan langsung.

Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan

menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke

masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan

biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate

secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari tugas pejabat

public relation.

2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan.

Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau

groupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di

perusahaan-perusahaan di negara maju. Biasanya, perusahaan menyediakan

dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur

bagi kegiatan yayasan. Beberapa yayasan yang didirikan perusahaan


32

diantaranya: Yayasan Sampoerna, Yayasan Rio Tinto (perusahaan

pertambangan), Yayasan Dharma Bhakti Astra, Yayasan Sahabat Aqua, GE

Fund.

3. Bermitra dengan pihak lain

Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan

lembaga sosial/lembaga organisasi sosial non pemerintah (ornop), instansi

pemerintah, universitas dan media massa, baik dalam mengelola dana maupun

dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. Beberapa lembaga sosial/ornop yang

bekerjasama dengan perusahaan dalam melaksanakan CSR antara lain: Palang

Merah Indonesia (PMI), Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI),

Dompet Dhuafa; Instansi Pemerintah (Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia/LIPI, Depkes, Depsos, Depdiknas) universitas (UI, ITB, IPB);

media massa (DKK Kompas, Kita Peduli Indosiar).

4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium

Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu

lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan

dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah

perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau

lembaga semacam itu yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang

mendukungnya secara pro aktif mencari mitra kerjasama dari kalangan

lembaga
33

operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati

bersama.

B. Bank Syariah

Pengertian umum bank syariah adalah bank yang dalam menjalankan

usahanya berdasarkan prinsip-prinsip hukum atau syariat Islam dengan mengacu

kepada AlQur’an dan Al Hadis. Berusaha sesuai dengan prinsip syariah Islam

yang dimaksudkan di sini adalah beroperasi mengikuti ketentuan-ketentuan

syariat Islam khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam,

antara lain misalnya dengan menjauhi praktek-praktek yang mengandung unsur-

unsur riba dan melakukan kegiatan investasi atas dasar bagi hasil pembiayaan

perdagangan 10

Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan

pada bunga. Dengan kata lain, bank Islam (Bank Syariah) adalah lembaga

keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya

dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya

disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. 11

10
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, edisi keempat, (Jakarta: lembaga penerbit

UI,2004), h.183

11
Muhammad, Manajemen Pembiyaan Bank Syariah, 2004, h.1
34

1. Bank Umum Syariah

Di Indonesia, UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 tahun

1992 tentang perbankan dan UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah

telah memberikan peluang besar bagi beroperasinya system perbankan syariah,

baik melalui pendirian kantor-kantor bank syariah baru atau konversi dari kantor

pusat bank konvensional (bank syariah tunggal) maupun dengan melakukan dua

system kegiatan usaha perbankan (konvensional dan berdasarkan prinsip syariah)

sekaligus (dual banking system), melalui konversi dari kantor cabang bank

konvensional, pembukaan kantor cabang syariah (baru) dari bank konvensional,

atau melalui peningkatan status dan konversi kantor cabang pembantu bank

konvensional menjadi kantor cabang bank syariah. Undang-undang tersebut telah

dilengkapi pula dengan peraturan-peraturan pelaksanaan yang dituangkan dalam

Perturan Bank Indonesia (PBI).

2. Kegiatan Operasional Bank Syariah

Kegiatan operasional bank syariah dalam penghimpunan dana dan penanaman

dana maupun pemberian jasa-jasa berdasarkan petunjuk pelaksana pembukaan

kantor bank syariah adalah sebagai berikut:


35

a. Penghimpunan dana

penghimpunan dana di bank umum syariah dapat berbentuk giro, tabungan

dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam

penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah.

b. Penyaluran dana

Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk

pembiayaan syariah terbagi ke dalam 4 kategori yang dibedakan berdasarkan

tujuan penggunaannya, yaitu:

1) Pembiayaan dengan prinsip jual beli: pembiayaan murabahah, salam,

istishna’

2) Pembiayaan dengan prinsip sewa: ijarah

3) Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil: pembiayaan musyarakah,

mudharabah

4) Pembiayaan dengan akad pelengkap: hiwalah, rahn, qardh

c. Produk jasa: sharf, ijarah 12

C. Kinerja Bank

Kinerja merupakan keadaan yang harus diinformasikan dan diketahui kepada

pihak-pihak yang mempunyai kepentingan pada suatu perusahaan atau bank

12
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2007), h. 97
36

untuk mengetahui keberhasilan perusahaan atau bank dihubungkan dengan visi

yang diembannya serta memgetahui dampak positif dan negatif dari suatu

kebijakan operasional yang diambil. Penilaian terhadap kinerja bank diperlukan

sebagai koreksi atas kebijakan bahan perencanaan untuk menentukan tingkat

keberhasilan suatu usaha. 13

Laporan keuangan secara periodik dikeluarkan oleh bank biasanya digunakan

sebagai dasar dalam menilai kinerja bank. Tujuan analisa kinerja suatu bank

adalah untuk mengevaluasi proses menuju pencapaian tujuan yang telah

ditentukan oleh manajemen bank walaupun bank tidak dapat merubah kinerja

pada masa lalu, tetapi melalui analisa kinerja keuangan merupakan langkah awal

untuk membuat rencana kerja untuk masa yang akan datang.

Kinerja bank dapat dinilai dengan pendekatan analisa rasio keuangan. Analisa

rasio merupakan suatu tehnik yang digunakan untuk menilai sifat-sifat kegiatan

operasi bank dengan cara mengembangkan ukuran-ukuran kinerja bank. Selain

itu analisa rasio keuangan dapat memberikan petunjuk dan informasi keuangan

mengenai keadaan perusahaan. Untuk mengevaluasi kinerja bank dengan

13
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Keenam, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2002).
37

menggunakan analisa rasio haruslah dilakukan perbandingan dengan rasio-rasio

keuangan bank dalam kelompok yang sama. 14

D. Laporan Keuangan Bank

1. Definisi Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan yang dicapai oleh

suatu perusahaan pada waktu tertentu. Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu

perusahaan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan, maka perlu

adanya laporan keuangan perusahaan. Pengertian laporan keuangan menurut

Munawir adalah 15 :

"Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang

dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau

aktifitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data

atau aktifitas perusahaan tersebut".

Laporan keuangan dapat dijadikan informasi untuk mengetahui kekuatan dan

kelemahan perusahaan yang berguna bagi pengguna laporan keuangan sehingga

dapat mengambil keputusan yang tepat. Jadi dapat disimpulkan bahwa laporan
14
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Keenam, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2002), h. 46
15
Munawir. S, Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat.( Yogyakarta: BPFE, 2002), h.2.
38

keuangan menunjukkan keadaan keuangan perusahaan dimasa lampau dan saat

ini, dapat dijadikan dasar dalam penetapan kebijakan dimasa yang akan datang.

2. Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan

Tujuan utama laporan keuangan adalah menyediakan informasi suatu

perusahaan yang kemudian digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan

dalan mengambil keputusan.

Manfaat dari laporan keuangan menurut Munawir adalah sebagai berikut 16 :

a. Bagi pemilik perusahaan dapat menilai sukses tidaknya manajer dalam

memimpin perusahaannya dan kesuksesannya seorang manajer biasanya

diukur dari laba yang diperoleh perusahaan.

b. Bagi pihak manajemen, berguna untuk menyusun rencana yang lebih baik,

memperbaiki sistem pengawasannya, dan menentukan kebijaksanaan-

kebijaksanaan yang lebih tepat.

c. Bagi investor, dapat mengetahui prospek keuntungan dimasa mendatang

dan perkembangan perusahaan dimasa selanjutnya, untuk mengetahui

jaminan investasinya dan untuk mengetahui kondisi kinerja atau kondisi

keuangan jangka pendek perusahaan tersebut.

16
Munawir. S, Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat.( Yogyakarta: BPFE, 2002), h.2.
39

d. Bagi kreditur, dapat mengetahui pcnentuan kebijaksanann penanaman

modalnya, apakah perusahaan mempunyai prospek yang cukup baik dan

akan diperoleh keuntungan atau “rate of return" yang cukup baik.

e. Bagi pemerintah, untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung

oleh perusahaan.

3. Laporan Keuangan Bank

Laporan keuangan bank sama saja dengan laporan keuangan perusahaan

lainnya. Neraca bank memperlihatkan gambaran posisi keuangan suatu bank

pada suatu saat tertentu. Ikhtisar laba rugi memperlihatkan hasil kegiatan atau

operasional suatu bank selama periode tertentu. Ikhtisar perubahan posisi

keuangan memperlihatkan darimana saja sumber pendanaan bank dan kemana

saja dana yang telah diserapnya disalurkan. Laporan perubahan posisi keuangan

ini disusun dari neraca pada dua periode (tanggal) dan ikhtisar laba rugi selama

periode yang dilaporkan.

