PENDAHULUAN
Faktor yang memengaruhi kadar asam urat digolongkan menjadi tiga: Faktor
primer, faktor sekunder dan faktor predisposisi. Pada faktor primer dipengaruhi
oleh faktor genetik. Faktor sekunder dapat disebabkan oleh duahal, yaitu
produksi asam urat yang berlebihan dan penurunan ekskresi asam urat. Pada
faktor predisposisi dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, dan iklim (Muttaqin,
2016). Faktor sekunder dapat berkembang dengan penyakit lain (obesitas,
diabetes melitus, hipertensi, polisitemia, leukemia, mieloma, anemia sel sabit dan
penyakit ginjal) (Kluwer, 2015). Faktor risiko yang menyebabkan orang
terserang penyakit asam urat, Vitahealth (2007) adalah genetik/riwayat keluarga,
asupan senyawa purin berlebihan, konsumsi alkohol berlebih, kegemukan
(obesitas), hipertensi, gangguan fungsi ginjal dan obat-obatan tertentu (terutama
diuretika). Faktor-faktor tersebut di atas dapat meningkatkan kadar asam urat,
jika terjadi peningkatan kadar asam urat serta di tandai rasa linu pada sendi,
terasa sakit, nyeri, merah dan bengkak keadaan ini dikenal dengan gout. Gout
termasuk penyakit yang dapat dikendalikan walaupun tidak dapat disembuhkan,
namun kalau dibiarkan saja kondisiini dapat berkembang menjadi artritis yang
melumpuhkan (Charlish, 2019). Gout berpotensi menyebabkan infeksi ketika
terjadi ruptur tofus, batu ginjal, hipertensi dan penyakit jantung lain (Kluwer,
2015).
1. Tipe Optimis: lanjut usia santai dan periang, penyesuaian cukup baik, mereka
memandang masa lanjut usia dalam bentuk bebas dari tanggung jawab dan
sebagai kesempatan untuk menuruti kebutuhan pasifnya.
2. Tipe Konstruktif: lanjut usia ini mempunyai integritas baik, dapat menikmati
hidup, memiliki toleransi yang tinggi, humoristik, fleksibel, dan tahu diri.
Biasanya, sifat ini terlihat sejak muda. Mereka dengan tenang menghadapi
proses menua.
3. Tipe Ketergantungan: lanjut usia ini masih dapat diterima di tengah
masyarakat, tetapi selalu pasif, tidak berambisi, masih tahu diri, tidak
mempunyai inisiatif dan bila bertindak yang tidak praktis. Ia senang pensiun,
tidak suka bekerja, dan senang berlibur, banyak makan, dan banyak minum.
4. Tipe Defensif: lanjut usia biasanya sebelumnya mempunyai riwayat
pekerjaan/jabatan yang tidak stabil, bersifat selalu menolak bantuan, emosi
sering tidak terkontrol, memegang teguh kebiasaan, bersifat konpultif aktif, dan
menyenangi masa pensiun.
5. Tipe Militan dan serius: lanjut usia yang tidak mudah menyerah, serius, senang
berjuang, bisa menjadi panutan.
6. Tipe Pemarah: lanjut usia yang pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung,
selalu menyalahkan orang lain, menunjukan penyesuaian yang buruk. Lanjut
usia sering mengekspresikan kepahitan hidupnya.
7. Tipe Bermusuhan: lanjut usia yang selalu menganggap orang lain yang
menyebabkan kegagalan, selalu mengeluh, bersifat agresif, dan curiga.
Biasanya, pekerjaan saat ia muda tidak stabil. Menganggap menjadi tua itu
bukan hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang yang muda, senang
mengadu masalah pekerjaan, dan aktif menghindari masa yang buruk.
