Anda di halaman 1dari 8

BAB 2

TINJAUAN TEORI

Pada bab ini akan dijelaskan tentang konsep nyeri mengenai pengertian, etiologi,
patofisiologi, tanda dan gejala, faktor yang meempengaruhi, penatalaksanaan secara
medis dan non medis pada nyeri dan asuhan keperawatan nyeri secara teori.
2.1 Konsep Kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri
Kolcoba (1992) dalam potter dan perry (2015) mengungkapkan kenyamanan
atau rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan
penampilan sehari-hari) kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi) dan transandar
(kebutuhan tentang suatu yang memiliki masalah dan nyeri). Kenyamanan di
pandang kearah holistic yang mencakup 4 aspek yaitu :
1. Fisik b/d sensasi tubuh
2. Sosial b/d hubungan interpersonal keluarga dan sosial
3. Psikospiritual b/d kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang meliputi harga
diri yang meliputi seksualitas dan makna kehidupan.
4. Lingkungan b/d latar belakang pengalaman eksternal manusia seperti cahaya,
bunyi, temperature, warna, dan unsure alamiah lainnya.
Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah memberikan
kekuatan, harapan, hiburan, dukungan dan bantuan.
2.2 Konsep Dasar Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Menurut (A. Aziz Alimul H,
2009)
2.2.1 Definisi
Berikut adalah pendapat beberapa ahli mengenai pengertian nyeri
1. Mc Coffery (1979) mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui hanya jika orang
tersebut pernah melakukannya.
2. Wolf Waf Sil Fevist (1974) mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu
perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan.

4
3. Arthur C. Curhan (1983) mengatakan bahwa nyeri merupkan suatu
mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak dan
menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan
nyeri.
4. Scrumun mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut
saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh fisik, fisiologis dan emosional.
Jadi, nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan yang
bersifat subyektif dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis dan emosional.
2.2.2 Klasifikasi Nyeri Menurut (A. Aziz Alimul H, 2009)
Secara umum nyeri dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Nyeri akut
Nyeri akut biasanya datang tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cidera
fisik, serangannya mendadak intensitas ringan – berat. Respon otonom yang
terjadi frekuensi jantung meningkat, TD meningkat dilatasi pupil
meningkatkan durasi bisa beberapa detik sampai 6 bulan.
Contoh : nyeri pada bedah trauma.
b. Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermitas yang menetap epanjang
satu periode waktu. Serangannya bisa mendadak, berkembang atau
terselubung intensitasnya ringan – bera, durasinya lama (lebih dari 6 bulan)
komponen psikologonya antara depresi, mudah muntah, menarik diri.
Contoh : nyeri kanker.
Selain klasifikasi diatas terdapat nyeri spesifik antara lain :
1. Nyeri sanatis
Nyeri sanatis dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Nyeri superficial, bersumber dari kulit dan jaringan dibaeah kulit
nyerinya tajam, menusuk, membakar dan reaksi kontraksi otot.
b. Nyeri dalam, nyeri tajam, tumpul, nyeri terus, tidak menjalar, terdapat
reaksi otonom dan reaksi kontraksi otot.

5
2. Nyeri visceral
Nyeri tajam, tumpul, nyeri terus, kejang, nyeri ini menjalar terdapat reaksi
otonom dan reaksi kontraksi otot.
3. Nyeri menjalar
Nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang lain umumnya terjadi akibat
kerusakan pada cidera organ visceral.
4. Nyeri psikogenik
Nyeri yang tidak diketahui secara fisik yang timbul akibat psikologis.
5. Nyeri neurologi
Bentuk nyeri tajam karena adanya spasme disepanjang aliran beberapa
jalur saraf.
2.2.3 Etiologi Menurut (Nanda, 2009)
1. Agen cidera missal biologis (penyebab nyeri karena kerusakan fungsi organ
atau jaringan tubuh) zat kimia (penyebab nyeri karena bahan atau zat kimia)
fisik (penyebab nyeri karena trauma fisik) psikologis (penyebab nyeri yang
bersifat psikologik seperti kelainan organ skizofren.
2. Keberadaan fisik kronik.
3. Keberadaan psikososial kronis.
2.2.4 Patofisiologi (Petter Dan Erry 2016)
Terdapat 2 tahap konduksi impuls meriseptif yaitu melalui system neriseptif
reseptor diperifer lewat serakut aferen, masuk medulla spinalis kemudian
kebatang otak kedua melalui tingkat pusat impuls maniseptik nerupala ke
konteks senepsi di korteks asosiasinya sensasi nyeri dapat dikenal
karakteristiknya, impuls-impuls nyeri disalurkan ke sum-sum tulang belakang
oleh 2 jenis serabut bermeiline A delta dan C dari saraf ateren ke sinal dan sel
raef dan harm impuls nyeri menyeberangi sum-sum belakang pada inter neuron,
inter neuron bersambung deengan jalur spinalis aseden paling sedikit ada 6 jalur
aseden untuk impuls-impuls ke batang otak dan sebagian ke thalamus
mengatifkan respon anteristik dan timbul pada otot kemudianafektif
digerakkan.

