Anda di halaman 1dari 14

EDUKASI ETIKA PROFESI AKUNTANSI

Novi Natalia Rizki Hanjaya


Program Studi Akuntansi
Universitas Ma Chung
121710023

ABSTRAK

Dalam sebuah profesi akuntansi, etika sangat dibutuhkan karena etika


merupakan sebuah adat kebiasaan dan sebuah perilaku serta perbuatan baik dalam
hidup. Tanpa adanya etika, seorang yang menekuni segala profesi termasuk
profesi akuntansi tidak akan berjalan dengan baik. Untuk menghindari hal
tersebut, diciptakanlah sebuah aturan yang berisikan prinsip serta kode etik yang
harus ditaati khususnya profesi akuntansi. Dengan adanya peraturan tersebut,
seseorang yang bekerja dalam profesinya dapat bekerja secara profesional dan
jujur.

Namun, tetap masih ada pelanggaran saat pelaksanaan peraturan tersebut.


Contohnya saja kasus manipulasi keuangan yang dilakukan oleh seorang akuntan
publik di sebuah perusahaan kereta api, yaitu PT. KAI. Manipulasi ini
menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi PT. KAI dan berdampak pada
BUMN juga kepercayaan masyarakat terhadap akuntan yang masuk dalam profesi
akuntansi. Dari kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan etika dalam
sebuah profesi akuntansi masih kurang dan menyebabkan pelanggaran tersebut.

Kata-kata Kunci: Etika, Profesi, Etika Profesi, Kode Etik, Akuntan

ABSTRACT

In an accounting profession, ethics is needed because ethics is a custom and a


behavior and good deeds in life. Without ethics, a person who pursue all
professions including the accounting profession will not run well. To avoid this,

13
created a rule that contains the principles and codes of ethics that must be adhered,
especially the accounting profession. With the regulation, a person working in his
profession can work professionally and honestly.
However, there are still violations during the implementation of the regulation.
For example, the case of financial manipulation performed by a public accountant
in a railway company, namely PT. KAI. This manipulation caused considerable
losses for PT. KAI and impact on BUMN as well as public confidence in the
accountant who entered the accounting profession. From the case it can be
concluded that ethics education in an accounting profession is still lacking and
causing the violation.

Key Words: Ethics, Profession, Professional Ethics, Code of Conduct,


Accountant

PENDAHULUAN

Kegiatan ekonomi yang melibatkan profesi akuntansi, baik dalam


perusahaan maupun independen yang menjadi perhatian masyarakat. Dengan
adanya seorang akuntan dalam sebuah perusahaan dapat menyeimbangkan laju
ekonomi serta menyediakan informasi-informasi penting bagi sebuah perusahaan
agar dapat berjalan sesuai dengan baik. Selain itu pemilik perusahaan dapat
mempertahankan usahanya dengan adanya informasi yang disediakan oleh
seorang akuntan dalam perusahaannya. Dalam menjalankan tugas dari seorang
akuntan, diperlukan sebuah pendidikan dari etika profesi yang merupakan
pendidikan sifat dan perilaku yang jujur, profesional, dan benar. Sebelum menjadi
seorang akuntan resmi, pasti terdapat pendidikan etika profesi pada saat
menempuh jenjang perkuliahan. Dengan adanya pendidikan etika profesi, seorang
calon akuntan diharapkan bisa menjalankan pekerjaannya dengan baik

Penerapan etika profesi sendiri diatur dalam sebuah peraturan yang


disebut dengan kode etik yang berisi prinsip etika dan sikap profesional dalam
praktik publik serta bisnis yang harus ditaati oleh seorang akuntan. Selain prinsip

13
dan sikap profesional, kode etik juga memiliki beberapa tujuan baik bagi seorang
akuntan. Hal tersebut dilakukan agar akuntan dapat terhindar dari berbagai
tindakan yang tidak jujur dan tidak benar. Kode etik di Indonesia diatur dalam
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang merupakan sebagian dari Handbook of The
Code of Ethics for Professional Accountants 2016 Editions. Pastinya ekspektasi
penerapan kode etik pada profesi akuntansi ini tidak akan menyebabkan
pelanggaran yang termasuk pelanggaran etika dan moral yang sudah tertanam
dalam pikiran seorang akuntan. Namun dalam pelaksanaannya secara nyata, masih
terdapat pelanggaran yang dibuat oleh seorang akuntan yang dapat dilihat dalam
kasus manipulasi keuangan pada perusahaan PT KAI.