Laporan keuangan bank berdasarkan PSAK. 31 (revisi 2000) terdiri atas :

a. Neraca

b. Laporan laba rugi

c. Laporan arus kas

d. Laporan perubahan ekuitas


40

e. Catatan atas laporan keuangan

a. Neraca

Neraca bank sama halnya dengan neraca perusahaan, yaitu memuat

kekayaan (aset atau aktiva), kewajiban dan modal bank. Sama sebagaimana

halnya dengan neraca perusahaan, neraca bank juga merupakan persamaan

dari:

Total Aset = Kewajiban + Modal

Menurut Sinungan, neraca atau balance sheet adalah 17 :

"Suatu gambaran dari laporan keuangan bank yang mengemukakan

perbandingan yang seimbang antara harta benda milik atau kekayaan bank

dengan semua kewajiban, utang dan modalnya".

Pendapat Dahlan Siamat mengenai neraca bank. yaitu neraca bank

menggambarkan sumber-sumber dana dan penggunaan dana bank. Bank

mendapat dana dengan cara menerima simpanan giro, tabungan dan deposito

berjangka kemudian mengalokasikannya dengan memberi pinjaman atau

membeli surat-surat berharga. Bank memperoleh pendapatan dari bunga kredit

17
Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank. Edisi Kedua. (Jakarta: Bumi Aksara,
2001), h. 186
41

atau surat-surat berharga. Agar bank mendapatkan marjin, maka tingkat bunga

kredit harus lebih tinggi dari biaya yang dibayarkan kepada pemilik dana. 18

Sementara dana masyarakat merupakan sumber utama dana bank terutama

dalam bentuk giro, tabungan dan deposito berjangka. Neraca harus disusun

secara sistematis, sehingga dapat memberikan gambaran mengenai posisi

keuangan perusahaan pada suatu saat tertentu. Sehingga bank menyajikan aktiva

dan kewajiban dalam neraca berdasarkan karakteristiknya dan disusun

berdasarkan uraian likuiditasnya.

b. Laporan laba rugi

Bank menyajikan laporan laba rugi dengan mengelompokkan pendapatan dan

beban menurut karakteristiknya dan disusun dalam bentuk berjenjang yang

menggambarkan pendapatan atau beban yang berasal dari kegiatan utama bank dan

kegiatan lain.

18
Dahlan Siamat , Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi Keempat, (Jakarta: Badan Penerbit
FEUI, 2004), h. 93.
42

c. Laporan arus kas

Laporan arus kas harus disusun berdasarkan konsep kas selama periode

laporan. Laporan ini harus menunjukkan semua aspek penting dari kegiatan bank

tanpa memandang apakah transaksi tersebut berpengaruh langsung pada kas.

d. Laporan perubahan ekuitas

Laporan perubahan ekuitas menyajikan peningkatan dan penurunan aktiva

bersih atau kekayaan bank selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip

pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan

keuangan.

e. Catatan atas laporan keuangan

Bank harus mengungkapkan hal-hal yang wajib diungkapkan dalam

catatan atas laporan keuangan dan mengungkapkan posisi devisa netto menurut

jenis mata uang serta aklivitas-aktivitas lain seperti kegiatan wali amanat,

penitipan dana dan penyaluran kredit pengelolaan.

4. Laporan Keuangan Bank Syariah

Selayaknya organisasi, bank syariah juga harus menyusun laporan

keuangan pada akhir periode akuntansinya. Menurut PSAK No. 59 (2002)


43

laporan keuangan bank syariah yang lengkap terdiri atas komponen-komponen

sebagai berikut: 19

a. Neraca

b. Laporan laba rugi

c. Laporan arus kas

d. Laporan perubahan ekuitas

e. Laporan perubahan dana investasi terkait

f. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat, infaq dan shadaqah

g. Laporan sumber dan penggunaan dana Qardhul hasan

h. Catatan atas laporan keuangan

Laporan-laporan tersebut harus diterbitkan dalam bentuk laporan

komparatif yang paling tidak mencakup laporan keuangan periode sebelumnya,

yang bisa dibandingkan. Metode penyajian dan pengungkapan pada laporan

keuangan yang diterbitkan harus memungkinkan para pemakai untuk

membedakan antara perubahan sebenarnya di dalam posisi keuangan bank, hasil-

hasil operasinya, cash flow-nya, investasi terbatas yang dikelola oleh bank,

sumber-sumber dan penggunaan dana qard, dan perubahan akuntansi selama

periode yang dicakup oleh laporan keuangan.

19
Slamet Wiyono, Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah berdasar PSAK
dan PAPSI, ( Jakarta: Grasindo, 2005), , 2006 h.164.
44

5. Rasio Keuangan

Rasio keuangan adalah hasil perhitungan antara dua macam data

keuangan bank, yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kedua data

keuangan tersebut yang pada umumnya dinyatakan secara numerik, baik dalam

presentase atau kali. Hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk mengukur

kinerja keuangan bank pada periode tertentu, dan dapat dijadikan tolak ukur

untuk menilai tingkat kesehatan bank selama periode keuangan tersebut20 .

a. Rasio Profitabilitas

Adalah perbandingan laba (setelah pajak) dengan modal (modal inti) atau

laba (sebelum pajak) dengan total aset yang dimiliki bank pada periode tertentu.

1) Return on equity (ROE): adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan

perbandingan antara laba (setelah pajak) dengan modal (modal inti). Rasio ini

menunjukkan tingkat % (persentase) yang dapat dihasilkan. Rumus:

2) Return on asset (ROA): adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan

perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total aset bank. Rasio ini

menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank

yang bersangkutan. Rumus:

20
Slamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management, ( Jakarta: LPFEUI, 2006), h. 155
45

3) Biaya operasional pendapatan operasional (BOPO)

Adalah rasio perbandingan antara biaya operasiona dengan pendapatan

operasional. Semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja

manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber

daya yang ada di perusahaan. Rumus:

b. Rasio Perbaikan Asset, terdiri dari:

Non Performing Finance (NPF) gross: adalah perbandingan antara jumlah

kredit yang diberikan dengan tingkat kolektibilitas 3 sampai 5 dibandingkan

dengan total kredit yang diberikan oleh bank.

Rumus:
46

Besarnya NPF yang diperbolehkan oleh Bank Indonesia saat ini adalah

maksimal 5%. Jika melebihi 5% maka akan mempengaruhi penilaian tingkat

kesehatan bank yang bersangkutan, yaitu akan mengurangi nilai/skor yang

diperoleh bank tersebut. Semakin besar tingkat NPF ini menunjukkan bahwa

bank tersebut tidak profesional dalam pengelaolaan kreditnya, sekaligus

memberikan indikasi bahwa tingkat resiko atas pemberian kredit pada bank

tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya NPL yang dihadapi bank.

c. Rasio Kehati-Hatian

Dalam rangka penerapan prudential banking (prinsip kehati-hatian) dalam

pengelolaan bank, Bank Indonesia telah memberikan batasan-batasan yang harus

dilaksanakan oleh setiap bank yang melakukan kegiatan usaha perbankannya di

Indonesia. Yang termasuk dalam rasio kehati-hatian adalah sebagai berikut:

Capital adequacy ratio (CAR): yaitu rasio kewajiban pemenuhan modal

minimum yang harus dimiliki oleh bank. Untuk saat ini minimal CAR sebesar

8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), atau ditambah resiko pasar

dan resiko operasional, ini tergantung pada kondisi bank yang bersangkutan.

CAR yang ditetapkan Bank Indonesia ini mengacu pada ketentuan/standar

internasional yang dikeluarkan oleh Banking for International Settlement (BIS).


47

Rumus:

d. Rasio likuiditas

Suatu bank dikatakan likuid apabila bank bersangkutan dapat memenuhi

kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua depositonya, serta

dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan.

Rasio likuiditas ini dilakukan untuk menganalisis kemampuan bank dalam

memenuhi kewajiban-kewajiban tersebut. Dalam penelitian ini rasio likuiditas

yang digunakan adalah Financing to deposit ratio (FDR).

Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara seluruh jumlah

pembiayaan yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank atau total

dana pihak ketiga (DPK). Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan

bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah

menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para

debiturnya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya. Rasio

ini dapat dirumuskan sebagai berikut:


48
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan membahas mengenai perbandingan rasio-rasio

keuangan Bank Muamalat sebelum dan sesudah penerapan CSR.

B. Pemilihan Sampel

Data sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari ikhtisar

laporan keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk periode tahun 2000-2009.

C. Metode Pengumpulan Data

Didalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data yang dibutuhkan

dengan menggunakan studi kepustakaan (library research) dan semua

dokumentasi berupa data-data keuangan yang dipublikasi. Selain itu, peneliti

juga melakukan observasi ke lembaga Muamalat Institute sebagai lembaga

penyedia data-data yang berkaitan dengan operasional Bank Muamalat.

