Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TUBERKULOSIS

DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DI PUSKESMAS

Cemy Nur Fitria1Anik Mutia2

STIKES PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA


Jl. Tulang Bawang Selatan No. 6 RT 02 RW XXXII
Kadipiro, Banjarsari, Surakarta
Cemynurfitria@gmail.com/ 08172854255
anikmutia@yahoo.com

Abstrak

Latar Belakang : Di Indonesia, penyakit ini merupakan penyakit rakyat nomor satu dan sebagai
penyebab kematian nomor tiga. Propinsi Jawa Tengah merupakan propinsi nomor tiga terbesar di
Indonesia, dengan jumlah penduduk 31.691.866 jiwa, diperkirakan terdapat 36,446 penderita TB
paru menular pada tahun 2003. Dari jumlah tersebut, yang telah mendapat pengobatan
dipelayanan kesehatan baru mencapai 28,3%. Berdasarkan penderita yang menjalani pengobatan,
sebanyak 74% penderita dapat disembuhkan. Angka tersebut masih dibawah target yang
ditetapkan, yaitu kesembuhan 85% Tujuan:Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang
tuberkulosis dengan kepatuhan minum obat di Puskesmas Banyuanyar Surakarta. Metode
Penelitian:Penelitian kuantitatif dengan metode korelasi. Rancangan penelitian dalam penelitian
ini adalah dengan pendekatan retrospektif. Pengambilan sampel menggunakan teknikaccindental
sampling, sejumlah 20 responden. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Analisa bivariate
menggunakan uji Spearman-rank. Hasil: Hasil uji bivariat membuktikan ada hubungan antara
tingkat pengetahuan tentang tuberculosis dengan kepatuhan minum obat di Puskesmas
Banyuanyar Surakarta, dengan hasil Spearman-rank dengan probabilitas (p) sebesar 0,021. Nilai
p < 0,50 menunjukkan bahwa korelasi signifikan.Kesimpulan: Ada hubungan antara tingkat
pengetahuan tentang tuberculosis dengan kepatuhan minum obat. Semakin tinggi tingkat
pengetahuan penderita tentang tuberculosis maka semakin patuh minum obat.
Kata Kunci : Pengetahuan, Kepatuhan, Tuberkulosis

Abstract
Background : In Indonesia, the disease is a disease of the people as the number one and number
three causes of death. Central Java province is the third largest province in Indonesia, with a
population of 31,691,866 inhabitants, there were an estimated 36.446 people with infectious
pulmonary TB in 2003. Of these, which have received medical treatment di care reached 28.3%. By
patients who under go treatment, as many as 74% of patients can becured. This figure is still below
the target set, 85% in recovery. Objective :To determine the relationship of the level of knowledge
about tuberculosis medication adherence in Primary Health Community of Banyuanyar
Surakarta.Methods: The study quantitative correlation method. The research design in this study is
the retrospective eapproach. Accindental sampling using sampling techniques, a number of 20
respondents. Study used a questionnaire instrument. Bivariate analysis using Spearman-rank
test.Results : The results of bivariate tests prove there is a connection between the level of
knowledge about tuberculosis medication adherence in Surakarta Banyuanyar health center,

JIKK Vol. 7 No.1 Januari 2016 : 41-45 41


withthe results ofthe Spearman-rank with probability(p) of 0.021. P value<0.50 indicates thata
significant correlation.Conclusion : There is a relationship between the level of knowledge about
tuberculosis drug compliance. The higher the level of knowledge about tuberculosis patients taking
the drug, the more obedient.
Keywords: Knowledge, Compliance, Tuberculosis

