Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA ( BPH )


POST TURP

SINGGIH MUHAMAD YUDA S.KEP


0432950919030
PROFESI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH
TAHUN 2019/2020
1. PENGERTIAN
BPH adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa
atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringanfibromuskular yang
menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika.

2. ETIOLOGI

Mulai ditemukan pada umur kira-kira 45 tahun dan frekuensi makin bertambah sesuai dengan
bertambahnya umur, sehingga diatas umur 80 tahun kira-kira 80 % menderita kelainan ini.

Sebagai etiologi sekarang dianggap ketidakseimbangan endokrin. Testosteron dianggap


mempengaruhi bagian tepi prostat, sedangkan estrogen (dibuat oleh kelenjar adrenal)
mempengaruhi bagian tengah prostat.

3. PATOFISIOLOGI

BPH terjadi pada umur yang semakin tua (> 45 tahun ) dimana fungsi testis sudah menurun.
Akibat penurunan fungsi testis ini menyebabkan ketidakseimbangan hormon testosteron dan
dehidrotesteosteron sehingga memacu pertumbuhan/pembesaran prostat. Makrokospik dapat
mencapai 60 - 100 gram dan kadang-kadang lebih besar lagi hingga 200 gram atau lebih.
Tonjolan biasanya terdapat pada lobus lateralis dan lobus medius, tetapi tidak mengenai
bagian posterior dari pada lobus medialis, yaitu bagian yang dikenal sebagai lobus posterior,
yang sering merupakan tempat berkembangnya karsinoma (Moore). Tonjolan ini dapat
menekan urethra dari lateral sehingga lumen urethra menyerupai celah, atau menekan dari
bagian tengah. Kadang-kadang penonjolan itu merupakan suatu polip yang sewaktu-waktu
dapat menutup lumen urethra. Pada penampang, tonjolan itu jelas dapat dibedakan dengan
jaringan prostat yang masih baik. Warnanya bermacam-macam tergantung kepada unsur yang
bertambah.

Apabila yang bertambah terutama unsur kelenjar, maka warnanya kung kemerahan,
berkonsistensi lunak dan terbatas tegas dengan jaringan prostat yang terdesak, yang berwarna
putih keabu-abuan dan padat. Apabila tonjolan itu ditekan maka akan keluar caiaran seperti
susu. Apabila unsur fibromuskuler yang bertambah, maka tonjolan berwarna abu-abu padat
dan tidak mengeluarkan cairan seperti halnya jaringan prostat yang terdesak sehingga
batasnya tidak jelas. Gambaran mikroskopik juga bermacam-macam tergantung pada unsur
yang berproliferasi. Biasanya yang lebih banyak berproliferasi ialah unsur kelenjar sehingga
terjadi penambahan kelenjar dan terbentuk kista-kista yang dilapisi oleh epitel torak atau
koboid selapis yang pada beberapa tempat membentuk papil-papil ke dalam lumen. Membran
basalis masih utuh. Kadang-kadang terjadi penambahan kelenjar yang kecil-kecil sehingga
menyerupai adenokarsinoma. Dalam kelenjar sering terdapat sekret granuler, epitel yang
terlepas dan corpora anylacea. Apabila unsur fibromuskuler yang bertambah, maka terjadi
gambaran yang terjadi atas jaringan ikat atau jaringan otot dengan kelenjar-kelenjar yang
letaknya saling berjauhan. Gambaran ini juga dinamai hiperplasi fibrimatosa atau hiperplasi
leiomymatosa.
PATHWAY BPH

Etiologi

Penuaan

Mesenkim sinus
Perubahan keseimbangan
uragential
testosterone + estrogen
Mitrotrouma : trauma, Kebangkitan /
ejakulasi, infeksi Prod. Testosteron ↓ reawakening

↑ stimulasi sel stroma BPH Berproliferasi


yang dipengaruhi GH

Pre operasi Post operasi

Terjadi kompresi utera TURP. Prostatektomi

Trauma bekas Folley cateter


↑ resistensi leher V.U Kerusakan Penekanan
mukosa serabut-serabut insisi
dan daerah V.U
urogenital syaraf Obstruksi oleh
jendolan darah
↑ ketebalan otot Dekstrusor
post OP
(fase kompensasi) Nyeri

Terbentuknya sakula/ MK : resiko


trabekula MK : MK : gangguan
injury :
intoleransi rasa nyaman
pendarahan
Kelemahan otot aktivitas nyeri
Dekstrusor
Penurunan
↓ kemampuan pertahanan
fungsi V.U tubuh

Refluk urin Residu urin


berlebihan

Hidronefrosis Media pertumbuhan MK : resiko


kuman terjadi infeksi

MK : gangguan eliminasi
urin : retensi urin
4. MANIFESTASI KLINIS BPH

Manifestasi klinis yang timbul dari BPH dibedakan menjadi 2, yitu gejala iritatif dan gejala
obstruktif.

a.Gejala iritatif

Gejala iritatif meliputi seringnya miksi (frekuensi miksi meningkat), nokturia, perasaan ingin
miksi yang mendesak (urgensi), dan nyeri pada saat miksi (disuria)

b.Gejala obstruktif

Gejala obstrukstif meliputi : pancaran yang melemah, rasa tidak puas setelah miksi (terasa
masih ada sisa urin), kalau miksi harus menunggu lama, harus mengedan saat miksi, kencing
terputus-putus, dan waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan
inkontinen karena overflow.

5. KLASIFIKASI

Ada tiga cara pengkuran besarnya hipertropi prostat :

a. Rectal Grading, yaitu dengan rectal toucher diperkirakan berapa cm prostat yang menonjol
ke dalam lumen rektum yang dilakukan sebaiknya pada saat buli-buli kosong.

Gradasi ini adalah :

0 - 1 cm : grade 0

1 - 2 cm : grade 1

2 - 3 cm : grade 2

3 - 4 cm : grade 3

> 4 cm : grade 4

Pada grade 3 - 4 batas prostat tidak teraba. Prostat fibrotik, teraba lebih kecil dari normal.

b. Clinical Grading, dalam hal ini urine menjadi patokan. Pada pagi hari setelah bangun
pasien disuruh kencing sampai selesai, kemudian di masukan kateter ke dalam buli-buli untuk
mengukur sisa urine.

Sisa urine 0 cc : normal

Sisa urine 0-50 cc : grade 1

Sisa urine 50-150 cc : grade 2

Sisa urine > 150 cc : grade 3

Tidak bisa kencing : grade 4


c. Intra Uretral Grading, dengan alat perondoskope dengan diukur / dilihat bebrapa jauh
penonjolan lobus lateral ke dalam lumen uretra.

Grade I : Clinical grading sejak berbulan-bulan, bertahun-tahun, mengeluh kalau kencing


tidak lancar, pancaran lemah, nokturia.

Grade II : Bila miksi terasa panas, sakit, disuria.

Grade III : Gejala makin berat

Grade IV : Buli-buli penuh, disuria, overflow inkontinence. Bila overflow inkontinence


dibiarkan dengan adanya infeksi dapat terjadi urosepsis berat. Pasien menggigil, panas 40-41°
celsius, kesadaran menurun.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Radiologi

Pada Pemeriksaan Radiologi ditujukan untuk

a.Menentukan volume Benigne Prostat Hyperplasia

b.Menentukan derajat disfungsi buli-buli dan volume residual urine

c.Mencari ada tidaknya kelainan baik yang berhubungan dengan Benigne Prostat Hyperplasia
atau tidak

Beberapa Pemeriksaan Radiologi

a.Intra Vena Pyelografi ( IVP ) : Gambaran trabekulasi buli, residual urine post miksi,
dipertikel buli.

Indikasi : disertai hematuria, gejala iritatif menonjol disertai urolithiasis

Tanda BPH : Impresi prostat, hockey stick ureter

b.BOF : Untuk mengetahui adanya kelainan pada renal

c.Retrografi dan Voiding Cystouretrografi : untuk melihat ada tidaknya refluk vesiko
ureter/striktur uretra.

d.USG : Untuk menentukan volume urine, volume residual urine dan menilai pembesaran
prostat jinak/ganas

Pemeriksaan Endoskopi.

Pemeriksaan Uroflowmetri

Berperan penting dalam diagnosa dan evaluasi klien dengan obstruksi leher buli-buli

Q max : > 15 ml/detik non obstruksi


10 - 15 ml/detik border line

< 10 ml/detik obstruktif

Pemeriksaan Laborat

a.Urinalisis (test glukosa, bekuan darah, UL, DL, RFT, LFT, Elektrolit, Na,/K,
Protein/Albumin, pH dan Urine Kultur)

Jika infeksi:pH urine alkalin, spesimen terhadap Sel Darah Putih, Sel Darah Merah atau PUS.

b. RFT evaluasi fungsi renal

c.Serum Acid Phosphatase Prostat Malignancy

7. MANAJEMEN MEDIS

A. Non Pembedahan

1. Memperkecil gejala obstruksi hal-hal yang menyebabkan pelepasan cairan prostat.

2. Menghindari minum banyak dalam waktu singkat, menghindari alkohol dan diuretic
mencegah oven distensi kandung kemih akibat tonus otot detrussor menurun.

3. Menghindari obat-obat penyebab retensi urine seperti : anticholinergic, anti histamin,


decongestan.

4. Observasi Watchfull Waiting

Yaitu pengawasan berkala/follow – up tiap 3 – 6 bulan kemudian setiap tahun tergantung


keadaan klien, Indikasi : BPH dengan IPPS Ringan, Baseline data normal, Flowmetri non
obstruksi

5. Terapi medikamentosa pada Benigne Prostat Hyperplasia

Terapi ini diindikasikan pada Benigne Prostat Hyperplasia dengan keluhan ringan, sedang
dan berat tanpa disertai penyulit serta indikasi pembedahan, tetapi masih terdapat kontra
indikasi atau belum “well motivated”. Obat yang digunakan berasal dari Fitoterapi, Golongan
Supressor Androgen dan Golongan Alfa Bloker.

a. Fito Terapi

1. Hypoxis rosperi (rumput)

2. Serenoa repens (palem)

3. Curcubita pepo (waluh )

b. Pemberian obat Golongan Supressor Androgen/anti androgen :

1. Inhibitor 5 alfa reduktase


2. Anti androgen

3. Analog LHRH

c. Pemberian obat Golongan Alfa Bloker/obat penurun tekanan diuretra-prostatika : Prazosin,


Alfulosin, Doxazonsin, Terazosin

6. Bila terjadi retensi urine

a. Kateterisasi Intermiten

Indwelling

b. Dilakukan pungsi blass

c. Dilakukan cystostomy

7. Prostetron (Trans Uretral Microwave Thermoterapy/TUMT)

B. Pembedahan

1. Trans Uretral Reseksi Prostat : 90 - 95 %

2. Open Prostatectomy : 5 - 10 %

BPH yang besar (50 - 100 gram) Tidak habis direseksi dalam 1 jam. Disertai Batu Buli Buli
Besar (>2,5cm), multiple. Fasilitas TUR tak ada.

Mortalitas Pembedahan BPH

0 - 1 % KAUSA : Infark Miokatd

Septikemia dengan Syok

Perdarahan Massive

Kepuasan Klien : 66 – 95 %

Indikasi Pembedahan BPH

 Retensi urine akut


 Retensi urine kronis
 Residual urine lebih dari 100 ml
 BPH dengan penyulit
 Hydroneprosis
 Terbentuknya Batu Buli
 Infeksi Saluran Kencing Berulang
 Hematuri berat/berulang
 Hernia/hemoroid
 Menurunnya Kualitas Hidup
 Retensio Urine
 Gangguan Fungsi Ginjal
 Terapi medikamentosa tak berhasil
 Sindroma prostatisme yang progresif
 Flow metri yang menunjukkan pola obstruktif
 Flow. Max kurang dari 10 ml
 Kurve berbentuk datar
 Waktu miksi memanjang

Kontra Indikasi

· IMA

· CVA akut

Tujuan :

· Mengurangi gejala yang disertai dengan obstruksi leher buli-buli

· Memperbaiki kualitas hidup

Trans Uretral Reseksi Prostat 90 - 95 %

Dilakukan bila pembesaran pada lobus medial.

Keuntungan :

· Lebih aman pada klien yang mengalami resiko tinggi pembedahan

· Tak perlu insisi pembedahan

· Hospitalisasi dan penyebuhan pendek

Kerugian :

· Jaringan prostat dapat tumbuh kembali

· Kemungkinan trauma urethra strictura urethra.

Retropubic Atau Extravesical Prostatectomy

 Prostat terlalu besar tetapi tak ada masalah kandung kemih

Perianal Prostatectomy

 Pembesaran prostat disertai batu buli-buli


 Mengobati abces prostat yang tak respon terhadap terapi conservatif
 Memperbaiki komplikasi : laserasi kapsul prosta
8. PENGKAJIAN

a         Sirkulasi :

Peningkatan tekanan darah (efek lebih lanjut pada ginjal )

b        Eliminasi :

·         Penurunan kekuatan / kateter berkemih.

·         Ketidakmampuan pengosongan kandung kemih.

·         Nokturia, disuria, hematuria.

·         Duduk dalam mengosongkan kandung kemih.

·         Kekambuhan UTI, riwayat batu (urinary stasis).

·         Konstipasi (penonjolan prostat ke rektum)

·         Masa abdomen bagian bawah, hernia inguinal, hemoroid (akibat peningkatan tekanan
abdomen pada saat pengosongan kandung kemih)

c         Makanan / cairan:

·         Anoreksia, nausea, vomiting.

·         Kehilangan BB mendadak.

d        Nyeri / nyaman :

·         Suprapubis, panggul, nyeri belakang, nyeri pinggang belakang, intens (pada prostatitis
akut).

e         Rasa nyaman :  demam

f         Seksualitas :

·         Perhatikan pada efek dari kondisinya/tetapi kemampuan seksual.

·         Takut beser kencing selama kegiatan intim.

·         Penurunan kontraksi ejakulasi.

·         Pembesaran prostat.

g        Pengetahuan / pendidikan :

·         Riwayat adanya kanker dalam keluarga, hipertensi, penyakit gula.

·         Penggunaan obat antihipertensi atau antidepresan, antibiotika / antibakterial untuk

saluran kencing, obat alergi.


PRE OPERATIF CARE

Mengkaji kecemasan klien, mengoreksi miskonsepsi tentang pembedahan dan memberikan


informasi yang akurat pada klien

·      Type pembedahan

·      Jenis anesthesi ® TUR – P, general / spina anesthesi

·      Cateter : folly cateter, Continuous Bladder Irigation (CBI).

Persiapan orerasi lainnya yaitu :

·      Pemeriksaan lab. Lengkap : DL, UL, RFT, LFT, pH, Gula darah, Elektrolit

·      Pemeriksaan EKG

·      Pemeriksaan Radiologi : BOF, IVP, USG, APG.

·      Pemeriksaan Uroflowmetri ® Bagi penderita yang tidak memakai kateter.

·      Pemasangan infus dan puasa

·      Pencukuran rambut pubis dan lavemen.

·      Pemberian Anti Biotik

·      Surat Persetujuan Operasi (Informed Concern).

POST OPERATIF CARE

Post operatif care pada dasarnya sama seperti pasien lainnya yaitu monitoring terhadap
respirasi, sirkulasi dan kesadaran pasien :

1.   Airway        :   Bebaskan jalan fafas

Posisi kepala ekstensi

Breathing     :   Memberikan O2 sesuai dengan kebutuhan

Observasi pernafasan

Cirkulasi : mengukur tensi, nadi, suhu tubuh, pernafasan, kesadaran dan produksi urine pada
fase awal (6jam) paska operasi harus dimonitor setiap jam dan harus dicatat.

Bila pada fase awal stabil, monitor/interval bisa 3 jam sekali

Bila tensi turun, nadi meningkat (kecil), produksi urine merah pekat harus waspada terjadinya
perdarahan ® segera cek Hb dan lapor dokter.

Tensi meningkat dan nadi menurun (bradikardi), kadar natrium menurun, gelisah atau delir
harus waspada terjadinya syndroma TUR ® segera lapor dokter.
Bila produksi urine tidak keluar (menurun) dicari penyebabnya apakah kateter buntu oleh
bekuan darah ® terjadi retensi urine dalam buli-buli ® lapor dokter, spoling dengan PZ
tetesan tergantung dari warna urine yang keluar dari Urobag. Bila urine sudah jernih tetesan
spoling hanya maintennens/dilepas dan bila produksi urine masih merah spoling diteruskan
sampai urine jernih.

Bila perlu Analisa Gas Darah

Apakah terjadi kepucatan, kebiruan.

Cek lab : Hb, RFT, Na/K dan kultur urine.

2.   Pemberian Anti Biotika

ü  Antibiotika profilaksis, diberikan bila hasil kultur urine sebelum operasi steril. Antibiotik
hanya diberikan 1 X pre operasi + 3 – 4 jam sebelum operasi.

ü  Antibiotik terapeutik, diberikanpada pasien memakai dower kateter dari hasil kultur urine
positif. Lama pemberian + 2 minggu, mula-mula diberikan parenteral diteruskan peroral.
Setiap melepas kateter harus diberikan antibiotik profilaksis untuk mencegah septicemia.

3.   Perawatan Kateter

Kateter uretra yang dipasang pada pasca operasi prostat yaitu folley kateter 3 lubang (treeway
catheter) ukuran 24 Fr.

Ketiga lubang tersebut gunanya :

1.   Untuk mengisibalon, antara 30 – 40 ml cairan

2.   Untuk melakukan irigasi/spoling

3.   Untuk keluarnya cairan (urine dan cairan spoling).

Setelah 6 jam pertama sampai 24 jam kateter tadi biasanya ditraksi dengan merekatkan ke
salah satu paha pasien dengan tarikan berat beban antara 2 – 5 kg. Paha ini tidak boleh fleksi
selama traksi masih diperlukan.

Paling lambat pagi harinya traksi harus dilepas dan fiksasi kateter dipindahkan ke paha
bagian proximal/ke arah inguinal agar tidak terjadi penekanan pada uretra bagian
penosskrotal. Guna dari traksi adalah untuk mencegah perdarahan dari prostat yang diambil
mengalir di dalam buli-buli, membeku dan menyumbat pada kateter.

Bila terlambat melepas kateter traksi, dikemudian hari terjadi stenosis leher buli-buli karena
mengalami ischemia.
Tujuan pemberian spoling/irigasi :

1.   Agar jalannya cairan dalam kateter tetap lancar.

2.   Mencegah pembuntuan karena bekuan darah menyumbat kateter

3.   Cairan yang digunakan spoling H2O / PZ

Kecepatan irigasi tergantung dari warna urine, bila urine merah spoling dipercepat dan warna
urine harus sering dilihat. Mobilisasi duduk dan berjalan urine tetap jernih, maka spoling
dapat dihentikan dan pipa spoling dilepas.

Kateter dilepas pada hari kelima. Setelah kateter dilepas maka harus diperhatikan miksi
penderita. Bisa atau tudak, bila bisa berapa jumlahnya harus diukur dan dicatat atau
dilakukan uroflowmetri.

Sebab-sebab terjadinya retensio urine lagi setelah kateter dilepas :

1.   Terbentuknya bekuan darah

2.   Pengerokan prostat kurang bersih (pada TUR) sehingga masih terdapat obstruksi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

a      Pre operasi

1.   Retensi urin

2.   Nyeri kronis

3.   Cemas

b     Post operasi

1.   Nyeri akut

2.   Kurang pengetahuan

3.   Risiko infeksi

11.    Rencana Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1. Kerusakan eliminasi NOC : NIC :
urine urin       Urinary continence Urinary Chateterization
      Urinary elimination           Jelaskan prosedur dasn
Definisi : rasional dari intervensi
Pengosongan kandung Kriteria Hasil :           Sediakan peralartan
kemih yang tidak
1.        Pengeluaran urin kateterisasi
sempurna dapat diprediksi           Pertahankan teknik aseptik
2.        Dapat secara yang ketat
Batasan karakteristik : sempurna dan teratur          Masukan secara langsung
          Distensi kandung mengeluarkan urin dari atau retensi kateter ke dalam
kemih kandung kemih; bladder
          Sedikit, sering mengukur volume          Hubungkan kateter pada
kencing atau tidak residual urin < 150 – kantung drainase
adanya urin yang keluar 200 ml atau 25 % dari          Amankan kateter pada kulit
          Urin jatuh menetes total kapasitas kandung          Pertaahankan sistem drainase
          Disuria kemih tertutup
          Inkontinentia 3.        Mengoreksi atau          Monitor intake dan input.
overflow menurunkan gejala
          Urin residual obstruksi Urinary Retentiuon care
          Sensasi penuh dari 4.        Klien bebas dari          Monitor eliminasi urin
kandung kemih kerusakan saluran kemih          Monitor tanda dan gejala
bagian atas. retensi urin
Faktor yang           Ajarkan kepada klien tanda
berhubungan : dan gejala retensi urin
          Infeksi traktus           Catat waktu setiap eliminasi
urinarus urin
          Obstruksi anatomik           Anjurkan klien/keluarga
          Penyebab multiple untuk menmcatat outpout urin
          Kerusakan sensori           Ambil spesimen urin
motorik           Ajarkan klien meminum 8
gelasa cairan sehari
          Bantu klien dalam BAK
rutin

Fluid management
         Timbang popok/pembalut
jika diperlukan
         Pertahankan catatan intake
dan output yang akurat
         Monitor status hidrasi
( kelembaban membran mukosa,
nadi adekuat, tekanan darah
ortostatik ), jika diperlukan
         Monitor vital sign
         Monitor masukan
makanan / cairan dan hitung
intake kalori harian
         Lakukan terapi IV
         Monitor status nutrisi
         Berikan cairan
         Berikan cairan IV pada
suhu ruangan
         Dorong masukan oral
         Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
         Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
         Tawarkan snack ( jus buah,
buah segar )
         Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul meburuk
         Atur kemungkinan tranfusi
         Persiapan untuk tranfusi

2. Nyeri Kronis NOC : NIC :


  Pain Level, Pain Management
Definisi :   Pain control,   Lakukan pengkajian nyeri
Sensori yang tidak  Comfort level secara komprehensif termasuk
menyenangkan dan lokasi, karakteristik, durasi,
pengalaman emosional Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas dan faktor
yang muncul secara         Mampu mengontrol presipitasi
aktual atau potensial nyeri (tahu penyebab   Observasi reaksi nonverbal dari
kerusakan jaringan atau nyeri, mampu ketidaknyamanan
menggambarkan adanya menggunakan   Gunakan teknik komunikasi
tehnik
kerusakan (Asosiasi nonfarmakologi untuk terapeutik untuk mengetahui
Studi Nyeri mengurangi nyeri, pengalaman nyeri pasien
Internasional): serangan mencari bantuan)   Kaji kultur yang mempengaruhi
mendadak atau pelan         Melaporkan bahwa respon nyeri
intensitasnya dari ringan nyeri berkurang dengan   Evaluasi pengalaman nyeri masa
sampai berat yang dapat menggunakan lampau
diantisipasi dengan akhir manajemen nyeri   Evaluasi bersama pasien dan tim
yang dapat diprediksi         Mampu mengenali kesehatan lain tentang
dan dengan durasi lebih nyeri (skala, intensitas, ketidakefektifan kontrol nyeri
dari 6 bulan. frekuensi dan tanda masa lampau
nyeri)   Bantu pasien dan keluarga untuk
Batasan karakteristik :          Menyatakan rasa mencari dan menemukan
          Laporan secara nyaman setelah nyeri dukungan
verbal atau non verbal berkurang   Kontrol lingkungan yang dapat
          Fakta dari observasi          Tanda vital dalam mempengaruhi nyeri seperti
          Posisi antalgic untuk rentang normal suhu ruangan, pencahayaan dan
menghindari nyeri kebisingan
          Gerakan melindungi   Kurangi faktor presipitasi nyeri
          Tingkah laku berhati-   Pilih dan lakukan penanganan
hati nyeri (farmakologi, non
          Muka topeng farmakologi dan inter personal)
          Gangguan tidur   Kaji tipe dan sumber nyeri
(mata sayu, tampak untuk menentukan intervensi
capek, sulit atau gerakan   Ajarkan tentang teknik non
kacau, menyeringai) farmakologi
          Terfokus pada diri   Berikan analgetik untuk
sendiri mengurangi nyeri
          Fokus menyempit   Evaluasi keefektifan kontrol
(penurunan persepsi nyeri
waktu, kerusakan proses   Tingkatkan istirahat
berpikir, penurunan   Kolaborasikan dengan dokter
interaksi dengan orang jika ada keluhan dan tindakan
dan lingkungan) nyeri tidak berhasil
          Tingkah laku   Monitor penerimaan pasien
distraksi, contoh : jalan- tentang manajemen nyeri
jalan, menemui orang
lain dan/atau aktivitas,
aktivitas berulang-ulang) Analgesic Administration
          Respon autonom   Tentukan lokasi, karakteristik,
(seperti diaphoresis, kualitas, dan derajat nyeri
perubahan tekanan sebelum pemberian obat
darah, perubahan nafas,   Cek instruksi dokter tentang
nadi dan dilatasi pupil) jenis obat, dosis, dan frekuensi
          Perubahan autonomic   Cek riwayat alergi
dalam tonus otot   Pilih analgesik yang diperlukan
(mungkin dalam rentang atau kombinasi dari analgesik
dari lemah ke kaku) ketika pemberian lebih dari satu
          Tingkah laku   Tentukan pilihan analgesik
ekspresif (contoh : tergantung tipe dan beratnya
gelisah, merintih, nyeri
menangis, waspada,   Tentukan analgesik pilihan, rute
iritabel, nafas pemberian, dan dosis optimal
panjang/berkeluh kesah)   Pilih rute pemberian secara IV,
          Perubahan dalam IM untuk pengobatan nyeri
nafsu makan dan minum secara teratur
  Monitor vital sign sebelum dan
Faktor yang sesudah pemberian analgesik
berhubungan : pertama kali
Agen injuri (biologi,   Berikan analgesik tepat waktu
kimia, fisik, psikologis) terutama saat nyeri hebat
  Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek samping)

3. Nyeri akut b/d cidera NOC : NIC :


fisik akibat pembedahan  Pain Level, Pain Management
  Pain control,   Lakukan pengkajian nyeri
Definisi :   Comfort level secara komprehensif termasuk
Sensori yang tidak lokasi, karakteristik, durasi,
menyenangkan dan Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas dan faktor
pengalaman emosional         Mampu mengontrol presipitasi
yang muncul secara nyeri (tahu penyebab   Observasi reaksi nonverbal dari
aktual atau potensial nyeri, mampu ketidaknyamanan
kerusakan jaringan atau menggunakan   Gunakan teknik komunikasi
tehnik
menggambarkan adanya nonfarmakologi untuk terapeutik untuk mengetahui
kerusakan (Asosiasi mengurangi nyeri, pengalaman nyeri pasien
Studi Nyeri mencari bantuan)   Kaji kultur yang mempengaruhi
Internasional): serangan         Melaporkan bahwa respon nyeri
mendadak atau pelan nyeri berkurang dengan   Evaluasi pengalaman nyeri masa
intensitasnya dari ringan menggunakan lampau
sampai berat yang dapat manajemen nyeri   Evaluasi bersama pasien dan tim
diantisipasi dengan akhir         Mampu mengenali kesehatan lain tentang
yang dapat diprediksi nyeri (skala, intensitas, ketidakefektifan kontrol nyeri
dan dengan durasi frekuensi dan tanda masa lampau
kurang dari 6 bulan. nyeri)   Bantu pasien dan keluarga untuk
         Menyatakan rasa mencari dan menemukan
Batasan karakteristik : nyaman setelah nyeri dukungan
          Laporan secara berkurang   Kontrol lingkungan yang dapat
verbal atau non verbal          Tanda vital dalam mempengaruhi nyeri seperti
          Fakta dari observasi rentang normal suhu ruangan, pencahayaan dan
          Posisi antalgic untuk kebisingan
menghindari nyeri   Kurangi faktor presipitasi nyeri
          Gerakan melindungi   Pilih dan lakukan penanganan
          Tingkah laku berhati- nyeri (farmakologi, non
hati farmakologi dan inter personal)
          Muka topeng   Kaji tipe dan sumber nyeri
          Gangguan tidur untuk menentukan intervensi
(mata sayu, tampak   Ajarkan tentang teknik non
capek, sulit atau gerakan farmakologi
kacau, menyeringai)   Berikan analgetik untuk
          Terfokus pada diri mengurangi nyeri
sendiri   Evaluasi keefektifan kontrol
          Fokus menyempit nyeri
(penurunan persepsi   Tingkatkan istirahat
waktu, kerusakan proses   Kolaborasikan dengan dokter
berpikir, penurunan jika ada keluhan dan tindakan
interaksi dengan orang nyeri tidak berhasil
dan lingkungan)   Monitor penerimaan pasien
          Tingkah laku tentang manajemen nyeri
distraksi, contoh : jalan-
jalan, menemui orang Analgesic Administration
lain dan/atau aktivitas,   Tentukan lokasi, karakteristik,
aktivitas berulang-ulang) kualitas, dan derajat nyeri
          Respon autonom sebelum pemberian obat
(seperti diaphoresis,   Cek instruksi dokter tentang
perubahan tekanan jenis obat, dosis, dan frekuensi
darah, perubahan nafas,   Cek riwayat alergi
nadi dan dilatasi pupil)   Pilih analgesik yang diperlukan
          Perubahan autonomic atau kombinasi dari analgesik
dalam tonus otot ketika pemberian lebih dari satu
(mungkin dalam rentang   Tentukan pilihan analgesik
dari lemah ke kaku) tergantung tipe dan beratnya
          Tingkah laku nyeri
ekspresif (contoh :   Tentukan analgesik pilihan, rute
gelisah, merintih, pemberian, dan dosis optimal
menangis, waspada,   Pilih rute pemberian secara IV,
iritabel, nafas IM untuk pengobatan nyeri
panjang/berkeluh kesah) secara teratur
          Perubahan dalam   Monitor vital sign sebelum dan
nafsu makan dan minum sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Faktor yang   Berikan analgesik tepat waktu
berhubungan : terutama saat nyeri hebat
Agen injuri (biologi,   Evaluasi efektivitas analgesik,
kimia, fisik, psikologis) tanda dan gejala (efek samping)
4. Kurang pengetahuan NOC : NIC :
tentang kondisi,   Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
prognosis,kebutuhan process  Berikan penilaian
pengobatan   Kowledge
b/d : health tentang tingkat pengetahuan
keterbatasan kognitif. Behavior pasien tentang proses penyakit
yang spesifik
Definisi : Kriteria Hasil :  Jelaskan patofisiologi
Tidak adanya atau
1.      Pasien dan keluarga dari penyakit dan bagaimana hal
kurangnya informasi menyatakan pemahaman ini berhubungan dengan anatomi
kognitif sehubungan tentang penyakit, dan fisiologi, dengan cara yang
dengan topic spesifik. kondisi, prognosis dan tepat.
program pengobatan
Batasan karakteristik 2.      Pasien
: dan keluarga  Gambarkan tanda dan
memverbalisasikan mampu melaksanakan gejala yang biasa muncul pada
adanya masalah, prosedur yang dijelaskan penyakit, dengan cara yang tepat
ketidakakuratan secara benar  Gambarkan proses
mengikuti instruksi,
3.      Pasien dan keluarga penyakit, dengan cara yang tepat
perilaku tidak sesuai. mampu menjelaskan  identifikasi
kembali apa yang kemungkinan penyebab, dengna
Faktor yang dijelaskan perawat/tim cara yang tepat
berhubungan : kesehatan lainnya
 Sediakan informasi pada
keterbatasan kognitif,
pasien tentang kondisi, dengan
interpretasi terhadap
cara yang tepat
informasi yang salah,
kurangnya keinginan  Hindari harapan yang
untuk mencari kosong
informasi, tidak  Sediakan bagi keluarga
mengetahui sumber- informasi tentang kemajuan
sumber informasi. pasien dengan cara yang tepat
 Diskusikan perubahan
gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan
datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
 Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
 Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat
 Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat.
 
5. Resiko Infeksi b/d NOC : NIC :
tindakan   Immune Status
invasive Infection Control (Kontrol
Resiko Infeksi   Knowledge : Infection infeksi)
b/d
tindakan invasive control          Bersihkan lingkungan
  Risk control setelah dipakai pasien lain
Definisi : Peningkatan          Pertahankan teknik isolasi
resiko masuknya Kriteria Hasil :          Batasi pengunjung bila
organisme patogen 1.      Klien bebas dari tanda perlu
dan gejala infeksi          Instruksikan pada
Faktor-faktor resiko : 2.      Mendeskripsikan pengunjung untuk mencuci
          Prosedur Infasif proses penularan tangan saat berkunjung dan
          Ketidakcukupan penyakit, factor yang setelah berkunjung
pengetahuan untuk mempengaruhi meninggalkan pasien
menghindari paparan penularan          Gunakan
serta sabun
patogen penatalaksanaannya, antimikrobia untuk cuci tangan
          Trauma 3.      Menunjukkan          Cuci tangan setiap sebelum
          Kerusakan jaringan kemampuan untuk dan sesudah tindakan
dan peningkatan paparan mencegah timbulnya keperawatan
lingkungan infeksi          Gunakan baju, sarung
          Ruptur membran 4.      Jumlah leukosit dalam tangan sebagai alat pelindung
amnion batas normal          Pertahankan lingkungan
          Agen farmasi
5.      Menunjukkan perilaku aseptik selama pemasangan alat
(imunosupresan) hidup sehat          Ganti letak IV perifer dan
          Malnutrisi line central dan dressing sesuai
          Peningkatan paparan dengan petunjuk umum
lingkungan patogen          Gunakan kateter intermiten
          Imonusupresi untuk menurunkan infeksi
          Ketidakadekuatan kandung kencing
imum buatan          Tingktkan intake nutrisi
          Tidak adekuat          Berikan terapi antibiotik
pertahanan sekunder bila perlu
(penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan Infection Protection (proteksi
respon inflamasi) terhadap infeksi)
          Tidak adekuat          Monitor tanda dan gejala
pertahanan tubuh primer infeksi sistemik dan lokal
(kulit tidak utuh, trauma          Monitor hitung granulosit,
jaringan, penurunan WBC
kerja silia, cairan tubuh          Monitor kerentanan
statis, perubahan sekresi terhadap infeksi
pH, perubahan          Batasi pengunjung
peristaltik)          Saring pengunjung terhadap
          Penyakit kronik penyakit menular
         Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
         Pertahankan teknik isolasi
k/p
         Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
         Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
         Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
         Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
         Dorong masukan cairan
         Dorong istirahat
         Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
         Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
         Ajarkan cara menghindari
infeksi
         Laporkan kecurigaan
infeksi
         Laporkan kultur positif

6. Cemas b/d perubahan NOC : NIC :


status kesehatan  Anxiety control Anxiety Reduction
(rencana   Coping
tindakan (penurunan kecemasan)
operasi )   Impulse control          Gunakan pendekatan yang
menenangkan
Definisi : Kriteria Hasil :          Nyatakan dengan jelas
Perasaan gelisah yang 1.      Klien mampu harapan terhadap pelaku pasien
tak jelas dari mengidentifikasi dan         Jelaskan semua prosedur
ketidaknyamanan atau mengungkapkan gejala dan apa yang dirasakan selama
ketakutan yang disertai cemas prosedur
respon autonom (sumner 2.      Mengidentifikasi,          Pahami prespektif pasien
tidak spesifik atau tidak mengungkapkan dan terhdap situasi stres
diketahui oleh individu); menunjukkan tehnik         Temani pasien untuk
perasaan keprihatinan untuk mengontol cemas memberikan keamanan dan
disebabkan dari
3.      Vital sign dalam batas mengurangi takut
antisipasi terhadap normal          Berikan informasi faktual
bahaya. Sinyal ini
4.      Postur tubuh, ekspresi mengenai diagnosis, tindakan
merupakan peringatan wajah, bahasa tubuh dan prognosis
adanya ancaman yang tingkat          Dorong keluarga untuk
aktivitas
akan datang dan menunjukkan menemani anak
memungkinkan individu berkurangnya          Lakukan back / neck rub
untuk mengambil kecemasan          Dengarkan dengan penuh
langkah untuk perhatian
menyetujui terhadap          Identifikasi tingkat
tindakan kecemasan
Ditandai dengan          Bantu pasien mengenal
        Gelisah situasi yang menimbulkan
        Insomnia kecemasan
        Resah          Dorong pasien untuk
        Ketakutan mengungkapkan perasaan,
        Sedih ketakutan, persepsi
        Fokus pada diri          Instruksikan pasien
        Kekhawatiran menggunakan teknik relaksasi
        Cemas          Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan
 
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Linda Jual. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan (terjemahan). PT


EGC. Jakarta.

Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume I


(terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Hardjowidjoto S. (1999).Benigna Prostat Hiperplasia. Airlangga University Press. Surabaya

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).Yayasan Ikatan


Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.

Guyton, Arthur C, Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit, EGC Penerbit buku kedokteran,
Jakarta, 1987.

Johnson., Mass. 1997. Nursing Outcomes Classification, Availabel on: www.Minurse.com, 28


Oktober 2009

McCloskey, Joanne C,. Bulecheck, Gloria M. 1996. Nursing Intervention Classsification (NIC).
Mosby, St. Louise.

NANDA, 2002. Nursing Diagnosis : Definition and Classification (2001-2002),


Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai