Newww
Newww
Konsep Posbindu
1. Definisi Posbindu
Posbindu adalah sebuah wadah, tempat pelayanan terpadu yang diperuntuhkan bagi lansia disuatu
daerah tertentu yang didalamnya terdapat pelayanan kesehatan dan kegiatan peningkatan kesehatan serta
kesejahteraan lansia yang dalam pelaksanaanya melibatkan peran masyarakat dan organisasi sosial.
(Depkes RI, 2006)
2. Manfaat Posbindu
Posbindu ini merupakan bentuk pendekatan proaktif untuk mendukung peningkatan kualitas hidup dan
kemandirian usia lanjut yang mengutamakan aspek proakyif dan preventif. Disamping aspek kuratif dan
rehabilitative posbindu mempunyai manfaat sebagai berikut :
b. Memberikan keringanan biaya pelayanan kesehatan bagi keluarga yang tidak mampu
c. Memberikan bimbingan pada usia lanjut dalam memelihara dan meningkatkan kesehatanya, agar tetap
sehat dan mandiri. (Depkes, 2007)
3. Tujuan Posbindu
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran masyarakat dalam pelayanan posbindu untuk
meningkatkan komunikasi.
f. Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas untuk menggalang peran serta masyarakat dalam
pembinaan kesehatan usia lanjut.
5. Sasaran Posbindu
a. Sasaran langsung kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun) kelompok usia lanjut (60 tahun ke atas)
kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas)
b. Sasaran tidak langsung, yang meliputi keluarga dimana usia lanjut berada, masyarakat di lingkungan
usia lanjut, organisasi sosial yang peduli terhadap pembinaan kesehatan usia lanjut, petugas lain yang
menangani Kelompok Usia Lanjut dan masyarakat luas.
6. Langkah – langkah
Langkah-langkah yang ditempuh dalam pembinaan kesehatan usia lanjut sebagai berikut:
a. Perencanaan
5) Melakukan pendekatan lintas jalur tingkat kecamatan dan desa termasuk lembaga swadaya masyarakat
dan LKMD untuk menginformasikan dan menjelaskan perannya dalam pembinaan kesehatan usia lanjut.
6) Melakukan survei mawas diri bersama tenaga kecamatan dan desa setempat untuk mengenal masalah
yang berkaitan dengan kesehatan usia lanjut.
7) Melakukan musyawarah masyarakat desa untuk mencapai kesepakatan tentang upaya yang akan
dilakukan.
9) Mendorong pembentukan dan pengembangan pembinaan kesehatan usia lanjut di masyarakat secara
mandiri.
b. Pelaksanaan
1) Kegiatan Promotif
Kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup para usia lanjut agar merasa tetap
dihargai dan tetap berguna . upaya promotif juga ditunjukan kepada keluarga dan masyarakat di
lingkungan usia lanjut. Kegiatan ini berperan upaya penyuluhan mengenai perilaku hidup sehat ,
pengetahuan tentang gizi usia lanjut, pengetahuan tentang proses denegeratif yang akan terjadi pada usia
lanjut, upaya meningkatkan kesegaran jasmani serta upaya lain yang dapat memelihara kemandirian serta
produktifitas usia lanjut.
2) Kegiatan preventif
Upaya yang dilakukan bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyakit dan komplikasi
yang di akibatkan oleh proses degeneratif. Kegiatan yang di lakukan berupa deteksi dini kesehatan usia
lanjut yang dapat dilakukan di kelompok, puskesmas.
7. Mekanisme Posbindu
Penyelenggaraan posyandu lansia dilaksanakan oleh kader kesehatan yang terlatih, tokoh dari PKK dan
tokoh masyarakat dibantu oleh tenaga kesehatan dari puskesmas.Posyandu lansia di selenggarakan
berdasarkan mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan suatu wilayah. Ada yang menyelenggarakan
posyandu lansia dengan system 5 meja, dengan kegiatan sebagai berikut :
Pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan usia lanjut, serta penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan.
a. Pemeriksaan aktifitas, seperti mandi, makan dan minum, mencuci baju, berpakaian, berjalan,.
2. Manajemen Panti
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005,826): arti dari kata panti werdha adalah rumah tempat
mengurus dan merawat orang jompo. Sedangkan menurut Kepala PSTW Yogyakarta Unit Budhi Luhur,
Sutiknar pada seminar peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui brain development di Jakarta,
Selasa (6/12), panti sosial tresna werdha adalah panti sosial yang mempunyai tugas memberikan
bimbingan dan pelayanan bagi lansia terlantar agar dapat hidup secara baik dan terawat dalam kehidupan
masyarakat baik yang berada di dalam panti maupun yang berada di luar panti.(Tata Laksana Usia Lanjut
di Panti Jompo, 2011:3).
Kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan
mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Sebagai lembaga kesejahteraan sosial, panti werdha mempunyai tugas pokok sebagai berikut:
Menurut Kemensos RI Nomor 4/PRS-3/KPTS/2007 tentang Pelayanan Sosial Lansia dalam Panti
(2007:5), pelayanan social adalah proses pemberian bantuan yang dilaksanakan secara terencana dan
berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan lansia, sehingga yang bersangkutan mampu melaksanakan
fungsi sosialnya. Jenis pelayanan yang diberikan di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta menurut Sri
Salmah (2010:34-35) adalah:
1) Pelayanan kebutuhan makan dengan pengaturan menu sesuai dengan kebutuhan gizi lansia yang telah
dikonsultasikan dengan puskesmas
3) Pelayanan kesehatan dan pemeriksaan rutin 1 minggu 1 kali bekerjasama dengan pihak puskesmas
kecamatan
4) Bimbingan rohani berupa bimbingan mental, keagamaan, dan bimbingan kemasyarakatan bekerjasama
dengan instansi terkait
5) Bimbingan fisik dilaksanakan dalam bentuk senam khusus lansia 1 minggu 5 kali dan kegiatan rekreasi
berjalan-jalan sekitar panti
6) Bimbingan keterampilan pengisisan waktu luang dengan kegiatan usaha ekonomi. (rekreatif)
7) Kegiatan rekreatif di luar panti untuk menambah pengetahuan, pengalaman, dan mengurangi
kejenuhan dalam panti yang dilaksanakan 1 tahun sekali berjalan
Dalam artikel yang berjudul Lansia dan Pelayanan pada Lansia karangan Fuad Bahsin, pelayanan sosial
lansia mempunyai tujuan, yaitu:
1) Terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani, sosial, dan psikologi lansia secara memadai serta teratasinya
masalah-masalah akibat usia lanjut.
4) Terpeliharanya hubungan yang harmonis antara lansia dengan keluarga dan lingkungan
5) Terbentuknya keluarga dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab pelayanan terhadap lansia
5. Stabilitas emosi
Kunjungan keluarga yang kurang, berkurangnya interaksi social dan dukungan social
mengakibatkan penyesuaian diri yang negative pada lansia. Menurunnya kepasitas hubungan keakraban
dengan keluarga dan berkurangnnya interaksi dengan keluarga yang dicintai dapat menimbulkan perasaan
tidak berguana, merasa disingkirkan, tidak dibutuhkan lagi dan kondisi ini dapat berperan dalam
terjadinya depresi. Tinggal di institusi membuat konflik bagi lansia antara integritas, pemuasan hidup dan
keputusasaan karena kehilangan dukungan social yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
memelihara dan mempertahankan kepuasan hidup dan self-esteemnya sehingga mudah terjadi depresi
pada lansia (Stoudemire, 1994).
Kemampuan adaptasi dan lamanya tinggal dipanti mempengaruhi terjadinya depresi. Sulit bagi
lansia meninggalkan tempat tinggal lamanya. Pada lansia yang harus meninggalkan rumah tempat tinggal
lamanya (relokasi) oleh karena masalah kesehatan atau social ekonomi merupakan pengalaman yang
traumatic karena berpisah dengan kenangan lama dan pertalian persahabatan yang telah memberikan
perasaan aman dan stabilitas sehingga sering mengakibatkan lansia merasa kesepian dan kesendirian
bahkan kemeorosotan kesehatan dan depresi (Friedman, 1995).
Pekerjaan di waktu muda dulu yang berkaitan dengan peran social dan pekerjaannya yang hilang
setelah memasuki masa lanjut usia dan tinggal di institusi mengakibatkan hilangnya gairah hidup,
kepuasaan dan penghargaan diri. Lansia yang dulunya aktif bekerja dan memiliki peran penting dalam
pekerjaannya kemudian berhenti bekerja mengalami penyesuaian diri dengan peran barunya sehingga
seringkali menjadi tidak percaya dan rendah diri (Rini, 2001).
Dalam pengkajian depresi pada lansia, menurut Sadavoy et all (2004) gejala-gejala depresi
dirangkum dalam SIGECAPS yaitu gangguan pola tidur (sleep) pada lansia yang dapat berupa keluhan
sukar tidur, mimpi buruk dan bangun dini dan tidak bisa tidur lagi, penurunan minat dan aktifitas
(interest), rasa bersalah dan menyalahkan diri (guilty), merasa cepat lelah dan tidak mempunyai tenaga
(energy), penurunan konsentrasi dan proses pikir (concentration), nafsu makan menurun (appetite),
gerakan lambat dan lebih sering duduk terkulai (psychomotor) dan penelantaran diri serta ide bunuh diri
(suicidaly).
