Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN KEPERAWATAN

BELUM OPTIMALNYA METODE TIM DALAM PEMBERIAN


ASUHAN KEPERAWATAN RUANGAN ST. XAVERIUS
RUMAH SAKIT GUNUNG MARIA TOMOHON

Disusun Oleh :

KELOMPOK IV Ru. St. Xaverius

Pembimbing Klinik : Ns. Louice M. de M. Goni, S.Kep

Program Studi Profesi Ners


Fakultas Keperawatan
Unoversitas Katolik De La Salle Manado
2022

i
LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN KEPERAWATAN

BELUM OPTIMALNYA METODE TIM DALAM PEMBERIAN


ASUHAN KEPERAWATAN RUANGAN ST. XAVERIUS
RUMAH SAKIT GUNUNG MARIA TOMOHON

Disusun Oleh :

1. Damiana Like Matwear 21062035

2. Laorensia Eka Lena 21062037

3. Ni Luh Sri Indajuliani 21062125

4. Debora V. Kembuan 21062109

5. Aissiya Sangkong 21062026

6. Janike A. Bawinto 21062006

7. Sheiren M. Mamuko 21062104

Program Studi Profesi Ners


Fakultas Keperawatan
Unoversitas Katolik De La Salle Manado
2022

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena tuntunan dan bimbingan-
Nya, sehingga laporan manajemen keperawatan ini boleh tersusun dan terlaksana dengan baik.
Adapun, judul dari laporan yang kami susun adalah Belum Optimalnya Metode Tim Dalam
Pemberian Asuhan Keperawatan Ruangan St. Xaverius Rumah Sakit Gunung Maria Tomohon.
Maksud kami membuat laporan ini adalah merupakan bagian dari tugas atau laporan
pertanggungjawaban kelompok selama praktikum klinik Profesi Ners di Rumah Sakit Gunung
Maria Tomohon, khususnya untuk mata kuliah Manajemen Keperawatan di Ruang St.Xaverius.
Disamping itu, kami membuat laporan ini untuk menambah pengetahuan mengenai
manajemen keperawatan khususnya tentang pelaksanaan metode tim, dimana perawat
melaksanakan tugasnya sesuai perannya. Sehingga biasa menjadi acuan ataupun bahan ajaran
pada instansi-instansi yang terkait, terutama bagi mahasiswa, dosen ataupun tim kesehatan
lainnya yang berkecimpung dibidang manajemen , terlebih khusus bagi perawat yang ada
diruangan St.Xaverius RS Gunung Maria Tomohon.
Kepada semua pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung telah membantu
terlaksananya praktik profesi ners dan tersusunnya laporan ini, diantaranya :
1. Direktur Rumah Sakit Gunung Maria Tomohon
2. Rektor Universitas Katolik De La Salle Manado
3. Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado
4. Ketua Program Studi Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La Salle
Manado
5. Pembimbing Akademik Profesi Ners
6. CI/Pembimbing Klinik Profesi Ners di Rumah Sakit Gunung Maria Tomohon
7. Kepala Ruangan Instalasi Rawat Inap di Ruangan St.Xaverius RS. Gunung Maria Tomohon
8. Seluruh perawat, dokter dan karyawan yang bertugas di ruang St.Xaverius yang telah banyak
membantu kelompok selama praktek.
Kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya.
Kami menyadari bahwa laporan yang kami susun ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kami terbuka terhadap kritik ataupun saran yang dapat menyempurnakan laporan ini. Semoga

iii
dengan adanya laporan ini, dapat bermanfaat bagi para pembaca dalam memperluas dan
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.
Tuhan memberkati kita semua.
Tomohon, 15 Januari 2022

Tim Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………………… ii


KATA PENGANTAR ................................................................................................................ iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………… v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………………………. 1
1.2 Tujuan Penulisan ……………………………………………………………………………. 2
1.3 Manfaat Penulisan …………………………………………………………………………… 3

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Konsep Dan Proses Manajemen Keperawatan ……………………………………………… 4
2.2 Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) ………………………………………….. 8

BAB III ANALISA SITUASI


3.1 Analisa Situasi Ruangan …………………………………………………………………… 20
3.2 Analisa SWOT ……………………………………………………………………………... 36
3.3 Perumusan Masalah ………………………………………………………………………... 42
3.4 POA (Plan OF Action)……………………………………………………………………… 44
3.5 Fishbone ……………………………………………………………………………………. 47
3.6 Penyelesaian Masalah ……………………………………………………………………… 49

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Data Pre Implementasi ……………………………………………………………………... 50
4.2 Implementasi ……………………………………………………………………………….. 50
4.3 Evaluasi …………………………………………………………………………………….. 50
4.4 Hambatan …………………………………………………………………………………... 51

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………………… 52
5.2 Saran ……………………………………………………………………………………….. 52

LAMPIRAN
Materi Sosialisasi ………………………………………………………………………………. 54
Dokumentasi ……………………………………………………………………………............ 58

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………. 61

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
melalui perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating) dan
pengawasan (controlling) dengan menggunakan sumber daya manusia secara efektif, efisien
dan rasional dalam memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif pada
individu, keluarga dan masyarakat, baik yang sakit maupun yang sehat melalui proses
keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmuji, 2016).
Profesionalisasi keperawatan merupakan proses dinamis dimana profesi keperawatan
yang telah terbentuk mengalami perubahan dan perkembangan karakteristik sesuai dengan
tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat. Sebagai profesi, keperawatan dituntut untuk
memiliki kemampuan intelektual, interpersonal, kemampuan teknis dan moral. Keperawatan
sebagai pelayanan atau asuhan profesional bersifat humanistis, menggunakan pendekatan
holistis dan dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi pada kebutuhan
objektif klien, mengacu pada standar profesional keperawatan dan menggunakan etika
keperawatan sebagai tuntutan utama. Perawat dituntut untuk selalu melaksanakan asuhan
keperawatan dengan benar atau rasional dan baik atau etis (Nursalam, 2011 dalam Wahyudi,
2019).
Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus menjadi tuntutan bagi organisasi
pelayanan kesehatan. Proses registrasi dan legislasi keperawatan mulai terjadi sejak
diakuinya keperawatan sebagai profesi sejak adanya pendidikan tinggi keperawatan (S1
Keperawatan dan Ners), serta sejak berlakunya Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan dan Permenkes No. 1239/2001 tentang registrasi dan praktek keperawatan.
Menurut Grant dan Massey (1997) dan Marquis dan Huston (1998) terdapat empat jenis
metode dalam pemberian asuhan keperawatan yang profesional yang dikenal dengan Model
Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) yaitu metode fungsional, metode kasus, metode
tim dan metode primer (Nursalam, 2011 dalam Wahyudi, 2019).
Pengembangan MPKP merupakan upaya yang dilakukan oleh banyak negara untuk
meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan lingkungan kerja perawat. Di berbagai negara,
pengembangan ini mendapatkan dukungan yang besar dari departemen kesehatan dan dari
organisasi profesi. Pengembangan MPKP juga menjadi strategi dari berbagai rumah sakit
dalam membuat perawat menjadi betah bekerja disuatu rumah sakit atau yang biasa dikenal
dengan istilah magnet hospital Di Indonesia sendiri MPKP dikembangkan pertama kali di
rumah sakit RSUP Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSUP NCM), mpkp di rumah sakit
ini dikembangkan oleh Sitorus pada tahun 1997 dan di fasilitasi dengan surat keputusan
direktur RSUP Nasional dr. Cipto Mangunkusumo No: 2093/TU.K/VII/1996 (Sitorus, 2006)
Di RSU. Gunung Maria Tomohon telah diterapkan metode MPKP khususnya di Ru.
Xaverius. Berdasarkan klasifikasi tingkat pendidikan perawat primer atau ketua tim Ru.
Xaverius masuk dalam kategori MPKP pemula. Dalam pemberian asuhan keperawatan Ru.
Xaverius sendiri sistem penugasannya menggunakan metode tim. Struktur organisasi di Ru.
Xaverius dimulai dari kepela ruangan, clinical instructure (CI), ketua tim I, ketua tim II dan

1
perawat pelaksana yang menjalankan tugas dan tanggung jawab berdasarkan standar yang
telah ditetapkan oleh komite keperawatan di RSU. Gunung Maria Tomohon.
Dalam menilai mutu pelayanan rumah sakit, salah satu indikator penilaian yang penting
yaitu kinerja dari perawat pelaksana. Perawat pelaksana memiliki peran dan fungsinya
masing-masing dan hal tersebut telah diterapkan ole perawat pelaksana di Ru. Xaverius.
Terdapat 4 tahap proses penerapan manajemen keperawatan yang menggunakan MPKP yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian. Salah satu fungsi dasar
manajemen dan paling awal yaitu perencanaan dalam menyeleksi prioritas hasil dan metode
dalam memperoleh hasil yang diinginkan. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang telah
dilakukan di Ru. Xaverius, di dapati bahwa metode tim yang telah diterapkan di Ru.
Xaverius belum berjalan secara optimal dikarenakan dalam melakukan timbang terima
(overan) perawat yang melakukan tugas di shift sebelumnya melaporkan keadaan pasien
serta ruangan dengan satu perawat saja, jadi proses pengorganisasian didalam ruangan tidak
begitu optimal. Serta perawat yang dinas saat itu tidak memberitahukan tugas dan perannya
sebagai katim ataupun perawat pelaksana saat melakukan timbang terima (overan).

1.2 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan menggunakan metode
tim
2. Tujuan Khusus
a. Institusi Pendidikan Untuk menjadikan pedoman atau saran dalam pengembangan
mata kuliah manajemen keperawatan bagi mahasiswa keperawatan khususnya
Program Studi profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La Salle
Manado.
b. Rumah Sakit Untuk menjadi acuan atau perbandingan pelayanan kesehatan dengan
menggunakan metode tim.
c. Mahasiswa Untuk menjadi acuan bagi mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan
praktek manajemen keperawatan dari tahap pengumpulan data, implementasi, dan
evaluasi masalah yang ditemukan di Ru. Xaverius.
d. Perawat Untuk menambah wawasan, memberikan masukan, serta jalan keluar
mengenai masalah yang terjadi di ruangan terkait dengan manajemen keperawatan
khususnya dalam pelaksanaan metode tim perawat di Ru. Xaverius.
e. Pasien Untuk membantu mengatasi masalah pasien dan kebutuhan pasien dapat
terpenuhi.

2
1.3 Manfaat Penulisan
1. Institusi Pendidikan Dapat menjadikan pedoman atau saran dalam pengembangan mata
kuliah manajemen keperawatan bagi mahasiswa keperawatan khususnya Program Studi
profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado.
2. Rumah Sakit Untuk menjadi acuan atau perbandingan pelayanan kesehatan dengan
menggunakan metode tim.
3. Mahasiswa Untuk menjadi acuan bagi mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan
praktek manajemen keperawatan dari tahap pengumpulan data, implementasi, dan
evaluasi masalah yang ditemukan di Ru. Xaverius.
4. Perawat Untuk menambah wawasan, memberikan masukan, serta jalan keluar mengenai
masalah yang terjadi di ruangan terkait dengan manajemen keperawatan khususnya
dalam pelaksanaan metode tim perawat di Ru. Xaverius.
5. Pasien Untuk membantu mengatasi masalah pasien dan kebutuhan pasien dapat
terpenuhi.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep dan Proses Manajemen Keperawatan


2.1.1 Pengertian
Manajemen adalah proses perencanaan, perorganisasian, kepemimpinan, dan
pengendalian kegiatan anggota organisasi dan proses penggunaan sumber daya organisasi
lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Manajemen merupakan suatu
pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan diorganisasi.
Manajemen tersebut mencakup kegiatan planning, organizing, actuating, controlling (POAC)
terhadap staf, sasaran dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Firmansyah, 2018).
Manajemen keperawatan adalah suatu seni dan ilmu pengetahuan yang harus dimiliki dan
diterapkan oleh perawat manajer (Nurse Manager) dalam menyediakan dan mengelolah sumber
daya keperawatan secara efektif dan efisien dengan bantuan staf keperawatan untuk mencapai
tujuan pelayanan keperawatan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien pula (Laode
Kamalia dkk, 2020). Menurut Karyoto (2016) mengatakan bahwa manajemen adalah suatu
kegitana yang dilakukan oleh para manager sebagai usaha untuk mewujudkan tujuan yang ingin
dicapai.