8. Tipe Putus asa, membenci dan menyalahkan diri sendiri: lanjut usia ini bersifat
kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak mempunyai ambisi, mengalami
penurunan sosial-ekonomi, tidak dapat menyesuaiakan diri. Lanjut usia tidak
hanya mengalami kemarahan, tetapi juga depresi, memandang lanjut usia
sebagai tidak berguna karena masa yang tidak menarik. Biasanya perkawinan
tidak bahagia, merasa menjadi korban keadaan, membenci diri sendiri, dan
ingin cepat mati.
2.2 Konsep Gout Arthritis
2.2.1 Definisi
Gout Arthritis merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi yang paling
sering ditemukan yang ditandai dengan penumpukan Kristal Monosodium Urat di
dalam ataupun di sekitar persendian. Monosodium Urat ini berasal dari
metabolisme Purin. Hal penting yang mempengaruhi penumpukan Kristal Urat
adalah Hiperurisemia dan supersaturasi jaringan tubuh terhadap Asam Urat.
Apabila kadar Asam Urat di dalam darah terus meningkat dan melebihi batas
ambang saturasi jaringan tubuh, penyakit Gout Arthritis ini akan memiliki
manifestasi berupa penumpukan Kristal Monosodium Urat secara Mikroskopis
maupun Makroskopis berupa Tofi (Zahara, 2013).
Gout Arthritis adalah penyakit sendi yang diakibatkan oleh tingginya
kadar Asam Urat dalam darah. Kadar Asam Urat yang tinggi dalam darah melebihi
batas normal yang menyebabkan penumpukan Asam Urat di dalam persendian dan
organ lainnya (Susanto, 2013).
Jadi, dari definisi di atas maka Gout Arthritis merupakan penyakit
inflamasi sendi yang diakibatkan oleh tingginya kadar Asam Urat dalam darah,
yang ditandai dengan penumpukan Kristal Monosodium Urat di dalam ataupun di
sekitar persendian berupa Tofi.
2.2.2 Etiologi
Secara garis besar penyebab terjadinya Gout Arthritis disebabkan oleh
faktor primer dan faktor sekunder, faktor primer 99% nya belum diketahui
(Idiopatik). Namun, diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor
hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan
peningkatan produksi Asam Urat atau bisa juga disebabkan oleh kurangnya
pengeluaran Asam Urat dari tubuh. Faktor sekunder, meliputi peningkatan
produksi Asam Urat, terganggunya proses pembuangan Asam Urat dan kombinasi
kedua penyebab tersebut. Umumnya yang terserang Gout Artritis adalah pria,
sedangkan perempuan persentasenya kecil dan baru muncul setelah Menopause.
Gout Artritis lebih umum terjadi pada laki-laki, terutama yang berusia 40-50 tahun
(Susanto, 2013).
Menurut Fitiana (2015) terdapat faktor resiko yang mempengaruhi Gout
Arthritis adalah :
1. Usia
Pada umumnya serangan Gout Arthritis yang terjadi pada laki-laki mulai dari
usia pubertas hingga usia 40-69 tahun, sedangkan pada wanita serangan Gout
Arthritis terjadi pada usia lebih tua dari pada laki-laki, biasanya terjadi pada
saat Menopause. Karena wanita memiliki hormon estrogen, hormon inilah
yang dapat membantu proses pengeluaran Asam Urat melalui urin sehingga
Asam Urat didalam darah dapat terkontrol.
2. Jenis kelamin
Laki-laki memiliki kadar Asam Urat yang lebih tinggi dari pada wanita, sebab
wanita memiliki hormon ektrogen.
3. Konsumsi Purin yang berlebih
Konsumsi Purin yang berlebih dapat meningkatkan kadar Asam Urat di dalam
darah, serta mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi Purin.
4. Konsumsi alcohol
5. Obat-obatan
6. Serum Asam Urat dapat meningkat pula akibat Salisitas dosis rendah (kurang
dari 2-3 g/hari) dan sejumlah obat Diuretik, serta Antihipertensi.
