WILPRINA ENDANG
D0218054
FAKULTAS TEKNIK
MAJENE
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa atas segala rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian
proposal penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menempuh Skripsi
Sulawesi Barat.
Penelitian ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dukungan, dan saran
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala hormat
kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi
WILPRINA ENDANG
DO218054
ii
DAFTAR ISI
iii
B. Saran ........................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 73
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
satunya yaitu petani nilam. Tanaman nilam merupakan salah satu tanaman yang
sangat mudah tumbuh khususnya di daerah tanah yang subur, berlumut dengan suhu
yang panas dan lembab. nilam dapat tumbuh di daerah dataran tinggi maupun
rendah. Minyak astiri yang dihasilkan dari nilam bersumber dari, daun,batang dan
akar. Peningkatan produksi tanaman nilam dapat dilakukan dengan berbagai cara
diantaranya, pemilihan jenis bibit tanaman nilam yang unggul dimana bibit yang
baik akan menghasilkan minyak astiri yang tinggi. Teknik pengolahannya dapat
dilakukan dengan teknik penyulingan. Nilam merupakan salah satu komoditas yang
minyak nilam juga memiliki banyak manfaat, seperti diantaranya, dapat digunakan
kosmetika, daun dari tanaman nilam digunakan sebagai obat anti septic dan juga
minyak nilam terbesar dengan kontribusi 85% dengan volume ekspor 1.057
ton/tahun dengan tujuan pasar dibeberapa manca negara seperti Spanyol, Inggris,
Switzerland dan Amerika serikat (Sukawati, 2019). Nilam dipercaya berasal dari
Thailand, dan budidaya awal di Indonesia yaitu dibagian daerah Aceh yang telah
Langkah awal untuk pengusahaan usaha nilam yang baik adalah petani
nilam perlu menggunakan bibit nilam yang berkualitas dan mampu mengahasilkan
minyak astiri yang tinggi. Pengembangan bibit nilam yang unggul perlu dilakukan
sendiri, selain itu penggunaan bibit nilam yang unggul diperlukan dalam budidaya
teknologi pun dapat juga dimanfaatkan sebagai solusi terhadap masalah seperti
sistem pendukung keputusan yang dapat digunakan dalam membantu petani nilam
dalam memilih bibit yang baik pada petani nilam yang ada di Desa Kala’be,
pengetahuan dan juga belum adanya alat bantu untuk menentukan jenis bibit
tanaman nilam yang baik membuat petani tidak bisa menentukan jenis bibit yang
paling unggul.Sangat disayangkan jika tanaman nilam di Desa Kala’be ini tidak
Proses pemilihan jenis bibit nilam unggul ini adalah permasalahan yang
menggunakan Metode AHP, TOPSIS dan AHP-TOPSIS dalam Studi Kasus Sistem
metode terbaik yang dapat di gunakan oleh pihak sekolah dalam studi kasus
penerimaan siswa akselerasi yaitu metode AHP, berdasarkan parameter nilai rapor
mendekati nol yaitu 0,47367. (2) Perbandingan Metode SAW dan AHP Pada Sistem
Pakar Pemilihan Bibit Jagung (Raturayawan 2020) dimana dari hasil pengujian
yang dilakukan rata-rata akurasi metode AHP menunjukkan 100% sedangkan pada
AHP, TOPSIS dan SAW dalam Studi Kasus Sistem Pendukung Keputusan
parameter prioritas ranking. Berdasarkan hasil penelitian metode yang paling baik
digunakan adalah metode AHP karena mempunyai nilai hampir mendekati nol yaitu
Oleh karena itu berdasarkan masalah diatas maka peneliti mengangkat judul
B. Rumusan Masalah
C. Batasan Masalah
Sebagai batasan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Studi kasus pada penelitian ini dilakukan di Desa Kala’be, Kecamatan Aralle,
Kabupaten Mamasa.
1. Tujuan penelitian
Tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini yaitu membuat suatu sistem
2. Manfaat penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Saaty dalam bukunya tahun 1980, The Analytical Hierarchy Process (Asfirasawati
& Irianto, 2019). AHP merupakan sebuah proses pemecahan permasalahan yang
menggabungnya.
berpasangan. Hasil perbandingan dari setiap elemen akan berupa angka 1 hinga
Nilai Keterangan
berdekatan
d. Pengukuran Konsistensi
Konsistensi dapat diartikan sebagai kesetaraan nilai bobot yang diberikan antar
pada skala yang telah ditentukan,skala 1 sampai 9 (sesuai teori ) dan data
3) Mengukur Konsistensi
6
Penting untuk mengetahui seberapa baik konsistensi yang ada. Hal ini
konsistensi yaitu :
CR=CI/IR, 2.2
Random (IR) yang mana IR adalah rumus dari algoritma itu sendiri.