48
49

D. Metode Analisis Data

Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan rumusan-rumusan

untuk menentukan variabel-variabel penelitian. Rumus yang digunakan adalah

sebagai berikut;

1. Menghitung Rasio-Rasio, diantaranya:

a. Return On Equity (ROE): adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan

perbandingan antara laba (setelah pajak) dengan modal (modal inti). Rasio

ini menunjukkan tingkat %(persentase) yang dapat dihasilkan. Rumus:

b. Return On Asset (ROA): adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan

perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total asset bank. Rasio

ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan asset yang dilakukan oleh

bank yang bersangkutan. Rumus:

c. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)


50

Adalah rasio perbandingan antara biaya operasiona dengan pendapatan

operasional. Semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik

kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam

menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan. Rumus:

d. Non Performing Finance (NPF) gross: adalah perbandingan antara

jumlah kredit yang diberikan dengan tingkat kolektibilitas 3 sampai 5

dibandingkan dengan total kredit yang diberikan oleh bank. Rumus:

e. Capital Adequacy Ratio (CAR): yaitu rasio kewajiban pemenuhan modal

minimum yang harus dimiliki oleh bank. Untuk saat ini minimal CAR

sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), atau

ditambah resiko pasar dan resiko operasional, ini tergantung pada kondisi

bank yang bersangkutan. CAR yang ditetapkan Bank Indonesia ini

mengacu pada ketentuan/standar internasional yang dikeluarkan oleh

Banking for International Settlement (BIS).


51

Rumus:

f. Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara seluruh jumlah

pembiayaan yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank

atau total Dana Pihak Ketiga (DPK). Rasio ini digunakan untuk

mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban

kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-

kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi

rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya. Rasio ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

2. Uji Statistik

Pengujian hipotesa untuk membandingkan rasio ROA, ROE, CAR, FDR,

NPF, dan BOPO, pada saat sebelum dan sesudah penerapan Corporate Social

Responsibility (CSR) pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk dengan alat uji

nonparametric menggunakan:

a. Wilcoxon Test
52

Uji wilcoxon digunakan untuk menganalisis hasil-hasil pengamatan yang

berpasangan dari dua data apakah berbeda atau tidak. Wilcoxon signed

Rank test ini digunakan hanya untuk data bertipe interval atau ratio,

namun datanya tidak mengikuti distribusi normal.

Hipotesis yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Ho : d = 0, nilai sebelum diterapkan CSR tidak berbeda secara nyata

dengan nilai sesudah diterapkan CSR.

H1 : d ≠ 0, nilai sebelum diterapkan CSR berbeda secara nyata dengan

nilai sesudah diterapkannya CSR.

Dengan d menunjukkan selisih nilai antara kedua perlakuan.

Statistik Uji:

Dimana :

N = banyak data yang berubah setelah diberi perlakuan berbeda

T = jumlah ranking dari nilai selisih yng negatif (apabila banyaknya

selisih yang positif lebih banyak dari banyaknya selisih negatif)

= jumlah ranking dari nilai selisih yang positif (apabila banyaknya selisih

yang negatif > banyaknya selisih yang positif)


53

Pengambilan keputusan:

Berdasarkan perbandingan nilai Z hitung dan Z tabel:

• jika statistik hitung (angka z output) > statistik tabel (tabel z), maka Ho

ditolak

•jika statistik hitung (angka z output) < statistik tabel (tabel z), maka Ho

diterima

Dari output didapatkan nilai z hitung, sedangkan z tabel bisa dihitung pada

tabel z, dengan α = 5% dan uji dua sisi (5% dibagi 2 menjadi 2,5%), maka

luas kurva normal adalah 50% - 2,5% = 47,5% atau 0,475. Pada tabel z

untuk luas 0,475 didapat angka z tabel sekitar 1,96

Berdasarkan probabilitas (prob):

• jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima

• jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak

Daerah kritis:

H0 ditolak jika nilai absolute dari Z hitung diatas > nilai Z 2 / α

Perhatikan pengujian pada kasus ini menggunakan uji dua sisi, karena

yang dicari adalah apakah ada perbedaan nilai karena perbedaan setelah

diterapkannya CSR, bukan ingin mengetahui cara mana yang lebih bagus dalam

menaikkan nilai.
54

Akan tetapi, pada penelitian ini pengujian dilakukan dengan

menggunakan program SPSS 16 pada α 5%.

Daerah Kritis : H0 ditolak jika nilai asymp sig < nilai α

E. Operasional Variabel Penelitian

Adapun variabel operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. ROA (Return on Asset)

2. ROE (Return on Equity)

3. CAR (Capital Adequacy Ratio)

4. FDR (Finance to Deposit Ratio)


55

5. NPF (Non Performing Financing)

6. BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional)


BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian


1. Sejarah Singkat CSR

Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) kepada masyarakat bermula di

Amerika Serikat, yaitu zaman permulaan perkembangan perusahaan besar di

akhir abad ke-19. Saat itu, perusahaan-perusahaan besar menyalahgunakan kuasa

mereka dalam hal diskriminasi harga, menahan buruh dan perilaku lainnya yang

meyalahi moral kemanusiaan. Ini menyebabkan protes masyarakat dan sebagai

akibatnya pemerintah melakukan perubahan peraturan perusahaan untuk

mengatasi masalah tersebut. Fase kedua evolusi tanggung jawab sosial

perusahaan tercetus pada tahun 1930-an yang diikuti gelombang resesi dunia

secara besar-besaran yang mengakibatkan pengangguran dan banyak perusahaan

bangkrut. Pada masa ini dunia berhadapan dengan kekurangan modal untuk input

produksinya. Buruh terpaksa berhenti bekerja, pengangguran sangat meluas dan

merugikan pekerjanya. Saat itu timbul ketidakpuasan terhadap sikap perusahaan

yang tidak bertanggung jawab terhadap pekerjanya. 1

1
Fajar Nursahid, Tanggung Jawab Sosial BUMN: Analisis terhadap Model
kedermawanan Sosial PT Krakatau Steel, PT pertamina dan PT telekomunikasi Indonesia
(Depok: Piramedia, 2006), h. 14-15.

56
57

Gema CSR semakin terasa pada tahun 1950-an. Pada waktu itu,

persoalan-persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang semula terabaikan

mulai mendapatkan perhatian yang lebih luas dari berbagai kalangan. Beberapa

kalangan bahkan menyebutkan bahwa saat inilah era modern dari CSR dimulai.

Awal pembahasan CSR dimulai pada tahun 1953. Berdasarkan literatur

dan penelitian terdahulu, Howard R. Bowen dipercaya sebagai peneliti yang

mengawali pembahasan tentang CSR secara ilmiah lewat karyanya yang berjudul

“Social Responsibility of The Businessman”. Dalam karyanya itu, Bowen

mengemukakan bahwa CSR adalah’…obligation of businessman to persue those

policies, to make those decision or to follow those lines of action which are

desinable in term of the objectives and values of our society (Bowen,1953)

Sejak karya Bowen mengenai CSR muncul pada tahun 1950an banyak

peneliti yang berusaha untuk memberikan definisi yang lebih formal mengenai

CSR. David (1971) mengutarakan Iron Law of Responsibility yang mengatakan

bahwa “in the long run, those who don’t use power in a way that society

considers to be responsible will tend to have their power taken from them”. Yang

intinya adalah tanggung jawab social perusahaan berbanding lurus dengan power

(kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut). 2

2
Yusuf Wibisono, Membedah konsep dan aplikasi CSR, (Gresik: Fascho publishing,

2007)
58

Dengan kata lain, semakin besar power yang dimiliki perusahaan maka

harapan stakeholder terhadap pelaksanaan CSR perusahaan tersebut juga akan

semakin besar. Oleh sebab itu, perusahaan yang tidak menggunakan

kekuasaannya dengan cara yang disetujui oleh masyarakat, maka perusahaan

tersebut akan kehilangan kekuasaannya. Selain itu juga David memberi cara

pandang dari sudut yang berbeda, ia menggunakan istilah corporate atau

perusahaan pada masa kini. McGuire, dalam penelitiannya memberi istilah

corporate citizenship yang menyatakan “the idea of social responsibilities

supposes that the corporation has not only economic and legal obligations but

also certain responsibilities to society which extent beyond theire obligations”.

Dengan kata lain, kewajiban perusahaan tidak hanya terbatas pada profit

ekonomi dan legalitas usaha, tapi perusahaan juga harus bertanggung jawab pada

seluruh permasalahan sosial kemasyarakatan lainnya. Oleh karena itu perusahaan

harus bertindak dan berkelakuan “baik” sebagaimana warga negara yang baik

pula. 3

Dalam pandangan McGuire, perusahaan dianggap sebagai warga negara.