Landasan Teori

Etika secara Etimologi berasal dari bahasa Yunani “ethos” atau “ta etha”
secara jamak yang berarti adat kebiasaan, cara berpikir, akhlak, sikap, watak, dan
cara bertindak. Berikut adalah beberapa pengertian mengenai etika oleh beberapa
ahli:
a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988) dijelaskan bahwa
etika memiliki tiga arti, yaitu:
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak
dan kewajiban moral (akhlak);
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
golongan/masyarakat.
b. Menurut Martin (1993), etika merupakan sebuah standar yang
mengatur tingkah laku pergaulan manusia dalam kelompok sosial.

Etika sangat berkaitan erat dalam hidup terutama dalam sebuah profesi.
Berikut ini adalah pengertian dari profesi sendiri menurut beberapa ahli, yaitu:

a. Menurut Peter Jarvis (1983), profesi merupakan suatu pekerjaan yang


didasarkan pada studi intelektual dan latihan yang khusus, tujuannya

13
iyalah untuk menyediakan pelayanan keterampilan terhadap yang lain
dengan bayaran maupun upah tertentu.
b. Menurut Schein, E. H. (1962), profesi adalah suatu kumpulan atau set
pekerjaan yang membangun suatu set norma yang sangat khusus yang
berasal dari perannya yang khusus di masyarakat

Dalam setiap pekerjaan, etika harus selalu diberlakukan, maka dari itu
harus adanya etika profesi yang diterapkan saat menekuni sebuah profesi.
Menurut Keiser (Lubis, 1994), etika profesi merupakan sikap hidup berupa
keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat dengan
penuh ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan
tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat.

Dalam penerapan etika profesi dalam suatu profesi akuntansi terdapat


suatu kode etik profesi. Menurut Bertens (1994), kode etik merupakan norma
yang telah ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi dan untuk mengarahkan
atau memberikan petunjuk kepada para anggotanya, yaitu bagaimana
“seharusnya”(das sollen) berbuat dan sekaligus menjamin kualitas moral profesi
yang bersangkutan di mata masyarakat untuk memperoleh tanggapan yang positif.
Kode etik merupakan perumusan norma moral yang menjadi tolak ukur atau
acuan bagi kode prilaku (code of conduct) kelompok profesi bersangkutan.
Kelompok profesi tersebut harus menaati atau mematuhi, sekaligus sebagai upaya
tindakan pencegahan dan merupakan sanksi hukuman atas perbuatan yang tidak
etis sebagai penyandang profesional untuk berbuat atau beritikad baik dalam
melakukan kegiatannya. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat empat
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi:

a. Kredibilitas, yaitu kredibilitas seorang auditor tidak hanya


tergantung pada independensi dalam fakta, tapi juga tergantung pada
independensi dalam persepsi atau penampilan, demi menjaga dan
mempertahankan kepercayaan publik akan profesi sebagai auditor.
b. Profesionalisme, yaitu sifat yang diperlukan individu yang dengan
jelas dapat diidentifikasikan oleh pengguna jasa audit, dimana

13
profesionalisme tersebut dapat member ciri suatu profesi atau orang-
orang yang professional.
c. Kualitas Jasa, yaitu kualitas dalam menjalankan tugasnya seorang
auditor atau anggota KAP harus mempertahankan kualitas jasanya,
harus bebas dari benturan kepentingan dan tidak boleh membiarkan
faktor salah saji material yang diketahui atau mengalihkan
pertimbangannya kepada pihak lain.
d. Kepercayaan, yaitu kepercayaan masyarakat akan berkurang
apabila terdapat bukti tidak-profesional seorang auditor.

Penerapan kode etik dalam suatu profesi memiliki beberapa fungsi yang
dikemukakan oleh Sumaryono (1955), yaitu:

a. Sebagai sarana kontrol sosial


b. Sebagai pencegah campur tangan pihak lain
c. Sebagai pencegah kesalahpahaman dan konflik

Dengan beberapa fungsi tersebut, kode etik dapat mengatur secara


profesional dan benar dalam penerapan profesi. Kode etik dibagi menjadi tiga
bagian berdasarkan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yaitu:
a. Prinsip Etika: menyatakan pengakuan profesi akan
tanggungjawabnya kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan rekan.
Prinsip ini memandu anngota dalam memenuhi tanggungjawabnya
profesionalnya dan merupakan landasan dasar perilaku etika dan
perilaku profesionalnya. Prinsip ini meminta komitmen untuk
berperilaku terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan
pribadi.
b. Aturan Etika: aturan yang harus diterapkan oleh anngota IAI-KAP
dan staf profesional. Dalam hal staf profesional yang bekerja pada
suatu KAP yang bukan anggota IAI-KAP melanggar aturan etika ini,
maka pimpinan KAP tersebut bertanggungjawan atas tindakan
pelanggaran tersebut.

13
c. Enterpretasi Etika: merupakan enterpretasi yang dikeluarkan oleh
badan yang dibentuk oleh badan yang dibentuk oleh himpunan
setelah memperhatikan tanggapan dari anggota dan pihak-pihak
berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan aturan
etika, tanpa dibatasi lingkup penerapannya.

Dalam kode etik akuntansi, terdapat prinsip etika yang memuat beberapa
poin, yaitu:

a. Tanggung Jawab Profesi: Sikap senantiasa menggunakan


pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya. Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk
bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi
akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan menjalankan
tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha
kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan
meningkatkan tradisi profesi.
b. Kepentingan Publik: Kewajiban untuk senantiasa bertindak dalam
kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan
publik, dan menunjukan komitmen atas profesionalisme. Untuk
memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota
harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas
setinggi mungkin.
c. Integritas: merupakan elemen karakter yang mendasari timbulnya
pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang
melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark)
bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya.
d. Obyektivitas: merupakan  kualitas yang memberikan nilai atas jasa
yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota
bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak
berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau
dibawah pengaruh pihak lain.

13
e. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional: sikap kehati-hatian,
kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional pada
tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi
kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang
paling mutakhir.Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai
kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-
baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna
jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik.
f. Kerahasiaan: sikap harus menghormati kerahasiaan informasi yang
diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh
memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan,
kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya. Kepentingan umum dan profesi menuntut
bahwa standar profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan
didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat sifat dan luas
kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana
informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat
atau perlu diungkapkan.
g. Perilaku Profesional: sikap harus berperilaku yang konsisten
dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku
yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota
sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak
ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
h. Standar Teknis: sikap harus melaksanakan jasa profesionalnya
sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan.
Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari
penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip
integritas dan obyektivitas. Standar teknis dan standar professional
yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh

13
Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants,
badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.

Etika profesi dan kode etik yang ada tak mungkin berjalan dan diketahui
sebelum adanya pendidikan etika bisnis. Etika Bisnis (business ethics) merupakan
penerapan etika secara umum terhadap perilaku bisnis. Menurut Griffin & Ebert
(1999), makna etika bisnis menunjukkan perilaku etis maupun tidak etis yang
dilakukan manajer dan karyawan dari suatu organisasi perusahaan. Menurut
Epstein (1989), etika bisnis menunjukkan refleksi moral yang dilakukan oleh
pelaku bisnis secara perorangan maupun secara kelembagaan (organisasi) untuk
menilai suatu isu, di mana penilaian ini merupakan pilihan terhadap nilai yang
berkembang dalam suatu masyarakat.

Kontroversi atau Gap PT. KAI

Dilansir dari berita Tempo (7/8/2006), Kesalahan laporan keuangan PT


Kereta Api diduga terjadi sejak 2004. Karena pada tahun itulah laporan keuangan
perseroan diaudit Kantor Akuntan Publik S. Mannan. Menurut Ketua Dewan
Pengurus Nasional Ikatan Akuntan Indonesia Ahmadi Hadibroto, berdasarkan
informasi dari Akuntan Publik S. Manan, audit terhadap laporan keuangan PT
Kereta Api untuk 2003 dan sebelumnya dilakukan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK). Sedangkan, audit terhadap laporan keuangan 2004 dilakukan
oleh BPK dan Akuntan Publik S. Manan. "Hanya audit laporan keuangan 2005
yang dilakukan oleh Akuntan Publik S. Manan," kata Ahmadi kepada pers
kemarin. Penjelasan ini terkait dengan penolakan komisaris Kereta Api atas
laporan keuangan perseroan tahun buku 2005 yang diaudit oleh Kantor Akuntan
Publik S. Manan. Komisaris yang menolak itu adalah Hekinus Manao lantaran
laporan keuangan itu tidak benar sehingga menyebabkan perseroan yang
seharusnya merugi Rp. 63 miliar kelihatan meraup laba Rp. 6,9 miliar.Dalam
penjelasannya kepada Ikatan Akuntan Indonesia, Hekinus Manao menyatakan ada
tiga kesalahan dalam laporan keuangan Kereta Api. Pertama, kewajiban perseroan
membayar Surat Ketetapan Pajak pajak pertambahan nilai Rp. 95,2 miliar, yang
diterbitkan Direktorat Jenderal Pajak pada akhir 2003, disajikan dalam laporan

