Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kanker paru ialah salah satu penyakit keganasan terbesar di dunia. Sekitar 13 persen
diagnosis kanker merupakan kanker paru. Selain itu kanker paru juga menyumbang 1/3
kematian dari seluruh kasus kanker.
Kanker paru adalah penyakit keganasan yang di paru, mencakup keganasan yang berasal
dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor di paru), dimana
kelainan dapat disebabkan oleh kumpulan perubahan genetika pada sel epitel saluran
nafas, yang dapat mengakibatkan proliferasi sel yang tidak dapat di kendalikan.
Kanker paru semakin meningkat jumlahnya dan menjadi salah satu masalah kesehatan
dunia termasuk di Indonesia. Kanker paru menjadi salah satu masalah utama di bidang
kesehatan pada kurun waktu akhir-akhir ini dan merupakan salah satu tantangan terbesar
di bidang kedokteran. Tantangan ini disebabkan oleh naiknya insiden kanker paru yang
terus menerus terutama pada kebanyakan negara berkembang hingga diperkirakan akan
menimbulkan kenaikan drastis kanker paru di negara tersebut pada permulaan abad yang
akan datang
Data WHO menunjukan kanker paru merupakan penyebab utama kematian akibat
keganasan baik pada laki - laki maupun perempuan. Namun Kanker paru-paru lebih
sering menyebabkan pria meninggal dibanding kanker lain, dimana yang sering menjadi
penyebab kanker paru-paru adalah merokok. Pencemaran udara akibat asap rokok
lingkungan juga memiliki risiko kanker paru. Hal ini disebabkan oleh karena hidrokarbon
karsinogenik yang di temukan dalam ter dari tembakau rokok melekat dan mengiritasi
mukosa bronkus dan dalam jangka waktu lama akan berpotensi menimbulkan kanker
paru.
Berdasarkan data Departemen Kesehatan, dalam 10 peringkat utama penyakit
neoplasma ganas menurut Daftar Tabulasi Dasar (DTD) pasien rawat inap di Rumah
Sakit di Indonesia tahun 2006, kanker paru menduduki peringkat ke 6 dengan proporsi
sebesar 5,66%. Berdasarkan distribusi penyakit kanker sistem nafas dan alat rongga
dalam lainnya pada pasien rawat inap tahun 2006, kanker paru menduduki peringkat ke 3
dari 5 peringkat utama dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 14,03%.
Tahun 2007, Prevalence Rate (PR) tumor di Indonesia 4,3 per 1000 penduduk dan
kanker merupakan penyebab kematian ketujuh (5,7%) setelah stroke, tuberkulosis,
hipertensi, cedera, perinatal, dan diabetes melitus. Penelitian terhadap 167 penderita
kanker paru periode tahun 2004-2007 di Rumah Sakit (RS) Persahabatan Jakarta,
didapatkan distribusi, laki-laki sebanyak 106 orang (63,5%) dan perempuan 61 orang
(35,5%). Jenis kanker paru yang ditemukan adalah adenokarsinoma sebanyak 151 orang
(90,4%), karsinoma sel skuamosa sebanyak 11 orang (6,6%), dan karsinoma sel besar.
sebanyak 4 orang (2,5%). Keluhan penderita terbanyak adalah sesak napas, sejumlah
131 orang (78,4%), nyeri dada sejumlah 18 orang (10,7%), batuk sebanyak 11 orang
(6,5%). Penelitian lain didapatkan 43 penderita kanker paru periode tahun 1997-2008 di
RS Persahabatan Jakarta, distribusi usia ≥ 40 tahun sebanyak 40 orang (93%), dan < 40
tahun sebanyak 3 orang (7%).

1
1.2 RUMUSAN MASALAH :
1. Apa definisi dari kanker paru-paru ?
2. Apa tanda dan gejala dari kanker paru-paru ?
3. Apa yang menjadi penyebab kanker paru-paru ?
4. Apa saja komplikasi pada kanker paru-paru ?