Pembahasan yang signifikan sehubungan dengan konsep profit people and planet

yang disingkat 3P disumbangkan oleh Elkington (2005) yang dituangkan dalam

bukunya yang berjudul “cannibal with forks, the triple bottom line of twentieth

3
McGuire, Jean B, dan Alison Sundgreen, Thomas Schneeweis, CSR and firm financial
performance, academy of management journal, 1988. Vol. 31, no. 4.
59

century business”. Pendapat dari Elkington sebenarnya hampir sama dengan

pendapat Thurow, namun Elkington menyebutkan faktor-faktor yang harus

diperhatikan perusahaan dalam menjalankan CSR. 4

Pertumbuhan dari konsep CSR dari waktu ke waktu tidaklah berjalan

semulus itu. Terdapat beberapa golongan yang tidak setuju dengan pengadaan

aktivitas CSR pada perusahaan. Pandangan ini mengatakan bahwa masalah sosial

bukanlah tujuan utama dari berhasil atau tidaknya sebuah bisnis. Preston dan

O’bannon berpendapat bahwa golongan tersebut mengatakan bahwa CSR akan

mengurangi maksimalisasi laba karena biaya yang akan digunakan untuk

melakukan investasi membutuhkan modal awal yang besar, dengan mengurangi

biaya untuk melakukan investasi maka akan mengurangi kemampuan perusahaan

untuk bersaing dalam alokasi biaya yang dapat diinvestasikan. 5

Sejalan bergulirnya wacana tentang kepedulian lingkungan, kegiatan

kedermawanan perusahaan segera berkembang dalam kemasan philanthropy

serta Community Development (CD). Pada dasawarsa ini, terjadi perpindahan

penekanan dari fasilitasi dan dukungan pada sektor-sektor produktif ke arah

4
Elkington, j and Thorpe j, cannibal with forks the triple bottom line of 21th century
business, 2005
5
O’bannon, D.P and L.E Preston, The corporate social financial performance

relationship: a tipology and analysis, paper and presented at the 1993.


60

sektor-sektor sosial. Di era 1980-an semakin banyak perusahaan yang menggeser

konsep filantropisnya ke arah Community Development. Kegiatan kedermawanan

berkembang ke arah pemberdayaan masyarakat. Dasawarsa 1990-an adalah

dasawarsa yang diwarnai dengan beragam pendekatan, seperti pendekatan

integral, pendekatan stakeholder maupun pendekatan civil society. Pada tataran

global, tahun 2000 dibentuk Global Compact oleh sekjen PBB, Kofi Annan, yang

bertujuan menyusun perilaku standar korporasi global. Ada 10 aturan Global

compact, mencakup soal HAM, bisnis harus menghormati HAM, standar

perburuhan, lingkungan hidup dan anti korupsi. 6

2. Gambaran Umum PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412

H atau 1 November 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan

pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawal 1412 H

atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan

Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank

Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen

pembelian saham perseroan senilai Rp 84 Milyar pada saat penandatanganan akta

pendirian perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian

6
Khudori, Korporasi dan tanggung Jawab Sosial, dalam Amin widjaja tunggal, ed.,
Corporate Social Responsibility (Jakarta: Harvarinddo, 2008), h. 165.
61

tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa

Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 Milyar.

Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank

Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini

semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan

terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus

dikembangkan.

Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang

memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor

perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank

Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet

(NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar.

Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga

modal setor awal.

Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari

pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development

Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21

Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank

Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan

masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat.


62

Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari

rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh

kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta

ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.

Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari

keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh

anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat kemudian

menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada (i) tidak

mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, (ii) tidak

melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal

pemangkasan biaya, tidak memotong hak Kru Muamalat sedikitpun, (iii)

pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas

utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru, (iv) peletakan landasan

usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama

di tahun kedua, dan (v) pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan

menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank

Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya, yang akhirnya membawa Bank kita,

dengan rahmat Allah Rabbul Izzati, ke era pertumbuhan baru memasuki tahun

2004 dan seterusnya.


63

Saat ini Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 2,5 juta

nasabah melalui 275 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan

BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos Online/SOPP

di seluruh Indonesia, 32.000 ATM, serta 95.000 merchant debet. BMI saat ini

juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang luar

negeri, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk meningkatkan aksesibilitas

nasabah di Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan Malaysia Electronic

Payment System (MEPS) sehingga layanan BMI dapat diakses di lebih dari 2000

ATM di Malaysia. Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank muamalat

berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya comply

terhadap syariah, namun juga kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga

pelosok nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa,

lembaga nasional dan internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari 70

award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun Terakhir. Penghargaan

yang diterima antara lain sebagai Best Islamic Bank in Indonesia 2009 oleh

Islamic Finance News (Kuala Lumpur), sebagai Best Islamic Financial

Institution in Indonesia 2009 oleh Global Finance (New York) serta sebagai The

Best Islamic Finance House in Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia

(Hong Kong). 7

7
Profil Bank Muamalat diakses dari
http://www.muamalatbank.com/index.php/home/about/profile
64

Visi:

Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual,

dikagumi di pasar rasional.

Misi:

Menjadi ROLE MODEL Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan

penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi

investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi stakeholder. 8

Konsep dan Implementasi CSR Bank Muamalat

Sebagai suatu lembaga keuangan Islam, Bank Muamalat selalu

melaksanakan tanggung jawab sosialnya dengan sangat serius dan tetap

berkomitmen untuk mendukung masyarakat lokal di mana bank beroperasi.

Program CSR Bank Muamalat dilaksanakan melalui lembaga Baitul Maal

Muamalat (BMM) serta disalurkan secara langsung oleh Bank Muamalat. Porsi

dana yang digunakan untuk CSR adalah sebesar 73% dari dana ZIS (Zakat,

Infaq, Sedekah) dari BMM dan sisanya sebsar 27% berasal dari dana Bank

Muamalat. Beberapa program BMM antara lain: Program KUM3 (Komunitas

Usaha Mikro Muamalat) merupakan program pemberdayaan ekonomi

8
Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia diakses dari
http://www.muamalatbank.com/index.php/home/about/visi_misi
65

keluarga miskin di Indonesia dan masjid sebagai basis pembinaannya.

Kegiatannya dalam bentuk pemberian bantuan pinjaman qardh, pembianaan

keterampilan usaha, kedisiplinan ibadah, berinfaq dan menabung. Program ini

menjangkau 22 Propinsi di Indonesia dengan jumlah masjid yang berjumlah 202

masjid sampai akhir 2008. Peserta pada tahun 2005 mencapai 4.686 peserta, dan

dana yang dikelola mencapai Rp. 8,2 milyar. 9 Pada tahun 2005 Bank Muamalat

menganggarkan dana sebesar Rp 200 Milyar untuk kegiatan sosial bersama

BMM (Baitul Mal Muamalat). Sepanjang tahun 2006 Bank Muamalat bersama

BMM telah menyalurkan dana sebesar Rp 450 juta untuk dana kemanusiaan.

Tahun 2007 Bank Muamalat bersama BMM menyalurkan dana kemanusiaan

sebesar Rp 9,6 Milyar untuk bantuan pendidikan dan korban bencana alam. Pada

tahun 2008, selain melalui BMM, Bank muamalat juga menyalurkan dana CSR

secara langsung sebesar Rp 2,14 Milyar untuk bantuan pendidikan, kesehatan,

dan dakwah Islam. Pada tahun 2009 program kemanusiaan yang telah disalurkan

Bank Muamalat bersama BMM adalah sebesar Rp 21 Milyar yang terdiri dari

program bantuan kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi umat.

Program CSR melalui Baitul Mal Muamalat ini terlihat seperti jalan

sendiri, tanpa ada keterlibatan penuh dari para stakeholder bank syariah

(pemegang saham, manajer, karyawan, dan nasabah). Sehingga yang terjadi

9
Berita Muamalat, “Program KUM3” diakses pada 11Februari 2009 dari
http://www.muamalatbank.com/index.php/home/news/muamalat_news/238
66

adalah sebagian maysarakat masih ada yang menilai bahwa bank syariah tidak

peduli dengan kegiatan sosial dalam lingkungannya. Karena kegiatan CSR

berbeda dengan kegiatan amal biasa (philanthropy), maka diperlukan komitmen

kerjasama seluruh stakeholder secara langsung dan kontinuitas dalam

pelaksanaannya. Besarnya dana yang digunakan untuk CSR dalam BMM tidak

tetap jumlah nominalnya. Padahal, dalam peraturan kementerian BUMN

dijelaskan bahwa besarnya dana program Lingkungan (BL) adalah sebesar 2%

dari laba bersih perusahaan. Yang terjadi dalam BMM adalah dana yang

disalurkan untuk kegiatan sosial bersumber dari dana ZIS (zakat, infaq,

sedekah).