13
keuangan sebagai piutang/tagihan kepada beberapa pelanggan yang seharusnya
menanggung beban pajak tersebut. "Komisaris berpendapat pencadangan kerugian
harus dilakukan karena kecilnya kemungkinan tertagihnya pajak kepada para
pelanggan," kata Hekinus dalam laporannya.

Kedua, adanya penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan


sekitar Rp. 24 miliar yang diketahui pada saat dilakukannya inventarisasi pada
tahun 2002, pengakuannya sebagai kerugian oleh manajemen Kereta Api
dilakukan secara bertahap (diamortisasi) selama 5 tahun. Pada akhir tahun 2005
masih tersisa saldo penurunan nilai yang belum dibebankan sebagai kerugian
sekitar Rp. 6 miliar. "Komisaris berpendapat saldo penurunan itu nilai Rp. 6
miliar itu harus dibebankan seluruhnya dalam tahun 2005," ujar Hekinus.
Kesalahan ketiga, lanjut dia, bantuan pemerintah yang belum ditentukan statusnya
senilai Rp. 674,5 miliar dan penyertaan modal negara Rp. 70 miliar oleh
manajemen disajikan dalam Neraca 31 Desember 2005 yang konsisten dengan
tahun-tahun sebelumnya sebagai bagian dari utang. "Menurut komisaris, bantuan
pemerintah dan penyertaan modal tersebut harus disajikan sebagai bagian dari
modal perseroan." Menurut Ahmadi, jika pendapat Hekinus benar, maka
kesalahan penyajian laporan keuangan tersebut telah terjadi bertahun-tahun.
"Seharusnya komisaris terlibat sebelum laporan keuangan
diterbitkan."Kementerian BUMN juga akan memanggil komisaris Kereta Api
pada pekan ini juga mengenai penolakan komisaris. "Tapi belum ada kesimpulan
laporan siapa yang benar atau salah," kata Deputi Menteri BUMN bidang Logistik
dan Pariwista Hari Susetio.

PEMBAHASAN

Analisis

Dari kasus audit laporan keuangan yang telah dilakukan oleh KAP S.
Manna, dapat dilihat bahwa KAP S. Manna telah melanggar kode etik yang ada.
Seharusnya sebagai seorang akuntan publik bekerja secara bertanggungjawab dan

13
profesional, yaitu menyiapkan laporan keuangan dengan baik dan benar. Bekerja
secara profesional berarti bekerja sesuai dengan prosedur yang ada atau pada kode
etik yang sudah diberlakukan. Dengan adanya kasus ini, kepercayaan masyarakat
juga berkurang kepada akuntan, yang seharusnya akuntan memiliki citra yang
baik di pandangan masyarakat luas sebagai salah satu lembaga yang menangani
permasalahan keuangan dalam sebuah perusahaan. KAP S. Mannan dinilai tidak
objektif karena tidak jujur dalam menangani laporan keuangan PT KAI pada
tahun 2005, padahal pada tahun 2003 hingga 2004 KAP S. Mannan didampingi
oleh BPK. Maka dari itu, dapat dilihat bahwa pada tahun 2005, KAP S. Mannan
melakukan tindak kecurangan tanpa adanya pengawasan dari BPK sendiri.
Kesalahan pencatatan dalam laporan keuangan seperti kerugian sebesar Rp. 6,3
Miliar ditulis sebagai laba sebesar Rp. 6,9 Miliar, lalu adanya kewajiban
membayar SKP sebesar Rp. 95,2 Miliar yang disajikan sebagai piutang,
penurunan persediaan sebesar Rp. 24 Miliar pada tahun 2002 disajikan sebagai
kerugian, adanya beban sebesar Rp. 6 Miliar yang harusnya dibebankan
seluruhnya pada laporan keuangan tahun 2005 tersebut, dan kesalahan terakhir
adalah bantuan pemerintah yang belum ditentukan statusnya seharga Rp. 674, 5
Miliar dan penyertaan modal senilai Rp. 70 Miliar disajikan dalam Neraca 31
Desember 2005 sebagai bagian dari utang.

