Anda di halaman 1dari 8

Golongan obat kardiovaskular

Obat-obat kardiovaskular dibedakan menjadi beberapa golongan yaitu:


a. Obat Antiangina
b. Obat Antiaritmia
c. Obat Glikosida
d. Obat Antihipertensi

1. Obat antiangina
Angina pektoris adalah nyeri dada hebat yang terjadi ketika aliran darah
koroner tidak cukup memberikan oksigen yang dibutuhkan oleh jantung,
Kondisi yang paling sering melibatkan Iskemia jaringan dimana obat-obat
vasilisator digunakan, Antiangina adalah obat untuk angina pectoris (ketidak
seimbangan antara permintaan (demand)) dan penyediaan (supply) oksigen
pada salah satu bagian jantung.
Obat Antiangina:
a. Gol Nitrat
Cara kerja : Mengakibatkan vasodilatasi / pelebaran pembuluh
darah perifer dan koroner
Contoh:
ISDN (Isosorbid Dinitrat)
Kontra Indikasi :
1. Hipersensitivitas terhadap isosorbid dinitrat atau komponen lain dalam
formulasi
2. Hipersensitif terhadap nitrat organik
3. Penggunaan bersama penghambat phosphodiesterase-5 (PDE-5)
(sildenafil, tadalafil, or vardenafil)
4. Glaukoma angle-closure (peningkatan tekanan intraocular)
5. Trauma kepala atau perdarahan serebral (peningkatan tekanan
intrakranial)

NMR (Isosorbid Monohidrat)


Kontra Indikasi : Hipersensitivitas terhadap nitrat; hipotensi atau
hipovolemia; kardiopati obstruktif hipertrofik, stenosis aorta,
tamponade jantung, perikarditis konstruktif, stenosis mitral; anemia
berat, trauma kepala, perdarahan otak glaukoma sudut sempit.
b. Beta bloker
Cara kerja: Mengurangi konsumsi oksigen miokard, Penggurangan
kontraktilitas miokard, Pengurangan denyut jantung (laju sinus),
Pengurangan konduksi AV dan Pengurangan tekanan darah sistolik
Contoh:
Bisoprolol
Kontra Indikasi : Kontraindikasi bisoprolol untuk syok
kardiogenik, gagal jantung tidak stabil, sick sinus syndrome, blok
nodus sinoatrial (SA), blok atrioventrikular derajat 2 atau 3,
asidosis metabolik, penyakit arteri perifer berat, penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK), asma berat, dan phaeochromocytoma
yang tidak diobati.
MAINTATE
Kontra Indikasi : Syok kardiogenik, gagal jantung terbuka, blok
AV derajat 2 atau 3, blok SA, sindrom sinus sakit, bradikardia dan
hipotensi simptomatik, pheochromocytoma yang tidak diobati,
asidosis metabolik, parah, penyakit arteri perifer, asma bronkial
berat atau COPD berat.
CONCOR
Kontra Indikasi : Gagal jantung akut atau gagal jantung selama
episode dekompensasi memerlukan terapi inotropik IV, syok
kardiogenik, blok AV derajat 2 & 3, sindrom sick sinus, blok
sinoatrial, bradikardia (< 60 denyut/mnt), hipotensi (TD sistolik <
100 mmHg), asma bronkial berat atau PPOK berat, penyakit
oklusif arteri perifer stadium lanjut & sindrom Raynaud,
feokromositoma tanpa pengobatan, asidosis metabolik.
c. Calsium antagonis
Cara kerja: Menghambat kontraksi miokard dan otot polos
pembuluh darah, Melambatkan konduksi AV dan depresi nodus
SA, Vasodilatasi, inotropik, dll
Contoh:
Amlodipin
Kontra Indikasi : Pada prinsipnya, kontraindikasi absolut
amlodipine sama dengan kontraindikasi obat golongan
dihidropiridin (DHP) pada umumnya, yakni:
 Stenosis aorta berat
 Kardiomiopati hipertrofik-obstruktif
 Gagal jantung atau disfungsi ventrikel kiri
 Angina tidak stabil atau ancaman infark miokard
 Hipotensi
Kontraindikasi relatif penggunaan amlodipine antara lain:
intoleransi terhadap golongan DHP dan riwayat efek samping
terhadap DHP.
Diltiazem
Kontra Indikasi : Kontraindikasi diltiazem di antaranya pada sick
sinus syndrome tanpa penggunaan alat pacu jantung dan pada
infark miokard akut. Peringatan penggunaan pada pasien dengan
gangguan hepar dan ginjal, serta terkait risiko hipotensi.

