Anda di halaman 1dari 38

Bab I

Pendahuluan

1.Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia,
karena tanpa kesehatan manusia sulit untuk menjalankan aktivitas. Menurut undang-
undang no.36 tahun 2009 tentang kesehatan, kesehatan adalah suatu keadaan sehat,
baik secara fisik,mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Berdasarkan Undang-Undang No.3 tahun 1966, kesehatan jiwa adalah suatu


kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang
optimal dari seseorang dan perkembangan itu selaras dengan keadaan orang lain.
Sedangkan menurut American Nurses Associations (ANA) keperawatan jiwa adalah
area khusus dalam praktik keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia
sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik dalam meningkatkan,
mempertahankan, serta memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental
masyarakat di mana klien berada. Selain keterampilan teknik dan alat-alat klinik,
perawat juga berfokus pada proses terapeutik menggunakan dirinya sendiri (use self
therapeutic) (Kusumawati F dan Hartono Y, 2010).

Gangguan jiwa menurut Undang-Undang No 3 tahun 1966 tentang kesehatan


jiwa adalah adanya gangguan pada fungsi kejiwaan. Fungsi kejiwaan adalah proses,
emosi, kemauan dan perilaku psikomotorik termasuk bicara (Suliswati, 2005).

Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Gangguan
jiwa beratter banyak diYogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah.
Proporsi Rumah Tangga (RT)yang pernah memasung Anggota Rumah Tangga (ART)
gangguan jiwa berat 14,3 persen dan terbanyak pada penduduk yang tinggal di
perdesaan (18,2%), serta pada kelompok penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan
terbawah (19,5%). Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia
6,0 persen. Provinsi dengan prevalensi ganguan mental emosional tertinggi adalah
Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara
Timur(Riskesdes, 2013).

Salah satu bentuk dari gangguan kesehatan jiwa adalah Skizofrenia. Skizofrenia
merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku
psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan
interpersonal, seta memecahkan masalah, menurut Gail W. Stuart (2007). Skizofrenia
merupakan gangguan jiwa berupa perubahan pada psikomotor, kemauan, afek emosi
dan persepsi. Akibat dari gejala yang muncul, timbul masalah-masalah bagi klien
meliputi, kurang perawatan diri, resiko menciderai diri dan orang lain, menarik diri, dan
harga diri rendah (Townsend, 1998).

Perkembangan jaman menuntut kehidupan manusia semakin modern, begitu


pula semakin bertambahnya stressor psikososial akibat budaya masyarakat modern
yang cenderung lebih sekuler, hal ini dapat menyebabkan manusia semakin sulit
menghadapi tekanan-tekanan hidup yang datang. Kondisi kritis ini juga membawa
dampak terhadap peningkatan kualitas maupun kuantitas penyakit mental-emosional
manusia. Sebagai akibat maka akan timbul gangguan jiwa khususnya pada gangguan
isolasi sosial: menarik diri dalam tingkat ringan ataupun berat yang memerlukan
penanganan di rumah sakit baik di rumah sakit jiwa atau di unit perawatan jiwa dirumah
sakit umum (Nurjannah, 2005).
Menurut Dermawan D dan Rusdi (2013), isolasi sosial: menarik diri adalah
keadaan dimana seseorang mengalami atau tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain di sekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
Berdasarkan hasil pencatatan Rekam Medik(RM)Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta pada bulan Januari dan Februari 2014, ditemukanmasalah keperawatan
padaklienrawat inap dan rawat jalan yaitu Halusinasi mencapai 5.077 klien, Resiko
Perilaku Kekerasan 4.074 klien, Defisit Perawatan Diri 1.634 klien, Isolasi Sosial 1.617
klien, Harga Diri Rendah 1.087 klien dan Waham 363 klien.
Dari data tersebut didapatkan masalah isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta menempati posisi ke empat dan perawat berperan serta bertanggung jawab
dalam meningkatkan derajat kemampuan jiwa klien sepertimeningkatkan percaya diri
klien dan mengajarkan untuk berinteraksi dengan orang lain. Memberikan pengertian
tentang kerugian menyendiri dan keuntungan dari berinteraksi dengan orang lain
sehingga diharapkan mampu terjadi peningkatan interaksi pada klien.Berdasarkan hal
tersebut penulis tertarik untuk mengangkat masalah isolasi sosial:menarik diri menjadi
masalah keperawatan utama dalam pembuatan karya tulis ilmiah
2. Tujuan

Tujuan khusus penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah agar penulis mampu:

a.Melaksanakan pengkajian data pada klien dengan masalah utama isolasi sosial:
menarik diri.

b.Menganalisamasalahpada klien dengan isolasi sosial: menarik diri.

c.Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan isolasi sosial: menarik diri.

d.Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan isolasi sosial: menarik diri.

e.Mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan pada klien dengan isolasi


sosial: menarik diri.

f.Mengevaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan isolasi sosial: menarik diri.

3. Ruang Lingkup
Bab II
Tinjauan Teori

1. Pengertian
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2016) Isolasi Sosial merupakan ketidakmampuan untuk membina hubungan yang erat,
hangat, terbuka, dan interdependen dengan orang lain.Isolasi sosial adalah keadaan
dimana individu mengalami penurunan dan bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Klien merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain. Dengan
kata lain isolasi sosial adalah kegagalan individu dalam melakukan interaksi dengan
orang lain yang disebabkan pikiran negatif dan mengancam (Keliat, B.A., 2005)

2. Rentang Respon

Menurut stuart tentang respons klien ditinjau dari interaksinya dengan lingkungan
social merupakan suatu kontinum yang terbentang antara respon adaptif dengan
maladaptif sebagai berikut :

Menyendiri,otonomi, Menarik diri Manipulasi implusif


Bekerja sama dependensi curiga narcissisme
interpendent
Respon adap

Respon adaptif Respon maladaptif


Berikut ini akan dijelaskan tentang respons yang terjadi pada isolasi sosial:

1) Respon adaptif

Respon adaptif adalah respons yang masih dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan kebudayaan secara umum dalam batas normal ketika menyelesaikan
masalah. Berikut ini adalah sikap yang termasuk respon adaptif

a)Menyendiri, respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang


telah terjadi di lingkungan sosialnya.

b)Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide,


pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.

c)Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama lain.

d)Interdependen, saling ketergantungan antara idividu dengan orang lain dalam


membina hubungan interpersonal.

