ABSTRAK
ABSTRACT
13
created a rule that contains the principles and codes of ethics that must be adhered,
especially the accounting profession. With the regulation, a person working in his
profession can work professionally and honestly.
However, there are still violations during the implementation of the regulation.
For example, the case of financial manipulation performed by a public accountant
in a railway company, namely PT. KAI. This manipulation caused considerable
losses for PT. KAI and impact on BUMN as well as public confidence in the
accountant who entered the accounting profession. From the case it can be
concluded that ethics education in an accounting profession is still lacking and
causing the violation.
PENDAHULUAN
13
dan sikap profesional, kode etik juga memiliki beberapa tujuan baik bagi seorang
akuntan. Hal tersebut dilakukan agar akuntan dapat terhindar dari berbagai
tindakan yang tidak jujur dan tidak benar. Kode etik di Indonesia diatur dalam
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang merupakan sebagian dari Handbook of The
Code of Ethics for Professional Accountants 2016 Editions. Pastinya ekspektasi
penerapan kode etik pada profesi akuntansi ini tidak akan menyebabkan
pelanggaran yang termasuk pelanggaran etika dan moral yang sudah tertanam
dalam pikiran seorang akuntan. Namun dalam pelaksanaannya secara nyata, masih
terdapat pelanggaran yang dibuat oleh seorang akuntan yang dapat dilihat dalam
kasus manipulasi keuangan pada perusahaan PT KAI.
Landasan Teori
Etika secara Etimologi berasal dari bahasa Yunani “ethos” atau “ta etha”
secara jamak yang berarti adat kebiasaan, cara berpikir, akhlak, sikap, watak, dan
cara bertindak. Berikut adalah beberapa pengertian mengenai etika oleh beberapa
ahli:
a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988) dijelaskan bahwa
etika memiliki tiga arti, yaitu:
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak
dan kewajiban moral (akhlak);
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
golongan/masyarakat.
b. Menurut Martin (1993), etika merupakan sebuah standar yang
mengatur tingkah laku pergaulan manusia dalam kelompok sosial.
Etika sangat berkaitan erat dalam hidup terutama dalam sebuah profesi.
Berikut ini adalah pengertian dari profesi sendiri menurut beberapa ahli, yaitu:
13
iyalah untuk menyediakan pelayanan keterampilan terhadap yang lain
dengan bayaran maupun upah tertentu.
b. Menurut Schein, E. H. (1962), profesi adalah suatu kumpulan atau set
pekerjaan yang membangun suatu set norma yang sangat khusus yang
berasal dari perannya yang khusus di masyarakat
Dalam setiap pekerjaan, etika harus selalu diberlakukan, maka dari itu
harus adanya etika profesi yang diterapkan saat menekuni sebuah profesi.
Menurut Keiser (Lubis, 1994), etika profesi merupakan sikap hidup berupa
keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat dengan
penuh ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan
tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat.
13
profesionalisme tersebut dapat member ciri suatu profesi atau orang-
orang yang professional.
c. Kualitas Jasa, yaitu kualitas dalam menjalankan tugasnya seorang
auditor atau anggota KAP harus mempertahankan kualitas jasanya,
harus bebas dari benturan kepentingan dan tidak boleh membiarkan
faktor salah saji material yang diketahui atau mengalihkan
pertimbangannya kepada pihak lain.
d. Kepercayaan, yaitu kepercayaan masyarakat akan berkurang
apabila terdapat bukti tidak-profesional seorang auditor.
Penerapan kode etik dalam suatu profesi memiliki beberapa fungsi yang
dikemukakan oleh Sumaryono (1955), yaitu:
13
c. Enterpretasi Etika: merupakan enterpretasi yang dikeluarkan oleh
badan yang dibentuk oleh badan yang dibentuk oleh himpunan
setelah memperhatikan tanggapan dari anggota dan pihak-pihak
berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan aturan
etika, tanpa dibatasi lingkup penerapannya.
