Penelitian
121710023
Puji dan syukur Peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
pihak yang telah ikut berpartisipasi membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
yaitu:
1. Bapak Assoc. Dr. Murpin Joshua Sembiring, S.E., M.Si. sebagai Rektor dari
lainnya.
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Ma Chung dan sebagai Dosen Mata Kuliah
makalah ini.
3. Ibu Dian Wijayanti, S.E., M.Sc., sebagai Kepala Program Studi Akuntansi
makalah ini.
ii
5. Orang Tua Peneliti yang telah memberikan dukungan, baik dalam bentuk doa
maupun materi dan non materi demi kelancaran Peneliti dalam menyelesaikan
makalah ini.
Pada makalah ini, Peneliti menyadari bahwa penulisan makalah ini masih
jauh dari kaya sempurna. Oleh karena itu, Penulis sangat menghargai dan
mengharapkan segala bentuk kritik dan saran dari berbagai pihak yang dapat
Akhir kata, Penulis juga berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
berbagai pihak.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
3.2.2.2.5. Likuiditas ..........................................................28
3.2.2.2.6. Mispricing ........................................................28
3.3 Populasi dan Sample ................................................................................28
3.4 Sumber Data ............................................................................................29
3.5 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................29
3.6 Teknik Analisis Data ...............................................................................29
3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif ............................................................29
3.6.1.1 Mean ................................................................................29
3.6.1.2 Frekuensi...........................................................................30
3.6.2 Uji Asumsi Klasik...........................................................................30
3.6.2.1 Uji Normalitas...................................................................30
3.6.2.2 Uji Multikolinearitas .........................................................31
3.6.2.3 Uji Heterokedastisitas .......................................................31
3.6.2.4 Uji Autokorelasi................................................................31
3.6.3 Regresi Berganda ............................................................................32
3.6.3.1 Regresi Data Panel-Fixed Effect Method (FEM) .............32
3.6.3.2 Regresi Data Panel-Random Effect Method (REM).........33
3.6.3.3 Uji Hausman ....................................................................33
3.6.4 Hipotesis..........................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................35
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR RUMUS
vii
BAB I
PENDAHULUAN
daya yang dilakukan oleh para investor dengan harapan dapat memperoleh
keuntungan atau tingkat return yang baik di masa mendatang. Investasi sendiri
dilakukan pada dua aset, yaitu aset finansial dan aset real. Aset real dapat berupa
tanah, emas, mesin atau bangunan, sedangkan aset finansial dapat berupa
deposito, saham, obligasi, options, warrants, atau future. Salah satu produk yang
paling diminati oleh investor dan perusahaan dalam dunia investasi adalah saham.
sebuah pasar khusus, yaitu pasar modal. Pasar Modal (capital market) merupakan
tempat bertemunya pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan
dana. Pasar modal sendiri berguna sebagai sarana pendanaan bagi perusahaan dan
dalam bentuk lembaran saham. Harga saham sendiri selalu berubah-ubah sehingga
saham sendiri memiliki tingkat pengembalian atau return serta tingkat risiko atau
risk yang berbeda-beda sesuai dengan keadaan harga pada saat itu juga. Menurut
1
2
tersedia secara penuh (fully reflect). Informasi akuntansi tersebut dapat berupa
mengenai perusahaan terkait, dan lain sebagainya. Informasi akuntansi ini dapat
informasi akan tingkat return dan tingkat risk pada harga saham (Samuelson &
Marks, 2003).
