Anda di halaman 1dari 22

PERUMUSAN DAN PELAKSANAAN STRATEGI

KELOMPOK IV

Nama Anggota:
1. Nuril Maftuchah 081711633001
2. Annisa Anjani 081711633004
3. Febry Sukmawati Lubis 081711633010
4. Nizam Irsananda 081711633050

Pengajar: Ratri Amelia Aisyah , S.M., M.SM

Program Studi S1 Sistem Informasi


Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga
Surabaya
September 2017

i
 KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan
baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai
Manajeman Strategis dan Pengambilan Keputusan.

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak
untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini terutama kepada
bapak Hazrianto

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. 

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian. 

Surabaya, 08 Oktober 2017

Penulis 

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB I...........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................................1
1.      LATAR BELAKANG.....................................................................................................1
1.1  Manajemen strategis.....................................................................................................1
1.2   Pengambilan Keputusan...............................................................................................2
2.      RUMUSAN MASALAH................................................................................................2
3.      TUJUAN PENULISAN..................................................................................................3
BAB II..........................................................................................................................................4
PEMBAHASAN..........................................................................................................................4
1.     MANAJEMEN STRATEGI.............................................................................................4
A.    PERENCANAAN STRATEGIS............................................................................................4
B.     LEVEL STRATEGI............................................................................................................5
C.     ANALISIS SWOT.............................................................................................................5
D.    GRAND STRATEGIES......................................................................................................6
E.     TEORI PORTOFOLIO.......................................................................................................7
F.      PORTER FIVE FORCES ANALYSIS CORPORATE...............................................................8
G.          STRATEGI ADAPTIF.......................................................................................................9
2.     PENGAMBILAN KEPUTUSAN...................................................................................10
A.    Pengambilan Keputusan..............................................................................................10
B.     Teori Pengambilan Keputusan....................................................................................11
C.      Kriteria pengambilan Keputusan................................................................................13
D.      Fungsi Dan Tujuan Pengambilan Keputusan..............................................................14
F.       Model Pengambilan Keputusan................................................................................15
G.      Langkah-langkah/Proses Pengambilan Keputusan....................................................15
BAB III......................................................................................................................................17
PENUTUP..................................................................................................................................17

iii
KESIMPULAN..........................................................................................................................17
A.    MANAJEMEN STRATEGIS.........................................................................................17
B.     PENGAMBILAN KEPUTUSAN..................................................................................17

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.      LATAR BELAKANG

1.1  Manajemen strategis 

Manajemen strategis adalah seni dan ilmu  penyusunan, penerapan, dan


pengevaluasian keputusan-keputusan lintas fungsional yang dapat memungkinkan suatu
perusahaan mencapat sasarannya. Manajemen strategis adalah proses penetapan tujuan
organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran tersebut,
serta mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan kebijakan dan merencanakan
pencapaian tujuan organisasi. Manajemen strategis mengkombinasikan aktivitas-
aktivitas dari berbagai bagian fungsional suatu bisnis untuk mencapai tujuan organisasi.
Manajemen strategis berbicara tentang gambaran besar. Inti dari manajemen
strategis adalah mengidentifikasi tujuan organisasi, sumber dayanya, dan bagaimana
sumber daya yang ada tersebut dapat digunakan secara paling efektif untuk memenuhi
tujuan strategis. Manajemen strategis di saat ini harus memberikan fondasi dasar atau
pedoman untuk pengambilan keputusan dalam organisasi. Ini adalah proses yang
berkesinambungan dan terus-menerus. Rencana strategis organisasi merupakan
dokumen hidup yang selalu dikunjungi dan kembali dikunjungi. Bahkan mungkin
sampai perlu dianggap sebagaimana suatu cairan karena sifatnya yang terus harus
dimodifikasi. Seiring dengan adanya informasi baru telah tersedia, dia harus digunakan
untuk membuat penyesuaian dan revisi.
Pertimbangan global praktis berdampak pada keputusan strategis, batas-batas
negara diabaikan. Untuk mengetahui dan menghargai dunia dari perspektif orang lain
telah menjadi masalah hidup atau mati untuk bisnis. Dengan demikian perlu adanya
kegiatan dalam pengambilan keputusan yang disesuaikan antara kemampuan yang
dimiliki dengan lingkungan yang ada di sekitar sehingga perlunya adanya manajemen
strategi.

1
1.2                    Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dalam kehidupan sehari-hari kita sebenarnya adalah


kehidupan yang selalu bergumul dengan keputusan. Keputusan merupakan kesimpulan
terbaik yang diperoleh setelah mengevaluasi berbagai alternatif. Di dalam arti tersebut,
terkandung unsur situasi dasar, peluang munculnya situasi dasar, dan aktifitas
pencapaian keputusan. Lantas pertanyaannya, apakah setelah evaluasi alternatif serta
merta begitu saja hadir keputusan? Iya, secara rasional kesimpulan tersirat dalam
premis-premis sehingga hanya kepentingan perumusan saja. Walaupun berbagai
literatur yang memandang keputusan sebagai proses menampilkan tersurat kata
keputusan di dalam modelnya.
1.      Kajian tentang keputusan juga banyak berbasis metode. Basis kajian tersebut,
dipandang lebih menarik daripada domain pengambilan keputusan itu sendiri.
Berdasarkan kajian metode, keputusan terpecah menjadi empat, yaitu, metode
keputusan rasional, metode keputusan tawar menawar, metode keputusan agregatif, dan
metode keputusan keranjang sampah. Sehubungan dengan pendekatan metode berbagai
aliran pun dapat sesuai untuk mengkaji keputusan. Aliran-aliran yang dimaksudkan
adalah birokratik, manajemen saintifik, hubungan kemanusiaan, rasionalitas ekonomi,
kepuasan dan analisis sistem.
2.      Dengan demikian pengetahuan alternatif model, metode, aliran digunakan untuk
penentuan pegangan sendiri. Seperti berkenaan dengan ini saya sendiri lebih menyukai
cukup tiga aktifitas saja untuk sampai pada keputusan,yaitu: kehadiran tujuan, aktifitas
pencarian informasi atau alternatif, dan aktifitas evaluasi alternatif. Banyak sedikitnya
informasi yang dilakukan mempengaruhi kecepatan dan kerumitan pengambilan
keputusan. Untuk membeli sebuah ballpoint tidak sama kecepatan dan kerumitan
pengambilan keputusannya dengan membeli pesawat terbang pribadi
Untuk memahami lebih jauh lagi mengenai pengambilan keputusanm itu,bagaiamana
model-model pengambilan keputusan,kriteria pengambilan keputusan maka akan
dijelaskan lebih jauh dalam makalah ini.