6
2.2.5 Tanda dan Gejala (Nanda 2015)
Beberapa tanda dan gejala pada nyeri akut menurut nanda (2015) adanya
perubahan selera makanan, perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi
jantung, perubahan frekuensi pernafasan, adanya laporan isyarat diaphoresis,
perilaku distraksi mengekspresikan perilaku adanya masker wajah (mata kurang
bercahaya, kacau, gerakan mata berpancar satu focus) perilaku berjaga jaga atau
melindungi daerah nyeri. Focus menyempt indikasi nyeri yang dapat diamati,
perubahan posisi, focus pada diri sendiri, gangguan tidur dan melaporkan nyeri
secara verbal.
2.2.6 Pathway / WOC

Agen cidera

Fisik Biologis Kimia Psikologis

Gangguan sirkulasi & kelainan darah

peradangan

nyeri Kerusakan pada bagian tubuh

Nafsu makan &


minum menurun Kerusakan Kerusakan Deficit
integritas kulit mobilitas fisik perawatan diri

2.2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri menurut (A. Aziz Alimul H


2009)
a. Arti nyeri seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampr sebagian arti
nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan merusak dan
lain-lain.

7
b. Persepsi nyeri. Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subyektif
tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluative, kognotif) persepsi ini di
pengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimulasi nasiceptor.
c. Toleransi nyeri. Toleransi nyeri erat hubungannya dengan intensitas nyeri
yang dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alcohol,
obat, hipnotis gesekan / gerakan, dll. Sedangkan faktor yang menurunkan
toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, cemas, nyeri yang tidak
kunjung hilang.
d. Reaksi terhaadap nyeri merupakan bentuk respon sekarang terhadap nyeri
seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis dan menjerit.
e. Usia merupakan vertikel penting yang mempengaruhi nyeri khususnya
pada anak-anak dan lansia yang bereaksi terhadap nyeri.
f. Kebudayaan, keyakinan dan lain-lain budaya mempengaruhi cara individu
mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan
mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri.
g. Ansietas hubungan nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas sering
kali meningkatkan nyeri.
h. Pengalaman nyeri. Pengalaman nyeri sebelumnya tidak terlalu berarti
bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan mudah pada masa
yang akan datang.
i. Duungan keluarga dan sosial. Faktor lain bermakna mempengaruhi respon
nyeri adalah kehadiran orang terdekat pasien dan bagien sikap mereka
terhadap pasien.
2.2.8 Penatalaksanaan (A. Aziz Alimul H 2009)
1. Medis
Beberapa agen farmakologi digunakan untuk menangani nyeri. Semua agen
tersebut memerlukan resep dokter. Obat yang diberikan dokter untuk klien
yaitu obat analgetik yang diberikan secara oral maupun injeksi.
2. Non Medis
Ada beberpa teknik untuk menghilangkan nyeri :

8
a. Distraksi
Suatu metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan
perhatian pasien sehingga pasien mengalami akan lupa terhadap
nyerinya.
b. Relaksasi
Suatu metode aktif untu mengurangi rasa nyeri dengan cara menarik
nafas pelan-pelan dibuang secara perlahan.
Rileks sempurna yang dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh
sehingga mencegah stimulus nyeri.
c. Terapi es dan panas :
1) Terapi es untuk menurunkan prostaglandin yang memperkuat
sensitivitas reseptor nyeri dan subcutan lain pada tempat cedera
dengan menghambat proses inflamasi.
2) Terapi panas berfungsi untuk meningkatkan aliran darah ke sesuatu
area sehingga dapat menurunkan neri dengan mempercepat proses
penyembuhan

2.3 Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian (Lynda Jual, Edisi 10. 2007)
1. identitas
2. alasan masuk
a. keluhan utama
b. riwayat nyeri
c. karakteristik nyeri
1) mayor : komunikasi verbal
2) minor :
a) mengatupkan rahang
b) ansietas
c) peka rangsang
d) perubahan pola hidup

9
e) mual muntah
f) gambaran klinis
d. data subyektif
1) klien mengeluh tidak nyaman
2) klien mengeluh nyeri atau sakit
e. data obyektif
1) TD meningkat
2) Nadi meningkat
3) Dilatasi pupil
4) Klien melindungi yang sakit
5) Menangis, merintih
6) Mual muntah
2.3.2 Diagnosa (Lynda Jual 2007)
Terdapat beberapa diagnose yang berhubungan dengan masalah nyeri yaitu :
1. Trauma pada perineum selama peralinan atau kelelahan
2. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d iritasi mukosa lambung
3. Kurangnya perawatan diri akibat ketidak mampuan menggerakkan tangan
yang disebabkan oleh nyeri persendian
4. Kerusakan integritas kulit
5. Cemas akibat ancaman peningkatan tubuh
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
7. Trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder terhadap faktor
kontraktor
2.3.3 Intervensi (Lynda Jual 2007)
1. Tujuan yang diharapkan
a. Klien tidak menunjukan tanda nyeri
b. Klien tidak nyeri
Criteria hasil
a. Skala nyeri klien mengecil atau menurun dan berkurang
b. Klien tidak merasa nyeri

10
2. Intervensi
a. Observasi tanda-tanda vital
R/ mengetahui kondisi klien sehingga dapat menentukan rencana
selanjutnya
b. Observasi skala nyeri
R/ mengetahui apakah nyeri berkurang atau bertambah
c. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur
R/ istirahat untuk mengurangi intensitas nyeri
d. Atur posisi klien senyaman mungkin
R/ posisi yang tepat mengurangi penekanan dan pencegahan ketegangan
otot serta mengurangi nyeri
e. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
R/ mengurangi kelegaan dan perasaan lebih nyaman
f. Anjurkan metode distraksi
R/ menghilangkan nyeri
g. Beri kompres hangat dan dingin
R/ metode menghilangkan nyeri dengan memberikan sensori yang
menyenangkan
h. Kolaborasi untuk pemberian analgetik
R/ analgetik untuk mengurangi nyeri
2.3.4 Implementasi
a. Sesuai dengan intervensi
2.3.5 Evaluasi
a. Nyeri berkurang atau hilang
b. Skala nyeri mengecil atau menurun

11

Anda mungkin juga menyukai