Anda di halaman 1dari 12

Nama : Dwi Noviandini

Nim : 18.11.401.01.0761

Mata kuliah : Asuhan kebidanan neonatus bayi dan balita

Dosen : Dewi Sartika, SST

Tanggal : 11 Mei 2020

Tugas Resume

Neonatus resiko tinggi etiologi dan pelaksanaannya

Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini sangat
rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-
baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan
2/3 kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari kehidupan
intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faali. Dengan terpisahnya bayi
dari ibu, maka terjadilah awal proses fisiologik.

Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian
biokimia dan faali yang disebabkan oleh prematuritas, kelainan anatomik, dan lingkungan yang kurang
baik dalam kandungan, pada persalinan maupun sesudah lahir.

Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa perinatal. Tidak
hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat
buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak
tepat dan tidak bersih, kurangnya perawatan bayi baru lahir. Kalau ibu meninggal pada waktu
melahirkan, si bayi akan mempunyai kesempatan hidup yang kecil.

Yang termasuk neonatus resiko tinggi yaitu diantaranya sebagai berikut:

1. BBLR

2. asfiksia neonatorum

3. sindrom, gangguan pernafasan

4. ikterus

5. perdarahan tali pusat

6. kejang

7. hypotermi

8. hypertermi
9. hypoglikemi

10 tetanus neonatorum

1. BBLR

Definisi

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang
masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir

Etiologi

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur,
paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor
janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR

Penatalaksanaan/ terapi Medikamentosa

Pemberian vitamin K1 (3):

* Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau

* Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6
minggu)

2. ASFIKSIA NEONATORUM

Definisi

Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan PaO2 di dalam darah rendah (hipoksemia),
hiperkarbia (Pa CO2 meningkat) dan asidosis.

Etiologi

Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya hipoksia dan iskemia jaringan
menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin. Faktor ini yang berperan pada kejadian
asfiksia.

PENATALAKSANAAN

Resusitasi

· Tahapan resusitasi tidak melihat nilai apgar (lihat bagan)

· Terapi medikamentosa :

Epinefrin :
Indikasi :

- Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30 detik dilakukan ventilasi adekuat dan
pemijatan dada.

- Asistolik.

Dosis :

- 0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-0,03 mg/kg BB) Cara : i.v atau endotrakeal.
Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.

Volume ekspander :

Indikasi :

- Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan tidak ada respon dengan
resusitasi.

- Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis ditandai adanya pucat,
perfusi buruk, nadi kecil/lemah, dan pada resusitasi tidak memberikan respon yang adekuat.

Jenis cairan :

- Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat)

- Transfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan darah banyak.

Dosis :

- Dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai menunjukkan respon
klinis.

Bikarbonat :

Indikasi :

- Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan
sirkulasi sudah baik.

- Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia harus disertai dengan
pemeriksaan analisa gas darah dan kimiawi.

Dosis : 1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/Kg BB (4,2%) atau 1 ml/kg bb (8,4%)

Cara :

- Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak diberikan secara intravena dengan
kecepatan minimal 2 menit.
Efek samping :

- Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari bikarbonat merusak fungsi miokardium
dan otak.

Nalokson :

- Nalokson hidrochlorida adalah antagonis narkotik yang tidak menyebabkan depresi pernafasan.
Sebelum diberikan nalakson ventilasi harus adekuat dan stabil.

Indikasi :

- Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan narkotik 4 jam sebelum
persalinan.

- Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai sebagai pemakai obat narkotika
sebab akan menyebabkan tanda with drawltiba-tiba pada sebagian bayi.

Dosis : 0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml)

Cara : Intravena, endotrakeal atau bila perpusi baik diberikan i.m atau s.c

3. SISTEM GANGGUAN PERNAPASAN

Definisi

Sindrom gawat nafas neonatus merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea atau hiperapnea
dengan frekuensi pernafasan lebih dari 60 kali per menit, sianosis, merintih, waktu ekspirasi dan retraksi
di daerah epigastrium, interkostal pada saat inspirasi ( Perawatan Anak Sakit, Ngastiah. Hal 3).

