Pendahuluan
1.Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia,
karena tanpa kesehatan manusia sulit untuk menjalankan aktivitas. Menurut undang-
undang no.36 tahun 2009 tentang kesehatan, kesehatan adalah suatu keadaan sehat,
baik secara fisik,mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Gangguan
jiwa beratter banyak diYogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah.
Proporsi Rumah Tangga (RT)yang pernah memasung Anggota Rumah Tangga (ART)
gangguan jiwa berat 14,3 persen dan terbanyak pada penduduk yang tinggal di
perdesaan (18,2%), serta pada kelompok penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan
terbawah (19,5%). Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia
6,0 persen. Provinsi dengan prevalensi ganguan mental emosional tertinggi adalah
Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara
Timur(Riskesdes, 2013).
Salah satu bentuk dari gangguan kesehatan jiwa adalah Skizofrenia. Skizofrenia
merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku
psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan
interpersonal, seta memecahkan masalah, menurut Gail W. Stuart (2007). Skizofrenia
merupakan gangguan jiwa berupa perubahan pada psikomotor, kemauan, afek emosi
dan persepsi. Akibat dari gejala yang muncul, timbul masalah-masalah bagi klien
meliputi, kurang perawatan diri, resiko menciderai diri dan orang lain, menarik diri, dan
harga diri rendah (Townsend, 1998).
Tujuan khusus penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah agar penulis mampu:
a.Melaksanakan pengkajian data pada klien dengan masalah utama isolasi sosial:
menarik diri.
c.Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan isolasi sosial: menarik diri.
d.Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan isolasi sosial: menarik diri.
f.Mengevaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan isolasi sosial: menarik diri.
3. Ruang Lingkup
Bab II
Tinjauan Teori
1. Pengertian
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2016) Isolasi Sosial merupakan ketidakmampuan untuk membina hubungan yang erat,
hangat, terbuka, dan interdependen dengan orang lain.Isolasi sosial adalah keadaan
dimana individu mengalami penurunan dan bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Klien merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain. Dengan
kata lain isolasi sosial adalah kegagalan individu dalam melakukan interaksi dengan
orang lain yang disebabkan pikiran negatif dan mengancam (Keliat, B.A., 2005)
2. Rentang Respon
Menurut stuart tentang respons klien ditinjau dari interaksinya dengan lingkungan
social merupakan suatu kontinum yang terbentang antara respon adaptif dengan
maladaptif sebagai berikut :
1) Respon adaptif
Respon adaptif adalah respons yang masih dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan kebudayaan secara umum dalam batas normal ketika menyelesaikan
masalah. Berikut ini adalah sikap yang termasuk respon adaptif
c)Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama lain.
2) Respon maladaptif Respon maladaptif adalah respons yang menyimpang dari normal
sosial dan kehidupan disuatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon
maladaptif a)Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain.b)Kertegantungan, seseorang gagal
mengembangkan rasa percaya diri sehingga tergantung dengan orang
lain.c)Manipulasi, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga
tergantung dengan orang lain.d)Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa
percaya terhadap orang lain
3. Etiologi
ETIOLOGI Gangguan ini terjadi karena adanya faktor predisposisi dan faktor
presipitasi. Kegagalan pada gangguan ini akan menimbulkan ketidak-percayaan
individu, menimbulkan rasa pesimis, ragu, takut salah, tidak percaya pada orang
lain, merasa tertekan, keadaan yang seperti ini akan menimbulkan dampak
seseorang tidak ingin untuk berkomunikasi dengan orang lain, suka menyendiri,
lebih suka berdiam diri dan tidak mementingkan kegiatan sehari-hari (Direja,
2011)
Tanda dan gejala isolasi sosial menurut (Townsend, 2009) dapat dikelompokkan
meliputi: fisik, kognitif, perilakudan afektif.