2. Obat Aritrimia
Aritmia jantung adalah masalah yang sering terjadi dalam praktik klinis,
yang timbul hingga 25% dari pasien yang diobati dengan digitalis, 50%
dari pasien-pasien yang dianestesi, dan lebih dari 80% pasien dengan
infarktus miokardium akut.
Contoh Obat :
a. Propanolol: tab 10 dan 40 mg, kapsul lepas lambat 160 mg
Kontra Indikasi : Kontraindikasi propranolol di antaranya pada syok
kardiogenik dan penyakit paru obstruktif kronis. Peringatan
penggunaan pada orang dengan gangguan hepatik atau renal karena
terjadi perubahan farmakokinetik obat.
b. Alprenolol: tab 50 mg
Kontra Indikasi : Obat ini dikontraindikasikan pada AV block derajat
dua dan tiga, pasien dengan sinus bradikaria, kegagalan jantung yang
tidak terkontrol, asma atau bronkospasme, penyakit arteri perifer
parah, asidosis metabolik, phaeochromocytoma, penggunaan
bersamaan dengan clonidine.
c. Oksprenolol: tab 40 mg, 80 mg, tab lepas lambat 80 mg
Kontra Indikasi : Kontraindikasi propranolol di antaranya pada syok
kardiogenik dan penyakit paru obstruktif kronis. Peringatan
penggunaan pada orang dengan gangguan hepatik atau renal karena
terjadi perubahan farmakokinetik obat.
d. Metoprolol: tab 50 dan 100 mg, tab lepas lambat 100 mg
Kontra Indikasi :
• Blok atrioventrikular derajat 2 atau 3
• Sindrom sinus
• Hipotensi
• Gagal jantung
• Gagal jantung dekompensasi
• Sinus bradikardia
• Gangguan peredaran arteri perifer berat
• Asma berat
• Prinzmetal angina
• Asidosis metabolik
e. Bisoprolol: tab 5 mg
Kontra Indikasi : Kontraindikasi bisoprolol untuk syok kardiogenik,
gagal jantung tidak stabil, sick sinus syndrome, blok nodus sinoatrial
(SA), blok atrioventrikular derajat 2 atau 3, asidosis metabolik,
penyakit arteri perifer berat, penyakit paru obstruktif
kronis (PPOK), asma berat, dan phaeochromocytoma yang tidak
diobati.
f. Asebutolol: kap 200 mg dan tab 400 mg
Kontra Indikasi : Kontraindikasi merupakan suatu petunjuk
mengenai kondisi-kondisi dimana penggunaan obat tersebut tidak
tepat atau tidak dikehendaki dan kemungkinan berpotensi
membahayakan jika diberikan. Pemberian Acebutolol
dikontraindikasikan pada kondisi-kondisi berikut ini:
 Jangan digunakan untuk penderita yang mengalami reaksi
hipersensitivitas terhadap  acebutolol atau obat golongan beta
blocker lainnya
 Tidak boleh digunakan untuk penderita hipotensi (tekanan
darah rendah), brakikardia persisten berat, blok AV dari
derajat 2 dan 3, syok kardiogenik, gagal jantung yang tidak
terkendali (overt cardiac failure), sindrom sinus, asidosis
metabolik, penyakit peredaran darah perifer berat,
feokromositoma yang tidak diobati
 Obat-obat golongan beta blocker sebaiknya tidak diberikan
kepada pasien dengan riwayat asma atau bronkospasme
 Karena memiliki sifat intrinsic sympathomimetic activity
(ISA), sebaiknya tidak digunakan untuk angina baik stabil
atau tidak stabil

