Anda di halaman 1dari 12

50

5 PERMASALAHAN UTAMA PELABUHAN TANJUNG


PRIOK

Pendahuluan

Pelabuhan dalam aktivitasnya mempunyai peran penting dan strategis untuk


pertumbuhan industri dan perdagangan serta merupakan segmen usaha yang dapat
memberikan kontribusi bagi pembangunan nasional. Dapat dikatakan bahwa
pelabuhan sebagai salah satu infrastruktur transportasi, dapat membangkitkan
kegiatan perekonomian suatu wilayah karena merupakan bagian dari mata rantai
dari sistem transportasi maupun logistik (Susantono 2013).
Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta merupakan pelabuhan internasional
terbesar dan tersibuk di Indonesia, sebagai pelabuhan utama, Pelabuhan Tanjung
Priok senantiasa terus menerus dipelihara dan dikembangkan agar tetap dapat
mempertahankan fungsinya selaku logistic center kawasan untuk meningkatkan
daya saing industri dalam perdagangan internasional dan iklim investasi. Selain
itu Pelabuhan Tanjung Priok merupakan simpul utama konektivitas ekonomi
nasional dengan internasional.
Peningkatan volume bongkar muat peti kemas dalam tiga tahun terakhir di
Pelabuhan Tanjung Priok, tidak lantas membuat manajemen IPC berpuas diri,
karena infrastruktur Pelabuhan Tanjung Priok masih tertinggal jauh bila
dibandingkan dengan pelabuhan internasional lain seperti Pelabuhan Singapura.
Sebagai contoh kelemahan pelabuhan di Indonesia terletak pada kuantitas dan
kualitas infrastruktur dan suprastrukturnya. Pelabuhan-pelabuhan di Indonesia
umumnya memiliki kedalaman kolam yang dangkal, panjang dermaga pun relatif
pendek dan fasilitas kepelabuhanan termasuk alat bongkar muat yang terbatas.
Terbatasnya kedalaman menjadikan Pelabuhan Tanjung Priok tidak dapat
disinggahi mother vessel.
Pada saat yang bersamaan juga muncul masalah-masalah lain seperti
keterbatasan wilayah daratan dan sarana jalan lalu lintas yang ada. Di samping itu
terbatasnya kualitas sumber daya manusianya antara lain yaitu dalam hal
melakukan pelayanan dokumen sehingga memperlama proses bongkar muat
barang, dan juga masih lemahnya koordinasi dan sinkronisasi program antara
pihak-pihak instansi pelaksana kegiatan pelabuhan antara IPC, Bea Cukai dan
Badan Karantina. Efek dari buruknya koordinasi ketiganya adalah importir harus
menyediakan 100 dokumen untuk melakukan kegiatan impor (Lino dalam detik
finance 2013).
Fasilitas pelabuhan sangat mempengaruhi kegiatan kinerja pelabuhan
tersebut, baik itu kegiatan bongkar muat barang ke dalam container atau gudang
yang berupa alat-alat berat untuk mengangkut dan menyusun barang seperti
forklift, crane dan lain-lain, serta tempat untuk menampung barang seperti
gudang, lapangan pelabuhan, panjang dermaga, dan alur kolam kedalaman laut
untuk dapat menampung kapal-kapal besar (Gultom 2007). Untuk itu diperlukan
identifikasi permasalahan Pelabuhan Tanjung Priok. Permasalahan meliputi tiga
hal yaitu mengenai kondisi infrastruktur, kondisi suprastruktur dan kondisi
sumber daya manusia. Identifikasi permasalahan ini untuk mendukung bahasan
terhadap port performance indicator Pelabuhan Tanjung Priok.
51