Berikut ini dijelaskan tanda dan gejala isolasi sosial secara rinci:
1) Tanda dan gejala fisikTanda dan gejala fisik merupakan manifestasi respon
fisiologis tubuh terhadap masalah isolasi sosial ditandai dengan kurang energi,
lemah, insomia/hipersomia, penurunan atau peningkatan nafsu makan.Klien
malas beraktivitas, kurang tekun bekerja dan sekolah, dan kesulitan
melaksanakan tugas yang komplek. Kondisi fisik berupa keterbatasan atau
kecacatan fisik/mental dan penyakit fisik juga akan menunjukkan perilaku yang
maladaptif pada klien yaitu isolasi sosial.
2) Tanda dan gejala kognitifTanda dan gejala kognitif terkait dengan pemilihan
jenis koping, reaksi emosi, fisiologik dan emosi. Penilaian kognitif merupakan
tanggapan atau pendapat klien terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan
(Stuart & Laraia, 2005). Hal ini ditandai dengan adanya penilaian individu bahwa
adanya perasaan kesepian dan ditolak oleh orang lain, merasa orang lain tidak
bisa mengerti dirinya, merasa tidak aman berada dengan orang lain, merasa
hubungan tidak berarti dengan orang lain, tidak mampu berkosentrasi dan
membuat keputusan, merasa tidak memiliki tujuan hidup. Klien menjadi
kebingungan, kurangnya perhatian, merasa putus asa, merasa tidak berdaya,
dan merasa tidak berguna.
3) Tanda dan gejala perilakuTanda dan gejala perilaku dihubungkan dengan
tingkah laku yang ditampilkan atau kegiatan yang dilakukan klien berkaitan
dengan pandangannya terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Stuart &
Laraia, 2005). Pada klien isolasi sosial perilaku yang ditampilkan yakni;
kurangnya aktifitas, menarik diri, tidak/jarang berkomunikasi dengan orang kain,
tidak memiliki teman dekat, melakukan tindakan berulang dan tidak bermakna,
kehilangan gerak dan minat, menjauh dari orang lain, menunjukkan perilaku
bermusuhan, menolak berhubungan dengan orang lain, menunjukkan perilaku
yang tidak dapat diterima oleh kultur, mengulang-ulang tindakan, tidak ada
kontak mata, berdiam diri di kamar.
4) Tanda dan gejala afektifTanda dan gejala afektif terkait dengan respon emosi
dalam menghadapi masalah(Stuart & Laraia, 2005). Respon emosi sangat
bergantung dari lama dan intensitas stresor yang diterima dari waktu ke
waktu.Tanda dan gejala yang ditunjukkan klien isolasi sosial meliputi merasa
sedih, afek tumpul, kurang motivasi, serta merasa bosan dan lambat
menghabiskan waktu.Rasa sedih karena kehilangan terutama terhadapsesuatu
yang berarti dalam kehidupan sering kali menyebabkan seseorang menjadi takut
untuk menghadapi kehilangan berikutnya.Menurut Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) tanda dan gejala
isolasi sosial sebagai berikut :
Tabel 1
Subjektif Objektif
Tabel 1
Subjektif obyektif
Merasa berbeda dengan orang lain afek datar
ditolak
menunjukkan permusuhan
kondisi difabel
perkembangan terlambat
tidak bergairah/lesu
1) Faktor Predisposisi
budaya.
a) Faktor Biologis
b) Faktor Psikologis
2. Faktor Presipitasi
a) Stresor Biologis
Stresor biologis yang berkaitan dengan isolasi sosial meliputi penyakit infeksi,
penyakit kronis dan adanya kelainan struktur otak.Ini terkait juga dengan interaksi
beberapa neuroendokrin, hormon pertumbuhan, prolaktin, ACTH, LH/FSH, vasopressin,
hormon tiroid, insulin, oksitosin, epinefrin, norepinefrin dan beberapa neurotransmiter
lain diotak.Dapat disimpulkan stressor biologis berkaitan dengan adanya gangguan
struktur dan fungsi tubuh serta sistem hormonal yang abnormal.
b) Stresor Psikologis
b) Respon afektif
Respon afektif menunjukkan suatu perasaan.Penilaian terhadap stresor secara
afektif tidak spesifik dan umumnya berupa reaksi cemas yang diekspresikan sebagai
emosi.Respon afektif meliputi gembira, sedih, takut, marah, menerima, tidak percaya,
antisipasi, dan terkejut. Pengetahuan yang baik, optimis, dan sikap positif dalam menilai
peristiwa kehidupan yang dialami diyakini dapat menimbulkan perasaan sejahtera dan
memperpanjang usia (Stuart & Laraia, 2005). Respon afektif dipengaruhi oleh
kegagalan individu dalam menyelesaikan tugas perkembangan di masa lalu terutama
terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan orang lain. Menurut (Townsend,
2009)dan (NANDA, 2015)secara afektif klien dengan isolasi sosialmerasa bosan dan
lambat dalam menghabiskan waktu, sedih, afek tumpul, dan kurang motivasi
c) Respon fisiologis
Respon fisiologis merefleksinkan interaksi beberapa neuroendokrin seperti
hormon pertumbuhan, prolaktin, ACTH, luteinizing dan follicle-stimulating hormone,
TSH, vasopresin, oksitosin, insulin, epineprin, norepineprin,
dan beberapa neurotransmiter dalam otak. Respon fisiologis fight-or-flight menstimulasi
sistem saraf otonom yaitu saraf simpatis dan meningkatkan aktivitas adrenal pituitari.
Respon fisiologis yang terjadi pada klien isolasi sosial berupa lemah,
penurunan/peningkatan nafsu makan, malas beraktivitas, lemah, kurang energi
(NANDA, 2015).
d) Respon perilaku
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu
sendiri dan mempunyai bentangan yang luas meliputi berjalan, berbicara dan bereaksi,
dimana semua itu dapat diamati, bahkan dipelajari.(Stuart, 2007)merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
luar).Menurut (Townsend, 2009)perilaku yang ditunjukkan klien isolasi sosial meliputi
menarik diri, menjauh dari orang lain, tidak atau jarang melakukan komunikasi, tidak
ada kontak mata, kehilangan gerak dan minat, malas melakukan kegiatan sehari-hari,
berdiam diri di kamar, menolak hubungan dengan orang lain, dan sikap bermusuhan.
e) Respon social
Respon sosial individu dalam menghadapi stressor terdiri dari tiga
kegiatan,yaitu:
(1) Mencari makna, individu mencari informasitentang masalah yang dihadapi.
Dalam hal ini perlu memikirkan strategi koping yang akan digunakan untuk
merespon masalah yang dihadapi secara rasional
6. Tingkah Laku
7.Mekanisme Koping
Mekanisme koping merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengatasi
stres (Stuart & Laraia, 2005).
Terdapat 3 (tiga) tipe utama mekanisme koping, yaitu :
a)Mekanisme koping berfokus pada masalah (problem-focused), merupakan
mekanisme koping yang meliputi tugas dan usaha langsung dalam mengatasi
masalah yang mengancam individu, seperti negosiasi, konfrontasi, dan meminta
nasihat.
8. Sumber Koping
9. Penatalaksanaan Umum
1) Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan
strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing strategi
pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat mengidentifikasi
penyebab isolasi social, berdiskusi dengan pasien mengenai keuntungan dan
kerugian apabila berinteraksi dan tidak berinteraksi dengan orang lain,
mengajarkan cara berkenalan, dan memasukkan kegiatan latihan berbincang-
bincang dengan orang lain ke dalam kegiatan harian. Pada SP dua,
perawatmengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan pada
pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang, dan membantu
pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai
salah satu kegiatan harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien, memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang atau
lebih dan menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan
hariannya (Purba & dkk, 2008).