2) Respon maladaptif Respon maladaptif adalah respons yang menyimpang dari normal
sosial dan kehidupan disuatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon
maladaptif a)Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain.b)Kertegantungan, seseorang gagal
mengembangkan rasa percaya diri sehingga tergantung dengan orang
lain.c)Manipulasi, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga
tergantung dengan orang lain.d)Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa
percaya terhadap orang lain

3. Etiologi

ETIOLOGI Gangguan ini terjadi karena adanya faktor predisposisi dan faktor
presipitasi. Kegagalan pada gangguan ini akan menimbulkan ketidak-percayaan
individu, menimbulkan rasa pesimis, ragu, takut salah, tidak percaya pada orang
lain, merasa tertekan, keadaan yang seperti ini akan menimbulkan dampak
seseorang tidak ingin untuk berkomunikasi dengan orang lain, suka menyendiri,
lebih suka berdiam diri dan tidak mementingkan kegiatan sehari-hari (Direja,
2011)

4. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala isolasi sosial menurut (Townsend, 2009) dapat dikelompokkan
meliputi: fisik, kognitif, perilakudan afektif.
Berikut ini dijelaskan tanda dan gejala isolasi sosial secara rinci:
1) Tanda dan gejala fisikTanda dan gejala fisik merupakan manifestasi respon
fisiologis tubuh terhadap masalah isolasi sosial ditandai dengan kurang energi,
lemah, insomia/hipersomia, penurunan atau peningkatan nafsu makan.Klien
malas beraktivitas, kurang tekun bekerja dan sekolah, dan kesulitan
melaksanakan tugas yang komplek. Kondisi fisik berupa keterbatasan atau
kecacatan fisik/mental dan penyakit fisik juga akan menunjukkan perilaku yang
maladaptif pada klien yaitu isolasi sosial.
2) Tanda dan gejala kognitifTanda dan gejala kognitif terkait dengan pemilihan
jenis koping, reaksi emosi, fisiologik dan emosi. Penilaian kognitif merupakan
tanggapan atau pendapat klien terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan
(Stuart & Laraia, 2005). Hal ini ditandai dengan adanya penilaian individu bahwa
adanya perasaan kesepian dan ditolak oleh orang lain, merasa orang lain tidak
bisa mengerti dirinya, merasa tidak aman berada dengan orang lain, merasa
hubungan tidak berarti dengan orang lain, tidak mampu berkosentrasi dan
membuat keputusan, merasa tidak memiliki tujuan hidup. Klien menjadi
kebingungan, kurangnya perhatian, merasa putus asa, merasa tidak berdaya,
dan merasa tidak berguna.
3) Tanda dan gejala perilakuTanda dan gejala perilaku dihubungkan dengan
tingkah laku yang ditampilkan atau kegiatan yang dilakukan klien berkaitan
dengan pandangannya terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Stuart &
Laraia, 2005). Pada klien isolasi sosial perilaku yang ditampilkan yakni;
kurangnya aktifitas, menarik diri, tidak/jarang berkomunikasi dengan orang kain,
tidak memiliki teman dekat, melakukan tindakan berulang dan tidak bermakna,
kehilangan gerak dan minat, menjauh dari orang lain, menunjukkan perilaku
bermusuhan, menolak berhubungan dengan orang lain, menunjukkan perilaku
yang tidak dapat diterima oleh kultur, mengulang-ulang tindakan, tidak ada
kontak mata, berdiam diri di kamar.

4) Tanda dan gejala afektifTanda dan gejala afektif terkait dengan respon emosi
dalam menghadapi masalah(Stuart & Laraia, 2005). Respon emosi sangat
bergantung dari lama dan intensitas stresor yang diterima dari waktu ke
waktu.Tanda dan gejala yang ditunjukkan klien isolasi sosial meliputi merasa
sedih, afek tumpul, kurang motivasi, serta merasa bosan dan lambat
menghabiskan waktu.Rasa sedih karena kehilangan terutama terhadapsesuatu
yang berarti dalam kehidupan sering kali menyebabkan seseorang menjadi takut
untuk menghadapi kehilangan berikutnya.Menurut Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) tanda dan gejala
isolasi sosial sebagai berikut :

1)Gejala dan Tanda Mayor isolasi sosial

Tabel 1

Gejala dan Tanda Mayor isolasi social

Subjektif Objektif

Merasa ingin sendiri Menarik diri

Merasa tidak Tidak berminat/menolak

berinteraksi dengan orang


lain atau lingkungan

Aman ditempat umum

(Sumber: Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)

2). Gejala dan tanda minor isolasi social

Tabel 1

Subjektif obyektif
Merasa berbeda dengan orang lain afek datar

Merasa asik dengan fikiran sendiri afek sedih

Merasa tiak mempunyai tujuan yang jelas riwayat

ditolak

menunjukkan permusuhan

tidak mampu memenuhi

harapan orang lain

kondisi difabel

tindakkan tidak berarti

tidak ada kontak mata

perkembangan terlambat

tidak bergairah/lesu

5. Faktor Predisposisi dan Presipitasi

1) Faktor Predisposisi

Menurut (Stuart & Laraia, 2005)faktor predisposisi adalah faktor risiko


yang dipengaruhi oleh jenis dan jumlah sumber risiko yang dapat menyebabkan
individu mengalami stress. Faktor ini meliputi biologis, psikologis, dan sosial

budaya.
a) Faktor Biologis

Faktor predisposisi biologis meliputi riwayat genetik, status nutrisi, status


kesehatan secara umum, sensitivitas biologi, dan terpapar racun(Stuart & Laraia,
2005). Banyak riset menunjukkan peningkatan risiko mengalami skizofrenia pada
individu dengan riwayat genetik terdapat anggota keluarga dengan skizofrenia.
Pada kembar dizigot risiko terjadi skizofrenia 15%, kembar monozigot 50%, anak
dengan salah satu orang tua menderita skizofrenia berisiko 13%, dan jika kedua
orang tua mendererita skizofrenia berisiko 45% (Fontaine, 2003).

b) Faktor Psikologis

Faktor predisposisi psikologis meliputi intelektualitas, ketrampilan verbal,


kepribadian, pengalaman masa lalu, konsep diri, motivasi, dan pertahanan
psikologis(Stuart & Laraia, 2005). Skizofrenia dapat terjadi pada individu yang
mengalami kegagalan pada tahap awal perkembangan psikososial, misalnya
pada usia bayi tidak terbentuk hubungan saling percaya maka terjadi konflik
intrapsikik.

(Fontaine, 2003) menyatakan bahwa anak yang tumbuh dalam keluarga


dengan kondisi tidak bahagia dan tegang akan menjadi individu yang tidak
sensitif secara psikologis. Kondisi keluarga dan karakter setiap orang dalam
keluarga mempengaruhi perkembangan psikologis seseorang.Ibu yang
overprotective, ibu selalu cemas, konflik perkawinan, dan komunikasi yang buruk
serta interaksi yang kurang dalam keluarga berisiko terjadinya skizofrenia pada
individu anggota keluarga tersebut.

c) Faktor Sosial Budaya

Faktor predisposisi sosial budaya meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan,


pendapatan, pekerjaan, status sosial, pengalaman sosial, latar belakang budaya,
agama dan keyakinan, dan kondisi politik (Stuart & Laraia, 2005).(Townsend,
2009)menjelaskan faktor sosial budaya dikaitkan dengan terjadinya isolasi sosial
meliputi; umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan keyakinan.Skizofrenia
terjadi pada semua kelompok sosial ekonomi, namun lebih banyak terjadi pada
kelompok sosial ekonomi rendah. Kondisi sosial ekonomi yang rendah
berpengaruh terhadap kondisi kehidupan yang dijalani meliputi; nutrisi yang tidak
adekuat, rendahnya pemenuhan perawatan untuk anggota keluarga, perasaan
tidak berdaya, perasaan ditolak oleh orang lain dan lingkungan sehingga
berusaha menarik diri dari lingkungan.