B. Analisa Rasio Keuangan


Laporan keuangan yang telah diaudit akuntan publik
merupakan sumber informasi yang sangat penting bagi investor
dalam melakukan analisa fundamental. Laporan keuangan
menggambarkan aspek-aspek fundamental perusahaan yang
bersifat kuantitatif. Laporan keuangan tersebut dianalisis dengan
diterapkannya Corporate Social Responsibility (CSR) kemudian
dibandingkan bagaimana nilai-nilai rasio keuangan antara
sebelum dan sesudah diterapkannya CSR. Berikut ini hasil
perhitungan rasio-rasio keuangan sebelum dan sesudah
menerapkan CSR:
67

Tabel 1.
Rasio Keuangan Tahun 2000-2009
RASIO-RASIO (%)
TAHUN
ROA ROE CAR FDR NPF BOPO
2000 0.63 8.15 8.95 97.9 19.34 98
2001 4.01 36.86 9.02 88.5 6.18 88.03
2002 1.85 15.52 9.64 84.2 4.92 87.07
2003 1.33 8.81 13.04 76.97 3.15 89.77
2004 1.8 15.49 12.17 86.03 2.99 86.7
2005 2.53 18.1 16.33 89.08 2.8 81.59
2006 2.1 21.99 14.56 83.6 5.76 84.69
2007 2.27 23.24 10.79 99.16 2.96 82.75
2008 2.6 33.14 11.44 104.41 4.33 78.94
2009 0.45 8.03 11.15 85.82 4.73 95.5

Sumber: Ikhtisar Laporan keuangan Bank Muamalat

Dari tabel di atas dapat dilihat ada batas garis tebal antara
tahun 2004 dan 2005. Hal ini dikarenakan Bank Muamalat sudah
mulai menerapkan program CSR pada tahun 2005. Jadi, rasio-
rasio keuangan sebelum CSR dimulai dari tahun 2000 s/d tahun
2004 dan rasio-rasio sesudah CSR dari tahun 2005 s/d tahun
2009. Grafik di bawah ini akan lebih memperjelas pergerakan
rasio-rasio keuangan Bank Muamalat tahun 2000-2009.
68

Grafik 1
Rasio Keuangan Tahun 2000-2009

1. Return on Asset (ROA)

Tabel 2.
ROA Sebelum dan Sesudah CSR
ROA (%)
SEBELUM SESUDAH
0.63 2.53
4.01 2.1
1.85 2.27
1.33 2.6
1.8 0.45

ROA menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan dari setiap satu rupiah aset yang digunakan. Dengan mengetahui

rasio ini, kita bisa menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan

aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. 10 Untuk menilai kinerja, ROA

10
Darsono dan Ashari, Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, (Yogyakarta:
ANDI, 2005), h.78
69

akan dibandingkan dengan rata-rata suku bunga atau tingkat kembalian pada

industri yang sama. Pada tabel di atas dapat dikatakan bahwa Bank Muamalat

lebih efisien dalam mengelola aktivanya setelah menerapkan CSR, hal ini dapat

dibuktikan dengan pergerakan ROA sesudah CSR lebih stabil daripada sebelum

CSR.

Grafik 2.

ROA Sebelum dan Sesudah CSR

Dari grafik di atas, dapat dilihat tingkat ROA yang paling tinggi adalah pada

tahun 2001 yaitu sebesar 4,01% sedangkan tingkat ROA yang paling rendah

terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 0,45%. Pada tahun 2009 laba yang

diperoleh Bank Muamalat mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan

pembiayaan relative tidak meningkat. Penurunan ini merupakan konsekuensi

logis dari ekspansi bisnis dan beban pencadangan.


70

Output 1.
Uji Wilcoxon Match Pairs Test
Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

sesudah - sebelum Negative Ranks 2a 4.00 8.00

Positive Ranks 3b 2.33 7.00

Ties 0c

Total 5

a. sesudah < sebelum

b. sesudah > sebelum

c. sesudah = sebelum

Dari output tersebut diperoleh:

1. Negative Ranks atau selisih antara variabel ‘sebelum’ dan ‘sesudah’ yang

negatif sebanyak 2 observasi atau dengan kata lain terdapat 2 observasi pada

variabel ‘sesudah’ yang kurang dari observasi pada variabel ‘sebelum’. Dan

rata-rata rangkingnya = 4.00 dengan jumlah rangking negatif = 8.00.

2. Positive Ranks atau selisih variabel ‘sebelum’ dan ‘sesudah’ yang positif

sebanyak 3 observasi atau dengan kata lain terdapat 3 observasi pada variabel

‘sesudah’ yang lebih dari observasi pada variabel ‘sebelum’ dengan rata-rata

rangkingnya = 2.33 dan jumlah rangking positif = 7.00.

3. Ties atau tidak ada perbedaan antara variabel ‘sebelum’ dan ‘sesudah’

sebanyak 0 observasi.
71

Karena jumlah rangking negatif lebih besar daripada jumlah ranking

positif maka nilai T yang digunakan adalah jumlah rangking yang positif.

Output 2.
Nilai Statistik Uji
Test Statisticsb

sesudah –
sebelum

Z -.135a

Asymp. Sig. (2-tailed) .893

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Oleh karena nilai asymp sig = 0,893 > α =0,05 maka Ho diterima yang berarti

bahwa tidak ada perbedaan secara nyata antara ROA sebelum dan sesudah

CSR .

2. Return on Equity (ROE)


Tabel 3.
ROE Sebelum dan Sesudah CSR

ROE (%)
SEBELUM SESUDAH
8.15 18.1
36.86 21.99
15.52 23.24
8.81 33.14
15.49 8.03
72

Rasio ini berguna untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan

oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik. 11 Berdasarkan tabel di

atas, dapat disimpulkan bahwa Bank Muamalat dapat memberikan tingkat

kembalian yang lebih tinggi setelah CSR. Hal ini dapat dilihat dari besarnya ROE

sesudah CSR lebih tinggi dan stabil daripada sebelum CSR.

Grafik 3

ROE Sebelum dan Sesudah CSR

Dari grafik 3 di atas, dapat dilihat bahwa tingkat ROE yang paling tinggi terjadi pada

tahun 2001 yaitu sebesar 36,86% dan tingkat ROE terendah terjadi pada tahun 2009

yaitu sebesar 8,03%,. Pada tahun 2009 juga terdapat penurunan tingkat ROE karena

penurunan laba operasional perusahaan, yang disebabkan ekspansi bisnis dan beban

pencadangan.

11
Darsono dan Ashari, Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, (Yogyakarta:
ANDI, 2005), h.79
73

Output 3.
Uji Wilcoxon Match Pairs Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

sesudah - sebelum Negative Ranks 2a 2.50 5.00

Positive Ranks 3b 3.33 10.00

Ties 0c

Total 5

a. sesudah < sebelum

b. sesudah > sebelum

c. sesudah = sebelum

Dari output tersebut diperoleh:

1. Negative Ranks atau selisih antara variabel ‘sebelum’ dan ‘sesudah’ yang

negatif sebanyak 2 observasi atau dengan kata lain terdapat 2 observasi pada

variabel ‘sesudah’ yang kurang dari observasi pada variabel ‘sebelum’. Dan

rata-rata rangkingnya = 2.50 dengan jumlah rangking negatif = 5.00

2. Positive Ranks atau selisih variabel ‘sebelum’ dan ‘sesudah’ yang positif

sebanyak 3 observasi atau dengan kata lain terdapat 3 observasi pada variabel

‘sesudah’ yang lebih dari observasi pada variabel ‘sebelum’ dengan rata-rata

rangkingnya = 3.33 dan jumlah rangking positif = 10.00.

3. Ties atau tidak ada perbedaan antara variabel ‘sebelum’ dan ‘sesudah’

sebanyak 0 observasi.
74

Karena jumlah rangking negatif lebih kecil daripada jumlah ranking

positif maka nilai T yang digunakan adalah jumlah rangking yang negatif.

Output 4.
Nilai Statistik Uji

Test Statisticsb

sesudah -
sebelum

Z -.674a

Asymp. Sig. (2-tailed) .500

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Oleh karena nilai asymp sig = 0,500 > α =0,05 maka Ho diterima yang

berarti bahwa tidak ada perbedaan secara nyata antara ROE sebelum dan

sesudah CSR .

3. Capital Adequacy Ratio (CAR)


Tabel 4.
CAR Sebelum dan Sesudah CSR

CAR (%)
SEBELUM SESUDAH
8.95 16.33
9.02 14.56
9.64 10.79
13.04 11.44
12.17 11.15
75

CAR merupakan indikator dari kecukupan modal suatu bank, yang

bertujuan untuk menjaga kelangsungan usaha dalam jangka panjang

(solvabilitas). 12 Dengan melihat tabel di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa

ketersediaan modal sesudah Bank Muamalat menerapkan CSR cenderung

mengalami penurunan, walaupun bank ini masih tergolong ‘sehat’ karena CAR

nya masih di atas 8%. Tingkat CAR yang tertingi terjadi pada tahun pertama

sesudah Bank Muamalat menerapkan CSR.

Grafik 4.

CAR Sebelum dan Sesudah CSR

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa tingkat CAR yang paling tinggi terjadi pada

tahun 2005 yaitu sebesar 16,33% sedangkan yang paling rendah terjadi pada tahun

2000 yaitu sebesar 8,95%. Pada tahun 2005 Bank Muamalat berhasil meyakinkan

investor timut tengah untuk menanamkan modalnya. Terbukti adanya peningkatan

12
Eddie Rinaldy, Membaca Neraca Bank, (Jakarta: Indonesia Legal Center Publishing,
2008), h.65.
76

jumlah modal sebesar 50,07% karena adanya program Hak Memesan Efek Terlebih

Dahulu (HEMTD) kepada para investor asing. Pada tahun 2005 terkumpul dana

sebesar Rp356 Milyar dari investor Timur Tengah.