Penyakit Membran Hialin (PMH)

Penyebab kelainan ini adalah kekurangan suatu zat aktif pada alveoli yang mencegah kolaps paru. PMH
sering kali mengenai bayi prematur, karena produksi surfaktan yang di mulai sejak kehamilan minggu ke
22, baru mencapai jumlah cukup menjelang cukup bulan.

Etiologi

Penyebab PMH adalah surfaktan paru. Surfaktan paru adalah zat yang memegang peranan dalam
pengembangan paru dan merupakan suatu kompleks yang terdiri dari protein, karbohidrat, dan lemak.
Senyawa utama zat tersebut adalah lesitin. Zat ini mulai di bentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan
mencapai maksimum pada minggu ke 35. Fungsi surfaktan adalah untuk merendahkan tegangan
permukaan alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi, sehingga untuk bernafas berikutnya di
butuhkan tekanan negatif intrathoraks yang lebih besar dan di sertai usaha inspiarsi yang lebih kuat.
Kolaps paru ini menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2. dan
oksidosis.
PENATALAKSANAAN

Tindakan yang perlu dilakukan :

1. Memberikan lingkungan yang optimal, suhu tubuh bayi harus dalam batas normal (36.5-37oc) dan
meletakkan bayi dalam inkubator.

2. Pemberian oksigen dilakukan dengan hati-hati karena terpengaruh kompleks terhadap bayi prematur,
pemberian oksigen terlalu banyak menimbulkan komplikasi fibrosis paru, kerusakan retina dan lain-lain.

3. Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlu untuk mempertahankan hemeostasis dan
menghindarkan dehidrasi. Permulaan diberikan glukosa 5-10 % dengan jumlah 60-125 ML/ Kg BB/ hari.

4. Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder. Penisilin dengan dosis 50.000-10.000 untuk /
kg BB / hari / ampisilin 100 mg / kg BB/ hari dengan atau tanpa gentasimin 3-5 mg / kg BB / hari.

5. Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH adalah pemberian surfaktan ekstrogen ( surfaktan
dari luar).

4. IKTERUS

Definisi

Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi
produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin. Secara klinis, ikterus pada neonatus akan tampak bila
konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mg/dL.

Etiologi

Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir, karena:

Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek.

Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase, UDPG/T dan ligand
dalam protein belum adekuat) -> penurunan ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi.

Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim -> glukuronidase di usus dan
belum ada nutrien.

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh
faktor/keadaan:

Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus, defisiensi G6PD, sferositosis herediter
dan pengaruh obat.

Infeksi, septikemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi intra uterin.

Polisitemia.
Ekstravasasi sel darah merah, sefalhematom, kontusio, trauma lahir.

Ibu diabetes.

Asidosis.

Hipoksia/asfiksia.

Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik.

Tata laksana

1. Ikterus Fisiologis

Bayi sehat, tanpa faktor risiko, tidak diterapi. Perlu diingat bahwa pada bayi sehat, aktif, minum kuat,
cukup bulan, pada kadar bilirubin tinggi, kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil. Untuk
mengatasi ikterus pada bayi yang sehat, dapat dilakukan beberapa cara berikut:

Minum ASI dini dan sering

Terapi sinar, sesuai dengan panduan WHO

Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam, diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat (terutama
bila tampak kuning).

5. PERDARAHAN TALI PUSAT

Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul sebagai akibat dari trauma pengikatan tali pusat
yang kurang baik atau kegagalan proses pembentukkan trombus normal. Selain itu perdarahan pada tali
pusat juga bisa sebagi petunjuk adanya penyakit pada bayi.

ETIOLOGI

1 Robekan umbilikus normal, biasanya terjadi karena :

a Patus precipitatus

b Adanya trauma atau lilitan tali pusat

c Umbilikus pendek, sehingga menyebabkan terjadinya tarikan yang berlebihan pada saat

persalinan

d Kelalaian penolong persalinan yang dapat menyebabkan tersayatnya dinding umbilikus atau

placenta sewaktu sectio secarea

2 Robekan umbilikus abnormal, biasanya terjadi karena :


a Adanya hematoma pada umbilikus yang kemudian hematom tersebut pecah, namun

perdarahan yang terjadi masuk kembali ke dalam placenta. Hal ini sangat berbahaya bagi

bayi dan dapat menimbulkan kematian pada bayi

b Varises juga dapat menyebabkan perdarahan apabila varises tersebut pecah

c Aneurisma pembuluh darah pada umbilikus dimana terjadi pelebaran pembuluh darah

setempat saja karena salah dalam proses perkembangan atau terjadi kemunduran dinding

pembuluh darah. Pada aneurisme pembuluh darah menyebabkan pembuluh darah rapuh

dan mudah pecah

3 Robekan pembuluh darah abnormal

Pada kasus dengan robekan pembuluh darah umbilikus tanpa adanya trauma, hendaknya

dipikirkan kemungkinan adanya kelainan anatomik pembuluh darah seperti :

a Pembuluh darah aberan yang mudah pecah karena dindingnya tipis dan tidak ada

perlindungan jely wharton

b Insersi velamentosa tali pusat, dimana pecahnya pembuluh darah terjadi pada tempat

percabangan tali pusat sampai ke membran tempat masuknya dalam placenta tidak adda

proteksi. Umbilikus dengan kelainan insersi ini sering terdapat pada kehamilan ganda

c Placenta multilobularis, perdarahan terjadi pembuluh darah yang menghubungkan masing-

masing lobus dengan jaringan placenta karena bagian tersebut sangat rapuh dan mudah

pecah

4 Perdarahan akibat placenta previa dan abrotio placenta

Perdarahan akibat placenta previa dan abrutio placenta dapat membahayakan bayi. Pada

kasus placenta previa cenderung menyebabkan anemia, sedangkan pada kasus abrutio

placenta lebih sering mengakibatkan kematian intra uterin karena dapat terjadi anoreksia.

Pengamatan pada placenta dengan teliti untuk menentukan adanya perdarahan pada bayi

baru lahir, pada bayi baru lahir dengan kelainan placenta atau dengan sectio secarea apabila
diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan hemoglobin secara berkala.

PENATALAKSANAAN

1. Penanganan disesuaikan dengan penyebab dari perdarahan tali pusat yang terjadi

2. Untuk penanganan awal, harus dilakukan tindakan pencegahan infeksi paa tali pusat.

3. Segera lakukan inform consent dan inform choise pada keluarga pasien untuk dilakukan

rujukan.

6. KEJANG

Kejang adalah penyakit pada anak yang disebabkan oleh demam. Sekitar 2-5% anak berumur enam
bulan sampai lima tahun umumnya mengalami demam. Namun, tidak sampai menginfeksi otak anak.

Etiologi

Kejang demam sederhana adalah bila kejang berlangsung kurang dari 15 menit dan tidak berulang pada
hari yang sama, sedangkan kejang kompleks adalah bila kejang hanya terjadi pada satu sisi tubuh,
berlangsung lama (lebih dari 15 menit) atau berulang dua kali atau lebih dalam satu hari.

Kejang demam sederhana tidak menyebabkan kelumpuhan, meninggal atau mengganggu kepandaian.
Risiko untuk menjadi epilepsi di kemudian hari juga sangat kecil, sekitar 2-3%. Risiko terbanyak adalah
berulangnya kejang demam, yang dapat terjadi pada 30-50% anak-anak. Risiko-risiko tersebut akan lebih
besar pada kejang yang kompleks.

Penatalaksanaan

Rekaman otak atau electroencephalografi (EEG) biasanya tidak dilakukan secara rutin karena tidak
berguna untuk memperkirakan apakah kejang akan berulang kembali, juga tidak dapat memperkirakan
apakah akan terjadi epilepsi di kemudian hari.

Untuk anak dengan kejang kompleks atau anak yang mengalami kelainan saraf yang nyata, dokter akan
mempertimbangkan untuk memberikan pengobatan dengan anti kejang jangka panjang selama 1-3
tahun.

