Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN & ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA WAHAM

Disusun oleh:

Janike Arista Bawinto 17061138

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat atau terus
menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham adalah termasuk gangguan isi pikiran.
Pasien meyakini bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya. Waham
sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering
ditemukan pada penderita skizofrenia.
Myers, dkk (2017) menyatakan bahwa waham adalah keyakinan atau persepsi palsu
yang tetap tidak dapat diubah meskipun ada bukti yang membantahnya. Gangguan proses
pikir waham mengacu pada suatu kondisi seseorang yang menampilkan suatu atau lebih
khayalan ganjil selama paling sedikit satu bulan. Waham merupakan suatu keyakinan yang
salah yang dipertahankan secara kuat atau terus menerus, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Klien meyakini bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya.
Waham merupakan gejala spesifik psikosis. Psikosis sendiri merupakan gangguan
jiwa yang berhubungan dengan ketidakmampuan seseorang dalam menilai realita dan fantasi
yang ada di dalam dirinya. Terlepas dari khayalan mereka, orang-orang dengan gangguan
waham mungkin terus bersosialisasi, bertindak secara normal, dan perilaku mereka tidak
selalu tampak aneh.
Waham sering ditemui pada penderita gangguan jiwa berat. Selama itu, berapa bentuk
waham yang spesifik, sering ditemukan pada penderita skizofrenia. Akan tetapi, gangguan
waham berbeda dengan skizofrenia. Jika seseorang memiliki gangguan waham, fungsinya
umumnya tidak terganggu dan berperilaku tidak jelas, aneh, kecuali khayalan. Selain itu,
waham ini bukan merupakan kondisi medis atau kondisi akibat penyalahgunaan zat.

B. KLASIFIKASI
1. Waham kebesaran (Granddiosity)
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, serta diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya ini direktur sebuah bank swasta lho..”
atau “Saya punya beberapa perusahaan multinasional”.
2. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mencederai
dirinya, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya
tahu..kalian semua memasukkan racun ke dalam makanan saya”.
3. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, serta diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Kalau saya mau masuk surga saya harus
membagikan uang kepada semua orang.”
4. Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya sakit menderita
penyakit menular ganas”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tandatanda
kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.
5. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, serta diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Ini kan alam kubur ya, semua yang ada di
sini adalah roh-roh”.
6. Waham Bizar (Bizarre)
Suatu paham yang melibatkan fenomena keyakinan seseorang yang sama sekali tidak
masuk akal. Waham bizar terdiri dari :
 Waham sisip pikir adalah waham dimana klien meyakini bahwa pikirannya bukan
miliknya sendiri, melainkan milik orang lain dan telah dimasukkan ke dalam
pikiran klien.
 Waham slar pikir adalah waham dimana klien memiliki keyakinan yang tidak
masuk akal bahwa orang lain dapat mendengar atau menyadari pikirannya.
 Waham kendali pikir adalah waham dimana klien meyakini bahwa perasaan,
dorongan, pikiran, atau tindakannya berada bawah kendali orang lain atau puhak
eksternal dari pada di bawah kendalinya sendiri.

C. RENTANG RESPON

Adaptif Maladaptif

- Pikiran logis - Pikiran kadang menyimpang - Gangguan proses


- Persepsi akurat ilusi pikir: waham
- Emosi konsisten - Reaksi emosional berlebihan - Halusinasi
dengan pengalaman atau kurang - Kesulitan
- Perilaku sesuai - Perilaku aneh atau tak lazim memproses emosi
- Hubungan sosial - Menarik diri - Ketidakteraturan
dalam perilaku
-Isolasi Sosial

D. TANDA GEJALA
Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham, yaitu pasien menyatakan dirinya
sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan, atau kekayaan luar biasa, serta
pasien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang. Selain itu,
pasien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam tubuhnya, menarik diri dan
isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, rasa curiga yang berlebihan,
kecemasan yang meningkat, sulit tidur, tampak apatis, suara memelan, ekspresi wajah datar,
kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada orang lain, dan gelisah.

Tanda dan gejala waham dapat juga dikelompokkan sebagai berikut.