2.2.3 Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme Purin dalam tubuh, intake bahan yang
mengandung Asam Urat tinggi dan sistem ekskresi Asam Urat yang tidak adekuat
akan mengasilkan akumulasi Asam Urat yang berlebihan di dalam plasma darah
(Hiperurisemia), sehingga mengakibatkan Kristal Asam Urat menumpuk dalam
tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon
Inflamasi (Sudoyo, dkk, 2009).
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan Gout Arthritis.
Salah satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi Asam Urat dalam
darah. Mekanisme serangan Gout Arthritis Akut berlangsung melalui beberapa
fase secara berurutan yaitu, terjadinya Presipitasi Kristal Monosodium Urat dapat
terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini
terjadi di rawan, sonovium, jaringan para-artikuler misalnya bursa, tendon, dan
selaputnya. Kristal Urat yang bermuatan negatif akan dibungkus oleh berbagai
macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk
berespon terhadap pembentukan kristal.
Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan
respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi Fagositosis Kristal oleh leukosit
(Nurarif, 2015). Kristal difagositosis olah leukosit membentuk Fagolisosom dan
akhirnya membran vakuala disekeliling oleh kristal dan membram leukositik
lisosom yang dapat menyebabkan kerusakan lisosom, sesudah selaput protein
dirusak, terjadi ikatan hidrogen antara permukaan Kristal membram lisosom.
Peristiwa ini menyebabkan robekan membran dan pelepasan enzim-enzim dan
oksidase radikal kedalam sitoplasma yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan
sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan
(Nurarif, 2015).
Saat Asam Urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain,
maka Asam Urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam
urat yang akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konektif di seluruh tubuh,
penumpukan ini disebut Tofi. Adanya Kristal akan memicu respon inflamasi akut
dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom ini tidak hanya merusak jaringan
tetapi juga menyebabkan inflamasi. Serangan Gout Arthritis Akut awalnya
biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan ini meliputi hanya satu
tulang sendi. Serangan pertama ini timbul rasa nyeri berat yang menyebabkan
tulang sendi terasa panas dan merah. Tulang sendi Metatarsophalangeal biasanya
yang paling pertama terinflamasi, kemudian mata kaki, tumit, lutut dan tulang
sendi pinggang. Kadang-kadang gejala yang dirasakan disertai dengan demam
ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung berulang (Sudoyo, dkk,
2009).
Periode Interkritikal adalah periode dimana tidak ada gejala selama
serangan Gout Arthritis. Kebanyakan penderita mengalami serangan kedua pada
bulan ke-6 sampai 2 tahun setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut
dengan Poliartikular yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun
lengan yang biasanya disertai dengan demam. Tahap akhir serangan Gout Arthritis
Akut atau Gout Arthritis Kronik ditandai dengan Polyarthritis yang berlangsung
sakit dengan Tofi yang besar pada kartigo, membrane sinovial, tendon dan jaringan
halus. Tofi terbentuk di jari tangan, kaki, lutut, ulna, helices pada telinga, tendon
achiles dan organ internal seperti ginjal (Sudoyo, dkk, 2009).
2.2.4 Pathway
Sumber : Nurafif, 2015
2.2.5 Penatalaksanaan
Menurut Nurarif (2015) Penanganan Gout Arthritis biasanya dibagi
menjadi penanganan serangan Akut dan penanganan serangan Kronis. Ada 3
tahapan dalam terapi penyakit ini :
1) Mengatasi serangan Gout Arthtitis Akut.
2) Mengurangi kadar Asam Urat untuk mencegah penimbunan Kristal Urat pada
jaringan, terutama persendian.
3) Terapi mencegah menggunakan terapi Hipourisemik.
a. Terapi Non Farmakologi
Terapi non-farmakologi merupakan strategi esensial dalam penanganan Gout
Arthritis, seperti istirahat yang cukup, menggunakan kompres hangat, modifikasi
diet, mengurangi asupan alkohol dan menurunkan berat badan.
b. Terapi Farmakologi
Penanganan Gout Arthritis dibagi menjadi penanganan serangan akut dan
penanganan serangan kronis.