terjadi mispricing. Mispricing merupakan kondisi dimana harga pada suatu saham
atau terlalu rendah (undervalued). Menurut Santosa (2010), price reversal atau
Penelitian mengenai Price Reversal telah dibuktikan pada tahun 1985 oleh
Bond dan Thaler yang diakibatkan oleh overreaction anomaly atau winner loser
rata-rata return (Bond dan Thaler, 1985). Menurut Bond dan Thaler (1985),
dan saham loser. Saham winner merupakan saham yang memiliki kinerja yang
3
baik, sedangkan saham loser merupakan saham yang memiliki kinerja yang
kurang baik. Pada kedua kinerja saham tersebut, baik saham winner maupun
pada awalnya dapat memberikan tingkat return secara tinggi dan baik, di periode
berikutnya terjadi pembalikan (price reversal) yang dapat dilihat dari Cumulative
Abnormal Return (CAR) dengan memberikan tingkat return rendah dan menjadi
reversal yang diakibatkan adanya perilaku yang irasional dan berlebih dari pelaku
Menurut Cox dan Peterson (1994), price reversal juga diakibatkan oleh
likuiditas saham perusahaan. Semakin likuid suatu saham berarti semakin mudah
transaksi suatu saham tertentu dengan volume perdagangan saham di pasar modal
dalam periode tertentu. Sehingga, apabila semakin likuid saham maka frekuensi
investor memiliki saham tersebut. Adanya minat dari para investor ini
tinggi pula dibandingkan dengan likuiditas saham yang rendah. Hal tersebut
Penelitian mengenai price reversal pernah diuji oleh Dinawan (2007) yang
size effect), likuiditas dan bid-ask spread. Bid-ask spread sendiri merupakan
selisih antara harga beli dengan harga jual pada waktu tertentu. Pada penelitian
tersebut, dibuktikkan adanya pembalikan harga pada saham winner maupun loser
yang diakibatkan overreaction jangka pendek dari para investor pada 171 saham
di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2006. Pada penelitian ini, price reversal
price reversal.
price reversal pada indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2007.
Namun tidak disebabkan oleh fenomena overreaction dan tidak terjadi gejala
anomali overreaction. Pada tahun 2013, Pasaribu dan Latjuba meneliti kembali
spread serta likuiditas pada indeks LQ-45. Mereka menemukan bahwa bid-ask
(2016). Pada penelitian tersebut, telah dibuktikkan bahwa terjadi price reversal
pada kelompok saham indeks LQ-45 pada bulan Oktober 2011, Februari 2012,
dan Desember 2012 karena adanya overreaction dari pelaku pasar. Namun,
Penelitian lain mengenai price reversal ini juga dilakukan oleh Savitri
pada tahun 2012. Pada penelitian tersebut, perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003 hingga tahun 2007 mengalami price
reversal yang diakibatkan oleh stock mispricing. Sri Lestari dan Arief Yulianto
pada tahun 2018 terhadap perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
periode 2013-2016 yang telah melakukan IPO (Initial Public Offering). Pada
penelitian tersebut, price reversal terjadi karena adanya stock mispricing atau
spread, mispricing, efek ukuran perusahaan, dan likuiditas di dalam negeri ini
likuiditas, dan mispricing dengan berfokus pada indeks LQ-45 pada periode 2014
hingga 2018. Penelitian pada periode 5 tahun kebelakang ini diharapkan dapat
membantu melihat tingkat efisiensi dari hasil yang diperoleh berdasarkan sudut
fenomena mispricing.
LANDASAN TEORI
menyatakan bahwa efisiensi pasar dapat dilihat dari bagaimana harga saham
pada setiap waktu dapat mencerminkan ketersediaan informasi yang relevan. Hal
tersebut dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham yang akan
menyesuaikan apabila terdapat informasi baru. Adapun ciri-ciri dari pasar efisien
takers) atau sebagai pelaku pasar yang tidak dapat mempengaruhi harga dari
suatu sekuritas. Lalu, informasi tersedia secara luas dan murah untuk didapatkan
yang ditujukan kepada para pelaku pasar pada saat yang bersamaan. Selain itu,
yang baru. Terakhir, reaksi dari investor dengan menggunakan informasi secara
penuh dan cepat membuat harga sekuritas berubah sesuai dengan informasi
Menurut Fama (1970), bentuk efisiensi pasar sendiri dibagi menjadi tiga
bentuk, yaitu bentuk lemah (weak), bentuk setengah kuat (semi strong form), dan
bentuk kuat (strong form). Pada pasar efisiensi berbentuk lemah (weak form)
lebih menunjukkan pada harga saham yang mencerminkan informasi pada masa
lalu atau lebih tepatnya data historis. Bentuk lemah dari pasar efisiensi ini sangat
8
9
berkaitan dengan teori langkah acak (random walk theory) yaitu data historis
tidak dapat dihubungkan dengan nilai yang sekarang sehingga data historis
tetapi juga dipengaruhi oleh informasi perusahaan yang berkaitan dengan pasar
dan dipublikasikan serta informasi yang tersedia pada perusahaan terkait atau all
publicly available information. Pada pasar efisiensi dengan bentuk kuat (strong
penelitian yang dilakukan terhadap efisiensi pasar. Lalu pada tahun 1991, Fama
menjadi klasifikasi yang lebih umum dan berfungsi untuk menguji return
tinggi pada bulan Januari dan pada hari Jumat. Pola tersebut dimanfaatkan oleh
Dan terakhir pada efisiensi pasar berbentuk kuat disebut sebagai pengujian
Menurut De Bondt and Thaler (1985), pembalikan harga saham atau price
reversal merupakan efek pembalikan rata-rata return atau biasa disebut dengan
memiliki kinerja yang kurang baik (loser) akan berbalik menjadi saham yang
memiliki kinerja baik (winner) yang terjadi pada periode selanjutnya dan begitu
juga sebaliknya.