Dari sekian banyak kesalahan pencatatan tersebut, KAP S. Mannan


dinilai tidak berkompetensi dalam kehati-hatian profesional karena kesalahan
pencatatan laporan keuangan tahun 2005. KAP S. Mannan juga dinilai tidak
berperilaku profesional karena dengan kesalahan dalam laporan keuangan 2005
telah merusak nama baik dari profesi akuntansi. Dan KAP S. Mannan tidak
menjalankan profesinya dengan prinsip integritas dan objektivitas, yaitu dimana
seharusnya KAP S. Mannan dapat bekerja dengan jujur tanpa adanya benturan
atau pengaruh dari pihak lain dengan tujuan mengesampingkan profesinya serta
memenuhi standar teknis dan standar profesional yang relevan. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan kelalaian pembayaran pajak yang nilainya sebesar Rp. 95,2
Miliar yang harusnya dibayar namun dicatat sebagai piutang nasabah. Kesalahan
pencatatan sendiri juga tidak sesuai dengan standar akuntansi yang ada.

13
Kasus ini juga melanggar etika profesi dalam akuntansi juga melanggar
etika bisnis yang harusnya diterapkan dalam perusahaan. Dalam etika profesi,
khususnya profesi akuntansi, seorang akuntan dituntut untuk adil dan profesional
dalam melayani masyarakat serta tertib dan ahli dalam memenuhi kewajiban
masyarakat. Namun, dengan kasus yang terjadi adalah KAP S. Mannan tidak
berlaku profesional terhadap profesinya serta tidak tertib dan ahli. KAP S.
Mannan tidak tertib karena melanggar kode etik yang telah diberlakukan oleh IAI
dan tidak ahli dalam pencatatan laporan keuangan yang harusnya sesuai dengan
standar akuntansi. Integritas dan objektivitas dilanggar dengan ketidakjujuran
KAP S. Mannan dalam menangani laporan keuangan tahun 2005 tanpa adanya
pengawasan dari BPK dan mementingkan beberapa pihak yang ada di PT KAI
dengan memanipulasi laporan keuangan pada tahun 2005. Dengan mementingkan
beberapa pihak dalam PT KAI, KAP S. Mannan juga telah melanggar prinsip
kerahasiaan yang harusnya dijaga dan tidak diperbolehkan untuk membocorkan
rahasia tersebut kepada siapapun. Karena mementingkan beberapa pihak dalam
PT KAI, berarti KAP S. Mannan juga melanggar prinsip etika dari keseluruhan
prinsip yang ada. Karena, prinsip etika menuntut para akuntan untuk
mengorbankan kepentingan sendiri dan lebih mementingkan kepentingan dan
kewajiban yang harus dilakukan kepada masyarakat.

Dan dalam sudut pandang etika bisnis, KAP S. Mannan melakukan


tindakan tidak etis karena memanipulasi laporan keuangan dengan mementingkan
kepentingan dari pihak-pihak tertentu dalam PT KAI. Selain itu, KAP S. Mannan
juga tidak dapat mengambil keputusan dengan bijak karena lebih mementingkan
kepentingan pihak lain di PT KAI tersebut bukan berdasarkan kepentingan untuk
memenuhi kewajiban kepada masyarakat.

Opini

Menurut saya, KAP S. Mannan telah melanggar semua ketentuan yang


harusnya dapat diterapkan dalam profesi akuntansi. Seharusnya KAP S. Mannan
mengerti apa kewajiban mereka dan juga apa yang menjadi tanggungjawab
mereka karena pasti sebagai KAP pasti mengerti mengenai etika, prinsip, aturan,

13
dan interpretasi yang seharusnya diterapkan. Apabila semuanya sudah benar
sesuai dengan standar serta kode etik yang ada, mengapa masih banyak
pelanggaran yang terjadi? Menurut saya sendiri sebagai seorang mahasiswa di
fakultas ekonomi dan bisnis, pendidikan etika bisnis diterapkan dengan baik.
Mungkin dengan adanya pendidikan etika bisnis dalam mata kuliah mahasiswa
fakultas ekonomi dan bisnis dapat menata etika mahasiswa sejak masa
perkuliahan sehingga pada saat memasuki dunia kerja nantinya mereka bisa lebih
cepat mengerti apa yang harus dilakukan. Selain itu, kecil kemungkinan untuk
adanya pelanggaran yang terjadi dalam pekerjaan.