1) Serangan Akut
Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID, misalnya Indometasin 200
mg/hari atau Diklofenak 150 mg/hari, merupakan terapi lini pertama dalam
menangani serangan Gout Arthritis Akut, asalkan tidak ada kontra indikasi
terhadap NSAID. Aspirin harus dihindari karena eksresi Aspirin berkompetisi
dengan Asam Urat dan dapat memperparah serangan Gout Arthritis Akut.
Keputusan memilih NSAID atau Kolkisin tergantung pada keadaan klien, misalnya
adanya penyakit penyerta lain atau Komorbid, obat lain juga diberikan klien pada
saat yang sama dan fungsi ginjal. Obat yang menurunkan kadar Asam Urat serum
(Allopurinol dan obat Urikosurik seperti Probenesid dan Sulfinpirazon) tidak boleh
digunakan pada serangan Akut (Nurarif, 2015).
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan (Iqbal dkk, 2011)
2.3.1 Pengkajian
1) Identitas
2) Keluhan Utama
Keluhan utama yang menonjol pada klien Gout Arthritis adalah nyeri dan terjadi
peradangan sehingga dapat menggangu aktivitas klien.
Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot sendi. Sifat dari nyerinya
umumnya seperti pegal/di tusuk-tusuk/panas/di tarik-tarik dan nyeri yang
dirasakan terus menerus atau pada saat bergerak, terdapat kekakuan sendi, keluhan
biasanya dirasakan sejak lama dan sampai menggangu pergerakan dan pada Gout
Arthritis Kronis didapakan benjolan atan Tofi pada sendi atau jaringan sekitar.
Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klien, apakah keluhan penyakit Gout
Arthritis sudah diderita sejak lama dan apakah mendapat pertolongan sebelumnya
dan umumnya klien Gout Arthritis disertai dengan Hipertensi.
6) Riwayat Psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan penyakit klien dalam
lingkungannya. Respon yang didapat meliputi adanya kecemasan individu dengan
rentan variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan berhubungan erat dengan
adanya sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat respon nyeri dan kurang
pengetahuan akan program pengobatan dan perjalanan penyakit. Adanya
perubahan aktivitas fisik akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik
memberikan respon terhadap konsep diri yang maladaptif.
7) Riwayat Nutrisi
Kaji riwayat nutisi klien apakah klien sering menkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi Purin.
8) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung
rambut hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik pada daerah sendi
dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi yaitu melihat dan mengamati
daerah keluhan klien seperti kulit, daerah sendi, bentuknya dan posisi saat bergerak
dan saat diam. Palpasi yaitu meraba daerah nyeri pada kulit apakah terdapat
kelainan seperti benjolan dan merasakan suhu di daerah sendi dan anjurkan klien
melakukan pergerakan yaitu klien melakukan beberapa gerakan bandingkan antara
kiri dan kanan serta lihat apakah gerakan tersebut aktif, pasif atau abnormal.
9) Pemeriksaan Diagnosis
a. Asam Urat meningkat dalam darah dan urin.
b. Sel darah putih dan laju endap darah meningkat (selama fase akut).
c. Pada aspirasi cairan sendi ditemukan krital urat.
d. Pemeriksaan Radiologi.
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti
tentang status dan masalah kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan
keperawatan. Dengan demikian, diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan
masalah yang ditemukan. Diagnosis keperawatan akan memberikan gambaran
tentang masalah dan status kesehatan, baik yang nyata (aktual) maupun yang
mungkin terjadi (potensial) (Iqbal dkk, 2011).
Menurut SDKI (2017) diagnosa yang dapat muncul pada klien Gout
Arthritis adalah :
a. Diagnosa Keperawatan 1 :
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (D.0077).
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri
hilang atau terkontrol.
Kriteria Hasil :
1. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri.
2. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri).
3. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
INTERVENSI RASIONAL
1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Mengetahui lokasi, karakteristik,
komprehensif termasuk lokasi, frekuensi, durasi, dan kualitas nyeri
karakteristik, durasi, frekuensi dan pasien.
kualitas nyeri.
