Anda di halaman 1dari 53

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pasal 1


ayat 2 yang berbunyi lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
(enam puluh) tahun keatas”. Lanjut usia merupakan proses mengalami penuaan
anatomi, fisiologis dan biokimia pada jaringan organ yang dapa tmempengaruhi
keadaan fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Fatmah,2010). Pada
lanjut usia terjadi kemunduran fungsi tubuh dimana salah satunya adalah
kemunduran fungsi kerja pembuluh darah. Penyakit yang sering dijumpai pada
golongan lansia yang disebabkan karena kemunduran fungsi kerja metabolisme
yaitu salah satunya gout arthritis atau yang sering disebut dengan asam urat. Gout
artritis atau yang dikenal dengan istilah asam uratmerupakan peradangan
persendian yang disebabkan oleh tingginya kadar asam urat dalam tubuh
(hiperurisemia), sehingga terakumulasinya endapan kristal monosodium urat
yang terkumpul di dalam persendian, hal ini terjadi karena tubuh mengalami
gangguan metabolisme purin (Padila, 2017). Selain hal tersebut, konsumsi purin
yang tinggi juga dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah (Huda Nurarif
& Kusuma,2015). Rentang kadar asam urat pada pria yaitu 3,5-8,0
mg/dLsedangkan wanita yaitu 2,8-6,8 mg/dL (LeFever Kee, 1997). Kebiasaan
konsumsi purin yang tinggi seperti (makanan atau minuman yang mengandung
alkohol, daging, dan beberapa jenis sayuran yang mengandung purin seperti,
bayam, kangkung, dan kacang-kacangan) disertai dengan gangguan metabolisme
purin dalam tubuh, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adekuat yang akan
menghasilkan akumulasi asam urat berlebih di plasma darah (hiperurisemia)
(Hamijoyo, 2011; Padila, 2013). Kelebihan asam urat dalam tubuh, akan
ditransfer ke organ –organ tubuh tertentu dan diendapkan menjadi kristal-kristal
monosodium asam urat monohidrat pada persendian dan jaringan di sekitanya
maka akan terjadi peradangan dengan rasa nyeri yang bersifat akut pada
persendian. Seringkali pada pergelangan kaki, kadang-kadang pada persendian
tangan, lutut, dan pundak atau jari-jari tangan (Winasih, 2015).
Berdasarkan World Health Organization (WHO, 2015), prevalensi asam urat
(gout) di Amerika Serikat sekitar 13,6 kasus per 1000 laki-laki dan 6,4 kasus per
1000 perempuan. Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 prevalensi kejadian penyakit
persendian di Indonesia berdasarkan diagnosis yaitu 11,9% dan berdasarkan
adanya gejala 24,7%. Sedangkan prevalensi berdasarkan diagnosis nakes
tertinggi di Jawa Timur yaitu 19,3%, diikuti Aceh 18,3%, Jawa Barat 17,5% dan
Papua 15,4%. Prevalensi penderita gout artritis berdasarkan usia yaitu, usia 15-24
tahun berdasarkan diagnosis nakes 1,5 % berdasarkan gejala 7,0 %, usia 25-34
tahun 6,0% berdasarkan diagnosis nakes 16,1% usia 35-44 tahun berdasarkan
diagnosis nakes 12,4% berdasarkan gejala 26,9%, usia 45-54 tahun berdasarkan
diagnosis nakes 19,3%, berdasarkan adanya gejala 37,2% dan usia 55-64 tahun
berdasarkan diagnosis nakes 25,2 % serta berdasarkan adanya gejala 45,0%.
Prevalensi penderita penyakit persendian lebih banyak diderita oleh perempuan
yaitu 13,4% berdasarkan diagnosis dan 27,5% berdasarkan adanya gejala
sedangkan laki-laki yaitu 10,3% berdasarkan diagnosis dan 21,8% berdasarkan
adanya gejala, dan masyarakat yang bertempat tinggal di pedesaan lebih banyak
terkena penyakit persendian yaitu 13,8% berdasarkan diagnosis dan 27,4%
berdasarkan adanya gejala(Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Faktor yang memengaruhi kadar asam urat digolongkan menjadi tiga: Faktor
primer, faktor sekunder dan faktor predisposisi. Pada faktor primer dipengaruhi
oleh faktor genetik. Faktor sekunder dapat disebabkan oleh duahal, yaitu
produksi asam urat yang berlebihan dan penurunan ekskresi asam urat. Pada
faktor predisposisi dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, dan iklim (Muttaqin,
2016). Faktor sekunder dapat berkembang dengan penyakit lain (obesitas,
diabetes melitus, hipertensi, polisitemia, leukemia, mieloma, anemia sel sabit dan
penyakit ginjal) (Kluwer, 2015). Faktor risiko yang menyebabkan orang
terserang penyakit asam urat, Vitahealth (2007) adalah genetik/riwayat keluarga,
asupan senyawa purin berlebihan, konsumsi alkohol berlebih, kegemukan
(obesitas), hipertensi, gangguan fungsi ginjal dan obat-obatan tertentu (terutama
diuretika). Faktor-faktor tersebut di atas dapat meningkatkan kadar asam urat,
jika terjadi peningkatan kadar asam urat serta di tandai rasa linu pada sendi,
terasa sakit, nyeri, merah dan bengkak keadaan ini dikenal dengan gout. Gout
termasuk penyakit yang dapat dikendalikan walaupun tidak dapat disembuhkan,
namun kalau dibiarkan saja kondisiini dapat berkembang menjadi artritis yang
melumpuhkan (Charlish, 2019). Gout berpotensi menyebabkan infeksi ketika
terjadi ruptur tofus, batu ginjal, hipertensi dan penyakit jantung lain (Kluwer,
2015).

Upaya yang dapat dilakukan oleh perawat adalah melakukan asuhan


keperawatan dengan focus pengkajian. Perawat dapat memberikan tindakan
keperawatan mengidentifikasi penyebab dan skala nyeri, memberikan teknik
relaksasi, memfasilitasi istirahat dan tidur, dan berkolaborasi pemberian obal
analgesic untuk mengatasi masalah nyeri pasien. Dalam hal ini perawat perlu
memberikan edukasi kesehatan kepada pasien agar dapat menjalani pengobatan
secara rutin untuk menghindari komplikasi.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas penulis tertarik untuk


menyajikan asuhan keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. S
dengan Diagnosa Gout Arthritis di Panti Werdha Surabaya”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah pengkajian pada pasien dengan Gout Arthritis terhadap Ny. S
di Panti Werdha Anugerah Surabaya ?
2. Apa saja diagnose keperawatan pada pasien dengan Gout Arthritis terhadap
Ny. S di Panti Werdha Anugerah Surabaya ?
3. Apa saja intervensi pada pasien dengan Gout Arthritis terhadap Ny. S di
Panti Werdha Anugerah Surabaya ?
4. Apa saja implementasi yang dapat diberikan untuk mengatasi masalah Gout
Arthritis terhadap Ny. S di Panti Werdha Anugerah Surabaya ?
5. Bagaimanakah hasil evaluasi setelah dilakukan tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah pada pasien Gout Arthritis terhadap Ny. S di Panti
Werdha Anugerah Surabaya ?
1.3 Tujuan
1. Mampu mengkaji dengan benar karakteristik Gout Arthritis terhadap Ny. S
di Panti Werdha Anugerah Surabaya.
2. Mampu membuat diagnose keperawatan yang sesuai dengan kondisi Gout
Arthritis terhadap Ny. S di Panti Werdha Anugerah Surabaya.
3. Mampu membuat intervensi keperawatan Gout Arthritis terhadap Ny. S di
Panti Werdha Anugerah Surabaya.
4. Mampu melakukan implementasi Gout Arthritis terhadap Ny. S di Panti
Werdha Anugerah Surabaya.
5. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan Gout Arthritis terhadap Ny. S di
Panti Werdha Anugerah Surabaya.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Lanjut Usia (Lansia)


2.1.1 Definisi Lanjut Usia
Lanjut usia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
memperatahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini
berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan
kepekaan secara individual, karena faktor tertentu Lansia tidak dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosial. Seseorang
dikatakan Lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih, Lansia merupakan
kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan Lansia ini akan terjadi suatu proses
yang disebut Aging Process atau proses penuaan (Nugroho, 2008).

2.1.2 Batasan Lanjut Usia

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan Lansia


menjadi empat, yaitu usia pertengahan (middle age) adalah 45-59 tahun, lanjut usia
(elderly) adalah 60-74 tahun. lanjut usia tua (old) adalah 75-90, usia sangat tua
(very old) adalah diatas 90 tahun. Sedangkan menurut Undang-Undang No.13
Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia, seseorang disebut Lansia
bila telah memasuki atau mencapai usia 60 tahun lebih (Nugroho, 2008).