2.1.2 Proses Manajemen Keperawatan


Proses manajemen keperawatan berjalan bersama dengan proses keperawatan yang
merupakan suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan yang professional sehingga
diharapkan keduanya dapat saling mendukung.
a. Perencanaan (Planning) Perencanaan adalah proses pengambilan keputusan manajer yang
mencakup penelitian lingkungan, penggambaran system organisasi, memperkirakan
sumber daya organisasi, mengidentifikasi dan memilih langkah-langkah tindakan,
memperkirakan efektifitas tindakan dan menyiapkan karyawan untuk melaksanakannya.
b. Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian adalah pengelompokan sejumlah
aktivitas untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Penugasan pada masing-masing
kelompok dilakukan berdasarkan supervise, ada koordinasi dengan unit lain baik secara
horizontal maupun secara vertical. Pengorganisasian juga merupakan sejumlah rangkaian

4
kegiatan manajemen untuk merangkum semua sumber daya (potensi) yang dimilikioleh
organisasi dan dimanfaatkan dengan baik dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
c. Penggerakkan (Actuating) Penggerakan merupakan proses memberikan bimbingan
kepada karyawan agar mampu bekerja secara optimal dan melakukan tugastugasnya
sesuai dengan keterampilan yang dimilik dan didukung oleh sumber daya yang tersedia.
d. Pengawasan atau Monitoring (Controling) Pengawasan merupakan proses yang
dilaksanakan untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan rencana kerja yang
sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi.

2.1.3 Komponen Sistem Manajemen Keperawatan


Dalam manajemen keperawatan ada beberapa komponen yang saling berinteraksi.
Komponen tersebut yaitu input, proses, output, control dan mekanisme umpan balik.
a. Input Dalam proses manajemen keperawatan yang diinput yaitu informasi, personel,
peralatan dan fasilitas
b. Proses Proses merupakan kelompok manajer dan tingkat pengelola keperawatan tertinggi
sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan.
c. Output. Dalam pendekatan system, output atau keluaran yang hasil atau kualitas
pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan serta kegiatan penelitian untuk
menindaklanjuti hasil atau keluaran.
d. Control Control dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui
penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat, pembuatan
prosedur yang sesuai standar dan akreditasi. controlling juga merupakan proses
pemeriksaan apakah segala sesuatu yang terjadi sesuai dengan rencana yang telah
disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditetapkan, yang
bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak
terjadi lagi.
Tugas seorang manajer dalam usaha menjalankan dan mengembangkan fungsi pengawasan,
manajer perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut :
 Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah diukur.

5
 Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya mncapai tujuan
organisasi.
 Standart untuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf, sehingga staf
dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap kegiatan
program.
 Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa sasaran dan
kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta alat untuk memperbaiki
kinerja.
e. Umpan balik
Mekanisme umpan balik sangat diperlukan untuk menyelaraskan hasil dan perbaikan
kegiatan yang akan datang. Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan,
audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja perawat. Ada tiga
kemungkinan hasil yang diperoleh dalam mekanisme umpan balik yaitu :
 Kinerja sesuai dengan harapan dimana apabila kinerja perawat sebagai pemberi layanan
sama dengan harapan perawat sebagai penerima layanan keperawatan, berarti kinerja
telah diberikan oleh perawat sesuai dengan apa yang menjadi harapan perawat, artinya
perawat sebagai pemberi layanan merasa puas atas kinerja keperawatan yang diberikan.
 Kinerja lebih dari harapan, hal ini terjadi apabila kinerja perawat sebagai pemberi
layanan melebihi harapan perawat, berarti kinerja yang diberikan perawat sangat sesuai
dengan yang diharapkan. Artinya sebagai kinerja perawat merasa sangat puas dengan
kinerja keperawatan yang diberikan.
 Kinerja kurang dari harapan, hal ini terjadi apabila kinerja perawat sebagai pemberi
layanan lebih rendah/jelek dari harapan perawat, berarti pelayanan yang diberikan
perawat tidak sesuai dengan yang diharapkan perawat, artinya perawat sebagai kinerja
merasa tidak puas dengan kinerja keperawatan yang diberikan.

2.1.4 Ruang Lingkup Manajemen Keperawatan


Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang melibatkan
berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan sudah menjadi hak yang paling mendasar
bagi semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan
upaya perbaikan menyeluruh dari sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang memadai sangat

6
dipengaruhi oleh pelayanan keperawatan yang ada didalamnya. Keperawatan merupakan disiplin
praktek klinis. Manajer keperawatan yang efektif harus memahami hal ini dan mampu
memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana meliputi :
 Menggunaan proses keperawatan dalam setiap aktivitas asuhan keperawatannya,
 Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan yang
ditetapkan.
 Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan dan hasil-hasil keperawatan yang
dilaksanakan oleh perawat, serta mampu mengendalikan lingkungan praktek
keperawatan.
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer keperawatan
melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan melibatkan para perawat
pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari :
Manajemen operasional/ menajemen layanan dan manajemen asuhan keperawatan.
1. Manajemen Layanan/Operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang perawatan yang terdiri dari
tiga tingkatan menajerial dan setiap tingkatan dipimpin oleh seseorang yang mempunyai
kompetensi yang relevan.
Tingkat manajerial tersebut yaitu :
• Manajemen puncak (kepala bidang keperawatan).
• Manajemen menengah (kepala unit pelayanan atau supervisor).
• Manajemen bawah (kepala ruang perawatan).
Agar mencapai hasil yang baik, ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang-orang
yang memimpin dalam tiap level manajerial tersebut. Faktor-faktor tersebut iyalah kemampuan
menerapkan pengetahuan, ketrampilan kepemimpinan, kemampuan menjalankan peran sebagai
pemimpin, dan kemampuan melaksanakan fungsi manajemen.
2. Manajemen Asuhan Keperawatan Manajemen
Asuhan Keperawatan adalah suatu proses keperawatan yg menggunakan konsep-konsep
manajemen didalamnya seperti : perencanaan, pengorganisasan, implementasi, pengendalian dan
evaluasi. Manajemen asuhan keperawatan ini menekankan pada penggunaan proses keperawatan
dan hal ini melekat pada diri seorang perawat. Setiap perawat dalam melaksanakan tugasnya
harus menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan pasien.

7
Proses Keperawatan merupakan proses pemecahan masalah yg menekankan pada
pengambilan keputusan tentang keterlibatan perawat sesuai yang dibutuhkan pasien. Proses
keperawatan terdiri dari 5 tahapan yaitu : pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi.

2.2 Model praktik Keperawatan Profesional (MPKP)


2.2.1 Definisi MPKP
Model Praktik Keperawatan Profesional merupakan penataan struktur dan proses sistem
pemberian asuhan keperawatan pada tingkat ruang rawat sehingga memungkinkan pemberian
asuhan keperawatan profesional (Ratna Sitorus dan Rumondang Panjaitan, 2011).
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses
dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian
asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut
(Hoffart & Woods, 1996).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan
nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan. (Ratna sitorus & Yulia,
2006).
Tujuan MPKP :
 Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
 Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekososongan pelaksanaan asuhan keperawatan
oleh tim keperawatan.
 Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
 Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
 Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap tim
keperawatan.

2.2.2 Dasar Pertimbangan Pemilihan Model MPKP


Menurut Nursalam (2012), dasar pertimbangan pemilihan model Metode Asuhan
Keperawatan Profesional adalah sebagai berikut:
a) Sesuai dengan visi dan misi institusi.

8
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keeprawatan harus didasarkan pada visi
dan misi rumah sakit.
b) Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan asuhan
keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangat ditentukan
oleh pendekatan proses keperawatan.
c) Efektif dan efisien dalam penggunaan biaya.
Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektifitas dalam
kelancaran pelaksanaannya. Bagaimanapun baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh
biaya memadai, maka tidak akan didapat hasil yang sempurna.
d) Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga dan masyarakat.
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap
asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang baik adalah model
asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan pelanggan.
e) Kepuasan dan kinerja perawat.
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan kinerja
perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat, bukan justru
menambah beban kerja dan frustasi dalam pelaksanaannya.
f) Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya.
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan dasar
pertimbangan penetuan model. Model asuhan keperawatan diharapkan akan dapat
meninkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan
lainnya.

2.2.3 Tingkatan MPKP


Berdasarkan pengalaman mengembangkan model PKP dan masukan dari berbagai pihak
perlu dipikirkan untuk mengembangkan suatu model PKP yang disebut Model Praktek
Keperawatan Profesional Pemula (PKPP).
Ada beberapa jenis model PKP yaitu:
a. Model Praktek Keperawatan Profesional III Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat
dengan kemampuan doktor dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk melakukan

9
riset dan membimbing para perawat melakukan riset serta memanfaatkan hasil-hasil riset
dalam memberikan asuhan keperawatan.
b. Model Praktek Keperawatan Profesional II Pada model ini akan mampu memberikan
asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat
dengan kemampuan spesialis keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu.
Perawat spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan
kepada perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan
memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat
spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer pada area spesialisnya.
c. Model Praktek Keperawatan Profesional I Pada model ini perawat mampu memberikan
asuhan keperawatan profesional tingkat I dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen
utama yaitu: ketenagaan keperawatan. Metode pemberian asuhankeperawatan yang
digunakan pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim
disebut tim primer.
d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula Model Praktek Keperawatan Profesional
Pemula (MPKPP) merupakan tahap awal untuk menuju model PKP. Model ini mampu
memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat pemula. Pada model ini terdapat 3
komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan
dan dokumentasi asuhan keperawatan.

2.2.4 Pilar-pilar dalam MPKP


Dalam model praktik keperawatan professional terdapat empat pilar yang digunakan
sebagai acuan, yaitu sebagai berikut.
a. Pilar I : Manajemen Approach (pendekatan manajemen)
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai pilar
praktik perawatan professional yang pertama. Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen
terdiri dari :
1. Perencanaan
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-
hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu

10
rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu
dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan.
Dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi (perumusan visi,
misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ; harian, bulanan, dan tahunan).
Jenis-jenis perencanaan terdiri dari :
a. Rencana Jangka Pendek
- Rencana Harian Kepala Ruangan.
Rencana harian kepala ruangan kegitannya meliputi: Operan, pre conference dan
post conference, mengecek SDM dan sarana prasarana, melakukan interaksi
dengan pasien baru atau pasien yang memerlukan perhatian khusus, melakukan
supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana, hubungan dengan bagian lain terkait
rapat-rapat terstruktur/insidentil, mengecek ulang keadaan pasien, perawat,
lingkungan yang belum teratasi, mempersiapkan dan merencanakan kegiatan
asuhan keperawatan untuk sore, malam dan besok sesuai tingkat ketergantungan
pasien.
- Rencana Harian Ketua Tim (Perawat primer).
Rencana harian ketua tim meliputi: operan, pre conference dan post conference,
penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien pada tim yang menjadi tanggung
jawabnya, melakukan supervisi perawat pelaksana, kolaborasi dengan dokter atau
tim kesehatan lain, menulis dokumentasi, alokasi pasien sesuai perawat yang
dinas.
- Rencana Harian Perawat Pelaksana (Perawat asosiete).
Rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk sejumlah
pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Kegiatan tersebut meliputi: operw2an,
pre conference dan post conference, melaksanakan tindakan asuhan keperawatan,
mendokumentasikan asuhan keperawatan. Penilaian rencana harian perawat,
untuk menilai keberhasilan dari perencanaan harian dilakukan melalui observasi
menggunakan instrumen dan mengisinya setiap hari oleh setiap ketua tim
1. Rencana Jangka Menengah
- Rencana Bulanan Kepala Ruangan.

