Anda di halaman 1dari 8

ROLEPLAY RESIKO PERILAKU KEKERASAN

MANAJEMEN MARAH

Di susun oleh:
Kelompok 3
1. Ferida Rahayuningsih (P07120118003)
2. Sarah Aisya Erdiana (P07120118009)
3. Fitria Nuraini (P07120118013)
4. Anisa Mila Febiyanti (P07120118016)
5. Ariska Kurnia Dewi (P07120118019)
6. Jumiati Yaroliah (P07120118031)
7. Septina Putri Rahayu (P07120118034)
8. Aulia Rahmawati (P07120118044)
9. Ika Nur Nugraheni (P07120118047)
10. Oktaviani Risma Antica (P07120118052)

PRODI DIII KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN YOGYAKARTA
2020
Peran :
1. Ferida Rahayuningsih : Leader/terapis
2. Sarah Aisya Erdiana : Pasien 4
3. Fitria Nuraini : Pasien 6
4. Anisa Mila Febiyanti : Pasien 8
5. Ariska Kurnia Dewi : Pasien 7
6. Jumiati Yaroliah : Pasien 3
7. Septina Putri Rahayu : Pasien 1
8. Aulia Rahmawati : Observer
9. Ika Nur Nugraheni : Pasien 2
10. Oktaviani Risma Antica : Pasien 5

Di sebuah Rumah Sakit Jiwa tepatnya di aula, tim perawat akan melaksanakan terapi
aktivitas kelompok kepada kelompok pasien dengan risiko perilaku kekerasan. Terapi yang
dilakukan merupakan pertemuan yang pertama kali. Pasien-pasien yang akan di terapi dengan
berbagai macam sebab dan latar belakang yang berbeda. Perawat sudah memilah dan memilih
pasien yang sesuai dengan indikasi dan membuat kontrak dengan klien. Tim terapis sudah
mempersiapkan materi yang akan disampaikan  serta alat dan bahan untuk melakukan terapi.
Kemudian perawat terapis memasuki ruangan yang sudah ditetapkan dan memulai aktifitas
kelompok pasien dengan perilaku kekerasan.

Terapis : “Selamat pagi semuanya.”


Pasien : “Pagi, sus.”
Terapis : “Perkenalkan saya perawat Ferida yang akan memimpin jalannya terapi aktivitas
kelompok pada pagi hari ini. Saya di temani teman saya, perawat Aulia yang akan membantu
kegiatan hari ini.”
Observer : “ Perkenalkan saya perawat aulia yang akan membantu dan mengobservasi kegiatan
hari ini. Untuk pasien silahkan untuk memperkenalkan dirinya masing-masing. Baik dengan ibu
ini namanya siapa ?
Septina : “Perkenalkan nama saya septi.”
Ika : “Perkenalkan nama saya ika.”
Terapis : “Ibu yang ini dan sebelahnya namanya siapa?”
Lia : ”Nama saya lia.”
Sarah : ”Nama saya sarah.”
Terapis : “Kalau yang ini namanya mba siapa?”
Okta: “ Saya okta.”
Fitria : ”Saya fitria.”
Terapis : “Ibu ini namanya siapa?”
Ariska : ”Nama saya ariska.”
Mila : ”Perkenalkan nama saya mila.”
Terapis : ”Baiklah jadi terapi aktivitas kelompok  yang kita akan laksanakan ini yang  pertama
bertujuan untuk mengetahui hal yang menyebabkan marah, tanda dan gejala marah. Kemudian
lama kegiatannya kira-kira kurang lebih 45 menit dan jika nanti ibu mau meninggalkan ruangan
diharapkan ibu meminta ijin terlebih dahulu, serta ibu – ibu diharapkan mengikuti kegiatan dari
awal sampai akhir apakah ibu bersedia ?

