61 - Ade Bayu Saputra - Reguler - K3
61 - Ade Bayu Saputra - Reguler - K3
Oleh:
A. Latar Belakang
Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi risiko.
Banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien
dan staf Rumah Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang potensial
bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors).
Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan
prosedur, banyak alat teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan
non profesi yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus.
Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola
dengan baik dapat terjadi KTD (Depkes, 2008).
Pada tahun 2000 Institute of Medicine di Amerika Serikat
menerbitkan laporan yang mengagetkan banyak pihak : “TO ERR IS
HUMAN” , Building a Safer Health System. Laporan itu mengemukakan
penelitian di rumah sakit di Utah dan Colorado serta New York. Di Utah
dan Colorado ditemukan KTD (Adverse Event) sebesar 2,9 %, dimana 6,6
% diantaranya meninggal. Sedangkan di New York KTD adalah sebesar
3,7 % dengan angka kematian 13,6 %. Angka kematian akibat KTD pada
pasien rawat inap di seluruh Amerika yang berjumlah 33,6 juta per tahun
berkisar 44.000 – 98.000 per tahun. Publikasi WHO pada tahun 2004,
mengumpulkan angka-angka penelitian rumah sakit di berbagai Negara :
Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia, ditemukan KTD dengan
rentang 3,2 – 16,6 %. Dengan data-data tersebut, berbagai negara segera
melakukan penelitian dan mengembangkan Sistem Keselamatan Pasien
(Depkes, 2008).
Menurut (Kohn, Corrigan, & Donaldson, 2000), medical error
didefinisikan sebagai: The failure of a planned action to be completed as
intended (i.e., error of execusion) or the use of a wrong plan to achieve an
aim (i.e., error of planning). Artinya kesalahan medis didefinisikan
sebagai: suatu kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan untuk
diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu kesalahan tindakan) atau
perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu kesalahan
perencanaan). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa
berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).
Keselamatan pasien merupakan prioritas utama yang harus
dilaksanakan oleh rumah sakit. Hal ini sangat erat kaitannya baik dengan
citra rumah sakit maupun keamanan pasien. Tujuan dari pelaksanaan
keselamatan pasien di rumah sakit adalah untuk melindungi pasien dari
kejadian yang tidak diharapkan. Risiko kejadian ini berasal dari proses
pelayanan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan melalui program-program
yang telah ditetapkan oleh rumah sakit (Depkes, 2008)
Keselamatan dan keamanan merupakan kebutuhan dasar manusia.
Keselamatan juga merupakan yang sangat penting dalam setiap pelayanan
kesehatan. Pelayanan kesehatan terutama pelayanan keperawatan di setiap
unit perawatan baik akut maupun lanjutan harus berfokus pada
keselamatan pasien baik dalam tatanan rumah sakit, komunitas maupun
perawatan di rumah.
Kasus tentang keselamatan pasien telah menjadi perhatian
beberapa negara di dunia dikarenakan masih tetap ada kejadian yang tidak
diharapkan (KTD). Hal ini dapat dilihat dari KTD yang terjadi di rumah
sakit Utah dan Colorado yaitu sebesar 2,9 %, dimana 6,6 % diantaranya
meninggal. Sedangkan di New York, KTD sebesar 3,7 % dengan angka
kematian 13,6 %. Angka kematian akibat KTD pada pasien rawat inap
yang berjumlah 33,6 juta per tahun di seluruh Amerika berkisar 44.000-
98.000 per tahun. World Health Organization (WHO) pada tahun 2004
mengumpulkan data tentang KTD di rumah sakit dari berbagai negara
(Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia) yang memiliki rentang KTD
sebesar 3,2-16,6 %. Data tersebut menjadi pemicu di berbagai negara
untuk melakukan penelitian dan pengembangan sistem keselamatan
pasien (Depkes, 2008)
Kasus tersebut yang mendorong pemerintah Indonesia untuk lebih
memberikan perhatian khususnya terhadap masalah keselamatan pasien di
rumah sakit. Hal ini dibuktikan dengan diterbitkannya Peraturan Mentri
Kesehatan RI, 2011 Nomor 1691 tentang keselamatan pasien di rumah
sakit. Peraturan tersebut menekankan adanya enam Sasaran Keselamatan
Pasien (SKP) yang wajib diupayakan oleh setiap rumah sakit yang
meliputi: ketepatan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang
efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian
tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi, pengurangan risiko
infeksi terkait pelayanan kesehatan, dan pengurangan risiko pasien jatuh.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Patient Safety
1. Definisi Patient Safety
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu
sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan (Depkes,
2008).