2.1.3 Tipe Lanjut Usia

Menurut Nugroho (2008) lanjut usia dapat pula dikelompokan dalam


beberapa tipe yang bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan,
kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya. Tipe ini antara lain :

1. Tipe Optimis: lanjut usia santai dan periang, penyesuaian cukup baik, mereka
memandang masa lanjut usia dalam bentuk bebas dari tanggung jawab dan
sebagai kesempatan untuk menuruti kebutuhan pasifnya.
2. Tipe Konstruktif: lanjut usia ini mempunyai integritas baik, dapat menikmati
hidup, memiliki toleransi yang tinggi, humoristik, fleksibel, dan tahu diri.
Biasanya, sifat ini terlihat sejak muda. Mereka dengan tenang menghadapi
proses menua.
3. Tipe Ketergantungan: lanjut usia ini masih dapat diterima di tengah
masyarakat, tetapi selalu pasif, tidak berambisi, masih tahu diri, tidak
mempunyai inisiatif dan bila bertindak yang tidak praktis. Ia senang pensiun,
tidak suka bekerja, dan senang berlibur, banyak makan, dan banyak minum.
4. Tipe Defensif: lanjut usia biasanya sebelumnya mempunyai riwayat
pekerjaan/jabatan yang tidak stabil, bersifat selalu menolak bantuan, emosi
sering tidak terkontrol, memegang teguh kebiasaan, bersifat konpultif aktif, dan
menyenangi masa pensiun.
5. Tipe Militan dan serius: lanjut usia yang tidak mudah menyerah, serius, senang
berjuang, bisa menjadi panutan.
6. Tipe Pemarah: lanjut usia yang pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung,
selalu menyalahkan orang lain, menunjukan penyesuaian yang buruk. Lanjut
usia sering mengekspresikan kepahitan hidupnya.
7. Tipe Bermusuhan: lanjut usia yang selalu menganggap orang lain yang
menyebabkan kegagalan, selalu mengeluh, bersifat agresif, dan curiga.
Biasanya, pekerjaan saat ia muda tidak stabil. Menganggap menjadi tua itu
bukan hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang yang muda, senang
mengadu masalah pekerjaan, dan aktif menghindari masa yang buruk.
8. Tipe Putus asa, membenci dan menyalahkan diri sendiri: lanjut usia ini bersifat
kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak mempunyai ambisi, mengalami
penurunan sosial-ekonomi, tidak dapat menyesuaiakan diri. Lanjut usia tidak
hanya mengalami kemarahan, tetapi juga depresi, memandang lanjut usia
sebagai tidak berguna karena masa yang tidak menarik. Biasanya perkawinan
tidak bahagia, merasa menjadi korban keadaan, membenci diri sendiri, dan
ingin cepat mati.
2.2 Konsep Gout Arthritis
2.2.1 Definisi
Gout Arthritis merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi yang paling
sering ditemukan yang ditandai dengan penumpukan Kristal Monosodium Urat di
dalam ataupun di sekitar persendian. Monosodium Urat ini berasal dari
metabolisme Purin. Hal penting yang mempengaruhi penumpukan Kristal Urat
adalah Hiperurisemia dan supersaturasi jaringan tubuh terhadap Asam Urat.
Apabila kadar Asam Urat di dalam darah terus meningkat dan melebihi batas
ambang saturasi jaringan tubuh, penyakit Gout Arthritis ini akan memiliki
manifestasi berupa penumpukan Kristal Monosodium Urat secara Mikroskopis
maupun Makroskopis berupa Tofi (Zahara, 2013).
Gout Arthritis adalah penyakit sendi yang diakibatkan oleh tingginya
kadar Asam Urat dalam darah. Kadar Asam Urat yang tinggi dalam darah melebihi
batas normal yang menyebabkan penumpukan Asam Urat di dalam persendian dan
organ lainnya (Susanto, 2013).
Jadi, dari definisi di atas maka Gout Arthritis merupakan penyakit
inflamasi sendi yang diakibatkan oleh tingginya kadar Asam Urat dalam darah,
yang ditandai dengan penumpukan Kristal Monosodium Urat di dalam ataupun di
sekitar persendian berupa Tofi.
2.2.2 Etiologi
Secara garis besar penyebab terjadinya Gout Arthritis disebabkan oleh
faktor primer dan faktor sekunder, faktor primer 99% nya belum diketahui
(Idiopatik). Namun, diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor
hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan
peningkatan produksi Asam Urat atau bisa juga disebabkan oleh kurangnya
pengeluaran Asam Urat dari tubuh. Faktor sekunder, meliputi peningkatan
produksi Asam Urat, terganggunya proses pembuangan Asam Urat dan kombinasi
kedua penyebab tersebut. Umumnya yang terserang Gout Artritis adalah pria,
sedangkan perempuan persentasenya kecil dan baru muncul setelah Menopause.
Gout Artritis lebih umum terjadi pada laki-laki, terutama yang berusia 40-50 tahun
(Susanto, 2013).
Menurut Fitiana (2015) terdapat faktor resiko yang mempengaruhi Gout
Arthritis adalah :
1. Usia
Pada umumnya serangan Gout Arthritis yang terjadi pada laki-laki mulai dari
usia pubertas hingga usia 40-69 tahun, sedangkan pada wanita serangan Gout
Arthritis terjadi pada usia lebih tua dari pada laki-laki, biasanya terjadi pada
saat Menopause. Karena wanita memiliki hormon estrogen, hormon inilah
yang dapat membantu proses pengeluaran Asam Urat melalui urin sehingga
Asam Urat didalam darah dapat terkontrol.
2. Jenis kelamin
Laki-laki memiliki kadar Asam Urat yang lebih tinggi dari pada wanita, sebab
wanita memiliki hormon ektrogen.
3. Konsumsi Purin yang berlebih
Konsumsi Purin yang berlebih dapat meningkatkan kadar Asam Urat di dalam
darah, serta mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi Purin.
4. Konsumsi alcohol
5. Obat-obatan
6. Serum Asam Urat dapat meningkat pula akibat Salisitas dosis rendah (kurang
dari 2-3 g/hari) dan sejumlah obat Diuretik, serta Antihipertensi.

2.2.3 Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme Purin dalam tubuh, intake bahan yang
mengandung Asam Urat tinggi dan sistem ekskresi Asam Urat yang tidak adekuat
akan mengasilkan akumulasi Asam Urat yang berlebihan di dalam plasma darah
(Hiperurisemia), sehingga mengakibatkan Kristal Asam Urat menumpuk dalam
tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon
Inflamasi (Sudoyo, dkk, 2009).
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan Gout Arthritis.
Salah satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi Asam Urat dalam
darah. Mekanisme serangan Gout Arthritis Akut berlangsung melalui beberapa
fase secara berurutan yaitu, terjadinya Presipitasi Kristal Monosodium Urat dapat
terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini
terjadi di rawan, sonovium, jaringan para-artikuler misalnya bursa, tendon, dan
selaputnya. Kristal Urat yang bermuatan negatif akan dibungkus oleh berbagai
macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk
berespon terhadap pembentukan kristal.
Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan
respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi Fagositosis Kristal oleh leukosit
(Nurarif, 2015). Kristal difagositosis olah leukosit membentuk Fagolisosom dan
akhirnya membran vakuala disekeliling oleh kristal dan membram leukositik
lisosom yang dapat menyebabkan kerusakan lisosom, sesudah selaput protein
dirusak, terjadi ikatan hidrogen antara permukaan Kristal membram lisosom.
Peristiwa ini menyebabkan robekan membran dan pelepasan enzim-enzim dan
oksidase radikal kedalam sitoplasma yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan
sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan
(Nurarif, 2015).
Saat Asam Urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain,
maka Asam Urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam
urat yang akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konektif di seluruh tubuh,
penumpukan ini disebut Tofi. Adanya Kristal akan memicu respon inflamasi akut
dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom ini tidak hanya merusak jaringan
tetapi juga menyebabkan inflamasi. Serangan Gout Arthritis Akut awalnya
biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan ini meliputi hanya satu
tulang sendi. Serangan pertama ini timbul rasa nyeri berat yang menyebabkan
tulang sendi terasa panas dan merah. Tulang sendi Metatarsophalangeal biasanya
yang paling pertama terinflamasi, kemudian mata kaki, tumit, lutut dan tulang
sendi pinggang. Kadang-kadang gejala yang dirasakan disertai dengan demam
ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung berulang (Sudoyo, dkk,
2009).
Periode Interkritikal adalah periode dimana tidak ada gejala selama
serangan Gout Arthritis. Kebanyakan penderita mengalami serangan kedua pada
bulan ke-6 sampai 2 tahun setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut
dengan Poliartikular yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun
lengan yang biasanya disertai dengan demam. Tahap akhir serangan Gout Arthritis
Akut atau Gout Arthritis Kronik ditandai dengan Polyarthritis yang berlangsung
sakit dengan Tofi yang besar pada kartigo, membrane sinovial, tendon dan jaringan
halus. Tofi terbentuk di jari tangan, kaki, lutut, ulna, helices pada telinga, tendon
achiles dan organ internal seperti ginjal (Sudoyo, dkk, 2009).
2.2.4 Pathway
Sumber : Nurafif, 2015