Output 5.
Uji Wilcoxon Match Pairs Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

sesudah - sebelum Negative Ranks 2a 2.00 4.00

Positive Ranks 3b 3.67 11.00

Ties 0c

Total 5

a. sesudah < sebelum

b. sesudah > sebelum

c. sesudah = sebelum

Dari output tersebut diperoleh:

1. Negative Ranks atau selisih antara variabel ‘sebelum’ dan ‘sesudah’ yang

negatif sebanyak 2 observasi atau dengan kata lain terdapat 2 observasi pada

variabel ‘sesudah’ yang kurang dari observasi pada variabel ‘sebelum’. Dan

rata-rata rangkingnya = 2.00 dengan jumlah rangking negatif = 4.00

2. Positive Ranks atau selisih variabel ‘sebelum’ dan ‘sesudah’ yang positif

sebanyak 3 observasi atau dengan kata lain terdapat 3 observasi pada variabel
77

‘sesudah’ yang lebih dari observasi pada variabel ‘sebelum’ dengan rata-rata

rangkingnya = 3.67 dan jumlah rangking positif = 11.00.

3. Ties atau tidak ada perbedaan antara variabel ‘sebelum’ dan ‘sesudah’

sebanyak 0 observasi.

Karena jumlah rangking negatif lebih kecil daripada jumlah ranking

positif maka nilai T yang digunakan adalah jumlah rangking yang negatif.

Output 6.
Nilai Statistik Uji

Test Statisticsb

sesudah -
sebelum

Z -.944a

Asymp. Sig. (2-tailed) .345

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Oleh karena nilai asymp sig = 0,345 > α =0,05 maka Ho diterima yang

berarti bahwa tidak ada perbedaan secara nyata antara CAR sebelum dan

sesudah CSR .
78

4. Finance Deposit to Ratio (FDR)

Tabel 5.
FDR Sebelum dan Sesudah CSR

FDR (%)
SEBELUM SESUDAH
97.9 89.08
88.5 83.6
84.2 99.16
76.97 104.41
86.03 85.82

FDR atau LDR pada bank konvensional, adalah perbandingan jumlah

kredit yang diberikan terhadap dana yang diterima bank. Berdasarkan rasio ini

dapat diketahui sejauh mana usaha pihak manajemen melakukan perpencaran

dalam penempatan dananya, yaitu besaran yang disalurkan dalam bentuk

pemberian kredit atau pembiayaan dan yang ditanamkan dalam bentuk

penanaman dana lainnya. Perpencaran ini sangat penting, karena hasil dan bobot

resikonya berbeda 13 . Maksimal FDR yang diperkenankan oleh Bank Indonesia

adalah sebesar 110%. Semakin mendekati angka 100% berarti fungsi

intermediasi bank tersebut sudah baik. FDR dapat dijadikan tolak ukur kinerja

perbankan sebagai lembaga intermediasi, yaitu lembaga yang menghubungkan

antara pihak yang kelebihan dana (Unit Surplus of Funds) dengan pihak yang

13
Eddie Rinaldy, Membaca Neraca Bank, (Jakarta: Indonesia Legal Center Publishing,
2008), h.69
79

membutuhkan dana (Unit Deficit of Funds) 14 . Berdasarkan tabel 5 di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa fungsi Bank Muamalat sebagai lembaga intermediasi

sangat baik sesudah menerapkan CSR. Dapat dibuktikan dengan tingkat FDR

sesudah CSR relatif lebih tinggi daripada FDR sebelum CSR.

Grafik 5

FDR Sebelum dan Sesudah CSR

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa tingkat FDR yang paling tinggi terjadi pada

tahun 2008 yaitu sebesar 104,41%, sedangkan yang paling rendah terjadi pada tahun

2006 yaitu sebesar 83,6%. Pada tahun 2008 jumlah pembiayaan yang disalurkan lebih

besar daripada total DPK yang berhasil dihimpun Bank Muamalat. Hal ini

dikarenakan sebagian besar pembiayaan yang disalurkan berupa dana sosial untuk

korban bencana alam.

14
Selamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management, (Jakarta: LPFEUI, 2006), h.
166.
80

Output 7.
Uji Wilcoxon Match Pairs Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

sesudah – sebelum Negative Ranks 3a 2.00 6.00

Positive Ranks 2b 4.50 9.00


c
Ties 0

Total 5

a. sesudah < sebelum

b. sesudah > sebelum

c. sesudah = sebelum

Dari output tersebut diperoleh:

1. Negative Ranks atau selisih antara variabel ‘sebelum’ dan ‘sesudah’ yang

negatif sebanyak 3 observasi atau dengan kata lain terdapat 3 observasi pada

variabel ‘sesudah’ yang kurang dari observasi pada variabel ‘sebelum’. Dan

rata-rata rangkingnya = 2.00 dengan jumlah rangking negatif = 6.00

2. Positive Ranks atau selisih variabel ‘sebelum’ dan ‘sesudah’ yang positif

sebanyak 2 observasi atau dengan kata lain terdapat 2 observasi pada variabel

‘sesudah’ yang lebih dari observasi pada variabel ‘sebelum’ dengan rata-rata

rangkingnya = 4.50 dan jumlah rangking positif = 9.00.

3. Ties atau tidak ada perbedaan antara variabel ‘sebelum’ dan ‘sesudah’

sebanyak 0 observasi.
81

Karena jumlah rangking negatif lebih kecil daripada jumlah ranking

positif maka nilai T yang digunakan adalah jumlah rangking yang negatif.

Output 8.
Nilai Statistik Uji

Test Statisticsb

sesudah -
sebelum

Z -.405a

Asymp. Sig. (2-tailed) .686

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Oleh karena nilai asymp sig = 0,686 > α =0,05 maka Ho diterima yang berarti

bahwa tidak ada perbedaan secara nyata antara FDR sebelum dan sesudah

CSR .

5. Non Performing Finance (NPF)

Tabel 6.

NPF Sebelum dan Sesudah CSR

NPF (%)
SEBELUM SESUDAH
19.34 2.8
6.18 5.76
4.92 2.96
3.15 4.33
2.99 4.73
82

Besarnya NPF atau NPL pada bank konvensional, yang diperbolehkan

oleh Bank Indonesia saat ini adalah maksimal 5%. Jika melebihi 5% maka akan

mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank yang bersangkutan. Semakin

besar tingkat NPF atau NPL menunjukkan bahwa bank tersebut tidak profesional

dalam pengelolaan kreditnya, sekaligus memberikan indikasi bahwa tingkat

resiko atas pemberian kredit pada bank tersebut cukup tinggi searah dengan

tingginya NPF yang dihadapi bank. 15 Dengan melihat tabel di atas, kita dapat

mengetahui bahwa NPF sesudah CSR cenderung naik, namun masih stabil.

Tingkat NPF yang paling tinggi terjadi pada tahun 2000 yaitu sebesar 19,34%.

Dengan menerapkan CSR Bank Muamalat dapat lebih mengontrol alokasi

pemberian kreditnya.

Grafik 6.

NPF Sebelum dan Sesudah CSR

15
Selamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management, (Jakarta: LPFEUI, 2006), h.
161.
83

Dari grafik di atas dapat dilihat dengan jelas bahhwa tingkat NPF tertinggi terjadi

pada tahun 2000 yaitu sebesar 19,34%, sedangkan yang paling rendah terjadi pada

tahun 2005 yaitu sebesar 2,8%. Pada tahun 2000, terjadi krisis ekonomi yang melanda

Indonesia, oleh karena itu, terjadi banyak pembiayaan yang bermasalah. Hal ini

mengakibatkan besarnya jumlah kredit macet.

Output 9.
Uji Wilcoxon Match Pairs Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

sesudah – sebelum Negative Ranks 3a 3.33 10.00

Positive Ranks 2b 2.50 5.00

Ties 0c

Total 5

a. sesudah < sebelum

b. sesudah > sebelum

c. sesudah = sebelum

Dari output tersebut diperoleh:

1. Negative Ranks atau selisih antara variabel ‘sebelum’ dan ‘sesudah’ yang

negatif sebanyak 3 observasi atau dengan kata lain terdapat 3 observasi pada

variabel ‘sesudah’ yang kurang dari observasi pada variabel ‘sebelum’. Dan

rata-rata rangkingnya = 3.33 dengan jumlah rangking negatif = 10.00.

2. Positive Ranks atau selisih variabel ‘sebelum’ dan ‘sesudah’ yang positif

sebanyak 2observasi atau dengan kata lain terdapat 2 observasi pada variabel
84

‘sesudah’ yang lebih dari observasi pada variabel ‘sebelum’ dengan rata-rata

rangkingnya = 2.50 dan jumlah rangking positif = 5.00.

