Anda di halaman 1dari 10

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT AKIBAT KERJA

MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PERAWAT

Disusun Oleh

Putri Tsaniatussa’ada (P07120118038)


Lusiana Novitasari
Galuh Prabaningrum
Jumiati Yaroliah
Aulia Rahmawati
Ariska Kurnia Dewi
Intan Dwita Safitri (P07120118039)
Ika Nur Nugrahaeni (P07120118047)

PRODI DIII KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,
alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja ( faktor fisik, faktor kimia, faktor
biologis, faktor fisiologis atau ergonomi, faktor psikologis ), oleh karena itu penyakit
akibat kerja merupakan penyakit artefisial atau sering disebut manmade diseases. 1,2
Upaya dalam mencegah timbul PAK yang disebabkan oleh pekerjaan maka perlu adanya
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja atau biasa disebut K3 agar para pekerja
merasa nyaman saat sedang bekerja dan dapat terhindar dari PAK.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu program yang didasari
pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard)
dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan maupun kerugian-kerugian lainnya
yang mungkin akan terjadi. Kesehatan kerja merupakan bagian dari ilmu kesehatan yang
bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik,
mental maupun sosial sehingga memungkinkan bekerja secara optimal.
Kesehatan kerja juga diatur dalam Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 tentang
kesehatan pasal 23 mengenai kesehatan kerja dijelaskan bahwa upaya kesehatan kerja
pada setiap tempat kerja khususnya tempat kerja yang berisiko terjadinya suatu bahaya
kesehatan yang cukup besar bagi para tenaga kerja supaya dapat bekerja secara sehat
tanpa membahayakan dirinya sendiri atau orang yang ada di sekelilingnya.
Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah diidentifikasi sebagai
sebuah lingkungan di mana terdapat aktivitas yang berkaitan dengan ergonomi antara lain
mengangkat, mendorong, menarik, menjangkau, membawa benda, dan dalam hal
penanganan pasien. Petugas kesehatan, terutama yang bertanggung jawab untuk
perawatan pasien, memiliki potensi bahaya lebih rentan yang dapat menyebabkan
gangguan muskuloskeletal dibandingkan berbagai bidang lainnya. (OSHA, 2013)
Gangguan muskuloskeletal merupakan masalah penting terutama dalam industri
rumah sakit. Gangguan tersebut paling banyak diderita oleh perawat. Dengan adanya
gangguan tersebut akan meningkatkan pengeluaran biaya oleh rumah sakit. Biaya yang
dikeluarkan berupa biaya pengobatan perawat yang sakit maupun biaya yang hilang
akibat perawat yang mangkir atau tidak masuk kerja karena menderita gangguan tersebut
(Setyawati, 2017).
Fenomena yang terjadi pada saat ini adalah masih kurangnya pengetahuan yang
dimiliki tenaga kesehatan, khususnya perawat berkaitan dengan pekerjaan patient
handling seperti, tehnik mendorong/menarik, membawa, memutar, menahan, dan
mengangkat/menurunkan pasien. Kurangnya pengetahuan perawat tentang tehnik tersebut
dapat mengakibatkan cedera pada tulang belakang.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu diketahui faktorfaktor yang dapat
mempengaruhi keluhan gangguan muskuloskeletal pada perawat.