informasi baru dan bersifat berlawanan dengan kondisi yang normal. Sesuai
dengan hipotesis pada penelitian yang dilakukan oleh Heryana (2016) yang
mengadopsi hipotesis dari De Bondt dan Thaler (1985) yaitu bagaimana saham
yang termasuk kategori saham loser dengan return rendah dapat menghasilkan
sendiri terjadi dari bagaimana investor salah menilai suatu informasi dan
pembalikan harga saham atau price reversal. Dari rumusan tersebut dapat
kenaikan harga saham tersebut, maka akan semakin besar pula pembalikan harga
berikut:
Menurut Stoll (1989), bid-ask spread merupakan selisih dari harga beli
tertinggi dimana investor bersedia membeli suatu saham dengan harga jual yang
paling rendah yang ditawarkan oleh trader tersebut. Dari sudut pandang
kepada market maker atas pelayanan atau jasanya. Menurut Kaul dan
tersebut.
informasi yang selalu berubah dengan cepat membuat penurunan atas rentang
informasi yang positif dan hal tersebut akan meningkatkan likuiditas, namun
tidak dengan bid-ask spread dimana nilai bid-ask spread akan mengalami
penurunan. Secara tidak langsung, turunnya tingkat bid-ask spread ini akan
berpengaruh pada fluktuasi harga saham. Menurut Stoll (1989) dan Kaul &
meningkatkan probabilitas bahwa penutupan transaksi pada bid price atau harga
12
pada saat penawaran dalam artian bahwa penyebab pembalikkan hari pada hari
sebuah saham maka jumlah atau frekuensi transaksi juga semakin tinggi. Adanya
hypothesis, akan ada hari dimana penurunan harga besar-besaran mungkin akan
likuiditas merespon dengan masuk pada pasar yang belum pernah dimasuki
transaksi dalam antisipasinya terhadap perolehan laba (earning profit) dari price
reversal. Dalam hal ini, elastisitas harga pada jangka pendek sangat
mempengaruhi return dari price reversal. Menurut Cox dan Peterson (1994),
semakin likuidnya suatu saham, dalam arti mudah untuk ditransaksikan, maka
2.2.4 Mispricing, Price to Book Value, dan Ukuran Perusahaan (Firm Size)
merupakan keadaan atau konsep harga yang tidak sesuai dengan informasi yang
dari nilai estimasi volatilitas residual return dan variance rasio dari residual
return tersebut (Brennan & Wang, 2010). Menurut Balvers (2003), jika
mispricing ini terus terjadi maka akan menimbulkan mean reversion secara
suatu aset finansial yang akan kembali secara spesifik kepada nilai
Pada penelitian sebelumnya yaitu oleh Lestari dan Yulianto (2018), price
reversal yang berkaitan dengan mispricing akan dikontrol oleh price to book
value dan ukuran perusahaan (firm size). Menurut Anindyaguna (2014), investor
akan memiliki risiko saham lebih tinggi daripada perusahaan yang lebih besar.