No Nilai IR
1 0,00
2 0,00
3 0,58
4 0,90
5 1,12
6 1,24
7 1,32
7
No Nilai IR
8 1,41
9 1,45
10 1,49
11 1,51
12 1,48
13 1,56
14 1,57
15 1,59
jika rasio konsistensi (CI/IR kurang dari sama dengan 0,1, maka
Scoot Morton pada tahun 1971 (Turban, 2001) yang disebut dengan istilah Decision
Support System (DSS). Sistem pendukung keputusan atau Decision Support System
8
menurut beberapa ahli adalah sistem yang dibuat untuk meningkatkan kualitas dan
proses hasil dari pengambilan keputusan, yang mana DSS dapat memadukan
pengetahuan dan data guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam proses
atau sub sistem yang berhubungan satu dengan yang lain dalam mencapai suatu
tujuan tertentu. Menurut Little (Turban, 2001 ). SPK adalah suatu informasi yang
dkk ( Turban, 2001 ) mengatakan bahwa SPK adalah sistem yang berbasis computer
dan terdiri dari tiga komponen yang saling berkolerasi yaitu diantaranya : Sistem
sistem Bahasa (tata cara untuk memberikan komunikasi antar komponen sistem
komponen yang terdiri dari satu maupun lebih kapabilitas manipulasi masalah
beberapa pendapat diatas dapat didefinisikan sebagai suatu sistem informasi yang
bersifat semi terstruktur, untuk menghasilkan alternatif yang interaktif. Ada pun
c. Knowledge management. sub system dapat saling bekerja sama dan atau
terstruktur
integrasi informasi
fleksibilitas.
10
C. Tanaman Nilam
astiri melalui pengolahan yang cukup mudah yaitu batang dan daun dari tanaman
sendiri adalah pemasok minyak astiri dari tanaman nilam terbesar di pasaran dunia
dimana tercatat di tahun 2004 sebesar 2.074 ton. Minyak astiri dari tanaman nilam
ini menyumbang devisa bagi Negara dari total ekspor minyak astiri Indonesia
(Nuryani, 2006). Ada tiga jenis tanaman nilam yang tersebara di Indonesia
diantaranya yaitu: 1) P. cablin Benth. Syn. P. patchouli pellet var. Sauvis Hook atau
biasa disebut dengan nilam Aceh, 2) P. heyneanusb Benth yang disebut nilam Jawa
dan 3) P hortensis Becker yang disebut dengan nilam sabun (Nuryani, 2006).
Manfaat minyak astiri dari minyak nilam sendiri dapat mencakup dalam berbagai
ketahanan aroma dari parfum, kemudian dalam industri pembuatan cat (sebagai
pengikat ), dalam industri farmasi ( digunakan untuk pembuatan obat anti septik,
anti radang, anti depresi) dan masih banyak lagi (S., Mangun, & Waluyo, 2013).
Dari ketiga jenis nilam yang ada di Indonesia yang paling banyak penyebaran untuk
dikembangkan adalah jenis nilam aceh yang telah dilepas oleh mentri pertanian
yaitu nilam aceh varietas tapak tuan, lhokseumawe dan sidikalang.Pada umumnya
nama PHP/FI atau Personal Home Page dan Form Interface yang pertamakali di
buat olehj Rasmus Lerdoff. (Sovia & Febio, 2011) menurut Kadir,Abdul.2001,
PHP adalah Bahasa pemrograman yang berfungsi untuk membuat aplikasi web
E. Database Mysql
Database dapat kita artikan sebagai gudang data atau sekelompok data.
setiap datanya dapat saling terhubung satu sama lain maupun berdiri sendiri
sehingga dapat diakses dengan lebih mudah. Mysql adalah satu dukungan dari
PHP yang awalnya hanya berjalan pada sistem linux dan unix, namun karena
banyaknya peminat mysql merilis versi yang dapat diinstal oleh berbagai
platform termasuk salah satunya yaitu windows (Sovia & Febio, 2011). menurut
).Mysql merupakan DBMS yang multithird yang bersifat gratis (Yahyan & A
siregar, 2019).