11
Rencana bulanan kepala ruangan meliputi: membuat jadwal dan memimpin case
conference, membuat jadwal dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok
keluarga, membuat jadwal dinas, membuat jadwal dan memimpin rapat bulanan
perawat, membuat jadwal dan memimpin rapat tim kesehatan, membuat jadwal
supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana, melakukan
dokumentasi, membuat laporan bulanan.
- Rencana Bulanan Ketua Tim.
Mempresentasikan kasus dalam case conference, memimpin pendidikan
kesehatan kelompok keluarga, melakukan supervisi perawat pelaksana.
2. Rencana Jangka Panjang
Setiap akhir tahun kepala ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam satu
tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan rencana
tahunan berikutnya.
Rencana kegiatan tahunan mencakup:
 Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik proses
kegiatan (aktifitas yang sudah dilaksanakan dari 4 pilar praktek professional) serta
evaluasi mutu pelayanan.
 Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing tim.
Penyegaran terkait materi MPKP khusus kegiatan yang masih rendah
pencapaiannya. Ini bertujuan mempertahankan kinerja yang telah dicapai MPKP
bahkan meningkatkannya dimasa mendatang.
 Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang karier
perawat (pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu), rekomendasi untuk
melanjutkan pendidikan formal, membuat jadwal untuk mengikuti pelatihan-
pelatihan.
2. Pengorganisasian
Dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar alokasi pasien.
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan, penugasan
suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari pengkoordinasian
aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang bertanggung jawab untuk
mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat di ruang

12
MPKP menggunakan pendekatan sistem penugasan modifikasi Keperawatan
TimPrimer. Secara vertikal ada Kepala Ruangan, Clinical Care Manager (CCM),
Ketua Tim, dan Perawat Pelaksana. Setiap tim bertanggung jawab terhadap sejumlah
pasien.

3. Pengarahan
Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim motifasi,
manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post conference,
dan manajemen konflik. Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk
tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Istilah lain yang digunakan sebagai padanan pengarahan adalah pengkoordinasian,
pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya yang bermuara pada
”melaksanakan” kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya (Marquis & Houston,
1998). Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu
kelola, jika perlu dilakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan pelaksanaan
pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus melakukan upaya-upaya (Marquis &
Houston, 1998).
4. Pengendalian
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau pengontrolan. Fayol
mendefinisikan kontrol sebagai ”Pemeriksaan apakah segala sesuatunya terjadi sesuai
dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-
prinsip yang ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan
kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi”.

b. Pilar II : Compensatory Reward (Sistem Penghargaan)


Manajemen sumber daya manusia (SDM) di ruang MPKP berfokus pada proses
rekruitmen, seleksi, kontrak kerja, orientasi, penilaian kinerja dan pengembangan staf perawat.
Sistem penghargaan menjelaskan manajemen keperawatan khususnya manajemen SDM
keperawatan agar produktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai. Metode dalam
penyusunan tenaga keperawatan harus teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk

13
menentukan jumlah dan jenis tenaga keperawatan yang dibutuhkan agar dapat memberikan
pelayanan yang sesuai kepada pasien.
c. Pilar III : Professional Relationship (Hubungan Profesional)
Hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan (tim kesehatan) dan
penerima pelayanan disebut dengan hubungan profesional secara eksternal. Sedangkan hubungan
professional secara internal yaitu pada pelaksanaannya terjadi antara perawat dengan perawat,
perawat dengan petugas kesehatan lainnya dan perawat dengan dokter.
d. Pilar IV : Manajemen Asuhan Keperawatan
Salah satu pilah MPKP adalah pelayanan keperawatan dengan menggunakan manajemen
asuhan keperawatan di MPKP tertentu. Manajemen asuhan keperawatan yang diterapkan adalah
asuhan keperawatan yang menerapkan proses keperawatan secara holistic dan dilakukan secara
mandiri oleh perawat.

2.2.5 Komponen-komponen dalam MPKP


Terdapat 4 komponen utama dalam model praktik keperawatan professional, yaitu :
ketenagaan keperawatan, metoda pemberian asuhan keperawatan, proses keperawatan dan
dokumentasi keperawatan.
a. Ketenagaan Keperawatan
Jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat ditetapkan berdasarkan derajat
ketergantungan pasien sesuai dengan Metode Douglas. Penetapan derajat ketergantungan
dilakukan berdasarkan petunjuk penetapan derajat ketergantungan pasien.
Adapun klasifikasi pasien berdasarkan derajat ketergantungan (Metode Douglas) adalah
sebagai berikut:
1. Perawatan Minimal
 Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
 Makan dan minum dilakukan sendiri.
 Ambulasi dengan pengawasan.
 Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.
 Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
2. Perawatan Parsial
 Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.

14
 Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam.
 Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.
 Dipasang voley kateter, intake output dicatat.
 Pasien dengan pasang infus, persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
3. Perawatan Total
 Semua kebutuhan pasien diabantu.
 Merubah posisi observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam.
 Makan melalui atau NGT, intravena terapi.
 Pemakaian suction
 Gelisah/disorientasi.
b. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
Sejalan dengan perkembangan dan perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi di
Indonesia, maka model sistem asuhan keperawatan berubah mengarah pada suatu praktik
keperawatan profesional. Model sistem asuhan keperawatan yang dapat dikembangkan adalah
tim, primer, dan kasus (Nursalam, 2011).
c. Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan perawat
dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap. Kebutuhan dan masalah pasien merupakan
titik sentral dalam pengambilan keputusan. Pendekatan ilmiah yang fragmatis dalam
pengambilan keputusan adalah :
1) Identifikasi masalah.
2) Menyusun alternatif penyelesaikan masalah.
3) Pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan melaksanakannya.
4) Evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah.
Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada langkah- langkah proses keperawatan
yaitu :
a) Pengkajian fokus pada keluhan utama dan eksplorasi lebih holistic.
b) Diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari masalah masalah keperawatan.
c) Rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah. d. Implementasi rencana, dan e.
Evaluasi hasil tindakan.
d. Dokumentasi Keperawatan

15
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan
keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik, maka informasi mengenai keadaan
Kesehatan pasien dapat diketahui secara berkesinambungan. Di samping itu, dokumentasi
merupakan dokumen legal tentang pemberian asuhan keperawatan. Secara lebih spesifik,
dokumentasi berfungsi sebagai sarana komunikasi antar profesi kesehatan, sumber data untuk
pemberian asuhan keperawatan, sumber data untuk penelitian, sebagai bahan bukti pertanggung
jawaban dan pertanggung gugatan asuhan keperawatan.
Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien. Dokumentasi berdasarkan
masalah terdiri dari format pengkajian, rencana keperawatan, catatan tindakan keperawatan, dan
catatan perkembangan pasien.
Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah sakit, Hoffart &
Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima komponen yaitu nilai – nilai professional
yang merupakan inti MPKP, hubungan antar professional, metode pemberian asuhan
keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam perubahan pengambilan keputusan serta
sistem kompensasi dan penghargaan.

2.2.6 Peran dan Fungsi Perawat pada MPKP


Pada MPKP tugas dan tanggung jawab di dalam melaksanakan asuhan keperawatan
dibedakan atas tugas tugas dan tanggung jawab Kepala Ruangan, Clinical Care Manager (CCM),
PP dan PA. (Ratna Sitorus dan Rumondang Panjaitan, 2011).
1. Kepala Ruangan
Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, kepala ruangan adalah perawat dengan
kemampuan DIII Keperawatan dengan pengalaman dan pada MPKP tingkat I adalah perawat
dengan kemampuan SKp/Ners dengan pengalaman. Kepala ruangan bertugas sesuai jam kerja
yaitu dinas pagi.
Tugas dan tanggung jawab kepala ruang rawat adalah:
a. Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas).
b. Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan.
c. Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah ruangan.
d. Memonitor kegiatan PP dan PA sesuai jadwal kegiatan.

16
e. Mengorientasikan pegawai baru, residen, mahasiswa kedokteran, dan mahasiswa
keperawatan yang akan melakukan praktek di ruangan, anjurkan membaca format
orientasi ruang MPKP.
f. Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat.
g. Bekerja sama dengan CCM (pembimbing klinik) membimbing siswa/mahasiswa dalam
pemberian asuhan keperawatan di ruangan, dengan mengikuti sistem MPKP.
h. Menciptakan dan memelihara hubungan kerja sama yang harmonis dengan pasien,
keluarga dan tim kesehatan lain, antara lain Kepala Ruangan bersama CCM dan PP
mengingatkan kembali pasien dan keluarga tentang perawat/tim yang bertanggung jawab
terhadap mereka di ruangan yang bersangkutan.
i. Mengecek perlengkapan persediaan status keperawatan minimal 5 set setiap hari.
j. Bersama CCM melaksanakan pembinaan terhadap PP dan PA dalam hal penerapan
MPKP termasuk sikap tingkah laku profesional.
k. Bila PP cuti tugas dan tanggung jawab PP tersebut diambil alih oleh Kepala
Ruangan/CCM dan dapat didelegasikan kepada PA senior(wakil PP pemula yang
ditunjuk) tetapi tetap di bawah pengawasan Kepala Ruangan.
l. Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitasyang dibutuhkan di ruangan.
m. Bersama CCM memonitoring dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga yang ada
di ruangan dan membuat DP3 dan usulan kenaikan pangkat.
n. Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan untuk membahas
kebutuhan di ruangan.
o. Bersama CCM merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan keperawatan.

2. Perawat Primer (PP)/Ketua Tim


Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, PP pemula adalah perawat dengan
kemampuan DIII Keperawatan dengan pengalaman dan pada MPKP tingkat I adalah
perawat dengan kemampuan SKpNers. PP dapat bertugas pada pagi, sore, atau malam
hari, namun sebaiknya PP hanya bertugas pada pagi atau sore saja.
Tugas dan tanggung jawab PP adalah sebagai berikut:

17
a. Melakukan kontrak dengan pasien dan keluarga pada awal masuk ruangan
berdasarkan format orientasi pasien dan keluarga sehngga tercipta hubungan
terapeutik.
b. Melakukan pengkajian terhadap pasien baru atau melengkapi pengkajian yang
sudah dilakukan PP pada sore, malam ataupun hari libur.
c. Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis standar renpra
sesuai dengan hasil pengkajian.
d. Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan, kepada PA di bawah tanggung
jawabnya sesuai pasien yang di rawat (pre conference).
e. Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap pasien pada setiap giliran
jaga, sesuai kondisi yang ada.
f. Melakukan bimbingan dan evaluasi pada PA dalam implementasi tindakan
keperawatan, apakah sesuai dengan SOP.
g. Memonitor Dokumentasi yang dilakukan oleh PA.
h. Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA.
i. Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi keperawatan dan tindakan
keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh PA
j. Mengatur pelaksanaan, konsul dan pemeriksaan laboratorium
k. Melakukan kegiatan serah terima pasien bersama dengan Perawat Pelaksana.
l. Mendampingi dokter visite pasien di bawah tanggung jawabnya.
m. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan perkembangan
pasien setiap hari.
n. Melakukan pertemuan dengan pasien dan keluarga minimal tiap 2 hari untuk
membahas kondisi keperawatan pasien.
o. Bila PP cuti/Libur, tugas-tugas PP didelegasikan kepada PA yang telah ditunjuk
sebagai pembimbing dengan arahan kepala ruangan.
p. Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga

18
3. Perawat Asosiet (PA)/Perawat Pelaksana
Kemampuan PA pada MPKP pemula atau MPKP tingkat I, sebaiknya perawat dengan
kemampuan DIII Keperawatan. namun pada beberapa kondisi bila belum semua tenaga
mendapat pendidikan tambahan pada beberapa MPKP Yang dikembangkan.
Tugas dan tanggung jawab PA/Perawat Pelaksana adalah sebagai berikut
a. Membaca renpra yang telah ditetapkan PP dan meminta bimbingan kepada PP, bila ada
hasil yang belum jelas.
b. Membina hubungan terapeutik dengan pasien dan keluarga, sebagai lanjutan kontrak
yang sudah dilakukan PP.
c. Menerima pasien baru dan memberikan informasi berdasarkan format orientasi pasien
dan keluarga jika PL tidak ada di tempat.
d. Melakukan tindakan keperawatan pada pasiennya berdasaran renpra.
e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan mendokumentasikannya
pada format yang tersedia.
f. Mengikuti visite dokter bila PP tidak di tempat.
g. Mengecek kerapihan dan kelengkapan status keperawatan.
h. Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai diparaf.
i. Mengkomunikasikan kepada PP/PJ dinas bila menemukan masalah yng perlu
diselesaikan.
j. Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostic, laboratorium, pengobatan dan
tindakan.
Berperan serta dalam penkes pada pasien dan keluarga yang dilakukan PP.