Hal tersebut membuat investor berekspektasi akan return yang lebih besar pada
perusahaan yang memiliki nilai ukuran perusahaan yang lebih kecil. Menurut
Margaretha & Damayanti (2008), perusahaan dengan nilai price to book value
berikut:
Overreaction Mispricing
H1 H4
(X1) (X4)
H2 Price Reversal
(Y)
Variabel Kontrol:
Bid-Ask Spread
H3
Ukuran
(X2)
Perusahaan
Likuiditas Saham, dan Bid-Ask Spread sebagai variabel independen yang dapat
harga saham pada kelompok indeks LQ45. Sedangkan penelitian tersebut tidak
likuiditas saham. Penelitian yang dilakukan Heryana (2016) ini menjadi acuan
yang Terdaftar dalam Indeks LQ45 di BEI Periode 2014-2015). Penelitian ini
kasus yang hampir sama yaitu mengenai price reversal. Selain itu, peneliti dapat
memahami price reversal dengan lebih dalam. Pada penelitian tersebut terbukti
terdapat price reversal yang terjadi pada saham winner yang menjadi saham
tersebut sebagai paper pendukung kedua, karena peneliti dapat memahami lebih
kontrarian tidak dapat digunakan pada saham kelompok indeks saham LQ45.
Hal tersebut diakibatkan karena price reversal tidak terjadi secara menyeluruh
16
pada seluruh bulan yang telah diobservasi. Selain itu, tidak terbuktinya
Terhadap Return Reversal Saham Pada Bursa Efek Indonesia yang dilakukan
oleh Lestari dan Yulianto (2018). Penelitian ini dijadikan sebagai paper
pendukung ketiga oleh peneliti karena peneliti dapat memahami lebih dalam
tingkat return. Dalam penelitian tersebut, tingkat mispricing terbukti positif dan
Nama
Variabel
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian
saham.
Analisis Abnormal • Variabel Terdapat price
Return Saham Dependen: reversal yang
Winner dan Saham Pembalikan terjadi pada
Loser Untuk Harga Saham saham winner
Mengidentifikasi (Y) yang menjadi
Price Reversal • Variabel saham loser
(Studi Pada Independen: dengan
Aulia, N. N.,
Perusahaan yang Cumulative dicerminkan
Topowijono,
Terdaftar dalam Abnormal pada
2. &
Indeks LQ45 di Return Cumulative
Sulasmiyati,
BEI Periode 2014- Saham Average
S. (2016)
2015) Winner (X1) Abnormal
dan Return
Cumulative (CAAR).
Abnormal
Return
Saham Loser
(X2)
Overreaction • Variabel Tidak
Anomaly di Pasar Dependen: ditemukan
Modal Indonesia Pembalikan adanya
Herly (Studi Pada Saham- Harga Saham pengaruh
3. Hadimas Saham LQ-45 (Y) overreaction
(2019) Tahun 2014-2018) • Variabel yang signifikan.
