Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH TELAAH KURIKULUM DAN

PEMBELAJARAN BIOLOGI SEKOLAH


TENTANG
KONSEP DASAR KURIKULUM
OLEH KELOMPOK 1:
AYNI ANANDA ALIF (1930106006)
DINDA MEIZAR IKHRANI (1930106010)
EGA REGINA PUTRI (1930106011)
FRENGKY GUNAWAN (1930106015)

DOSEN PEMBIMBING
DIYYAN MARNELI, M.PD

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Atas limpahan rahmat dan karuniayanya kami masih diberi
berbagai macam kenikmatan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tentang Konsep Dasar
Kurikulum. Shalawat dan salam kita sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang telah
menyempurnakan ajaran islam. Penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada
semua.

Semoga makalah ini bermanfaat untuk kami sendiri dan para pembaca yang Budiman, tentunya
kami meminta maaf apabila dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan,penulis
sangat membutuhkan saran dan kritik dari pembaca sehingga makalah ini kedepannya bisa
menjadi lebih baik.

25 September 2020

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1

A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 1
C. Tujuan Pembuatan Makalah................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 3

A. Pengertian Kurikulum..............................................................………………………

B. Peranan Kurikulum ........................................................................................ 6

C. Fungsi Kurikulum dalam Pendidikan....................................................………. 8

D. Kurikulum dalam Pendidikan.............................................................………….. 10

BAB III PENUTUP............................................................................................. 21

A. Kesimpulan .............................................................................................. 21

B. Saran ........................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 22

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum sering diartikan sebagai wadah seperangkat konsep tentang praktik
Pendidikan. Seperangkat konsep tersebut dibuat sebagai acuan dari pelaksanaan praktik
Pendidikan. Kurikulum berusaha menerjemahkan tujuan Pendidikan sebagai tujuan
Pendidikan sekaligus tujuan dari pengembangan manusia suatu bangsa kedalam konsep-
konsep yang sistematis. Dengan harapan agar Pendidikan bisa dilaksanakan lebih terarah
sehingga bisa efektif dan efesien. Jadi sedikit banyak kurikulum merupakan gambaran
orientasi suatu bangsa.
Seperti yang telah kita ketahui bagaimana suatu kurikulum haruslah dimiliki oleh
setiap Lembaga Pendidikan. Kurikulum tersebut yang akan menentukan akan menjadi
apa peserta didik dimasa yang akan datang. Belakangan ini banyak yang mengelu-elukan
system kurikulum luar negeri,padahal belum tentu system tersebut pas dan cocok dengan
keadaan dan kultur yang ada Pendidikan dinegara kita.
Sehingga pada makalah ini akan diangkat mengenai bagaimana konsep dasar
kurikulum mencangkup pengertian kurikulum ,peranan kurikulum ,fungsi kurikulum dan
kurikulum dalam.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Kurikulum
2. Peranan Kurikulum
3. Fungsi Kurikulum dalam Pendidikan
4. Kurikulum dalam Pendidikan

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian kurikulum
2. Mengetahui Peranan kurikulum
3. Mengetahui Fungsi kurikulum dalam Pendidikan
4. Mengetahui Kurikulum dalam Pendidikan
1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Secara etimologis,istilah kurikulum berasal dari Bahasa Yunani yaitu curir yang
artinya pelari, dan curere yang berarti tempat berpacu. Dalam Bahasa Latin, kurikulum
berasal dari kata currere yang berarti berlari sebagai suatu pengalaman hidup.

2
Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis
start sampai dengan garis finish untuk memperoleh medali atau penghargaan. Jarak yang
harus ditempuh tersebut kemudian diubah menjadi program sekolah dan semua orang
terlibat didalamnya. Program tersebut berisi mata pelajaran yang harus ditempuh oleh
peserta didik selama kurun waktu tertentu. Dengan demikian secara terminologis istilah
kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta
didik disekolah untuk memperoleh ijazah. Ragan mengemukakan bahwa “the curriculum
has mean the subject tought in school or the course of study”.bpengertian kurikulum ini
tergolong tradisional.
Zainal Arifin mengemukakan bahwa ada 4 implikasi dari pengertian tradisional dari
kurikulum ini,yaitu:
1. Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran. Mata pelajaran adalah kumpulan
warisan budaya dan pengalaman-pengalaman masa lampau yang mengandung nilai
positif untuk disampaikan kepada gemerasi muda
2. Peserta didik harus mempelajari dan menguasai seluruh mata pelajaran
3. Mata pelajaran tersebut hanya dipelajari disekolah secara terpisah-pisah
4. Tujuan akhir dari kurikulum adalah mendapatkan izahah.
Dalam pandangan tradisional kurikulum dipandang sebagai rencana pelajaran disuatu
sekolah. Pelajaran-pelajaran apa yang harus ditempuh disekolah,itulah kurikulum.
Sedangkan dalam pandangan modern arti kurikulum lebih lebih dianggap sebagai suatu
pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan.
Pengertian kurikulum secara modern adalah semua kegiatan dan pengalaman
potensial yang telah disusun secara ilmiah,baik yyang terjadi didalam kelas,halaman
sekolah,maupun diluar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan
pendidikan. Zainal Arifin mengemukakan ada empat implikasi dari pengertian modern
dari kurikilum ini,yaitu:
a. Kurikulum tidak hanya terdiri atas sejumlah mata pelajaran tetapi juga meliputi
semua kegiatan dan pengalaman potensial yang telah disusun secara ilmiah.
b. Kegiatan dan pengalaman belajar tidak hanya terjadi disekolahtetapi juga terjadi
diluar sekolah atas tanggung jawab sekolah