3. Ties atau tidak ada perbedaan antara variabel ‘sebelum’ dan ‘sesudah’

sebanyak 0 observasi.

Karena jumlah rangking negatif lebih besar daripada jumlah ranking

positif maka nilai T yang digunakan adalah jumlah rangking yang positif.

Output 10.
Nilai Statistik Uji

Test Statisticsb

sesudah -
sebelum

Z -.674a

Asymp. Sig. (2-tailed) .500

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Oleh karena nilai asymp sig = 0,500 > α =0,05 maka Ho diterima yang berarti

bahwa tidak ada perbedaan secara nyata antara NPF sebelum dan sesudah

CSR .
85

6. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)

Tabel 7.

BOPO Sebelum dan Sesudah CSR

BOPO (%)
SEBELUM SESUDAH
98 81.59
88.03 84.69
87.07 82.75
89.77 78.94
86.7 95.5

Dengan rasio ini dapat diketahui tingkat efisiensi kinerja manajemen

suatu bank, jika angka rasio menunjukkan di atas 90% dan mendekati 100%, ini

berarti bahwa kinerja bank tersebut menunjukkan tingkat efisiensi yang sangat

rendah. Tetapi jika rasio ini rendah, misalnya mendekati 75%, ini berarti kinerja

bank yang bersangkutan menunjukkan tingkat efisiensi yang tinggi.16 Dari hasil

pengamatan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa tingkat efisiensi Bank

Muamalat sebelum dan sesudah CSR tergolong rendah, karena rasio BOPO

menunjukkan angka yang mendekati 90%.

16
Selamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management, (Jakarta: LPFEUI, 2006), h.
159.
86

Grafik 7.

BOPO Sebelum dan Sesudah CSR

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa tingkat BOPO tertinggi terjadi pada tahun

2000 yaitu sebesar 98%, sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 2008 yaitu

sebesar 78,94%. Pada tahun 2000 terjadi biaya Operasional yang lebih besar daripada

pendapatan operasional yang diperoleh Bank. Hal ini disebabkan karena adanya krisis

ekonomi di Indonesia.
87

Output 11.
Uji Wilcoxon Match Pairs Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

sesudah - sebelum Negative Ranks 4a 3.00 12.00

Positive Ranks 1b 3.00 3.00

Ties 0c

Total 5

a. sesudah < sebelum

b. sesudah > sebelum

c. sesudah = sebelum

Dari output tersebut diperoleh:

1. Negative Ranks atau selisih antara variabel ‘sebelum’ dan ‘sesudah’ yang

negatif sebanyak 4 observasi atau dengan kata lain terdapat 4 observasi pada

variabel ‘sesudah’ yang kurang dari observasi pada variabel ‘sebelum’. Dan

rata-rata rangkingnya = 3.00 dengan jumlah rangking negatif = 12.00.

2. Positive Ranks atau selisih variabel ‘sebelum’ dan ‘sesudah’ yang positif

sebanyak 1 observasi atau dengan kata lain terdapat 1 observasi pada variabel

‘sesudah’ yang lebih dari observasi pada variabel ‘sebelum’ dengan rata-rata

rangkingnya = 3.00 dan jumlah rangking positif = 3.00.

3. Ties atau tidak ada perbedaan antara variabel ‘sebelum’ dan ‘sesudah’

sebanyak 0 observasi.
88

Karena jumlah rangking negatif lebih besar daripada jumlah ranking

positif maka nilai T yang digunakan adalah jumlah rangking yang positif.

Output 12.
Nilai Statistik Uji

Test Statisticsb

sesudah -
sebelum

Z -1.214a

Asymp. Sig. (2-tailed) .225

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Oleh karena nilai asymp sig = 0,225 > α =0,05 maka Ho diterima yang berarti

bahwa tidak ada perbedaan secara nyata antara BOPO sebelum dan

sesudah CSR .
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pengujian hipotesa maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Bank Muamalat menyalurkan dana CSR nya melalui salah satu anak

perusahaannya yaitu Baitul Mal Muamalat (BMM). Dana yang digunakan

diambil dari dana ZIS (zakat, Infaq, Sedekah) sebesar 73% dari BMM dan

27% dari dana Bank Muamalat.

2. Rasio Keuangan Bank Sebelum dan Sesudah Menerapkan CSR:

a. Bank Muamalat lebih efisien dalam mengelola aktivanya setelah

menerapkan CSR, hal ini dapat dibuktikan dengan pergerakan ROA

sesudah CSR lebih stabil daripada sebelum CSR.

b. Bank Muamalat dapat memberikan tingkat kembalian yang lebih

tinggi setelah CSR. Hal ini dapat dilihat dari besarnya ROE sesudah

CSR lebih tinggi dan stabil daripada sebelum CSR.

c. ketersediaan modal sesudah Bank Muamalat menerapkan CSR

cenderung mengalami penurunan, walaupun bank ini masih tergolong

‘sehat’ karena CAR nya masih di atas 8%. Tingkat CAR yang tertingi

terjadi pada tahun pertama sesudah Bank Muamalat menerapkan CSR.

89
90

d. bahwa fungsi Bank Muamalat sebagai lembaga intermediasi sangat

baik sesudah menerapkan CSR. Dapat dibuktikan dengan tingkat FDR

sesudah CSR relatif lebih tinggi daripada FDR sebelum CSR.

e. NPF sesudah CSR cenderung naik, namun masih stabil. Tingkat NPF

yang paling tinggi terjadi pada tahun 2000 yaitu sebesar 19,34%.

Dengan menerapkan CSR Bank Muamalat dapat lebih mengontrol

alokasi pemberian kreditnya.

f. tingkat efisiensi Bank Muamalat sebelum dan sesudah CSR tergolong

rendah, karena rasio BOPO menunjukkan angka yang mendekati 90%.

3. Berdasarkan hasil uji hipotesa dengan Wilcoxon Pairs test dapat

disimpulkan bahwa CSR tidak memberikan pengaruh secara nyata pada

rasio keuangan Bank Muamalat, karena hasil output SPSS menunjukkan

semua Ho diterima (nilai asymp sig > nilai α) yang berarti bahwa tidak ada

perbedaan secara nyata rasio keuangan Bank Muamalat sebelum dan

Sesudah CSR. Walaupun demikian, bukan berarti CSR tidak mempunyai

pengaruh sama sekali terhadap rasio keuangan bank, karena terbukti

adanya pergerakan rasio keuangan pada tiap tahunnya. Ini berarti CSR

hanya sebagai salah satu factor kecil yang mempengaruhi pergerakan

rasio keuangan.
91

B. Saran

Karena hasil pengujian hipotesis menyatakan bahwa CSR tidak

berpengaruh secara nyata terhadap rasio keuangan Bank Muamalat, maka tidak

ada alasan lagi bahwa CSR hanya menambah beban suatu perusahaan saja. Tidak

hanya bank syariah, program CSR diwajibkan bagi seluruh perusahaan apapun,

sesuai dengan UU yang berlaku. CSR merupakan wujud kepedulian sesama

manusia, oleh karena itu, sebaiknya setiap perusahaan menganggarkan dana

perusahaannya untuk kegiatan sosial yang dapat meningkatkan kesejahteraan

hidup masyarakat serta dapat meningkatkan rasa kepedulian terhadap lingkungan.


DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an dan terjemahan, Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2007.

Daniri, Mas Achmad , Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapan dalam

konteks Indonesia, Jakarta: PT. Ray Indonesia, 2006.

Darsono dan Ashari, Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, Yogyakarta:

ANDI, 2004.

Elkington, j and Thorpe j, cannibal with forks the triple bottom line of 21th century

business, 2005.

Gandhi, Dyah Virgoana, Creating Value Through Corporate Social Responsibility

melalui Pemberdayaan UMKM, makalah bidang moneter SESPIBI angkatan

XXVI, Jakarta, 2004.

Hendrik, Budi Untung. 2008. Corporate Social Responsibility, Jakarta:Sinar Grafika.

Hidayatullah Jakarta, 2007.

Juhandi, Nendi. Manajemen Keuangan. Jakarta: Pelangi Nusantara, 2007.

Kartajaya, Hermawan dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing, Bandung:

Mizan, 2006.

92
93

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Keenam, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2002.

Khudori, Korporasi dan tanggung Jawab Sosial, dalam Amin widjaja tunggal, ed.,

Corporate Social Responsibility, Jakarta: Harvarinddo, 2008.

Kiroyan, Noke, Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility:

Adakah kaitan diantara keduanya, Edisi III, Economic Business Accounting

Review, 2006.

McGuire, Jean B, dan Alison Sundgreen, Thomas Schneeweis, CSR and firm

financial performance, academy of management journal, 1988. Vol. 31, no.

4.

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPPAMPYKPN,

2005.

Munawir. S, Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat.Yogyakarta: BPFE, 2002.

Nazir, Moh., Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.