Dalam kode etik akuntansi, terdapat prinsip etika yang memuat beberapa
poin, yaitu:
13
e. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional: sikap kehati-hatian,
kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional pada
tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi
kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang
paling mutakhir.Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai
kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-
baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna
jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik.
f. Kerahasiaan: sikap harus menghormati kerahasiaan informasi yang
diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh
memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan,
kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya. Kepentingan umum dan profesi menuntut
bahwa standar profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan
didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat sifat dan luas
kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana
informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat
atau perlu diungkapkan.
g. Perilaku Profesional: sikap harus berperilaku yang konsisten
dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku
yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota
sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak
ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
h. Standar Teknis: sikap harus melaksanakan jasa profesionalnya
sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan.
Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari
penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip
integritas dan obyektivitas. Standar teknis dan standar professional
yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh
13
Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants,
badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.
Etika profesi dan kode etik yang ada tak mungkin berjalan dan diketahui
sebelum adanya pendidikan etika bisnis. Etika Bisnis (business ethics) merupakan
penerapan etika secara umum terhadap perilaku bisnis. Menurut Griffin & Ebert
(1999), makna etika bisnis menunjukkan perilaku etis maupun tidak etis yang
dilakukan manajer dan karyawan dari suatu organisasi perusahaan. Menurut
Epstein (1989), etika bisnis menunjukkan refleksi moral yang dilakukan oleh
pelaku bisnis secara perorangan maupun secara kelembagaan (organisasi) untuk
menilai suatu isu, di mana penilaian ini merupakan pilihan terhadap nilai yang
berkembang dalam suatu masyarakat.
13
keuangan sebagai piutang/tagihan kepada beberapa pelanggan yang seharusnya
menanggung beban pajak tersebut. "Komisaris berpendapat pencadangan kerugian
harus dilakukan karena kecilnya kemungkinan tertagihnya pajak kepada para
pelanggan," kata Hekinus dalam laporannya.
PEMBAHASAN
Analisis
Dari kasus audit laporan keuangan yang telah dilakukan oleh KAP S.
Manna, dapat dilihat bahwa KAP S. Manna telah melanggar kode etik yang ada.
Seharusnya sebagai seorang akuntan publik bekerja secara bertanggungjawab dan
13
profesional, yaitu menyiapkan laporan keuangan dengan baik dan benar. Bekerja
secara profesional berarti bekerja sesuai dengan prosedur yang ada atau pada kode
etik yang sudah diberlakukan. Dengan adanya kasus ini, kepercayaan masyarakat
juga berkurang kepada akuntan, yang seharusnya akuntan memiliki citra yang
baik di pandangan masyarakat luas sebagai salah satu lembaga yang menangani
permasalahan keuangan dalam sebuah perusahaan. KAP S. Mannan dinilai tidak
objektif karena tidak jujur dalam menangani laporan keuangan PT KAI pada
tahun 2005, padahal pada tahun 2003 hingga 2004 KAP S. Mannan didampingi
oleh BPK. Maka dari itu, dapat dilihat bahwa pada tahun 2005, KAP S. Mannan
melakukan tindak kecurangan tanpa adanya pengawasan dari BPK sendiri.
Kesalahan pencatatan dalam laporan keuangan seperti kerugian sebesar Rp. 6,3
Miliar ditulis sebagai laba sebesar Rp. 6,9 Miliar, lalu adanya kewajiban
membayar SKP sebesar Rp. 95,2 Miliar yang disajikan sebagai piutang,
penurunan persediaan sebesar Rp. 24 Miliar pada tahun 2002 disajikan sebagai
kerugian, adanya beban sebesar Rp. 6 Miliar yang harusnya dibebankan
seluruhnya pada laporan keuangan tahun 2005 tersebut, dan kesalahan terakhir
adalah bantuan pemerintah yang belum ditentukan statusnya seharga Rp. 674, 5
Miliar dan penyertaan modal senilai Rp. 70 Miliar disajikan dalam Neraca 31
Desember 2005 sebagai bagian dari utang.