1.3 TUJUAN :
1. Untuk mengetahui definisi kanker paru-paru.
2. Untuk mengetahui gejala dari kanker paru-paru
3. Untuk mengetahui penyebab kanker paru-paru
4. Untuk mengetaui komplikasi pada kanker paru-paru

2
BAB II
ISI

2.1 DEFINISI KANKER PARU


Kanker merupakan pertumbuhan dan penyebaran sel-sel abnormal yang memiliki
karakteristik yang khas. Kanker yang sudah menyebar tidak dapat terkontrol lagi, biasanya
akan menyebabkan kematian. Kanker Paru merupakan penyakit yang tergolong modern dan
jarang di temui sebelum tahun 1900. Pada pertengahan abad ke 21, insiden kanker paru mulai
meningkat. Pada tahun 1964, baru diketahui bahwa merokok merupakan penyebab utama dari
kanker paru, meskipun sekitar 60% kanker paru juga ditemukan pada mantan perokok atau
bukan perokok. Kanker paru-paru lebih sering menyebabkan pria meninggal dibanding
kanker lain, karena penyebab utamanya adalah rokok dan kebanyakan perokok aktif adalah
pria.
Kanker paru adalah penyakit keganasan yang ada di paru, mencakup keganasan yang
berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (Metastasis tumor di paru), dimana
kelainan dapat disebabkan oleh kumpulan perubahan genetika pada sel epitel saluran napas,
yang dapat mengakibatkan poliferasi sel yang tidak dapat dikembalikan.

2.2 TANDA DAN GEJALA


1. Batuk, serak, mengi, dispnea, dan nyeri dada
2. Nyeri tulang dan persendian
3. Clubbing finger
4. Syndrom cushing
5. Demam, penurunan bb, lemas, dan anoreksia
6. Hemoptisis, atelektasis, pneomonitis
7. Hipercalsemia
8. Distensi vena jubularis serta edema pada wajah, leher dan dada
9. Nyeri dada yang menusuk, dispnea yang semakin bertambah, dan nyeri lengan yang
hebat
10. Suara gesekan pleura
11. Sputum warna karat dan purulen
12. Nyeri bahu dan paralisisi diafragma uniteral

2.3 ETIOLOGI
Kanker paru pada awalnya dapat timbul secara langsung dari jaringan paru (kanker
paru primer), tetapi dapat pula timbul karena metastasis dari proses keganasan pada organ
lain (kanker paru sekunder). Sebaliknya kanker paru dapat pula menimbulkan metastasis
beberapa organ lain antara lain otak, tulang dan hati.
Kanker paru muncul dari sebuah sel epitel tunggal yang bertransformasi didalam jalan
napas trakeobronkial. Karsinogen (asap rokok gas radon, agens okupasional dan lingkungan

3
lain) merusak sel, menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan abnormal menjadi tumor
ganas.
Telah diketahui umum bahwa asap rokok merupakan salah satu sebab utama kanker
paru, baik bila dihisap secara langsung oleh para perokok maupun secara tak langsung oleh
bukan perokok (perokok pasif). Juga diketahui bahwa makin berpolusi udara di suatu tempat,
makin banyaklah penduduk setempat yang terkena paru. Sebaliknya, perlu diketahui pula
bahwa kanker paru dapat menyerang pula mereka yang tidak merokok.
Kanker di tempat-tempat lain yang sudah diketahui sering menimbulkan metastasis
ialah kanker payudara dan cervix uteri pada wanita usia produktif, kanker corpus uteri pada
wanita dalam menopause, kanker testis pada pria, kanker hati dan usus, kanker tulang, dan
kanke tiroid.