2.      RUMUSAN MASALAH

       Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah tersebut antaralain :

1.  Apa pengertian manajeman strategi dan pengambil keputusan

2.  Bagaimana proses manajeman strategi dan pengambil keputusan

3.  Bagaimana cara untuk mengetahui tingkatan strategi

2
3.      TUJUAN PENULISAN

       Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penulisan makalah ini
sebagai berikut;
1.       Untuk mengetahui apa itu manajeman strategis dan pengambilan keputusan
2.       Untuk mengetahui proses manajeman strategis dan pengambilan keputusan
3.       Untuk mengetahui peran sekelompok masyarakat untuk pengambilan keputusan

3
BAB II

PEMBAHASAN

1.     MANAJEMEN STRATEGI

A.    PERENCANAAN STRATEGIS

a.       Pengertian perencanaan strategis • perencanaan strategis ( strategic planning ) adalah


sebuah alat manajemen yang digunakan untuk mengelola kondisi saat ini untuk
melakukan proyeksi kondisi pada masa depan, sehingga rencana strategis adalah sebuah
petunjuk yang dapat digunakan organisasi dari kondisi saat ini untuk mereka bekerja
menuju 5 sampai 10 tahun ke depan ( kerzner , 2001 )
b.      Untuk mencapai sebuah strategy yang telah ditetapkan oleh organisasi dalam rangka
mempunyai keunggulan kompetitif, maka para pimpinan perusahaan, manajer operasi,
haruslah bekerja dalam sebuah sistem yang ada pada proses perencanaan strategis /
strategic planning ( brown , 2005 ).

Ø  Langkah-langkah proses perencanaan strategis


a.       Meninjau dan memperbaharui rencana strategis • peninjauan dan pembaharuan
rencana strategis tahun terakhir digunakanuntuk menentukan apakah rencana strategis
masih cocok dengan lingkunganyang bersifat dinamis ataukah perlu diganti dengan
yang baru. Jika perlu diganti dengan rencana strategis yang baru maka implikasinya
terhadap pendapatan, biaya, laba dan investasi serta aliran kas perlu diperhatikan.
b.      Memutuskan asumsi dan pedomankegiatan ini berupa pertemuan antara para manajer
korporasi dan unit bisnis untuk mendiskusikan usulan tujuan, asumsi dan pedoman
kebijakanyang akan digunakan untuk menyusun program baru.
c.       Interasi pertama dari rencana strategis • didasarkan pada asumsi, tujuan dan pedoman
kebijakan yang telahditentukan pada tahap sebelumnya. Anggota dari staf kantor pusat
sering mengunjungi unit bisnis selama proses ini dengan tujuan untuk mengklarifikasi
program dan membantu dalam proses perencanaan. Interasi ini menghasilkan usulan
rencana strategis baru yang lengkap.
d.      Analisis terhadap hasil usulan tahap sebelumnya dilakukan untuk mendeteksi slak dan
ketidak konsistenan rencana strategis antar unit bisnis.
e.       Iterasi kedua dari rencana strategis staf perencana korporasi merevisi usulan rencana
strategis dari unit-unit bisnis dan asumsi, tujuan, pedoman kebijakan yang tidak cocok
denganlingkungan sehingga dapat disusun yang baru.
f.       Tinjauan dan persetujuan akhir • pada akhirnya, usulan-usulan perencanaan strategis
yang telah direvisimelalui iterasi perlu ditinjau melalui rapat para pejabat senior
korporasi beserta dewan komisaris. Setelah itu, dilakukan pengesahan final manajemen
puncak korporasi. Pengesahan final seharusnya dilakukan seebelum awal proses
penyusunan anggaran dimulai karena rencana strategis mendasari penyusunan anggaran.

4
B.     LEVEL STRATEGI

     level strategi dalam manajemen strategi, terdapat tingkatan- tingkatan, yaitu tingkat
korporat, tingkat bisnis dan tingkat fungsional. Tingkatan tersebut berkaitan dengan
skala atau ruang lingkup suatu organisasi atau perusahaan.
Strategi level korporat merupkan strategi yang dirumuskan oleh level korporat yang
biasanya disebut “kantor pusat”. Stretegi level bisnis dirumuskan dan diaplikasikan oleh
unit bisnisatau usaha yang ada. Strategi level fungsional yang cakupanna seperti
pemasaran, sdm, keuangan, operasi dan lainnya. Strategi korporat disebut juga
pemilihan perencanaan arah tujuan secara keseluruhan. Beberapa aspek penting dalam
strategi korporat:
1. Orientasi perusahaan secara menyeluruh. Kearah pertumbuhan (growth), stabilitas,
dann penciutan/ penghematan, yang kemudian disebut directional strategy
2. Industri atau pasar mana yang mana sesuai dimasuki untuk bersaing (srategi
portofolio)
 3. Perilaku manajemen perusahaan dalam mengkoordinasi aktivitas, transfer sumber
daya, dan mendayagunakan pada lini produk atau unit bisnis (parenting strategy)