2. Ajarkan teknik non farmakologi 2. Diharapkan dapat mengurangi rasa
relaksasi napas dalam. nyeri yang dialami pasien.
3. Posisikan klien agar merasa nyaman, 3. Dengan memposisikan pada posisi
misalnya sendi yang nyeri yang nyaman, diharapkan pasien
diistarahatkan dan diberikan merasa nyaman dan rileks.
bantalan.
4. Kolaborasi dengan dokter jika ada 4. Melakukan kolaborasi dengan
keluhan dan tindakan nyeri yang pemberian obat Analgesik untuk
tidak berhasil. mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan pasien.
b. Diagnosa Keperawatan 2 :
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian (D.0054).
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan klien
mampu melakukan rentang gerak aktif dan ambulasi.
Kriteria Hasil :
1. Meningkatkan aktifitas fisik klien.
2. Klien mengerti dan memahami tujuan dari mobilisasi.
3. Memperagakan cara penggunaan alat bantu.
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor vital sign 1. Mengetahui perkembangan dan
tanda – tanda vital pasien.
c. Diagnosa Keperawatan 3 :
Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130).
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan suhu
tubuh klien dalam batas normal.
Kriteria Hasil :
1. Suhu tubuh dalam rentang normal.
2. Nadi dan pernapasan dalam rentan normal.
3. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing.
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor suhu sesering mungkin. 1. Mengetahui adanya perubahan
suhu pasien.
2. Monitor tekanan darah, nadi dan 2. Mengetahui perkembangan
pernapasan. dan kondisi pasien.
3. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi. 3. Diharapkan suhu tubuh dalam
4. Kompres klien pada lipat paha dan batas normal.
aksila. 4. Membantu proses penguapan
sehingga suhu tubuh dalam
5. Kolaborasi pemberian Antipiretik dan batas normal.
cairan Intravena. 5. Diharapkan dengan pemberian
antipiretik suhu tubuh dalam
batas normal.
d. Diagnosa Keperawatan 4 :
Resiko cedera : jatuh berhubungan dengan penurunan sensori (melihat)
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam klien mampu untuk
menurunkan resiko jatuh pada diri klien.
Kriteria Hasil :
1. Mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan kemungkinan
cidera.
2. Mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu.
3. Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji ulang adanya faktor-faktor 1. Untuk mengetahui faktor-faktor
resiko jatuh pada klien. resiko jatuh pada klien.
2.3.4 Implementasi
2.3.5 Evaluasi
Golongan darah :-
Agama : Islam
Alamat : Surabaya
No. Telpon/HP :-
a. Saudara Kandung
Nama Keadaan Saat ini Keterangan
Nn. J Sehat
2. Eliminasi
a. BAAK
Frekuensi dan Waktu : 4-5 kali dalam sehari
Kebiasaan BAAK pada malam hari : 1-2 kali sehari
Keluhan yang berhubungan dengan BAK: tidak ada
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
b. BAB
Frekuensi dan waktu : 1- 2 kali sehari
Konsisten : padat, berwarna coklat, bau
khas
Keluhan yang berhubungan dengan BAK: tidak ada
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
3. Personal hygiene
a. Mandi :
Frekwensi dan waktu mandi : 2 kali sehari
Pemakaian sabun (ya/tidak) : ya
b. Oral Hygiene :
Frekwensi dan gosok gigi : 2 kali sehari
Menggunakan pasta gigi : ya
c. Cuci Rambut :
Frekwensi : 2 hari sekali
Penggunaan shampoo : ya
d. Kuku dan Tangan :
Frekwensi gunting kuku : 3 hari sekali
Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun: ya
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
4. Istirahat dan Tidur
Lama tidur malam : 6-7 jam sehari
Tidur siang : paling lama 1 jam
Keluhan yang berhubungan dengan tidur : tidak ada
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
Olahraga 15 menit
Mandi 15 menit
Makan 20 menit
Menonton tv 30 menit
Menonton tv 30 menit
Mandi 15 menit
C. Status Kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
a. Keluhan utama dalam satu tahun : nyeri dan kaku pada lututnya
b. Gejala yang dirasakan : Pasien mengatakan sering merasa
lelah dan kaku pada lututnya sehingga susah berjalan dan melakukan
aktifitas.