2.2.5 Penatalaksanaan
Menurut Nurarif (2015) Penanganan Gout Arthritis biasanya dibagi
menjadi penanganan serangan Akut dan penanganan serangan Kronis. Ada 3
tahapan dalam terapi penyakit ini :
1) Mengatasi serangan Gout Arthtitis Akut.
2) Mengurangi kadar Asam Urat untuk mencegah penimbunan Kristal Urat pada
jaringan, terutama persendian.
3) Terapi mencegah menggunakan terapi Hipourisemik.
a. Terapi Non Farmakologi
Terapi non-farmakologi merupakan strategi esensial dalam penanganan Gout
Arthritis, seperti istirahat yang cukup, menggunakan kompres hangat, modifikasi
diet, mengurangi asupan alkohol dan menurunkan berat badan.
b. Terapi Farmakologi
Penanganan Gout Arthritis dibagi menjadi penanganan serangan akut dan
penanganan serangan kronis.
1) Serangan Akut
Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID, misalnya Indometasin 200
mg/hari atau Diklofenak 150 mg/hari, merupakan terapi lini pertama dalam
menangani serangan Gout Arthritis Akut, asalkan tidak ada kontra indikasi
terhadap NSAID. Aspirin harus dihindari karena eksresi Aspirin berkompetisi
dengan Asam Urat dan dapat memperparah serangan Gout Arthritis Akut.
Keputusan memilih NSAID atau Kolkisin tergantung pada keadaan klien, misalnya
adanya penyakit penyerta lain atau Komorbid, obat lain juga diberikan klien pada
saat yang sama dan fungsi ginjal. Obat yang menurunkan kadar Asam Urat serum
(Allopurinol dan obat Urikosurik seperti Probenesid dan Sulfinpirazon) tidak boleh
digunakan pada serangan Akut (Nurarif, 2015).
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan (Iqbal dkk, 2011)
2.3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan, kemudian dalam


mengkaji harus memperhatikan data dasar dari klien, untuk informasi yang
diharapakan dari klien (Iqbal dkk, 2011). Fokus pengkajian pada Lansia dengan
Gout Arthritis :

1) Identitas

Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan pekerjaan.

2) Keluhan Utama

Keluhan utama yang menonjol pada klien Gout Arthritis adalah nyeri dan terjadi
peradangan sehingga dapat menggangu aktivitas klien.

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot sendi. Sifat dari nyerinya
umumnya seperti pegal/di tusuk-tusuk/panas/di tarik-tarik dan nyeri yang
dirasakan terus menerus atau pada saat bergerak, terdapat kekakuan sendi, keluhan
biasanya dirasakan sejak lama dan sampai menggangu pergerakan dan pada Gout
Arthritis Kronis didapakan benjolan atan Tofi pada sendi atau jaringan sekitar.

4) Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klien, apakah keluhan penyakit Gout
Arthritis sudah diderita sejak lama dan apakah mendapat pertolongan sebelumnya
dan umumnya klien Gout Arthritis disertai dengan Hipertensi.

5) Riwayat Penyakit Keluarga

Kaji adakah riwayat Gout Arthritis dalam keluarga.

6) Riwayat Psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan penyakit klien dalam
lingkungannya. Respon yang didapat meliputi adanya kecemasan individu dengan
rentan variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan berhubungan erat dengan
adanya sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat respon nyeri dan kurang
pengetahuan akan program pengobatan dan perjalanan penyakit. Adanya
perubahan aktivitas fisik akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik
memberikan respon terhadap konsep diri yang maladaptif.

7) Riwayat Nutrisi

Kaji riwayat nutisi klien apakah klien sering menkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi Purin.

8) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung
rambut hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik pada daerah sendi
dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi yaitu melihat dan mengamati
daerah keluhan klien seperti kulit, daerah sendi, bentuknya dan posisi saat bergerak
dan saat diam. Palpasi yaitu meraba daerah nyeri pada kulit apakah terdapat
kelainan seperti benjolan dan merasakan suhu di daerah sendi dan anjurkan klien
melakukan pergerakan yaitu klien melakukan beberapa gerakan bandingkan antara
kiri dan kanan serta lihat apakah gerakan tersebut aktif, pasif atau abnormal.

9) Pemeriksaan Diagnosis
a. Asam Urat meningkat dalam darah dan urin.
b. Sel darah putih dan laju endap darah meningkat (selama fase akut).
c. Pada aspirasi cairan sendi ditemukan krital urat.

d. Pemeriksaan Radiologi.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti
tentang status dan masalah kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan
keperawatan. Dengan demikian, diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan
masalah yang ditemukan. Diagnosis keperawatan akan memberikan gambaran
tentang masalah dan status kesehatan, baik yang nyata (aktual) maupun yang
mungkin terjadi (potensial) (Iqbal dkk, 2011).

Menurut SDKI (2017) diagnosa yang dapat muncul pada klien Gout
Arthritis adalah :

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (D.0077).


2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian (D.0054).
3) Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130).
4) Resiko cedera : jatuh berhubungan dengan penurunan sensori (melihat) (D.0143).

2.3.3 Intervensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan


keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan
diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan klien (Iqbal dkk, 2011).

a. Diagnosa Keperawatan 1 :
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (D.0077).
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri
hilang atau terkontrol.
Kriteria Hasil :
1. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri.
2. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri).
3. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
INTERVENSI RASIONAL
1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Mengetahui lokasi, karakteristik,
komprehensif termasuk lokasi, frekuensi, durasi, dan kualitas nyeri
karakteristik, durasi, frekuensi dan pasien.
kualitas nyeri.
2. Ajarkan teknik non farmakologi 2. Diharapkan dapat mengurangi rasa
relaksasi napas dalam. nyeri yang dialami pasien.
3. Posisikan klien agar merasa nyaman, 3. Dengan memposisikan pada posisi
misalnya sendi yang nyeri yang nyaman, diharapkan pasien
diistarahatkan dan diberikan merasa nyaman dan rileks.
bantalan.
4. Kolaborasi dengan dokter jika ada 4. Melakukan kolaborasi dengan
keluhan dan tindakan nyeri yang pemberian obat Analgesik untuk
tidak berhasil. mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan pasien.

b. Diagnosa Keperawatan 2 :
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian (D.0054).
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan klien
mampu melakukan rentang gerak aktif dan ambulasi.
Kriteria Hasil :
1. Meningkatkan aktifitas fisik klien.
2. Klien mengerti dan memahami tujuan dari mobilisasi.
3. Memperagakan cara penggunaan alat bantu.
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor vital sign 1. Mengetahui perkembangan dan
tanda – tanda vital pasien.

2. Mengetahui mobilisasi apa yang


2. Kaji tingkat mobilisasi klien.
bisa dilakukan pasien secara
mandiri.

3. Diharapkan pasien bisa


3. Bantu klien untuk melakukan
melakukan aktifitasnya tanpa
rentang gerak aktif maupun rentan
bantuan.
gerak pasif.
4. Membantu pasien untuk
4. Lakukan ambulasi mobilisasi
memenuhi kebutuhannya.
(misalnya tongkat, kursi roda,
walker, kruk).
5. Setelah dilatih, diharapakan
5. Latih klien dalam pemenuhan pasien bisa memenuhi kebutuhan
kebutuhan ADLs secara mandiri ADLs secara mandiri.
sesuai kemampuan. 6. Motivasi dapat menambah
semangat pasien agar sembuh dan
6. Motivasi klien untuk meningkatkan
bisa beraktifitas normal.
kembali aktivitas yang normal, jika
bengkak dan nyeri telah berkurang.

c. Diagnosa Keperawatan 3 :
Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130).
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan suhu
tubuh klien dalam batas normal.
Kriteria Hasil :
1. Suhu tubuh dalam rentang normal.
2. Nadi dan pernapasan dalam rentan normal.
3. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing.
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor suhu sesering mungkin. 1. Mengetahui adanya perubahan
suhu pasien.
2. Monitor tekanan darah, nadi dan 2. Mengetahui perkembangan
pernapasan. dan kondisi pasien.
3. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi. 3. Diharapkan suhu tubuh dalam
4. Kompres klien pada lipat paha dan batas normal.
aksila. 4. Membantu proses penguapan
sehingga suhu tubuh dalam
5. Kolaborasi pemberian Antipiretik dan batas normal.
cairan Intravena. 5. Diharapkan dengan pemberian
antipiretik suhu tubuh dalam
batas normal.

d. Diagnosa Keperawatan 4 :
Resiko cedera : jatuh berhubungan dengan penurunan sensori (melihat)
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam klien mampu untuk
menurunkan resiko jatuh pada diri klien.
Kriteria Hasil :
1. Mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan kemungkinan
cidera.
2. Mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu.
3. Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji ulang adanya faktor-faktor 1. Untuk mengetahui faktor-faktor
resiko jatuh pada klien. resiko jatuh pada klien.