Beberapa ahli sosial meyakini bahwa stress kehidupan dalam kelompok


sosial ekonomi rendah cukup sering mencetuskan terjadinya skizofrenia pada
masyarakat. Klien dengan skizofrenia akibat stress psikologis menunjukkan
harga diri rendah dan persepsi diri yang buruk serta mengalami keterbatasan
sumber koping terhadap situasi yang dihadapi. Status sosial ekonomi rendah
tidak hanya berdampak pada fungsi psikologis, tetapi juga biologis yang semakin
menambah gejala-gejala kronis, misalnya klien skizofrenia yang berasal dari
kelompok sosial ekonomi rendah berisiko mengalami infeksi seperti tuberkolosis

2. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi adalah stimulus yang bersifat menantang dan mengancam


individu serta menimbulkan kondisi tegang dan stres sehingga memerlukan energi yang
besar untuk menghadapinya (Stuart & Laraia, 2005). Faktor presipitasi dapat bersifat
stresor biologis, psikologis, serta sosial budaya yang berasal dari dalam diri individu
(internal) maupun dari lingkungan eksternal individu.Selain sifat dan asal stresor, waktu
dan jumlah stresor juga merupakan komponen faktor presipitasi.Dimensi waktu meliputi
kapan stresor terjadi, seberapa lama terpapar stresor, dan frekuensi terpapar stresor.
Menurut (Townsend, 2009) peristiwa dalam kehidupan yang penuh dengan tekanan
dan stresor menjadi pencetus serangan atau munculnya gejala skizofrenia dan
meningkatkan angka kambuh.

a) Stresor Biologis

Stresor biologis yang berkaitan dengan isolasi sosial meliputi penyakit infeksi,
penyakit kronis dan adanya kelainan struktur otak.Ini terkait juga dengan interaksi
beberapa neuroendokrin, hormon pertumbuhan, prolaktin, ACTH, LH/FSH, vasopressin,
hormon tiroid, insulin, oksitosin, epinefrin, norepinefrin dan beberapa neurotransmiter
lain diotak.Dapat disimpulkan stressor biologis berkaitan dengan adanya gangguan
struktur dan fungsi tubuh serta sistem hormonal yang abnormal.

b) Stresor Psikologis

Respon sosial maladaptif merupakan hasil pengalaman negatif yang


mempengaruhi pertumbuhan emosi seseorang.Stresor psikologis dapat berupa kondisi
seperti hubungan keluarga tidak harmonis, ketidak puasan kerja dan kesendirian.
Diyakini bahwa ansietas berat dan berkepanjangan dengan kemampuan koping yang
terbatas menyebabkan gangguan berhubungan dengan orang lain. Sikap atau perilaku
tertentu seperti harga diri rendah, tidak percaya diri, merasa dirinya gagal, merasa
dirinya lebih dibandingkan orang lain, tidak memiliki ketrampilan sosial, dan perilaku
agresif merupakan presipitasi terjadinya skizofrenia. Tipe kepribadian tertentu seperti
borderline dan narsistik cenderung mengalami kecemasan tinggi sehingga kesulitan
dalam membina hubungan dengan orang lain.

c) Stresor Sosial Budaya


Stresor sosial budaya dapat berasal dari keluarga, misalnya kurangnya support
sistem dalam keluarga dan kontak/hubungan yang kurang antar anggota keluarga.
Stressor lain yang dapat menjadi pencetus terjadinya perilaku isolasi sosial adalah
kondisi lingkungan yang bermusuhan, lingkungan penuh dengan kritik, tekanan di
tempat kerja atau kesulitan mendapatkan pekerjaan, kemiskinan, dan stigma yang ada
di lingkungan tempat tinggal seseorang.

3) Penilaian Terhadap Stresor


Penilaian terhadap stresor menggambarkan arti dan makna sumber stres pada
suatu situasi yang dialami individu (Stuart & Laraia, 2005).Penilaian terhadap
stresor dapat dilihat melalui respon kognitif, afektif, fisiologis, perilaku, dan sosial.
a) Respon kognitif
Respon kognitif memegang peran sentral dalam proses adaptasi, dimana
faktor kognitif mempengaruhi dampak suatu kejadian yang penuh dengan
stress, memilih koping yang akan digunakan, dan reaksi emosi, fisiologi,
perilaku, dan sosial seseorang. Penilaian secara kognitif merupakan
mediator fisiologis antara individu dengan lingkungannya terhadap suatu
stressor. Terdapat tiga tipe utama penilaian terhadap stresor yang bersifat
kognitif yaitu:
(1) stressor dinilai sebagai bahaya yang akan terjadi,
(2) stresor dinilai sebagai ancaman sehingga perlu antisipasi,dan
(3) stressor dinilai sebagai peluang/tantangan untuk tumbuh menjadi lebih
baik.
Individu yang menilai stresor sebagai suatu tantangan akan mengubah stresor
menjadi peristiwa yang menguntungkan bagi dirinya sehingga menurunkan
tingkat stres yang dialami.
Menurut (Townsend, 2009)dan (Keliat, B.A., 2005)pada klien isolasi sosial
penilaian terhadap stresor secara kognitif berupa merasa kesepiam, merasa ditolak
orang lain/lingkungan, dan merasa tidak dimengerti oleh orang lain, merasa tidak
berguna, merasa putus asa dan tidak memiliki tujuan hidup, merasa tidak aman berada
diantara orang lain, serta tidak mampu konsentrasi dan membuat keputusan.