3
c. Guru sebagai pengembang kurikulum perlu menggunakan multi strategi dan
pendekatan,serta berbagai sumber belajar secara bervariasi.
d. Tujuan akhir kurikulum bukan untuk memperoleh ijazah,tetapi untuk mencapai tujuan
Pendidikan.

Berikut adalah perbedaan kurikulum tradisional dan kurikulum modern:

Aspek-aspek Kurukulum tradidional Kurikulum modern


Orientasi Masa lampau Masa lampau,masa sekarang,dan
masa yang akan dating
Dasar falsafah Tidak berdasarkan filsafat Berdasarkan filsafat Pendidikan
Pendidikan yang jelas yang jelas dan dapat diwujudkan
dalam kegiatan yang konkret
Tujuan Mengutamakan Mengembangkan keseluruhan
Pendidikan pengetahuan pribadi peserta didik secara utuh
Organisasi Berpusat pada mata Berpusat pada masalah atau topik
kurikulum pelajaran dimana peserta didik belajar
mengalami sendiri secara langsung
Sumber belajar Guru sebagai satu-satunya Disamping guru,ada juga sumbeer
sumber belajar belajar lainnya seperti
pakar,kegiatan,bahan,alat,dan
perlengkapan,Gedung,dan lain-lain
Strategi dan Cenderung hanya Menggunakan multistrategi dan
pendekatan menggunakan strategi berbagai pendekatan
belajar ekspositori dengan
pendekatan klasikal
Teknik evaluasi Tes sebagai satu-satunya Teknik penilaian terdiri atas tes
Teknik penilaian dan nontes
Peran guru Sangat terbatas dan bersifat Sangat luas dan bersifat kolektif-
perorangan kolegial dengan tidak mengurangi
kebebasan guru.

Selain pengertian kurikulum secara tradisional dan modern tersebut,banyak ahli yang
mengemukakan tentang pengertian kurikulum,yaitu:

4
1) Kurikulum adalah rancangan pengajaran atau sejumlah mata pellajaran yang disusun
secara sistematis untuk menyelesaikan suatu program untuk memperoleh ijazah.(Crow
and Crow)
2) Kurikulum adalah kelompok pengajaran yang sistematik atau urutan subjek yang
dipersyaratkan untuk lulus atau sertifikasi dalam pelajaran mayor,misalnya kurikulum
pelajaran social,kurikulum Pendidikan fisika. (Carter V. Good dalam Oliva,1991:6)
3) Kurikulum adalah seluruh pengalaman siswa dibawah bimbingan guru(Hollis L.Caswell
and Doak S.Campbell dalam Oliva 1991:6)
4) Kurikulum adalah rekonstruksi dari pengetahuan dan pengalaman secara sistematik yang
dikembangkan sekolah (atau perguruan tinggi),agar dapat pebelajar meningkatkan
pengetahuan dan pengalamannya.(Danniel Tanner and Laurel N.Tanner dalam Oliva
1991:7)
5) Kurikulum adalah sejumlah pengalaman Pendidikan kebudayaan,social,olahraga,dan
kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-murid didalam dan diluar sekolah
dengan maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan
merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan Pendidikan (Dr,
Addamardasyi dan Dr.Munir Kamil).

B. Peranan Kurikulum

Tilaar dalam Poerwati (2013:282) menyatakan bahwa kurikulum bukanlah tujuan akhir
melainkan sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Hal ini menunjukan bahwa kurikulum
memiliki peran strategis dalam pencapaian tujuan pendidikan.
Menurut Oemar Hamalik (1990),kurikulum dalam Pendidikan formal memiliki peranan
yang sangat strategis dan menentukan pencapaian tujuan Pendidikan, yaitu peranan
konservatif (sebagai sarana untuk mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya yang masih
relevan,peranan kreatif(mampu mengembangkan sesuatu yang baru),peranan kritis/evaluative
(untuk menilai dan memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang akan diwariskan.
1. Peranan konservatif