2. Lakukan modifikasi lingkungan agar 2. Memodifikasi lingkungan dapat


lebih aman (memasang pinggiran menurunkan resiko jatuh pada
tempat tidur). klien.

3. Ajarkan klien tentang upaya 3. Meningkatkan kemandirian


pencegahan cidera dengan cara pasien untuk mencegah resiko
(menggunakan pencahayaan yang jatuh.
baik, menempatkan benda berbahaya
di tempat yang aman).

4. Kolaborasi dengan dokter tentang


4. Kolaborasi agar memberikan api
pemberian terapi obat.
obat yang sesuai untuk
penanganan penyakit pasien.

2.3.4 Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan


oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 2011).

2.3.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan


perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Asmadi, 2008).
BAB 3
TINJAUAN KASUS
A.Karakteristik Demografi Tanggal Pengkajian: 04 Sep 2020

1. Identitas Klien Jam : 20.25


Nama : Ny. S

Tempat Tanggal Lahir : 17 Agustus 1942

Jenis kelamin : perempuan

Pendidikan terakhir : tidak sekolah

Golongan darah :-

Agama : Islam

Status perkawinan : tidak menikah

Alamat : Surabaya

No. Telpon/HP :-

Orang yang paling dekat dihubungi : keponakan

Hubungan dengan usila : keponakan

Alamat dan jenis kelamin orang/keluarga: Surabaya, perempuan

2. Keluarga atau orang lain yang penting/dekat yang dapat dihubungi:


Pasangan:
 Nama : Nn. J
 Alamat : Surabaya
 No. Telpon : 08123xxxxxxx
 Hubungan dengan Klien : Keponakan
Riwayat Keluarga

a. Saudara Kandung
Nama Keadaan Saat ini Keterangan
Nn. J Sehat

b. Riwayat Kematian dalam keluarga (1 tahun terakhir) : tidak ada


 Nama :
 Umur :
 Penyebab Kematian :
3. Riwayat Pekerjaan dan Status ekonomi
 Pekerjaan saat ini : tidak bekerja
 Pekerjaan sebelumnya : wirausaha
 Sumber pendapatan : mengandalkan bantuan dari dinas sosial
 Kecukupan pendapatan : -
4. Aktivitas rekreasi
 Hobi : menonton TV
 Bepergian/wisata : pasien mengatakan tidak pernah berpergian
 Keanggotaan/organisasi : mengikuti pengajian
 Lain-lain : tidak ada
B. Pola Kebiasaan Setiap Hari
1. Nutrisi
 Frekuwensi makan : pasien makan tiga kali sehari dengan satu
porsi nasi dan lauk pauk
 Nafsu makan : baik
 Jenis makanan : pasien makan dengan satu porsi nasi dan
lauk pauk
 Kebiasaan sebelum makan: tidak ada
 Makanan yang tidak disukai: tidak ada
 Alergi terhadap makanan : pasien mengatakan tidak memiliki alergi
 Pantangan makanan : pasien tidak memiliki pantangan untuk
makan makanan
 Keluhan yang berhubungan dengan makan:
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

2. Eliminasi
a. BAAK
 Frekuensi dan Waktu : 4-5 kali dalam sehari
 Kebiasaan BAAK pada malam hari : 1-2 kali sehari
 Keluhan yang berhubungan dengan BAK: tidak ada
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

b. BAB
 Frekuensi dan waktu : 1- 2 kali sehari
 Konsisten : padat, berwarna coklat, bau
khas
 Keluhan yang berhubungan dengan BAK: tidak ada
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

3. Personal hygiene
a. Mandi :
 Frekwensi dan waktu mandi : 2 kali sehari
 Pemakaian sabun (ya/tidak) : ya
b. Oral Hygiene :
 Frekwensi dan gosok gigi : 2 kali sehari
 Menggunakan pasta gigi : ya
c. Cuci Rambut :
 Frekwensi : 2 hari sekali
 Penggunaan shampoo : ya
d. Kuku dan Tangan :
 Frekwensi gunting kuku : 3 hari sekali
 Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun: ya
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
4. Istirahat dan Tidur
 Lama tidur malam : 6-7 jam sehari
 Tidur siang : paling lama 1 jam
 Keluhan yang berhubungan dengan tidur : tidak ada
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

5. Kebiasaan mengisi waktu luang


a. Olah raga : ya
b. Nonton TV : ya
c. Berkebun/memasak : ya
d. Lain-lain : mengikuti pengajian
6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
(jenis/frekuensi/jumlah/lama pakai)
a. Merokok (ya/tidak) : tidak
b. Minuman keras (ya/tidak): tidak
c. Ketergantungan terhadap obat (ya/tidak) : tidak
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

7. Urologi kronologi kegiatan sehari-hari


Jenis kegiatan Lama Waktu untuk Setiap
kegiatan
Bangun tidur -

Olahraga 15 menit

Mandi 15 menit
Makan 20 menit

Menonton tv 30 menit

Tidur siang 1 jam

Menonton tv 30 menit

Mandi 15 menit

Mengikuti pengajian (setiap hari 2 jam


kamis)
20 menit
Makan
30 menit
Menonton tv
7 jam
Tidur malam

C. Status Kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
a. Keluhan utama dalam satu tahun : nyeri dan kaku pada lututnya
b. Gejala yang dirasakan : Pasien mengatakan sering merasa
lelah dan kaku pada lututnya sehingga susah berjalan dan melakukan
aktifitas.
c. Faktor pencetus : nyeri pada bagian lutut
d. Timbul keluhan ( ) mendadak ( ) bertahap : bertahap
e. Waktu mulai timbulnya keluhan : saat digunakan berjalan dan
beraktivitas
f. Upaya mengatasi :
 Pergi ke RS/klinik pengobatan : ya, pasien rutin control setiap
bulan dengan dokter dan perawat
 Pergi ke Bidan atau perawat : -
 Mengkonsumsi obat-obatan sendiri ( ) nama obat : tidak
 Mengkonsumsi obat-obatan tradisional ( ) nama obat: tidak ada
 Lain-lain : Pasien mengatakan pergi ke dokter ketika
merasa sakit.
Masalah Keperawatan : nyeri kronis

2. Riwayat kesehatan masa lalu


a. Penyakit yang pernah diderita : hipertensi dan asam urat
b. Riwayat alergi obat (obat debu, makanan, dan lain-lain: tidak ada
c. Riwayat kecelakaan : terjatuh, tahun : 2017 Meninggalkan bekas :
tidak ada
d. Riwayat di rawat RS : tidak
e. Riwayat pemakaian obat : tidak ada
3. Pengkajian pemeriksaan fisik
(observasi,pengukuran,auskultasi,perkusi dan palpasi)
a. Keadaan umum (TTV) : TD 140/90 mmHg, Nadi : 98 x/menit, RR :
22 x/menit, Suhu: 37,1 ℃
Kesadaran umum : composmentis

Penampilan umum : rapi

Kondisi klien tampak sehat/sakit/baru sakit : sakit

b. BB/TB : 55 kg/153 cm
c. Rambut
Inspeksi : bersih, tidak ada ketombe, rapih, panjang sebahu

Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada bekas luka

Jenis rambut : uban

Warna rambut : putih

Kebersihan rambut/kulit kepala : bersih

d. Mata
Fungsi penglihatan : kabur Palpebra: tidak ada benjolan

Ukuran pupil : isokor

Kujungtiva : tidak anemis


Lensa/Iris : hitam dilingkari berwarna putih

Oedema pelpebra : tidak ada

Pupil : normal

Reflek cahaya : ( + ) : potitif

e. Telinga
Fungsi pendengaran : baik Fungsi keseimbangan: baik

Kebersihan : bersih, sedikit serumen

f. Mulut, gigi dan bibir


Membrane mukosa : lembab kebersihan mulut: bersih

Keadaan gigi : tidak lengkap, berlubang

Tanda radang (bibir,gusi,lidah) : tidak ada

Kesulitan menelan : tidak

g. Dada
Inspeksi : bentuk dada normal, tidak ada bekas luka,
pengembangan paru simetris, putting dada simetris

Palpasi : tidak ada benjolan pada payudara dan dada,


tidak ada pembesaran pada paru dan jantung

Perkusi : terdapat suara hipersonor

Auskultasi : tidak ada suara nafas tambahan, suara


jantung s1/s2 tunggal

h. Abdomen
Inspeksi : tidak terdapat luka, pusat bersih

Auskultasi : terdapat bising usus 18 x/menit.