F. Penelitian Terkait
Hierarchy Process (AHP), yang ditulis dalam bentuk tabel sebagai berikut:
13
1. (Purnomo, Sihwi, & 2013 Analisis Menghasilkan Metode yang digunakan Salah satu metode yang di
Anggrainingsih)
Perbandingan metode terbaik yang adalah perbandingan dua gunakan sama yaitu metode
Keputusan berdasarkan
menentukan metode
rekomendasi.
0,47367.
2. (Sunardi & Kriestanto) 2016 Perbandingan AHP Implementasi Pada penelitian ini Persamaan dari penelitian ini
dan SAW untuk perhitungan pegawai membandingkan metode dan penelitian yang akan
pemilihan Pegawai terbaik di STIMIK SAW dan AHP untuk dilakukan adalah
kriteria.jadi metode
gunakan adalah
matriks
perbandingan. Pada
apabila
16
menggunakan
sebanyak 50 dan 75
akurasi 100%
sedangkan SAW
33,33%
3. Andriyani & Hafiz 2018 Perbandingan Menghasilkan Dalam penelitian ini Menggunakan salah satu
Metode AHP dan aplikasi yang dapat membandingkan dua metode yang sama yaitu
berprestasi dengan
Topsis
4. Dodi Himawan 2019 Analisis Penelitian ini Pada penelitian ini Menggunakan salah satu
nilai hampir
0,1998 sedangkan
0,6822
19
3 Raturayawan 2020 Perbandingan dari hasil pengujian Dalam penelitian ini Menggunakan metode AHP
Metode Saw Dan yang dilakukan rata- membandingkan dua namun dalam penelitian ini
Ahp Pada Sistem rata akurasi metode Metode yaitu metode menggunakan alternatif yang
menunjukkan 50%
5. (Aldo & Apri) 2020 Pemilihan Suplier Menghasilkan Objek yang di teliti yaitu Metode yang digunakan
Pakan Pada system pendukung memilih supplier pakan dalam penelitian ini adalah
pemilihan supplier
20
6. (Sari & Tanjung) 2020 Sistem pendukung Menghasilkan sistem Perbedaan peneliti yang Metode yang digunakan
keputusan dalam pendukung akan dilakukan dengan dalam penelitian ini yaitu
memilih kulit ular keputusan untuk penelitian ini yaitu objek AHP
telah dilakukan,
21
antara perengkingan
manual dan
menggunakan
aplikasi tingkat
s.d 95%
7. (Azhar, Wakhinuddin, 2021 Sistem Pendukung Menghasilka system Tidak ada ada tampilan Metode yang digunakan
& Waskito, 2021)
Keputusan Dalam pendukung sistem yang bisa dilihat. dalam penelitian ini yaitu
Pengembangan pengembangan
Dengan Metode
AHP
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Pengembangan
SDLC model waterfall. Model waterfall adalah salah satu model pengembangan
sistem yang bersifat linear atau berurutan dari tahap perencanaan sampai tahap
pemeliharaan, yang mana tahapan yang lain tidak akan dilaksanakan ketika tahapan
sebelumnya tidak selesai dilaksanakan, dan tidak bisa mengulang tahapan yang
yang di butuhkan dalam penelitian ini yaitu data varietas dan kriteria dari
bibit tanaman nilam. Pengumpulan data dalam tahap ini yaitu melalui
b. Design sistem
Pada tahap ini dilakukan proses design atau perencanaan gambaran sistem
yang akan dibuat. Mulai dari melakukan pembuatan database dari data yang
akan dibuat.
dirancangkan. Dalam hal ini aplikasi yang dibuat berbasis web dengan
e. Pemeliharaan
25
ada, karena perangkat lunak yang ada pasti akan mengalami perubahan,
waktu penelitian akan berlangsung kurang lebih 4 bulan . berikut rencana penelitian
Bulan/Minggu
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Observasi awal
2 Requirement
Analisis
Kebutuhan
3 Design sistem
5 Pengujian
program
6 pemeliharaan
26
dengan menyatukan beberapa elemen terpisah menjadi kesatuan yang utuh untuk
1. Flowchart Sistem
Uraian dari flowchart penggunaan aplikasi pada gambar 3.2 adalah sebagai berikut
dihalaman login.