13
Kasus ini juga melanggar etika profesi dalam akuntansi juga melanggar
etika bisnis yang harusnya diterapkan dalam perusahaan. Dalam etika profesi,
khususnya profesi akuntansi, seorang akuntan dituntut untuk adil dan profesional
dalam melayani masyarakat serta tertib dan ahli dalam memenuhi kewajiban
masyarakat. Namun, dengan kasus yang terjadi adalah KAP S. Mannan tidak
berlaku profesional terhadap profesinya serta tidak tertib dan ahli. KAP S.
Mannan tidak tertib karena melanggar kode etik yang telah diberlakukan oleh IAI
dan tidak ahli dalam pencatatan laporan keuangan yang harusnya sesuai dengan
standar akuntansi. Integritas dan objektivitas dilanggar dengan ketidakjujuran
KAP S. Mannan dalam menangani laporan keuangan tahun 2005 tanpa adanya
pengawasan dari BPK dan mementingkan beberapa pihak yang ada di PT KAI
dengan memanipulasi laporan keuangan pada tahun 2005. Dengan mementingkan
beberapa pihak dalam PT KAI, KAP S. Mannan juga telah melanggar prinsip
kerahasiaan yang harusnya dijaga dan tidak diperbolehkan untuk membocorkan
rahasia tersebut kepada siapapun. Karena mementingkan beberapa pihak dalam
PT KAI, berarti KAP S. Mannan juga melanggar prinsip etika dari keseluruhan
prinsip yang ada. Karena, prinsip etika menuntut para akuntan untuk
mengorbankan kepentingan sendiri dan lebih mementingkan kepentingan dan
kewajiban yang harus dilakukan kepada masyarakat.
Opini
13
dan interpretasi yang seharusnya diterapkan. Apabila semuanya sudah benar
sesuai dengan standar serta kode etik yang ada, mengapa masih banyak
pelanggaran yang terjadi? Menurut saya sendiri sebagai seorang mahasiswa di
fakultas ekonomi dan bisnis, pendidikan etika bisnis diterapkan dengan baik.
Mungkin dengan adanya pendidikan etika bisnis dalam mata kuliah mahasiswa
fakultas ekonomi dan bisnis dapat menata etika mahasiswa sejak masa
perkuliahan sehingga pada saat memasuki dunia kerja nantinya mereka bisa lebih
cepat mengerti apa yang harus dilakukan. Selain itu, kecil kemungkinan untuk
adanya pelanggaran yang terjadi dalam pekerjaan.
Maka dari itu, menurut saya pendidikan etika bisnis harus diterapkan
dalam jenjang perkuliahan secara merata sehingga semua mahasiswa
mendapatkan wawasan serta ilmu etika dengan benar. Selain itu, dalam tempat
kerja juga memberikan pelatihan mengenai etika bisnis kepada para pekerjanya
sehingga mereka bisa belajar bagaimana etika yang benar dan bagaimana harus
berperilaku.
PENUTUP
13
Selain itu, dengan adanya etika bisnis terdapat kemungkinan untuk terhindar dari
segala pelanggaran yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
13
Hilman, Achmad. 2015. Pernyataan Etika dan Profesi. (Online).
(http://hilmanyahilman.blogspot.com/2015/03/pernyataan-etika-dan-kode-
etik.html). Diakses 31 Mei 2018.
Salita, Bella. 2013. Empat Pilar Kode Etik Akuntan Indonesia. (Online).
(http://meiribellasalita.blogspot.com/2013/07/empat-pilar-kode-etik-
akuntan-indonesia.html). Diakses 1 Juni 2018.
Tempo, Bisnis. 2006. Laporan Keuangan Kereta Api Diduga Salah. (Online).
(https://bisnis.tempo.co/read/81332/laporan-keuangan-kereta-api-diduga-
salah). Diakses 2 Juni 2018.
13