2) Terapi kelompok
Menurut (Purba & dkk, 2008), aktivitas pasien yang mengalami
ketidakmampuan bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu:
a) Activity Daily Living (ADL)Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang meliputi:
(1) Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu
bangun tidur.
(2) Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua bentuk
tingkah laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB dan BAK
3) Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan
mandi dan sesudah mandi.
(4) Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengankeperluan
berganti pakaian.
(5) Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu,
sedang dan setelah makan dan minum.
(6) Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan
kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan kebersihan
pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-lain.
(7) Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan
dapat menjaga keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak
menggunakan/menaruh benda tajam sembarangan, tidak merokok sambil
tiduran,memanjat ditempat yang berbahaya tanpa tujuan yang positif.
(8) Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk
pergi tidur. Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini perlu
diperhatikan karena sering merupakan gejala primer yang muncul
padagangguan jiwa. Dalam hal ini yang dinilai bukan gejala insomnia
(gangguan tidur) tetapi bagaimana pasien mau mengawali tidurnya
Tingkah laku social Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial
pasien dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
a) Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan
hubungan sosial dengan sesama pasien, misalnya menegur kawannya,
berbicara dengan kawannya dan sebagainya.
b) Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan
hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa, menjawab pertanyaan
waktu ditanya, bertanya jika ada kesulitan dan sebagainya.
c) Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara dengan
orang lain sepertimemperhatikan dan saling menatap sebagai tanda adanya
kesungguhan dalam berkomunikasi.
e) Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan ketertiban
yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.
f) Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama atau
sopan santun terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain.
Tinjauan Kasus
1. Pengkajian kasus 1
I. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Nn.D Tanggal Pengkajian : 05-01-2016
Umur : 26 Tahun
Informan : Pasien
KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan lebih suka menyendiri, malas bergaul dengan orang lain karna
takut untuk dipukuli, dan pasien nampak menyendiri.
Aniaya fisik
Aniaya seksual
Penolakan
/20-23 tahun
Kekerasan dalam keluarga
Tindakan kriminal
Penjelasan No. 1,2,3
Pasien tidak pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu, tapi klien
mengalami penolakan dari keluarganya karna klien tidak pernah dilibatkan
dalam pengambilan keputusan didalam keluarganya, serta pasien dilarang
keluar rumah sendirian oleh keluarganya.
29 ?
?
? ? 26
Keterangan:
Penjelasan :
Pola Asuh : klien di asuh oleh kedua orang tuanya.
Pola komunikasi : klien adalah introvert karna klien mengatakan saat klien
memiliki masalah klien tidak menceritakannya pada orang
lain.
Pengambil keputusan : pengambil keputusan dalam keluarga adalah ayah klien
dalam bentuk kepemimpinan demokratis.
Masalah Keperawatan : Koping keluarga tidak efektif/ketidakmampuan
Koping keluarga tidak efektif kompromi
Resiko tinggi kekerasan
2. Konsep diri
a. Gambaran diri :
Klien mengatakan merasa puas dan menyukai semua anggota tubuhnya.
b. Identitas :
Klien mengatakan bahwa sebelum masuk RSKD, klien merupakan penjaga
Ibu dari Ibu pendeta
c. Peran :
Klien berperan sebagai seorang anak perempuan dalam keluarganya dan
klien mampu menjalankan perannya tersebut karna klien mengatakan selalu
menuruti perintah orang tuanya seperti membantu ibunya dalam
mengerjakan pekerjaan rumah diantaranya menyapu, mengepel, dan
memasak.
d. Ideal diri :
Klien mengatakan ingin cepat keluar dari Rumah sakit dan berharap bisa
pulang kerumahnya untuk kembali kekeluarganya
e. Harga diri :
Klien mengatakan kecewa karena ibu pendeta tidak datang membesuknya
dan klien juga merasatidak diharapkan lagi oleh keluarganya.