1. Kognitif
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata.
b. Individu sangat percaya pada keyakinannya.
c. Sulit berpikir realita.
d. Tidak mampu mengambil keputusan.
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan.
b. Afek tumpul.
3. Perilaku dan hubungan sosial
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresif
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktivitas tidak tepat
g. Streotif
h. Impulsif
i. Curiga
4. Fisik
a. Kebersihan kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. Berat badan menurun
e. Nafsu makan berkurang dan sulit tidur

E. POHON MASALAH

Resiko kerusakan komunitas verbal

Perubahan proses pikir : Waham

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah kronis

F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan gangguan waham umumnya difokuskan pada upaya untuk
menangani morbiditas dengan menurunkan dampak waham terhadap kehidupan
pasien dan keluarganya. 

Psikoterapi 
Psikoterapi yang efektif untuk gangguan waham menetap adalah psikoterapi
individual, berorientasi insight, suportif, kognitif, dan behavioral. Dalam psikoterapi,
sebaiknya tidak dilakukan konfrontasi terhadap waham pasien, namun lebih pada
penekanan bahwa preokupasi pasien terhadap wahamnya menimbulkan distress bagi
dirinya dan mengganggu kemampuannya untuk bisa hidup dengan lebih baik.
Cognitive behavioral therapy (CBT) bisa digunakan untuk memperbaiki bias
pengenalan informasi (yang timbul akibat waham), sensitivitas interpersonal,
gaya reasoning, kecemasan, dan insomnia.
Metacognitive training  adalah terapi yang dikembangkan untuk membantu
pasien dengan waham untuk mengenali pola pikir disfungsionalnya. Meskipun
awalnya dikembangkan untuk schizophrenia, namun terapi ini juga bermanfaat pada
pasien dengan gangguan waham lain, termasuk gangguan waham menetap

Medikamentosa
Pasien-pasien gangguan waham menetap yang mengalami agitasi sebaiknya
mendapatkan antipsikotik lewat injeksi intramuskular. Farmakoterapi pada pasien
dengan gangguan waham relatif sulit dilakukan karena mereka bisa dengan mudah
memasukkan obat yang diberikan sebagai bagian negatif dari sistem wahamnya. Perlu
dilakukan bina rapport dan psikoterapi yang adekuat sebelum farmakoterapi bisa
dimulai.
Farmakoterapi sebaiknya dimulai dari dosis kecil (misalnya haloperidol 2
mg/24 jam atau risperidone 2 mg/24 jam) kemudian dititrasi pelan. Bila dalam waktu
6 minggu pasien tidak menunjukkan respons, maka sebaiknya diganti dengan
antipsikotik kelas lainnya. Beberapa klinisi menyatakan bahwa pimozide efektif
digunakan pada pasien dengan gangguan waham, terutama pasien dengan waham
somatik kronis. Sebuah review oleh Mohsen, et al menemukan bahwa antipsikotik
yang paling banyak digunakan pada pasien dengan gangguan waham adalah
risperidone, diikuti oleh olanzapine, quetiapine, dan antipsikotik tipikal (generasi
pertama). 
Mengingat bahwa sebagian besar pasien mempunyai fungsi dan peran yang
masih baik, maka pilihan antipsikotik sebaiknya dijatuhkan pada antipsikotik atipikal
yang mempunyai profil efek samping lebih ringan. Meskipun outcome klinis antara
antipsikotik tipikal dan atipikal tidak berbeda signifikan.
Mengingat bahwa baik antipsikotik tipikal maupun atipikal mempunyai efek
samping pada penggunaan jangka panjang. Antipsikotik yang dilaporkan relatif aman
digunakan pada pasien dengan gangguan waham adalah risperidone, amisulpride,
aripiprazole, dan ziprasidone.
Banyak pasien dengan gangguan waham mengalami depresi, sehingga
membutuhkan antidepresan. Antidepresan yang direkomendasikan adalah
golongan selective serotonin reuptake inhibitors / SSRI, misalnya fluoxetine,
sertraline, citalopram, escitalopram, atau golongan serotonin norepinephrine reuptake
inhibitors / SNRI, misalnya venlafaxine, duloxetine.
Masalah terbesar dengan obat pada gangguan waham adalah ketidakpatuhan,
namun hal ini bisa diperbaiki dengan psikoterapi yang dilakukan bersamaan dengan
farmakoterapi.
G. ASKEP TEORI