2.4 KOMPLIKASI KANKER PARU


Yang sering dijumpai ialah efusi pleura dengan cairan hemato-sanguinus dalam jumlah
besar dan cepat sekali terproduksi. Dapat pula terjadi infark vaskular karena pertumbuhan
proses keganasan ini begitu cepat sehingga melampaui kemampuan suplai pembuluh darah
baru setempat (Neovasogenesis). Infark ini kemudian disusul oleh infeksi sekunder sehingga
terbentuk abses paru setempat. Tentunya pula, semakin banyak jaringan paru yang berubah
menjadi jaringan kanker serta semakin banyak bronkus yang tersumbat, semakin sesaklah
penderita. Komplikasi lain yang cukup terjadi ialah hemoptisis, yang dapat sedikit sedikit
maupun profus.
Komplikasi diluar paru timbul karena metastasis ke tulang pinggang/tulang punggung
maupun ke ekstermitas yang selalu disertai oleh rasa nyeri yang sangat dan disusul oleh
fraktur patologis. Ikterus, mual dan rasa penuh di perut atas dapat timbul bila sudah ada
komplikasi ke hati. Gangguan sususnan saraf pusat dapat pula terjadi bila sudah ada
hetastasis intra kranial, seperti nyeri kepala berat dengan muntah ‘projektil’,
hemiplegi/hemiparesis gangguan kesadaran, gangguan keseimbangan serta ketidakmampuan
untuk bernapas bila pusat pernapasan terkena dan lain lain.

4
BAB III
PENUTUP

PATOFISIOLOGI
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang
dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan
karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang
disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang
letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan
obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala
yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing
unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan
biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat
bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,
pericardium, otak, tulang rangka.

5
PATHWAY

Bronchus ( percabangan segmen atau subsegmen)

Trauma oleh arus udara (rokok, paparan industri

Bahan karsinogenik mengendap

Perubahan epitel cilla dan mukosa/ulserasi bronchus

Deskuamasi Produksi Mukus Meningkat

Cell cadangan (reserve cell) basal mukosa BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK
bronchus EFEKTIF

Hyperplasi, metaplasi

Cell kanker

Manifestasi klinis

Intrapulmoner Intratorasik Ekstratorasik non Ekstratorasik Metastatik


Ekstrspulmoner mestastatik

Kanker lumen bronchus

Proksimal Distal

Sumbatan Bronklektasis/Aktelektasis
parsial

Sesak nafas (wheezing)

GANGGUAN PERTUKARAN
GAS
POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF

6
ASKEP PADA KANKER PARU-PARU
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1. Identitas
Meliputi dari: nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor registrasi, tanggal masuk
rumah sakit, dan diagnose medis.
2. Keluhan utama
Pasien kanker paru biasanya mengalami nyeri pada bagian dada,nyeri tersebut
juga bias sampai ke lengan dan punggung. Nyeri yang dialami biasanya bisa
nyeri akut atau pun kronik. Untuk memperoleh data nyeri yang lengkap di
perlukan pengkajian tentang rasa nyeri klien dapat menggunakan pengkajian
PQRST:
a. Provoking: (pemicu), yaitu factor yang menimbulkan nyeri dan
memengaruhi gawat atau ringannya nyeri.
b. Quality: (kualitas nyeri), misalnya rasa tajam atau tumpul.
c. Region: (daerah/lokasi), apa rasa nyeri menjalar atau menyebab dan
dimana lokasi nyeri.
d. Severity: (keparahan), yaitu intensitas nyeri.
e. Time: (waktu), yaitu waktu serangan dan frekuensi nyeri.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Karakteristik nyeri yang dirasakan pasien saat sekarang dan upaya apa yang
sudah dilakukan untuk mengurangi nyerinya.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat merokok pada pasien yang perlu ditanyakan frekuensi
merokok dan lamanya merokok, dan ditanyakan bagaimana udara di
lingkungan rumah dan tempat kerja klien.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Ditanya tentang riwayat penyakit keturunan pada keluarga seperti DM,
hipertensi, dan penyakit menular seperti TBC ataupun hepatitis.
6. Riwayat psikologis
Meliputi perasaan, prilaku dan emosi klien yang dialami pendetita sehubungan
dengan penyakitnya dan serta tanggapan keluarga terhadap penyakit yang
dialami klien.

b. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum: kesadaran pasien tergantung keadaan pasien. Nyeri pada
pasien kanker paru biasanya dari nyeri akut sampai kronik. Tanda-tanda vital
biasanya meningkat dan frekuensi nafas juga meningkat.
2. Kepala: tidak ada gangguan, simetris, tidak ada tonjolan, tidak ada nyeri
kepala.
3. Leher: tudak ada gangguan, simetris, tidak ada benjolan, reflek menelan
biasanya tidak ada gangguan.