Metode Penelitian

Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian


lapangan, yaitu observasi langsung di lokasi penelitian untuk mendapatkan data
yang dibutuhkan. Selain itu pengumpulan data dilakukan melalui pengumpulan
data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara
survey, dengan tujuan untuk meneliti lokasi secara langsung. Survey dilakukan
dengan teknik wawancara atau kuesioner. Wawancara dan penyebaran kuesioner
pada orang terpilih yaitu responden yang terkait langsung dengan kegiatan
pelabuhan baik itu mengenai permasalahan dan pengembangan kawasan
Pelabuhan Tanjung Priok.
Obyek wawancara dan penyebaran kuesioner adalah mulai dari tingkat
institusi/lembaga Pemerintah Pusat yaitu Kementerian Perhubungan RI bagian
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (Dirjen Perla), institusi/lembaga non
pemerintah yakni Indonesia National Ship Owner's Association (INSA) dan PT.
Samudera Indonesia sampai ditingkat lokasi kawasan Pelabuhan Tanjung Priok
yaitu pengelola Pelabuhan Tanjung Priok Indonesia Port Corporation (IPC) dan
masyarakat sekitar kawasan pelabuhan yaitu buruh sopir pengangkut peti kemas
ke Pelabuhan Tanjung Priok dan anak buah kapal (ABK).
Jenis sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer
meliputi permasalahan infrastruktur, suprastruktur dan sumber daya manusia.
Data sekunder meliputi hasil-hasil studi, direktori pelabuhan, dan dari literatur
yang terkait dengan Pelabuhan Tanjung Priok.

Hasil dan Pembahasan

Fungsi suatu pelabuhan tidak hanya sebagai gerbang (gateway) perdagangan


dengan dunia luar, mata rantai (link) arus barang dan jasa, tetapi berfungsi juga
sebagai alat penghubung (interface) bagi perdagangan dan perkembangan
ekonomi regional maupun ekonomi nasional dan internasional (Gultom 2007).
Sesuai fungsinya sebagai interface, Pelabuhan Tanjung Priok memiliki
fasilitas dasar atau infrastruktur pelabuhan, yakni merupakan struktur konstruksi
bangunan pokok yang berada di perairan dan daratan. Jenis fasilitas ini biasa
disebut fasilitas utama pelabuhan, antara lain seperti alur pelayaran, kolam
pelabuhan, dermaga dan penahan gelombang (breakwater). Fasilitas penunjang
atau disebut dengan suprastruktur adalah struktur konstruksi peralatan yang
menunjang kegiatan pelabuhan yang berada di perairan dan daratan antara lain
seperti gudang, lapangan penumpukan dan jalan, juga dapat berupa alat utama
(untuk aplikasi darat dan apung). Alat-alat utama darat dapat berupa Container
Crane (CC), Rubber Trade Gantry (RTG), Top loader, Head Truck dan Chasis.
Alat apung terdiri dari kapal tunda dan kapal pandu serta pelampung tambat
(mooring buoy).
Pelabuhan Tanjung Priok meskipun sebagai pelabuhan internasional dan
mengalami perkembangan arus ekspor-impor dan barang antar pulau meningkat
terus setiap tahun, akan tetapi memiliki fasilitas infrastruktur dan suprastruktur
yang terbatas.
52

Berdasarkan data dan pengamatan yang diperoleh dari lapangan, seperti


perusahaan pelayaran, freight forwarding dan angkutan darat tentang kondisi
Pelabuhan Tanjung Priok adalah sebagai berikut :
1) Masalah kondisi infrastruktur Pelabuhan Tanjung Priok
• Alur pelayaran Pelabuhan Tanjung Priok memiliki kedalaman yang
dangkal yaitu 10-14 meter dan sering terjadi sedimentasi setiap saat.
• Kedalaman kolam Pelabuhan Tanjung Priok variatif tiap terminal peti
kemasnya dan memiliki kedalaman kolam yang dangkal dan terjadi sedimentasi.
Kolam pelabuhan adalah bagian dari sarana dan fasilitas pelabuhan yang
berbentuk perairan yang mempunyai kedalaman yang disyaratkan, kolam
pelabuhan berada di depan dermaga yang digunakan untuk bersandarnya kapal.
Adapun fungsi kolam pelabuhan adalah untuk menampung kapal dalam
melakukan berth time (waktu sandar) selama dalam pelabuhan, agar kapal dapat
dengan mudah melakukan bongkar muat tanpa terganggu oleh gelombang. Luas
kolam Pelabuhan Tanjung Priok 424 ha (termasuk area pelabuhan dan
breakwater) dengan kedalaman berkisar 12 sampai 14 meter dengan kedalaman
terdalam 14 m itu berada pada terminal JICT 1 dan Terminal Peti Kemas Koja.
Sedangkan untuk dermaga, Pelabuhan Tanjung Priok secara keseluruhan
mencapai 12 522 m dan memiliki panjang breakwater 8 456 m. Alur pelayaran
dan kolam Pelabuhan Tanjung Priok juga sering mengalami masalah
pendangkalan perairan dikarenakan adanya sedimentasi, sehingga mengakibatkan
kedalaman perairan menjadi lebih dangkal. Sebagai perbandingan dengan
Pelabuhan Singapura ditinjau dari kedalaman kolam pelabuhannya, Pelabuhan
Singapura sudah mencapai 16 meter, sementara Pelabuhan Tanjung Priok sebagai
pelabuhan terbaik di Indonesia masih berkisar antara 12 sampai 14 meter,
sehingga secara produktivitas Pelabuhan Singapura bisa menampung kapal-kapal
besar dengan kapasitas 17 000 TEUs dan Pelabuhan Tanjung Priok hanya sampai
5 000 TEUs.
Pemeliharaan alur pelayaran dan kolam pelabuhan untuk menjaga
kedalaman alur dan kolam serta bebas dari rintangan bagi kapal yang lewat dan
berlabuh perlu dilakukan. Pemeliharaan alur dan kolam sebagai penunjang utama
kegiatan pelabuhan agar kapal yang akan lewat dan berlabuh menjadi aman.
Dari penilaian teknis kepelabuhanan yaitu dari persyaratan kedalaman
perairan, maka Pelabuhan Tanjung Priok belum memenuhi syarat untuk menjadi
pelabuhan pengumpul internasional (international hub port) yang dapat
dikunjungi kapal-kapal besar. Hal ini menyebabkan arus barang keluar masuk
Pelabuhan Tanjung Priok tidak bisa ekspor langsung ke negara tujuan, dan impor
langsung dari negara asal. Potensi dan peluang Pelabuhan Tanjung Priok sebagai
international hub port sebetulnya besar, karena arus kapal-kapal container
bertonase besar yang melalui perairan Laut Asia Selatan dan Asia Tenggara cukup
tinggi dan lokasi Pelabuhan Tanjung Priok strategis dan potensial dari segi
pertumbuhan ekonomi daerah belakangnya (hinterland). Baird (2006) menyatakan
Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2006 memiliki pengguna jasa sekitar lebih
dari 6 000 per tahun, arus kunjungan kapal mencapai 7 150 kapal sekitar 596
kapal per bulan atau 20 kapal per hari. Pada tahun 2012 kunjungan kapal di
Pelabuhan Tanjung Priok meningkat, setiap hari mampu melayani lebih dari 80
unit kapal, sehingga Pelabuhan Tanjung Priok memiliki potensi dapat
53

dioperasikan sebagai internasional hub port mengingat arus kunjungan kapal


yang terus meningkat (IPC 2013).
Di Asia Tenggara, Indonesia adalah negara dengan luas kawasan terbesar,
penduduk terbanyak dan sumber daya alam terkaya (Peraturan Presiden No.32
Tahun 2011). Jumlah penduduk Indonesia menurut Data Statistik Indonesia tahun
2013 berjumlah sebayak 250 juta jiwa, dengan konsentrasi penduduk terbesar
masih berada di Pulau Jawa yaitu sebesar 54,7 % dan jumlah angkatan kerja
penduduk Indonesia yang dimiliki sebesar 63,54 %. Kegiatan ekonomi Indonesia
masih berpusat di Pulau Jawa, khususnya di wilayah Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) dan kawasan industri terbesar di Indonesia
yang sering kali disebut dengan Greater Jakarta Industri Area, terletak di wilayah
Timur Jakarta. Saat ini kawasan industri tersebut memiliki kontribusi arus logistik
sebesar 60% terhadap Pelabuhan Tanjung Priok (Susantono 2013). Selain itu pada
wilayah Pantai Utara Jawa (Pantura) terdapat sejumlah kawasan industri unggulan
yang meliputi industri peralatan dan permesinan, industri tekstil dan industri
makanan olahan. Dalam kaitan dengan arus logistik di wilayah Jabodetabek dan
sekitarnya, Pelabuhan Tanjung Priok berperan sebagai hub dan kawasan industri
berperan sebagai spoke. Hal tersebut dapat dijadikan potensi bagi Pelabuhan
Tanjung Priok untuk menjadi international hub port yang sangat penting
keberadaannya dalam rangka memberikan daya dorong dan daya angkat bagi daya
saing Indonesia.
• Panjang dermaga relatif pendek untuk masing-masing dermaga antara
591 – 1500 meter. Hal ini menyebabkan kapal-kapal ukuran mother
vessel tidak bisa masuk ke pelabuhan.
2) Masalah kondisi suprastruktur pelabuhan
• Masih terbatasnya fasilitas gudang sehingga pembongkaran barang
cenderung truck losing dengan gudang yang dimiliki Pelabuhan
Tanjung Priok seluas 180 367 m2 dan berkapasitas 26,53 ton/m3
(Dephub 2007). Selain itu banyak pengusaha yang menjadikan
pelabuhan sebagai gudang sementara sebagai tempat penyimpanan
barang karena tidak memiliki warehouse, dan biaya penyimpanan
container di Tanjung Priok tergolong murah Rp. 22 500/hari pada tahun
2013 (Menteri Keuangan Chatib Basri dalam Bisnis Indonesia, Juli
2013). Banyak importir yang juga menyimpan barang lebih lama dan
berdampak pada kapasitas pelabuhan yang tidak memadai dan arus
container yang keluar dari Pelabuhan Tanjung Priok
terhambat akibatnya terjadi penumpukan barang di Pelabuhan Tanjung
Priok (Dirut Informasi Kepabeanan dan Cukai Susiwijono
dalam http://economy.okezone.com 2014).
• Tingkat pemakaian lapangan penumpukan peti kemas sering berada di
atas ambang batas 70 %, akibatnya Pelabuhan Tanjung Priok sering
terancam stagnasi dan tidak terdapat lagi cukup ruang untuk
pengembangan dalam wilayah pelabuhan saat ini dalam menyediakan
ruang distribusi barang dan lapangan penumpukan. Menurut data IPC
2012 bahwa arus container yang keluar masuk di pelabuhan Tanjung
Priok, mengalami peningkatan setiap tahun, yaitu : Tahun 2011; 5,6 juta
TEUs, Tahun 2012; 6,4 Juta TEUs, dengan luas container yard 152,33
ha sehingga kapasitas tampungan (throughput) container yard adalah
54

360,96 TEUs. Kapasitas maksimum pelabuhan Tanjung Priok hanya


mampu menampung 7 juta TEUs per tahun. Jumlah arus
container yang masuk dan keluar sudah melebihi kapasitas Pelabuhan
Tanjung Priok saat ini. Fakta ini didukung oleh tingkat isian lapangan
penumpukan (YOR) sudah melebihi 100%, dampak yang terjadi akibat
kelebihan kapasitas Pelabuhan Tanjung Priok adalah terjadi kongesti
(kemacetan) di Pelabuhan Tanjung Priok (Ketua Komite Tetap Pelaku
dan Penyedia Jasa Logistik Kadin Irwan Ardi Hasman
dalam http://indosmex.wordpress.com 2014).
• Tidak ada akses jalan darat langsung dari sentra industri di Jabodetabek
menuju Pelabuhan Tanjung Priok, sehingga sering terjadi kemacetan
panjang dari dalam pelabuhan sampai jalan raya Cakung Cilincing
Raya, Jakarta Utara terutama pada hari-hari ekspor yaitu hari Kamis,
Jum’at dan Sabtu. Kemacetan bertambah bila keadaan hujan dan jalan
rusak berlubang sehingga memerlukan waktu 5 hingga 10 jam berada di
jalan. Dari hasil studi yang dilakukan oleh LAPI ITB tahun 2011,
diketahui bahwa 70 % volume kendaraan berat yang menuju Pelabuhan
Tanjung Priok berasal dari arah timur Jakarta, termasuk yang berasal
dari kawasan industri di koridor Bekasi-Cikampek (Susantono 2013).
Tingginya pergerakan lalu lintas kendaraan berat ini tentunya
menimbulkan permasalahan di jalan tol dalam Kota Jakarta maupun tol
Jakarta Outer Ring Road (JORR), yang merupakan akses utama dari
dan menuju ke Pelabuhan Tanjung Priok. Selain itu salah satu faktor
yang membuat kemacetan semakin sering terjadi adalah pembangunan
infrastruktur jalan raya yang saat ini berlangsung di sekitar Pelabuhan
Tanjung Priok. Penyebab lain kemacetan adalah karena tidak adanya
tempat tunggu truk sebelum masuk ke Pelabuhan Tanjung Priok. Akses
jalan tol menuju Pelabuhan Tanjung Priok telah dibangun sebagai
jaringan tol Jabodetabek yang terkoneksi dengan JORR, tol pelabuhan
(Harbour Toll Road) serta dalam kota (Jakarta Intra Urban
Tollway). Tol akses Tanjung Priok meliputi lima seksi, yakni E1
Rorotan-Cilincing sepanjang 3.4 kilometer, E2 Cilincing-Jampea
sepanjang 2.74 km, E2A Koja-Simpang Jampea sepanjang 1.92 km, NS
Link Simpang Jampea-Yos Sudarso sepanjang 2.42 km dan seksi NS
Direct Ramp sepanjang 1.1 km. Pembangunan jalan tol ini diharapkan
dapat menghilangkan kemacetan di sekitar wilayah Pelabuhan Tanjung
Priok sehingga akses masuk dan keluar barang ke pelabuhan bisa
semakin cepat.
• Minimnya jumlah peralatan bongkar muat yang memadai, seperti quay
container crane, shore crane atau harbour crane yang mengakibatkan
kegiatan bongkar muat tidak efektif dan efisien sehingga berakibat
menghambat kecepatan perkembangan volume barang peti kemas.
Fasilitas suatu pelabuhan sangat mempengaruhi kinerja kegiatan
pelabuhan tersebut, baik itu kegiatan untuk membongkar dan memuat
barang ke dalam kontainer atau gudang yang berupa alat-alat berat
untuk mengangkut dan menyusun barang. Terjadinya peningkatan
volume arus barang dan kapal di Pelabuhan Tanjung Priok tidak
diimbangi dengan pengembangan pelabuhan terutama pada masing-
55