C.     ANALISIS SWOT

     Secara umum, analisis swot pada tiap media massa dapat dilakukan, seperti yang
diterangkan dibawah ini:
a.       Strengths ( kekuatan / kelebihan)
-  tersedianya dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
-  tersedianya undang-undang pers.
-  tersedianya fasilitas sarana dan prasarana media massa.
-  adanya promosi yang dapat dilakukan.
b.      Weaknesses (kelemahan/kekurangan)
-  pelayanan terhadap masyarakat.
-  mutu/ kualitas sebagian sumber daya manusia (sdm).
-  belum optimalnya fungsi pers.
-  kurangnya kepedulian pihak swasta terhadap pers.
c.       Opportunities (peluang /kesempatan)
-  adanya partisipasi dan dukungan masyarakat.
-  adanya dukungan pemerintah.
-  adanya dunia usaha/industri yang bersedia bekerjasama.
-  kebutuhan masyarakat terhadap informasi.
d.      Threats ( ancaman)
-  perilaku dan budaya masyarakat yang kurang mendukung kerja media.
-  masih adanya krisis ekonomi yang melemahkan kemampuan masyarakat secara
finanasial.
-  belum mempunyai dukungan dari pemerintahan  yang otoriter
-  image sebagian masyarakat bahwa media tidak menjanjikan masa depan yang lebih
baik.

5
D.    GRAND STRATEGIES

Strategi berasal dari bahasa yunani, strategia, yang diartikan sebagai the art of


general atau seni yang digunakan oleh pimpinan dalam peperangan. Dalam pengertian
umum, strategi adalah cara untuk mendapatkan kemenangan atau pencapaian tujuan.
Sedangkan grand strategy ( strategi raya) adalah strategi yang mencakup strategi militer
dan strategi non-militer sebagai usaha dalam pencapaian tujuan perang. Strategi raya
adalah proses dimana tujuan dasar bangsa diwujudkan dalam dunia yang saling
bertentangan nilai-ilai dan tujuan. Strategi raya terdiri dari tujuan kerja dari semua
instrumen kekuasaan tersedia bagi komunitas keamanan. Agar perencanaan pelaksanaan
politik dan strategi dapat dilakukan dengan baik, maka harus dirumuskan dan dilakukan
pemikiran strategi yang akan digunakan. Strategi raya dilaksanakan melalui bidang ilmu
politik, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, baik lintas sector maupun lintas
disiplin. Memperhatikan dimensi ruang dan waktu, pendekatan ruang dilakukan dengan
pertimbangan strategi akan berhasil bila didukung oleh lingkungan sosial budaya
dimana strategi dan manajemen tersebut dioperasionalkan, sedangkan pendekatan waktu
sangat fluktuatif terhadap perubahan dan ketidakpastian kondisi yang berkembang
sehingga strategi dapat bersifat temporer dan kontemporer.
Proses penyusunan strategi modern terdiri dari setidaknya lima elemen fundamental
yang saling berhubungan, yakni:

1.                  Menentukan tujuan dari keamanan nasional


Penentuan tujuan tersebut dangat berpengaruh dalam proses membangun strategi. Jika
tujuan tidak dapat didefinisikan, berubah-ubah atau tidak didukung oleh sebagian
consensus nasional maka fungsi strategi menjadi terlalu sulit.
2.                  Memformulasikan grand strategy
Setelah mengidentifikasi dan memperkirakan tujuan nasioal, parra penyusun strategi
harus menentukan instrumen kekuatan nasional mana dan bagaimana mereka dipakai
yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Grand strategy adalah ilmu dan seni
untuk mengkoordinasikan pengembangan dan penggunaan dari instrumen kekuatan
negara (baik ekonomi, militer maupun untuk politik) dalam mencapai tujuan keamanan
nasional dari negara yang bersangkutan. Ilmuwan politik menyebut grand strategy
sebagai sebuah kebijakan.
3.                  Mengembangkan strategi
Setelah memilih instrumen kekuatan nasional yang sesuai dan menetapkan misi dan
peran masing-masing, penyusun strategi harus memfokuskan diri pada spesialisasi
strategi pada masing-masing instrumen tersebut. Salah satu contohnya adalah strategi
militer, bagaimana mengkoordinasikan, mengembangkan dan membagi tugas pasukan
militer untuk mencapai tujuan keamanan nasional.
4.                  Mendesain strategi operasional
Ketika menggunakan strategi militer sebagai salah satu instrument dalam mencapai
tujuan keamanan nasional, maka diperlukan pengembangan sruktur kekuatan militer.
Dalam hal ini, operasionalisasi strategi dengan pembagian misi dan peran masing-
masing. Strategi operasional dapat diartikan sebagai ilmu dan seni dalam menyusun,
mengatur peran dan perintah dalam sebuah operasi untuk mencapai tujuan keamanan
nasional. Gagasan terhadap pengerahan militer adalah kunci dalam memahami strategi
operasional.
5.                  Memformulasikan strategi pertempuran atau disebut taktik

6
Setelah menentukan sasaran nasional yang jelas dan dapat diraih, menyusun grand
strategi yang terkoordinasi dengan baik, mendesain operasionalisasi strategi, maka
langkah terakhir adalah memformulasikan dan melaksanakan strategi pertempuran atau
biasa disebut taktik. Bagaimana menggunakan kekuatan di dalam medan peperangan
untuk mencapai tujuan keamanan nasional.
Dalam pengertian yang umum, instrumen negara dapat dibedakan dalam tiga
klasifikasi,yaitu militer, ekonomi dan diplomatik. Instrumen milliter berkenaan dengan
kekuatan angkatan perang negara yang dikerahkan untuk mencapai tujuan nasional.
Instrumen ekonomi terkait dengan penggunaan sumber daya material negara untuk
mencapai tujuan akhir. Sedangkan diplomatik berkenaan dengan cara posisi politik
internasional dan kemampuan diplomatik dalam menunjang pencapaian tujuan. Setiap
instrumen dipakai untuk tujuan yang sama, untuk menghasilkan keluaran yang
mendukung kepentingan nasional.