2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
BAB II

ISI

1. Penyakit Akibat Kerja


a. Pengertian Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja. Factor risiko PAK anatara lain : Golongan fisik, Kimiawi, Biologis
atau psikososial di tempat kerja. Factor tersebut di dalam lingkungan kerja merupakan
penyebab yang pokok dan menentukan terjadinya penyakit akibat kerja. Faktor lain
seperti kerentanan individual juga berperan dalam perkembangan penyakit antara
pekerja yang terpajan.
b. Penyebab akibat kerja
Di tempat kerja terdapat factor-faktor yang menjadi sebab penyakit akibat kerja
sebagai berikut (Waldron, 1990;Levy,1900;Suma’mur,1979):
a. Golongan fisik
a. Suara yang biasa menyebabkan pekak atau tuli
b. Radiasi dapat berupa radiasi pengion dan non pengion, radiasi pengion,
misalnya berasal dari bahan-bahan radioaktif yang menyebabkan penyakit
antara lain penyakit-penyakit system darah dan kulit, sedangkan radiasi
non pengion, misalnya, radiaso elektromagnetik yang berasal dari
peralatan yang menggunakan listrik. Radiasi sinar inframerah bisa
mengakibatkan katarak pada lensa, sedangkan sinar ultraviolet menjadi
sebab conjunctivitis photo-electria
c. Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heat stroke heat cramps atau
hyperpysia, sedangkan suhu rendah menimbulkan antara lain frostbite.
d. Tekanan yang tinggi menyebabkan caisson disease
e. Penerangan lampu yang kurang baik, misalnya menyebabkan kelainan
kepada indra penglihatan atau kesilauan yang memudahkan terjadinya
kecelakaan
b. Golongan Kimiawi, yaitu
a. Debu yang menyebabkan pnemokoniosis, diantaranya silicosis, bisinosis,
asbestosis dll
b. Uap yang diantaranya menyebabkan metal fume fever dermatitis, atau
keracunan
c. Gas, misalnya keracunan oleh CO, H2S dan lain lain
d. Larutan yang dapat menyebabkan dermatitis
e. Awan atau kabut, misalnya racun serangga, racun jamur dan lain-lain yang
dapat menimbulkan keracunan
c. Golongan infeksi, misalnya oleh bakteri, virus, parasite maupiun jamur
d. Golongan fisiologis, yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan kostruksi
mesin, sikap badan kurang baik, salah cara menimbulkan oekerjaan dan lain-
lain yang semuanya menimbulkan kelelahan fisik, bahkan lambat laun
perubahan fisik tubuh perkerja
e. Golongan mental-psikologis, yaitu stress psikologis dan depresi
2. Musculoskeletal Disorders (MSDs)
a. Definisi
Muskuloskeletal disorder adalah gangguan pada bagian otot skeletal yang
disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus
dalam jangka waktu yang lama dan akan menyebabkan keluhan berupa kerusakan
pada sendi, ligamen, dan tendon.
Musculoskeletal Disorders (MSDs) merupakan keluhan yang dirasakan sebagai
akibat dari kumpulam benturan kecil meupun besar yang terakumulasi secara terus
menerus dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan rasa nyeri dan rasa
tidak nyaman pada tulang serta sendi (Elyas, 2012)
b. Pengelompokkan
Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Keluhan Sementara (Reversible) yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot
menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang
jika pembebanan dihentikan .
2) Keluhan Menetap (Persistent) yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.
Walaupun pembebanan kerja dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih
terus berlanjut. Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industri menunjukkan
bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang
meliputi otot leher, bahu, lengan tangan, jari, punggung, pinggang, dan otot
bagian bawah.
c. Faktor Penyebab
1) Penyebab Primer
a) Peregangan otot yang berlebihan yang disebabkan oleh aktivitas seperti
mengangkat, mendorong, menarik, dan menahan beban yang berat.
b) Aktivitas berulang
c) Sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak menjauhi
posisi alamiah. Misal pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu
membungkuk dan sebagainya
2) Penyebab Sekunder
a) Tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak
b) Getaran dengan frekuensi tinggi yang akan menyebabkan kontraksi otot
bertambah, peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat
meningkat, dan menimbulkan nyeri otot.
3) Penyebab Kombinasi
a) Umur
b) Jenis kelamin
c) Kebiasaan Merokok
d) Kesegaran jasmani
e) Kekuatan fisik
f) Ukuran tubuh.
d. Mengatasi Musculoskeletal Disorders
Langkah-langkah untuk mengatasi MSDs antara lain :
1) Rekayasa Teknik
a) Eliminasi sumber bahaya yang ada
b) Substitusi, yaitu mengganti alat atau bahan lama dengan alat atau bahan
baru yang lebih aman
c) Partisi, yaitu pemisahan sumber bahaya dengan pekerja
d) Ventilasi, yaitu dengan menambah ventilasi untuk mengurangi risiko sakit.
2) Rekayasa Manajemen
a) Pendidikan dan pelatihan
b) Pengaturan waktu kerja dan istirahat seimbang
c) Pengawasan intensif
e. Upaya Pencegahan Musculoskeletal Disorders
1) Workplace Stretching-Exercise (WSE)
Workplace Stretching-Exercise (WSE) didesain dengan prinsip gerakan
stretching (peregangan otot) yang dilakukan di sela aktivitas pekerjaan yang dapat
dilakukan secara mandiri yang dapat diaplikasikan kepada perawat secara mandiri
tanpa mengganggu aktivitas pekerjaan. Gerakan pada stretching yang
diaplikasikan pada perawat adalah gerakan yang berfokus pada leher, wajah, bahu
lengan, tangan, punggung, dan kaki yang berfungsi dalam melenturkan otot-otot
pada bagian yang difokuskan.
Pelaksanaan latihan peregangan ini dilakukan selama 15 menit
dilaksanakan dengan rincian:
a) Gerakan berfokus pada leher, wajah, bahu, lengan, tangan, punggung,
dan kaki
b) Setiap gerakan dilakukan penahanan selama 5-10 detik untuk
merasakan adanya tarikan otot-otot yang difokuskan
c) Dilakukan pengulangan 3-5 kali untuk setiap gerakan.

Pemberian stretching dapat mengurangi spasme karena proprioceptor otot


atau muscle spindle yang teraktivasi saat stretching terjadi. Muscle Spindle
bertugas untuk mengatur sinyal ke otak tentang perubahan panjang otot dan
perubahan tonus yang mendadak berlebihan. Jika ada perubahan tonus yang
mendadak dan berlebihan, maka muscle spindle akan mengirimkan sinyal ke otak
untuk membuat otot tersebut berkontraksi sebagai bentuk pertahanan dan
mencegah cidera.
Oleh karena itu, saat melakukan stretching dilakukan penahanan beberapa
saat dengan tujuan untuk memberikan adaptasi pada muscle spindle terhadap
perubahan panjang otot yang kita berikan, sehingga sinyal dari otak untuk
mengkontraksikan otot menjadi berkurang. Dengan kontraksi otot yang minimal
pada saat stretching, akan memudahkan muscle fibers untuk memanjang dan
spasme otot dapat berkurang. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa pemberian Workplace Stretching-Exercise (WSE) dapat
memberikan efek positif mengurangi keluhan muskuloskeletal.
2)
BAB III
DAFTAR PUSTAKA

Rovitri, Anestia,

Dr dr Anies MKes PKK, 2005, Penyakit Akibat kerja, Jakarta, PT Elex Media Komputindo

Anda mungkin juga menyukai