masing terminal barang yang bersifat multi purpose sehingga arus


barang dan kapal tersebut tidak bisa berjalan dengan lancar. Hal ini
merupakan permasalahan yang memerlukan tindakan yang cepat karena
bila tidak, akan berdampak pada kemajuan pelabuhan tersebut dan
perekonomian negara. Kecepatan volume datang dan perginya kapal di
suatu pelabuhan diukur oleh kecepatan bongkar muatnya. Jadi apabila
suatu kapal dibongkar dengan waktu yang tidak efektif dan efisien,
akan berpengaruh pada segala hal, antara lain banyak kapal yang
menunggu di laut dan menyebabkan biaya tinggi yang harus dibayarkan
oleh kapal tersebut karena terlalu lama menunggu gilirannya untuk
dibongkar. Selain itu juga mengakibatkan ekonomi biaya tinggi yang
berimbas pada harga barang di pasar dan akhirnya hal itu dapat
mengurangi keinginan kapal-kapal luar untuk singgah melalui
pelabuhan tersebut (Soegiri 2008).
3) Faktor Sumber Daya Manusia
Semakin berkembangnya lalu lintas angkutan laut, teknologi bongkar
muat, meningkatnya perdagangan antar pulau dan luar negeri, hal ini menuntut
pelabuhan dalam meningkatkan kualitas peran dan fungsinya sebagai terminal
point bagi barang dan kapal. Demikian pula semakin meningkatnya tuntutan
pelanggan sehingga kontinuitas dan konsistensi peningkatan mutu pelayanan yang
diharapkan dapat mengimbangi laju pertumbuhan kegiatan ekonomi dan
perdagangan dari tahun ke tahun. Suatu hal yang sangat mendasar bahwa mutu
kinerja pelabuhan sangat tergantung pada sistem pengoperasian dalam pelabuhan
itu sendiri. Dalam hal ini SDM pelabuhan yang terdiri dari beberapa instansi
terkait yang saling bekerjasama dalam pengoperasian pelabuhan sebagai unit
bisnis.
Secara umum tuntutan layanan jasa dari pelanggan atau pengguna jasa
pelabuhan antara lain yaitu cepat dan tanggap dalam kegiatan, tepat waktu dalam
pelayanan, aman di dalam penanganan, memiliki tarif yang wajar dan teliti dalam
penyerahan dan hal itu semua bergantung dari faktor sumber daya manusianya.
Namun di Pelabuhan Tanjung Priok terdapat beberapa permasalahan yang ditemui
yang terkait dengan faktor sumber daya manusia yaitu:
• Mutu pelayanan belum berorientasi kepada kepuasan pelanggan, karena
management handling peti kemas tidak modern, sehingga pemilik
barang tidak dapat mengetahui posisi peti kemas secara tepat dan cepat,
dan memerlukan waktu dan biaya untuk menemukan containernya.
Tingkat penyelesaian dokumen (clearence) surat perintah pengeluaran
barang (SPBB) oleh instansi Bea dan Cukai di Pelabuhan Tanjung
Priok masih rendah, pemilik harus menunggu 4 hari hingga
mendapatkan SPBB. Total waktu yang dibutuhkan kegiatan pemeriksa
fisik dilokasi behandle memerlukan waktu 4-6 hari untuk mendapatkan
petugas pemeriksa dan pencarian peti kemas yang diproses behandle
memerlukan waktu rata-rata 3-5 hari. Total waktu yang dibutuhkan agar
barang kategori jalur merah sejak barang tiba hingga keluar rata-rata
membutuhkan waktu 10-14 hari (Bisnis Indonesia Juli 2013
dalam http://indosmex.wordpress.com/tag/ekspor-impor/). Penyebab
lamanya pengeluaran barang oleh Kepala Kantor Pelayanan Umum Bea
Cukai Pelabuhan Tanjung Priok disebabkan antara lain karena
56