PENGKAJIAN
Menurut Kaplan dan Sadock (1997) beberapa hal yang harus dikaji antara lain sebagai
berikut.
1. Status mental
a. Pada pemeriksaan status mental, menunjukkan hasil yang sangat normal, kecuali
bila ada sistem waham abnormal yang jelas.
b. Suasana hati (mood) pasien konsisten dengan isi wahamnya.
c. Pada waham curiga didapatkannya perilaku pencuriga.
d. Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan identitas diri
dan mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal.
e. Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya kualitas
depresi ringan.
f. Pasien dengan waham tidak memiliki halusinasi yang menonjol/menetap kecuali
pada pasien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa pasien kemungkinan
ditemukan halusinasi dengar.
2. Sensorium dan kognisi (Kaplan dan Sadock, 1997)
a. Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang memiliki
waham spesifik tentang waktu, tempat, dan situasi.
b. Daya ingat dan proses kognitif pasien dengan utuh (intact).
c. Pasien waham hampir seluruh memiliki daya tilik diri (insight) yang jelek.
d. Pasien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya,
keputusan yang terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi pasien adalah
dengan menilai perilaku masa lalu, masa sekarang, dan yang direncanakan.

DIAGNOSIS
Diagnosis Keperawatan
1. Risiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham.
2. Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah.

RENCANA INTERVENSI
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1. Tujuan
a. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap.
b. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.
c. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
d. Pasien menggunakan obat dengan prinsip lima benar.
2. Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya.
1) Mengucapkan salam terapeutik.
2) Berjabat tangan.
3) Menjelaskan tujuan interaksi.
4) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien.

b. Bantu orientasi realitas.


1) Tidak mendukung atau membantah waham pasien.
2) Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman.
3) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari.
4) Jika pasien terus-menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa memberikan
dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti membicarakannya.
5) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas.

c. Diskusikan kebutuhan psikologis atau emosional yang tidak terpenuhi sehingga


menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah.
1) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien.
2) Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki.
3) Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki.
4) Berdiskusi tentang obat yang diminum.
5) Melatih minum obat yang benar.

Tindakan Keperawatan untuk Keluarga


1. Tujuan
a. Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien.
b. Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang dipenuhi oleh
wahamnya.
c. Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara optimal

2. Tindakan
a. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien.
b. Diskusikan dengan keluarga tentang hal berikut.
1) Cara merawat pasien waham di rumah.
2) Follow up dan keteraturan pengobatan.
3) Lingkungan yang tepat untuk pasien.

c. Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek
samping, akibat penghentian obat).

d. Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera.

EVALUASI
1. Pasien mampu melakukan hal berikut.
a. Mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan.
b. Berkomunikasi sesuai kenyataan.
c. Menggunakan obat dengan benar dan patuh.

2. Keluarga mampu melakukan hal berikut.


a. Membantu pasien untuk mengungkapkan keyakinannya sesuai kenyataan.
b. Membantu pasien melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan
pasien.
c. Membantu pasien menggunakan obat dengan benar dan patuh.

ASUHAN KEPERAWATAN
STUDI KASUS 1

Seorang laki-laki berusia 40 tahun diantar keluarga ke UGD Psiklatri RSJ Ratumbuysang
dengan alasan di rumah; klien tampak gelisah, tidak mau makan, sering marah-marah tanpa sebab
namun tidak sampai merusak barang, bicara kasar dan selalu merasa curiga dengan siapapun. Klien
selalu mengatakan bahwa makanan yang diberikan padanya sudah mengandung racun dan semua
orang ingin membunuhnya karena iri dengan kesuksesannya. Saat ini, klien di rawat di RSJ sudah
yang ke-2 kalinya. Pengobatan sebelumnya kurang berhasil karena putus obat. Pengalaman masa lalu
tidak menyenangkan yang dialami klien adalah 3 tahun yll di PHK dari bank swasta dengan alasan
yang tidak jelas dengan jabatan kepala cabang. Saat pengkajian klien mengatakan “saya tidak mudah
mempercayai siapapun di dunia ini karena dunia penuh kepalsuan”, “semua orang ingin
menghancurkan saya” dan selalu marah saat menolak minum obat karena menganggap sebagai racun
untuk membunuhnya. Menurut klien, pengalaman PHK tersebut menyebabkan klien jatuh miskin,
tidak punya apa-apa bahkan tidak memiliki harga diri sehingga merasa tidak berarti dan tidak ada hal
yang bisa dibanggakan lagi dalam hidupnya.