Independen:
Overreaction
(X1)
Lestari, S., & Analisis Stock • Variabel Tingkat
Dependen:
4. Yulianto, A. Mispricing mispricing
Pembalikan
(2018) Terhadap Return terbukti positif
Return
18
BAB III
METODE PENELITIAN
Sugiyono (2010) merupakan data yang dapat diukur atau dihitung secara
3.2.1 Variabel
yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen (Y) atau
variabel yang dapat dipengaruhi oleh variabel lain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah price reversal atau pembalikan harga saham. Variabel
digunakan dalam penelitian ini adalah bid-ask spread (X1) , likuiditas saham
Keterangan:
CARi,t = Cumulative Abnormal Return
ARi,t = Abnormal Return
abnormal return saham ke-i pada periode/hari ke-t, sedangkan ARit merupakan
3.2.2.1. Overreaction
Pada penelitian ini, overreaction atau reaksi yang berlebihan dari investor
terhadap harga saham akibat adanya informasi baik ataupun buruk (De Bondt
adanya pembalikan harga dengan abnormal return pada saat kenaikan maupun
Keterangan:
pada hari atau periode ke-t. Ri,t merupakan Actual Return dari saham ke-i pada
hari atau periode ke-t. Ei,t merupakan Expected Return dari saham ke-i pada
periode ke-t. Pada penelitian ini, Penulis melakukan hal yang sama dengan
dan Thaler (1985) dengan membagi periode penelitian menjadi 1 tahun, 6 bulan
dan 3 bulan untuk masing-masing periode baik itu periode formasi dan observasi
harga saham yang ada selama periode pembentukan yaitu selama triwulan,
𝑃𝑗,𝑡 − 𝑃𝑗,𝑡−1
𝑅𝑗,𝑡 = … … … … … … … … . (3)
𝑃𝑗,𝑡−1
Keterangan:
𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡 − 𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡 −1
𝑅𝑚,𝑡 = … … … … … … … … . (4)
𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡 −1
Keterangan:
22
Keterangan:
d. Mengkumulatifkan Return
Mengakumulasikan return pada selama periode tiga bulan dan satu tahun
Keterangan:
Keterangan:
Selisih antara CAR portofolio winner dan CAR portofolio loser dapat
Keterangan:
portofolio loser ini dapat diperoleh abnormal profit. Abnormal Profit sendiri
merupakan profit atau laba yang diperoleh berlebih atau berkurang. Selain itu,
dari hasil perhitungan selisih ini dapat dilihat ada tidaknya anomali winner-loser
ACARW,t > 0
Bid-Ask Spread atau selisih harga beli tertinggi pada saat trader bersedia
membeli saham yang dijual oleh trader lain dengan harga terendah (Stoll, 1989)
𝐴𝐵𝑆
𝐴𝑅𝐵𝑆 = … … … … … … … (10)
𝑀𝑃𝐵𝑆
Keterangan:
bid-price dengan closing ask-price, sedangkan MPBS atau Mid point Bid-ask
berikut:
ukuran perusahaan maka akan semakin besar return dari perusahaan tersebut.
Price to Book Value atau harga lembar saham per nilai buku ini merupakan
variabel kontrol pada penelitian ini. Price to Book Value ini memiliki hubungan
yang positif dengan return saham, yaitu semakin besar price to book value,
maka semakin besar return suatu perusahaan. Terdapat beberapa tahapan untuk
terjadi dan dapat dihitung dengan data historis harga saham. Realized Return
𝑃𝑡 − 𝑃𝑡−1
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 (𝑅𝑖 ) = … … … … … … (11)
𝑃𝑡−1
Keterangan:
Ri = Realized Return
Pt = Harga penutupan saham periode ke-t
Pt-1 = Harga penutupan saham periode ke-t-1
∑ 𝑅𝑖𝑡
𝐸(𝑅𝑖 ) = … … … … … … … … … (12)
𝑛
Keterangan:
𝜎𝑖 = √𝜎𝑖 2 … … … … … … … … (14)
Keterangan:
26
i2 = Varian Saham
i = Standar Deviasi
Ri = Return saham
n = Jumlah dari observasi data historis
𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡 − 𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡 −1
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 (𝑅𝑚 ) = … … … … … … … … . (15)
𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡 −1
Keterangan:
∑ 𝑅𝑚
𝐸(𝑅𝑚 ) = … … … … … … … (16)
𝑛
Keterangan:
Keterangan:
2 = Varian Pasar
m
Rm = Tingkat Return Pasar
n = Jumlah dari observasi data historis
27
nilai kovarian positif berarti variabel bergerak ke arah yang sama. Namun,
apabila nilai kovarian negatif maka variabel bergerak ke arah yang berbeda.
Dalam hal ini, variabel yang dimaksud merupakan return saham dengan return
Keterangan:
pembagian antara kovarian dengan varian pasar. Beta saham dapat dihitung
Keterangan:
3.2.2.5. Likuiditas
perdangan saham yang terjadi di pasar modal. Likuiditas dapat dihitung dengan
3.2.2.6. Mispricing
residual seperti Peneliti sebelumnya, yaitu Lestari dan Yulianto (2017) serta
dan Wang (2010), semakin besar volatilitas dari nilai residual maka semakin
telah terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015-2018. Sampel yang
memiliki likuiditas yang baik dan telah terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.