2. Input kriteria dalam hal ini kriteria yang digunakan adalah kecocokan
tanaman terhadap lahan, umur tanaman yang siap panen, rata-rata hasil
tanaman nilam
5. Tahapan selesai
2. Flowchart AHP
28
yaitu:
29
dibandingkan
nilai dari hasil penilian prameter dengan nilai prioritas dimana baris dikali
mencari nilai CI adalah tentukan nilai lambda. Dan untuk mencari nilai
lambda yaitu menentukan nilai rata-rata dari nilai prioritas. Untuk mencari
CI, nilai lambda dikurang jumlah kriteria dibagi jumlah kriteria dikurang
ditentukan nilainya berdasarkan ordo matriks atau jumlah kriteria yang ada.
6. Memeriksa nilai CR. Jika nilai CR <= 0.1 maka kembali ke matriks
perbandingan berpasangan, dan jika benar maka proses akan lanjut di tahap
berikutnya.
8. Tahapan selesai
30
didapatkan dari pengamatan (observasi ) suatu obyek, dimana data dapat berupa
1. Observasi
objek penelitian seperti varietas dan kriteria dari bibit tanaman nilam yang akan
varietas nilam yang ada diantaranya varietas Sidikalang, Tapak Tuan, dan
Lhokseumawae
2. Interview (wawancara)
kepada para petani nilam desa Kala’be ,Kec. Aralle, Kab. Mamasa. Dalam hal
ini penulis menanyakan tentang varietas bibit nilam yang ada di Desa Kala’be.
Tentang jenis varietas nilam yang ada, kecocokan lahan, tinggi bibit, waktu
E. Pengujian Sistem
yang diinginkan pada sistem yang dibuat. Dalam penelitian ini teknik pengujian
sistem yang digunakan adalah Black-box Testing dan User Acceptance Tes.
Pengujian Black-box yaitu menguji perangkat lunak dari segi spesifikasi fungsional.
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah fungsi masukan dan keluaran
pengujian User Acceptance Tes adalah proses memeriksa apakah sistem yang
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Data Penelitian
Pemilihan bibit unggul tanaman nilam menggunakan metode AHP. Penelitian ini
Kemudian data yang telah diporoleh tersebut akan dilakukan pengolahan dengan
sesuai dengan kebutuhan para petani. Data yang digunakan pada penelitian ini
Nama KRITERIA
No Petani Atribut Waktu
Kecocokan Lahan Tinggi Bibit Hasil Produksi
Panen
Memiliki daya tumbuh
Tapak
1 Norman dan produksi yang baik 160 cm 6 bulan 4 kg/10 karung
Tuan
ditanah gembur
Memiliki daya tumbuh
Lhokse
2 Norman dan produksi yang baik 128 cm 6 bulan 3,1 kg/10 karung
umawe
ditanah gembur
Memiliki daya tumbuh
Sidikal 2,5 kg / 10
3 Norman yang baik di tanah 120 cm 6 bulan
ang karung
gembur
33
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari petani di daerah setempat yang
diinput pada tabel diatas maka diperoleh data nilam yang menjadi acuan penentuan
bibit nilam yang unggul dengan kriteria sebanyak 4 yang diurutkan berdasarkan
kriteria penilaian yang paling diprioritaskan dalam penilain pemilihan bibit jagung
yaitu :
1. Kecocokan Lahan
Tanaman nilam akan tumbuh lebih baik pada tanah yang berhumus,
2. Tinggi bibit,
Salah satu ndikator keadaan pertumbuhan yang baik yaitu tinggi tanaman (
memberikan hasil per tanaman yang lebih baik adalah tanaman yang lebih
pendek(Zulfitri,2005).
3. Waktu panen
Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil randemen dari tanaman nilam
terbaik, karena pada umur 6 bulan tanaman lebih banyak daunnya (Indarar,
4. hasil produksi
34
Metode AHP merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam sistem
dalam sebuah cara yang logis. Dalam penyelesaian permasalahan dengan AHP, ada
menentukan tujuan (goal) yakni bibit nilam yang unggul, kemudian di level
kedua terdapat kriteria yang menjadi acuan dalam memilih bibit yang unggul
diantaranya kecocokan lahan, ukuran batang, umur tanaman yang siap panen,
dan rata-rata hasil produksi. Lalu selanjutnya level ke tiga alternatif nilam yang
gambar
35
nilai prioritas berdasarkan data hasil penilain dari ketua kelompok tani
No Kriteria Simbol
1 Kecocokan Lahan C1
2 Tinggi bibit C2
3 Waktu panen C3
4 Hasil Produksi C4
memiliki kepentingan yang sama dan bernilai 1 dan sisi nilai yang
elemen tersebut.
Kriteria C1 C2 C3 C4
C1 1 3 0,2 0,14
C3 5 5 1 0,3
C4 7 7 3 1
keputusan yang sudah didapat pada Tabel 4.4, tahap selanjutnya adalah menghitung
normalisasi dari untuk menentukan nilai bobot prioritas menggunakan model AHP,
dimana elemen kolom kriteria dibagi dengan total, yang hasilnya disajikan pada
tabel di bawah :
Kriteria C1 C2 C3 C4 Jumlah
Total 1 1 1 1
rata (W). Perhitungannya adalah jumlah kriteria, dimana jumlah kriteria yang
digunakan adalah 4 dibagi dengan total elemen kriteria. Sehingga diperoleh nilai
bobot prioritas (W) yang didapat adalah ditampilkan pada Tabel 4.7
Kriteria C1 C2 C3 C4 Jumlah W
Total 1 1 1 1 4,000
1) Untuk menghitung CI, terlebih dulu perlu mencari nilai dari Lamda Max
dengan cara yaitu : kalikan hasil dari jumlah kriteria perkolom dengan nilai rata-
= 4,31
39
kriteria), dimana jumlah elemen kriteria yaitu 4 dan dibagi n (banyaknya kriteria)
CI = (4,31 – 4) / ( 4-1)
= 0, 10
3) Langkah selanjutnya mencari nilai CR, dengan cara CI / IR. Dimana IR adalah
Index Random. Nilai IR didapat dari berapa jumlah dari kriteria, nilai IR dapat
No Nilai IR
1 0,00
2 0,00
3 0,58
4 0,90
5 1,12
6 1,24
7 1,32
8 1,41
9 1,45
10 1,49
11 1,51
40
No Nilai IR
12 1,48
13 1,56
14 1,57
15 1,59
= 0, 10 / 0,90
= 0, 1 ≤ 0,1 konsisten.
Lhokseumawe 0,3 1 3
rata (W). Perhitungannya adalah jumlah kriteria, dimana jumlah kriteria yang
digunakan adalah 4 dibagi dengan total elemen kriteria. Sehingga diperoleh nilai
bobot prioritas (W) yang didapat adalah ditampilkan pada tabel 4.12
42
a) sebelum mencari nilai CI, terlebih dahulu mencari nilai Lambda Max dengan
cara : kalikan hasil jumlah alteratif perkolom dengan nilai rata-rata (w) perbaris
= 3,09
CI = (3,09 – 3 ) / ( 3-1)
= 0, 04
Index Random. Nilai IR didapat dari berapa julah kriteria, nilai CR dapat
No Nilai IR
1 0,00
2 0,00
3 0,58
4 0,90
5 1,12
6 1,24
7 1,32
8 1,41
9 1,45
10 1,49
11 1,51
12 1,48
13 1,56
14 1,57
15 1,59
CR = CI / IR
= 0,04 / 0,58
= 0, 08 ≤ 0,1 konsisten.
Lhokseumawe 0,2 1 1
Sidikalang 0,14 1 1
Total 1,34 7 9
rata (W). Perhitungannya adalah jumlah kriteria, dimana jumlah kriteria yang
digunakan adalah 3 dibagi dengan total elemen kriteria. Sehingga diperoleh nilai
bobot prioritas (W) yang didapat adalah ditampilkan pada Tabel 4.16
45
Lhokseum
d) sebelum mencari nilai CI, terlebih dahulu mencari nilai Lamda Max dengan
cara : kalikan hasil jumlah alteratif perkolom dengan nilai rata-rata (w) perbaris
= 3,02
e) Hitung nilai CI dengan cara nilai Lamda Max dikurang n (jumlah elemen
= 6,75
alternatif), dimana jumlah elemen alternatif ada 3 dibagi denan n (Jumlah
CI = (3,02 – 3 ) / ( 3-1)
= 0, 01
46
Index Random. Nilai IR didapat dari berapa julah kriteria, nilai CR dapat
No Nilai IR
1 0,00
2 0,00
3 0,58
4 0,90
5 1,12
6 1,24
7 1,32
8 1,41
9 1,45
10 1,49
11 1,51
12 1,48
13 1,56
14 1,57
15 1,59
CR = CI / IR
= 0,01 / 0,58
= 0, 01 ≤ 0,1 konsisten.
3). Perhitungan Bobot Alternatif Waktu panen
Lhokseumawe 0,2 1 3
elemen kolom alternatif dibagi dengan jumlah. Hasilnya ditampilkan pada tabel
4.19 :
Lhokseumaw
dengan total elemen kriteria, dimana jumlah kriteria yang digunakan disini adalah
Lhokseum
g) sebelum mencari nilai CI, terlebih dahulu mencari nilai Lamda Max dengan
cara : kalikan hasil jumlah alteratif perkolom dengan nilai rata-rata (w) perbaris
= 3,08
CI = (3,08 – 3 ) / ( 3-1)
= 0, 04
Index Random. Nilai IR didapat dari berapa julah kriteria, nilai CR dapat
No Nilai IR
1 0,00
2 0,00
3 0,58
4 0,90
5 1,12
6 1,24
7 1,32
8 1,41
9 1,45
10 1,49
11 1,51
12 1,48
13 1,56
14 1,57
15 1,59
CR = CI / IR
= 0,04 / 0,58
= 0, 01 ≤ 0,1 konsisten.
Lhokseumawe 0,2 1 1
Sidikalang 0,3 1 1
Total 1,5 7 5
dengan total elemen kriteria, dimana jumlah kriteria yang digunakan disini adalah
51
3. Sehingga diperoleh nilai bobot prioritas (W) yang didapat adalah ditampilkan
j) sebelum mencari nilai CI, terlebih dahulu mencari nilai Lamda Max dengan
cara : kalikan hasil jumlah alteratif perkolom dengan nilai rata-rata (w) perbaris
= 3,11
CI = (3,11 – 3 ) / ( 3-1)
= 0, 003
52
Index Random. Nilai IR didapat dari berapa julah kriteria, nilai CR dapat
No Nilai IR
1 0,00
2 0,00
3 0,58
4 0,90
5 1,12
6 1,24
7 1,32
8 1,41
9 1,45
10 1,49
11 1,51
12 1,48
13 1,56
14 1,57
15 1,59
CR = CI / IR
= 0,003 / 0,58
= 0, 01 ≤ 0,1 konsisten.
4. Hasil Perengkingan AHP (Analytic Hierarchy Process)
akhir dari setiap alternatif yaitu dengan cara melakukan perkalian matriks
perhitungan (W) kriteria dengan matriks perhitungan (W) setiap alternatif kriteria
nilai matriks perhitungan (W) alternatif pada setiap kriteria dapat dilihat pada tabel
Kriteria
Alternatif
C1 C2 C3 C4
Kriteria Nilai W
Kecocokan Lahan 0,10
Tinggi bibit 0,05
Waktu Panen 0,28
Hasil Produksi 0,57
54
nilai W kriteria
Tapak tuan = (0,67x 0,10) + (0,75x 0,05) + (0,73x 0,28) +
(0,66 x 0,57)
= 0,68
= 0,17
alternatif sidikalang
Sidikalang = (0,10 x 0,10) + (0,12 x 0,05) + (0,08 x 0,28) +
(0,18 x 0,57)
= 0,14
terakhir adalah tapak tuan nilai 0,68 kemudian lhokseumaw nilai 0,17 dan
C. Tampilan Sistem
1. Tampilan awal
Pada tampilan awal sistem pemilihan bibit nilam yang telah dibuat untuk
menentukan jenis bibit nilamyang baik untuk ditanam di Desa Kala’be, Kecamatan
Aralle, Kabupaten Mamasa. Adapun tampilannya dari aplikasi yang dibuat dapat
yang telah di buat dan juga terdapat catatan username dan password yang digunakan
apabila ingin mengakses aplikasi.dan pada bagian akhir sekaligus form login untuk
mengakses aplikasi.
Pada tampilan aplikasi metode AHP telah dibuat beberapa pilihan yaitu
beranda, data kriteria, data alternatif, seleksi pada proses penghitungan metode
AHP, dan pilihan keluar dari aplikasi., yang diajukan pada gambar 4.3
dibawah.
diatas telah ditampilkan menampilkan beberapa menu yang menjadi fungsi atau
penilain pemilihan bibit nilam yaitu kecocokan lahan, tinggi tanaman, waktu panen,
Pada tampilan diatas menampilkan kriteria yang menjadi penilain dalam sistem
pemilihan keputusan bibit unggul nilam, dimana ada 4 kriteria yang diperoleh dari
petani desa setempat diantaranya yaitu kecocokan lahan, tinggi bibit,waktu panen,
Pada tampilan menu alternatif yaitu ditampilkan jenis nilam yang akan di
seleksi menggunakan metode AHP yang telah diinput yaitu tapak tuan,
berpasangan dari kriteria yang ada, yang dapat dilihat pada gambar 4.6 dibawah.
berpasangan dari alternatif yang ada, yang dapat dilihat pada gambar 4.7
telah diinput nilai skala perbandingan metode AHP dari 1 – 9. Pada tampilan
pada asumsi kepala kelompok tani berdasarkan skala perbandingan metode AHP
untuk mendapatkan bobot prioritas dari kriteria yang ditampilakn pada gambar 4.8
kriteria kecocokan lahan dibandingkan dengan tinggi bibit . dan angka 1 s/d 9
adalah nilai yang akan digunakan untuk penilain dari kriteria. Pada tabel penilaian
diatas diberikan nilai 3 untuk kriteria kecocokan lahan, artinya elemen kecocokan
lahan sedikit lebih penting dari pada elemen tinggi bibit. Jadi kriteria kecocokan
lahan memperoleh nilai 3 berdasarkan data pakar karna untuk meberikan penilaian
pada jenis nilam yang baik, yang dianggap sedikit lebih penting dari kriteria tinggi
tanaman. Begitupun penjelasan untuk no. urut 2 s/d No. urut 6 . Setelah itu, maka
dibuat matrik nilai perbandingan yang tampil pada sistem seperti gambar 4.9
perbandingan AHP untuk memperoleh bobot prioritas antar kriteria. Setelah itu
bagi nilai perbandingan pada kolom masing-masing kriteria dan hasil jumlah nilai
perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil yang konsisten. Yakni dapat
Max – n. Untuk mencari nilai lamda max dilakukan pengurangan nilai hasil
62
jumlah dari masing-masing nilai perbandingan dari tiap kriteria di kali dengan
nilai rata-rata dari tiap baris. Setelah nilai dari lamda max diperoleh maka
nilai lamda max tersebut dikurang dengan total kriteria, dibagi dengan jumlah
kriteria dan dikurang satu. Dan untuk menentukan nilai konsistensi rasio yaitu
nilai CI dibagi dengan nilai Index Random (IR) sehingga diperoleh nilai
konsistensi rasio yang nampak pada gambar 4.11 yaitu 0,19. Jadi hasil dari
konsistensi ini didapat nilai yang dibawah dari 1 atau 0,1, menandakan bahwa
Pada tampilan perbandingan alternatif metode AHP telah diinput nilai skala
perbandingan 1-9 terhadap kriteria kecocokan lahan yang dapat dilihat pada
gambar4.12
Dari tabel penilaian diatas diberikan nilai 3 untuk alternatif atau jenis nilam
bahwa alternatif tapak tuan sedikit lebih penting dari alternatif .seterusnya juga
berlaku untuk No. urut 2 s/d No. Urut 3. Setelah itu akan dibuat matrik nilai
setelah nilai eigen di dapatkan selanjutnya dilakukan cek konsistensi dengan rumus
Dari rumus diatas dilakukan perkalian untuk memperoleh nilai Lamda Max –
n. Untuk mencari nilai lamda max dilakukan pengurangan nilai hasil jumlah dari
masing-masing nilai perbandingan dari tiap alternatif di kali dengan nilai rata-rata
dari tiap baris. Setelah nilai dari lamda max diperoleh maka nilai lamda max
tersebut dikurang dengan total alternatif, dibagi dengan jumlah alternatif dan
dikurang satu. Dan untuk menentukan nilai konsistensi rasio yaitu nilai CI dibagi
dengan nilai Index Random (IR) sehingga diperoleh nilai konsistensi rasio yaitu
0,07. Jadi hasil dari perengkingan ini didapat nilai yang dibawah dari 1 atau 0,1,
menandakan bahwa penilaian ini sudah konsisten ,sesuai ketentuan pada metode
gambar4.14
tapak tuan sedikit lebih penting dari alternatif .seterusnya juga berlaku
untuk No. urut 2 s/d No. Urut 3. Setelah itu akan dibuat matrik nilai
dengan nilai rata-rata dari tiap baris. Setelah nilai dari lamda max diperoleh
maka nilai lamda max tersebut dikurang dengan total alternatif, dibagi
65
dengan jumlah alternatif dan dikurang satu. Dan untuk menentukan nilai
Consistensi Rasio yaitu nilai CI dibagi dengan nilai Index Random (IR)
sehingga diperoleh nilai konsistensi rasio yaitu 0,07. Hasil dari konsistensi
ini didapat nilai yang dibawah dari 1 atau 0,1, menandakan bahwa penilaian
ini sudah konsisten ,sesuai ketentuan pada metode AHP. yang tampil pada
gambar 4.16
panen seperti gambar 4.16 maka dilakukan normalisasi dan mencari nilai eigen
setelah itu cek konsistensi yang dapat dilihat pada gambar 4.17
Gambar 4.17 tampilan normalisasi data dan menentukan nilai eigen dan
cek konsistensi
Pada gambar diatas dimuat hasil dari konsistensi dinyatakan konsisten yakni
nilai yang diperoleh 0,16. nilai yang dibawah dari 1 atau 0,1, menandakan bahwa
penilaian ini sudah konsisten ,sesuai ketentuan pada metode AHP. yang tampil pada
nilai perbandingan antar alternatif terhadap kriteria hasil produksi sesuai dengan
tuan sedikit lebih penting dari alternatif lhokseumawe yakni bernilai 3, sedangkan
perbandingan antara alternatif tapak tuan lebih penting dari alternatif sidikalang
dari alternatif sidikalang yakni bernilai 7 yang dapat dilihat pada gambar4.18
maka dilakukan normalisasi kemudian mencari nilai eigen setelah itu cek
konsisten yakni nilai yang diperoleh 0,26. Yaitu nilai yang dibawah dari 1 atau 0,1,
menandakan bahwa penilaian ini sudah konsisten , sesuai ketentuan pada metode
e. Tampilan hasil
68
Dari hasil perbandingan setiap kriteria dan perbandingan setiap alternatif AHP,
kita dapat melihat hasil nilai masing-masing alternatif atau jenis nilam dari
yang dimana nilai yang didapat menunjukkan alternatif atau jenis nilam yang
paling bagus yaitu tapak tuan dengan nilai 0,62 di susul nilam jenis
Pada menu keluar adalah ketika ingin keluar dari sistem maka silahkan klik
menu keluar dan kita akan keluar dari aplikasi seperti gambar 4.22
D. Pengujian Sistem
Aktifitas
No Realisasi yang diharapkan Validasi
Pengujian
Aktifitas
No Realisasi yang diharapkan Validasi
Pengujian
Menampilakan tabel perbandingan
krieria menggunakan bobot kriteria
setelah diproses akan otomatis tabel
Menu hasil
7. matriks nilai perbandingan, normalisasi Berhasil
kriteri
dan nilai eigen serta cek konsistensi
akan terisi berdasarkan perhitungan dari
metode AHP
menampilakan tabel alternatif
perbandingan alternatif terhadap krieria
masing-masing kecocokan lahan, tinggi
bibit, waktu panen dan hasil produksi
setelah diproses akan otomatis tabel
Menu hasil matriks nilai perbandingan, normalisasi
8. dan nilai eigen serta cek konsistensi Berhasil
alternatif
akan terisi, berdasarkan perhitungan
dari metode AHP
menampilkan hasil dari seleksi
berdasarkan metode AHP sesuai dengan
pengisian
seleksi nilai kriteria dan nilai alternatif
Menampilkan panduan penggunaan
Menu
9 aplikasi Berhasil
Bantuan
Menu
10 Keluar dari sisten Berhasil
Keluar
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Implementasi metode AHP (Analytic Hierarchy Process) pada aplikasi yang telah
2. Rekomendasi sistem pendukung keputusan pemilihan jenis bibit unggul tanaman dengan
metode AHP, menunjukkan alternatif atau jenis nilam yang paling unggul untuk ditanam
tapak tuan dengan nilai 0,62 di susul nilam jenis lhokseumawe dengan nilai 0,27 dan
B. Saran
sistem lebih lanjut adalah perlu adanya perbaikan sistem yang jauh lebih baik
lagi, seperti penambahan alternatif dan kriteria dengan mengunakan metode AHP
DAFTAR PUSTAKA