1. ANALISA DATA
Initial Nama : ______________ Ruangan : ______________ No. RM : ____________

No

DATA FOKUS MASALAH KEPERAWATAN

1 DS:

-Menurut klien, pengalaman PHK tersebut


menyebabkan klien jatuh miskin, tidak punya
apa-apa bahkan tidak memiliki harga diri
sehingga merasa tidak berarti dan tidak ada hal
Resiko kerusakan komunikasi verbal
yang bisa dibanggakan lagi dalam hidupnya

- klien mengatakan, saya tidak mudah


mempercayai siapapun di dunia ini karena dunia
penuh kepalsuan. Semua orang ingin
menghancurkan saya.

DO:

- klien tampak gelisah

- Klien selalu marah saat menolak minum obat


karena menganggap sebagai racun untuk
membunuhnya.

2 DS:

- Klien selalu mengatakan bahwa makanan yang


diberikan padanya sudah mengandung racun dan
semua orang ingin membunuhnya karena iri Waham Curiga
dengan kesuksesannya

DO:

- klien sering mengulang-ulang kalimat

- Bicara kasar dan selalu merasa curiga dengan


siapapun

2. POHON MASALAH

Resiko kerusakan komunitas verbal

Perubahan proses pikir : Waham

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah kronis

3.DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan proses pikir waham
curiga
2. Perubahan proses pikir waham curiga berhubungan dengan harga diri rendah kronis
4.RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
INISIAL KLIEN : Tn/ Ny________/ ____ tahun RUANGAN : ________ RM NO : _________

PERENCANAAN

No HARI/ TGL DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL

KEPERAWATAN KRITERIA
EVALUASI

1. Senin/14 Dx : Resiko Tujuan 1. Bina hubungan Hubungan saling


Septembe Kerusakan saling percaya percaya sebagai dasar
TUM : Klien
r 2020 interaksi yang
komunikasi dapat terapeutik
verbal melakukan
komunikasi
berhubungan
verbal 2.Observasi apakah
dengan Waham harus dikenal
waham klien
TUK : terlebih dahulu oleh
perubahan mengganggu perawat agar intervensi
proses pikir 1.Klien dapat aktivitas sehari-hari efektif
membina
waham curiga
hubungan saling
DS : percaya 3. Diskusikan Meningkatkan /
-Menurut klien, 2.Klien dapat dengan klien mengingatkan kembali
pengalaman PHK kemampuan yang
mengidentifikasi pengetahuan dan
tersebut kemampuan dimiliki pada waktu kemauan klien
menyebabkan lalu dan saat ini
yang dimiliki
klien jatuh yang realistis
miskin, tidak 3. Klien dapat
punya apa-apa 4. Berbicara dengan Agar waham klien tidak
berhubungan
bahkan tidak dengan realitas klien dalam konteks meningkat
memiliki harga realitas.
diri sehingga 4.Klien dapat
merasa tidak dukungan dari 5. Sertakan klien
dalam terapi Agar klien dapat
berarti dan tidak keluarga berorientasi dengan
ada hal yang bisa aktivitas kelompok
realitas
dibanggakan lagi 5.Klien dapat
dalam hidupnya menggunakan Meningkatkan harga diri
obat dengan 6. Berikan pujian klien sehingga berani
- klien
benar terhadap tindakan bergaul dengan
mengatakan,
saya tidak Kriteria Evaluasi positif yang lingkungannya.
mudah dilakukan oleh klien
mempercayai 1.Klien dapat
siapapun di mengungkapkan Untuk mencegah
dunia ini karena perasaannya
dunia penuh dan keadaan 7. Diskusikan terjadinya kesalahan
kepalsuan. saat ini secara dengan dalam pemberian obat.
Semua orang verbal. keluarga/klien
ingin tentang obat, dosis,
menghancurkan 2.Klien dapat frekuensi, efek dan
saya. menunjukkan efek samping.
kemampuan
DO:
yang dimiliki
- klien tampak
3.Klien dapat
gelisah
menyebutkan
- Klien selalu kelemahan yang
marah saat ada pada dirinya
menolak minum
obat karena 4.Klien dapat
menganggap menjelaskan
sebagai racun semua
untuk kebutuhan yang
membunuhnya. tidak terpenuhi