Tahap kerja
Terapis : “Baik saya akan bertanya, ketika ibu semua marah pasti ada hal yang menyebabkan
marah kan? Nah, jadi sekarang saya akan meminta ibu untuk menjelaskan penyebab
marah. Dimulai dari ibu Septina”
Septina: “Saya itu kemarin marahnya karena saya menyuruh anak saya membersihkan rumah
tetapi tidak segera melakukannya, saya jadi kesal”
Terapis : “Apakah ibu sering marah dikarenakan hal tersebut?”
Septina: “ Iya sus, siapa coba yang ga marah kalo digituin”
Terapis : “Baik kita tampung dulu pendapat ibu Septina, selanjutnya ibu Ika apa yang membuat
anda marah?”
Ika : “Saya juga gitu sus, tp ke ibu saya. Saya tu minta tolong buat ambilin baju tapi ibu
saya tu nolak sus”
Terapis: “Baik bu, jadi hamper sama dengan ibu Septina ya. Selanjutnya ibu Lia”
Lia : “Kalau saya beda sus, saya lagi masak tapi kompornya tu ga mau diajak kerjasama
gitu lho, jadi saya marah sama kompornya, ga mau nyala sih”
Terapis : “baik bu, jadi kompornya ga nyala nyala yaa.. kalau ibu Sarah bagaimana ya?”
Sarah : “Waktu itu saya lagi mau solat di masjid ya sus, trus tiba tiba ada yang ngatain saya gitu
sus, trus saya ga terima saya marah”
Terapis : “Dikatain bagaimana ya bu kok sampai bisa marah?”
Sarah: “Itu kemarin ada orang bisik bisik dibelakang saya bilang ‘Eh liat tuh ada orang gila
mau solat’ ya saya marah kan saya ga gila sus”
Terapis : “Jadi seperti itu ya bu ya, baik selanjutnya ibu Okta”
Okta: “Kemarin saya tu nyari sepatu kan, tapi sepatunya tu ga ketemu, saya marah lah mana
buru buru lagii, kemarinnya juga gitu barang- barang yang saya cari tu pasti ga ketemu
bikin orang marah aja”
Terapis : “Baik bu, karena sepatu dan barangnya tidak segera ketemu ya bu, Baik ibu Aulia bisa
dicatat terlebih dahulu”
Observer: “Iya bu, sudah saya catat semuanya”
Terapis : “Selanjutnya ibu Fitria, apa yang menyebabkan anda marah?”
Fitria: “Saya suka merajut bu, setiap benang wool yang saya gunakan itu menjadi kusut saya
marah sus”
Terapis: “Seperti itu ya bu, selanjutnya ibu Ariska apa yang menyebabkan anda marah?”
Ariska: “Saya itu ga suka kalo rumah berantakan, udah pada dibilangin buat merapikan kamar
masing masing tapi suami saya tidak merapikan kamar kami, dia itu ngerjain
pekerjaannya malah di kamar padahal sudah ada ruangan sendiri”
Terapis: “Karena ngerjainnya di kamar jadi berantakan ya bu, memangnya suami ibu ngerjain
apa bu?”
Ariska: “Itu lho sus bikin desain rumah gitu, desain miniature dari apalah itu pokoknya jadi
berantakan banget”
Terapis: “Baik ibu, untuk yang terakhir ibu Mila apa yang menyebabkan anda marah?”
Mila: “Saya tu disuruh suami saya buat menjemput anak saya di TK, padahal ga terlalu jauh
ya mbak. Saya nungguin di depan TK lamaaa banget sampai tidak ada orang. Trus
saya pulang sambil was was ini anak saya kemana. Eh taunya anak saya tu udah di
rumah sus, kesel banget kan padahal saya udah panas panas nunggu di depan TK”
Terapis: “Baik bu, jadi karena udah menunggu lama yaa, baik karena seluruh anggota sudah
menyatakan penyebab marahnya, kita akan beralih ke tahap berikutnya ya bu. Jadi
biasanya kalau ada penyebab itu yang tadi sudah disebutkan, kalau penyebabnya
muncul, apa tanda dan gejala yang sering ibu-ibu rasakan?”
Mila: “Biasanya tu sesak nafas gitu sus, trus kaya dadanya penuh banget”
Ika: “Iya, trus rasanya saya ingin banget melempar barang”
Lia: “Saya juga seperti itu, rasanya tangan saya ringan banget”
Okta: “Selain itu saya biasanya rasanya pusing, kepala berat”
Fitria: “Saya juga merasa pusing sampai kepala mau meledak”
Terapis: “Kalau ibu Septina bagaimana bu?”
Septina: “Saya seringnya sih merasa pusing bu, dan juga sesak nafas”
Sarah: “Saya juga merasa pusing dan sesak nafas”
Ariska: “Kalau saya sesak nafas dan dadanya kaya penuh”
Terapis: “Baik, sebagian besar merasakan sesak nafas dan dadanya terasa seperti penuh ya bu.
Nah setelah itu ada atau tidak ya perilaku yang membahayakan yang dilakukan saat
marah?”
Septina: “Ada sus, kemarin tu saya berbicara sangat kasar sampai kebun binatang keluar
semua”
Okta: “Saya juga gitu sus, mengomel sendiri dan berbicara kasar”
Terapis: “Jadi kalau marah berbicara kasar ya bu, apakah ada yang sama seperti itu?”
Mila: “Saya juga berbicara kasar sus”
Ariska: “Saya hanya teriak-teriak dan memaki sus”
Terapis: “Baik, untuk yang lainnya bagaimana?”
Fitria: “Saya mengamuk sus, kemarin saya melempar semua alat-alat rajut yang saya punya”
Sarah: “Sama sus, saya kemarin langsung membuang semua mukena yang ada di almari
masjid”
Lia: “Saya juga kemarin melempar piring dan gelas yang ada di rumah”
Terapis: “Loh nanti pecah kalau melempar piring dan gelas”
Lia: “Oh engga sus, kan dari plastik semua”
Observer: “Masih kurang 1 sus, ibu Ika belum memberikan tanggapan”
Terapis: “Baik untuk ibu Ika apa yang ibu lakukan?”
Ika: “Saya tu ya sus kemarin saking marahnya saya tu melemparkan batu kepada ibu saya”
Terapis: “Wahh itu berbahaya ya bu, lalu dari semua perilaku itu apasih yang paling sering
dilakukan?”
Septina: “Menurut saya sih marah yang berteriak atau mengumpat”
Ika: “Menururt saya juga itu sus”
Terapis: “Bagaimana yg lain, apakah setuju?”
Pasien2 : “iya sus, setuju”
Terapis: “Baik, kalau begitu bagaimana jika kita memperagakan lagi apa yang telah ibu-ibu
lakukan?”
Lia: “Boleh sus, tapi siapa yang memperagakan?”
Terapis: “Nanti saya menjadi keluarga kalian, dan salah satu dari kalian memperagakan diri
ketika sedang marah”
Observer: “Ada yang mau mengajukan diri?”
Ariska: “Saya saja deh sus”
Terapis: “Baik, lalu saya akan menjadi suami ibu, ibu bisa memperagakan saat marah”
Ariska: “Jadi kamar saya berantakan ya, GIMANA INI KENAPA BERANTAKAN SEMUA
KAN AKU UDAH BILANG BERESIN AKU TU GASUKA KALO BERANTAKAN
GINI UDAH DIBILANGIN JUGA KALO BIKIN MINIATUR TU DILUAR
JANGAN DIKAMAR GIMANA SIH GA GUNA BANGET”
Terapis: “Aktingnya luar biasa ya bu, jadi bagaimana perasaan ibu setelah memperagakan diri
ibu saat marah kemarin?”
Ariska: “Ternyata capek juga ya susu, buang buang tenaga”
Terapis: “Iya bu, karena marah itu membutuhkan tenaga yang besar, lalu bagaimana menurut
ibu Ariska dan ibu ibu yang lain jika ada orang yang marah seperti itu?”
Ariska: “Kalau seperti itu tidak enak didengar ya sus, saya jadi merasa pada diri saya sendiri”
Fitria: “Iyaa, kasian juga orang lain jadi merasa tidak aman”
Mila: “Itu ternyata juga bisa menyakiti hati orang yang mendengarnya ya sus”
Terapis: “Benar sekali ibu, banyak dampak buruk yang terjadi ketika kita tidak bisa menahan
atau mengontrol amarah, sebelumnya kami disini mengapresiasi kesediaan ibu semua
hadir dalam terapi kelompok ini”
Sarah: “Oh tidak apa apa sus, saya sendiri merasa senang bisa berbagi bersama ibu-ibu
dengan pengalaman yang sama”
Terapis: “Baik ibu, sekarang saya akan menyimpulkan, untuk penyebab marah tadi ada
bermacam-macam, diantaranya bisa disimpulkan karena ketidaksabaran dan karena
tersinggung, kemudian untuk tanda gejalanya itu sebagian besar mengungkapkan rasa
sesak nafas dan dadanya terasa penuh”
Observer: “Kemudian untuk perilaku saat marah sebagian besar mengatakan akan berteriak,
memaki, mengumpat dan melempar barang, sedangkan tindakan tersebut tidak aman
serta membahayakan lingkungan dan keluarga, juga bisa menyakiti hati orang lain”
Terapis: “Untuk itu, apakah ibu ibu semua bersedia jika kami ajarkan cara yang lebih tepat dan
tidak membahayakan untuk melampiaskan rasa marah ibu semua?”
Pasien: “Iya sus kami bersedia”