Masalah Keperawatan : Pengabaian unilateral
Gangguan citra tubuh
Gangguan identitas pribadi
HDR situasional
HDR Kronik
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : Ibu pendeta
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Klen mengatakan pernah mengikuti kegiatan kelompok keagamaan katolik di
gereja.
c. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain
Klien mengatakan malas berhubungan dengan orang lain dan lebih senang
bekerja di rumah.
Masalah Keperawatan : Kerusakan komunikasi verbal
Isolasi sosial
Kerusakan interaksi sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan :
Klien tidak mengetahui dirinya mengalami gangguan jiwa klien meyakini
dirinya sehat.
b. Kegiatan Ibadah :
Klien beribadah sejak di Rumah sakit begitupun saat di rumah, klien
mengatakan rajin ke gereja. Menurut klien berdoa di gereja merupakan suatu
kewajiban.
Masalah Keperawatan : Distress Spiritual
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian tidak
Tidak sesuai seperti biasanya
Penjelasan :
Klien tampak memakai pakaian yang lengkap dan sesuai, klien tampak agak
rapi, rambut pendek berwarna hitam terurai,tapi gigi nampak kotor.
Masalah Keperawatan : Sindrom deficit perawatan diri
(makan, mandi, berpakaian, toileting, instrumentasi)
2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren
Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai pembicaran
Penjelasan
Cara bicara lambat dan suara pelan, bicara hanya ketika ditanya degan jawaban
singkat, klien mengatakan bingung ingin memulai pembicaraan dengan orang
lain.
Masalah Keperawatan : Kerusakan komunikasi verbal
Kerusakan komunikasi
3. Aktifitas motorik
Lesu Tegang Gelisah Agitasi
Tik Grimasen Tremor Kompulsif
Penjelasan :
Klien tampak lesu, malas beraktivitas, klien berdiam diri dan menghabiskan
waktunya ditempat tidur
Masalah Keperawatan : Risiko tinggi cedera
Deficit aktivitas deversional/hiburan
Intoleransi aktivitas
Kerusakan mobilitas fisik
4. Alam Perasaan
Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira berlebihan
Penjelasan :
Klien merasa ketakutan dan merasa akan dipukul jika ingin memulai
pembicaraan dengan orang lain.
Masalah Keperawatan : Risiko tinggi cedera
Keputusasaan
Ansietas
Ketakutan
Resiko tinggi membahayakan diri
Resiko tinggi mutilasi diri
Ketidakberdayaan
5. Afek
Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
Penjelasan :
Klien hanya mau bicara ketika ditanya
9. Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran Magis
Waham
Agama Normatik Kebesaran Curiga
Nihilstik Sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir
Penjelasan :
Tidak ditemukan adanya gangguan isi pikir
Masalah Keperawatan : Perubahan proses pikir
10. Tingkat Kesadaran
Bingung Sedasi Stupor
Disorientasi
Waktu Tempat Orang
Penjelasan :
Klien terkadang bingung saat menjawab pertanyaan perawat, klien tidak
mengalami disorientasi terbukti klien mengetahui waktu pagi, siang, sore, dan
malam, begitu pula waktu mandi dan makan, serta klien mengenal pengkaji dan
beberapa pasien lain.
Masalah Keperawatan : Risiko tinggi cedera
Perubahan proses pikir
11. Memori
Gangguan daya ingat Gangguan daya ingat
jangka panjang jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi
Penjelasan :
Klien tidak mengingat kejadian- kejadian pada masa lalunya
Masalah Keperawatan : Perubahan proses pikir
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih Tidak mampu Tidak mampu berhitung
Berkonsentrasi sederhana
Penjelasan :
Klien mampu menyebutkan perhitungan 1-10 tapi . Untuk kemampuan
berhitung, klien kurang mampu dibuktikan dengan jawaban 2 +2 = 4, 10-7 = 11,
3+ 2 = 5, tetapi saat dikatakan salah, klien sudah mampu memberikan jawaban
yang benar
Masalah Keperawatan : Perubahan proses pikir
Isolasi sosial
13. Kemampuan Penilaian
Gangguan ringan Gangguan bermakna
Penjelasan :
Tidak ada gangguan, klien mampu mengambil keputusan yang sederhana
misalnya ketka diberikan pilihan seperti duluan mana mandi atau makan, klien
menjawab mandi dulu lalu makan.
Masalah Keperawatan : Perubahan proses pikir
14. Daya Tilik Diri
Mengingkari penyakit yang diderita Menyalahkan hal-hal di luar
dirinya
Penjelasan :
Klien mengatakan ia sehat dan masuk ke Rumah Sakit karna ingin berobat.
Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan regimen teraputik
Ketidakpatuhan
Perubahan proses pikir
VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
Bantuan minimal Bantuan partial Bantuan total
1. Makan
2. BAB / BAK
3. Mandi
4. Berpakaian / Berhias
5. Istirahat dan tidur
6. Penggunaan obat
7. Kegiatan Pemeliharaan Kesehatan
Ya Tidak
Perawatan lanjutan
Sistem pendukung
8. Kegiatan di dalam rumah
Ya Tidak
Mempersiapkan makan
Menjaga kerapihan rumah
Mencuci pakaian
Pengaturan Keuangan
9. Kegiatan di luar rumah
Ya Tidak
Belanja
Transportasi
Lain-lain
Penjelasan :
1. Makan
Klien mampu makan dengan mandiri dan dilakukan dengan baik
seperti biasanya, klien makan 3x sehari, pagi, siang, sore. Minum
± 5 gelas perhari
2. BAB/BAK
Klien BAB 1x sehari, BAK ± 5x sehari dan mampu melakukan
eliminasi dengan baik, menjaga kebersihan setelah BAB dan
BAK dengan baik.
3. Mandi
Klien mengatakan mandi 2x sehari pagi dan sore hari. Menyikat
gigi saat mandi hanya dilakukan pada saat pagi hari, kebersihan
tubuh baik
4. Berpakaian
Klien mengganti pakaian 1x sehari dengan pakaian yang
disediakan di rumah sakit, klien terkadang menggunakan baju
untuk digunakan sebagai rok jika tidak mendapatkan rok.
5. Pola Istirahat Tidur
Klien selama ini tidak mengalami gangguan tidur, karena klien
dapat tidur dengan kulitas 6-8 jam perhari sedangkan siang 2-3
jam perhari
6. Penggunaan Obat
Klien mengatakan di rumah sakit diwajibkan minum obat
7. Aktivitas di dalam rumah
Klien bisa membantu pekerjaan rumah seperti mencuci,
menyapu,memasak,dll.
8. Aktivitas di luar rumah
Klien mengatakan keluar rumah jika ingin ke pasar, ke gereja
serta membeli sesuatu di warung dekat rumah. Pasien di temani
salah satu anggota keluarganya.
Masalah Keperawatan : Perubahan pemeliharaan kesehatan
Perilaku mencari bantuan kesehatan
Perubahan pola eliminasi
Sindrom defisit
Gangguan pola tidur
Perubahan nutrisi
VIII. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat / berlebih
Teknik relokasi Bekerja berlebihan
Aktifitas konstruktif Menghindar
Olah raga Mencederai diri
Lainnya …. Lainnya ….
Penjelasan :
Klien lambat berespon saat menjawab pertanyaan, terkesan malas / bosan. Klien
mengatakan saat ada masalah klien tidak mau menceritakannya padaorang lain,
klien lebih banyak berdiam diri dan jarang beraktivitas diluar kamar.
Masalah Keperawatan : Koping tidak efektif / maladaptif
IX. KURANG PENGETAHUAN TENTANG
Penyakit jiwa Sistem pendukung
Faktor presipitasi Penyakit fisik
Koping Obat-obatan
Lainnya ….
Penjelasan :
Klien tidak tahu ia sakit apa, dan mengatakan ia ke Rumah Sakit untuk berobat
Masalah Keperawatan : Koping tidak efektif / maladaptif
X. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik :
Skizofrenia
Terapi medik :
Chlorpromazine 100 mg 0-0-1
Lorazepam 2 mg 2x ½
Risperidone 2 mg 2x1
2. Analisa data
NO DATA MASALAH
1 DS = Isolasi Sosial
Klien mengatakan malas berhubungan
dengan orang lain
DO =
Klien nampak lesu, malas beraktivitas
Klien lebih sering berdiam diri dan
menghabiskan waktunya di tempat tidur
Kontak mata kurang, klien lebih sering
menundukkan kepalanya
Afek tumpul
2 DS = Harga Diri rendah
Klien kecewa karena Ibu pendeta tidak
datang membesuknya dan klien merasa
tidak diharapkan lagi oleh keluarganya
DO =
Cara bicara lambat dan suara pelan
Bicara hanya ketika ditanya dengan jawaban
singkat
Kontak mata kurang, klien lebih sering
menundukkan kepalanya
Klien lebih sering berdiam diri
3 DS = Koping Individu
Klien mengatakan saat ada masalah, klien Tidak Efektif
tidak menceritakannya pada orang lain.
DO =
Klien lebih sering berdiam diri
Klien jarang berbicara dengan orang lain
3. Pohon Masalah
ISOLASI SOSIAL
1. Isolasi Sosial
2. Harga Diri Rendah
3. Koping Individu Tidak Efektif
5. Perencanaan
Ruangan : Kenanga
2. Klien mampu
menyebutkn Setelah 2x 2. Diskusi dengan pasien tentang
keuntugan interaksi klien dan bercakap-cakap
punya teman dapat
dan bercakap- menyebutkan
cakap keuntungan
punya teman
dan bercakap-
cakap
Setelah 2x
interaksi klien
kerugian tidak dpat
punya teman menyebutkan
dan bercakp- kerugian punya
cakap teman dan
bercakap-cakap
4. Klien dapat
melaksanankan 4.1 ajarkan pasien cara berknal
hubungan Setelah 2x 4.2 anjurkan kegiatan latihan b
sosial secara interaksi klien melakukan hubungan sosial
bertahap dapat
melaksanakan
hubungan sosial
5. Klien dapat secara bertahap
mempraktekkan
cara berkenalan 5.1evaluasi kegiatan latihan be
berbicara saat Setelah 2x melakukan kegiatan harian san
melakukan interksi klien 5.2 ajarkan kegiatan harian
kegiatan harian dapat
dan sosialisasi berkenalan dan
berbicara saat
melakukan
kegiatan harian
No. RM :125619
Ruangan : Kenanga
No. RM :125619
N Dx.Keperawatan Hari/
Implementasi EVALUASI
O /SP Tanggal
DX = Isolasi Sosial
SP1P
1. Mengidentifikasi
penyebab isolasi
sosial :
N Dx.Keperawatan Hari/
Implementasi EVALUASI
O /SP Tanggal
1) Siapa yang
serumah
2) Siapa yang
dekat
3) Siapa yang
tidak dekat
4) Apa sebabnya S
2. Mengetahui klien mengatakan masih
Keuntungan punya mengingat cara berkenalan
1 Rabu / teman dan bercakap- dengan teman kamar atau
Isolasi Sosial / 06-01-2016 cakap perawat
SP2P 3. Mengetahui Kerugian Klien mengatakan ingin di
tidak punya teman ajar lagi cara berbicara saat
dan tidak bercakap- melakukan kegiatan harian
cakap O
4. Melatih cara nampak dapat berkenalan
berkenalan dengan dengan bantuan
teman,perawat atau Beraktivitas sendiri tanpa
tamu adanya bantuan
5. Memasukkan pada Ekspresi wajah kurang berserih
jadwal kegiatan untuk A
latihan berkenalan Isolasi Sosial (+)
1) Latihan P
berkenalan
Latihan berkenalan 2-3 orang
dengan teman
dan berbicara saat melakukan
kamar 2x
kegiatan harian
sehari
Latihan berkenalan dengan
(08:00 dan
teman kamar 2x sehari
15:00)
(08:00 dan 15:00)
2) Latihan
Latihan berkenalan dengan
berkenalan
perawat 2x sehari
dengan
(11:00 dan 17:00)
perawat 2x
sehari
(11:00 dan
17:00)
N Dx.Keperawatan Hari/
Implementasi EVALUASI
O /SP Tanggal
SP2P
1. Mengevaluasi
kegiatan berkenalan
(berkenalan dengan
teman kamar atau
perawat)
2. Melatih cara berbicara
saat melakukan
kegiatan harian
1) Mengucapkan kata
“Trimakasih” jika
berbuat baik
2) Mengucapkan kata
“Minta Maaf” jika
berbuat salah
3. Memasukkan pada
jadwal kegiatan untuk
latihan berkenalan
1) Latihan berkenalan
dengan teman
kamar 2x sehari
(08:00 dan 15:00)
2) Latihan berkenalan
dengan perawat 2x
sehari
(11:00 dan 17:00)
S
4 Isolasi sosial Jum’at/08- SP4P klien mengatakan sudah mengetahui
/SP4P 01 2016 1. Mengevaluasi Klien mengatakan sudah
kegiatan latihan banyak teman
berkenalan Klien mengatakan sudah
(berkenalan dengan bisa menjawab beberapa
teman ruangan pertanyaan temannya
Kenanga, perawat Klien mengatakan
atau tamu), bicara saat takut meminta sesuatu
melakukan empat O
kegiatan harian. nampak dapat berkenalan
2. Melatih cara bicara
Beraktivitas sendiri tampa
sosial : meminta
adanya bantuan
sesuatu. Menjawab
Ekspresi wajah kurang berserih
sesuatu
3. Memasukkan pada Klien nampak mempraktekkan car
kegiatan untuk latihan pertanyaan temannya
berkenalan > 5 orang A
baru,berbicara saat Isolasi Sosial Mulai berkurang
melakukan kegiatan P
hariandan sosialisasi Latihan berkenalan >5 orang bar
kegiatan harian dan bersosialisasi
Latihan berkenalan dengan
sehari
(08:00, 15:00 dan 20:00)
Latihan berkenalan dengan
(08:00,13:00 dan 15:00)
N Dx.Keperawatan Hari/
Implementasi EVALUASI
O /SP Tanggal
S
klien mengatakan sudah
dapat berkenalan secara mandiri
5 Sabtu/09-01 SP5P Klien mengatakan sudah banyak
Isolasi - 2016 1. Mengevaluasi teman
Sosial/SP5P kegiatan latihan Klien mengatakan suka punya
berkenalan berbicara banyak teman
saat melakukan O
kegiatan harian dan nampak dapat berkenalan
sosialisasi Klien nampak senang
(Berkenalan dengan Klien nampak mempraktekkan
teman ruangan kegiatan hariannya
Kenanga,perawat/do
Klien nampak bersosialisasi
kter atau tamu
dengan teman sekamarnya
2. Melatih kegiatan
A
N Dx.Keperawatan Hari/
Implementasi EVALUASI
O /SP Tanggal
harian Isolasi Sosial (-)
3. Nilai kemampuan P
yang telah mandiri Pertahankan
4. Menilai apakah Latihan berkenalan >5
isolasi sosial teratasi orang baru, berbicara
saat melakukan kegiatan harian
dan bersosialisasi
Latihan berkenalan
dengan teman ruangan
Kenanga 3x sehari
(06:00, 13:00 dan 17:00)
Latihan berkenalan
dengan perawat,
Dokteratau tamu 3x sehari
15:00)