19
BAB III
ANALISA SITUASI

3.1 Analisa Situasi Ruangan


Kegiatan pengumpulan data ini dilakukan di Ruangan St. Xaverius Rumah Sakit Gunung
Maria Tomohon. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 06 Desember 2021 – 15 Januari
2022 dengan menggunakan metode observasi dan wawancara. Adapun yang menjadi sasaran dari
pengumpulan data ini adalah Man, Material, Method, dan Machine yang ada di ruangan St.
Xaverius. Selain itu, yang menjadi responden dalam pengumpulan data adalah perawat dan
pasien.

1. Sumber Daya Manusia (M1-Man)


a. Struktur organisasi
Instalasi rawat inap St. Xaverius RS Gunung Maria Tomohon dipimin oleh kepala
ruangan dan dibantu oleh 2 ketua tim, 9 perawat pelaksana dan 2 perawat Gizi.
Adapun struktur organisasi ruang St. Xaverius adalah sebagai berikut :

Kepala Ruang
Clinical Instructor

Ketua Tim 1 Ketua Tim 2

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana

Pasien Pasien

Berdasarkan wawancara didapatkan hasil perawat diruangan menyatakan bahwa


pembagiann tugas dilakukan belum sesuai dengan struktur organisasi yang ada. Dari hasil
observasi yang dilakukan, kami menemukan bahwa metode tim tidak berjalan secara optimal,
sering sekali metode fungsional yang berjalan. Perawat mengatakan bahwa pembagian tugas
diruangan belum jelas karena belum menggunakan metode Tim dengan optimal. Perawat juga
mengatakan sering kewalahan ketika 2 dokter datang bersamaan dan perawat yang lain sedang
menjalankan asuhan keperawatan, hal ini membuat perawat menjadi tidak optimal dalam

20
mencatat instruksi yang diberikan oleh dokter pada saat visite. Berdasarkan data yang didapatkan
juga bahwa sumber daya manusia (perawat) diruangan xaverius belum memenuhi kriteria
pembagian tenaga kesehatan menurut dinkes.
Tugas dari kepala ruangan sudah berjalan dengan baik, tugas dari ketua tim belum
berjalan secara optimal karena penyesuaian dengan tenaga yang ada. Bervariasi pelatihan yang
telah diikuti oleh perawat diruangan. Semua perawat yang ada sangat membutuhkan kesempatan
untuk meningkatkan kemampuan kerja melalui pelatihan dan pendidikan tambahan. Beberapa
perawat sedang menjalankan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan kerja. Namun
beberapa perawat lainnya belum mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan
tambahan dikarenakan keterbatasan tenaga yang mengharuskan harus secara bergantian dalam
melanjutkan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan kerja. Diruangan St. Xaverius ada 4
orang tenaga keperawatan yang telah mendalami dalam perawatan luka modern.

b. Ketenagaan
Berikut akan dijelaskan dalam tabel, mengenai jumlah tenaga, baik tenaga keperawatan
maupun tenaga non keperawatan.
Komposisi Tenaga Perawat
No Kualifikasi Jumlah Masa kerja Jenis
1 S-1 1 ≥ 20 Tahun : 1
Keperawatan Orang
2 S-1 1 ≥ 2 tahun : 1
Keperawatan orang
Ners
D-3 10  1 Tahun : 3
Keperawatan orang
 ≥ 2 tahun : 3
orang
 6 Tahun : 3
orang
 19 tahun : 1
orang

Komposisi Tenaga Perawat Berdasarkan Jenjang

21
1. PK 1 : latar belakang pendidikan D3 keperawatan dengan pengalaman kerja 1
tahun sebanyak 3 orang
2. PK 2 : latar belakang pendidikan D3 keperawatan dengan pengalaman kerja ≤
4 tahun sebanyak 3 orang. Dan untuk pendidikan S1 Keperawatan(Ners)
dengan pengalaman kerja > 3 tahun sebanyak 1 orang.
3. PK 3 : latar belakang pendidikan D3 keperawatan dengan pengalaman kerja ≥
4 tahun sebanyak 3 orang. Dan pengalaman kerja 19 tahun sebanyak 1 orang
4. PK 4 : Latar belakang pendidikan S1 Keperawatan dengan pengalaman kerja
≥ 20 tahun sebanyak 1 orang
Komposisi Tenaga Non Perawat
No Kualifikasi Jumlah Masa kerja
1. Gizi 2 > 5 Tahun : 2
Orang

c. Pasien
adapun jumlah pasien selama 06-22 Desember 2021& 06-15 Januari 2022 berdasarkan
data diruangan adalah sebagai berikut.
Tingkat ketergantungan Jumlah Rata- rata
pasien pasien pasien
perhari
Perawatan Minimal (Self 42 3
Care)
Perawatan Parsial 210 8
(Intermediate Care)
Perawatan Total ( Total Care) 38 2
Jumlah 290 13

Klasifikasi pasien berdasarkan diagnosa medik selama 06-22 Desember 2021& 06-15 Januari
2022 berdasarkan data diruangan adalah sebagai berikut.
No Diagnosa Medik Jumlah
1 Tumor 20
2 Kolik abdomen 15
3 Diabetes Melitus 46
4 Hipertensi 23
5 Ulkus 19
6 Apendisitis 10

Klasifikasi pasien berdasarkan diagnosa keperawatan selama 06-22 Desember 2021& 06-15
Januari 2022 berdasarkan data diruangan adalah sebagai berikut.

22
No Diagnosa Keperawatan Jumlah
1 Nyeri 77
2 Gangguan integritas kulit 80
3 Resiko infeksi 37
4 Ansietas 85
5 Resiko pendarahan 45

d. Pengaturan Ketenagaan
Perhitungan tenaga keperawatan berdasarkan DEPKES 2005 Rawat Jalan :
Jumlah Tenaga Keperawatan Yang Diperlukan :
RATA-RATA
RATA-RATA JAM JUMLAH JAM
NO JENIS/KATEGORI
PASIEN/HARI PERAWATAN PERAWATAN/HARI
PASIEN/HARI*
1 Penyakit Dalam 3.5
2 Penyakit Saraf 3.5
3 Bedah 4
4 Anak 4.5
5 Kebidanan 2.5
6 Gawat 10
JUMLAH ? ?
* Berdasarkan Penelitian di Luar Negeri (Philipina & Thailand)

RUMUS
1) JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN YANG DIPERLUKAN :

Jumlah Jam Perawatan/ Hari


Jam Kerja Efektif / Shift

2) LOSS DAY (HARI LIBUR/CUTI/HARI BESAR) :

Jumlah Hari Non Efektif


x Jumlah Perawat
Jumlah Hari Kerja Efektif

3) KOREKSI 25 % (TUGAS-TUGAS NON-KEPERAWATAN)

25
x JumahTenaga Kep+ Loss Day
100

4) KEBUTUHAN
Jumlah Tenaga Kep + Loss Day + Koreksi

Kebutuhan Tenaga Keperawatan Ruangan Xaverius

23
RATA-RATA
RATA-RATA JAM JUMLAH JAM
NO JENIS/KATEGORI
PASIEN/HARI PERAWATAN PERAWATAN/HARI
PASIEN/HARI*
1 Penyakit Dalam/Saraf 5 3.5 17,5
2 Bedah 3 4 5,2
3 Anak 1 4.5 4.5
4 Kebidanan 1 2.5 2,5
JUMLAH 20 76.5

JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN YANG DIPERLUKAN :


Jumlah Jam Perawatan/ Hari
Jam Kerja Efektif / Shift
76,5
=10,92
7
LOSS DAY (HARI LIBUR/CUTI/HARI BESAR) :
Jumlah Hari Non Efektif
x Jumlah Perawat
Jumlah Hari Kerja Efektif
77
x 12=3,20
288

KOREKSI 25 % (TUGAS-TUGAS NON-KEPERAWATAN)


25
x JumahTenaga Kep+ Loss Day
100
25
x 10,92+3.20=5,93
100
KEBUTUHAN (Jumlah Tenaga Kep + Loss Day + Koreksi)
10.92 + 3.20 + 5.93 = 20 orang perawat
Dari hasil diatas dapat disimpulkan tenaga diruangan belum cukup untuk melakukan
perawatan. Namun tenaga di atas sudah termaksuk dengan Kepala Ruangan. Seperti yang sudah
dibahas diatas ada perawat juga yang menjalankan peran ganda seperti 1 orang yang masih
memiliki tanggungjawab kuliah, dan yang berkuliah juga mendapat tugas sebagai MOD. Dari
hasil perhitungan memang terlihat bahwa tenaga belum cukup yang menyebabkan kurang
optimal dalam memberikan asuhan keperawatan dikarenakan beberapa peran ganda dalam
menjalankan tugas di shift dinasnya.

2. Sarana dan Prasarana (M2-Material)

24
a. Dena Ruangan

Dari keseluruhan responden menjawab bahwa lokasi dan denah ruangan sesuai
dengan standart pelayanan. Namun berdasarkan observasi yang didapati ada ruangan yang
perlu diperbaiki yaitu ruangan perawat yang terlalu kecil, ruangan KEPRU yang harus di
pisahkan dengan ruang perawat, ruang CI yang harus disediakan, juga sirkulasi udara di
ruangan tersebut tidak berjalan dengan baik, dan pencahayaan yang tidak tertata dengan
baik, sehingga timbulnya ketidaknyamanan pada perawat saat melakukan tugas.
Sementara itu dari hasil observasi peralatan seperti kursi roda yang tidak tersedia
diruangan Xaverius, juga tempat linen kotor baiknya dipindahkan dari depan toilet
dikarenakan kadang pasien atau keluarga pasien membuang sampah pada tempat linen
kotor meskipun telah diberikan tulisan pengingat bahwa itu adalah tempat linen kotor.
b. Fasilitas Ruangan St. Xaverius
 Daftar inventaris Alat Kesehatan

No Nama Alat Jumlah keterangan


1 Tensi meter 2 Baik
2 Stetoskop 4 Baik
3 Thermometer 3 Baik
4 Pulse Oxymetri 2 Baik
5 Pingset anatomis 1 Baik
6 Bvm 1 Baik
7 Alat tes gula darah 1 Baik
8 Pingset cirurgis 1 Baik
9 Bak / kotak instrument 1 Baik
10 Piala ginjal 5 Baik
11 Gunting jaringan 1 Baik
12 Klem artery 1 Baik
13 Needle holder 1 Baik
14 Bistury 4 Baik
15 Scapel Handle 1 Baik

25
16 Gunting bedah 1 Baik

 Daftar Inventaris Kebutuhan Keperawatan

No Nama Alat Jumlah Keterangan


1 Tempat Tidur Pasien 20 Baik
2 Meja Pasien 20 Baik
3 Kursi Pasien 20 Baik
4 Rak Barang Pasien 4 Baik
5 Kursi Roda - -
6 Troli Balutan 1 Baik
7 Troli Obat Emergency 1 Baik
8 Troli Makanan/Minuman 2 Baik
9 Lemari Dokumen 1 Baik
10 Lemari Obat 1 Baik
11 Lemari Bahan Perawatan 1 Baik
12 Lemari Linen 1 Baik
13 Rak Pot/ Urinal - -
14 Rak Status 1 Baik
15 Standar Infus/ Tiang 21 Baik
16 Intercom 1 Baik
17 Jam Dinding 1 Baik
18 Kom mandi 5 Baik

 Daftar Inventaris disetiap kamar

Kondisi
Kamar Nama Alat Jumlah
Baik Tidak
1 Tempat tidur 2 2 -
Kursi 2 2 -
Meja Pasien 2 2 -
Ember 1 1 -
Gayung 1 1 -
Meja Besar 1 1 -
Stop Kontak 1 1 -
2 Tempat tidur 2 2 -
Kursi 2 2 -
Meja Pasien 2 2 -
Ember 1 1 -
Gayung 1 1 -
Meja Besar 1 1 -
Stop Kontak 1 - 1
3 Tempat tidur 2 2 -
Kursi 2 2 -

26
Meja Pasien 2 2 -
Ember 1 1 -
Gayung 1 1 -
Meja Besar 1 1 -
Stop Kontak 1 1 -
4 Tempat tidur 4 4 -
Kursi 4 4 -
Meja Pasien 4 4 -
Ember 2 2 -
Gayung 1 1 -
Rak Barang 1 1 -
Stop Kontak 1 1 -
5 Tempat tidur 5 5 -
Kursi 5 5 -
Meja Pasien 5 5 -
Ember 3 3 -
Gayung 3 3 -
Rak barang 1 1 -
Stop Kontak 3 3 -
6 Tempat tidur 3 3 -
Kursi 3 3 -
Meja Pasien 3 3 -
Ember - - -
Gayung - - -
Rak barang 1 1 -
Stop Kontak 1 - 1
7 Tempat tidur 3 3 -
Kursi 3 3 -
Meja Pasien 3 3 -
Ember - - -
Gayung - - -
Rak barang 1 1 -
Stop Kontak 1 1 -

 Daftar Inventaris Linen

No Nama Alat Jumlah Keterangan


1 Linen - Baik
2 Perlak - Baik
3 Sarung bantal - Baik
4 Selimut - Baik
5 Baju pasien - Baik
6 Celemek - Baik
7 Topi petugas - Baik

27
8 Masker (kain) - Baik
9 Washlap (lap mandi) - Baik
10 Kain sampiran - Baik
11 Servet - Baik
12 Taplak meja - Baik
13 Stik laken - Baik
14 Kain jendela - Baik
15 Kain pembungkus meja makan - Baik
Dari hasil wawancara yang dilakukan, Kepala Ruangan mengatakan untuk
inventaris linen dikelola oleh bagian Laundry, jadi apabila setiap harinya dari
bagian laundry yang akan mengambil dan memberikan linen ke ruangan St.
Xaverius.

 Daftar Inventaris Fasilitas Kantor


No Nama Alat Jumlah keterangan
1 Gunting kertas 2 Baik
2 Perforator 1 Baik
3 Stapler 2 dus Baik
4 Dokumen keeper 5 Baik
5 Komputer desktop 1 Baik
6 Rak tempat berkas administrasi 1 Baik
7 Bangku kecil 6 Baik
8 Lemari 1 Baik
9 Rak 2 Baik
10 Tempat sampah umum 1 Baik
11 Tempak sampah infeksius 1 Baik
12 Safety box 1 Baik

Mengenai fasilitas, 70% perawat mengatakan bahwa peralatan yang ada


sudah lengkap untuk perawatan pasien. 20% perawat tidak berencana menambah
peralatan perawatan pasien. 80% perawat mengatakan bahwa jumlah alat yang
tersedia sudah sesuai dengan rasio pasien. 100% perawat sudah mengerti cara
menggunakan semua alat yang perawatan pasien. Namun dari hasil observasi dan
wawancara yang kami lakukan beberapa tindakan dan SOP menyesuikan dengan
alat dan bahan yang ada diruangan.

3. Metode (M3-Method)

c. Penerapan MAKP

28
Dari hasil pengumpulan data tentang Model Asuhan Keperawatan yang
digunakan saat ini didapatkan bahwa model yang digunakan adalah Metode Tim.
Dari hasil wawancara yang dilakukan, diperoleh hasil 100% perawat mengatakan
cocok dengan model pemberian asuhan keperawatan metode tim. Dari hasil
wawancara dengan perawat ruangan didapatkan bahwa adanya pasien penyakit
dalam yang dirawat diruang St.Xaverius yang merupakan ruang bedah. Hal ini
menyebabkan kesulitan pada saat dokter spesialis penyakit dalam dan dokter
spesialis bedah datang visite pada waktu yang sama.
Dari hasil wawancara pada perawat diruangan St.Xaverius didapatkan bahwa
seluruh perawat yang ada, belum sepenuhnya menjalankan kegiatan sesuai standar
karena keterbatasan alat kesehatan diruangan. Secara keseluruhan perawat sudah
mengenal dan mengetahui kondisi pasien Hal ini berhubungan dengan efektifitas dan
efisiensi model asuhan keperawatan yang dijalankan diruangan St.Xaverius
didapatkan bahwa model tim kurang efektif dan efisien dalam pemberian asuhan
keperawatan. Ini memiliki keterkaitan dengan ada beberapa perawat yang
menjalankan peran ganda seperti kewajiban kuliah. Dan juga yang menyebabkan
metode tim kurang efektif digunakan karena ketika merawat luka akan kesulitan jika
berbagi per-tim untuk mengerjakan dan juga dalam mengatur obat bagi pasien
sehingga terkadang metode fungsional yang dijalankan.
Dari hasil observasi yang dilakukan diruangan St.Xaverius didapatkan bahwa
ketua Tim belum menjalankan tugas sebagai ketua tim sesuai dengan peran dan
fungsi sebagai ketua tim. Dari hasil observasi yang kami lakukan para ketua tim
masih kurang terpapar mengenai fungsi dan perannya dalam manajemen didalam tim
sehingga tidak optimalnya pembagian tugas dalam sebuah tim. Sehingga dalam
mengevaluasi asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat pelaksana masih
kurang maksimal.
Maka kelompok mengangkat masalah mengenai tidak optimalnya penerapan
metode tim dalam pemberian asuhan keperawatan diruang rawat inap St. Xaverius.
Oleh karena itu untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu untuk dilakukanya
konsultasi dengan bagian bidang keperawatan sehingga nantinya masalah tersebut
akan ditindaklanjuti.

29
d. Overan
Berdasarkan pengumpulan data, diperoleh bahwa overan dilakukan tiga kali
dalam sehari, yaitu dari malam ke pagi pukul 07.00 WITA, dari pagi ke sore
pukul 14.00 WITA, dan dari sore ke malam pukul 21.00 WITA. Berdasarkan
observasi, overan dilaksanakan sudah lebih dari 30 menit dan seringkali selesai
tidak tepat waktu. Hal ini disebabkan karena saat overan berlangsung, ada
perawat yang langsung memberikan tanggapan tentang masalah yang dioverkan,
sehingga waktu overan menjadi semakin panjang. Sebaiknya kesempatan untuk
memberikan tanggapan/masukan pada saat seluruh kegiatan overan selesai,
sehingga dapat menghemat waktu overan.
Di samping itu, penyebab overan berlangsung lama yaitu adanya visite dokter
bertepatan dengan waktu overan, sehingga kegiatan overan sering terganggu.
Overan dipimpin oleh Kepala Ruangan dan dihadiri oleh semua perawat yang
bertugas pada saat overan pagi dan siang. Sebelum overan dilaksanakan para
perawat yang ada mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan pasien seperti
status pasien dan rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap masing-masing
pasien yang dicatat dalam lembaran hand over.
Dalam menyampaikan overan harus menggunakan komunikasi efektif dengan
metode SBAR (Situation, Background, Accesment, Recomendation). Berdasarkan
hal tersebut, maka rencana kegiatan harian perawat pelaksana sangatlah penting
dalam kesinambungan layanan asuhan keperawatan. Seluruh perawat yang ada
telah mengetahui hal-hal apa yang harus disampaikan saat pelaporan operan.
Semua yang dilaporkan saat overan, baik sebelum maupun sesudah overan,
semuanya dicatat dalam catatan harian masing-masing perawat.
setelah melakukan overan dinas setiap perawat yang bertugas jarang
melakukan visite keperawatan dan melakukan interaksi kepada pasien. Disamping
itu juga perawat yang melakukan overan hanya satu perawat saja yang mana tidak
diketahui apakah perawat tersebut bertugas sebagai ketua tim 1 atau ketua tim 2.
Dalam melakukan overan dinas kepala ruangan juga tidak memberitahukan tugas
dan peran perawat masing-masing yang bertugas pada saat dinas.

30
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam Overan menurut Nursalam (2012)
adalah informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan
menggambarkan kondisi pasien saat itu. Informasi tersebut dapat diperoleh dari
Perawat Pelaksana. Jika perawat pelaksana tidak memiliki rencana harian dan
laporan kegiatan harian, maka akan berdampak pada kelengkapan informasi yang
dibutuhkan saat Overan.
1. Hasil Observasi
Berdasarkan dari hasil observasi yang dilakukan oleh kelompok pada
tanggal 06 Desember 2021- 15 Januari 2022, didapatkan bahwa setiap hari
perawat pelaksana tampak menyimak dan mencatat hal-hal penting yang
disampaikan saat overan berlangsung dan sering berdiskusi mengenai
kondisi pasien.
2. Hasil Wawancara
Adapun hasil wawancara yang diperoleh adalah sebagai berikut :
a. Kepala Ruangan
Yang perlu dipersiapkan saat akan overan yaitu hal-hal yang perlu
diingatkan seperti penyampaian-penyampaian terkait manajemen dalam
ruangan St.Xaverius maupun Rumah Sakit, hal-hal proritas atau
masalah pasien-pasien yang membutuhkan perhatian khusus. Setiap
kali overan dibuka dengan doa. Untuk rencana harian katim dan
perawat pelaksana telah memiliki buku catatan masing-masing.
b. Ketua Tim 1
Menurut saya sebagai ketua tim sangat terbantu pada saat overan karena
penyampaian overan terbantu dengan lembar Hand Over yang sudah
menggunakan metode SBAR.
c. Ketua Tim 2
Sebagai seorang ketua tim hal yang perlu dipersiapkan saat pelaporan
overan selaku ketua tim II yaitu kesiapan diri sendiri sehingga setiap hal
yang penting untuk disampaikan dapat tersampaikan dengan baik.
Dengan adanya Lembar Hand Over membantu dalam penyampaian
overan menggunakan metode SBAR.

31
d. Perawat Pelaksana
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan ternyata masing-
masing perawat pelaksana mempunyai caranya sendiri dalam
melakukan persiapan sebelum overan. Namun secara umum dapat
disimpulkan bahwa hal-hal yang perlu dipersiapkann adalah berdoa,
persiapan fisik maupun mental, peralatan tulis termasuk buku catatan
harian pribadi. bagi shift sebelumnya penting untuk memastikan bahwa
tindakan-tindakan sudah terlaksana, mengecek obat apakah sudah
diberikan, dan instruksi-instruksi khusus.
Di dalam overan terkadang sering terhenti pada pasien-pasien tertentu
karna terpotong dengan diskusi. Pada saat menyampaikan overan hal-hal
yang perlu disampaikan yaitu nama pasien, umur pasien, diagnosa medis,
diagnosa keperawatan, hari perawatan, dokter penangung jawab, tindakan
yang sudah dilakukan, hasil pemeriksaan lab, tindakanmyang belum
dilaksanakan, dan program atau tindakan selanjutnya. Pada dasarnya saat
menyampaikan overan harus dengan komunikasi yang efektif yaitu
menggunakan metode SBAR (Situation, Background, Accessment,
Recomendation), pelaksanaannya sudah mulai maksimal karena ada lembar
Hand Over Keperawatan yang berisi mengenai hal itu.
e. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengatasi
masalah klien yang dilaksanakan oleh perawat dan melibatkan pasien dalam
membahas serta melaksanakan asuhan keperawatan. Hal ini dilakukan oleh perawat
primer dan konsuler, kepala ruangan dan perawat pelaksana dengan melibatkan
semua anggota tim yang ada diruangan.
Dari hasil wawancara diruangan St. Xaverius didapatkan bahwa perawat
mengatakan ruangan mendukung kegiatan ronde keperawatan dan telah mengerti
mengenai pelaksanaan ronde keperawatan. Namun ronde keperawatan dalam
pelaksanaannya diruangan masih belum optimal dikarenakan belum terstruktur
dengan baik dan belum ada SOP yang mengatur mengenai hal ini.