5. Klien dapat
bercerita/sesuai
dengan realitas

6. setelah
2xpertemuan
klien dapat
membina
hubungan dan
dukungan dari
keluarga

7. klien dapat
minum obat
tepat waktu dan
dosis

2. Senin/14 Dx : Perubahan TUM : Klien 1.Diskusikan Mengidentifikasi hal-hal


Septembe proses pikir mampu dengan klien positif yang dimiliki klien
r 2020 berhubungan kelebihan yang ada
waham curiga
dengan orang pada dirinya
berhubungan lain tanpa
2.Beritahu klien Menghadirkan realitas
dengan harga diri merasa rendah yang ada pada diri klien
diri bahwa manusia
rendah kronis tidak ada yang
DS : TUK : sempurna, semua
memiliki kelebihan
- Klien selalu 1. Klien dapat
mengatakan memperluas dan kekurangan.
bahwa makanan kesadaran diri
yang diberikan 3.Anjurkan klien Memberi kesempatan
padanya sudah 2. Klien dapat untuk lebih berhasil lebih tinggi
mengandung menyelidiki meningkatkan
racun dan semua dirinya kelebihan yang ada
orang ingin pada dirinya. Membantu klien
membunuhnya 3. Klien dapat
mengevaluasi 4. Bantu klien membentuk harapan
karena iri
yang realistis
dengan dirinya. mengembangkan
kesuksesannya antara kemampuan
4. Klien dapat yang dimilikinya.
DO: membuat Mengingatkan klien
rencana yang 5. Bantu klien bahwa ia tidak selalu
- klien sering realistis mengidentifikasikan gagal.
mengulang-
atau keinginan yang
ulang kalimat 5. Klien berhasil dicapainya.
mendapat
- Bicara kasar
dukungan dari 6. Kaji bagaimana Memberi kesempatan
dan selalu
keluarga untuk perasaan klien untuk menilai dirinya
merasa curiga
dengan siapapun meningkatkan dengan sendiri.
harga dirinya. keberhasilannya
tersebut.
Kriteria Evaluasi
Membantu
7. Anjurkan
1.Klien dapat meningkatkan harga diri
keluarga untuk
menyebutkan menerima klien apa
kemampuannya adanya.
yang ada setelah Meningkatkan interaksi
1x pertemuan. 8. Anjurkan klien dengan keluarga
keluarga untuk klien
2. Klien dapat melibatkan klien
menyukai setiap pertemuan
kelemahan pada dalam keluarga
dirinya dan
menjadi
halaman untuk
mencapai
keberhasilannya

3.Klien dapat
menyebutkan
citacita dan
harapan yang
sesuai dengan
kemampuan
setelah 1 x
pertemuan.

4. Klien dapat
menyebutkan
keberhasilan
yang pernah
dialaminya.

5. Klien dapat
menyebut
kegagalan yang
pernah
dialaminya.

6. Klien dapat
menyebutkan
tujuan yang
ingin dicapai
setelah 1 kali
pertemuan.

7. Keluarga
dapat berespon
dan
memperlakukan
klien secara
tepat.

D. CATATAN KEPERAWATAN

INISIAL KLIEN : Tn/ Ny________/ ____ tahun RUANGAN : ________ RM NO : _________

Hari/ tgl/
jam
No DX. KEP/ TUK / SP IMPLEMENTASI EVALUASI NAMA/

(SOAP) PARAF

1 Rabu/16 Resiko Kerusakan S :


Septembe komunikasi verbal
r 2020 berhubungan
dengan O:
09.00 perubahan proses
pikir waham
curiga/ 1.Klien
A:-
dapat membina
hubungan saling -
percaya
P:
2.Klien dapat
mengidentifikasi -
kemampuan yang
-
dimiliki

3. Klien dapat
berhubungan
dengan realitas

4.Klien dapat
dukungan dari
keluarga

5.Klien dapat
menggunakan
obat dengan
benar/SP1

Dst…

 
STRATEGI PELAKSANAAN PADA KLIEN DENGAN WAHAM
Tindakan Keperawatan Bina Hubungan Saling Percaya