Selain mempertahankan status kesehatan peran perawat lansia disini adalah mengatasi masalah kesehatan
yang dialami lansia dimana proses penuaan akan mengakibatkan terjadinya beberapa perubahan
fisiologis, anatomi, psikologis, dan sosiologis. Timbulnya penyakit yang menetap seperti
Alzeimer/Demensia, gangguan sclerosis multiple, gangguan endokrin, dan lain-lain akan meningkat
dengan bertambahnya usia, dengan kompleks penyakit lanjut usia maka diperlukan asuhan keperawatan
yang khusus pula untuk mencapai kesembuhan yang paripurna.
Selain mempertahankan status kesehatan peran perawat lansia disini adalah mengatasi masalah kesehatan
yang dialami lansia dimana proses penuaan akan mengakibatkan terjadinya beberapa perubahan
fisiologis, anatomi, psikologis, dan sosiologis. Timbulnya penyakit yang menetap seperti
Alzeimer/Demensia, gangguan sclerosis multiple, gangguan endokrin, dan lain-lain akan meningkat
dengan bertambahnya usia, dengan kompleks penyakit lanjut usia maka diperlukan asuhan keperawatan
yang khusus pula untuk mencapai kesembuhan yang paripurna.
Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan pribadi aktif, kecuali
seperti secara spesifik diperlihatkan di bawah ini. Ini didasarkan pada status aktual dan
bukan pada kemampuan. Seorang klien yang menolak untuk melakukan suatu fungsi
dianggap sebagai tidak melakukan fungsi, meskipun ia dianggap mampu.
1) Mandi (Spon, Pancuran, atau Bak)
a) Mandiri
Bantuan hanya pada satu bagian mandi seperti punggung atau ekstremitas yang
tidak mampul atau mandi sendiri sepenuhnya.
b) Tergantung
Bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan keluar dari bak
mandi, tidak mandi sendiri.
2) Berpakaian
a) Mandiri
Mengambii baju dari kloset dan laci; berpakaian, melepaskan pakaian, mengikat;
mengatur pengikat; melepas ikatan sepatu.
b) Tergantung
Tidak memakai baju sendiri atau sebagian masih tidak menggunakan pakaian.
3) Ke Kamar Kecil
a) Mandiri
Ke kamar kecil; masuk dan keluar dari kamar kecil; merapikan baju; membersihkan
organ-organ ekskresi; (dapat mengatur bedpan sendiri yang digunakan hanya malam
hari dan dapat atau takdapat menggunakan dukungan mekanis).
b) Tergantung
Menggunakan bedpan atau pispot atau menerima bantuan dalam masuk dan
menggunakan toilet.
4) Berpindah
a) Mandiri
Berpindah ke dan dari tempat tidur secara mandiri, berpindah duduk dan bangkit
dari kursi secara mandiri (dapat atau tidak dapat menggunakan dukungan mekanis).
b) Tergantung
Bantuan dalam berpindah naik atau turun dari tempat tidur dan/atau kursi; tidak
melakukan satu atau lebih perpindahan.
5) Kontinen
a) Mandiri
Berkemih dan defekasi seluruhnya dikontrol sendiri.
b) Tergantung
Inkontinensia parsial atau total pada perkemihan atau defekasi; konirol total
atau parsial dengan enema, kateter, atau penggunaan urinal dan/atau bedpan
teratur.
6) Makan
a) Mandiri
Mengambil makanan dari piring atau keseksamaan memasukannnya ke mulut,
(memotong-motong daging dan menyiapkan makanan, seperti mengolesi roti
dengan mentega, tidak dimasukan dalam evaluasi).
b) Tergantung
Bantuan dalam hal makan (lihat di atas); tidak makan sama sekali, atau makan
per parentral.
Pada kasus depresi kemandirian cenderung bermasalah karena berkurangnya energy yang
menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas.
Instruksi : Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini, dan catat semua jawaban.
Ajukan pertanyaan 4 A hanya jika klien tidak mempunyai telepon.