E.     TEORI PORTOFOLIO

   Teori portofolio (portfolio theory) menyatakan bahwarisiko dan pengembalian


keduanya harus dipertimbangkan dengan asumsi tersedia kerangka formal untuk
mengukur keduanya dalam pembentukkan portofolio. Dalam bentuk dasarnya, teori
portofolio dimulai dengan asumsi bahwa tingkat pengembalian atas efek dimasa depan
dapat diestimasi dan kemudian menentukan risiko dengan variasi distribusi
pengembalian. Dengan asumsi tertentu, teori portofolio menghasilkan hubungan linear
antara risiko dan pengembalian.

     Menurut husnan (2003:45), portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini
menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih dan berapa proporsi
dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pemilihan banyak
sekuritas (pemodal melakukan diversifikasi) dimaksudkan untuk mengurangi risiko
yang ditanggung. Pemilihan sekuritas ini dipengaruhi antara lain oleh preferensi risiko,
pola kebutuhan kas, status pajak, dan sebagainya.Dalam kenyataannya kita akan sulit
membentuk portofolio yang terdiri dari semua kesempatan investasi, karena itu biasanya
dipergunakan suatu wakil (proxy) yang terdiri dari sejumlah besar saham atau indeks
pasar. Contohnya di bursa efek jakarta yang menggunakan indeks harga saham
gabungan (ihsg) atau indeks lq45.

Evaluasi Kinerja Portofolio


     Dalam tahap evaluasi, pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja (performance)
portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang
ditanggung. Menurut husnan (2003:45), tidaklah benar jika portofolio yang memberikan
keuntungan yang lebih tinggi mesti lebih baik dari portofolio lainnya.
Menurut john (2005:53), kerja besar dikerahkan untuk pembentukan portofolio.
Teori portofolio (portfolio theory) menyatakan bahwa risiko dan pengembalian
keduanya harus dipertimbangkan dengan asumsi tersedia kerangka formal untuk
mengukur keduanya dalam pembentukkan portofolio. Dalam bentuk dasarnya, teori
portofolio dimulai dengan asumsi bahwa tingkat pengembalian atas efek dimasa depan
dapat diestimasi dan kemudian menentukan risiko dengan variasi distribusi
pengembalian. Dengan asumsi tertentu, teori portofolio menghasilkan hubungan linear

7
antara risiko dan pengembalian. Teori portofolio mengasumsikan bahwa investor yang
rasional menolak untuk meningkatkan risiko tanpa disertai peningkatan pengembalian
yang diharapkan. Hubungan antara risiko yang diterima dan pengembalian yang
diharapkan merupakan dasar bagi keputusan pinjaman dan investasi modern. Makin
besar risiko atas investasi atau pinjaman, makin besar tingkat pengembalian yang
diinginkan untuk menutup risiko tersebut.

F.      PORTER FIVE FORCES ANALYSIS CORPORATE

     Analisis lima kekuatan porter perusahaan adalah suatu kerangka kerja untuk analisis
industri dan pengembangan strategi bisnis yang dikembangkan oleh michael porter dari
sekolah bisnis universitas putera batam  pada tahun 2004. Menurutnya ada lima
kekuatan yang menentukan intensitas persaingan dalam suatu industri, yaitu :
1.     Ancaman produk pengganti,
2.     Ancaman pesaing,
3.     Ancaman pendatang baru,
4.     Daya tawar pemasok,
5.     Daya tawar konsumen. Analisis ini biasanya dilakukan dengan kombinasi dengan
analisis
v  Analysis Five Force
a.               Persaingan antar perusahaan sejenis
     Menurut david (2009, ) strategi yang dijalankan oleh sebuah perusahaan dapat
berhasil hanya sejauh ia menghasilkan keunggulan kompetitif atas strategi yang
dijalankan perusahaan pesaing. Intensitas persaingan antar perusahaan saingan
cenderung meningkat ketika jumlah pesaing bertambah, ketika pesaing lebih setara
dalam hal ukuran dan kapabilitas, dan ketika permintaan akan produk industry itu
menurun. Persaingan juga meningkat manakala konsumen dapat beralih merk dengan
mudah, ketika hambatan untuk meninggalkan pasar tinggi, dimana biaya tetap tinggi,
serta ketika perusahaan pesaing beragam dalam hal strategi, asal-usul, dan budaya.
b.              Ancaman pendatang baru
     Menurut pearce dan robinson (2008, p125) pendatang baru akan membawa kapasitas
baru, keinginan untuk merebut pangsa pasar, dan sering kali sumber daya yang
substansial. Jika hambatan terhadap masuknya pendatang baru cukup tinggi dan
pendatang baru mengharapkan adanya tindakan balasan yang tajam dari pesain yang
ada, maka pendatang baru tersebut mungkin tidak akan membawa ancaman serius
ketika masuk.
Terdapat enam sumber utama terhadap masuknya pendatang baru:
1.      Skala ekonomi
2.      Diferensiasi produk/jasa
3.      Persyaratan modal
4.      Kerugian biaya yang tidak dipengaruhi oleh ukuran perusahaan
5.      Akses terhadap saluran distribusi
6.      Kebijakan pemerintah
c.               Ancaman produk substitusi
     Menurut pearce dan orbinson (2008, p132) produk-produk substitusi yang perlu
diperhatikan secara strategis adalah produk-produk substitusi yang memiliki tren