32
f. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat diruangan St. Xaverius sudah berjalan dengan baik. Diruangan
tersedia lemari khusus untuk menyimpan obat pasien dan lemari besi untuk
menyimpan obat hight alert serta untuk obat-obat pasien telah diletakkan dalam
kotak obat dan dikelompokan berdasarkan nama, kamar dan bed pasien yang
bersangkutan. Dari hasil observasi yang dilakukan perawat diruangan juga sudah
menjalankan double check pada obat-obat yang memerlukan untuk double check.
g. Supervisi
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan mengenai supervisi, kepala
ruangan mengatakan sebelumnya program supervisi dari manejemen dilakukan
setiap bulannya, dan pada saat masa pandemi timbul kebijakan supervisi
dilakukan 2 bulan sekali. Namun dalam ruangan St. Xaverius setiap harinya saat
mengikuti overan di pagi hari kepala ruangan sering mengarahkan, membimbing,
mengajar, mendorong, memperbaiki dan mengevaluasi tindakan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat pelaksana maupun Katim agar dapat sesuai dengan
SOP dan juga mengenai kelengkapan dokumentasi. Adapun hasil dari supervisi
disampaikan kepada perawat, sehingga para perawat mengetahui apa yang masih
perlu dibenahi guna meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit.
h. Perencanaan Pulang (Discharge Planning)
Hasil wawancara diruangan St.Xaverius menunjukan bahwa semua perawat
diruangan mengatakan sudah mengerti tentang perencanaan pulang. Pada saat
pasien pulang, hal yang harus dilakukan oleh perawat yaitu memberikan pendidikan
kesehatan mengenai penyakit yang pasien alami dan mengenai perawatan dirumah.
Akan tetapi dari hasil observasi yang dilakukan menunjukan bahwa belum semua
perawat memberikan pendidikan kesehatan dengan menggunakan media
brosur/leaflet pada saat pasien pulang hal ini dikarenakan tidak tersedianya media
leaflet/brosur diruangan St. Xaverius.
Dari hasil observasi juga menunjukan bahwa perawat diruangan sering
melibatkan pasien dan keluarga untuk meningkatkan pemahaman, mengembangkan
kemampuan klien dan keluarga tentang perawatan dirumah dengan menunjukkan
bagaimana perawatan luka dan jika keluarga pasien menanyakan tentang
keadaan/penyakit pasien dengan selalu melibatkan keluarga pasien dalam setiap

33
melakukan pendidikan kesehatan. Perawat diruang menyatakan bahwa mereka
bersedia melakukan perencanaan pulang mulai pasien masuk Rumah Sakit sampai
pasien akan keluar Rumah Sakit.
i. Dokumentasi
Di ruangan Xaverius telah tersedia format pengkajian pada pasien yang dapat
memudahkan perawat dalam melakukan pengkajian. Sebanyak 6 dari 10 rekam
medik telah dilengkapi dengan baik. Namun dalam format pengkajian ini tidak
terdapat pengkajian luka yang seharusnya ada di Ruangan St. Xaverius karena
diruangan tersebut merupakan ruang perawatan yang dikhususkan untuk pasien-
pasien bedah. Sehingga memiliki kesulitan dalam mendokumentasikan
perkembangan luka pasien ketika selesai dirawat oleh perawat.
Berdasarkan data yang diperoleh dari 10 rekam medis, pendokumentasiaan
setiap rekam medis selalu dilengkapi saat pasien melakukan pengurusan pulang.
Pendokumentasiaan asuhan keperawatan seperti pengkajian, diagnose keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi sudah sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan oleh pihak RS Gunung Maria Tomohon.

4. Pembiayaan (M4-Money)

Tidak dikaji

5. Mutu (M5-Machine)

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, sebanyak 7 dari 10 pasien


mengatakan perawat selalu memperkenalkan diri pada semua pasien, perawat
menjelaskan tentang tujuan pemasangan gelang, dan sebelum melakukan tindakan
perawat selalu mengecek kembali identitas klien yang digunakan. Perawat juga
mejelaskan tentang fasilitas yang tersedia di rumah sakit seperti ruang perawatan,
ruangan perawat dan fasilitas lain seperti kamar mandi, kursi roda dan tempat
pembuangan sampah serta perawat juga menjelaskan peraturan dan tata tertib yang
berlaku di RS Gunung Maria Tomohon.

34
Perawat selalu menjelaskan tentang pentingnya melakukan latihan mobilisasi
pada pasien, khususnya pasien yang baru selesai operasi. Perawat selalu menyiapkan obat
untuk pasien dan selalu menanyakan keluhan yang dirasakan pasien. saat melakukan
tindakan pada pasien, perawat selalu memperhatikan privasi pasien dengan menutup
sampiran dan jendela/pintu serta meminta keluarga pasien untuk keluar serta perawat
juga sering memeriksa cairan atau tetesan infuse juga disekitar area pemasangan infus.
Ruang perawatan pasien selalu terjaga kebersihannya karena sering dibersihkan setiap
pergantian shift kerja. Perawat memberikan informasi yang jelas tentang kondisi
kesehatan pasien, perawatan dan pengobatan yang dilakukan serta hasil pemeriksaan
laboratorium. Perawat sering mengawasi keadaan pasien setiap pergantian shift pagi,
sore, dan malam. Pasien mendapat penjelasan dari perawat tentang menjaga pola hidup
yang sehat saat berada dirumah.
Untuk menjaga keamanan pasien, setiap tempat tidur pasien dilengkapi dengan
pengaman seperti pagar besi pada setiap sisi tempat tidur untuk mencegah resiko jatuh
pada pasien. Perawat selalu memperhatikan sirkulasi udara disetiap ruangan pasien dan
penerangan diruangan pasien.

35
3.2 Analisa SWOT
No Pengumpulan Strengths Weaknesses Opportunities Threats
Data (Kekuatan/Kelebihan) (Kelemahan/ (Peluang/Kesempatan) (Ancaman)
Kekurangan)
1. M1-Man 1. Telah menggunakan 1. Belum optimalnya 1. Adanya kemauan 1. Keterbatasan
(Sumber Daya Struktur Organisasi penggunaan metode perawat untuk tenaga dapat
Manusia) dengan MPKP metode Tim sehingga menjalankan tugas membuat
Tim pembagian tugas sesuai struktur metode Tim
2. Jenis Ketenagaan : belum dilakukan sesuai organisasi dengan tidak optimal.
S1-Ners 2 orang, D3 dengan struktur MPKP Metode 2. Masyarakat
Keperawatan : 10 orang, organisasi yang ada. Tim. menuntut
Penunjang 2. 7 dari 10 perawat 2. Perawat memiliki untuk
Keperawatan : 2 orang. mengatakan belum kemauan untuk pelayanan
3. PK1 sebanyak 3 orang merasa puas dengan melanjutkan yang lebih
PK2 sebanyak 5 orang jumlah tenaga dinas pendidikan dan optimal dan
dan PK3 sebanyak 4 pada sift malam yang pelatihan lebih
orang. hanya 2 orang. tambahan. Ada profesional.
4. Ada 4 orang perawat 3. Keterbatasan tenaga perawat yang 3. Keharusan
ruangan yang telah dan menjalankan tugas sedang dalam
mendalami perawatan ganda membuat melanjutkan menggunaka
luka modern. perawat tidak optimal pendidikan S1 n SOP pada
dalam mencatat Keperawatan. setiap
instruksi dokter pada 3. Adanya program tindakan
saat visite. akreditasi RS keperawatan
dimana MPKP yang
merupakan salah dilakukan.
satu penilaian. 4. Kurang
kesempatan
perawat
dalam
melanjutkan
pendidkan
dan pelatihan

36
tambahan.
5. Masih
banyak
perawat yang
latar
pendidikan
baru D3
keperawatan.
2. M2-Material 1. Inventaris alat kesehatan 1. Ruang perawat terlalu 1. Untuk meningkatkan 1. Adanya
(Sarana dan dan kebutuhan perawat kecil pelayanan kesehatan fasilitas RS
Prasarana) sudah cukup memadai 2. Tidak ada ruang CI pada pasien yang
dan dalam kondisi yang lengkap
3. Ruang Kepala ruangan
baik menjadi
2. Peralatan seperti linen gabung dengan ruang salah satu
dalam kondisi masih bisa perawat item
di pakai 4. Sirkulasi udara yang persaingan
3. Perawat mengerti cara tidak berjalan dengan antar RS
penggunaan peralatan baik di ruang perawat 2. Adanya
untuk merawat pasien 5. Dan pencahayaan yang tuntutan
yang lebih
kurang baik,
tinggi dari
6. Tempat linen kotor masyarakat
yang hanya di letakkan untuk
di depan toilet, melengkapi
sehingga keluarga sarana dan
pasien menganggap prasarana di
tempat linen adalah RS
3. Adanya
tempat sampah dan
tuntutan
membuang sampah di akreditasi
tempat tersebut. RS
7. Peralatan untuk 4. Dengan
perawatan luka pasien adanya

37
masih kurang lengkap program
BPJS
membuat
makin
tingginya
kebijakan
pemerintah
dalam
pelayanan
kesehatan

3. M3-Method 1. Ruang St. Xaverius 1. Ada beberapa perawat 1. Adanya perawat 1. Tuntutan
(Metode) menggunakan MPKP yang menjalankan yang sementara akreditasi
model Tim tugas ganda seperti melanjutkan Rumah Sakit
2. 100 % perawat kewajiban kuliah pendidikan S1 2. No. 36 tahun
mengatakan cocok menyebabkan 2. Adanya perawat 2009 tentang
dengan model kesulitan penerapan dengan latar keselamatan
pemberian asuhan metode Tim secara belakang perawat pasien,
keperawatan tim optimal dalam luka di ruangan St. terdapat
3. Overan dilakukan 3 kali pemberian asuhan Xaverius pada pasal
dalam sehari keperawatan 3. Hasil dari supervisi 53 ayat 3
4. Adanya lembar Hand 2. Ada pasien penyakit diberitahu kepada 3. Adanya
Over Keperawatan yang dalam yang ikut perawat diruangan kesadaran
mengguakan dirawat di ruangan St. dan adanya pasien dan
komunikasi efektif Xaverius, sehingga keinginan perawat keluarga
dengan metode SBAR menyebabkan untuk mengalami akan
sehingga membantu kesulitan ketika ada perubahan setelah tanggung-
saat overan dokter penyakit dalam disupervisi jawab dan
5. Masing-masing perawat dan bedah yang datang tanggung
memiliki catatan harian visite diwaktu gugat.
yang merangkum isi bersamaan. 4. Adanya
dari overan 3. Ada perawat yang tuntutan
6. Setelah selesai overan langsung memberikan akan