Palpasi : kandung kemih terasa kosong, tidak


terdapat pembesaran organ
Perkusi : terdapat bunyi timpani dan tidak ada
kembung, kecuali hati berbunyi pekak

i. Kulit
Warna kulit (sionasi,Ikterus,pucat,eritema dll) : kuning langsat, tidak
pucat, elastis

Kelembaban : lembab, pasien menggunkana body lotion

Turgor kulit : hangat dan lembab

Ada atau tidaknya edema : tidak ada

j. Extermitas atas : akral hangat, CRT < 3detik, tidak ada


oedema
k. Extermitas bawah : nyeri pada sendi pada pattela, tidak ada
oedem, kemampuan gerak sendi terbatas, kekuatan otot 5 5
5 4

Masalah Keperawatan : nyeri kronis

D. Hasil Pengkajian Khusus (format terlampir)


1. Masalah kesehatan kronis : tidak ada
2. Fungsi kognitif : sedang, pada pengkajian SPMSQ
interprestasi hasil klien mengalami kerusakan intelektual ringan dengan
skor 5 salah dimana klien tidak bisa menjawab pertanyaan berkaitan
dengan masa lampau
3. Status fungsional : baik
4. Status psikologis (skala depresi) : tidak terkaji
5. Dukungan keluarga : tidak terkaji
Masalah Keperawatan : gangguan memori
E. Lingkungan Tempat Tinggal :
1. Kebersihan dan kerapihan kronis: cukup bersih dan rapi, lantai tampak
licin
2. Penerangan : baik
3. Sirkulasi udara : baik
4. Keadaan kamar mandi dan WC: bersih
5. Pembuangan air kotor : baik, tidak tersumbat
6. Sumber air minum : air isi ulang
7. Pembuangan sampah : tempat sampah
8. Sumber pencemaran : tidak ada
9. Penataan halaman(kalau ada): bersih dan cukup rapi
10. Privasi : baik
11. Resiko injuri : ada
12. Resume : tidak ada
Catatan : tidak ada

1. Hasil pengkajian disajikan dalam bentuk narasi


2. Format selanjutnya mengikuti pola asuhan keperawatan secara umum

F. Pemeriksaan penunjang : tidak ada


G. Terapi obat :
Captopril 25 mg 3x1 (px memiliki hipertensi)

Faxiden Piroxicam 2x1

H. WOC

………………, …………………..

Mahasiswa Pembimbing

( ) ( )

ANALISIS DATA

Nama Pasien : Ny. S No reg : 12xxxxx


Umur : 78 tahun No. RM : 12xxxxx
Data Gayut Etiologi Masalah
DS : Asam urat dalam serum Nyeri kronis
Pasien mengatakan nyeri meningkat
dan kaku pada lututnya ↓
DO : Terbentuk Kristal
- Pasien tampak monosodium urat
meringis kesakitan (MSU)
- TD 150/90 mmHg, ↓
Nadi : 98 x/menit, Respon inflamasi
RR : 22 x/menit, meningkat
Suhu: 37,1 ℃ ↓
- P : nyeri saat Pembesaran dan
beraktivitas Q : penonjolan sendi
ditusuk-tusuk ↓
R : lutut kanan Nyeri kronis
S : skala nyeri 5
T : hilang timbul

DS : Pasien mengatakan Asam urat dalam serum Gangguan mobilitas


kaku pada lutut sehingga meningkat fisik
susah berjalan dan ↓
melakukan aktifitas. Terbentuk Kristal
DO : monosodium urat
- Px tampak menahan (MSU)
nyeri ↓
- Saat melakukan Respon inflamasi
aktifitasnya meningkat
menggunakan tongkat ↓
- Tonus otot : 5 5 Pembesaran dan
5 4 penonjolan sendi

Kekakuan sendi

Gangguan mobilitas
fisik

DS : Asam urat dalam serum Resiko jatuh


Pasien mengatakan meningkat
penglihatannya kabur ↓
saat melihat sesuatu. Terbentuk Kristal
Pasien mengatakan monosodium urat
pernah jatuh terpeleset (MSU)
karena licin. ↓
DO : Respon inflamasi
- Pasien menggunakan meningkat
alat bantu tongkat saat ↓
berjalan Pembesaran dan
- Lantai wisma tampak penonjolan sendi
licin ↓
- Pasien tertatih saat Nyeri
berjalan ↓
- Pasien tampak tidak Resiko jatuh
menggunakan
kacamata

PRORIAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. S No reg : 12xxxxx


Umur : 78 tahun No. RM : 12xxxxx

No Prioritas Masalah
1. Nyeri kronis berhubungan dengan agen cedera biologis yang ditandai
dengan Pasien mengatakan nyeri dan kaku pada lututnya, pasien tampak
meringis kesakitan, TTV: TD 150/90 mmHg, Nadi : 98 x/menit, RR : 22
x/menit, Suhu: 37,1 ℃, P : nyeri saat beraktivitas Q : ditusuk-tusuk, R :
lutut kanan, S : skala nyeri 5, T : hilang timbul.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian yang


ditandai dengan pasien mengatakan kaku pada lutut sehingga susah
berjalan dan melakukan aktifitas, Px tampak menahan nyeri saat
melakukan aktifitasnya menggunakan tongkat, tonus otot : 5 5
5 4

3. Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan sensori (melihat) yang


ditandai dengan Pasien mengatakan penglihatannya kabur saat melihat
sesuatu, pasien mengatakan pernah jatuh terpeleset karena licin, Pasien
menggunakan alat bantu tongkat saat berjalan lantai wisma tampak licin,
pasien tertatih saat berjalan, pasien tampak tidak menggunakan kacamata

NCP (NURSING CARE PLANING)