pemeriksaan bea cukai yang masih lama untuk barang impor yang
masuk jalur merah dan belum optimalnya pemanfaatan layanan 24 jam
setiap hari dalam pengurusan ekspor dan impor.
• Lemahnya koordinasi dan sinkronisasi program diantara pihak-pihak
instansi pelaksana kegiatan pelabuhan antara IPC, Adpel, Bea Cukai
dan Badan Karantina.
Soegiri (2008) mengatakan sering terjadi suatu ketidakharmonisan
dalam hal kesamaan visi dan misi untuk memajukan pelabuhan, yang
sering terbentur dengan keluarnya surat keputusan yang lebih
dipedomani oleh pengelola pelabuhan daripada peraturan pemerintah
yang menegaskan tugas dan tanggung jawab yang seharusnya disadari
oleh masing-masing pihak.
• Kesenjangan dalam hal keterampilan, karena tidak adanya
keseimbangan antara kemajuan teknologi dan sumber daya manusia
(kurangnya keterampilan teknis).
Adanya tuntutan layanan yang semakin cepat dan adanya karakteristik
dari layanan jasa, sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi,
terutama pada layanan alat serta pelayanan administrasi dengan sistem
komputerisasi. Maka diperlukan tenaga yang handal dan siap pakai
sesuai spesifikasi alat tersebut.
• Masih kurangnya tenaga profesional alat-alat berat seperti Top Loader,
Reach Stacker, Rubber Tired Gantry Crane, Gantry Crane dan Fix
Spreader.
Khusus untuk menangani masalah kondisi suprastruktur Pelabuhan Tanjung
Priok, pada tahun 2014 ini IPC sedang melakukan pembangunan Terminal
Kalibaru atau New Priok Port (Gambar 5.3 a dan 5.3 b) yang merupakan
perluasan dari Pelabuhan Tanjung Priok yang dibangun di atas tanah reklamasi
seluas 432 ha, dan akan dikembangkan dalam dua tahap. Pada tahap pertama
Terminal Kalibaru atau New Priok Port sudah dimulai pembangunannya sejak
terbitnya Izin Lingkungan pada bulan Desember 2012 dan ditargetkan mulai
beroperasi 2014. Sementara terminal tahap kedua direncanakan akan beroperasi
pada 2023. Proyek New Priok Port akan membawa fasilitas pelabuhan di
Indonesia setara dengan pelabuhan kelas dunia lainnya. Ini akan secara signifikan
memperkuat rantai logistik Indonesia, sehingga menyiratkan lingkungan yang
lebih baik untuk perdagangan dan bisnis lainnya, ketika beroperasi penuh pada
2023, New Priok Port akan lebih dari tiga kali lipat kapasitas tahunan dari
Pelabuhan Tanjung Priok.
New Priok Port tahap I direncanakan terdiri dari 3 terminal kontainer serta 2
terminal bahan bakar minyak dan gas. Tahap I meliputi instalasi infrastruktur
terminal kontainer dan peralatan. Pelabuhan ini didesain dengan kedalaman draft
hingga 20 mLWS dengan tahap pertama akan dilakukan pengerukan sedalam 16
mLWS dan alur pelayaran dibuat 2 arah selebar hampir 300 meter untuk
mempercepat arus kedatangan dan keberangkatan kapal. Pada tahap I ini
pelabuhan akan dibangun di atas lahan seluas 195 hektar dengan panjang dermaga
4 000 m, dan menampung kontainer hingga 4,5 juta TEUs sedangkan untuk
minyak dan gas didesain untuk dapat menampung 10 juta meter kubik per tahun
selain itu New Priok Port juga dilengkapi dengan akses tol ke kawasan berikat
Marunda guna menghindari kemacetan yang terjadi selama ini. Keseluruhan
57