b) Respon afektif
Respon afektif menunjukkan suatu perasaan.Penilaian terhadap stresor secara
afektif tidak spesifik dan umumnya berupa reaksi cemas yang diekspresikan sebagai
emosi.Respon afektif meliputi gembira, sedih, takut, marah, menerima, tidak percaya,
antisipasi, dan terkejut. Pengetahuan yang baik, optimis, dan sikap positif dalam menilai
peristiwa kehidupan yang dialami diyakini dapat menimbulkan perasaan sejahtera dan
memperpanjang usia (Stuart & Laraia, 2005). Respon afektif dipengaruhi oleh
kegagalan individu dalam menyelesaikan tugas perkembangan di masa lalu terutama
terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan orang lain. Menurut (Townsend,
2009)dan (NANDA, 2015)secara afektif klien dengan isolasi sosialmerasa bosan dan
lambat dalam menghabiskan waktu, sedih, afek tumpul, dan kurang motivasi

c) Respon fisiologis
Respon fisiologis merefleksinkan interaksi beberapa neuroendokrin seperti
hormon pertumbuhan, prolaktin, ACTH, luteinizing dan follicle-stimulating hormone,
TSH, vasopresin, oksitosin, insulin, epineprin, norepineprin,
dan beberapa neurotransmiter dalam otak. Respon fisiologis fight-or-flight menstimulasi
sistem saraf otonom yaitu saraf simpatis dan meningkatkan aktivitas adrenal pituitari.
Respon fisiologis yang terjadi pada klien isolasi sosial berupa lemah,
penurunan/peningkatan nafsu makan, malas beraktivitas, lemah, kurang energi
(NANDA, 2015).

d) Respon perilaku
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu
sendiri dan mempunyai bentangan yang luas meliputi berjalan, berbicara dan bereaksi,
dimana semua itu dapat diamati, bahkan dipelajari.(Stuart, 2007)merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
luar).Menurut (Townsend, 2009)perilaku yang ditunjukkan klien isolasi sosial meliputi
menarik diri, menjauh dari orang lain, tidak atau jarang melakukan komunikasi, tidak
ada kontak mata, kehilangan gerak dan minat, malas melakukan kegiatan sehari-hari,
berdiam diri di kamar, menolak hubungan dengan orang lain, dan sikap bermusuhan.

e) Respon social
Respon sosial individu dalam menghadapi stressor terdiri dari tiga
kegiatan,yaitu:
(1) Mencari makna, individu mencari informasitentang masalah yang dihadapi.
Dalam hal ini perlu memikirkan strategi koping yang akan digunakan untuk
merespon masalah yang dihadapi secara rasional

(2) Atribut sosial, individu mencoba mengidentifikasi faktor-faktor yang


berkontribusi terhadap masalah yang ada. Individu yang memandang
masalahnya sebagai akibat dari kelalaiannya mungkin tidak dapat melakukan
suatu respon koping. Dalam hal ini individu akan lebih menyalahkan diri sendiri,
bersikap pasif, dan menarik diri

(3) Perbandingan sosial, individu akanmembandingkan ketrampilan dan


kemampuan yang dimiliki dengan orang lain yang memiliki masalah yang sama.
Hasil perbandingan sosial ini tergantung pada siapa yang dibandingkan dengan
tujuan akhir untuk menentukan kebutuhan support system, sedangkan support
system yang dibutuhkan tergantung usia, tahap perkembangan, latar belakang
sosial budaya

6. Tingkah Laku

7.Mekanisme Koping
Mekanisme koping merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengatasi
stres (Stuart & Laraia, 2005).
Terdapat 3 (tiga) tipe utama mekanisme koping, yaitu :
a)Mekanisme koping berfokus pada masalah (problem-focused), merupakan
mekanisme koping yang meliputi tugas dan usaha langsung dalam mengatasi
masalah yang mengancam individu, seperti negosiasi, konfrontasi, dan meminta
nasihat.

b)Mekanisme koping berfokus pada kognitif (cognitively-focused), mekanisme


koping dimana seseorang berusaha untuk mengontrol arti permasalahan dan
berusaha menetralkannya, seperti membuat perbandingan positif, pemberian
hadiah, mengabaikan, dan evaluasi terhadap keinginan.

c)Mekanisme koping yang berpusat pada emosi (emotion-focused), mekanisme


koping dimana individu diorientasikan untuk menenangkan emosi yang
mengancam, seperti penggunaan mekanisme pertahanan ego misalnya denial,
supresi, atau proyeksi.Mekanisme koping yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah dapat bersifat konstruktif dan destruktif.

Mekanisme koping bersifat konstruktif jika individu menganggap stressor


sebagai tanda peringatan dan menerimanya sebagai tantangan untuk mengatasi
masalahnya, sebaliknya bersifat destruktif jika stressor yang dihadapi tidak
diatasi/diselesaikan atau lari dari masalah.

Pada klien isolasi sosial ketika menghadapi stresor tidak mampu


menggunakan mekanisme koping yang efektif.Mekanisme koping yang
digunakan yaitu denial, regresi,proyeksi, identifikasi, dan religiosity yang berakhir
dengan koping maladaptif berupa terjadi episode awal psikosis atau serangan
ulang skizofrenia dengan munculnya gejala-gejala skizofrenia termasuk isolasi
soial (Townsend, 2009)

8. Sumber Koping

Sumber koping merupakan pilihan atau strategi yang dapat membantu


menentukan apa yang dapat dilakukan dalam menghadapi suatu masalah. Sumber
koping meliputi assetekonomi, kemampuan dan ketrampilan, teknik pertahanan diri,
dukungan sosial, dan motivasi (Stuart & Laraia, 2005).Sumber koping dapat bersifat
internal maupun eksternal.Hubungan antara individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat merupakan sesuatu yang penting sebagai sumber koping seseorang.
Sumber koping individu yang lain dalam menghadapi stresor adalah kesehatan dan
energy keyakinan/spiritual, keyakinan positif, ketrampilan sosial dan pemecahan
masalah, sumber-sumber sosial dan material, dan kesejahahteraan secara fisik.

9. Penatalaksanaan Umum

1) Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan
strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing strategi
pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat mengidentifikasi
penyebab isolasi social, berdiskusi dengan pasien mengenai keuntungan dan
kerugian apabila berinteraksi dan tidak berinteraksi dengan orang lain,
mengajarkan cara berkenalan, dan memasukkan kegiatan latihan berbincang-
bincang dengan orang lain ke dalam kegiatan harian. Pada SP dua,
perawatmengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan pada
pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang, dan membantu
pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai
salah satu kegiatan harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien, memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang atau
lebih dan menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan
hariannya (Purba & dkk, 2008).