8
membaiknya kinerja harga dibandingkan dengan produk industry tersebut, diproduksi
oleh industru yang memperoleh laba tinggi. Jika industry tidak dapat meningkatkan
kualitas produk atau melakukan diferensiasi, maka industru itu akan mengalami
kemunduran dalam laba dan mungkin juga dalam pertumbuhannya.
d.                   Kekuatan tawar-menawar pembeli
     Menurut david (2009, p151) ketika pembeli berkonsentasi atau berbelanja, daya
tawar mereka dapat merepresentasikan kekuatan besar yang mempengaruhi intensitas
persaingan di suatu industri. Daya tawar pembeli lebih tinggi ketika produk yang dibeli
adalah standar atau tidak terdifferensiasi.
Indomaret sudah menguasai kekuatan tawar-menawar pembeli karena harga produk atau
jasa seperti pulsa handphone sudah sangat berada dalam garis standar pasar walaupun
sedikit lebih mahal tapi mereka menawarkan tempat yang sejuk dan aman untuk
berbelanja, selain itu harga nett yang menjadi kekuatan mereka, customer hanya
mempunyai pilihan beli atau tidak, tawar-menawar barang sudah tidak ada seperti pasar
tradisional.
e.                Kekuatan tawar-menawar pemasok
Menurut david (2009, p150) daya tawar pemasok mempengaruhi intensitas persaingan
di suatu industry khususnya ketika terdapat sejumlah besar pemasok, atau ketika hanya
terdapat sedikit bahan mentah pengganti yang bagus, atau ketika biaya peralihan ke
bahan mentah lain sangat tinggi.

G.          STRATEGI ADAPTIF

     Konsep strategi adaptif adaptive strategies dikembangkan oleh miles dan snow.
Strategi adaptif dikembangkan berbasis situasi yang dihadapi oleh perusahaan dalam
suatu persaingan bisnis. Dalam model strategi adaptif terdapat empat jenis strategi,
yaitu:
1.      Prospector strategy atau strategi prospektor, yaitu meliputi berani mengambil resiko,
mencari peluang, melakukan inovasi dan pertumbuhan. Strategi ini cocok untuk kondisi
lingkungan bisnis yang dinamis.
2.      Defender strategy atau strategi bertahan, yaitu menghindari perubahan,
mengutamakan stabilitas, dan mempertimbangkan pengurangan ukuran bisnis. Strategi
ini cocok untuk lingkungan bisnis yang stabil dan industri yang sedang mengalami
penurunan.
3.      Reactor strategy atau strategi reaktor, yaitu merespon lingkungan tanpa memiliki
rancangan strategi yang bersifat jangka panjang. Perusahaan hanya bersifat reaktif dan
berorientasi jangka pendek.
4.      Analyzer strategy atau strategi penganalisa, yaitu mempertahankan stablitas sambil
melakukan inovasi yang bersifat terbatas. Strategi ini terletak diantara strategi
prospektor dan strategi reaktor. Strategi ini biasanya dilakukan oleh perusahaan yang
bukan menjadi pemimpin pasar (leader), tetapi follower. Dalam strategi ini, perusahaan
akan mengikuti leader, namun juga melakukan inovasi yang tidak intensif sambil
menunggu perkembangan industri.

9
2.     PENGAMBILAN KEPUTUSAN

A.    Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan sangat penting dalam manajemen dan merupakan tugas utama
dari seorang pemimpin (manajer). Pengambilan keputusan (decision making) diproses
oleh pengambilan keputusan (decision maker) yang hasilnya keputusan (decision).
Defenisi-defenisi Pengambilan Keputusan Menurut Beberapa Ahli :

1.      R. Terry
Pengambilan keputusan dapat didefenisikan sebagai “pemilihan alternatif kelakuan
tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada”.

2.      Harold Koontz dan Cyril O’Donnel


Pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif-alternatif mengenai
sesuatu cara bertindak—adalah inti dari perencanaan. Suatu rencana dapat dikatakan
tidak ada, jika tidak ada keputusan suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau
reputasi yang telah dibuat.

3.      Theo Haiman
Inti dari semua perencanaan adalah pengambilan keputusan, suatu pemilihan cara
bertindak. Dalam hubungan ini kita melihat keputusan sebagai suatu cara bertindak
yang dipilih oleh manajer sebagai suatu yang paling efektif, berarti penempatan
untuk mencapai sasaran dan pemecahan masalah.

4.      Drs. H. Malayu S.P Hasibuan


Pengambilan keputusan adalah suatu proses penentuan keputusan yang terbaik dari
sejumlah alternative untuk melakukan aktifitas-aktifitas pada masa yang akan datang.

5.      Chester I. Barnard
Keputusan adalah perilaku organisasi, berintisari perilaku perorangan dan dalam
gambaran proses keputusan ini secara relative dan dapat dikatakan bahwa pengertian
tingkah laku organisasi lebih penting dari pada kepentingan perorangan.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah


proses pemilihan alternatif solusi untuk masalah. Secara umum pengambilan
keputusan adalah upaya untuk menyelesaikan masalah dengan memilih alternatif
solusi yang ada.

10
B.     Teori Pengambilan Keputusan

1.      Teori Rasional Komprehensif


Teori pengambilan keputusan yang paling dikenal dan mungkin pula yang banyak
diterima oleh kalangan luas ialah teori rasional komprehensif. Unsur-unsur utama dari
teori ini dapat dikemukakan sebagai berikut :
Pembuat keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat dibedakan dari
masalah-masalah lain atau setidaknya dinilai sebagai masalah-masalah yang dapat
diperbandingkan satu sama lain.
Tujuan-tujuan, nilai-nilai, atau sasaran yang mempedomani pembuat keputusan amat
jelas dan dapat ditetapkan rangkingnya sesuai dengan urutan kePentingannya
Berbagai altenatif untuk memecahkan masalah tersebut diteliti secara saksama.
Akibat-akibat (biaya dan manfaat) yang ditmbulkan oleh setiap altenatif Yang diPilih
diteliti.
Setiap alternatif dan masing-masing akibat yang menyertainya,
dapat diperbandingkan dengan alternatif-altenatif lainnya.
Pembuat keputusan akan memilih alternatif’ dan akibat-akibatnya’ yang dapat
memaksimasi tercapainya tujuan, nilai atau Sasaran yang telah digariskan.
Teori rasional komprehensif banyak mendapatkan kritik dan kritik yang paling tajam
berasal dari seorang ahli Ekonomi dan Matematika Charles Lindblom (1965 , 1964′
1959)’ Lindblom secara tegas menyatakan bahwa para pembuat keputusan itu sebenarya
tidaklah berhadapan dengan masalah-masalah yang konkrit dan terumuskan dengan
jelas.

2.      Teori Inkremental
     Teori inkremental dalam pengambilan keputusan mencerminkan suatu teori
pengambilan keputusan yang menghindari banyak masalah yang harus dipertimbangkan
(seperti daram teori rasional komprehensif) dan, pada saat yang sama, merupakan teori
yang lebih banyak menggambarkan cara yang ditempuh oleh pejabat-pejabat
pemerintah dalam mengambil kepurusan sehari-hari.

Pokok-pokok teori inkremental ini dapat diuraikan sebagai berikut:

Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang diperlukan untuk
mencapainya dipandang sebagai sesuatu hal yang saling terkait daripada sebagai sesuatu
hal yang saling terpisah.
 Pembuat keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa altematif yang
langsung berhubungan dengan pokok masalah dan altematif-alternatif ini hanya
dipandang berbeda secara inkremental atau marginal bila dibandingkan dengan
kebijaksanaan yang ada sekarang.
Bagi tiap altematif hanya sejumlah kecil akibat-akibat yang mendasar saja yang akan
dievaluasi.
Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan akan didedifinisikan secara terarur.
Pandangan inkrementalisme memberikan kemungkin untuk mempertimbangkan dan
menyesuaikan tujuan dan sarana serta sarana dan tujuan sehingga menjadikan dampak
dari masalah itu lebih dapat ditanggulangi.

11
 Bahwa tidak ada keputusan atau cara pemecahan yang tepat bagi tiap masalah. Batu uji
bagi keputusan yang baik terletak pada keyakinan bahwa berbagai analisis pada
akhirnya akan sepakat pada keputusan tertentu meskipun tanpa menyepakati bahwa
keputusan itu adalah yang paling tepat sebagai sarana untuk mencapai tujuan.
 Pembuatan keputusan yang inkremental pada hakikatnya bersifat perbaikan-perbaikan
kecil dan hal ini lebih diarahkan untuk memperbaiki ketidaksempunaan dari upaya-
upaya konkrit dalam mengatasi masalahsosial yang ada sekarang daripada sebagai
upaya untuk menyodorkan tujuan-tujuan sosial yang sama sekali baru di masa yang
akan datang.
Keputusan-keputusan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan pada hakikatnya merupakan
produk dari saling memberi dan menerima dan saling percaya di antara pelbagai pihak
yang terlibat dalam proses keputusan tersebut. Dalam masyarakat yang strukturnya
majemuk paham lnkremental ini secara politis lebih aman karena akan lebih gampang
untuk mencapai kesepakatan apabila masalah-masalah yang diperdebatkan oleh
berbagai kelompok yang terlibat hanyalah bersifat upaya untuk memodifikasi terhadap
program-program yang sudah ada daripada jika hal tersebut menyangkut isu-isu
kebijaksanaan mengenai perubahan-perubahan yang radikal yang memiliki sifat ” ambil
semua atau tidak sama sekali.

Karena para pembuat keputusan itu berada dalam keadaan yang serba tidak pasti
khususnya yang menyangkut akibat-akibat dari tindakan-tindakan mereka di masa
datang, maka keputusan yang bersifat inkremental ini akan dapat mengurangi resiko dan
biaya yang ditimbulkan oleh suasana ketidakpastian itu Paham inkremental ini juga
cukup rcalistis karena ia menyadari bahwa para pembuat keputusan sebenamya kurang
waktu, kurang pengalaman dan kurang sumber-sumber lain yang diperlukan untuk
melakukan analisis yang komprehensif terhadap semua altematif untuk memecahkan
masalah-masalah yang ada

3.      Teori Pengamatan Terpadu (Mixed Scanning Theory)


     Penganjur teori ini adalah ahli sosiologi organisasi Amitai Etzioni. Etzioni setuju
terhadap kritik-kritik para teoritisi inkremental yang diarahkan pada teori rasional
komprehensif, akan tetapi ia juga menunjukkan adanya beberapa kelemahan yang
terdapat pada teori inkremental. Misalnya, keputusan-keputusan yang dibuat oleh
pembuat keputusan penganut model inkremental akan lebih mewakili atau
mencerminkan kepentingan-kepentingan dari kelompok-kelompok yang kuat dan
mapan serta kelompok-kelompok yang mampu mengorganisasikan kepentingannya
dalam masyarakat, sementara itu kepentingan-kepentingan dari kelompok-kelompok
yang lemah dan yang secara politis tidak mampu mengorganisasikan kepentingannya
praktis akan terabaikan.

Lebih lanjut dengan memusatkan perhatiannya pada kepentingan/tujuan jangka pendek


dan hanya berusaha untuk memperhatikan variasi yang terbatas dalam kebijaksanaan-
kebijaksanaan yang ada sekarang, maka model inkremental cenderung mengabaikan
peluang bagi perlunya pembaruan sosial (social inovation) yang mendasar.

12
Oleh karena itu, menurut Yehezkel Dror (1968) gaya inkremental dalam pembuatan
keputusan cenderung menghasilkan kelambanan dan terpeliharanya status quo, sehingga
merintangi upaya menyempurnakan proses pembuatan keputusan itu sendiri. Bagi
sarjana seperti Dror– yang pada dasamya merupakan salah seorang penganjur teori
rasional yang terkemuka — model inkremental ini justru dianggapnya merupakan
strategi yang tidak cocok untuk diterapkan di negara-negara sedang berkembang, sebab
di negara-negara ini perubahan yang kecil-kecilan (inkremental) tidaklah memadai guna
tercapainya hasil berupa perbaikan-perbaikan besar-besaran.
Model pengamatan terpadu juga memperhitungkan tingkat kemampuan para
pembuat keputusan yang berbeda-beda. Secara umum dapat dikatakan, bahwa semakin
besar kemampuan para pembuat keputusan untuk memobilisasikan kekuasaannya guna
mengimplementasikan keputusan-keputusan mereka, semakin besar keperluannya untuk
melakukan scanning dan semakin menyeluruh scanning itu, semakin efektif
pengambilan keputusan ‘tersebul Dengan demikian, moder pengamatan terpadu ini pada
hakikatnya merupakan pendekatan kompromi yang menggabungkan pemanfaatan
model rasional komprehensif dan moder inkremental dalam proses pengambilan
keputusan.

C.         Kriteria pengambilan Keputusan

Menurut konsepsi Anderson, nilai-nilai yang kemungkinan menjadi pedoman


perilaku para pembuat keputusan itu dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) kategori,
yaitu:

1.      Nilai-nilai Politik


Pembuat keputusan mungkin melakukan penilaian atas altematif kebijaksanaan
yang dipilihnya dari sudut pentingnya altematif-altematil itu bagi partai politiknya atau
bagi kelompok-kelompok klien dari badan atau organisasi yang dipimpinnya.
Keputusan-keputusan yang lahir dari tangan para pembuat keputusan seperti ini bukan
mustahil dibuat demi keuntungan politik’ dan kebijaksanaan dengan demikian akan
dilihat sebagai instrumen untuk memperluas pengaruh-pengaruh politik atau untuk
mencapai tujuan dan kepentingan dari partai politik atau tujuan dari kelompok
kepentingan yang bersangkutan.

2.      Nilai-nilai organisasi


Para pembuat kepurusan, khususnya birokrat (sipil atau militer), mungkin dalam
mengambil keputusan dipengaruhi oleh nilai-nilai organisasi di mana ia terlibat di
dalamnya’ Organisasi, semisal badan-badan administrasi, menggunakan berbagai
bentuk ganjaran dan sanksi dalam usahanya untuk memaksa para anggotanya menerima,
dan bertindak sejalan dengan nilai-nilai yang telah digariskan oleh organisasi.
Sepanjang nilai-nilai semacam itu ada, orang-orang yang bertindak selaku pengambil
keputusan dalam organisasi itu kemungkinan akan dipedomani oleh pertimbangan-
pertimbangan semacam itu sebagai perwujudan dari hasrat untuk melihat organisasinya
tetap lestari, unuk tetap maju atau untuk memperlancar program-program dan kegiatan-
kegiatannya atau atau untuk mempertahankan kekuasaan dan hak-hak istimewa yang
selama ini dinikmati.

13
3.      Nilai-nitai Pribadi
Hasrat untuk melindungi atau memenuhi kesejateraan atau kebutuhan fisik atau
kebutuhan finansial’ reputasi diri, atau posisi historis kemungkinan juga digunakan-
oleh para pembuat teputusan sebagai kriteria dalam pengambilan keputusan.
Para politisi yang menerima uang sogok untuk membuat kepurusan tertentu yang
menguntungkan si pemberi uang sogok, misalnya sebagai hadiah pemberian perizinan
atau penandatanganan kontrak pembangunan proyek tertentu, jelas mempunyai
kepentingan pribadi dalam benaknya. Seorang presiden yang mengatakan di depan para
wartawan bahwa ia akan menggebut siapa saja yang bertindak inkonstirusional, jelas
juga dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan pribadinya’misalnya agar ia
mendapat tempat terhormat dalam sejarah bangsa sebagai seseorang yang konsisten dan
nasionalis.

4.      Nilai-nilai Kebijaksanaan


Dari perbincangan di atas, satu hal hendaklah dicamkan, yakni janganlah kita
mempunyai anggapan yang sinis dan kemudian menarik kesimpulan bahwa para
pengambil keputusan politik inr semata-mata hanyalah dipengaruhi oleh pertimbangan-
penimbangan demi keuntungan politik, organisasi atau pribadi. Sebab, para pembuat
keputusan mungkin pula bertindak berdasarkan atas penepsi mereka terhadap
kepentingan umum atau keyakinan tertentu mengenai kebijaksanaan negara apa yang
sekiranya secara moral tepat dan benar. Seorang wakil rakyat yang mempejuangkan
undang-undang hak kebebasan sipil mungkin akan bertindak sejalan dengan itu karena
ia yakin bahwa tindakan itulah yang secara moral benar, dan bahwa persamaan hak-hak
sipil itu memang merupakan tujuan kebijaksanaan negara yang diinginkan, tanpa
mempedulikan bahwa perjuangan itu mungkin akan menyebabkannya mengalami
resiko-resiko politik yang fatal.

5.      Nilai-nilai Ideologis


Ideologi pada hakikatnya merupakan serangkaian nilai-nilai dan keyakinan yang
secara logis saling berkaitan yang mencerminkan gambaran sederhana mengenai dunia
serta berfungsi sebagai pedoman benindak bagi masyarakat yang meyakininya. Di
berbagai negara sedang berkembang di kawasan Asia, Afrika dan Timur Tengah
nasionalisme yang mencerminkan hasrat dari orang-orang atau bangsa yang
bersangkutan untuk merdeka dan menentukan nasibnya sendiri — telah memberikan
peran penting dalam mewamai kebijaksanaan luar negeri maupun dalam negeri mereka.
Pada masa gerakan nasional menuju kemerdekaan, nasionalisme telah berfungsi sebagai
minyak bakar yang mengobarkan semangat perjuangan bangsa-bangsa di negara-negara
sedang berkembang melawan kekuatan kolonial.

D.        Fungsi Dan Tujuan Pengambilan Keputusan

1.      Fungsi Pengambilan Keputusan


Individual atau kelompok baik secara institusional ataupun organisasional, sifatnya
futuristik.