Catat jumlah kesalahhan total berdasarkan sepuluh pertanyaan
+ - PERTANYAAN
1. Tanggal berapa hari ini? (Tanggal, bulan, tahun)
2. Hari apa sekarang ini?
3. Apa nama tempat ini?
4. Berapa nomor telepon Anda?
4A.Dimana alamat Anda? (Tanyakan hanya bila klien tidak memiliki
telepon)
5. Berapa umur Anda?
6. Kapan Anda lahir?
7. Siapa presiden Indonesia sekarang?
8. Siapa presiden sebelumnya?
9. Siapa nama ibu Anda?
10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru, semua
secara menurun
Jumlah kesalahan total
Analisa hasil :
Jika jawaban pertanyaan sesuai indikasi dinilai poin 1. (nilai poin 1 untuk setiap respons
yang cocok dengan jawaban ya atau tidak setelah pertanyaan)
Nilai 5 atau lebih dapat menandakan depresi.
i. Pengkajian Keseimbangan
KRITERIA NILAI
Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Bangun dari tempat duduk (dimasukkan analisis) dengan mata terbuka
Tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali gerakan, akan tetapi mendorong
tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak ke bagian depan kursi terlebih dahulu,
tidak stabil pada saat berdiri pertama kali
Duduk ke kursi (dimasukkan analisis) dengan mata terbuka menjatuhkan diri ke
kursi, tidak duduk di tengah kursi
Bangun dari tempat duduk (dimasukkan analisis) dengan mata tertutup
Tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali gerakan, akan tetapi usila mendorong
tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak ke bagian depan kursi terlebih dahulu,
tidak stabil pada saat berdiri pertama kali
Duduk ke kursi (dimasukkan analisis) dengan mata tertutup menjatuhkan diri ke
kursi, tidak duduk di tengah kursi
Ket: kursi harus yang keras tanpa lengan
Menahan dorongan pada sternum (3 kali) dengan mata terbuka
menggerakkan kaki, memegang objek untuk dukungan, kaki tidak menyentuh sisi-
sisinya
Menahan dorongan pada sternum (3 kali) dengan mata tertutup
klien menggerakkan kaki, memegang objek untuk dukungan, kaki tidak menyentuh
sisi-sisinya
Perputaran leher (klien sambil berdiri)
Menggerakkan kaki, menggenggam objek untuk dukungan kaki: keluhan vertigo,
pusing atau keadaan tidak stabil
Gerakan mengapai sesuatu
Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi sepenuhnya sementara
berdiri pada ujung jari-jari kaki, tidak stabil memegang sesuatu untuk dukungan
Membungkuk
Tidak mampu membungkuk untuk mengambil objek-objek kecil (misalnya pulpen)
dari lantai, memegang objek untuk bisa berdiri lagi, dan memerlukan usaha-usaha
yang keras untuk bangun
Komponen gaya berjalan atau pergerakan
Minta klien berjalan ke tempat yang ditentukan ragu-ragu, tersandung, memegang
objek untuk dukungan
Ketinggian langkah kaki
Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret kaki),
mengangkat kaki terlalu tinggi (> 5 cm)
Kontinuitas langkah kaki
Setelah langkah-langkah awal menjadi tidak konsisten, memulai mengangkat satu
kaki sementara kaki yang lain menyentuh lantai
Kesimetrisan langkah
Langkah tidak simetris, terutama pada bagian yang sakit
Penyimpangan jalur pada saat berjalan
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi
Berbalik
Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan, bergoyang, memegang objek
untuk dukungan
Keterangan:
0 – 5 resiko jatuh rendah
6 – 10 resiko jatuh sedang
11 – 15 resiko jatuh tinggi
j. Pengkajian Spiritual
1) Berkaitan dengan keyakinan agama yang dimiliki dan sejumlah makna keyakinan
tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari lansia.
2) Hal-hal yang perlu dikaji:
Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya.
Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan.
Misalnya: pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin.
Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa.
Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal
Afek tidak Respon emosional yang tidak sesuai dengan pikiran, pembicaraan
serasi
Afek Dua jenis perasaan yang berlawanan terhadap suatu objek yang timbul
ambivalen pada saat yang bersamaan
Depresi Perasaan sedih, murung, susah. depresi sering disertai dengan gejala
somatik : pusing, konstipasi, nyeri perut, nyeri otot, nafsu makan
berkurang dan insomnia.