5
Peranan konservatif menekankan bajwa kurikulum dapat dijadikan sebagai
saranan untuk mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap
masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda,dalam hal ini para
siswa.peranan konservatif ini pada hakikatnya menempatkan kurikulum yang
berorientasi ke masa lampau. Peranan ini sifatnya sangat mendasar,disesuaikan
dengan kenyataan bahwa Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses social.
2. Peranan kreatif
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan
sesuatu yang baru selesai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-
kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang. Kurikulum harus
mengandung hal-hal yang dapat membantu setiap siswa mengembangkan semua
potensi yang ada pada dirinya untuk memperoleh pengetahuan baru,kemampuan-
kemampuan baru serta cara berfikir baru yang dibutuhkan dalam kehidupannya.
3. Peranan kritis/evaluative
Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa nila-nilai budaya yang
hidup dalam masyarakat sseenantiasa mengalami perubahan,sehingga pewarisan
nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada siswa perlu disesuaikan dengan kondisi yang
terjadi pada masa sekarang. Selain itu,perkembangan yang terjadi pada masa sekarang
dan masa mendatang belum tentu sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Oleh karena
itu, peranan kurikulum tidak hanya mewariskan nilai budaya yyang ada atau
menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi,melainkan juga memiliki peranan
untuk menilai dan memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang akan
diwariskan tersebut.

Ketiga peran tersebut harus berjalan secara beriringan dan seimbang satu sama lain
sehingga menghasilkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan. Oleh
karena itu, berbagai perubahan dan perkembangan menjadikan kurikulum harus terus
dievaluasi dan dikembangkan isi dan muatannya agar selalu relevan dengan kebutuhan
masyarakat yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(Alawiyah, Faridah. 2013. 67)

6
C. Fungsi Kurikulum dalam Pendidikan

Secara umum fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu peserta didik untuk
mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum itu segala aspek yang
mempengaruhi peserta didik di sekolah, termasuk guru dan sarana serta prasarana lainnya.
Kurikulum sebagai program belajar bagi siswa, disusun secara sistematis dan logis ,
diberikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai program belajar,
kurikulum adalah niat, rencana dan harapan

Dalam arti luas kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk mengantar peserta didik
menjadi bagian dari masyarakat yang dicita-citakan dalam undang-undang dasar 1945 yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa. Karenanya, kurikulum harus dirancang agar mampu
mencapai tujuan tersebut. Tyler (Tim Pengembang MKDP, 2009:4) mendefinisikan
kurikulum sebagai seluruh pengalaman belajar siswa yang direncanakan dan dilaksanakan di
sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.

Kemudian, Sanjaya (2008:27) membagi kurikulum menjadi dua sisi yaitu kurikulum
sebagai dokumen dan kurikulum sebagai implementasi. Sebagai sebuah dokumen, kurikulum
berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan kurikulum. Dokumen kurikulum berisi
perencanaan yang memuat tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang
harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang
untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen
yang dirancang dalam bentuk nyata. Hal tersebut termuat dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Pasal satu poin 19 yang
mengartikan kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Selanjutnya, kurikulum sebagai
implementasi, merupakan realisasi dari pedoman tersebut dalam bentuk aktualisasi seluruh
pengalaman belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran (Alawiyah, Faridah. 2013. 66)

Menurut Alexander Inglis, fungsi kurikulum meliputi :

7
1. Fungsi Penyesuaian, karena individu hidup dalam lingkungan, sedangkan
lingkungan tersebut senantiasa berubah dan dinamis, maka setiap individu harus
mampu menyesuaikan diri secara dinamis. Dan di balik lingkungan pun harus
disesuaikan dengan kondisi perorangan, disinilah letak fungsi kurikulum sebagai
alat pendidikan menuju individu yang well adjusted.

2. Fungsi Integrasi, kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi.


Oleh karena individu itu sendiri merupakan bagian integral dari masyarakat, maka
pribadi yang terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam rangka
pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.

3. Fungsi Deferensiasi, kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan


perbedaan perorangan dalam masyarakat. Pada dasarnya deferensiasi akan
mendorong orang berpikir kritis dankreatif, dan ini akan mendorong kemajuan
sosial dalam masyarakat.

4. Fungsi Persiapan, kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu


melanjutkan studi lebih lanjut untuk jangkauan yang lebih jauh atau terjun ke
masyarakat. Mempersiapkan kemampuan sangat perlu, karena sekolah tidak
mungkin memberikan semua apa yang diperlukan atau semua apa yang menarik
minat mereka.

5. Fungsi Pemilihan, antara keperbedaan dan pemilihan mempunyai hubungan yang


erat.Pengakuan atas perbedaan berarti pula diberikan kesempatan bagi seseorang
untuk memilih apa yang dinginkan dan menarik minatnya. Ini merupakan
kebutuhan yang sangat ideal bagi masyarakat yang demokratis, sehingga
kurikulum perlu diprogram secara fleksibel.

6. Fungsi Diagnostik, salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan
mengarahkan para siswa agar mereka mampu memahami dan menerima dirinya
sehingga dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki.Ini dapat dilakukan
bila mereka menyadari semua kelemahan dan kekuatan yang dimiliki melalui
eksplorasi dan prognosa. Fungsi kurikulum dalam mendiagnosa dan membimbing
siswa agar dapat mengembangkan potensi siswa secara optimal.

8
Sedangkan fungsi praksis dari kurikulum adalah meliputi :

a. Fungsi bagi sekolah yang bersangkutan yakni sebagai alat untuk mencapai tujuan
–tujuan pendidikan yang diinginkan dan sebagai pedoman dalam mengatur
kegiatan pendidikan sehari-hari.
b. Fungsi bagi sekolah yang diatasnya adalah untuk menjamin adanya pemeliharaan
keseimbangan proses pendidikan.
c. Fungsi bagi masyarakat dan pemakai lulusan .

D. Kurikulum Dalam Pendidikan

Kurikulum dan pendidikan merupakan dua konsep yang harus dipahami terlebih
dahulu sebelum membahas mengenai pengembangan kurikulum. Sebab, dengan
pemahaman yang jelas atas kedua konsep tersebut diharapkan para pengelola pendidikan,
terutama pelaksana kurikulum, mampu melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
Kurikulum dan Pendidikan bagaikan dua keping uang, antara yang satu dengan yang
lainnya saling berhubungan dan tak bisa terpisahkan.

Secara kodrati, manusia sejak lahir telah mempunyai potensi dasar (fitrah) yang
harus ditumbuh kembangkan agar fungsional bagi kehidupannya di kemudian hari. Untuk
itu,aktualisasi terhadap potensi tersebut dapat dilakukan usaha-usaha yang disengaja dan
secara sadar agar mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal.

Pendidikan, sebagai usaha dan kegiatan manusia dewasa terhadap manusia yang
belum dewasa, bertujuan untuk menggali potensi-potensi tersebut agar menjadi aktual dan
dapat dikembangkan. Dengan begitu, pendidikan adalah alat untuk memberikan rangsangan
agar potensi manusia tersebut berkembang sesuai dengan apa yang diharapkan. Dengan
berkembangnya potensi-potensi itulah manusia akan menjadi manusia dalam arti yang
sebenarnya. Di sinilah, pendidikan sering diartikan sebagai upaya manusia untuk
memanusiakan manusia. Sehingga mampu memenuhi tugasnya sebagai manusia dan
menjadi warga negara yang berarti bagi suatu negara dan bangsa.

9
Dalam dunia pendidikan, kurikulum mempunyai arti sebagai berikut:

1. Kurikulum dalam arti sempit atau tradisional

Dalam arti sempit atau tradisional, kurikulum sebagai a course, as a specific fixed
course of study, as in school or college, as one leading to a degree. Dalam pengertian ini,
kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran di sekolah atau di perguruan tinggi yang
harus ditempuh untuk mendapatkan ijazah atau naik tingkat.

Carter V. Good mengemukakan pengertian kurikulum adalah a systematic group


of course or subject required for graduation in major field of study.25 Kurikulum
merupakan sekumpulan mata pelajaran atau sekwens yang bersifat sistematis yang
diperlukan untuk lulus atau mendapatkan ijazah dalam bidang studi pokok tertentu.
Robert Zaiz berpendapat curriculum is a resources of subject matters to be mastered.
Kurikulum adalah serangkaian mata pelajaran yang harus dikuasai.

Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata
pelajaran yang disajikan guru kepada siswa untuk mendapatkan ijazah atau naik tingkat.
Pengertian kurikulum ini, saat sekarang, sama dengan “rencana pelajaran di sekolah,
yang disajikan guru kepada murid.” Arieh Levy mengemukakan, kurikulum semacam ini,
tidak lebih dari daftar singkat mengenai sasaran dan isi pendidikan yang diajarkan di
sekolah atau program silabus atau pokok bahasan yang akan diajarkan.

Dalam hubungan ini, Paul Langrand mengemukakan, kurikulum seperti di atas


mempunyai kaitan hanya sedikit pada kehidupan, terlepas dari kenyataan yang konkret,
sehingga terjadi jurang antara pengalaman dan pendidikan, dan tidak adanya segala
macam bentuk tanya jawab atau keikut-sertaan murid di dalam proses pendidikan.

2. Kurikulum dalam arti luas atau modern

Kurikulum dalam pengertian ini bukan sekedar sejumlah mata pelajaran, tetapi
mempunyai cakupan pengertian yang lebih luas. Yakni, sesuatu yang nyata terjadi dalam
proses pendidikan. Pendapat para ahli di bawah ini mencerminkan pengertian kurikulum
di atas, antara lain:

10
a. Ronald Doll mengemukakan bahwa kurikulum ... all the experiences which are
offered to learners under the auspices or direction of the school.29 Kurikulum
meliputi semua pengalaman yang disajikan kepada murid di bawah bantuan atau
bimbingan sekolah.
b. William B. Ragan mengartikan kurikulum ... all the experiences of children for which
the school accepts responsibility.30 Kurikulum adalah semua pengalaman murid di
bawah tanggung jawab sekolah.
c. Harold B. Alberty dan Elsie J. Alberty mendefinisikan kurikulum all of the activities
that are provided for student by the school constitute, its curriculum. Kurikulum
adalah segala kegiatan yang dilaksanakan sekolah bagi murid-murid.

Dari sejumlah pendapat di atas dapat disimpulkan, kurikulum adalah semua


pengalaman, kegiatan, dan pengetahuan murid di bawah bimbingan dan tanggung jawab
sekolah atau guru. Pengertian kurikulum ini memberikan implikasi pada program sekolah
bahwa semua kegiatan yang dilakukan murid dapat memberikan pengalaman belajar
Kegiatan-kegiatan tersebut dapat meliputi kegiatan di dalam kelas. Misalnya, kegiatan
dalam mengikuti proses belajar mengajar (tatap muka), praktek keterampilan, dan
sejenisnya, atau kegiatan di luar kelas, seperti kegiatan pramuka, wisata karya, kunjungan
ke tempattempat wisata/sejarah, peringatan hari-hari besar nasional dan keagamaan, dan
sejenisnya. Bahkan, semua kegiatan yang berhubungan dengan pergaulan antara murid
dengan guru, murid dengan murid, murid dengan petugas sekolah, dan pengalaman hidup
murid sendiri. Tegasnya, pengertian kurikulum ini mengandung cakupan yang luas,
karena meliputi semua kegiatan murid, pengalaman murid, dan semua pengaruh, baik
fisik maupun non fisik terhadap pertumbuhan dan perkembangan murid.

Kurikulum dalam pengertian rencana belajar bersamaan arti dengan pengajaran.


Artinya, kurikulum itu banyak berkaitan dengan rencana dan cita-cita yang ingin dicapai,
sedangkan pengajaran terletak pada perwujudan atau pelaksanaan rencana itu dalam
kegiatan belajar-mengajar. Itulah sebabnya, pengembangan kurikulum sama artinya
dengan pengembangan pengajaran. Perbedaan kurikulum dengan pengajaran terletak
bukan pada implementasinya, melainkan pada keluasan cakupannya. Kurikulum

11
berkenaan dengan tujuan, isi, dan metode yang lebih luas, sedangkan yang lebih sempit
menjadi tugas pengajaran. Dengan kata lain, kurikulum berhubungan dengan apa yang
ingin dicapai (tujuan), sedangkan pengajaran berkaitan dengan bagaimana mencapai
tujuan itu (prosedur).

Perbedaan tersebut mengakibatkan perbedaan pendekatan terhadap persoalan


keduanya. Persoalan kurikulum dapat dipecahkan atas dasar nilai, sedangkan persoalan
pengajaran dapat dipecahkan melalui pendekatan empiric.

Dalam pendidikan atau pengajaran, yang belajar adalah anak. Pendidikan atau
pengajaran bukan memberikan sesuatu pada anak, melainkan menumbuhkan potensi-
potensi yang telah ada pada anak. Anak menjadi sumber kegiatan pengajaran, ia menjadi
sumber kurikulum. Ada tiga pendekatan terhadap anak sebagai sumber kurikulum, yaitu
kebutuhan siswa, perkembangan siswa, serta minat siswa. Jadi, ada pengembangan
kurikulum bertolak dari kebutuhan-kebutuhan siswa, tingkat-tingkat perkembangan siswa,
serta hal-hal yang diminati siswa.

1. Kedudukan Kurikulum dalam Pendidikan

Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam upaya
membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Pendidikan dalam lingkungan
sekolah lebih bersifat formal. Guru sebagai pendidik disekolah telah dipersiapkan secara
formal dalam lembaga pendidikan guru. la telah mempelajari ilmu, keterampilan, dan seni
sebagai guru. la juga telah dibina untuk memiliki kepribadian sebagai pendidik. Lebih dari
itu mereka juga telah diangkat dan diberi kepercayaan oleh masyarakat untuk menjadi guru,
bukan sekadar dengan surat keputusan dari pejabat yang berwenang, tetapi juga dengan
pengakuan dan penghargaan dari masyarakat, guru melaksanakan tugasnya sebagai
pendidik dengan rencana dan persiapan yang matang. Mereka mengajar dengan tujuan yang
jelas, bahan-bahan yang telah disusun secara sistematis dan rinci, dengan cara dan alat-alat
yang telah dipilih dan dirancang secara cermat. Di sekolah guru melakukan interaksi
pendidikan secara berencana dan sadar. Dalam lingkungan sekolah telah ada kurikulum
formal, yang bersifat tertulis. Guru-guru melaksanakan tugas mendidik secara formal,
karena itu pendidikan yang berlangsung di sekolah disebut pendidikan formal.

12
Untuk keterkaitan antara interaksi lingkungan dengan proses belajar-mengajar, pendidik–
peserta didik, kurikulum pendidikan, saling mempengaruhi dan sangat menentukan terhadap
hasil pendidikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel gambar berikut ini.

Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum


mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Menurut Mauritz Johnson kurikulum “prescribes (or at least anticipates) the result of in-
struction”. Kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan
pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan. Di samping kedua
fungsi itu, kurikulum juga merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni oleh para ahli atau
spesialis kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberikan landasan-landasan
teoretis bagi pengembangan kurikulum berbagai institusi pendidikan (Ahid, Nur. 2006, 12-26).