29
data sekunder. Data sekunder sendiri menurut Sekaran (2011) merupakan data
yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada.
dokumentasi, yaitu diambil dari web perusahaan milik Bursa Efek Indonesia,
yaitu www.idx.co.id.
hasilnya dapat diputuskan dapat digeneralisasikan atau tidak. Selain itu, analisis
terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi (Sugiyono, 2007).
Analisis ini biasanya disajikan dalam beberapa bentuk, salah satunya yang
paling umum adalah mean atau rata-rata. Selain itu, statistik deskriptif disajikan
3.6.1.1 Mean
∑𝑛𝑖=1 𝑋𝑖
𝜇= … … … … … … … … . (21)
𝑛
Keterangan:
3.6.1.2 Frekuensi
klasik terhadap data yang akan diteliti guna memastikan bahwa data yang
apakah data telah terdistribusi normal atau tidak. Uji ini menggunakan uji
independennya. Hal tersebut dapat diindikasikan dengan melihat nilai VIF < 10,
pengamatan yang lain. Uji heterokedastisitas yang digunakan pada penelitian ini
Menurut Ghozali (2011), uji autokorelasi ini menguji apakah data yang
periode ke-t dengan periode ke-t-1. Uji autokorelasi ini menggunakan Durbin
negatif
dependen (Y). Data yang diolah pada penelitian ini merupakan data time series
dan cross section. Pada penelitian ini, regresi linier berganda yang digunakan
merupakan regresi data panel metode Fixed Effect (FEM) dan Random Effect
Pada regresi data panel ini menggunakan metode Least Square Dummy
Variable (LSDV) karena intersep pada fixed effect method ini membedakan
regresi antar individu. Model penelitian dapat dijabarkan dengan rumus sebagai
berikut:
Keterangan:
regresi data panel dengan Random Effect Method (REM) adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Pada uji Hausman ini menguji manakah metode yang paling tepat
antara model fixed effect dan random effect (Juanda dan Junaidi, 2012) dengan
H0 akan ditolak jika statistik Hausman > nilai statistik chi-square [α2 ]
atau p-value < α (Pengujian ini dilakukan untuk melihat signifikansi pengaruh
(R2 ) dan Adjusted R Square (Adj. R2 ). Nilai ini menunjukkan seberapa dekat
garis regresi yang diestimasi dengan data yang sesungguhnya. Semakin besar
3.6.3.1 Hipotesis
Daftar Pustaka
Bursa Efek Indonesia. (2019). Pengantar Pasar Modal. Diambil kembali dari
wwww.idx.co.id: https://www.idx.co.id/investor/pengantar-pasar-modal/
Fama. (1991). Efficient Capital Markets: II. The Journal of Finance, 1575-1617.
Latjuba, & Pasaribu. (2013). Efek Bid-Ask, Firm Size dan Likuiditas dalam
Fenomena Price Reversal Saham Winner dan Loser Kelompok Entitas
Indeks LQ-45 Periode 2009-2011 di Bursa Efek Indonesia. In Proceeding
PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur, dan Teknik Sipil), 8-9.
Lestari, S., & Yulianto, A. (2018). Analisis Stock Mispricing Terhadap Return
Reversal Saham Pada Bursa Efek Indonesia. Management Analysis
Journal 7 (1).
Savitri. (2012). Analisis Mispricing dan Return Reversal Pada Saham di Bursa
Efek Indonesia.
36
Stoll. (1989). Inferring The Components of The Bid-Ask Spread: Theory and
Empirical Tests. Journal of Finance 44, 115-134.
Tandelilin, E. (t.thn.). Edisi Pertama Portofolio Dan Investasi Teori Dan Aplikasi:
Bab I Pengertian Investasi.
Tandelilin, E. (t.thn.). Edisi Pertama Portofolio Dan Investasi Teori Dan Aplikasi:
Bab II Pengertian Dan Instrumen Pasar Modal.