Masalah : Waham Curiga

Pertemuan : Ke 1 (Satu)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien tenang, kooperatif, duduk sendiri, nonton televisi sambil duduk di kursi
2. Diagnosa Keperawatan
Waham Curiga
3. Tujuan Khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
4. Tindakan Keperawatan
a. Memberikan salam terapeutik
b. Memperkenalkan diri kepada pasien
c. Memberitahu tujuan interaksi kepada pasien
d. Melakukan kontrak waktu yang tepat dengan pasien
e. Menciptakan lingkungan yang aman dan tenang untuk berinteraksi
f. Mengajak pasien mengobrol ringan mengenai kehidupannya
g. Mengobservasi respon verbal dan non verbal dari pasien
h. Menunjukan sikap empati kepada pasien
i. Memberikan reinforcemen positif pada setiap jawaban yang diberikan oleh pasien
B. Strategi Pelaksanaan tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Salam Teraupetik
“Halo, selamat pagi pak. Perkenalkan, saya perawat Janike. Mulai hari ini saya
bertugas untuk merawat bapak selama 1 minggu kedepan. Nama bapak siapa? Nama
lengkapnya? Suka dipanggil siapa? Oh ya, baiklah. Hari ini saya jaga pagi dari jam 8
sampai jam 2 siang. Jadi, jika bapak ada keperluan bisa mencari saya di ruang
perawat”
b. Evaluasi / validasi
“Bagaimana kabarnya pagi ini pak? Tadi pagi bapak sudah sarapan ?”
c. Kontrak
Topik : “Hari ini kita akan berbincang-bincang untuk saling mengenal”
Waktu : “Lamanya 15 menit, bagaimana pak? Jadi, kita akan ngobrol dari jam 10
sampai jam 10 lewat 15 nanti ya?”
Tempat : “Ingin ngobrol dimana pak? Bagaimana jika di teras depan kamar bapak?
2. Fase Kerja
“Bagaimana perasaan dan keadaan bapak hari ini? Apakah ada yang dikeluhkan atau
ditanyakan sebelum kita berbincang-bincang?”
“Bapak tidak usah khawatir karena kita berada di tempat yang aman. Saya dan perawat-
perawat disini akan selalu menjadi teman dan membantu bapak.”
“Bapak? Bisa saya bertanya tentang identitas bapak? Baik alamat, keluarga, hobi atau
mungkin keinginan untuk saat ini”
“Bagus sekali bapak sudah dapat menceritakannya dengan sangat detil. Bapak dulu
bekerja dimana? Bapak suka dengan pekerjaan itu? Bagaimana dengan teman-teman
disana?”
“Bagaimana dengan teman-teman sekamar bapak? Bapak sudah kenal dengan mereka
semua? Ada berapa orang semuanya? Bagus sekali bapak bisa menghafal semua nama
teman sekamar dengan baik”
“Wahhh terimakasih pak karena sudah mau berkenalan dengan saya dan sekarang saya
akan memberitahu identitas saya, bapak maukan mendengarkan?
“ Nah karena kita sudah saling mengenal maka sekarang kita berteman, jadi bapak tidak
perlu sungkan lagi. Bila ada masalah bisa diceritakan pada saya, bapak mau kan berteman
dengan saya?”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
Subjektif : “Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang?”
Objektif : Pasien mau menjawab setiap pertanyaan yang diberikan perawat serta
mampu bercerita dengan nyaman sambil sesekali melihat ke arah perawat.
4. Rencana Tindak Lanjut
“Coba bapak bisa ulangi lagi, nama saya siapa?Wahh bagus sekali bapak bisa ingat nama
saya”
“Saya sangat senang bisa berkenalan dengan bapak dan bapak sudah bisa
mengungkapkan perasaan dengan baik dan mau berkenalan serta berteman dengan saya”
“Baiklah, sesuai janji di awal bahwa kita akan mengobrol selama 15menit dan ternyata
waktunya sudah habis. Jika ada yang ingin bapak bicarakan, bapak bisa mencari sayadi
ruang perawat”
5. Kontak
Topik :
“Bagaimana jika besok kita berbincang-bincang lagi? Besok kita akan membahas tentang
cara mempraktekan membina hubungan dengan orang lain dan membicarakan
kemampuan yang bapak miliki”

Tempat :
“Mau dimana kita bincang-bincang? Bagaimana kalau tetap disini?”

Waktu :
“Kira-kira 15 menit lagi ya, Kalau begitu saya pamit dulu. Terimakasih bapak. Sampai
jumpa besok!”.

DAFTAR PUSTAKA

Ns.Sutejo,M.Kep,.Sp.KepJ..Keperawatan Jiwa.Pustaka Baru Press.


Yusuf, Fitryasari PK, Endang Nihayati.2015.Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa.Jakarta.Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai