Disusun oleh:
A. DEFINISI
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat atau terus
menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham adalah termasuk gangguan isi pikiran.
Pasien meyakini bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya. Waham
sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering
ditemukan pada penderita skizofrenia.
Myers, dkk (2017) menyatakan bahwa waham adalah keyakinan atau persepsi palsu
yang tetap tidak dapat diubah meskipun ada bukti yang membantahnya. Gangguan proses
pikir waham mengacu pada suatu kondisi seseorang yang menampilkan suatu atau lebih
khayalan ganjil selama paling sedikit satu bulan. Waham merupakan suatu keyakinan yang
salah yang dipertahankan secara kuat atau terus menerus, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Klien meyakini bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya.
Waham merupakan gejala spesifik psikosis. Psikosis sendiri merupakan gangguan
jiwa yang berhubungan dengan ketidakmampuan seseorang dalam menilai realita dan fantasi
yang ada di dalam dirinya. Terlepas dari khayalan mereka, orang-orang dengan gangguan
waham mungkin terus bersosialisasi, bertindak secara normal, dan perilaku mereka tidak
selalu tampak aneh.
Waham sering ditemui pada penderita gangguan jiwa berat. Selama itu, berapa bentuk
waham yang spesifik, sering ditemukan pada penderita skizofrenia. Akan tetapi, gangguan
waham berbeda dengan skizofrenia. Jika seseorang memiliki gangguan waham, fungsinya
umumnya tidak terganggu dan berperilaku tidak jelas, aneh, kecuali khayalan. Selain itu,
waham ini bukan merupakan kondisi medis atau kondisi akibat penyalahgunaan zat.
B. KLASIFIKASI
1. Waham kebesaran (Granddiosity)
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, serta diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya ini direktur sebuah bank swasta lho..”
atau “Saya punya beberapa perusahaan multinasional”.
2. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mencederai
dirinya, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya
tahu..kalian semua memasukkan racun ke dalam makanan saya”.
3. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, serta diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Kalau saya mau masuk surga saya harus
membagikan uang kepada semua orang.”
4. Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya sakit menderita
penyakit menular ganas”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tandatanda
kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.
5. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, serta diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Ini kan alam kubur ya, semua yang ada di
sini adalah roh-roh”.
6. Waham Bizar (Bizarre)
Suatu paham yang melibatkan fenomena keyakinan seseorang yang sama sekali tidak
masuk akal. Waham bizar terdiri dari :
Waham sisip pikir adalah waham dimana klien meyakini bahwa pikirannya bukan
miliknya sendiri, melainkan milik orang lain dan telah dimasukkan ke dalam
pikiran klien.
Waham slar pikir adalah waham dimana klien memiliki keyakinan yang tidak
masuk akal bahwa orang lain dapat mendengar atau menyadari pikirannya.
Waham kendali pikir adalah waham dimana klien meyakini bahwa perasaan,
dorongan, pikiran, atau tindakannya berada bawah kendali orang lain atau puhak
eksternal dari pada di bawah kendalinya sendiri.
C. RENTANG RESPON
Adaptif Maladaptif
D. TANDA GEJALA
Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham, yaitu pasien menyatakan dirinya
sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan, atau kekayaan luar biasa, serta
pasien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang. Selain itu,
pasien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam tubuhnya, menarik diri dan
isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, rasa curiga yang berlebihan,
kecemasan yang meningkat, sulit tidur, tampak apatis, suara memelan, ekspresi wajah datar,
kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada orang lain, dan gelisah.
E. POHON MASALAH
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan gangguan waham umumnya difokuskan pada upaya untuk
menangani morbiditas dengan menurunkan dampak waham terhadap kehidupan
pasien dan keluarganya.
Psikoterapi
Psikoterapi yang efektif untuk gangguan waham menetap adalah psikoterapi
individual, berorientasi insight, suportif, kognitif, dan behavioral. Dalam psikoterapi,
sebaiknya tidak dilakukan konfrontasi terhadap waham pasien, namun lebih pada
penekanan bahwa preokupasi pasien terhadap wahamnya menimbulkan distress bagi
dirinya dan mengganggu kemampuannya untuk bisa hidup dengan lebih baik.
Cognitive behavioral therapy (CBT) bisa digunakan untuk memperbaiki bias
pengenalan informasi (yang timbul akibat waham), sensitivitas interpersonal,
gaya reasoning, kecemasan, dan insomnia.
Metacognitive training adalah terapi yang dikembangkan untuk membantu
pasien dengan waham untuk mengenali pola pikir disfungsionalnya. Meskipun
awalnya dikembangkan untuk schizophrenia, namun terapi ini juga bermanfaat pada
pasien dengan gangguan waham lain, termasuk gangguan waham menetap
Medikamentosa
Pasien-pasien gangguan waham menetap yang mengalami agitasi sebaiknya
mendapatkan antipsikotik lewat injeksi intramuskular. Farmakoterapi pada pasien
dengan gangguan waham relatif sulit dilakukan karena mereka bisa dengan mudah
memasukkan obat yang diberikan sebagai bagian negatif dari sistem wahamnya. Perlu
dilakukan bina rapport dan psikoterapi yang adekuat sebelum farmakoterapi bisa
dimulai.
Farmakoterapi sebaiknya dimulai dari dosis kecil (misalnya haloperidol 2
mg/24 jam atau risperidone 2 mg/24 jam) kemudian dititrasi pelan. Bila dalam waktu
6 minggu pasien tidak menunjukkan respons, maka sebaiknya diganti dengan
antipsikotik kelas lainnya. Beberapa klinisi menyatakan bahwa pimozide efektif
digunakan pada pasien dengan gangguan waham, terutama pasien dengan waham
somatik kronis. Sebuah review oleh Mohsen, et al menemukan bahwa antipsikotik
yang paling banyak digunakan pada pasien dengan gangguan waham adalah
risperidone, diikuti oleh olanzapine, quetiapine, dan antipsikotik tipikal (generasi
pertama).
Mengingat bahwa sebagian besar pasien mempunyai fungsi dan peran yang
masih baik, maka pilihan antipsikotik sebaiknya dijatuhkan pada antipsikotik atipikal
yang mempunyai profil efek samping lebih ringan. Meskipun outcome klinis antara
antipsikotik tipikal dan atipikal tidak berbeda signifikan.
Mengingat bahwa baik antipsikotik tipikal maupun atipikal mempunyai efek
samping pada penggunaan jangka panjang. Antipsikotik yang dilaporkan relatif aman
digunakan pada pasien dengan gangguan waham adalah risperidone, amisulpride,
aripiprazole, dan ziprasidone.
Banyak pasien dengan gangguan waham mengalami depresi, sehingga
membutuhkan antidepresan. Antidepresan yang direkomendasikan adalah
golongan selective serotonin reuptake inhibitors / SSRI, misalnya fluoxetine,
sertraline, citalopram, escitalopram, atau golongan serotonin norepinephrine reuptake
inhibitors / SNRI, misalnya venlafaxine, duloxetine.
Masalah terbesar dengan obat pada gangguan waham adalah ketidakpatuhan,
namun hal ini bisa diperbaiki dengan psikoterapi yang dilakukan bersamaan dengan
farmakoterapi.
G. ASKEP TEORI
PENGKAJIAN
Menurut Kaplan dan Sadock (1997) beberapa hal yang harus dikaji antara lain sebagai
berikut.
1. Status mental
a. Pada pemeriksaan status mental, menunjukkan hasil yang sangat normal, kecuali
bila ada sistem waham abnormal yang jelas.
b. Suasana hati (mood) pasien konsisten dengan isi wahamnya.
c. Pada waham curiga didapatkannya perilaku pencuriga.
d. Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan identitas diri
dan mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal.
e. Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya kualitas
depresi ringan.
f. Pasien dengan waham tidak memiliki halusinasi yang menonjol/menetap kecuali
pada pasien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa pasien kemungkinan
ditemukan halusinasi dengar.
2. Sensorium dan kognisi (Kaplan dan Sadock, 1997)
a. Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang memiliki
waham spesifik tentang waktu, tempat, dan situasi.
b. Daya ingat dan proses kognitif pasien dengan utuh (intact).
c. Pasien waham hampir seluruh memiliki daya tilik diri (insight) yang jelek.
d. Pasien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya,
keputusan yang terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi pasien adalah
dengan menilai perilaku masa lalu, masa sekarang, dan yang direncanakan.
DIAGNOSIS
Diagnosis Keperawatan
1. Risiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham.
2. Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah.
RENCANA INTERVENSI
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1. Tujuan
a. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap.
b. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.
c. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
d. Pasien menggunakan obat dengan prinsip lima benar.
2. Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya.
1) Mengucapkan salam terapeutik.
2) Berjabat tangan.
3) Menjelaskan tujuan interaksi.
4) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien.
2. Tindakan
a. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien.
b. Diskusikan dengan keluarga tentang hal berikut.
1) Cara merawat pasien waham di rumah.
2) Follow up dan keteraturan pengobatan.
3) Lingkungan yang tepat untuk pasien.
c. Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek
samping, akibat penghentian obat).
EVALUASI
1. Pasien mampu melakukan hal berikut.
a. Mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan.
b. Berkomunikasi sesuai kenyataan.
c. Menggunakan obat dengan benar dan patuh.
ASUHAN KEPERAWATAN
STUDI KASUS 1
Seorang laki-laki berusia 40 tahun diantar keluarga ke UGD Psiklatri RSJ Ratumbuysang
dengan alasan di rumah; klien tampak gelisah, tidak mau makan, sering marah-marah tanpa sebab
namun tidak sampai merusak barang, bicara kasar dan selalu merasa curiga dengan siapapun. Klien
selalu mengatakan bahwa makanan yang diberikan padanya sudah mengandung racun dan semua
orang ingin membunuhnya karena iri dengan kesuksesannya. Saat ini, klien di rawat di RSJ sudah
yang ke-2 kalinya. Pengobatan sebelumnya kurang berhasil karena putus obat. Pengalaman masa lalu
tidak menyenangkan yang dialami klien adalah 3 tahun yll di PHK dari bank swasta dengan alasan
yang tidak jelas dengan jabatan kepala cabang. Saat pengkajian klien mengatakan “saya tidak mudah
mempercayai siapapun di dunia ini karena dunia penuh kepalsuan”, “semua orang ingin
menghancurkan saya” dan selalu marah saat menolak minum obat karena menganggap sebagai racun
untuk membunuhnya. Menurut klien, pengalaman PHK tersebut menyebabkan klien jatuh miskin,
tidak punya apa-apa bahkan tidak memiliki harga diri sehingga merasa tidak berarti dan tidak ada hal
yang bisa dibanggakan lagi dalam hidupnya.
1. ANALISA DATA
Initial Nama : ______________ Ruangan : ______________ No. RM : ____________
No
1 DS:
DO:
2 DS:
DO:
2. POHON MASALAH
PERENCANAAN
KEPERAWATAN KRITERIA
EVALUASI
5. Klien dapat
bercerita/sesuai
dengan realitas
6. setelah
2xpertemuan
klien dapat
membina
hubungan dan
dukungan dari
keluarga
7. klien dapat
minum obat
tepat waktu dan
dosis
3.Klien dapat
menyebutkan
citacita dan
harapan yang
sesuai dengan
kemampuan
setelah 1 x
pertemuan.
4. Klien dapat
menyebutkan
keberhasilan
yang pernah
dialaminya.
5. Klien dapat
menyebut
kegagalan yang
pernah
dialaminya.
6. Klien dapat
menyebutkan
tujuan yang
ingin dicapai
setelah 1 kali
pertemuan.
7. Keluarga
dapat berespon
dan
memperlakukan
klien secara
tepat.