Tidak adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena
kecelakaan (Kohn et al., 2000). Keselamatan pasien (patient safety)
adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan
resiko, meliputi :
a. Assessment risiko
b. Identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan dengan risiko
pasien
c. Pelaporan dan analisis insiden
d. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
e. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Menurut (Kohn et al., 2000) Keselamatan Pasien (Patient
Safety) didefinisikan sebagai freedom from accidental injury.
Accidental injury disebabkan karena error yang meliputi kegagalan
suatu perencanaan atau memakai rencana yang salah dalam mencapai
tujuan. Accidental injury juga akibat dari melaksanakan suatu
tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission).
b) Ditingkat Provinsi
1) Dinas Kesehatan Provinsi
Melakukan advokasi program keselamatan pasien ke
rumah sakit-rumah sakit di wilayahnya
Melakukan advokasi ke pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten / kota agar tersedianya dukungan
anggaran terkait dengan program keselamatan pasien
rumah sakit
Melakukan pembinaan pelaksanaan program keselamatan
pasien rumah sakit
2) PERSI Daerah
Melakukan advokasi program keselamatan pasien ke
rumah sakit-rumah sakit di wilayahnya
Melakukan advokasi ke pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/ kota agar tersedianya dukungan
anggaran terkait dengan program keselamatan pasien
rumah sakit
Melakukan pembinaan & monitoring pelaksanaan
program keselamatan pasien rumah sakit
Melakukan pembinaan paska akreditas
c) Ditingkat Kabupaten/Kota
Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
Melakukan advokasi program keselamatan pasien ke rumah
sakit-rumah sakit di kabupaten/kota
Melakukan advokasi ke pemerintah kabupaten/kota agar
tersedianya dukungan anggaran terkait dengan program
keselamatan pasien rumah sakit
Melakukan pembinaan pelaksanaan program keselamatan pasien
rumah sakit
Mendorong rumah sakit untuk mengikuti akreditasi rumah sakit
B. Kesimpulan
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya
cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Isu penting terkait keselamatan (hospital risk) yaitu: keselamatan
pasien; keselamatan pekerja (nakes); keselamatan fasilitas (bangunan,
peralatan); keselamatan lingkungan; keselamatan bisnis.
Elemen Patient Safety yaitu: Adverse drug events(ADE)/
medication errors (ME) (ketidakcocokan obat/kesalahan pengobatan),
Restraint use (kendali penggunaan), Nosocomial infections (infeksi
nosokomial), Surgical mishaps (kecelakaan operasi), Pressure ulcers
(tekanan ulkus), Blood product safety/administration (keamanan produk
darah/administrasi), Antimicrobial resistance (resistensi antimikroba),
Immunization program (program imunisasi), Falls (terjatuh), Blood
stream – vascular catheter care (aliran darah – perawatan kateter
pembuluh darah), Systematic review, follow-up, and reporting of
patient/visitor incident reports (tinjauan sistematis, tindakan lanjutan, dan
pelaporan pasien/pengunjung laporan kejadian).
C. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya dapat
memahami tentang keselamatan pasien di lingkungan pelayanan Poli
Klinik. Diharapkan dalam proses asuhan medis ini tidak ada yang
mengakibatkan cedera pada pasien, berupa Near Miss atau Adverse Event
(Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (2008). Pedoman Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Edisi
2). Jakarta: Bakti Husada.