2) Terapi kelompok
Menurut (Purba & dkk, 2008), aktivitas pasien yang mengalami
ketidakmampuan bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu:
a) Activity Daily Living (ADL)Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang meliputi:
(1) Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu
bangun tidur.
(2) Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua bentuk
tingkah laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB dan BAK
3) Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan
mandi dan sesudah mandi.
(4) Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengankeperluan
berganti pakaian.
(5) Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu,
sedang dan setelah makan dan minum.
(6) Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan
kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan kebersihan
pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-lain.
(7) Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan
dapat menjaga keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak
menggunakan/menaruh benda tajam sembarangan, tidak merokok sambil
tiduran,memanjat ditempat yang berbahaya tanpa tujuan yang positif.
(8) Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk
pergi tidur. Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini perlu
diperhatikan karena sering merupakan gejala primer yang muncul
padagangguan jiwa. Dalam hal ini yang dinilai bukan gejala insomnia
(gangguan tidur) tetapi bagaimana pasien mau mengawali tidurnya

Tingkah laku social Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial
pasien dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
a) Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan
hubungan sosial dengan sesama pasien, misalnya menegur kawannya,
berbicara dengan kawannya dan sebagainya.

b) Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan
hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa, menjawab pertanyaan
waktu ditanya, bertanya jika ada kesulitan dan sebagainya.

c) Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara dengan
orang lain sepertimemperhatikan dan saling menatap sebagai tanda adanya
kesungguhan dalam berkomunikasi.

d) Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan bergaul


dengan orang lain secara kelompok (lebih dari dua orang).

e) Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan ketertiban
yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.

f) Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama atau
sopan santun terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain.

g) Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang bersifat


mengendalikan diri untuk tidak mengotori lingkungannya, seperti tidak meludah
sembarangan, tidak membuang puntung rokok sembarangan dan sebagainya.

10. fokus inervensi


Bab III

Tinjauan Kasus

1. Pengkajian kasus 1

RUANG RAWAT : Kenanga TANGGAL DIRAWAT : 29-01-2014

I. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Nn.D Tanggal Pengkajian : 05-01-2016
Umur : 26 Tahun
Informan : Pasien

II. ALASAN MASUK


Pasien masuk Rumah Sakit karena pasien pendiam,tidak bergaul dan menyendiri
sehingga pada akhirnya paman pasien memutuskan untuk membawa pasien ke
Rumah Sakit Khusus Daerah.

KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan lebih suka menyendiri, malas bergaul dengan orang lain karna
takut untuk dipukuli, dan pasien nampak menyendiri.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?  Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya Berhasil  Kurang berhasil  Tidak
berhasil
3.
Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia

Aniaya fisik
Aniaya seksual
Penolakan
/20-23 tahun
Kekerasan dalam keluarga
Tindakan kriminal
Penjelasan No. 1,2,3
Pasien tidak pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu, tapi klien
mengalami penolakan dari keluarganya karna klien tidak pernah dilibatkan
dalam pengambilan keputusan didalam keluarganya, serta pasien dilarang
keluar rumah sendirian oleh keluarganya.

Masalah Keperawatan :  Perubahan pertumbuhan dan perkembangan


 Berduka disfungsional
 Berduka antisipasi
 Respon pasca trauma perkosaan
 Resiko tinggi kekerasan
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa  Ya  Tidak
Hubungan keluarga Gejala Riwayat pengobatan /
Perawatan
________________ _____________ __________________________
_ _____________ __________________________
________________ _____________ __________________________
_
________________
_
Masalah Keperawatan :  Koping keluarga tidak efektif/ketidakmampuan
 Koping keluarga tidak efektif kompromi
 Resiko tinggi kekerasan
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Pasien mengatakan pernah digunting rambutnya oleh kakaknya tanpa
persetujuan dari klien dan klien selalu diperintah dengan kata-kata yang kasar
oleh kakaknya.

Masalah Keperawatan :  Perubahan pertumbuhan dan perkembangan


 Berduka disfungsional
 Berduka antisipasi
 Respon pasca trauma perkosaan
 Resiko tinggi kekerasan
IV. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/i
Suhu : 36,5 0C
Pernapasan : 20 x/i
2. Pengukuran
TB : 150 cm
BB : 45 Kg
3. Keluhan Fisik :  Ya  Tidak
Penjelasan : Klien tidak memiliki keluhan fisik
Masalah Keperawatan :  Risiko perubahan suhu tubuh
 Deficit volume cairan
 Kelebihan volume cairan
 Resiko tinggi terhadap infeksi
 Perubahan nutrisi < kebutuhan tubuh
 Perubahan nutrisi > kebutuhan tubuh
 Perubahan perlindungan
 Kerusakan integrasi kulit
 Perubahan membrane mukosa oral
 Perubahan pola eliminasi feses
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

29 ?
?
? ? 26

Keterangan:

:Laki-laki : Tinggal Serumah

:Perempuan : Garis Keturunan


: Umur
? tak diketahui : Garis Perkawinan
:Klien : Meninggal

GI : Kakek dan Nenek klien meninggal dan tidak diketahui penyebabnya


G II : Orang Tua klien masih hidup
G III : Klien anak ke-7 dari 8 bersaudara (7 Saudara Laki-laki)

Penjelasan :
Pola Asuh : klien di asuh oleh kedua orang tuanya.
Pola komunikasi : klien adalah introvert karna klien mengatakan saat klien
memiliki masalah klien tidak menceritakannya pada orang
lain.
Pengambil keputusan : pengambil keputusan dalam keluarga adalah ayah klien
dalam bentuk kepemimpinan demokratis.
Masalah Keperawatan :  Koping keluarga tidak efektif/ketidakmampuan
 Koping keluarga tidak efektif kompromi
 Resiko tinggi kekerasan
2. Konsep diri
a. Gambaran diri :
Klien mengatakan merasa puas dan menyukai semua anggota tubuhnya.
b. Identitas :
Klien mengatakan bahwa sebelum masuk RSKD, klien merupakan penjaga
Ibu dari Ibu pendeta
c. Peran :
Klien berperan sebagai seorang anak perempuan dalam keluarganya dan
klien mampu menjalankan perannya tersebut karna klien mengatakan selalu
menuruti perintah orang tuanya seperti membantu ibunya dalam
mengerjakan pekerjaan rumah diantaranya menyapu, mengepel, dan
memasak.
d. Ideal diri :
Klien mengatakan ingin cepat keluar dari Rumah sakit dan berharap bisa
pulang kerumahnya untuk kembali kekeluarganya
e. Harga diri :
Klien mengatakan kecewa karena ibu pendeta tidak datang membesuknya
dan klien juga merasatidak diharapkan lagi oleh keluarganya.
Masalah Keperawatan :  Pengabaian unilateral
 Gangguan citra tubuh
 Gangguan identitas pribadi
 HDR situasional
 HDR Kronik