2.      Tujuan Pengambilan Keputusan

14
Tujuan yang bersifat tunggal (hanya satu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah
lain)
Tujuan yang bersifat ganda (masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif
ataupun tidak kontradiktif)

E.     Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan


     Komposisi kelompok. Ada 4 hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun komposisi
kelompok.
penerimaan tujuan umum; mempengaruhi kerjasama dan tukar informasi
pembagian (divisibilitas) tugas kelompok; tidak semua tugas dapat dibagi
komunikasi dan status struktur; biasanya yang osisinya tertinggi paling mendominasi
dalam kelompok.
ukuran kelompok; semakin besar kelompok semakin menyebar opini, konsekuensinya
adalah semakin lemah partisipasi individu dalam kelompok tersebut.
Kesamaan anggota kelompok Keputusan kelompok akan cepat dan mudah dibuat bila
anggota kelompok sama satu dengan yang lain.
Pengaruh (pengkutuban) polarisasi kelompok. Seringkali keputusan yang dibuat
kelompok lebih ekstrim dibandingkan keputusan individu. Hal itu disebabkan karena
adanya perbadingan sosial. Tidak semua orang berada di atas rata-rata. Oleh karena itu
untuk mengimbanginya perlu dibuat keputusan yang jauh dari pendapat orang tersebut.

F.           Model Pengambilan Keputusan

     Model Pengambilan Keputusan dalam Keadaan Kepastian (Certainty).


Menggambarkan bahwa setiap rangkaian keputusan (kegiatan) hanya mempunyai satu
hasil (pay off tunggal). Model ini disebut juga Model Kepastian/ Deterministik.
Model Pengambilan Keputusan dalam kondisi Berisiko (Risk). Menggambarkan bahwa
setiap rangkaian keputusan (kegiatan) mempunyai sejumlah kemungkinan hasil dan
masing-masing kemungkinan hasil probabilitasnya dapat diperhitungakan atau dapat
diketahui. Model Keputusan dengan Risiko ini disebut juga Model Stokastik.
Model Pengambilan Keputusan dengan Ketidakpastian (Uncertainty). Menggambarkan
bahwa setiap rangkaian keputusan (kegiatan) mempunyai sejumlah kemungkinan hasil
dan masing-masing kemungkinan hasil probabilitasnya tidak dapat diketahui/ditentukan.
Model Keputusan dengan kondisi seperti ini adalah situasi yang paling sulit untuk
pengambilan keputusan. (Kondisi yang penuh ketidakpastian ini relevan dengan apa
yang dipelajari dalam Game Theory)

G.        Langkah-langkah/Proses Pengambilan Keputusan

     Secara umum, langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan adalah sebagai
berikut:

15
Proses identifikasi atau perumusan persoalan keputusan. Identifikasi masalah dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Penggunaan seven tools dalam manajemen biasanya
dapat membantu proses identifikasi ini.
Penetapan parameter dan variabel yang merupakan bagian dari sebuah persoalan
keputusan. Biasanya pemecahan masalah yang menggunakan model matematika sangat
memerlukan adanya variabel yang terukur.
Penetapan alternatif-alternatif pemecahan persoalan. Alternatif pemecahan masalah
didapatkan dari analisis pemecahaan masalah.
Penetapan kriteria pemilihan alternatif untuk mendapatkan alternatif yang terbaik.
Biasanya kriteria pemilihan ini didasarkan pada pay off atau hasil dari keputusan.
Pelaksanaan keputusan dan evaluasi hasilnya. Tahap ini disebut tahap implementasi,
dimana alternatif solusi yang terpilih akan diterapkan dalam jangka waktu tertentu dan
setelah itu akan dievaluasi hasilnya berdasarkan peningkatan atau penurunan pay off
atau hasil.

16
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

A.    MANAJEMEN STRATEGIS
    Organisasi perusahaan sekarang dan di masa depan menghadapi lingkungan yang
dinamis, yang mengalami perubahan dengan pesat, sehingga memerlukan pertimbangan
terbaik di dalam membawa organisasi menuju masa depan. Pertimbangan terbaik hanya
dapat dilakukan jika manajemen strategik dilaksanakan.
     Dengan semakin kompleksnya operasi perusahaan dan semakin kompleks serta
turbulenya lingkungan bisnis yang dihadapi perusahaan, manajemen puncak tidak lagi
mampu memikul sendiri tanggung jawab atas jalanya perusahaan.
     Manajemen strategik perlu mengikutsertakan manajemen bawah dan karryawan
untuk merumuskan dan mengimplementasikan hasilnya.
     Manajemen strategik tidak hanya menggunakan perumusan strategi untuk
menghasilkan keluaran berupa hasil analisis lingkungan makro dan lingkungan industri,
misi, visi, keyakinan dasar, nilai dasar, tujuan dan strategi.
    

B.     PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1.      Definisi Pembuatan Kebijaksanaan Negara sebagai keseluruhan proses yang
menyangkut pengartikulasian dan pendefinisiaan masalah, perumusan kemungkinan-
kemungkinan pemecahan masalah dalam bentuk tuntutan-tuntutan politik, penyaluran
tuntutan-tuntutan tersebut ke dalam sistem politik, pengupayaan pemberian sanksi-
sanksi atau legitimasi dari arah tindakan yang dipilih, pengesahan dan pelaksanaan
implementasi, monitoring dan peninjauan kembali (umpan balik).
2.      Terdapadat beberapa teori pengambilan keputusan yang dianggap paling sering
dibicarakan dalam pelbagai kepustakaan kebijakan negara diantaranya ; Teori Rasional
Komprehensif, Teori Inkremental, Teori Pengamatan Terpadu (Mixed Scanning
Theory).
3.      Menurut konsepsi Anderson, nilai-nilai yang kemungkinan menjadi pedoman perilaku
para pembuat keputusan

17
DAFTAR PUSTAKA

Ardana, Komang, dkk. 2008. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: Graha Ilmu


Robbins. Stepen P. 2003. Manajemen. Edisi Bahasa Indonesia.  Jakarat : PT Indeks
Amirullah & Haris Budiyono. 2004. Pengantar Manajemen. Yogyakarta : Graha Ilmu
Koontz, Harold. 1993. Manajemen. Jakarta : Erlangga

18

Anda mungkin juga menyukai