Anda di halaman 1dari 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


Saifuddin A.Jalil dkk (2017) melakukan penelitian bertujuan untuk
mengetahui pengaruh arus pengelasan pada kekuatan dan ketangguhan las
SMAW dengan elektroda E7018. Penelitian ini menggunakan bahan baja
ASSAB 705, baja ini termasuk baja karbon rendah. Bahan di beri perlakuan
pengelasan dengan variasi arus100 Ampere, 125 Ampere, dan 150 Ampere
dengan menggunakan las SMAW DC polaritas terbalik dengan elektroda di
hubungkan dengan kutub positif dan logam induk di hubungkan dengan kutub
negatif, posisi pengelasan dengan menggunakan posisi pengelasan mendatar
atau bawah tangan, jenis kampuh yang di gunakan adalah kampuh V dengan
sudut 70°. Spesimen di lakukan pengujian Impak metote Charpy. Hasil
pengujian impak pada kelompok specimen base metal dan specimen variasi
arus menunjukkan bahwa nilai kekuatan impak yang paling tinggi terdapat
pada base metal yaitu sebesar 146 joule dan 1,825 joule/mm2, dibanding
dengan kelompok variasi arus 100 Ampere, 125 Ampere dan 150 Ampere.
Jenis-jenis perpatahan yang terjadi adalah pada base metal dan kelompok
spesimen arus 100 Ampere adalah patah getas, dan kelompok spesimen 125
Ampere dan kelompok spesimen 150 Ampere adalah patah ulet.
Muhammad Jordi dkk (2017) melakukan penelitian untuk mengetahui
hasil pengujian kekuatan tarik baja ST 36 pengelasan SMAW dengan
perbedaan media pendingin pada proses quenching menghasilkan kekuatan
tarik berbeda jika dibandingkan dengan raw material. Kekuatan tarik rata-rata
tertinggi dihasilkan oleh spesimen dengan media pendingin air yaitu sebesar
503,61 Mpa. Sedangkan hasil kekuatan tarik rata-rata terendah berturut-turut
dimiliki oleh spesimen dengan media pendingin air garam 472,75 Mpa dan oli
408,09 Mpa. Hasil kekuatan tarik raw material sendiri adalah 341,79 Mpa.
Untuk regangan rata-rata pada spesimen dengan media air adalah 20,42 %, air
garam 20,30% dan oli adalah 22%. Sedangkan regangan untuk raw material
adalah 25,7%. Dan untuk modulus elastisitas rata-rata tertinggi berturut-turut
adalah spesimen dengan media air 2,40 GPa, air garam 2,33 GPa, oli 1,86 GPa
dan raw material 1,3 GPa. Ini berarti spesimen media pendingin air dan air
garam bersifat getas dan spesimen media pendingin oli masih mempunyai
keuletan. Ini dikarenakan presentase struktur mikro martensit pada spesimen
media pendingin air dan air garam jauh lebih tinggi di banding spesimen
media pendingin oli.
Proses pendinginan dilakukan terhadap hasil pengelasan baja ST 37,
menggunakan media pendingin air kelapa, air garam serta oli bekas. Proses ini
berguna untuk memperbaiki kekuatan tarik dari hasil pengelasan ST 37 tanpa
mengubah komposisi kimia secara menyeluruh. Proses ini mencakup
pengelasan dan di ikuti oleh pendinginan dengan kecepatan tertentu untuk
mendapatkan sifat-sifat yang diinginkan, dari proses pendinginan tersebut
didapatkan nilai kekuatan tarik yang berbeda-beda antara media pendingin
yang digunakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana pengaruh variasi air pendingin terhadap kekuatan tarik benda. Dari
hasil penelitian di ketahui bahwa semua benda hasil pengelasan yang sudah
didinginkan di uji nilai kekuatan tariknya, masing- masing media pendingin
mempunyai nilai kekuaran tarik berbeda. Dari 3 media pendingin yang
digunakan dapat terlihat, bahwa media pendingin yang bagus adalah media
pendingin oli bekas, ini terlihat dari rata-rata kekuatan tarik nya yaitu 53,415
kg/mm2. Sedangkan untuk media pendingin yang menghasilkan kekuatan
tarik terandah adalah media pendingin air kelapa dengan rata-rata pengujian
tariknya adalah 49,764 kg/mm2 (Yassyir Maulana, 2016).

2.2 Dasar Teori


Berdasarkan defenisi dari Deutsche Industrie Normen (DIN)
mendefinisikan bahwa pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan
logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair, dengan kata lain
pengelasan adalah penyambungan setempat dari dua logam dengan
menggunakan energi panas. Pengelasan merupakan salah satu bagian yang
tidak terpisahkan dari proses manufaktur. Pengelasan adalah salah satu teknik
penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan
logam pengisi dengan atau tanpa tekan dan dengan atautanpa logam tambahan
dan menghasilkan sammbungan yang kontinu.
Arus pengelasan adalah besarnya aliran atau arus listrik yang keluar
dari mesin las. Besar kecilnya arus pengelasan dapat diatur dengan alat yang
ada pada mesin las. Arus las harus disesuaikan dengan jenis bahan dan
diameter elektroda yang di gunakan dalam pengelasan. Penggunaan arus yang
terlalu kecil akan mengakibatkan penembusan atau penetrasi las yang rendah,
sedangkan arus yang terlalu besar akan mengakibatkan terbentuknya manik las
yang terlalu lebar dan deformasi dalam pengelasan.
Pengelasan dengan metode SMAW merupakan proses las busur
manual dimana panas pengelasan dihasilkan oleh busur listrik antara elektroda
terumpan berpelindung flux dengan benda kerja. Keuntungan dari las SMAW
adalah jenis las yang paling sederhana dan paling serba guna, karena mudah
dalam mengangkut peralatan dan perlengkapannya. Hal tersebut membuat
proses pengelasan SMAW mempunyai aplikasi refinery piping hingga
pipeline, dan bahkan pengelasan untuk dibawah laut, guna untuk memperbaiki
lokasi yang bisa terjangkau oleh sebatang elektroda. Sambungan-sambungan
pada daerah dimana pandangan mata terbatas masih bisa dilas dengan cara
membengkokkan
elektroda. Kelemahan dari las SMAW adalah proses pengelasan ini
mempunyai karakteristik dimana laju pengisiannya lebih rendah dibandingkan
proses pengelasan GTAW. Panjang elektroda tetap dan pengelasan mesti
dihentikan setelah sebatang elektroda habis, puntug elektroda terbuang dan
waktu juga terbuang untuk mengganti-ganti elektroda yang baru. Terak (slag)
yang terbentuk harus dihilangkan dari lapisan las yang sebelumnya (Yassyir
Maulana, 2016).

Anda mungkin juga menyukai