c. Faktor pencetus : nyeri pada bagian lutut
d. Timbul keluhan ( ) mendadak ( ) bertahap : bertahap
e. Waktu mulai timbulnya keluhan : saat digunakan berjalan dan
beraktivitas
f. Upaya mengatasi :
Pergi ke RS/klinik pengobatan : ya, pasien rutin control setiap
bulan dengan dokter dan perawat
Pergi ke Bidan atau perawat : -
Mengkonsumsi obat-obatan sendiri ( ) nama obat : tidak
Mengkonsumsi obat-obatan tradisional ( ) nama obat: tidak ada
Lain-lain : Pasien mengatakan pergi ke dokter ketika
merasa sakit.
Masalah Keperawatan : nyeri kronis
b. BB/TB : 55 kg/153 cm
c. Rambut
Inspeksi : bersih, tidak ada ketombe, rapih, panjang sebahu
d. Mata
Fungsi penglihatan : kabur Palpebra: tidak ada benjolan
Pupil : normal
e. Telinga
Fungsi pendengaran : baik Fungsi keseimbangan: baik
g. Dada
Inspeksi : bentuk dada normal, tidak ada bekas luka,
pengembangan paru simetris, putting dada simetris
h. Abdomen
Inspeksi : tidak terdapat luka, pusat bersih
i. Kulit
Warna kulit (sionasi,Ikterus,pucat,eritema dll) : kuning langsat, tidak
pucat, elastis
H. WOC
………………, …………………..
Mahasiswa Pembimbing
( ) ( )
ANALISIS DATA
No Prioritas Masalah
1. Nyeri kronis berhubungan dengan agen cedera biologis yang ditandai
dengan Pasien mengatakan nyeri dan kaku pada lututnya, pasien tampak
meringis kesakitan, TTV: TD 150/90 mmHg, Nadi : 98 x/menit, RR : 22
x/menit, Suhu: 37,1 ℃, P : nyeri saat beraktivitas Q : ditusuk-tusuk, R :
lutut kanan, S : skala nyeri 5, T : hilang timbul.
IMPLEMENTASI
Nama Pasien : Ny. S
Alamat : Surabaya
Catatan :
Pertanyaan yang diajukan pada saat pengkajian ini hanya salah satu cara
supaya dapat hasil pengkajian yang baik, bisa dimodifikasi dengan referensi
lain.
A. Fungsi Penglihatan
1. Penglihatan kabur √
2. Mata berair
3. Nyeri pada mata
B. Fungsi Pendengaran
1. Pendengaran berkurang √
2. Telinga berdenging
D Fungsi Jantung
1. Jantung berdebar-debar
2. Cepat lelah √
3. Nyeri dada
E Fungsi Pencernaan
1. Mual/muntah √
H. Fungsi persyarafan
1. Lumpuh/kelemahan pada kaki √
atau tangan
2. Kehilangan rasa
3. Gemetar / tremor
4. Nyeri / pegel pada daerah
tengkuk
I. Fungsi saluran perkemihan
1. Buang air kecil banyak
√
2. Fungsi Kognitif
Pengkajian fungsi kognitif dilakukan dalam rangka mengkaji kemampuan klien
berdasarkan daya orientasi terhadap waktu, orang, tempat, serta daya ingat.
Petunjuk : isilah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan respon klien:
Analisis Hasil:
Skor benar : 8-10 : Tidak ada gangguan
Skor benar : 0-7 : Ada gangguan
3. Status Fungsional
Modifikasi indeks kemandirian KAZT
Pengkajian status fungsional didasarkan pada kemandirian klien dalam,
menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari. Kemudian berarti tanpa
pengawasan, pengarahan, atau bantuan orang lain. Pengkajian ini didasarkan
pada kondisi actual klien dan bukan pada kemampuan, artinya jika klien
menolak untuk melakukan suatu fungsi, dianggap sebagai tidak melakukan
fungsi meskipun ia sebenarnya mampu.