Nursahid, Fajar, Tanggung Jawab Sosial BUMN: Analisis terhadap Model

kedermawanan Sosial PT Krakatau Steel, PT pertamina dan PT

telekomunikasi Indonesia, Depok: Piramedia, 2006.

O’bannon, D.P and L.E Preston, The corporate social financial performance

relationship: a tipology and analysis, paper and presented at the 1993.


94

Qardhawi,Yusuf, Islam Agama ramah lingkungan, Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2002.

Rinaldy, Eddie, Membaca Neraca Bank, CV. Jakarta: Karya Gemilang, ,2008.

Riyadi, Slamet, Banking Assets and Liability Management, Jakarta: LPFEUI, 2006.

Rochaety, Ety dkk., Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS, Jakarta:

Mitra Wacana Media, 2009.

Sayekti, Yosefa dan Ludovicus Sensi Wondobio, “Pengaruh CSR Disclosure

Terhadap Earning Response Coefficient”, Simposium Nasional Akuntansi X,

AKPM-08, Program Ilmu Akuntansi FEUI, 2007.

Siamat, Dahlan, Manajemen Lembaga Keuangan, edisi keempat, Jakarta: lembaga

penerbit UI, 2004.

Sinungan, Muchdarsyah, Manajemen Dana Bank. Edisi Kedua. Jakarta: Bumi

Aksara, 2001.

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: CV. Alfabeta, 2008.

Suma, Muhammad Amin, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi & Keuangan

Islam, Ciputat: Kholam Publishing, 2008.

Sunaryo, Sri subekti, Skripsi Konsep dan Strategi CSR PT takaful Indonesia, 2009,

Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2007.


95

Wibisono, Yusuf, Membedah konsep dan aplikasi CSR, Gresik: Fascho publishing,

2007.

Wiyono, Slamet, Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah berdasar

PSAK dan PAPSI, Jakarta: Grasindo, , 2005.

Sumber dari Website:

Alihozi, Strategi CSR Bank Syariah, artikel diakses pada 11 februari 2009 dari

http://alihozi77.blogspot.com.

Aplikasi CSR Indonesia, diakses dari www.CSRindo.com

Berita Muamalat, Program KUM3 diakses pada 11Februari 2009 dari

http://www.muamalatbank.com/index.php/home/news/muamalat_

news/238

Profil Bank Muamalat, diakses dari

http://www.muamalatbank.com/index.php/home/about/profile

Visi dan Misi Bank Muamalat, diakses dari

http://www.muamalatbank.com/index.php/about/visi_misi
LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Rasio-Rasio Keuangan 2000 -2009

Tabel 1.
Rasio Keuangan Tahun 2000-2009

RASIO-RASIO (%)
TAHUN
ROA ROE CAR FDR NPF BOPO
2000 0.63 8.15 8.95 97.9 19.34 98
2001 4.01 36.86 9.02 88.5 6.18 88.03
2002 1.85 15.52 9.64 84.2 4.92 87.07
2003 1.33 8.81 13.04 76.97 3.15 89.77
2004 1.8 15.49 12.17 86.03 2.99 86.7
2005 2.53 18.1 16.33 89.08 2.8 81.59
2006 2.1 21.99 14.56 83.6 5.76 84.69
2007 2.27 23.24 10.79 99.16 2.96 82.75
2008 2.6 33.14 11.44 104.41 4.33 78.94
2009 0.45 8.03 11.15 85.82 4.73 95.5

96
97

Tabel 2.
ROA Sebelum dan Sesudah CSR
ROA
SEBELUM SESUDAH
0,63 2,53
4,01 2,1
1,85 2,27
1,33 2,6
1,8 0,45
Tabel 3.
ROE Sebelum dan Sesudah CSR
ROE
SEBELUM SESUDAH
8.15 18.1
36.86 21.99
15.52 23.24
8.81 33.14
15.49 8.03

Tabel 4.
CAR Sebelum dan Sesudah CSR

CAR
SEBELUM SESUDAH
8.95 16.33
9.02 14.56
9.64 10.79
13.04 11.44
12.17 11.15
98

Tabel 5.
FDR Sebelum dan Sesudah CSR

FDR
SEBELUM SESUDAH
97.9 89.08
88.5 83.6
84.2 99.16
76.97 104.41
86.03 85.82

Tabel 6.

NPF Sebelum dan Sesudah CSR

NPF
SEBELUM SESUDAH
19.34 2.8
6.18 5.76
4.92 2.96
3.15 4.33
2.99 4.73
99

Tabel 7.

BOPO Sebelum dan Sesudah CSR

BOPO
SEBELUM SESUDAH
98 81.59
88.03 84.69
87.07 82.75
89.77 78.94
86.7 95.5

Lampiran 2. Grafik Rasio-Rasio Keuangan 2000 – 2009

Grafik 1
Rasio Keuangan Tahun 2000-2009
100

Grafik 2.

ROA Sebelum dan Sesudah CSR

Grafik 3

ROE Sebelum dan Sesudah CSR


101

Grafik 4.
CAR Sebelum dan Sesudah CSR

Grafik 5

FDR Sebelum dan Sesudah CSR


102

Grafik 6.

NPF Sebelum dan Sesudah CSR

Grafik 7.

BOPO Sebelum dan Sesudah CSR


103

Lampiran 3. Hasil Output SPSS

Output 1.
Uji Wilcoxon Match Pairs Test (ROA)
Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

sesudah - sebelum Negative Ranks 2a 4.00 8.00

Positive Ranks 3b 2.33 7.00

Ties 0c

Total 5

a. sesudah < sebelum


b. sesudah > sebelum
c. sesudah = sebelum

Output 2.
Nilai Statistik Uji (ROA)
Test Statisticsb

sesudah -
sebelum

Z -.135a
Asymp. Sig. (2-
.893
tailed)

a. Based on positive ranks.


b. Wilcoxon Signed Ranks Test
104

Output 3.
Uji Wilcoxon Match Pairs Test (ROE)

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

sesudah - sebelum Negative Ranks 2a 2.50 5.00

Positive Ranks 3b 3.33 10.00

Ties 0c

Total 5

a. sesudah < sebelum


b. sesudah > sebelum
c. sesudah = sebelum

Output 4.
Nilai Statistik Uji (ROE)

Test Statisticsb

sesudah -
sebelum

Z -.674a
Asymp. Sig. (2-
.500
tailed)

a. Based on negative ranks.


b. Wilcoxon Signed Ranks Test
105

Output 5.
Uji Wilcoxon Match Pairs Test (CAR)

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

sesudah - sebelum Negative Ranks 2a 2.00 4.00

Positive Ranks 3b 3.67 11.00

Ties 0c

Total 5

a. sesudah < sebelum


b. sesudah > sebelum
c. sesudah = sebelum

Output 6.
Nilai Statistik Uji (CAR)

Test Statisticsb

sesudah -
sebelum

Z -.944a
Asymp. Sig. (2-
.345
tailed)

a. Based on negative ranks.


b. Wilcoxon Signed Ranks Test
106

Output 7.
Uji Wilcoxon Match Pairs Test (FDR)

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

sesudah - sebelum Negative Ranks 3a 2.00 6.00

Positive Ranks 2b 4.50 9.00

Ties 0c

Total 5

a. sesudah < sebelum


b. sesudah > sebelum
c. sesudah = sebelum

Output 8.
Nilai Statistik Uji (FDR)

Test Statisticsb

sesudah -
sebelum

Z -.405a
Asymp. Sig. (2-
.686
tailed)

a. Based on negative ranks.


b. Wilcoxon Signed Ranks Test
107

Output 9.
Uji Wilcoxon Match Pairs Test (NPF)

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

sesudah - sebelum Negative Ranks 3a 3.33 10.00

Positive Ranks 2b 2.50 5.00

Ties 0c

Total 5

a. sesudah < sebelum


b. sesudah > sebelum
c. sesudah = sebelum

Output 10.
Nilai Statistik Uji (NPF)

Test Statisticsb

sesudah -
sebelum

Z -.674a
Asymp. Sig. (2-
.500
tailed)

a. Based on positive ranks.


b. Wilcoxon Signed Ranks Test
108

Test Statisticsb

sesudah -
sebelum

Z -.674a
Asymp. Sig. (2-
.500
tailed)

a. Based on positive ranks.

Output 11.
Uji Wilcoxon Match Pairs Test (BOPO)

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

sesudah - sebelum Negative Ranks 4a 3.00 12.00

Positive Ranks 1b 3.00 3.00

Ties 0c

Total 5

a. sesudah < sebelum


b. sesudah > sebelum
c. sesudah = sebelum
109

Output 12.
Nilai Statistik Uji (BOPO)

Test Statisticsb

sesudah -
sebelum

Z -1.214a
Asymp. Sig. (2-
.225
tailed)

a. Based on positive ranks.


b. Wilcoxon Signed Ranks Test
110

Lampiran 4. Tabel Perhitungan Rasio Keuangan


111
112
113

Anda mungkin juga menyukai