g. Pindolol: tab 5 dan 10 mg


Kontra Indikasi : Kontraindikasi propranolol di antaranya pada syok
kardiogenik dan penyakit paru obstruktif kronis. Peringatan
penggunaan pada orang dengan gangguan hepatik atau renal karena
terjadi perubahan farmakokinetik obat.
h. Nadolol: tab 40 dan 80 mg
Kontra Indikasi : Alergi atau hipersensitif, Asma, Memiliki kondisi
jantung serius seperti gagal jantung parah atau AV block
(atrioventricular block) derajat 2 atau 3, dan Jantung tidak
memompa darah dengan baik.
i. Atenolol: tab 50 dan 100 mg
Kontra Indikasi :
 Jangan digunakan untuk penderita yang mengalami reaksi
terhadap atenolol atau obat golongan beta blocker lainnya.
 Tidak boleh digunakan untuk penderita hipotensi (tekanan
darah rendah), brakikardia sinus, blok AV lebih besar dari
derajat 1, syok kardiogenik, dan gagal jantung yang tidak
terkendali (overt cardiac failure).
 Obat-obat golongan beta blocker sebaiknya tidak diberikan
kepada pasien dengan riwayat asma atau bronkospasme.
3. Obat Glikosida
Glikosida jantung (derivat digitalis dan obat sejenisnya) terdiri atas
senyawa steroid yang mempunyai efek terhadap otot polos dan jaringan
lainnya.
Efek terapi utama pada gagal jantung kongestif adalah peningkatan
kontraktilitas jantung (efek inotropik positif) yang memperbaiki ketidak
seimbangan karena kegagalan tersebut.
Contoh obat:
Tablet Lanatosid C (cedilanid) 0,25 mg
Kontra Indikasi :
 Sindrom Woff-Parkinson-White
 Kardiomiopati obstruktif hipertrofik
 Fibrilasi ventrikel
Digoksin 0,25 mg
Kontra Indikasi : Blok AV total dan blok AV derajat 2 (2:1), henti
sinus, sinus bradikardi yang berlebihan, pemberian kalsium parenteral.
Beta-metildigoksin 0,1 mg
Kontra Indikasi : Digoxin dikontraindikasikan pada pasien dengan
fibrilasi ventrikel, juga pada pasien dengan riwayat hipersensivitas
terhadap digoxin. Juga pada pasien yang mengalami hipersensivitas
terhadap obat digitalis lain umumnya juga akan mengalami
hipersensivitas terhadap digoxin. Oleh karena itu, digoxin juga
dikontraindikasikan pada pasien hipersensitif terhadap obat digitalis
lainnya.
4. Obat Antihipertensi
Penderita-penderita yang tidak diketahui penyebabnya disebut penderita
hipertensi esensial. Umumnya peningkatan tekanan darah ini disertai
penigkatan umum resistensi darah untuk mengalir melalui arterioli,dengan
curah jantung yang normal. Peningkatan tekanan darah biasanya
disebabkan kombinasi berbagai kelainan(multifaktorial). Bukti-bukti
epidermiologik menunjukkan adanya  faktor keturunan, ketegangan jiwa,
faktor lingkungan dan makanan mungkin sebagai kontributor
berkembangnya hipertensi.
Obat Antihipertensi dibedakan:
1. Diuretik (Furosemid)
Kontra Indikasi : Hipotensi, pasien dengan resiko penurunan tekanan
darah, diabetes melitus, gout, sindrom hepatorenal, hipoproteinemia,
bayi prematur.
2. Beta bloker
Kontra Indikasi : Penyerapan sistemik terjadi setelah penggunaan
topikal, oleh karena itu tetes mata yang mengandung beta-bloker
dikontraindikasikan pada pasien dengan bradikardia, heart block, atau
gagal jantung.

3. Alfa bloker

Kontra Indikasi : Tidak disarankan untuk gagal jantung kongestif


akibat obstruksi mekanin (misal stenosis aortik).
4. Ca antagonist (Amlodipin)
Kontra Indikasi : Syok kardiogenik, angina tidak stabil, stenosis aorta
yang signifikan, menyusui.
5. Penghambat ACE
Kontra Indikasi : Penghambat ACE dikontraindikasikan pada pasien
yang hipersensitif terhadap penghambat ACE (termasuk angioedema)
dan pada pasien yang diduga atau dipastikan menderita penyakit
renovaskuler (lihat juga keterangan di atas). Penghambat ACE tidak
boleh digunakan pada wanita hamil
6. Penghambat saraf sentral (Reserpin)
Kontra Indikasi : Depresi dan gagal ginjal berat.
7. Vasodilator (Hidralazin Hidroklorida)
Kontra Indikasi : lupus eritematosus sistemik idiopatik, takikardia
berat, gagal jantung curah tinggi, insufisiensi miokard akibat obstruksi
mekanik, cor pulmonale, aneurism aorta, porfiria.

Anda mungkin juga menyukai