D. CATATAN KEPERAWATAN
Hari/ tgl/
jam
No DX. KEP/ TUK / SP IMPLEMENTASI EVALUASI NAMA/
(SOAP) PARAF
3. Klien dapat
berhubungan
dengan realitas
4.Klien dapat
dukungan dari
keluarga
5.Klien dapat
menggunakan
obat dengan
benar/SP1
Dst…
STRATEGI PELAKSANAAN PADA KLIEN DENGAN WAHAM
Tindakan Keperawatan Bina Hubungan Saling Percaya
Pertemuan : Ke 1 (Satu)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien tenang, kooperatif, duduk sendiri, nonton televisi sambil duduk di kursi
2. Diagnosa Keperawatan
Waham Curiga
3. Tujuan Khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
4. Tindakan Keperawatan
a. Memberikan salam terapeutik
b. Memperkenalkan diri kepada pasien
c. Memberitahu tujuan interaksi kepada pasien
d. Melakukan kontrak waktu yang tepat dengan pasien
e. Menciptakan lingkungan yang aman dan tenang untuk berinteraksi
f. Mengajak pasien mengobrol ringan mengenai kehidupannya
g. Mengobservasi respon verbal dan non verbal dari pasien
h. Menunjukan sikap empati kepada pasien
i. Memberikan reinforcemen positif pada setiap jawaban yang diberikan oleh pasien
B. Strategi Pelaksanaan tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Salam Teraupetik
“Halo, selamat pagi pak. Perkenalkan, saya perawat Janike. Mulai hari ini saya
bertugas untuk merawat bapak selama 1 minggu kedepan. Nama bapak siapa? Nama
lengkapnya? Suka dipanggil siapa? Oh ya, baiklah. Hari ini saya jaga pagi dari jam 8
sampai jam 2 siang. Jadi, jika bapak ada keperluan bisa mencari saya di ruang
perawat”
b. Evaluasi / validasi
“Bagaimana kabarnya pagi ini pak? Tadi pagi bapak sudah sarapan ?”
c. Kontrak
Topik : “Hari ini kita akan berbincang-bincang untuk saling mengenal”
Waktu : “Lamanya 15 menit, bagaimana pak? Jadi, kita akan ngobrol dari jam 10
sampai jam 10 lewat 15 nanti ya?”
Tempat : “Ingin ngobrol dimana pak? Bagaimana jika di teras depan kamar bapak?
2. Fase Kerja
“Bagaimana perasaan dan keadaan bapak hari ini? Apakah ada yang dikeluhkan atau
ditanyakan sebelum kita berbincang-bincang?”
“Bapak tidak usah khawatir karena kita berada di tempat yang aman. Saya dan perawat-
perawat disini akan selalu menjadi teman dan membantu bapak.”
“Bapak? Bisa saya bertanya tentang identitas bapak? Baik alamat, keluarga, hobi atau
mungkin keinginan untuk saat ini”
“Bagus sekali bapak sudah dapat menceritakannya dengan sangat detil. Bapak dulu
bekerja dimana? Bapak suka dengan pekerjaan itu? Bagaimana dengan teman-teman
disana?”
“Bagaimana dengan teman-teman sekamar bapak? Bapak sudah kenal dengan mereka
semua? Ada berapa orang semuanya? Bagus sekali bapak bisa menghafal semua nama
teman sekamar dengan baik”
“Wahhh terimakasih pak karena sudah mau berkenalan dengan saya dan sekarang saya
akan memberitahu identitas saya, bapak maukan mendengarkan?
“ Nah karena kita sudah saling mengenal maka sekarang kita berteman, jadi bapak tidak
perlu sungkan lagi. Bila ada masalah bisa diceritakan pada saya, bapak mau kan berteman
dengan saya?”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
Subjektif : “Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang?”
Objektif : Pasien mau menjawab setiap pertanyaan yang diberikan perawat serta
mampu bercerita dengan nyaman sambil sesekali melihat ke arah perawat.
4. Rencana Tindak Lanjut
“Coba bapak bisa ulangi lagi, nama saya siapa?Wahh bagus sekali bapak bisa ingat nama
saya”
“Saya sangat senang bisa berkenalan dengan bapak dan bapak sudah bisa
mengungkapkan perasaan dengan baik dan mau berkenalan serta berteman dengan saya”
“Baiklah, sesuai janji di awal bahwa kita akan mengobrol selama 15menit dan ternyata
waktunya sudah habis. Jika ada yang ingin bapak bicarakan, bapak bisa mencari sayadi
ruang perawat”
5. Kontak
Topik :
“Bagaimana jika besok kita berbincang-bincang lagi? Besok kita akan membahas tentang
cara mempraktekan membina hubungan dengan orang lain dan membicarakan
kemampuan yang bapak miliki”
Tempat :
“Mau dimana kita bincang-bincang? Bagaimana kalau tetap disini?”
Waktu :
“Kira-kira 15 menit lagi ya, Kalau begitu saya pamit dulu. Terimakasih bapak. Sampai
jumpa besok!”.
DAFTAR PUSTAKA