1. PENDAHULUAN menjadi kuman kebal obat. Walaupun telah


ada cara pengobatan tuberculosis dengan
Di masyarakat tentunya sering kita
efektivitas yang tinggi, angka kesembuhan
jumpai kasus Tuberculosis atau TB paru.
masih lebih rendah dari yang diharapkan.
Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit Penyebab utama terjadinya hal tersebut
yang sudah dikenal sejak dahulu kala dan adalah pasien tidak mematuhi ketentuan dan
telah melibatkan manusia sejak zaman
lamanya pengobatan secara teratur untuk
purbakala, seperti terlihat pada peninggalan
mencapai kesembuhan sebagai akibat
sejarah. TB paru adalah suatu penyakit
tingkat pengetahuan masyarakat yang
infeksi yang menyerang paru-paru yang
rendah3
secara khas ditandai oleh pembentukan
Berdasarkan data P2M pada bulan
granuloma dan menimbulkan nekrosi Januari 2012 di Puskemas Banyuanyar
jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan Surakarta jumlah kasus TB tercatat 35
dapat menular dari penderita kepada orang penderita, dari jumlah tersebut yang
lain1
mendapat pengobatan sebanyak 35
Menurut WHOmelaporkan 10-20 juta
penderita, dinyatakan sembuh 20, meninggal
penderita di dunia mempunyai kemampuan
1 penderita, drop out 12 penderita dan gagal
menularkan penyakit tuberculosis. Angka
pengobatan 2 penderita. Angka ini
kematian karena tuberculosis paru sekitar 3
mengalami kenaikan dibandingkan tahun
juta penderita tiap tahun. Kedaan ini 2008 jumlah penderita 25 dari jumlah
sebagian besar hampir 75% didapatkan di tersebut mendapat pengobatan sebanyak 25
negara sedang berkembang dengan sosio-
penderita, dinyatakan sembuh 13, meninggal
ekonomi yang rendah2
1 penderita, drop out 10 penderita, dan gagal
Di Indonesia, penyakit ini merupakan
pengobatan 1 penderita. Dari data di atas
penyakit rakyat nomor satu dan sebagai
terlihat bahwa pada tahun 2012 terjadi
penyebab kematian nomor tiga. Propinsi
peningkatan persentase drop out pada
Jawa Tengah merupakan propinsi nomor pengobatan penderita tuberkulosis
tiga terbesar di Indonesia, dengan jumlah paru.Tujuan dalam penelitian ini untuk
penduduk 31.691.866 jiwa, diperkirakan
mengetahui hubungan antara pengetahuan
terdapat 36,446 penderita TB paru menular
tentang Tuberkulosis dengan kepatuhan
pada tahun 2003. Dari jumlah tersebut, yang
minum obat di Puskesmas Banyuanyar
telah mendapat pengobatan dipelayanan
Surakarta.
kesehatan baru mencapai 28,3%.
Berdasarkan penderita yang menjalani 2. METODOLOGI PENELITIAN
pengobatan, sebanyak 74% penderita dapat
Penelitian kuantitatif dengan metode
disembuhkan. Angka tersebut masih
korelasi. yaitu penelitian yang bertujuan
dibawah target yang ditetapkan, yaitu
untuk mendapatkan gambaran tentang
kesembuhan 85%2
hubungan antara dua atau lebih variabel
Pengobatan TBC diberikan dalam
penelitian, dengan pendekatan retrospektif,
bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam
yaitu data yang dikumpulkan berasal dari
jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8
data kejadian yang telah
bulan, supaya semua kuman dapat dibunuh.
berlalu4.Populasinya semua penderita TB
Apabila paduan obat yang digunakan tidak
paru di Puskesmas Banyuanyar Surakarta
adekuat (jenis, dosis, dan jangka waktu
dengan jumlah populasi 35 responden
pengobatan), kuman TBC akan berkembang