38
perawat melakukan tanggapan ketika pelayanan
interkasi dengan pasien overan berlangsung yang
memastikan kondisi sehingga waktu overan professional
pasien sesuai dengan menjadi lebih panjang
yang dioverkan atau 4. Visite dokter
tidak. bertepatan dengan
7. Perawat ruangan waktu overran
mengatakan mendukung 5. Dalam melakukan
dan mengerti mengenai overan dinas hanya
pelaksanaan ronde dilakukan oleh satu
keperawatan. perawat
8. Adanya lemari khusus 6. Pelaksanaan ronde
untuk menyimpan obat keperawatan belum
dan diletakkan dalam optimal
kotak obat serta
dikelompokan
berdasarkan kamar dan
bed pasien.
9. Sentralisasi obat sudah
berjalan dengan baik
10. Supervisi dilakukan
setiap pagi oleh kepala
ruangan.
11. Sudah melibatkan
pasien dan keluarga
dalam perawatan yang
dilakukan, seperti
bagaimana merawat
luka.
12. Sebagian rekam medik
telah dilengkapi dengan
baik

39
4. M4-Machine 1. Perawat selalu bersikap 1. Masih sedikit tenaga 1. Terciptanya 1.Adanya
(Mutu) ramah dan sopan saat keperawatan yang pelayanan yang tuntutan
melayani pasien berlatarbelakang kondusif terhadap akreditasi
2. Perawat selalu pendidikan pasien Rumah Sakit
memperkenalkan diri Sarjana/Ners 2. Adanya komunitas dengan UU
pada pasien 2. Kepala ruangan masih perawat yang Akreditasi
3. Sebelum melakukan memiliki latar belakang profesional Rumah Sakit
tindakan keperawatan, pendidikan S1 No. 12 Tahun
perawat selalu mengecek keperawatan. 2012, bahwa
kembali gelang pasien. akreditasi
4. Perawat selalu bertujuan
memperhatikan dan meningkatkan
menanggapi keluhan keselamatan
yang dirasakan pasien pasien dan
meningkatkan
perlindungan
bagi pasien,
masyarakat,
SDM dan RS
sebagai
Institusi
2.Adanya
tuntutan yang
tinggi dari
masyarakat
untuk
pelayanan
yang lebih
professional.
3.Adanya
tuntutan dari
Rumah sakit
untuk setiap

40
tindakan
keperawatan
harus
mengikuti SOP
yang telah
dibuat oleh
Rumah Sakit.

41
3.3 Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
a. Belum optimalnya penggunaan metode Tim sehingga pembagian tugas belum
dilakukan sesuai dengan struktur disebabkan juga karena kurang terpaparnya
perawat ruangan dengan peran dan fungsi dari Katim dan perawat pelaksana. Dan
juga ada peran ganda yang dijalankan beberapa perawat ruanga.
b. Sumber daya perawat yang ada diruangan xaverius masih kurang sehingga
mengakibatkan pemberian asuhan keperawatan kurang optimal.

2. Pembobotan dan prioritas Masalah


Proses untuk mendapatkan masalah prioritas dengan menggunakan metode
pembobotan yang memperhatikan aspek :
- Magnitude (Mg)
Kecenderungan besar dan masalah sering terjadi
- Severity (Sv)
Besarnya kerugian yang ditimbulkan dari masalah ini
- Manageability (Mn)
Berfokus kepada keperawatan sehingga dapat diatur untuk perubahannya
- Nursing Consent (Nc)
Melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat
- Affordability (Af)
Ketersediaan sumber daya

42
Rentang nilai yang digunakan 1-3 dengan rincian :
3 = Besar
2 = sedang
1 = Kecil
Untuk mendapatkan nilai prioritas masalahnya = Mg x SV x Mn x Ne x AF
Pembobotan prioritas masalah
No. Daftar Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Prioritas
1. Belum optimalnya penggunaan 3 3 3 3 2 162 I
metode Tim sehingga pembagian
tugas belum dilakukan sesuai dengan
struktur disebabkan juga karena
kurang terpaparnya perawat ruangan
dengan peran dan fungsi dari Katim
dan perawat pelaksana. Dan juga ada
peran ganda yang dijalankan beberapa
perawat ruanga.
2. Sumber daya perawat yang ada 2 3 2 3 2 72 II
diruangan xaverius masih kurang
sehingga mengakibatkan pemberian
asuhan keperawatan kurang optimal.

43
3.4 POA (Plan Of Action)
Masalah : Belum Optimalnya metode Tim dam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien di ruangan St. Xaverius

44
Tujuan Indikator Uraian Wakt Prosedur/Strategi PIC Sasaran Alat
Keberhasila Kegiatan u dan
n Metode
Meningkatkan 1. Perawat 1. Penyusunan 11 1. Menyusun Damiana Perawat
efektifitas dan mengetahui fungsi dan Januari peran dan like yang
efisiensi peran dan peran 2022 fungsi dari matwear bertugas
pelayanan fungsinya Kepala Kepala ruangan, di
keperawatan sebagai Ruangan, Ketua Tim, ruangan
dengan Katim dan Ketua Tim, serta Perawat St.
pemberian PP setiap dan perawat Pelaksana agar Xaverius
asuhan harinya Pelaksana dapat mulai
keperawatan 2. Metode tim diterapkan
menggunakan dapat 2. Sosialisasi secara optimal.
12
metode Tim berjalan tentang Susunan
Januari
dengan fungsi dan 2. Melakukan Debora Peran
2022
optimal peran dari presentasi awal kembuan dan
Kepala di ruangan St. dan Fungsi
ruangan, Xaverius untuk janike
Ketua Tim menjelaskan bawinto
dan perawat mengenai peran
pelaksana 12 dan fungsi
Januari perawat.
3. Implementa 2022
si Metode 3. Bersama Ni luh
Tim sesuai dengan perawat inda dan
dengan diruangan Aissiya
peran dan dalam sangkong
fungsi pelaksanaan
Katim dan 13 implementasi
Perawat Januari metode Tim. Laorensia Susunan
pelaksana 2022 4. Mengevaluasi eka lena Peran
4. Evaluasi penggunaan dan dan
Metode Tim metode tim. sheiren Fungsi
sesuai mamuko
dengan
peran dan
45
fungsi
Katim dan
perawat
pelaksana.
2. Masalah : Kurangnya sumber daya perawat diruangan Xaverius

Tujuan Indikator Uraian Waktu Prosedur/ PIC Sasaran Alat dan


Keberhasilan Kegiatan Strategi Metode
Mengoptimalkan 1. Pemenuhan 1. Konsul 11 Januari 1. Rapat bersama Kelompo Ruangan
jumlah tenaga sumber daya dengan bagian 2022 bagian bidang k St. -
keperawatan manusia bidang keperawatan Manajem Xaverius -
dalam (perawat) keperawatan en di
pemberian dapat sesuai dan menunggu ruangan
asuhan dengan untuk Xaverius
keperawatan standar ditindaklanjuti
kepada pasien. pembagian
kebutuhan
ketenagakerj
aan menurut
Dinkes.
2. Pemenuhan
kebutuhan
tenaga
berdasarkan
ketergantung
an pasien
yang cukup
dapat
meningkatka
n kepuasan
pasien.

3.5 Fishbone

46
METHOD
- Visite dokter bertepatan dengan
waktu overan
- Perawat yang menjalankan MAN
tugas ganda
- Keterbatasan tenaga dan yang
- Ketua tim belum menjalankan
menjalankan tugas ganda
tugas sebagai ketua tim
sebagimana peran dan - Kurang kesempatan perawat
fungsinya dalam melanjutkan
- Tidak adanya ketua tim II pada pendidikan
awal tahun 2022 karena - Banyak perawat yang berlatar
dipindahkan keruangan lain.
. belakang D3

Belum Optimalnya metode


Tim dalam pemberian
asuhan keperawatan
kepada pasien di ruangan
St. Xaverius

MUTU MATERIAL
- Tidak ada ketua tim II
karena pindah ruangan
yang membuat perawat
lain menjalankan tugas
ganda

MAN
- Kurangnya sumber daya manusia
47
khsusnya perawat diruangan
xaverius
- Kurang kesempatan perawat dalam
melanjutkan pendidikan
MATERIAL
- Kantor perawat yang tidak
memadai bila menampung
banyak perawat
- Ruangan kepala ruangan yang
di gabung dengan ruangan
perawat sumber daya perawat yang ada
diruangan xaverius masih kurang
sehingga mengakibatkan
pemberian asuhan keperawatan
kurang optimal.

METODE MUTU

- Dengan adanya - Banyaknya peralatan kesehatan dan


mahasiswa praktek sarana dalam ruang perawat membuat
membuat ruangan ruang perawat menjadi sempit
menjadi penuh dan tidak ditambah dengan ruang perawat tidak
memadai untuk terlalu besar. Sehingga sulit untuk
menampung sumber menampung sumber daya manusia
daya manusia yang lebih yang banyak

48
3.6 Penyelesaian Masalah
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dan observasi
mengenai M1 (manusia/ketenagaan), M2 (material/sarana dan prasarana), M3 (Metode),
M5 (mutu). Serta melihat situasi dan kondisi diruangan terkait dengan manajemen
keperawatan yang dilaksanakan diruangan St. Xaverius. Untuk lebih memfokuskan
masalah, kelompok melakukan wawancara dengan perawat diruangan sehingga
menemukan masalah yang dapat diangkat oleh kelompok. Dari beberapa masalah yang
didapat, kelompok melakukan konsultasi dengan CI untuk menetapkan masalah prioritas
yang dapat diangkat untuk dibahas dalam makalah manajemen sebagai bukti laporan
praktik klinik. Berdasarkan hasil diskusi dengan CI kelompok mendapatka masalah
belum optimalnya metode tim kerja di ruangan St. Xaverius dan masalah yang kedua
adalah kurangnya sumber daya manusia khususnya tenaga perawat sehingga memebuat
pemberian asuhan keperawatan belum optimal. Kemudian setelah menetukan prioritas
masalah, kelompok juga meminta saran langsung kepada CI untuk pemilihan
implementasi yang dapat diberikan diruangan St. Xaverius.
Perencanaan tindakan yang dilakukan oleh kelompok dalam mengatasi masalah
tersebut adalah dengan melakukan sosialisasi dengan perawat diruangan mengenai peran
dan fungsi ketua tim dan perawat pelaksana dengan tujuan agar dapat membantu perawat
dalam mengarahkan kegiatan pelayanan dan memberikan asuhan keperawatan pada
pasien. Melakukan wawancara dan konsultasi dengan CI serta bagian Manajemen RS.
Gunung Maria Tomohon agar menambah kebutuhan tenaga perawat diruangan St.
Xaverius.
Implementasi dilakukan selama kurang lebih 3 hari yang dimulai dengan
melakukan wawancara serta konsultasi dengan CI dan bagian Manajemen RS. Gunung
Maria Tomohon untuk penambahan tenaga perawat diruangan St. Xaverius. Pada hari
kedua melakukan sosialisasi dengan perawat mengenai peran dan fungsi kepala ruangan,
ketua tim dan perawat pelaksana. Kemudian pada hari ketiga kelompok melakukan
evaluasi.

49
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Data Pre Implementasi
Hasil observasi dan wawancara sebelum dilakukan implementasi adalah sebagai berikut:
a. Komunikasi rencana keperawatan
Perawat diruangan mengatakan, bahwa kegiatan diruangan serta metode tim yang
kurang optimal disebabkan oleh ketua tim II yang pindah ruangan sehingga
mengakibatkan kurang optimalnya metode tim diruangan St. Xaverius kerena
posisi ketua tim II belum ada yang menggantikan
b. Serah terima
Serah terima (overan) dilakukan tiga kali sehari setiap pergantian shift pagi, sore
dan malam. Normalnya overan selalu dilakukan 30 menit, tetapi overan yang
dilakukan di ruangan St. Xaverius melewati waktu yang ditentukan.
Menurut Nirsalam (2012), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam serah terima
yaitu: informasi yang diberikan harus akurat, singkat, sistematis dan
menggambarkan kondisi pasien saat itu. Informasi tersebut biasanya diperoleh
dari perawat pelaksana. Saat melakukan serah terima, setiap perawat diruangan
memiliki catatannya masing-masing untuk menuliskan kondisi pasien yang
dirawat.