Tahap Terminasi
Terapis : “Nah setelah mengikuti terapi pada hari ini, bagaimana ibu-ibu perasaannya?”
Mila : “Senang sus, karena bisa tau gimana cara mengatasi kalau sedang marah”
Terapis : “Lalu bagaimana dengan ibu-ibu yang lain?”
Ika : “Lega sus, akhirnya saya bisa sedikit demi sedikit mengurangi marah saya”
Lia : “Saya juga seperti itu sus”
Okta, Fitria, Septina, Ariska, Sarah : (berpendapat sama)
Terapis : “Jadi semua berespon positif ya ibu-ibu. Mbak apakah sudah dicatat?”
Observer : “Sudah saya catat semua sus”
Terapis : “Baik semua sudah menyampaikan perasaannya masing-masing ya. Diharapkan ibu-
ibu dapat mempertahankan sikap seperti saat ini, dalam artian ibu-ibu dapat megetahui
bagaimana cara megatasi marah jika sewaktu-waktu muncul hal-hal yang dapat
memancing kemarahan. Jadi semua setuju ya kita akan belajar bersama-sama untuk
mencegah perilaku kekerasan?”
Semua pasien : “Siap sus”
Terapis : “Untuk pertemuan selanjutnya kita jadwalkan 2 hari lagi ya ibu-ibu, jadi pada hari
jum’at tanggal 6. Lalu bagaimana mbak Aulia untuk kegiatan pada hari ini?”
Observer : “Untuk kegiatan pada hari ini sudah berjalan dengan baik, dan respon dari ibu-ibu
sangat antusias dan dapat bekerja sama. Kami ucapkan terimakasih”
Terapis : “Terimakasih mbak Aulia. Nah sampailah kita di penghujung acara pada hari ini.
Mari kita tutup dengan membaca doa bersama-sama. Mohon maaf atas segala
kesalahan selama kegiatan hari ini berlangsung, dan selamat siang”
Semua pasien :“siang sus”

Anda mungkin juga menyukai