Namun, itu hanyalah ekspektasi belaka karena masih ada pelanggaran


etika seperti contohnya PT KAI ini. Menurut saya, apabila akuntan dari KAP S.
Mannan mendapat pendidikan mengenai etika maka seharusnya dapat
menerapkan etika dengan baik dan dapat menaati kode-kode etik yang ada. Jika
bukan, apakah semua kalangan mendapat pendidikan etika bisnis? Menurut saya
tidak semua mendapatkan pendidikan tersebut. Bahkan apabila dalam tempat
kerja apakah wawasan mengenai etika bisnis diberikan kepada para pekerja?

Maka dari itu, menurut saya pendidikan etika bisnis harus diterapkan
dalam jenjang perkuliahan secara merata sehingga semua mahasiswa
mendapatkan wawasan serta ilmu etika dengan benar. Selain itu, dalam tempat
kerja juga memberikan pelatihan mengenai etika bisnis kepada para pekerjanya
sehingga mereka bisa belajar bagaimana etika yang benar dan bagaimana harus
berperilaku.

PENUTUP

Kesimpulan yang dapat diambil adalah pendidikan etika bisnis sangatlah


penting bagi pelajar dan juga pekerja yang bekerja dalam sebuah profesi. Apabila
tak ada pendidikan etika bisnis, maka segala sesuatu yang terkait dengan sistem
dalam profesi tersebut akan kacau, maka dari itu pendidikan etika sangat
diperlukan untuk menata etika dalam sebuah profesi terutama profesi akuntan.

13
Selain itu, dengan adanya etika bisnis terdapat kemungkinan untuk terhindar dari
segala pelanggaran yang ada.

Pendidikan etika bisnis juga harus diterapkan dalam perkuliahan secara


merata, bukan hanya fakultas ekonomi dan bisnis saja sehingga kedepannya bisnis
dapat berjalan dengan baik. Selain dalam perkuliahan, pendidikan etika bisnis
juga diterapkan dalam tempat kerja sebagai aturan yang dapat membantu para
pekerja bagaimana beretika dan juga bagaimana berperilaku dengan baik dan
benar.

DAFTAR PUSTAKA

Christian Future, Michael. 2016. Pengertian Profesional, Profesi, Porfesionalisasi,


Profesionalisme, Profesionalitas. (Online).
(https://michaelchristiansite.wordpress.com/2016/02/11/pengertian-profesional-
profesi-profesionalisasi-profesionalisme-profesionalitas/).

Ignatius Januar, Jimmy. 2010. Profesi Akuntansi. (Online). (http://jimmy-


januar.blogspot.com/2010/11/profesi-akuntansi.html).

Sul, Sam. 2015. Etika dan Moral Dalam Berbicara. (Online).


(http://etikamoralitas.blogspot.com/2015/06/etika-dan-moral-dalam-
berbicara.html). Diakses 31 Mei 2018.

Kalfarizi, Musafa. 2016. Etika Profesi. (Online).


(https://musafakalfarizi.wordpress.com/2016/03/17/etika-profesi-2/).
Diakses 31 Mei 2018.

Ademuklis. 2014. Profesi Menurut Para Ahli. (Online).


(https://ademuklis.wordpress.com/2014/01/29/profesi-menurut-para-ahli/).
Diakses 31 Mei 2018.

13
Hilman, Achmad. 2015. Pernyataan Etika dan Profesi. (Online).
(http://hilmanyahilman.blogspot.com/2015/03/pernyataan-etika-dan-kode-
etik.html). Diakses 31 Mei 2018.

Salita, Bella. 2013. Empat Pilar Kode Etik Akuntan Indonesia. (Online).
(http://meiribellasalita.blogspot.com/2013/07/empat-pilar-kode-etik-
akuntan-indonesia.html). Diakses 1 Juni 2018.

Tempo, Bisnis. 2006. Laporan Keuangan Kereta Api Diduga Salah. (Online).
(https://bisnis.tempo.co/read/81332/laporan-keuangan-kereta-api-diduga-
salah). Diakses 2 Juni 2018.

Anonymous. 2014. Etika Bisnis. (Online). (http://quickstart-indonesia.com/etika-


bisnis/). Diakses 2 Juni 2018.

13

Anda mungkin juga menyukai