Anxietas Kecemasan, kekawatiran, was – was, takut. Sering disertai dengan gejala
somatik : ketegangan motorik (gemetar, tegang, nyeri otot, mudah kaget,
gelisah) dan hiperaktivitas saraf otonomik (berkeringat , telapak tangan
lembab, jantung berdebar cepat, mulut kering, pusing, kesemutan, rasa
mual, sering kencing, dan rasa tidak enak di ulu hati)
l. Pengkajian Depresi
Gejala depresi pada lansia diukur menurut tingkatan sesuai dengan gejala yang
termanifestasi. Jika dicurigai terjadi depresi, harus dilakukan pengkajian dengan alat
pengkajian yang terstandarisasi dan dapat dipercayai serta valid dan memang dirancang
untuk diujikan kepada lansia. Salah satu yang paling mudah digunakan untuk
diinterprestasikan di berbagai tempat, baik oleh peneliti maupun praktisi klinis adalah
Geriatric Depression Scale (GDS)
m. Pengkajian Fisik
Keterampilan pengkajian Fisik ada 4 diantaranya adalah:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Keluhan fisik biasanya terwujud pada perasaan fisik seperti:
1) Distorsi dalam perilaku makan. Orang yang mengalami depresi tingkat sedang
cenderung untuk makan secara berlebihan, namun berbeda jika. kondisinya telah parah
seseorang cenderung akan kehilangan gairah makan.
2) Nyeri (nyeri otot dan nyeri kepala)
3) Merasa putus asa dan tidak berarti. Keyakinan bahwa seseorang mempunyai hidup yang
tidak berguna, tidak efektif. orang itu tidak mempunyai rasa percaya diri. Pemikiran
seperti, "saya menyia-nyiakan hidup saya" atau “saya tidak bisa rncncapai banyak
kemajuan", seringkali terjadi.
4) Berat badan berubah drastis
5) Gangguan tidur. Tergantung pada tiap orang dan berbagai macam faktor penentu,
sebagian orang mengalami depresi sulit tidur. Tetapi dilain pihak banyak orang
mengalami depresi justru terlalu banyak tidur.
6) Sulit berkonsentrasi. Kapasitas menurun untuk bisa berpikir dengan jernih dan untuk
mernecahkan masalah secara efektif. Orang yang mengalami depresi merasa kesulitan
untuk memfokuskan perhatiannya pada sebuah masalah untuk jangka waktu tertentu.
Keluhan umum yang sering terjadi adalah, "saya tidak bisa berkonsentrasi".
7) Keluarnya keringat yang berlebihan
8) Sesak napas
9) Kejang usus atau kolik
10) Muntah
11) Diare
12) Berdebar-debar
13) Gangguan dalam aktivitas normal seseorang. Seseorang yang mengalami depresi
mungkin akan mencoba melakukan lebih dari kemampuannya dalam setiap usaha untuk
mengkomunikasikan idenya. Dilain pihak, seseorang lainnya yang mengalami depresi
mungkin akan gampang letih dan lemah.
14) Kurang energi. Orang yang mengalami depresi cenderung untuk mengatakan atau
merasa, "saya selalu merasah lelah" atau "saya capai".
2. DIAGNOSA
a. Gangguan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori, degenerasi neuron
irreversible
b. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi fisiologis dan kognitif
c. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi dan atau
integrasi sensori ( defisit neurologis )
d. Kurang perawatan diri : hygiene nutrisi, dan atau toileting berhubungan dengan
ketergantungan fisiologis dan atau psikologis
e. Potensial terhadap ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan pengaruh
penyimpangan jangka panjang dari proses penyakit
3. RENCANA KEPERAWATAN
a. Gangguan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori, degenerasi neuron
irreversible
1) Kaji derajat gangguan derajat kognitif, orientasi orang, tempat dan waktu
2) Pertahankan lingkungan yang menyenangkan dan tenang
c. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi dan atau
integrasi sensori ( defisit neurologis )
1) Kaji derajat sensori/ gangguan persepsi
2) Mempertahankan hubungan orientasi realita dan lingkungan
d. Kurang perawatan diri : hygiene nutrisi, dan atau toileting berhubungan dengan
ketergantungan fisiologis dan atau psikologi
1) Identifikasi kesulitan dalam berpakaian/ perawatan diri
2) Identifikasi kebutuhan akan kebersihan diri dan berikan bantuan sesuai kebutuhan
e. Potensial terhadap ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan pengaruh
penyimpangan jangka panjang dari proses penyakit
1) Berikan dukungan emosional
2) Rujuk keluarga ke kelompok pendukung
4. IMPLEMENTASI
Implementasi disesuaikan dengan rencana keperawatan yang telah di susun sebelumnya.
5. EVALUASI
Jika kriteria hasil telah tampak sesuai dengan yang diharapkan pada intervensi dan masalah
keperawatan telah terselesaikan maka perawat terlebih dahulu harus mengkaji secara holistik
terkait kondisi aktual pasien tentang ada atau tidaknya masalah baru yag muncul. Tahap evaluasi
dilakukan pada akhir pelaksanaan proses keperawatan, ini bertujuan agar dapat menilai apakah
proses keperawatan yang dilaksanakan sudah berjalan sesuai rencana keperawatan yang disusun
sebelumnya.