Menurut Hasan (1988:28) secara konsepsional kurikulum dapat dilihat pada empat sudut
pandang (dimensi) lain, yakni: 1) kurikulum sebagai ide atau gagasan, 2) kurikulum
sebagai rencana tertulis, 3) kurikulum sebagai kegiatan (proses), dan 4) kurikulum sebagai hasil
belajar.
Empat dimensi kurikulum di atas dapat digambarkan sebagaimana gambar berikut:

13
Pada gambar di atas terlihat bahwa kempat dimensi kurikulum adalah nyata adanya dan
satu sama lain saling berkaitanatau merupakan sebuah sistem dan rangkaian yang
berkesinambungan antara ide, rencana, proses dan hasil. Dalam hal ini, ide adalah merupakan
dimensi awal yang kemudian dituangkan dalam bentuk kurikulum rencana tertulis. Rencana
tertulis itu kemudian diimplementasikan dalam proses pembelajaran, yang kemudian dari
implementasi tersebut diharapkan menghasilkan hasil yang sesuai dengan apa yang direncanakan
atau digagas.
1. Kurikulum sebagai ide atau gagasan
Secara etimologis ide (idea) berarti:adalah merupakan sesuatu rencana atau keinginan
yang ada dalam benak atau dalam pikiran dalam bentuk gagasan kurikulum yang bersifat
umum. Idea tau gagasan pada umumnya ada pada saat proses awal perancangan kurikulum,
atau pada ajang pendapat (deliberation), atau yang mendahului rancangan/desain tertulis
kurikulum. Akan tetapi, dalam peraktiknya ideaatau gagasan dapat juga muncul ketika
kurikulum tersebut dirancang dan dituangkan dalam program tertulis, atau pada saat
diimplementasikan, atau bahkan pada saat dilakukan evaluasi (penilaian). Oleh karena itu,
kurikulum dalam dimensi idea atau gagasan ini tidak lain adalah sesuatu yang diharapkan
atau diangankan untuk dicapai dan dilaksnakan oleh guru, sekolah, masyarakat, dan
stackeholder lainnya.
2. Kurikulum sebagai rencana tertulis

14
Pada dasarnya kurikulum sebagai rencana tertulis ini adalah terjemahan dari
kurikulum dalam dimensi ide atau gagasan. Dalam kata lain, kurikulum dalam bentuk
tertulis ini merupakan penulisan segenap ide atau gagasan yang telah digagas. Akan tetapi,
dalam kenyataannya tidak selalu kurikulum dalam bentuk tertulis ini sama persis dengan
kurikulum dalam dimensi idea tau gagasan. Ketidaksamaan itu bias terjadi karena
keterbatasan dalam penuangan idea tau gagasan tersebut dalam bentuk tertulis atau karena
berbagai kondisi lain, seperti karena dipandang perlu pembatasan atau dipandang perlu ada
pentahapan dalam perencanaan tertulisnya.
Anatomi sebuah kurikulum minimal meliputi: tujuan yang harus dicapai, pengamalan
pendidikan atau isi/materi yang dianggap dapat memenuhi tujuan yang ingin dicapai,
pedoman dan strategi pengorganisasian materi (pelaksanaan) sehingga dapat mencapai
tujuan yang diinginkan, dan yang terakhir adalah bagaimana mengevaluasi pelaksanaan
kegiatan dan hasil pencapaian kegiatan tersebut. Keempat komponen anatomi kurikulum
tersebut merupakan suatu sistem atau suatu yang saling berkaitan antara satu sama lain dan
saling mempengaruhi pelaksanaan dan keterpcapaian masing-masing.
3. Kurikulum sebagai kegiatan (proses)
Kurikulum sebagai suatu kegiatan (proses) ini kadang disebut juga: real curriculum
(kurikulum sesungguhnya), actual curriculum (kurikulum yang nyata), functional curriculum
(kurikulum yang terlaksana), dan operational curriculum (kurikulum yang dilaksanakan).
Kurikulum dapat juga berupa kurikulum realita atau sebagai eksperiensial. Istilah realita
dipergunakan karena kurikulum dalam dimensi ini adalah kurikulum yang sesungguhnya
tertjadi di lapangan. Sedangkan eksperiensial dipergunakan karena kurikulum ini merupakan
sesuatu yang dialami siswa.Di kalangan pakar kurikulum terjadi perbedaan pendapat
mengenai apakah dimensi ini termasuk kurikulum atau bidang yang berdiri sendiri. Bagi
Mcdonal (1965) kurikulum (curriculum) hanyalah sebagai: a plane for action, that is, a plane
that guides instruction”. Jadi, kurikulum hanya dipandang sebagai sebuah rencana untuk
tindakan pembelajaran, bukan sesuatu yang dialami secara nyata oleh siswa. Beaucham
(1981:7), sebagaimana dikemukakan di atas juga memandang kurikulum sebagai sebuah
dokumen tertulis atau tidak tertulis. Dalam hal ini ia memandang kurikulum hanya dalam
bentuk ide dan rencana tertulis saja. Dalam kata lain kedua pakar ini memandang proses atau
kegiatan pelaksanaan kurikulum ini tidak disebutnya sebagai kurikulum. Sementara itu,

15
Johnson (1967) memandang situasi nyata di dalam kelas dipandang sebagai implementasi dari
rencana pembelajaran, bukan rencana kurikulum. Kurikulum hanya dalam bentuk pencapaian
tujuan belajar (Zais, 1976:9). Di pihak lain, Johnson juga memandang bahwa kurikulum
adalah merupakan hasil (output) dari sistem pengembangan kurikulum dan menjadi bahan
masukan (input) bagi system pembelajaran. Demikian ia juga tidak menyatakan proses
sebagai sebuah kurikulum. Terlepas dari berbagai perbedaan pandangan tentang konsep
kurikulum tersebut, namun dalam prakteknya kurikulum sebagai proses adalah merupakan
implementasi kurikulum.
Sementara itu, istilah implementasi kurikulum ini sering pula disamakan dengan
pembelajaran (instruction). Dalam bahasa lain, bahwa sebuah kurikulum yang ada pada ide
atau gagasan yang kemudian dituangkan dalam bentuk rancangan tertulis kelanjutannya akan
diimplementasikan. Dengan demikian, implementasi (proses) adalah merupakan pelaksanaan
kurikulum ide dan kurikulum tertulis. Meskipun pada dasarnya atau idealnya kurikulum
dalam dimensi proses ini merupakan implementasi dari apa yang telah digagas dan dituangkan
dalam program tertulis, namun bukan berarti kurikulum dalam dimensi proses ini semata
mengimplementasikan apa yang digagas dan telah diprogramkan secara tertulis, sebaliknya
adakalanya dalam proses ini dapat muncul hal-hal baru, merubah dan meniadakan apa yang
telah digagas dan diprogramkan secara tertulis tersebut, karena ada situasi dan kondisi yang
mengharuskannya untuk terjadi dan dilakukan perubahan.
4. Kurikulum sebagai hasil.
Kurikulum sebagai suatu produk atau hasil belajar, yang pada dasarnya merupakan
kelanjutan dan dipengaruhi oleh kurikulum sebagai kegiatan. Ia juga merupakan dimensi
kurikulum yang dipengaruhi secara langsung oleh kurikulum sebagai ide, terutama ide yang
ada pada diri guru. Dengan demikian ia merupakan dimensi kurikulum tersendiri (Hasan,
1988).
Sebagai dimensi kurikulum tersendiri, ia merupakan dimensi kurikulum yang banyak
dibicarakan orang, sehingga dalam kenyataan sehari-hari orang mempergunakan produk ini
sebagai indikator dan tolok ukur untuk menentukan keberhasilan pendidikan siswa. Bahkan ia
juga digunakan orang untuk menentukan keberhasilan karier siswa tersebut dimasa pasca
pendidikan. Dengan perkataan lain, kurikulum sebagai dimensi hasil ini sama pentingnya

16
dengan kurikulum dalam dimensi lain, atau bahkan ada yang menganggap lebih penting dari
dimensi lainnya.
Kurikulum sebagai hasil belajar ini juga menjadi perbincangan para pakar dan praktisi
kurikulum, apakah ia merupakan sebuah dimensi sendiri atau hanya merupakan bagian dari
sistem atau aspek kurikulum.
Hasan (1988) mengemukakan sebagai berikut:
…pada waktu kegiatan evaluasi secara formal dilakukan, evaluasi kurikulum
berhubungan dengan hasil belajar tetapi orang tidak mengaitkan hasil belajar itu sebagai salah
satu dimensi pengertian kurikulum. Meskipun demikian, hasil evaluasi itu digunakan untuk
memperbaiki ataupun mengganti kurikulum dalam dimensi sebagai rencana. Usaha paling
jauh yang dilakukan ialah memasukkan hasil belajar sebagai salah satu komponen kurikulum
sebagai rencana. Artinya, ia harus dikembangkan tetapi tidak dianggap sebagai kurikulum
dalam dimensi sendiri. Meskipun idealnya kurikulum demikian itu, namun dalam prakteknya
keempat dimensi tersebut tidak selalu sejalan, sehingga dipandang sebagai kurikulum dalam
dimensinya sendiri yang tidak sama antara satu dengan yang lain. Dalam hal ini, sering terjadi
ide tidak persis sama dengan apa yang direncanakan secara tertulis; rencana tertulis tidak
persis sama dengan apa yang dilaksanakan (proses); dan apa yang dilaksanakan tidak persis
sama dengan apa yang dihasilkan. Ketidak sesuaian dan ketidak sejalanan tersebut biasanya
disebabkan kondisi-kondisi dan tuntutan pada setiap tahap dimensi yang berbeda atau muncul
belakangan. Kondisi dan tuntutan ketika ide kurikulum digagas sering tidak sama dengan
ketika kurikulum tersebut dirancang secara tertulis, dan seterusnya. Meskipun idealnya antara
ide dan rancangan tertulis semestinya sama karena keduanya merupakan ideal/potensial
kurikulum, namun sering keduanya tidak bisa sama persis, karena ketika ide dituangkan dalam
sebuah rencana tertulis sering terdapat hal-hal teknis yang mengharuskan adanya penyesuaian
dengan kondisi dimana ide itu akan dilaksnakan. Oleh karena itu kurikulum dalam bentuk
tertulis adalah merupakan dimensi lain dari sebuah kurikulum yang sama.
Begitu juga ketika kurikulum dalam dimensi rancangan/domumen tertulis
diimplementasikan dalam bentuk proses atau aktual kurikulum, sering kali terjadi
ketidaksejalanan atau mengharuskan adanya perubahan yang dikarenakan adanya kondisi dan
situasi real ketika kurikulum diimplementasi-kan. Dengan demikian, implementasi kurikulum
atau kurikulum dalam bentuk proses ini juga dipandang sebagai kurikulum dalam dimensi

17
proses atau actual kurikulum. Tidak jarang pengaruh hidden curriculum (kurikulum
tersembunyi) sangat dominan atau paling tidak memberikan warna tersendiri sebuah proses
implementasi kurikulum.
Hidden curriculum (kurikulum tersembunyi) adalah kurikulum yang pada dasarnya ada
dalam setiap proses pendidikan, namun ia tidak dinampakkan dalam sebuah konsep dalam
dimensi sendiri. Ia dapat berupa sesuatu yang memang direncanakan untuk dilaksnakan dan
dicapai dalam sebuah proses pendidikan atau dapat pula berupa sesuatu yang muncul dengan
sendirinya dalam situasi dan kondisi tertentu, khususnya ketika proses pelaksanaan
kurikulum. Kurikulum tersembunyi yang tidak direncanakan, kemunculannya bias dipicu oleh
kehadiran factor-faktor pendidikan/ pembelajaran atau interaksi dan sistuasi serta kondisi yang
tercipta pada saat sebuah kurikulum diilmplementasikan dalam proses
pendidikan/pembelajaran. Hanya saja kurikulum tersembunyi tidak diwujudkan dalam
rancangan tertulis bahkan kadang-kadang dalam ide sekalipun. Kurikulum tersembunyi akan
terbukti benarbenar ada ketika proses implementasi kurikulum dan hasil yang didapat.
Selanjutnya hasil yang didapatkan juga sering tidak sesuai dengan aktual kurikulum,
rancangan tertulis dan ideal kurikulum, karena hasil juga dipengaruhi oleh berbagai kondisi
internal dan eksternal guru dan siswa itu sendiri. Tidak jarang pengaruh hidden curriculum
(kurikulum tersembunyi) yang muncul ketika ide akan diimplementasikan memberikan
pengaruh dominan terhadap proses dan hasil yang dicapai atau kurikulum sebagai sebuah hasil
(Sabda, 2016).

BAB III

Penutup

A. Kesimpulan

Konsep dasar kurikulum dapat dilihat secara sempit, yaitu sebagai mata pelajaran dan
materi ajarnya (kurikulum sebagai bidang studi), atau dari segi luas yaitu sebagai pengalaman
belajar (learning experiences) peserta didik yang direncanakan, baik yang mereka peroleh dari
sekolah yang memberikan nilai-nilai generasi masa lalu (kurikulum sebagai reproduksi kultural)

18
atau pengalaman di sekolah dan luar sekolah dalam memecahkan berbagai macam problema
masyakarat (kurikulum sebagai rekonstruksi sosial)

Sekolah yang menganggap kurikulum sebagai serangkaian bidang studi atau mata pelajaran
beserta materinya menghadapi tugas yang lebih ringan jika dibandingkan dengan sekolah yang
memandang kurikulum sebagai pengalaman peserta didik, apalagi menyiapkan agen perubahan
masyarakat yang ideal dan lebih baik. Hal ini didasarkan pada pengertian bahwa untuk
membekali para siswa dengan pengalaman, sekolah perlu berupaya keras agar proses
pembelajaran di kelas tidak hanya sekadar mentransfer mata pelajaran dan materinya saja, tetapi
harus merancang dan melaksanakan pembelajaran yang dapat membantu siswa
mentransformasikan konten kurikulum atau materi ajar menjadi pengalaman yang bermakna bagi
semua siswa.

B. Saran

Demikian makalah ini penulis buat berdasarkan jurnal dan berbagai sumber lainnya.
Apabila dalam penyusunan makalah ini kami masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Alawiyah, Faridah. 2013. Peran Guru dalam Kurikulum. Jurnal Aspirasi. 4(1). 66-67

Ahid,Nur. 2006. Konsep dan Teori Kurikulum dalam Dunia Pendidikan.Jurnal Islamica. 1(1).
12-26

Sabda, Syaifuddin. 2016. Pengembangan Kurikulum (Tinjauan Teoritis). Yogyakarta : Aswaja


Pressindo

19
20

Anda mungkin juga menyukai