42 Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Tuberkulosis...................... Cemy Nur Fitria, Anik Mutia
dengan teknik sampling accidental sampling Total 20 100
sejumlah 20 responden dengan kriteria
inklusi : Penderita yang menjadi pasien lebih Karakteristik responden mayoritas
dari 6 bulan dan yang bersedia menjadi berpendidikan SMA ada 14 responden
responden. (70%).
Instrumen penelitian menggunakan 4. Tingkat Pengetahuan Tuberkulosis
kuesioner Analisa korelasi menggunakan
spearman rank test. Tabel 4. Distribusi Tingkat Pegetahuan
Tuberkulosis
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengetahuan Jumlah Prosentase
Hasil Penelitian
Kurang 4 20
1. Umur
Cukup 7 35
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Baik 9 45
Karakteristik Responden Berdasarkan Total 20 100
Umur Tingkat pengetahuan tuberculosis
mayoritas baik yaitu 9 responden (45%).
5. Tingkat Kepatuhan Minum Obat
Umur Jumlah Prosentase
<25 tahun 2 10 Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kepatuhan
25-35 tahun 9 45 Minum OAT
> 35 tahun 9 45 Kepatuhan Jumlah Prosentase
Total 20 100 Kurang 6 30
Cukup 9 45
Diketahui mayoritas umur yang paling Baik 5 25
banyak adalah yang berumur 25-35 tahun Total 20 100
ada 9 responden (45%) dan >35 tahun ada 9
responden (45%). Tingkat kepatuhan minum obat
2. Jenis Kelamin responden mayoritas cukup yaitu 9
responden (45%).
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 6. Analisis korelasi Spearman’s Rank
Jenis Kelamin Jumlah Prosentase Pada hasil penelitian dengan 20
responden didapatkan tingkat pengetahuan
Laki-laki 12 60 kategori kurang patuh ada 4 responden
Perempuan 8 40 (20%) dan cukup ada 7 responden (35%)
dengan 6 responden (30%) cukup patuh
Total 20 100 minum obat, 1 responden (5%) kepatuhan
yang baik minum obat. Pegetahuan baik ada
Karakteritik responden berdasarkan 9 responden (45%) dengan 2 responden
jenis kelamin mayoritas adalah laki-laki ada (10%) kurang patuh minum obat, 3
12 responden (60%). responden (15%) cukup patuh minum obat,
3. Pendidikan dan 4 responden (20%) kepatuhan baik
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik minum obat.
Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 6. Tabulasi silang antara tingkat
Pendidikan Jumlah Prosentase pegetahuan dan kepatuhan
SD 2 10
Kepatuhan Total Spearma
SMP 4 20 Pengetahu n-rank
SMA 14 70 an
Kurang Cukup Baik

JIKK Vol. 7 No.1 Januari 2016 : 41-45 43


Jml % Jm % Jm % Jml % p-Value Hasil penelitian yang dilakukan oleh
l l peneliti menunjukkan bahwa kepatuhan
Kurang 4 20 0 0 0 0 4 20 0,512 dalam minum obat kurang ada 6
Cukup 0 0 6 30 7 5 7 35 responden (30%), kepatuhan minum
Baik 2 10 3 15 4 20 9 45 0,021 obat kategori cukup ada 9 responden
Jumlah 6 30 9 45 5 25 20 10 (35%) ada 5 responden (25%) memiliki
0 tingkat kepatuhan yang baik.Kepatuhan
Dari tabel 6 diatas diketahui nilai p- sebagai tingkat klien melaksanakan cara
value spearman-rank 0,021 <0,050, jadi ada pengobatan dan perilaku yang
hubungan yang bermakna antara tingkat disarankan oleh dokter dan perawat.
pengetahuan tentang Tuberkulosis dengan Salah satu unsure dalam proses
kepatuhan minum obat di Puskesmas pelayanan kesehatan yang sering
Banyuanyar Surakarta. berhubungan dengan ketaatan/kepatuhan
adalah ketaatan dalam aspek
4. PEMBAHASAN
pengobatan6
1. Tingkat Pengetahuan tentang Tujuan pengobatan penderita
Tuberkulosis Tuberkulosis adalah menyembuhkan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan penderita, mencegah kematian,
manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap mencegah kekambuhan, menurunkan
objek melalui indra yang dimilikinya. tingkat penularan. Adapun prinsip
Pengetahuan atau kognitif merupakan pengobatan dengan strategi DOTS
domain yang sangat penting dalam adalah pengobatan yang diberikan
membentuk tindakan seseorang (overt dengan kombinasi dari beberapa jenis
behavior), karena dari pengalaman dan obat dalam jumlah cukup dan dosis yang
penelitian terbukti bahwa perilaku yang tepat selama enam sampai dengan
didasari oleh pengetahuan akan lebih delapan bulan. Untuk menjamin
langgeng daripada perilaku yang tidak kepatuhan penderita menelan obat,
didasari oleh pengetahuan5 pengobatan perlu mendapat pengawasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara langsung oleh seorang pengawas
responden yang pengetahuannya baik menelan obat7
sebanyak 9 responden (45%), yang 3. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang
berpengetahuan cukup sebanyak 7 Tuberkulosis dengan Kepatuhan minum
responden (35%), sedangkan yang obat Penelitian ini dihipotesiskan adanya
berpengetahuan kurang sebanyak 4 hubungan antara tingkat pengetahuan
responden (20%). Baiknya pengetahuan tentang Tuberkulosis dengan kepatuhan
dipengaruhi terutama oleh faktor minum obat. Hasil penelitian
pendidikan. Deskripsi karakteristik menunjukkan bahwa ada hubungan
menunjukkan bahwa sebagian antara tingkat pengetahuan tentang
responden (70%) dengan latar belakang Tuberkulosis di Puskesmas Banyuanyar
pendidikan SLTA.. Latar belakang Surakarta.
pendidikan mereka juga secara langsung Pengobatan TBC diberikan dalam
mendukung baiknya pemahaman bentuk kombinasi dari beberapa jenis,
mereka tentang pengetahuan salah dalam jumlah cukup dan dosis tepat
satunya mengenai penyakit Tuberkulosis selama 6-8 bulan, supaya semua kuman
yang pernah diderita dan kepatuhan dapat dibunuh. Apabila paduan obat
minum obatnya. Berdasarkan kuesioner yang digunakan tidak adekuat (jenis,
yang ada dapat diketahui bahwa dosis, dan jangka waktu pengobatan),
pengetahuan masyarakat kurang pada kuman TBC
bagian kepatuhan minum obat. akan berkembang menjadi kuman kebal
2. Kepatuhan minum obat obat. Walaupun telah ada cara

44 Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Tuberkulosis...................... Cemy Nur Fitria, Anik Mutia
pengobatan tuberkulosis dengan Diharapkan bagi puskesmas untuk
efektivitas yang tinggi, angka lebih meningkatkan lagi pemantauan
kesembuhan masih lebih rendah dari minum obat pada pasien Tuberkulosis.
yang diharapkan. Penyebab utama 2. Bagi Institusi Pendidikan
terjadinya hal tersebut adalah pasien Diharapkan agar institusi dapat
tidak mematuhi ketentuan dan lamanya memberikan tambahan referensi tentang
pengobatan secara teratur untuk Tuberkulosis di perpustakaan STIKES PKU
mencapai kesembuhan sebagai akibat Muhammadiyah Surakarta, sehingga dapat
tingkat pengetahuan masyarakat yang meningkatkan pengetahuan mahasiswa.
rendah3
7. DAFTAR PUSTAKA
5. KESIMPULAN Manurung, Santa, dkk. 2009. Gangguan Sistem
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Pernafasan Akibat Infeksi, Cetakan
dilakukan dengan judul hubungan tingkat Pertama CV. Trans Info Media : Jakarta.
pengetahuan tentang Tuberkulosis dengan
Alsagaff, Hood dan Mukti, Abdul. 2006.
kepatuhan minum obat di Puskesmas
Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru.
Banyuanyar Surakarta didapatkan jumlah
Airlangga University Press : Surabaya.
responden sebanyak 20 orang dapat
disimpulkan sebagai berikut: Widayanti, 2006. Pengobatan Tuberkulosis
1. Tingkat Pengetahuan pasien Pedoman untuk Progam-progam
tuberculosis di Puskesmas Banyuanyar Nasional. Hipokrates : Jakarta.
Surakarta dalam minum OAT Suyanto, 2011. Metodologi dan Aplikasi
mayoritas baik. Peneliian Keperawatan. Nuha Medika :
2. Tingkat kepatuhan pasien tuberculosis Yogyakarta.
di Puskesmas Banyuanyar Surakarta
dalam minum OAT mayoritas cukup. Notoatmojo, 2010. Ilmu Kesehatan
3. Ada hubungan yang bermakna antara Masyarakat. Rineka Cipta : Jakarta.
tingkat pengetahuan tentang Kasihan, 2008. Hubungan Antara Pengetahuan
Tuberkulosis dengan kepatuhan minum dengan Kepatuhan Minum Obat pada
obat di Puskesmas Banyuanyar Penderita TBC Paru di Puskesmas
Surakarta, dengan probabilitas Banyuanyar Surakarta. PSIK Usahid :
spearman-rank 0,021. Surakarta.
6. SARAN Suparyono, Yohannes. 2008. Kesehatan
1. Bagi Puskesmas Banyuanyar Masyarakat TBC. Kanisius.

JIKK Vol. 7 No.1 Januari 2016 : 41-45 45

Anda mungkin juga menyukai