Nama Pasien : Ny. S
Alamat : Surabaya
Dx. Medis : GA+HT

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi dan


Keperawatan Kriteria hasil Rasional
1. Nyeri kronis Tujuan : 1. Lakukan pengkajian
berhubungan dengan nyeri secara
Setelah dilakukan asuhan komprehensif termasuk
agen cedera biologis.
keperawatan 3x24 jam lokasi, karakteristik,
diharapkan nyeri hilang durasi, frekuensi dan
atau terkontrol. kualitas nyeri.
R/ : Mengetahui lokasi,
Kriteria Hasil :
karakteristik,
1. Melaporkan bahwa frekuensi, durasi, dan
nyeri berkurang dengan kualitas nyeri pasien.
menggunakan 2. Berikan kompres
manajemen nyeri. hangat pada bagian
yang terasa nyeri.
2. Mampu mengenali R/ : kompres hangat
nyeri (skala, intensitas, terbukti mampu
frekuensi dan tanda mengurangi rasa nyeri
nyeri). akibat menderita
penyakit Arthritis
3. Menyatakan rasa
Gout.
nyaman setelah nyeri
3. Ajarkan teknik non
berkurang. farmakologi relaksasi
napas dalam.
R/ : Diharapkan dapat
mengurangi rasa nyeri
yang dialami pasien.
4. Kolaborasi dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri
yang tidak berhasil.
R/ : Melakukan
kolaborasi dengan
pemberian obat
Analgesik untuk
mengurangi rasa nyeri
yang dirasakan pasien.
2. Gangguan mobilitas fisik Tujuan : 1. Monitor vital sign
berhubungan dengan R/ Mengetahui
Setelah dilakukan asuhan perkembangan dan
nyeri persendian.
keperawatan 3x 24 jam tanda – tanda vital
diharapkan klien mampu pasien.
melakukan rentan gerak
aktif dan ambulasi. 2. Kaji tingkat mobilisasi
klien
Kriteria Hasil : R/ Mengetahui
4. Meningkatkan mobilisasi apa yang
aktifitas fisik klien. bisa dilakukan pasien
5. Klien mengerti dan secara mandiri.
memahami tujuan
3. Bantu klien untuk
dari mobilisasi.
melakukan rentang
6. Memperagakan cara
gerak aktif maupun
penggunaan alat
rentan gerak pasif.
bantu.
R/ Diharapkan pasien
bisa melakukan
aktifitasnya tanpa
bantuan.
4. Lakukan ambulasi
mobilisasi (misalnya
tongkat, kursi roda,
walker, kruk).
R/ Membantu pasien
untuk memenuhi
kebutuhannya.
5. Latih klien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan.
R/ Setelah dilatih,
diharapakan pasien bisa
memenuhi kebutuhan
ADLs secara mandiri.
6. Motivasi klien untuk
meningkatkan kembali
aktivitas yang normal,
jika bengkak dan nyeri
telah berkurang.
R/ Motivasi dapat
menambah semangat
pasien agar sembuh dan
bisa beraktifitas
normal.
3. Resiko jatuh Tujuan : 1. Identifikasi factor
berhubungan dengan resiko jatuh (mis. Usia
Setelah dilakukan asuhan >65 tahun, penurunan
penurunan sensori
keperawatan 2x24 jam tingkat kesadaran,
(melihat)
klien mampu untuk deficit kognitif,
menurunkan resiko jatuh gangguan penglihatan)
pada diri klien. R/ untuk mengetahui
faktor-faktor resiko
Kriteria Hasil :
jatuh pada klien.
1. Mengidentifikasi
2. Identifikasi factor
bahaya lingkungan
lingkungan yang
yang dapat
meningkatkan resiko
meningkatkan
jatuh.
kemungkinan
R/ memodifikasi
cidera.
2. Mengidentifikasi lingkungan dapat
tindakan preventif menurunkan resiko
atas bahaya tertentu. jatuh pada klien.
3. Melaporkan 3. Ajarkan klien tentang
penggunaan cara upaya pencegahan
yang tepat dalam cidera dengan cara
melindungi diri dari (menggunakan
cidera. pencahayaan yang
baik, menempatkan
benda berbahaya di
tempat yang aman).
R/ meningkatkan
kemandirian pasien
untuk mencegah resiko
jatuh.
4. Kolaborasi dengan
dokter tentang
penatalaksaan jika
lansia mengalami
vertigo.
R/ kolaborasi agar
memberikan terapi obat
yang sesuai untuk
penanganan penyakit
pasien.

IMPLEMENTASI
Nama Pasien : Ny. S
Alamat : Surabaya

Hari/ Diagnosa Waktu Implementasi Respon px TT


tangga Keperawatan
l
04 Sep Nyeri kronis 08.20 1. Mengkaji nyeri 1. R/ : px Floren
2020 berhubungan menggunakan mengatakan
dengan agen skala nyeri. nyeri berada di
cedera biologis 09.30 2. Memberikan skala 5 yaitu
kompres nyeri sedang
hangat pada dari skala 0-10
bagian yang yang diberikan.
terasa nyeri. 2. R/ : Pasien
10.50 3. Mengajarkan bersedia di
teknik relaksasi kompres oleh
nafas dalam. Perawat.
08.10 4. Berkolaborasi 3. R/ Pasien
dengan tim bersedia
medis dalam diajarkan
pemberian melakukan
obat. relaksasi nafas
dalam.
4. R/ : Pasien
mendapatkan
obat Faxiden
Piroxicam 2x1
dan Captopril 25
mg 3x1.

04 Sep Gangguan 08.30 1. Mengobservasi 1. R/ : TTV : Floren


2020 mobilitas fisik TTV pasien. TD = 110/80
berhubungan 09.15 2. Mengkaji mmHg
dengan nyeri seberapa Nadi =
persendian. mandiri 85x/mnt
kemampuan Suhu = 37⁰C
pasien untuk RR = 20x/mnt
berpindah 2. R/ Pasien
tempat. mampu
10.00 3. Melatih pasien berjalan
dalam dengan
melakukan tongkat.
pemenuhan 3. R/ Pasien
kebutuhan mampu
sehari – hari bekerjasama
sesuai baik dengan
kemampuan Perawat.
secara mandiri. 4. R/ Pasien
4. Memotivasi merespon
10.20 Pasien untuk dengan baik
melakukan saat diberikan
aktifitas normal motivasi.
jika nyeri dan
bengkak sudah
hilang.

04 Sep Resiko jatuh 09.05 1. Memodifikasi 1. R/ Pasien Floren


2020 berhubungan lingkungan bersedia dan
dengan penurunan dengan cara mampu
sensori (melihat) memasang bekerjasama
pinggiran dengan baik.
tempat tidur 2. R/ Pasien
agar pasien bersedia dan
lebih aman. menerima
08.25 2. Mengajarkan apapun yang
pasien agar dianjurkan
menggunakan Perawat.
pencahayaan
yang baik
(menyalakan
lampu) jika
ruangan
tampak gelap
dan meletakkan
benda
berbahaya di
tempat yang
aman.
EVALUASI KEPERAWATAN

NO TANGGAL JAM EVALUASI KEPERAWATAN T.T


1 04 Sep 2020 10.00 S : Px mengatakan nyeri di lutunya Floren
masih terasa.
O:
- Px terlihat rileks.
- Kondisi masih lemas.
A : Masalah nyeri akut belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, dan 4.
2 04 Sep 2020 10.30 S : Px mengatakan pandangan masih Floren
kabur saat melihat sesuatu.
O:
- Px terlihat menahan sakit
- Ekspesi wajah tegang
A : Masalah Resiko jatuh belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1 2.
3 04 Sep 2020 11.15 S : Px mengatakan lututnya masih Floren
terasa kaku dan masih susah berjalan.
O:
- Px terlihat bingung
- Ekspresi wajah tegang
A : Masalah Gangguan Mobilisasi
belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, dan 4.
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama pasien : Ny. S
Umur : 78 tahun

NO.DX TANGGAL JAM CATATAN PERKEMBANGAN T.T

I 05 Sep 2020 09.00 S : Px mengatakan nyeri lututnya sudah Floren


berkurang.
09.10 O:
1. Wajah px tampak rileks
2. Keadaan px sudah tidak lemas
09.20 A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
09.25 P : Intervensi dilanjutkan
I:
09.25 1. Mengkaji nyeri menggunakan skala nyeri.
R/ : px mengatakan nyeri berada di skala 5
yaitu nyeri sedang dari skala 0-10 yang
diberikan.
2. Memberikan kompres hangat pada bagian
yang terasa nyeri.
R/ : Pasien bersedia di kompres oleh
Perawat.
3. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
R/ : Pasien bersedia diajarkan melakukan
relaksasi nafas dalam.
4. Berkolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat.
R/ : Pasien mendapatkan obat Faxiden
Piroxicam 2x1 dan Captopril 25 mg 3x1.
E : Px masih mersakan nyeri lutut
II 05 Sep 2020 09.25 S : Px mengatakan pandangan masih kabur Floren
saat melihat sesuatu.
09.30 O:
1. Px masih belum menggunakan
kacamata
2. Ekspresi wajah px rileks
3. Ekspresi wajah tidak bingung lagi
09.40 4. Saat berjalan menggunakan tongkat
09.45 A : Masalah resiko jatuh teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan
I:
09.45 1. Memodifikasi lingkungan dengan cara
memasang pinggiran tempat tidur agar
pasien lebih aman.
R/ : Pasien bersedia dan mampu
bekerjasama dengan baik.
09.55 2. Mengajarkan pasien agar
menggunakan pencahayaan yang baik
(menyalakan lampu) jika ruangan
tampak gelap dan meletakkan benda
berbahaya di tempat yang aman.
R/ : Pasien bersedia dan menerima
apapun yang dianjurkan Perawat.
10.10 E : Saat melihat, px masih merasakan
penglihatannya kabur.
III 05 Sep 2020 10.15 S : Px mengatakan lututnya masih terasa kaku Floren
dan masih susah berjalan
10.15 O:
1. Ekspresi wajah px rileks
2. Px tidak lemas lagi
10.20 A : Masalah gangguan mobilisasi teratasi.
10.35 P : Intervensi dilanjutkan
I:
10.35 1. Mengobservasi TTV pasien.
R/ : TTV :
TD = 110/80 mmHg
Nadi = 85x/mnt
Suhu = 37⁰C
10.45 RR = 20x/mnt
2. Mengkaji seberapa mandiri
kemampuan pasien untuk berpindah
tempat.
R/ : Pasien mampu berjalan dengan
10.50 tongkat.
3. Melatih pasien dalam melakukan
pemenuhan kebutuhan sehari – hari
sesuai kemampuan secara mandiri.
R/ : Pasien mampu bekerjasama baik
dengan Perawat.
11.00 4. Memotivasi Pasien untuk melakukan
aktifitas normal jika nyeri dan
bengkak sudah hilang.