7. HIPERTERMI

Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal. Adapun suhu normal bayi adalah 36,5-
37,5 °C. Suhu normal pada neonatus 36,5-37,5°C (suhu ketiak). Gejala awal hipotermi apabila suhu
<36°C atau kedua kaki & tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah
mengalami hipotermi sedang (suhu 32-36°C). Disebut hipotermi berat bila suhu <32°C, diperlukan
termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang dapat mengukur sampai 25°C.
Etiologi

Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu : 1)Jaringan lemak subkutan tipis. 2)Perbandingan luas
permukaan tubuh dengan berat badan besar. 3)Cadangan glikogen dan brown fat sedikit. 4)BBL (Bayi
Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan. 5)Kurangnya
pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko tinggi mengalami hipotermi.

Penatalaksanaan

Mempertahankan Suhu Tubuh Untuk Mencegah Hipotermi Menurut Indarso, F (2001) menyatakan
bahwa untuk mempertahankan suhu tubuh bayi dalam mencegah hipotermi adalah : (1)Mengeringkan
bayi segera setelah lahir Cara ini merupakan salah satu dari 7 rantai hangat ; a.Menyiapkan tempat
melahirkan yang hangat, kering dan bersih. b.Mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir/ air ketuban
segera setelah lahir dengan handuk yang kering dan bersih. c.Menjaga bayi hangat dengan cara
mendekap bayi di dada ibu dengan keduanya diselimuti (Metode Kangguru). d.Memberi ASI sedini
mungkin segera setelah melahirkan agar dapat merangsang pooting reflex dan bayi memperoleh kalori
dengan : -Menyusui bayi. -Pada bayi kurang bulan yang belum bisa menetek ASI diberikan dengan
sendok atau pipet. -Selama memberikan ASI bayi dalam dekapan ibu agar tetap hangat.
e.Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan pada waktu rujukan. f.Memberikan
penghangatan pada bayi baru lahir secara mandiri. g.Melatih semua orang yang terlibat dalam
pertolongan persalinan. Menunda memandikan bayi lahir sampai suhu tubuh normal Untuk mencegah
terjadinya serangan dingin, ibu/keluarga dan penolong persalinan harus menunda memandikan bayi.
a.Pada bayi lahir sehat yaitu cukup bulan, berat < 2500 gram, langsung menangis kuat, memandikan bayi
ditunda 24 jam setelah kelahiran. Pada saat memandikan bayi, gunakan air hangat. b.Pada bayi lahir
dengan resiko, keadaan umum bayi lemah atau bayi dengan berat lahir 2000 gram sebaiknya jangan
dimandikan. Tunda beberapa hari sampai keadaan umum membaik yaitu bila suhu tubuh stabil, bayi
sudah lebih kuat dan dapat menghisap ASI dengan baik. Menangani Hipotermi (1)Bayi yang mengalami
hipotermi biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan yang harus dilakukan adalah segera
menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui penyinaran lampu. (2)Cara lain yang sangat
sederhana dan mudah dikerjakan setiap orang ialah metode dekap, yaitu bayi diletakkan telungkup
dalam dekapan ibunya dan keduanya diselimuti agar bayi senantiasa hangat. (3)Bila tubuh bayi masih
dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang diseterika terlebih dahulu yang digunakan untuk
menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukan berulangkali sampai tubuh bayi hangat. Tidak boleh memakai
buli-buli panas, bahaya luka bakar. (4)Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia sehingga bayi
harus diberi ASI sedikit-sedikit dan sesering mungkin. Bila bayi tidak dapat menghisap beri infus glukosa
10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari.

8. HIPERTERMI

kenaikan suhu tubuh diatas 410 C (rectal). Merupakan keadaan gawat darurat medik dengan angka
kematian yang tinggi terutama pada bayi sangat muda, usia lanjut dan penderita-penderita penyakit
jantung.
Hiperpirexia terjadi karena produksi panas berlebihan, terhambatnya pengeluaran panas atau kerusakan
thermoregulator.

Etiologi

Akibat yang bisa terjadi pada hiperpirexia :

1. Renjatan / Hipovolemia

2. Gangguan fungsi jantung

3. Gangguan fungsi koagulasi

4. Gangguan fungsi ginjal

5. Nekrosis hepatosellular

6. Hiperventilasi, yang dapat menyebabkan hipokapnea, alkalosis dan tetani.

Penatalaksanaan

Antipiretik tidak diberikan secara otomatis pada setiap penderita panas karena panas merupakan usaha
pertahanan tubuh, pemberian antipiretik juga dapat menutupi kemungkinan komplikasi. Pengobatan
terutama ditujukan terhadap penyakit penyebab panas.

Antipiretika.

Parasetamol : 10 -15 mg/kg BB/ kali (dapat diberikan secara oral atau rektal).

Metamizole ( novalgin ) : 10 mg/kg BB/kali per oral atau intravenous.

Ibuprofen : 5-10 mg/kg BB/ kali, per oral atau rektal.

Pendinginan Secara fisik

Merupakan terapi pilihan utama. Kecepatan penurunan suhu > 0,10 C/menit sampai tercapai suhu
38,50.

Evaporasi : penderita dikompres dingin seluruh tubuh, disertai kipas angin untuk mempercepat
penguapan. Cara ini paling mudah, tidak invasif dan efektif. Cara lain yang bisa digunakan : kumbah
lambung dengan air dingin, infus cairan dingin, enema dengan air dingin atau humidified oksigen dingin,
tetapi cara ini kurang efektif.

Penurunan suhu tubuh yang cepat dapat terjadi refleks vasokonstriksi dan shivering yang akan
meningkatkan kebutuhan oksigen dan produksi panas yang merugikan tubuh. Untuk mengurangi
dampak ini dapat diberi :
- Diazepam : merupakan pilihan utama dan lebih menguntungkan karena mempunyai efek antikonvulsi
dan tidak punya efek hipotensi.

- Chlorpromazine

9. HIPOGLIKEMY

Definisi

Hipoglikemi adalah keadaan hasil pengukuran kadar glukose darah kurang dari 45 mg/dL (2.6 mmol/L).

Etiologi

· Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah.

· Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respon insulin juga
meningkat pada janin. Saat lahir di mana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti
sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism) sehingga terjadi hipoglikemi.

· Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan kejang yang
berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada
susunan saraf pusat bahkan sampai kematian.

· Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes melitus.

· Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses persalinan
dan hari-hari pertama pasca lahir.

· Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan
penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan pernapasan.

Penatalaksanaan

a. Monitor

Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor dalam 3 hari pertama :

o Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam

o Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal dalam 2 kali pemeriksaan

Kadar glukosa ≤ 45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia

o Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari penanganan hipoglikemia selesai

b. Penanganan hipoglikemia dengan gejala :


· Bolus glukosa 10% 2 ml/kg pelan-pelan dengan kecepatan 1 ml/menit

· Pasang jalur iv D10 sesuai kebutuhan (kebutuhan infus glukosa 6-8 mg/kg/menit).

10.TETANUS NEONATORUM

Tetanus Noenatorum merupakan penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi < 1 bulan) yang
disebabkan oleh clostridium tetani (kuman yang mengeluarkan toksin yang menyerang sistem syaraf
pusat)

Etiologi

spora clostridium tetani masuk ke dalam tali pusat yang belum puput.

Penatalaksanaan

-Mengatasi kejang dengan injeksi anti kejang

-Menjaga jalan nafas tetap bebas dan pasang spatel lidah agar tidak tergigit

-Mencari tempat masuknya kuman tetanus, biasanya di tali pusat atau di telinga

-mengobati pnyebab tetanus dengan anti tetanus serum dan antibotik

-Perawatan adekuat : kebutuhan O2, makanan, cairan dan elektrolit

-Tempatkan di ruang yang tenang dn sedikit sinar.

Anda mungkin juga menyukai