7
4. Muka: wajah tampak menahan nyeri, tidak ada perubahan fungsi maupun
bentuk wajah, simetris, dan tidak ada edema.
5. Mata:bias terjadi anemis.
6. Telinga: tidak ada gangguan, tidak ada lesi atau nyeri.
7. Hidung: terkadang ada pernafasan cuping hidung.
8. Mulut dan faring: pada mulut tidak masalah, faring biasanya ada penumpukan
sputum.
9. Thoraks
a. Paru:
a) inspeksi: pernapasan meningkat
b) palpasi: pergerakan dada tidak simetris
c) perkusi: redup
d) auskultasi: wheezing
b. Jantung:
a) inspeksi: tidak ada iktus cordis
b) palpasi: nadi meningkay, iktus tidak teraba
c) auskultasi: bunyi jantung normal
10. Abdomen:
a) inspeksi: bentuk normal
b) palpasi: tidak ada pembesaran hepar
c) perkusi:suara thympani
d) auskultasi: peristaltic usus
11. Ekstermitas: pada lengan pasien kanker paru biasanya terkadang mengalami
nyeri.
12. Data Psikologis
a) Status Emosional : status emosional menghadapi penyakit yang di
alami biasanya terganggu.
b) Kecemasan : kecemasaan dalam menghadapi penyakit yang di alami
c) Pola koping : cara pasien menghadapi masalah penyakit yang di alami
d) Gaya komunikasi :biasanya pasien mengalami gangguan komunikasi
karena nyeri pada kanker paru
e) Konsep diri : setelah mengalami penyakit yang diderita kemungkinan
konsep diri terganggu.

c. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan seperti:
a) Radiologi:
Radiogram merupakan petunuk awal untuk mendektesi petunjuk awal
untuk mendektesi adanya karsinoma bronkogenik meskipun juga
ditemukan pada banyak keadaan lainnya. Penggunaan CT scan
mungkin dapat memberikan bantuan lebih lanjut dalam membedakan
lesi-lesi yang dicurigai.
b) Bronkhoskopi
Bronkhoskopi yang disertai biopsy adalah teknik yang paling baik
dalam mendiagnosa karsinoma sel skuamosa yang biasanya terletak di
daerah sentral paru.
c) Sitologi

8
Pemeriksaan sitologi sputum, bilasan bronchus, dan pemeriksaan
cairan pleura juga memiliki peran penting dalam menegakan diagnose
kanker paru.
2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri kronik berhubungan dengan tekanan tumor pada jaringan


penunjang dan erosi jaringan.
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kapasitas
paru sekunder terhadap destruksi jaringan.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen tubuh.
3. Rencana asuhan keperawatan
Table 1.1
Nursing Interventions Classification
Nursing Otcome Classification
N Diagnose Tujuan keperawatan Intervensi
o keperawatan keperawatan

1 Nyeri kronik NOC: Manajemen nyeri


berhubungandengan a. level Nyeri 1. Lakukan pengkajian
tekanan tumor pada kriteria hasil: nyerisecaraKomprehensif
jaringan penunjang 1. Nyeri berkurang termasuk
dan erosi jaringan. 2. Kecemasan berkurang lokasi,karakteristik,durasi,
3. Ketakutan berkurang frekuensi,kualitas dan faktor
4. Stress berkurang presipitasi
b. control Nyeri. 2. Observasi reaksi nonverbal dari
kriteria Hasil : ketidak nyamanan
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu 3. Gunakan teknik komunikasi
penyebab nyeri,mampu terapeutik untuk
menggunakan tehnik Mengetahui pengalaman nyeri
nonfarmakologi untuk Pasien
mengurangi nyeri, mencari 4. Kaji kultur yang mempengaruhi
bantuan) respon nyeri
2. Melaporkan bahwa nyeri 5. Evaluasi pengalaman nyeri
berkurang dengan menggunakan masa lampau
manajemen nyeri 6. Evaluasi bersama pasien dan
3. Mampu mengenali nyeri (skala, tim kesehatan lain tentang
intensitas, frekuensi dan tanda Ketidakefektifan control nyeri
nyeri) masa lampau
4.Menyatakan rasa nyaman 7. Bantu pasien dan keluarga
setelah nyeri berkurang untuk mencari dan menemukan
dukungan
c.efek yang 8. Kontrol lingkungan yang dapat
menggangu mempengaruhi nyeri seperti suhu
kriteria hasil: ruangan ,pencahayaan dan
1. Tidak ada ketidaknyamanan kebisingan
2. tidak ada gangguan hubungan 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
interpersonal 10. Pilih dan lakukan penanganan

9
3. tidak ada gangguan dalam nyeri(farmakologi, non
Perasaan mengontrol farmakologi dan
4. tidak ada kehilangan nafsu interpersonal)
makan 11. Kaji tipe dan sumber nyeri
5. tidak ada gangguan menikmati untuk menentukan intervensi
hidup 12. Ajarkan tentang teknik non
6. tidak ada gangguanaktifitas farmakologi
fisik 13. Berikan analgetik untuk
d.nyeri:respon psikologis mengurangi nyeri
tambahan 14. Evaluasi keefektifan control
kriteria hasil: nyeri
1. tidak adanya gangguan pada 15. Tingkatkan istirahat
konsentrasi 16. Kolaborasikan dengan dokter
2. tidak ada depresi jika ada keluhan dan tindakan
3. tidak ada ansietas nyeri tidak berhasil
4. tidak ada distress nyeri 17. Monitor penerimaan
5. tidak ada keputusasaan pasien tentang manajemen nyeri
6. tidak ada rasa tidak berharga Manajemen
pengobatan
1. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian
obat
2. Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis,
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesic yang diperlukan
atau kombinasi
dari analgesic ketika
pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesic
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
6. Tentukan analgesic pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri secara
teratur
8. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian analgesic
pertama kali
9. Berikan analgesic tepat
waktu terutama saat nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas
analgesic, tandadan gejala

Manajemen alam
perasaan
1. evaluasi alam perasaan

10
(misalnya, tanda, gejala,
riwayat pribadi) di awal dan
teratur selama pengembangan
penanganan
2. monitor kemampuan
perawatan diri
3. bantu pasien untuk bisa
mengatur siklus tidur/bangun
yang normal
4. dukung pasien untuk
Mengambil peran aktif
Dalam penanganan dan
rehabilitas, dengan cara
yang tepat
5. interaksi dengan pasien dengan
menggunakan
interval (waktu) yang teratur
dalam rangka menunjukan
perhatian dan menyediakan
kesempatan bagi pasien untuk
membicarakan perasaanya
2 Pola napas tidak NOC: Respiratory
efektif berhubungan a) Respiratory status: Monitoring
dengan penurunan Ventilation a) Monitor pola napas, irama,
ekspansi paru Kriteria hasil : kedalaman dan usaha napas
1)Mendemonstrasikan batuk b) Perhatikan gerakan dan
efektif dan suara napas yang kesimetrisan, menggunakan otot
bersih, tidak ada sianosis dan bantu, dan adanya
dyspneu (mampu mengeluarkan retraksi otot intercostals dan
sputum, mampu bernapas dengan supraclavicular
mudah, tidak ada pursed lips) c) Monitor bunyi napas, misalnya
b) Respiratory status: Airway mendengkur
patency d) Monitor pola
Kriteria hasil : napas
1) Menunjukkan jalan e) Catat lokasi trakea
napas yang paten (klien tidak f) Auskultasi bunyinapas, catat
merasa peningkatan ventilasi
tercekik, irama napas, frekuensi g) Monitor saturasi oksigen
pernapasan dalam rentang normal, h) Monitor kemampuan pasien
tidak ada suara napas abnormal) dalam batuk efektif Oxygen
c) Vital Sign Status Therapy
Kriteria Hasil: a) Periksa mulut,hidung, dan
Tanda-tanda vital dalam rentang sekret trakea
normal (tekanan darah, b) Pertahankan jalan napas yang
nadi,pernapasan) paten
c) Atur peralatan oksigenasi
d) Monitor aliran oksigen
e) Pertahankan posisi pasien
f) Observasi tandatanda
hipoventilasi

11
g) Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi Vital
Sign Monitoring
a) Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
b) Monitor vital sign saat pasien
berbaring, duduk,dan berdiri
c) Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
d) Monitor TD, nadi,RR,
sebelum,selama, dan setelah
aktivitas
e) Monitor kualitas dari nadi
f) Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
g) Monitor pola pernapasan
abnormal
h) Monitor suhu, warna dan
kelembaban kulit
i) Monitor sianosis perifer
j) Monitor adanya cushling triad
(tekanan nadi
yang melebar,bradikardi,
peningkatansistolik) Identifikasi
penyebab dari perubahan vital
sign
3 Kerusakan NOC: Airway
pertukaran gas a) Respiratory status: Management
berhubungan dengan gas exchange a) Buka jalan napas, gunakan
penurunan kapasitas Kriteria hasil : teknik chin lift atau jaw trust bila
paru sekunder 1.Mendemonstrasikan perlu
terhadap destruksi peningkatan b) Posisikan pasien untuk
jaringan ventilasi dan oksigenasi yang memaksimalkan ventilasi
adekuat c) Identifikasi pasien
2)Memelihara kebersihan perlu pemasangan alat jalan napas
paruparu buatan
dan bebas dari tanda-tanda d) Lakukan fisioterapi dada
distress bila perlu
pernapasan e) Auskultasi suara napas, catat
b) Respiratory status: ventilation bila ada suara tambahan
Kriteria hasil : f) Berikan bronkodilator bila
1)Mendemonstrasikan batuk perlu
efektif dan suara napas yang g) Monitor status respirasi
bersih, tidak ada
sianosis dan dypsneu

Respiratory
Monitoring
a) Monitor pola napas, irama,
kedalaman dan usaha napas

12
b) Perhatikan gerakan dan
kesimetrisan, menggunakan otot
bantu, dan adanya
retraksi otot intercostals dan
supraclavicular
c) Monitor bunyi napas, misalnya
mendengkur
d) Monitor pola napas
e) Catat lokasi trakea
f) Auskultasi bunyi napas, catat
peningkatan ventilasi
g) Monitor saturasi oksigen
h) Monitor kemampuan
pasien dalam batuk efektif
Intoleransi aktivitas NOC Activity Therapy
4 berhubungan dengan a) Energy conservation a) Kolaborasi dengan tenaga
ketidakseimbangan Kriteria hasil : rehabilitasi medik dalam
suplai dan kebutuhan 1) Tanda-tanda vital normal merencanakan program terapi
oksigen tubuh. 2) Energy kelemahan yang tepat.
3) Level kelemahan b) Bantu klien untuk
b) Activity tolerance mengidentifikasi aktivitas yang
Kriteria hasil : mampu dilakukan
1) Berpartisipasi dalam aktivitas c) Bantu untuk memilih aktivitas
fisik tanpa disertai peningkatan dengan kemampuan fisik,
tekanan darah, nadi dan RR psikologi dan social
c) Selft care : ADLs d) Bantu untuk mengidentifikasi
Kriteria hasil : dan mendapatkan sumber yang
1) Mampu melakukan diperlukan untuk aktivitas yang
aktifitas sehari-hari (ADLs) diinginkan
secara mandiri e) Bantu untuk mendapatkan alat
2) Mampu berpindah dengan atau bantu aktivitas seperti kursi roda,
tanpa bantuan alat krek
f) Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu
luang
g) Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
h) Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
i) Bantu pasien untuk
mengembangakan motivasi diri
dan penguatan
j) Monitor respon fisik, emosi
social dan spiritual.

4. Evaluasi

13
Evaluasi dapat dibedakan atas evalusi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses
dievaluasi setiap melakukan perawatan dan evaluasi akhir berdasarkan rumusan tujuan
terutama kriteria hasil. Hasil evaluasi memberikan acuan tentang perencanaan lanjutan
terhadap massalah yang di alami.

14

Anda mungkin juga menyukai