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : Ibu pendeta
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Klen mengatakan pernah mengikuti kegiatan kelompok keagamaan katolik di
gereja.
c. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain
Klien mengatakan malas berhubungan dengan orang lain dan lebih senang
bekerja di rumah.
Masalah Keperawatan :  Kerusakan komunikasi verbal
 Isolasi sosial
 Kerusakan interaksi sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan :
Klien tidak mengetahui dirinya mengalami gangguan jiwa klien meyakini
dirinya sehat.
b. Kegiatan Ibadah :
Klien beribadah sejak di Rumah sakit begitupun saat di rumah, klien
mengatakan rajin ke gereja. Menurut klien berdoa di gereja merupakan suatu
kewajiban.
Masalah Keperawatan :  Distress Spiritual
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
 Tidak rapi  Penggunaan pakaian  Cara berpakaian tidak
Tidak sesuai seperti biasanya
Penjelasan :
Klien tampak memakai pakaian yang lengkap dan sesuai, klien tampak agak
rapi, rambut pendek berwarna hitam terurai,tapi gigi nampak kotor.
Masalah Keperawatan :  Sindrom deficit perawatan diri
(makan, mandi, berpakaian, toileting, instrumentasi)
2. Pembicaraan
 Cepat  Keras  Gagap  Inkoheren
 Apatis  Lambat  Membisu  Tidak mampu memulai pembicaran
Penjelasan
Cara bicara lambat dan suara pelan, bicara hanya ketika ditanya degan jawaban
singkat, klien mengatakan bingung ingin memulai pembicaraan dengan orang
lain.
Masalah Keperawatan : Kerusakan komunikasi verbal
 Kerusakan komunikasi
3. Aktifitas motorik
 Lesu  Tegang  Gelisah  Agitasi
 Tik  Grimasen  Tremor  Kompulsif
Penjelasan :
Klien tampak lesu, malas beraktivitas, klien berdiam diri dan menghabiskan
waktunya ditempat tidur
Masalah Keperawatan :  Risiko tinggi cedera
 Deficit aktivitas deversional/hiburan
 Intoleransi aktivitas
 Kerusakan mobilitas fisik
4. Alam Perasaan
 Sedih  Ketakutan  Putus asa  Khawatir  Gembira berlebihan
Penjelasan :
Klien merasa ketakutan dan merasa akan dipukul jika ingin memulai
pembicaraan dengan orang lain.
Masalah Keperawatan :  Risiko tinggi cedera
 Keputusasaan
 Ansietas
 Ketakutan
 Resiko tinggi membahayakan diri
 Resiko tinggi mutilasi diri
 Ketidakberdayaan
5. Afek
 Datar  Tumpul  Labil  Tidak sesuai
Penjelasan :
Klien hanya mau bicara ketika ditanya

Masalah Keperawatan :  Risiko tinggi cedera


 Kerusakan komunikasi
 Kerusakan komunikasi verbal
 Kerusakan interaksi sosial
6. Interaksi selama wawancara
 Bermusuhan  Tidak kooperatif  Mudah tersinggung
 Kontak mata kurang  Defensif  Curiga
Penjelasan :
Klien lebih sering menundukkan kepala
Masalah Keperawatan :  Kerusakan komunikasi
 Isolasi sosial
 Kerusakan interaksi sosial
 Resiko tinggi membahayakan diri
 Resiko tinggi mutilasi diri
 Resiko tinggi kekerasan
7. Persepsi/Halusinasi
 Pendengaran  Penglihatan  Perabaan
 Pengecepan  Penghidu
Penjelasan :
Klien tidak mengalami halusinasi terbukti dengan klien mengatakan tidak melihat
atau mendengar suara-suara aneh dan klien juga tidak pernah terlihat berbicara
sendiri.
Masalah Keperawatan :  Perubahan sensori perceptual (pendengaran,
penglihatan, perabaan, pengecapan, penghiduan)
8. Proses Pikir
 Sirkumstansial  Tangensial  Kehilangan Asosiasi
 Fight of idea  Blocking  Pengulangan Pembicaraan
Persevarasi
Penjelasan :
Selama pengkajian/ wawancara, klien dapat mejawab pertanyaan sesuai
dengan topik pembicaraan.
Masalah Keperawatan :  Perubahan proses pikir

9. Isi Pikir
 Obsesi  Fobia  Hipokondria
 Depersonalisasi  Ide yang terkait  Pikiran Magis
Waham
 Agama  Normatik  Kebesaran  Curiga
 Nihilstik  Sisip pikir  Siar pikir  Kontrol pikir
Penjelasan :
Tidak ditemukan adanya gangguan isi pikir
Masalah Keperawatan :  Perubahan proses pikir
10. Tingkat Kesadaran
 Bingung  Sedasi  Stupor
Disorientasi
 Waktu  Tempat  Orang
Penjelasan :
Klien terkadang bingung saat menjawab pertanyaan perawat, klien tidak
mengalami disorientasi terbukti klien mengetahui waktu pagi, siang, sore, dan
malam, begitu pula waktu mandi dan makan, serta klien mengenal pengkaji dan
beberapa pasien lain.
Masalah Keperawatan :  Risiko tinggi cedera
 Perubahan proses pikir
11. Memori
Gangguan daya ingat Gangguan daya ingat
jangka panjang jangka pendek
 Gangguan daya ingat saat ini  Konfabulasi
Penjelasan :
Klien tidak mengingat kejadian- kejadian pada masa lalunya
Masalah Keperawatan :  Perubahan proses pikir
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih Tidak mampu Tidak mampu berhitung
Berkonsentrasi sederhana

Penjelasan :
Klien mampu menyebutkan perhitungan 1-10 tapi . Untuk kemampuan
berhitung, klien kurang mampu dibuktikan dengan jawaban 2 +2 = 4, 10-7 = 11,
3+ 2 = 5, tetapi saat dikatakan salah, klien sudah mampu memberikan jawaban
yang benar
Masalah Keperawatan :  Perubahan proses pikir
 Isolasi sosial
13. Kemampuan Penilaian
 Gangguan ringan  Gangguan bermakna
Penjelasan :
Tidak ada gangguan, klien mampu mengambil keputusan yang sederhana
misalnya ketka diberikan pilihan seperti duluan mana mandi atau makan, klien
menjawab mandi dulu lalu makan.
Masalah Keperawatan :  Perubahan proses pikir
14. Daya Tilik Diri
 Mengingkari penyakit yang diderita  Menyalahkan hal-hal di luar
dirinya
Penjelasan :
Klien mengatakan ia sehat dan masuk ke Rumah Sakit karna ingin berobat.
Masalah Keperawatan :  Ketidakefektifan regimen teraputik
 Ketidakpatuhan
 Perubahan proses pikir
VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
Bantuan minimal Bantuan partial Bantuan total

1. Makan
2. BAB / BAK
3. Mandi
4. Berpakaian / Berhias
5. Istirahat dan tidur
6. Penggunaan obat
7. Kegiatan Pemeliharaan Kesehatan
Ya Tidak
Perawatan lanjutan
Sistem pendukung
8. Kegiatan di dalam rumah
Ya Tidak
Mempersiapkan makan
Menjaga kerapihan rumah
Mencuci pakaian
Pengaturan Keuangan
9. Kegiatan di luar rumah
Ya Tidak
Belanja
Transportasi
Lain-lain
Penjelasan :
1. Makan
 Klien mampu makan dengan mandiri dan dilakukan dengan baik
seperti biasanya, klien makan 3x sehari, pagi, siang, sore. Minum
± 5 gelas perhari
2. BAB/BAK
 Klien BAB 1x sehari, BAK ± 5x sehari dan mampu melakukan
eliminasi dengan baik, menjaga kebersihan setelah BAB dan
BAK dengan baik.
3. Mandi
 Klien mengatakan mandi 2x sehari pagi dan sore hari. Menyikat
gigi saat mandi hanya dilakukan pada saat pagi hari, kebersihan
tubuh baik
4. Berpakaian
 Klien mengganti pakaian 1x sehari dengan pakaian yang
disediakan di rumah sakit, klien terkadang menggunakan baju
untuk digunakan sebagai rok jika tidak mendapatkan rok.
5. Pola Istirahat Tidur
 Klien selama ini tidak mengalami gangguan tidur, karena klien
dapat tidur dengan kulitas 6-8 jam perhari sedangkan siang 2-3
jam perhari
6. Penggunaan Obat
 Klien mengatakan di rumah sakit diwajibkan minum obat
7. Aktivitas di dalam rumah
 Klien bisa membantu pekerjaan rumah seperti mencuci,
menyapu,memasak,dll.
8. Aktivitas di luar rumah
 Klien mengatakan keluar rumah jika ingin ke pasar, ke gereja
serta membeli sesuatu di warung dekat rumah. Pasien di temani
salah satu anggota keluarganya.
Masalah Keperawatan :  Perubahan pemeliharaan kesehatan
 Perilaku mencari bantuan kesehatan
 Perubahan pola eliminasi
 Sindrom defisit
 Gangguan pola tidur
 Perubahan nutrisi
VIII. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat / berlebih
Teknik relokasi Bekerja berlebihan
Aktifitas konstruktif Menghindar
Olah raga Mencederai diri
Lainnya …. Lainnya ….
Penjelasan :
Klien lambat berespon saat menjawab pertanyaan, terkesan malas / bosan. Klien
mengatakan saat ada masalah klien tidak mau menceritakannya padaorang lain,
klien lebih banyak berdiam diri dan jarang beraktivitas diluar kamar.
Masalah Keperawatan :  Koping tidak efektif / maladaptif
IX. KURANG PENGETAHUAN TENTANG
Penyakit jiwa Sistem pendukung
Faktor presipitasi Penyakit fisik
Koping Obat-obatan
Lainnya ….

Penjelasan :
Klien tidak tahu ia sakit apa, dan mengatakan ia ke Rumah Sakit untuk berobat
Masalah Keperawatan : Koping tidak efektif / maladaptif
X. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik :
Skizofrenia
Terapi medik :
Chlorpromazine 100 mg 0-0-1
Lorazepam 2 mg 2x ½
Risperidone 2 mg 2x1

2. Analisa data

NO DATA MASALAH

1 DS = Isolasi Sosial
 Klien mengatakan malas berhubungan
dengan orang lain
DO =
 Klien nampak lesu, malas beraktivitas
 Klien lebih sering berdiam diri dan
menghabiskan waktunya di tempat tidur
 Kontak mata kurang, klien lebih sering
menundukkan kepalanya
 Afek tumpul
2 DS = Harga Diri rendah
 Klien kecewa karena Ibu pendeta tidak
datang membesuknya dan klien merasa
tidak diharapkan lagi oleh keluarganya
DO =
 Cara bicara lambat dan suara pelan
 Bicara hanya ketika ditanya dengan jawaban
singkat
 Kontak mata kurang, klien lebih sering
menundukkan kepalanya
 Klien lebih sering berdiam diri

3 DS = Koping Individu
 Klien mengatakan saat ada masalah, klien Tidak Efektif
tidak menceritakannya pada orang lain.
DO =
 Klien lebih sering berdiam diri
 Klien jarang berbicara dengan orang lain

3. Pohon Masalah

GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

ISOLASI SOSIAL

HARGA DIRI RENDAH


4. Perumusan Diagnosa

1. Isolasi Sosial
2. Harga Diri Rendah
3. Koping Individu Tidak Efektif

5. Perencanaan

Nama Klien : Nn”D”

Ruangan : Kenanga

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


DIAGNOSA
NO KRITERIA
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVEN
EVALUASI
Isolasi sosial
TUM =
Klien dapat
berinteraksi
dengan orang lain
TUK =
Setelah 2x
1. Klien dapat interaksi klien 1. Identifikasi penyebab isolasi so
menyebutkan dapat a. Tanyakan siapa yang paling
penyebab menyebutkan b. Siapa yang tidk dekat
isolasi penyebab c. Apa sebabnya
isolasi

2. Klien mampu
menyebutkn Setelah 2x 2. Diskusi dengan pasien tentang
keuntugan interaksi klien dan bercakap-cakap
punya teman dapat
dan bercakap- menyebutkan
cakap keuntungan
punya teman
dan bercakap-
cakap

3. Klien mampu 3. Diskusikan dengan pasien ten


menyebutkan teman dan bercakap-cakap
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO KRITERIA
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVEN
EVALUASI

Setelah 2x
interaksi klien
kerugian tidak dpat
punya teman menyebutkan
dan bercakp- kerugian punya
cakap teman dan
bercakap-cakap
4. Klien dapat
melaksanankan 4.1 ajarkan pasien cara berknal
hubungan Setelah 2x 4.2 anjurkan kegiatan latihan b
sosial secara interaksi klien melakukan hubungan sosial
bertahap dapat
melaksanakan
hubungan sosial
5. Klien dapat secara bertahap
mempraktekkan
cara berkenalan 5.1evaluasi kegiatan latihan be
berbicara saat Setelah 2x melakukan kegiatan harian san
melakukan interksi klien 5.2 ajarkan kegiatan harian
kegiatan harian dapat
dan sosialisasi berkenalan dan
berbicara saat
melakukan
kegiatan harian
No. RM :125619

6. Implementasi dan Evaluasi

IMPLEMENTASIDAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien : Nn”D”

Ruangan : Kenanga

No. RM :125619
N Dx.Keperawatan Hari/
Implementasi EVALUASI
O /SP Tanggal

1 Isolasi Sosial/ Selasa/ DATA S


SP1P 05-01 2016  Klien mengatakan dirinya
1. Klien mengatakan serumah dengan Ibu pendeta
malas berhubungan  Klien mengatakan
dengan orang lain punya teman dekat namanya Nn”A”
2. Klien kecewa karena  Klien mengatakan tidak punya
Ibu pendeta tidak teman tidak dekat
datang membesuknya  Klien mengatakan lebih suka
dan klien merasa menyendiri
tidak diharapkan lagi  Klien mengatakan susah mengajak
oleh keluarganya orang lain berbicara
3. Klien mengatakan  Klien mengatakan malas
saat ada masalah, berbicara dengan orang lain
klien tidak O
menceritaannya pada
 Klien nampak Malas bergaul,
orang lain.
beraktifitas sendiri tampa banyak
4. Klien nampak lesu,
bercerita, ekspresi wajah kurang
malas beraktivitas
berseri
5. Klien lebih sering
berdiam diri dan
menghabiskan
A
waktunya di tempat
 Isolasi Soial (+)
tidur
P
6. Kontak mata kurang,
klien lebih sering  Latihan berkenalan
menundukkan  Latihan berkenalan dengan
kepalanya teman kamar 2x sehari
7. Afek tumpul (08:00 dan 15:00)
8. Cara bicara lambat  Latihan berkenalan dengan
dan suara pelan perawat 2x sehari
9. Bicara hanya ketika (11:00 dan 17:00)
ditanya dengan
jawaban singkat
10.Klien lebih sering
berdiam diri

DX = Isolasi Sosial

SP1P
1. Mengidentifikasi
penyebab isolasi
sosial :
N Dx.Keperawatan Hari/
Implementasi EVALUASI
O /SP Tanggal
1) Siapa yang
serumah
2) Siapa yang
dekat
3) Siapa yang
tidak dekat
4) Apa sebabnya S
2. Mengetahui  klien mengatakan masih
Keuntungan punya mengingat cara berkenalan
1 Rabu / teman dan bercakap- dengan teman kamar atau
Isolasi Sosial / 06-01-2016 cakap perawat
SP2P 3. Mengetahui Kerugian  Klien mengatakan ingin di
tidak punya teman ajar lagi cara berbicara saat
dan tidak bercakap- melakukan kegiatan harian
cakap O
4. Melatih cara  nampak dapat berkenalan
berkenalan dengan dengan bantuan
teman,perawat atau  Beraktivitas sendiri tanpa
tamu adanya bantuan
5. Memasukkan pada  Ekspresi wajah kurang berserih
jadwal kegiatan untuk A
latihan berkenalan  Isolasi Sosial (+)
1) Latihan P
berkenalan
 Latihan berkenalan 2-3 orang
dengan teman
dan berbicara saat melakukan
kamar 2x
kegiatan harian
sehari
 Latihan berkenalan dengan
(08:00 dan
teman kamar 2x sehari
15:00)
(08:00 dan 15:00)
2) Latihan
 Latihan berkenalan dengan
berkenalan
perawat 2x sehari
dengan
(11:00 dan 17:00)
perawat 2x
sehari
(11:00 dan
17:00)
N Dx.Keperawatan Hari/
Implementasi EVALUASI
O /SP Tanggal

SP2P
1. Mengevaluasi
kegiatan berkenalan
(berkenalan dengan
teman kamar atau
perawat)
2. Melatih cara berbicara
saat melakukan
kegiatan harian
1) Mengucapkan kata
“Trimakasih” jika
berbuat baik
2) Mengucapkan kata
“Minta Maaf” jika
berbuat salah
3. Memasukkan pada
jadwal kegiatan untuk
latihan berkenalan
1) Latihan berkenalan
dengan teman
kamar 2x sehari
(08:00 dan 15:00)
2) Latihan berkenalan
dengan perawat 2x
sehari
(11:00 dan 17:00)

3 Isolasi sosial/ Kamis/ SP3P S


SP3P 07-01-2016 1. Mengevaluasi  Klien mengatakan
kegiatan latihan sudah mengetahui cara berkenalan
berkenalan  Klien mengatakan susah
(berkenalan dengan memulai pembicaraan
teman kamar, perawat O
atau tamu), bicara saat  Nampak dapat berkenalan
melakukan dua  Beraktivitas sendiri tampa
kegiatan harian. adanya bantuan
2. Melatih cara berbicara  Ekspresi wajah kurang berserih
saat melakukan A
kegiatan harian  Isolasi Sosial (+)
3. Memasukkan pada P
N Dx.Keperawatan Hari/
Implementasi EVALUASI
O /SP Tanggal
kegiatan untuk latihan  Latihan berkenalan 4-5
berkenalan 4-5 orang dan berbicara saat
orang,berbicara saat melakukan kegiatan harian
melakukan 4 kegiatan  Latihan berkenalan
harian dengan teman kamar
3x sehari
(08:00, 15:00 dan 20:00)
 Latihan berkenalan
dengan perawat
atau tamu 3x sehari

S
4 Isolasi sosial Jum’at/08- SP4P  klien mengatakan sudah mengetahui
/SP4P 01 2016 1. Mengevaluasi  Klien mengatakan sudah
kegiatan latihan banyak teman
berkenalan  Klien mengatakan sudah
(berkenalan dengan bisa menjawab beberapa
teman ruangan pertanyaan temannya
Kenanga, perawat  Klien mengatakan
atau tamu), bicara saat takut meminta sesuatu
melakukan empat O
kegiatan harian.  nampak dapat berkenalan
2. Melatih cara bicara
 Beraktivitas sendiri tampa
sosial : meminta
adanya bantuan
sesuatu. Menjawab
 Ekspresi wajah kurang berserih
sesuatu
3. Memasukkan pada  Klien nampak mempraktekkan car
kegiatan untuk latihan pertanyaan temannya
berkenalan > 5 orang A
baru,berbicara saat  Isolasi Sosial Mulai berkurang
melakukan kegiatan P
hariandan sosialisasi  Latihan berkenalan >5 orang bar
kegiatan harian dan bersosialisasi
 Latihan berkenalan dengan
sehari
(08:00, 15:00 dan 20:00)
 Latihan berkenalan dengan
(08:00,13:00 dan 15:00)
N Dx.Keperawatan Hari/
Implementasi EVALUASI
O /SP Tanggal

S
 klien mengatakan sudah
dapat berkenalan secara mandiri
5 Sabtu/09-01 SP5P  Klien mengatakan sudah banyak
Isolasi - 2016 1. Mengevaluasi teman
Sosial/SP5P kegiatan latihan  Klien mengatakan suka punya
berkenalan berbicara banyak teman
saat melakukan O
kegiatan harian dan  nampak dapat berkenalan
sosialisasi  Klien nampak senang
(Berkenalan dengan  Klien nampak mempraktekkan
teman ruangan kegiatan hariannya
Kenanga,perawat/do
 Klien nampak bersosialisasi
kter atau tamu
dengan teman sekamarnya
2. Melatih kegiatan
A
N Dx.Keperawatan Hari/
Implementasi EVALUASI
O /SP Tanggal
harian  Isolasi Sosial (-)
3. Nilai kemampuan P
yang telah mandiri  Pertahankan
4. Menilai apakah Latihan berkenalan >5
isolasi sosial teratasi orang baru, berbicara
saat melakukan kegiatan harian
dan bersosialisasi
 Latihan berkenalan
dengan teman ruangan
Kenanga 3x sehari
(06:00, 13:00 dan 17:00)
 Latihan berkenalan
 dengan perawat,
Dokteratau tamu 3x sehari
15:00)

Anda mungkin juga menyukai