Anda di halaman 1dari 3

A.

MENAFSIR PANDANGAN PENGARANG TERHADAP KEHIDUPAN


DALAM NOVEL
1. Menangkap Maksud Pengarang Terhadap Kehidupan dalam Novel

Novel karangan Tere Liye ini merupakan novel yang menarik dengan
mengangkat peristiwa gempa dan tsunami Aceh. Tere Liye sangat pandai menata
cerita dengan baik. Keberpihakan pengarang pada tokoh Delisa yang digambarkan
sebagai gadis kecil yang tegar. Pengarang setuju bahwa Delisa mendapatkan hafalan
bacaan shalatnya kembali bukan karna hadiah, melainkan karena keikhlasan dan
kegigihannya.

2. Menerangkan Maksud Pengarang Terhadap Kehidupan dalam Novel

Novel Hafalan Shalat Delisa adalah sebuah novel karangan Tere Liye yang
menceritakan tentang perjuangan seorang anak kecil dalam menghafal bacaan shalat.
Novel ini mengetengahkan tema sosial dan budaya. Pada novel tersebut, Penulis
banyak sekai membubuhkan nilai moral dalam berkehidupan sosial dengan
didasarkan oleh nilai-nilai agama.
Dapat kita ketahui pada salah satu dialog yaitu Aisyah ( Kakak Delisa )
menyesali akan sikap dan perbuatan yang pernah ia lakukan kepada Adiknya, Delisa.
Aisyah menyadarinya ketika Guru Aisyah yang bernama Pak Jamal berkata :

“Boleh jadi saudara-saudara kita akan menjadi tameng api neraka. Maka
berbuat baiklah pada mereka. Boleh jadi adik-adik kita akan menjadi perisai
cambuk malaikat, maka berbuat baiklah pada mereka. Boleh jadi saudara-
saudara kita akan menjadi penghalang siksa dan azab himpitan liang kubur,
maka berbuat baiklah pada mereka.” (Hal. 49-50)

Aisyah yang sebelumnya suka marah-marah, sering cemburu kepada


perlakuan Uminya terhadap Delisa, seketika sadar jika semua itu termasuk perbuatan
tercela. Kutipan di atas sangat bagus sekali untuk diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari yang mana kita sebagai makhluk sosial haruslah saling
menghormati, menyayangi, dan menghindari adanya pertengkaran khususnya saudara
kandung kita sendiri.
Novel ini juga menceritakan kehidupan Abi Usman yang dibumbui oleh manis
pahitnya kehidupan. Walaupun mereka termasuk keluarga yang sederhana, tetapi
mereka selalu merasa sangat berkecukupan dan bahagia. Bagaimana tidak bahagia?
Abi Usman dan istrinya, Ummi Salamah memiliki empat anak perempuan yang
sholeha, cantik dan pintar. Keempatnya memiliki sifat yang berbeda-beda dan hal itu
membuat suasana di rumah mereka penuh warna. Dalam novel ini Delisalah tokoh
utama. Delisa merupakan anak bungsu dari Abi Usman. Digambarkan dengan rambut
ikal berwarna, kulit putih yang kemerah-merahan, bersih serta mata hijaunya yang
sangat indah yang didapatnya dari Ummi Delisa yang merupakan keturunan Turki-
Spanyol ( meskipun itu jauh ke kakek-kakeknya Delisa ). Semua karakteristik itulah
yang membedakan ia dari ketiga saudarnya. Cara berpikir Delisa sangatlah lateral, hal
ini yang menyebabkan Delisa banyak bertanya dan sering berkata “Kok bisa?”.
Pemikiran Delisa yang membuatnya menjadi banyak tanya ini dapat dibuktikan ketika
Delisa sedang bertanya kepada Ustadz Rahman ( Guru ngaji Delisa ) :

“ustadz, kenapa ya Delisa sering kebolak-balik?” tanya Delisa.


“Delisa, biar ga kebolak-balik kamu mesti menghafalnya berkali-kali. Baca
berkali-kali. Nanti nggak lagi! Nanti terbiasa” Ustadz menjelaskan ( Hal. 38 )

Pada saat itu Ustadz Rahman sampai-sampai bingung untuk menjawab


pertanyaan Delisa karena unutk mengajari anak kecil seperti Delisa harus ada teknik-
tekniknya agar tidak terjadi mall-praktek dalam mendidik anak-anak.

Setelah terjadi tsunami, Delisa memimpikan Ummi dan tiga saudarinya.


“Ummi, Cut Fatimah, Cut Aisyah, Cut Zahra, dengan pakaian bercahaya
menjemputnya di ujung Taman indah. Taman berjuta pohon, taman berjuta
bunga, taman berjuta warna. Ummi dan kakak-kakaknya becengkerama
riang”
“Delisa sedang duduk saat mereka datang. He! Delisa tidak bisa bergerak.
Delisa tidak bisa berdiri dan mereka hanya tinggal melewati Delisa aja.
Ummi, kak Fatimah, kak Aisyah, kak Zahra, melangkah menjauh tidak
menoleh. Bukankah mereka akan menjemputku?” ( Hal. 82 )
B. MENGANALISIS ISI DAN KEBAHASAAN NOVEL

1. Menganalisis Isi Novel Berdasarkan Unsur Intrinsiknya

 Tema : Kegigihan
 Tokoh & Perwatakan :

a. Delisa
- Penyayang
Kutipan : ““Delisa... cinta Ummi karna Allah!” ia pelan sekali
mengatakan itu” ( Hal. 53 )
- Suka Berbagi
Kutipan : ““Kak Aisyah tenang aja, nanti Delisa kasih pinjam deh” Delisa
sudah berseru duluan” ( Hal. 14 )
- Tegar
Kutipan : ““Kaki... kaki Delisa dipotong Bi!” Delisa menyeringai. Abi
mengeluh? “ ( Hal. 144 )
- Pantang Menyerah
Kutipan : “Badan terus terseret. Ya Allah, Delisa di tengah sadar dan
tidaknya ingin sujud... Ya Alah, Delisa ingin sujud dengan sempurna.
Delisa sekarang hapal bacaanya... Delisa tidak lupa seperti tadi subuh”
(Hal. 71)

b. Ummi Salamah
- Bijaksana
Kutipan : “Tidak! Ummi memang sengaja menunjuk Aisyah melakukan
pekerjaan itu, agar Aisyah lebih bertanggung jawab atas Adiknya”
(Hal. )
- Penyayang
Kutipan : “Ummi cinta Delisa karena Allah!” (Hal 53)

c. Abi Usman
- Pekerja Keras
Kutipan : “Abi bekerja sebagai pelaut disalah satu kapal tanker
perusahaan minyak asing-arun yang pulangnya tiga bulan sekali
(Hal )

Anda mungkin juga menyukai