Analisa hasil :
Point : 13 – 17 : Mandiri
Point : 0 – 12 : Ketergantungan.
4. Status Psikologis (Skala Depresi Geriatrik Yesavage, 1983)
No Apakah bapak/ibu dalam satu minggu terakhir ya Tidak
1. Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani √
2. Banyak meninggalkan kesenangan/minat dan aktivitas anda? √
3. Merasa bahwa kehidupan anda hampa? √
4. Sering merasa bosan? √
5. Penuh pengharapan akan masa depan? √
6. Mempunyai semangat yang baik setiap waktu? √
7. Diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak dapat diungkapkan? √
8. Merasa bahagia disebagian besar waktu? √
9. Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda? √
10. Sering kali merasa tidak berdaya? √
11. Sering merasa gelisah dan gugup? √
12. Memilih tinggal di rumah dari pada pergi melakukan sesuatu yang √
bermanfaat?
13. Sering kali merasa khawatir akan masa depan? √
14. Merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan daya ingat √
dibandingkan orang lain?
15. Berpikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan sekarang? √
16. Sering kali merasa merana? √
17. Merasa kurang bahasia? √
18. Sangat khawatir terhadap masa lalu? √
19. Merasa bahwa hidup ini sangat menggairahkan? √
20. Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang baru? √
21. Merasa dalam keadaan penuh semangat? √
22. Berpikir bahwa keadaan anda tidak ada harapan? √
23. Berpikir bahwa banyak orang yang lebih baik darp pada anda? √
24. Sering kali menjadi kesal dengan hal yang sepele? √
25. Sering kali merasa ingin menangis? √
26. Merasa sulit untuk berkonsentrasi? √
27. Menikmati tidur? √
28. Memilih menghindar dari perkumpulan sosial? √
29. Mudah mengambil keputusan? √
30. Mempunyai pikiran yang jernih ? √
JUMLAH ITEM YANG TERGANGGU 13 17
Analisis Hasil :
Nilai 0 : Tergantung
Nilai 1 : Normal
Nilai 6 – 15 : Depresi ringan sampai sedang
Nilai 16 – 30 : Depresi Berat
Nilai 0 – 5 : Normal
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan perbedaan dan persamaan antara kasus nyata
dan tinjauan teori dalam Asuhan Keperawatan pasien dengan Asthritis Gout.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pengkajian
Dari tinjauan kasus yang telah diuraikan pada Bab sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa karakteristik yang terjadi pada Pasien dengan masalah nyeri
akut yaitu pasien mengeluh nyeri lutut di bagian kiri sampai susah berjalan dan
beraktifitas. Ekspresi wajah px tampak meringis menahan nyeri yang dirasakan.
5.1.2 Diangnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang ditemukan pada kasus nyata adalah nyeri
akut berhubungan dengan agen cedera fisik, resiko cedera : jatuh berhubungan
dengan penurunan sensori (melihat), dan gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri persendian.
5.1.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan yang diberikan secara kasus nyata dan teori sudah
sesuai karena Perawat mengikuti Intervensi secara teori.
5.1.4 Implemetasi Keperawatan
Implemetasi Keperawatan yang ditunjukkan Pasien sudah sesuai antara
kasus nyata dan teori.
5.1.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan yang didapatkan dari tindakan keperawatan yang
diberikan sudah teratasi semua.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Klien
Klien diharapkan mampu secara mandiri dalam mengatasi tanda gejala
untuk mengurangi nyeri yang dirasakan. Dengan menggunakan terapi kompres
hangat. Dan melaksanakan penyuluhan pendidikan yang telah diberikan.
5.2.2 Bagi Perawat