R/ : Pasien merespon dengan baik saat


diberikan motivasi.
11.10
E : Px masih merasa kaku dan susah berjalan,
membutuhkan tongkat saat berjalan.
CATATAN PERKEMBANGAN 2
Nama Pasien : Ny. S
Umur : 78 tahun

NO.DX TANGGAL JAM CATATAN PERKEMBANGAN T.T

I 06 Sep 2020 09.00 S : Px mengatakan nyeri lututnya sudah Floren


berkurang.
09.10 O:
1. Wajah px tampak rileks
2. Keadaan px sudah tidak lemas lagi
09.20 A : Masalah nyeri akut teratasi
09.25 P : Intervensi dihentikan
II 06 Sep 2020 09.25 S:- Floren
09.30 O:
1. Px masih belum menggunakan
kacamata
2. Ekspresi wajah px rileks
09.40 3. Saat berjalan menggunakan tongkat
09.45 A : Masalah resiko jatuh teratasi.
P : Intervensi dihentikan
III 06 Sep 2020 10.00 S:- Floren
10.15 O:
1. Ekspresi wajah px rileks
2. Px tampak tidak bingung lagi
10.20 A : Masalah gangguan mobilisasi teratasi.
10.35 P : Intervensi dihentikan

Catatan :
Pertanyaan yang diajukan pada saat pengkajian ini hanya salah satu cara
supaya dapat hasil pengkajian yang baik, bisa dimodifikasi dengan referensi
lain.

1. Masalah kesehatan kronis


No Keluhan kesehatan atau gejala yang Selalu Sering Jarang Tidak
dirasakan klien dalam waktu 3 bulan (3) (2) (1) Pernah
terakhir berkaitan dengan fungsi- (0)
fungsi

A. Fungsi Penglihatan
1. Penglihatan kabur √
2. Mata berair
3. Nyeri pada mata
B. Fungsi Pendengaran
1. Pendengaran berkurang √
2. Telinga berdenging

C Fungsi paru (pernapasan)


1. Batuk lama disertai keringat √
malam
2. Sesak napas √
3. Berdahak atau sputum √

D Fungsi Jantung
1. Jantung berdebar-debar
2. Cepat lelah √
3. Nyeri dada
E Fungsi Pencernaan
1. Mual/muntah √

F 1. Nyeri ulu hati √


2. Makan dan minum banyak √
(berlebihan)
3. Perubahan kebiasaan buang air √
besar ( mencret atau sembelit)
G Fungsi pendengaran
1. Nyeri kaki saat berjalan √
2. Nyeri pinggang atau tulang
belakang
3. Nyeri persendian/bengkak

H. Fungsi persyarafan
1. Lumpuh/kelemahan pada kaki √
atau tangan
2. Kehilangan rasa
3. Gemetar / tremor
4. Nyeri / pegel pada daerah
tengkuk
I. Fungsi saluran perkemihan
1. Buang air kecil banyak

2. Fungsi Kognitif
Pengkajian fungsi kognitif dilakukan dalam rangka mengkaji kemampuan klien
berdasarkan daya orientasi terhadap waktu, orang, tempat, serta daya ingat.
Petunjuk : isilah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan respon klien:

No Item pertanyaan Benar Salah


1 Jam berapa sekarang ? √
Jawab : 13.00
2. Tahun berapa sekarang ? √
Jawab : 2020
3. Kapan bapak/ibu lahir ? √
Jawab : 1947
4. Berapa umur bapak/ibu sekarang ? √
Jawab : 78 tahun
5 Dimana alamat bapak/ibu sekarang ? √
Jawab : Surabaya
6. Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal √
bersama bapak/ibu sekarang?
Jawab: 4
7. Siapa nama anggota keluarga yang tinggal √
bersama bapak/ibu sekarang?
Jawab: Ny. A
8. Tahun berapa hari kemerdekaan Indonesia? √
Jawab : 1945
9 Siapa nama presiden Indonesia sekarang ? √
Jawab :
10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1 √
Jawab :
JUMLAH BENAR 5 5

Analisis Hasil:
Skor benar : 8-10 : Tidak ada gangguan
Skor benar : 0-7 : Ada gangguan

3. Status Fungsional
Modifikasi indeks kemandirian KAZT
Pengkajian status fungsional didasarkan pada kemandirian klien dalam,
menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari. Kemudian berarti tanpa
pengawasan, pengarahan, atau bantuan orang lain. Pengkajian ini didasarkan
pada kondisi actual klien dan bukan pada kemampuan, artinya jika klien
menolak untuk melakukan suatu fungsi, dianggap sebagai tidak melakukan
fungsi meskipun ia sebenarnya mampu.

No Aktivitas Mandiri Mandiri


. (1) (2)
1. Mandi di kamar mandi (menggosok, membersihkan, √
dan mengeringkan badan
2. Menyiapkan pakaian, dan mengenakannya √
3. Memakan makanan yang telah disiapkan √
4. Memelihara kebersihan diri untuk penampilan diri √
(menyisir rambut, mencuci rambut, menggosok gigi,
mencukur kumis)
5. Buang air besar di WC (membersihkan dan √
mengeringkan daerah bokong)
6. Dapat mengontrol pengeluaran feses (tinja) √
7. Buang air kecil dikamar mandi (membersihkan dan √
membersihkan daerah kemaluan)
8. Dapat mengontrol pengeluaran air kemih √
9. Berjalan dilingkungan tempat tinggal atau keluar - -
ruangan tanpa alat bantu, seperti tongkat
10. Menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan √
yang dianut
11. Melakukan pekerjaan rumah, seperti :merapikan - -
tempat tidur, mencuci pakaian, memasak, dan
membersihkan ruangan.
12. Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau kebutuhan √
keluarga
13 Mengelola keuangan (menyimpan dan menggunakan - -
uang sendiri)
14. Menggunakan sarana transportasi umum untuk -
berpergian
15. Menyiapkan obat dan minum obat sesuai dengan √
aturan (takaran obat dan waktu minum obat tepat)
16. Merencanakan dan mengambil keputusan untuk √
kepentingan keluarga dalam hal penggunaan uang,
aktivitas sosial yang dilakukan dan kebutuhan akan
pelayanan kesehatan.
17. Melakukan aktivitas di waktu luang (kegiatan √
keagamaan, sosial, rekreasi, olahraga, dan
menyalurkan hobi)
JUMLAH POIN MANDIRI 13

Analisa hasil :
Point : 13 – 17 : Mandiri
Point : 0 – 12 : Ketergantungan.
4. Status Psikologis (Skala Depresi Geriatrik Yesavage, 1983)
No Apakah bapak/ibu dalam satu minggu terakhir ya Tidak
1. Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani √
2. Banyak meninggalkan kesenangan/minat dan aktivitas anda? √
3. Merasa bahwa kehidupan anda hampa? √
4. Sering merasa bosan? √
5. Penuh pengharapan akan masa depan? √
6. Mempunyai semangat yang baik setiap waktu? √
7. Diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak dapat diungkapkan? √
8. Merasa bahagia disebagian besar waktu? √
9. Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda? √
10. Sering kali merasa tidak berdaya? √
11. Sering merasa gelisah dan gugup? √
12. Memilih tinggal di rumah dari pada pergi melakukan sesuatu yang √
bermanfaat?
13. Sering kali merasa khawatir akan masa depan? √
14. Merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan daya ingat √
dibandingkan orang lain?
15. Berpikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan sekarang? √
16. Sering kali merasa merana? √
17. Merasa kurang bahasia? √
18. Sangat khawatir terhadap masa lalu? √
19. Merasa bahwa hidup ini sangat menggairahkan? √
20. Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang baru? √
21. Merasa dalam keadaan penuh semangat? √
22. Berpikir bahwa keadaan anda tidak ada harapan? √
23. Berpikir bahwa banyak orang yang lebih baik darp pada anda? √
24. Sering kali menjadi kesal dengan hal yang sepele? √
25. Sering kali merasa ingin menangis? √
26. Merasa sulit untuk berkonsentrasi? √
27. Menikmati tidur? √
28. Memilih menghindar dari perkumpulan sosial? √
29. Mudah mengambil keputusan? √
30. Mempunyai pikiran yang jernih ? √
JUMLAH ITEM YANG TERGANGGU 13 17

Analisis Hasil :

Nilai 0 : Tergantung
Nilai 1 : Normal
Nilai 6 – 15 : Depresi ringan sampai sedang
Nilai 16 – 30 : Depresi Berat
Nilai 0 – 5 : Normal
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan perbedaan dan persamaan antara kasus nyata
dan tinjauan teori dalam Asuhan Keperawatan pasien dengan Asthritis Gout.