pembangunan New Priok Port akan menambah kapasitas Pelabuhan Tanjung


Priok kurang lebih 13 juta TEUs serta penanganan 9 juta ton produk minyak dan
gas. New Priok Port akan memfasilitasi kapal-kapal besar dengan kapasitas
hingga 18 000 TEUs untuk mampu masuk langsung ke Indonesia. Hal ini
tentunya akan membantu memangkas biaya transportasi logistik dan mendorong
kemudahan distribusi barang di Indonesia (IPC 2012).
Apabila pembangunan Pelabuhan Kalibaru atau New Priok Port selesai
dilakukan maka Pelabuhan Tanjung Priok sebagai hub port berskala internasional
bisa diwujudkan karena ciri-ciri hub port itu antara lain memiliki infrastruktur
yang baik sehingga menarik investasi asing dan meningkatkan ekspor domestik.
Selain itu juga memiliki waktu yang cepat dalam proses bongkar muat barang
yang ditunjang dengan fasilitas bagus yang canggih dan modern akan membuat
kapal-kapal besar datang, sehingga biaya logistik dapat ditekan dengan semakin
banyaknya kapal-kapal besar yang berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok, serta
memiliki kapasitas daya tampung kontainer yang luas untuk menghindari
kongesti. Gambar ilustrasi pembangunan proyek New Priok Port dapat disajikan
pada Gambar 5.1 dan Gambar 5.2.
Pada Gambar 5.1 Pelabuhan Kalibaru New Priok Port, pembangunan phase
1 akan dibangun 3 terminal container dan 2 terminal untuk bahan bakar dan gas.
Pembangunan phase 2 akan meliputi 4 terminal container peti kemas. Selain itu
dalam upaya meningkatkan aksesibilitas pelabuhan, akan dibangun jembatan di
atas laut sepanjang ± 5 km yang dapat mengakses terminal dari sisi timur
Pelabuhan Tanjung Priok. Jembatan ini mengambil contoh seperti jembatan
Macau Bridge. Menurut rencananya tingginya dari permukaan air 50 m dan 40 m
dari permukaan tanah, dengan jarak terlebar antar tiang 150 m guna bisa dilewati
oleh kapal dari sebelah selatan Pelabuhan Kalibaru atau New Priok Port (Gambar
5.2).
58

(a)

Sumber : IPC 2012


Keterangan ct : container terminal; pt : product terminal
(b)

Gambar 5.1 (a) dan (b) Layout Pelabuhan Kalibaru atau New Priok Port
59

Sumber : Kementerian Perhubungan 2012

Gambar 5.2 Rencana akses jalan tol di jembatan New Priok Port

a. d
60

b. e

c. f.

Gambar 5.3 a,b,c,d,e,dan f Gambar pelaksanaan pembangunan New Priok Port

Sementara pembangunan akses jalan tol menuju Pelabuhan Tanjung Priok dapat
disajikan pada gambar 5.4 berikut ini.

(a) (b)
61

(c) (d)

(e)

(e)

Gambar 5.4 (a),(b),(c),(d) dan (e) Proses pembangunan jalan tol dari Rorotan-
Cilincing menuju Pelabuhan Tanjung Priok

Kesimpulan

Pelabuhan Tanjung Priok terus melakukan perbaikan kinerja dan


pengembangan wilayah guna menghadapi permasalahan yang ada terhadap segala
kondisi agar terus dapat meningkatkan produktivitas kinerja dan arus barang yang
melalui Pelabuhan Tanjung Priok sehingga kelak dapat menjadikan Pelabuhan
Tanjung Priok sebagai hub port berskala internasional.

Anda mungkin juga menyukai