4.2 Implementasi
Pelaksanaan implementasi diruangan St. Xaverius dimulai pada tanggal 11
Januari 2022 dengan melakukan wawancara serta konsultasi dengan CI dan bagian
Manajemen Rs. Gunung Maria Tomohon mengenai kurangnya sumber daya manusia
khususnya perawat diruangan St. Xaverius. Pada tanggal 12 Januari melakukan
sosialisasi mengenai peran dan fungsi kepala ruangan, ketua tim dan perawat
pelaksana pada perawat diruangan St. Xaverius.
Berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan dengan CI dan bagian Manajemen Rs.
Gunung Maria Tomohon mengenai penambahan tenaga perawat diruangan St.
Xaverius akan menjadi bahan pertimbangan bidang keperawatan Rs. Gunung Maria
Tomohon. Perawat diruangan dapat menerima sosisalisasi mengenai peran dan fungsi
perawat, mereka sudah menjalankan peran dan fungsi perawat hanya saja kekurangan
tenaga perawat sehingga membuat perawat diruangan melakukan tugas ganda
sehingga mengesampingkan peran serta fungsi mereka dalam shift saat itu.

4.3 Evaluasi
Pada tahap evaluasi dilakukan selama 1 hari yaitu pada tanggal 13 Januari 2022, dan
kelompok mendapatkan hasil:
1. Perawat mulai menjalankan peran dan tugasnya masing-masing
2. Saat melakukan overan, proses overan masih melewati waktu yang ditentukan
3. Posisi ketua tim II belum ada yang menggantikannya

50
4. Penambahan tenaga perawat diruangan St. Xaverius masih menjadi bahan
pertimbangan bagian Manajemen keperawatan Rs. Gunung Maria Tomohon.
4.4 Hambatan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang menjadi hambatan berjalannya
metode tim yang optimal karena belum ada yang menggantikan posisi ketua tim II,
dan masih ada perawat yang menjalankan peran ganda untuk membantu perawat
lainnya dalam melaksanakan tugas.

51
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Manajemen keperawatan adalah suatu seni dan ilmu pengetahuan yang harus dimiliki
dan diterapkan oleh perawat manajer (Nurse Manager) dalam menyediakan dan
mengelolah sumber daya keperawatan secara efektif dan efisien dengan bantuan staf
keperawatan untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan yang telah ditetapkan
secara efektif dan efisien pula (Laode Kamalia dkk, 2020).
2. Model Praktik Keperawatan Profesional merupakan penataan struktur dan proses
sistem pemberian asuhan keperawatan pada tingkat ruang rawat sehingga
memungkinkan pemberian asuhan keperawatan profesional (Ratna Sitorus dan
Rumondang Panjaitan, 2011).
3. Perencanaan dapat diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus
dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan.
4. Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan diruangan St.Xaverius, prioritas
masalah yang diperoleh adalah belum optimalnya penggunaan metode Tim dan
sumber daya perawat yang ada diruangan xaverius masih kurang sehingga
mengakibatkan pemberian asuhan keperawatan kurang optimal.
5. Dengan adanya penyuluhan mengenai peran dan fungsi katim dan perawat pelaksana
maka metode tim digunakan dalam ruang rawat inap St.Xaverius dengan optimal.
6. Dengan dilakukannya konsultasi dengan tim manajemen RS. Gunung Maria
Tomohon untuk memberikan jalan keluar untuk menyeimbangkan kebutuhan sumber
daya manusia agar dapat memberikan pelayanan asuhan keperawatan secara optimal
diruangan St.Xaverius

5.2 Saran
1. Institusi Pendidikan diharapkan makalah ini dapat menjadi pedoman atau masukan
dalam penelitian kesehatan dan pengembangan Mata Kuliah Manajemen
Keperawatan sebagai bimbingan terhadap mahasiswa yang berkecimpung di bidang
keperawatan khususnya untuk Program Studi Profesi Ners Fakultas Keperawatan
Universitas Katolik De La Salle Manado.

52
2. Rumah Sakit diharapkan penggunaan metode tim dan penambahan sumber daya
manusia khususnya perawat diruangan St. Xaverius agar dapat memberikan
pelayanan asuhan keperawatan yang optimal sehingga bisa menjadi
acuan/perbandingan dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan Rumah
Sakit.
3. Perawat Diharapkan dengan adanya metode tim dapat membuat perawat bekerja lebih
optimal dan terstruktur dengan baik. Diharapkan juga dengan adanya sumber daya
manusia (perawat) yang memadai dapat memberikan pelayanan asuhan keperawatan
dengan baik dan tepat sasaran
4. Mahasiswa Setelah menyelesaikan praktikum Manajemen Keperawatan, diharapkan
mahasiswa sudah mampu melakukan pengumpulan data dengan metode 5 M (Man,
Material, Method, Money, dan Machine) serta mampu menerapkan proses
manajemen keperawatan (Planning, Organizing, Actuating, dan Controling). Serta
menjadi change agent dalam penerapan metode tim dan pengkajian luka yang benar.

53
LAMPIRAN
Materi Sosialisasi Peran Dan Fungsi Kepala Ruangan, Ketua Tim Dan Perawat Pelaksana
Serta Pengaturan Ketenagaan Pada Perawat Diruangan St. Xaverius

1. Kepala Ruangan
a. Tugas pokok dan tanggung jawab
Tugas Pokok :
Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan Keperawatan di ruang rawat
yang berada di wilayah tanggung jawabnya.
Tanggung jawab :
a. Kebenaran dan ketepatan rencana kebutuhan tenaga keperawatan
b. Kebenaran dan ketepatan program pengembangan pelayanan keperawatan
c. Keobyektifan dan kebenaran penilaian kinerja tenaga keperawatan
d. Kelancaran kegiatan orientasi perawat baru
e. Kebenaran dan ketepatan protab maupun SOP pelayanan Keperawatan
f. Kebenaran dan ketepatan laporan berkala pelaksanaan pelaksanaan keperawatan
g. Kebenaran dan ketepatan kebutuhan dan penggunaan alat
h. Kebenaran dan ketepatan pe
i. laksanaan program bimbingan siswa atau mahasiswa institusi pendidikan
keperawatan
2. Perawat Primer (PP)/Ketua Tim
Tanggung Jawab Ketua Tim:
a. Mengkaji Klien dan menerapkan tindakan keperawatan yang tepat. Pengkajian
merupakan proses yang berlanjut dan berkesinambungan, dapat melakukan serah
terima tugas
b. Mengkoordinasikan rencana perawatan yang tepat waktu membimbing anggota tim
untuk mencatat tindakan keperawatan yang telah dilakukan
c. Meyakinkan semua evaluasi – evaluasi berupa respon klien terhadap tindakan
keperawatan
d. Menilai kemajuan semua klien dari hasil pengamatan langsung laporan anggota tim.

54
3. Perawat Asosiet (PA)/Perawat Pelaksana
Tugas dan tanggung jawab PA/Perawat Pelaksana adalah sebagai berikut
k. Membaca renpra yang telah ditetapkan PP dan meminta bimbingan kepada PP, bila ada
hasil yang belum jelas.
l. Membina hubungan terapeutik dengan pasien dan keluarga, sebagai lanjutan kontrak
yang sudah dilakukan PP.
m. Menerima pasien baru dan memberikan informasi berdasarkan format orientasi pasien
dan keluarga jika PL tidak ada di tempat.
n. Melakukan tindakan keperawatan pada pasiennya berdasaran renpra.
o. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan mendokumentasikannya
pada format yang tersedia.
p. Mengikuti visite dokter bila PP tidak di tempat.
q. Mengecek kerapihan dan kelengkapan status keperawatan.
r. Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai diparaf.
s. Mengkomunikasikan kepada PP/PJ dinas bila menemukan masalah yng perlu
diselesaikan.
t. Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostic, laboratorium, pengobatan dan
tindakan. Berperan serta dalam penkes pada pasien dan keluarga yang dilakukan PP.

4. Pengaturan Ketenagaan Di
Perhitungan tenaga keperawatan berdasarkan DEPKES 2005 Rawat Jalan :
Jumlah Tenaga Keperawatan Yang Diperlukan :
RATA-RATA
RATA-RATA JAM JUMLAH JAM
NO JENIS/KATEGORI
PASIEN/HARI PERAWATAN PERAWATAN/HARI
PASIEN/HARI*
1 Penyakit Dalam 3.5
2 Penyakit Saraf 3.5
3 Bedah 4
4 Anak 4.5
5 Kebidanan 2.5
6 Gawat 10
JUMLAH ? ?
* Berdasarkan Penelitian di Luar Negeri (Philipina & Thailand)

55
RUMUS
5) JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN YANG DIPERLUKAN :

Jumlah Jam Perawatan/ Hari


Jam Kerja Efektif / Shift

6) LOSS DAY (HARI LIBUR/CUTI/HARI BESAR) :

Jumlah Hari Non Efektif


x Jumlah Perawat
Jumlah Hari Kerja Efektif

7) KOREKSI 25 % (TUGAS-TUGAS NON-KEPERAWATAN)

25
x JumahTenaga Kep+ Loss Day
100

8) KEBUTUHAN
Jumlah Tenaga Kep + Loss Day + Koreksi

Kebutuhan Tenaga Keperawatan Ruangan Xaverius

RATA-RATA
RATA-RATA JAM JUMLAH JAM
NO JENIS/KATEGORI
PASIEN/HARI PERAWATAN PERAWATAN/HARI
PASIEN/HARI*
1 Penyakit Dalam/Saraf 5 3.5 17,5
2 Bedah 3 4 5,2
3 Anak 1 4.5 4.5
4 Kebidanan 1 2.5 2,5
JUMLAH 20 76.5

JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN YANG DIPERLUKAN :


Jumlah Jam Perawatan/ Hari
Jam Kerja Efektif / Shift
76,5
=10,92
7
LOSS DAY (HARI LIBUR/CUTI/HARI BESAR) :
Jumlah Hari Non Efektif
x Jumlah Perawat
Jumlah Hari Kerja Efektif
77
x 12=3,20
288

56
KOREKSI 25 % (TUGAS-TUGAS NON-KEPERAWATAN)
25
x JumahTenaga Kep+ Loss Day
100
25
x 10,92+3.20=5,93
100
KEBUTUHAN (Jumlah Tenaga Kep + Loss Day + Koreksi)
10.92 + 3.20 + 5.93 = 20 orang perawat
Dari hasil diatas dapat disimpulkan tenaga diruangan belum cukup untuk melakukan
perawatan. Namun tenaga di atas sudah termaksuk dengan Kepala Ruangan. Seperti yang sudah
dibahas diatas ada perawat juga yang menjalankan peran ganda seperti 1 orang yang masih
memiliki tanggungjawab kuliah, dan yang berkuliah juga mendapat tugas sebagai MOD. Dari
hasil perhitungan memang terlihat bahwa tenaga belum cukup yang menyebabkan kurang
optimal dalam memberikan asuhan keperawatan dikarenakan beberapa peran ganda dalam
menjalankan tugas di shift dinasnya.

57
DOKUMENTASI ROLE PLAY MANAJEMEN KEPERAWATAN

Role Play Kepala Ruangan bersama Katim I, Katim II dan Perawat Pelaksana dalam
Hand Over Keperawatan

58
DOKUMENTASI PEMBERIAN IMPLEMENTASI DI RUANGAN St. XAVERIUS

59
Mengikuti Hand Over Keperawatan Di Ruangan St. Xaverius

60
DAFTAR PUSTAKA

Asmuji. 2012. Manajemen Keperawatan Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta : Ar- Ruzz Media.
Kelliat, Budi Anna dan Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta :
EGC.
Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan.edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional
Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika
Ratna & Rumondang. (2011). Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta : Sagung Seto.
Sitorus, Ratna. 2006.Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit:Penataan Struktur
dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang
Rawat:Implementasi.Jakarta:EGC

61

Anda mungkin juga menyukai