4.1 Pengkajian Keperawatan


Pada kasus nyata yang saya temukan, data subjektif px mengatakan nyeri
lutut bagian kirinya dan menyebabkan kekakuan sampai susah berjalan dan
melakukan aktifitasnya. Data objektif yaitu Wajah Px tampak meringis, hasil
pengukuran TTV : TD = 130/80mmHg, Nadi = 84x/menit, Suhu = 36⁰C, RR =
23x/menit, dan PQRST : P = Nyeri jika beraktifitas, Q = Sangat nyeri, R = lutut
kiri, S = 5 (dari 0-10), dan T = Hilang timbul. Dari data di atas telah sesuai
dengan teori (Kushariyadi, 2010). Pengkajian di atas di fokuskan pada nyeri
(akut) yang disebabkan terjadinya distensi jaringan olehproses inflamsi destruksi
sendi. Nyeri artritis reumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis
yang tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikkan oleh kerusakan dan
proliferasi membran sinovial yang menyebabkan kerusakanpada tulang sendi,
ankilosis, dan deformitas. Jadi disimpulkan bahwa pada tinjauan teori dengan
kasus nyata tidak ada kesenjangan melainkan terdapat persamaan data dari
pengkajian.

4.2 Diagnosa Keperawatan


ada kasus nyata, diagnosa yang muncul pada px adalah nyeri akut
berhubungan dengan agen cedera fisik, resiko cedera : jatuh berhubungan dengan
penurunan sensori (melihat), dan gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
nyeri persendian. Sedangkan pada teori diagnose yang muncul pasien dengan GA
adalah Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis, Gangguan mobilitas
fisik berhubungan dengan nyeri persendian, Hipertemia berhubungan dengan
proses penyakit, Resiko cedera : jatuh berhubungan dengan penurunan sensori
(melihat). Pada data diatas ada kesenjangan pada diagnose. Pada teori terdapat
diagnose hipertermi sedangkan pada kasus hipertermi tidak muncul karena tidak
ditemukan tanda-tanda infeksi dan peningkatan suhu tubuh.
4.3 Intervensi keperawatan
Pada kasus nyata yang saya temukan, intervensi keperawatan yang muncul
pada px Arthritis Gout masalah nyeri akut yaitu kaji nyeri menggunakan skala
nyeri, berikan kompres hangat pada bagian yang terasa nyeri, ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam, dan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat.
Masalah resiko jatuh yaitu modifikasi lingkungan dengan cara memasang
pinggiran tempat tidur agar pasien lebih aman dan ajarkan pasien agar
menggunakan pencahayaan yang baik (menyalakan lampu) jika ruangan tampak
gelap dan meletakkan benda berbahaya di tempat yang aman.

4.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan pada kasus nyata yang ditunjukkan oleh px yaitu
px kooperatif dan mampu bekerjasama baik dengan perawat, mengikuti anjuran
yang diberikan, bersedia dilatih hal baik demi mendukung kesehatan pasien.
Masalah nyeri akut yaitu mengkaji nyeri menggunakan skala nyeri, memberikan
kompres hangat pada bagian yang terasa nyeri, mengajarkan teknik relaksasi
nafas dalam dan berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat. Masalah
resiko jatuh yaitu memodifikasi lingkungan dengan cara memasang pinggiran
tempat tidur agar pasien lebih aman dan mengajarkan pasien agar menggunakan
pencahayaan yang baik (menyalakan lampu) jika ruangan tampak gelap dan
meletakkan benda berbahaya di tempat yang aman. Masalah gangguan mobilisasi
yaitu mengobservasi TTV pasien, melatih pasien dalam melakukan pemenuhan
kebutuhan sehari – hari sesuai kemampuan secara mandiri, dan memotivasi
Pasien untuk melakukan aktifitas normal jika nyeri dan bengkak sudah hilang.

4.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi keperawatan yang didapatkan dari masalah nyeri akut teratasi,
masalah resiko jatuh teratasi dan masalah gangguan mobilisasi teratasi.
Sedangkan menurut teori SDKI, 2017 yaitu masalah teratasi atau teratasi
sebagian. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa terdapat kesamaan antara teori
dengan kasus nyata dan tidak terdapat kesenjangan.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pengkajian
Dari tinjauan kasus yang telah diuraikan pada Bab sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa karakteristik yang terjadi pada Pasien dengan masalah nyeri
akut yaitu pasien mengeluh nyeri lutut di bagian kiri sampai susah berjalan dan
beraktifitas. Ekspresi wajah px tampak meringis menahan nyeri yang dirasakan.
5.1.2 Diangnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang ditemukan pada kasus nyata adalah nyeri
akut berhubungan dengan agen cedera fisik, resiko cedera : jatuh berhubungan
dengan penurunan sensori (melihat), dan gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri persendian.
5.1.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan yang diberikan secara kasus nyata dan teori sudah
sesuai karena Perawat mengikuti Intervensi secara teori.
5.1.4 Implemetasi Keperawatan
Implemetasi Keperawatan yang ditunjukkan Pasien sudah sesuai antara
kasus nyata dan teori.
5.1.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan yang didapatkan dari tindakan keperawatan yang
diberikan sudah teratasi semua.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Klien
Klien diharapkan mampu secara mandiri dalam mengatasi tanda gejala
untuk mengurangi nyeri yang dirasakan. Dengan menggunakan terapi kompres
hangat. Dan melaksanakan penyuluhan pendidikan yang telah diberikan.
5.2.2 Bagi Perawat

Berbagai macam penyakit yang menyerang lansia banyak macamnya salah


satunya yaitu gout arthritis. Muncul tanda gejala yang berbagai macam dan setiap
gejala yang muncul berbeda penanganannya. Memberikan perawat atau pengasuh
dalam setiap wisma untuk membimbing dan mengingatkan lansia dalam segala
hal terutama khususnya penderita gout arthritis yang mengalami nyeri kronis
untuk meningkatkan kemandirian lansia dalam melakukan penanganan pereda
nyeri, melakukan perawatan diri, dan kebutuhan aktivitas sehari-hari lansia, dan
diharapkan pada masa lansianya perawat atau pengasuh dari masing-masing
wisma dapat mengarahkan lansia untuk beribadah sesuai dengan agamanya yang
dianut masing-masing lansia. Saran yang mungkin bisa diterima yaitu sebaiknya
diit untuk masing-masing klien dibedakan terutama pada gout arthritis ini
menggunakan diit rendah purin.

5.2.3 Bagi Mahasiswa

Mahasiswa diharapkan untuk selalu menambah wawasan mengenai konsep


dasar dan Tindakan Keperawatan yang dilakukan pada Pasien dengan bersihan
jalan nafas tidak efektif agar Asuhan Keperawatan yang diberikan tepat sesuai
dengan kondisi yang dialami oleh Pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Andormoyo, Sulistyo. (2013). Konsep & Proses Keperawatan Nyeri.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Asikin M, dkk. (2016). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Muskuloskeletal.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: ECG.
As’adi, Muhammad. (2010). Waspadai Asam Urat. Yogyakarta: Diva Press.
Badan Pusat Statistik. (2015). Statistik Penduduk Lanjut Usia. Jakarta : Badan
Pusat Statistik.
http://repository.unja.ac.id/2381. Diakses pada tanggal 27 Juli 2020.
Fitriana, Rahmatul. (2015). Cara Cepat Usir Asam Urat. Yogyakarta: Medika.
Iqbal, dkk. (2011). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi.
Jakarta : Salemba Medika.
Fadhillah, Harif. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia edisi 1. Jakarta
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di
Indonesia. Jakarta: Buletin Jendela.
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Resehatan Dasar (Riskesdas)
2013.http://www.depkes.go.id/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf.Diunduh pada tanggal 27 Juli 2020.
Muhammad, As’adi. Kertia, Nyoman. Saraswati. 2010. Waspadai Asam Urat.
Yogyakarta: DIVA Press
Soeroso, Joewono. Algristian, Hafid. 2011. Asam Urat. Depok : Penebar Plus
Kushariyadi, 2011. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta:
Salemba Medika.
Widyanto, F.W., 2014. Artritis gout dan perkembangannya.E-journal
Keperawatan (e-Kep), Volume 10 No 2 Desember 2014, pp.146-51.

Anda mungkin juga menyukai