Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 1

KELOMPOK TUTORIAL G

Berliana Syifa Jolanda Putri 181610101059


Ega Tiara Iman Sari 181610101060
Arlin Riski Kusumawardani 181610101061
Dicky Khatami Kamal 181610101062
Belva Nuriana Rosidea 181610101063
Yogiardi S Summase 181610101064
Al Masari 181610101065
Naila Azifatur Rahmat 181610101066
Putri Nurul Fadilah 181610101067
Ayu Tri Wulandari 181610101068

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2020

1
Daftar Isi
Daftar Isi ………………………………………………………………………….... 2
Skenario ……………………………………………………………………………. 3
STEP 1……………………………………….………………………………………. 4
STEP 2 ...……………….......…….……………………………………………..…… 5
STEP 3 ……..............…….………………………………………………………….. 5
STEP 4 ………………………………………………………………………………. 9
STEP 5 ……………………….………………………………………………………. 10
STEP 6 ……….………………………………………………………………………. 10
STEP 7…. ……………………………………………………………………………. 10
Daftar Pustaka ………………………………………………………………………… 25

2
SKENARIO 1

Seorang remaja usia 13 tahun datang ke RSGM bagian Konservasi Gigi ingin merawatkan gigi
belakang bawah kanan yang terasa berlubang sejak 5 bulan yang lalu. Awalnya gigi tersebut
berlubang kecil, dibiarkan akhirnya menjadi besar. Anak tersebut mengeluh gigi terasa ngilu
saat makan manis dan minum dingin, tetapi tidak pernah sakit spontan.. Hasil pemeriksaan
obyektif menunjukkan gigi 46 karies profunda, tes termal positif, tekanan dan perkusi negatif.
Hasil pemeriksaan radiografik tampak pada gambar di bawah, tinggal selapis tipis dentin dekat
atap pulpa, ruang pulpa lebar dan keadaan jaringan periodontal baik. Diagnosa gigi 46 tersebut
adalah pulpitis reversible , dan akan dilakukan perawatan perlindungan pulpa terlebih dahulu
sebelum dibuatkan restorasi.

3
STEP 1 : CLARIFYING UNFAMILIAR WORD

1. Pulpitis reversible (naila)


-Terdiri dari 2 kata pulpitis yaitu inflamasi pulpa gigi yang disebabkan oleh adanya suatu
karies yang mengenai pulpa atau trauma yang menyebabkan pulpa terbuka sehingga
bakteri menyerang, reversible yaitu inflamasi yg dihilangkan akan menjadi normal
kembali (arlin)
-Tanda nya jika uji perkusi dan mobilitas serta gambaran radiologi menunjukkan jaringan
sehat ( almasari)
- Faktor yang mempengaruhi contohnya stimulus ringan (yogiardi)
2. Konservasi gigi (berli)
- Cabang kedokteran gigi spesialis menjaga dan mempertahankan secara fungsi dan
estetika (ayu)
- Dilakukan perawatan endodontik dan restorasi gigi (Arlin)
3. Diagnosa (ayu)
- Penentuan jenis penyakit dengan cara memeriksa gejalanya (Berli)
-Upaya yang dilakukan dokter dalam menentukan analisa keluhan subjektif dan temuan
objektif untuk menentukan penyakit pada pasien ( dicky)
4. Sakit spontan (ega)
- Sakit / nyeri yang datang secara tiba tiba reaksi yang timbul ini tanpa adanya stimulus yg
merangsang dari luar namun pasien tetap merasakan nyeri (putri)
- Sifatnya sakit spontan ini mengagetkan pasiennya karna tidak diketahui apa penyebabnya
(berli)
5. Profunda (dicky)
- Bagian yang terdalam/ terjauh dari permukaan. Karies yang mengenai lebih dari 1/2
dentin dan kadang sudah mengenai pulpa (almasari)
- Dibagi menjadi 3 stadium, yaitu stadium 1 melewti dentin, stadium 2 selapis tipis dentin,
stadium 3 pulpa sudah terbuka dan peradangan (ayu)
6. Pemeriksaan Objektif (arlin)
- Pemeriksaan dengan melihat keadaan pasien secara intra dan ekstra oral pasien untuk
mengetahui kondisi pasien (naila)
7. Restorasi (putri)
4
- Prosedur kedokteran gigi yang memiliki tujuan untuk mengembalikan bentuk fungsi dan
penampilan dari gigi (ega)
- Digunakan pada gigi gigi yang diakibatkan trauma atau karies (naila)
8. Tes perkusi (almasari)
- Dilakukan dengan cara mengetuk mahkota secara perlahan menggunakan instrumen
ringan seperti ujung kaca mulut (dicky)
- Mendeteksi adanya inflamasi pada periapikal, jika + sakit sedikit = sedang, jika + terlalu
sakit = berat (ega)
9. Tes tekanan (yogiardi)
- Mengetuk insisal gigi/ oklusal bertujuan untuk mngetahui vitalitas gigi dan patosis pulpa
juga inflamsi jaringan periodontal (belva)
10. Tes termal (belva)
- Tes vital gigi dengan aplikasi panas dan dingin (yogiardi)

STEP 2 DAN 3 RUMUSAN MASALAH DAN BRAINSTORMING

1. Apa saja cara dan bagaimana menentukan diagnosa pada skenario? Jelaskan prosedur tes
termal, perkusi, dan tekanan?
Jawab :
(ayu) mengetahui gejala yang dialami pasien, pemeriksaan intraoral
Tes termal = tes kevitalan gigi dengan panas dan dingin
Tes perkusi = memberi pukulan pada gigi menggunakan ujung jari / instrumen secara
cepat dan intensitas semakin naik
Tes tekanan = dilakukan dengan mengetuk permukaan insisal/oklusal

2. Perawatan perlindungan apa yang harus dilakukan berdasarkan skenario?


Jawab :
(putri) perawatan indirect pulp capping, pulp capping adalah perawatan endodontik
konvensional, yaitu perawatan pulpa vital yang belum terinfeksi dengan cara
memberikan suatu bahan sub base contohnya obat antiseptik bertujuan untuk
menghilangkan iritasi jaringan pulpa dan melindungi pulpa sehingga dapat
5
mempertahankan vitalitasnya
Indirect pulp capping digunakan pada lesi karies yang dalam yang jika semua dentin
yang terkena karies dibuang mungkin akan menyebabkan terbukanya pulpa, pup capping
indirect ini hanya dipertimbangkan jika tidak ada riwayat/ tanda tanda pulpitis
irreversible
(Dicky) perawatan direct pulp capping, yaitu perawatan dengan sekali kunjungan direct
pulp capping juga digunakan dalam contoh jika ada pembusukan didalam mendekati
pulpa tetapi tidak ada gejala infeksi. Direct pulp capping menunjukkan bahan
diaplikasikan langsung ke dalam pulp, kemudian daerah terbuka tidak boleh
terkontaminasi saliva. Calcium hidroksida di letakkan dalam pulpa dan selapis eugenol
dapat diletakkan diatas lapisan pulpa dan mengeras, untuk menghindari tekanan jika gigi
perforasi, diharapkan pulpa tetap bebas dari gejala patologis dan akan lebih baik untuk
membentuk dentin sekunder
Keuntungan :
- mempertahankan vitalitas pulpa
- mengehmat waktu perawatan
- mepertahankanfungsi gigi
- memperbaiki pulpa terbuka
3. Apa saja bahan dan instrumen yang dilakukan untuk perawatan pada skenario?
Jawab :
(naila) indirect pulp capping, alat dan bahannya yaitu roundbur, ekscavator,pinset
berkerat, cottonroll cotton palate dan tampon, plastic filling instrument, pengaduk
semen, stopper semen. Bahannya yaitu calcium hydroksida, sodium hipoklorit NaOCl,
zinc oxyde eugenol.
(ega) mineral trial agregat dicampur dengan air agar melekat dengan jarinan pulpa gigi,
bikompatibel.
4. Bagaimana prosedur kerja perawatan pada skenario?
Jawab :
(belva) direct pulp capping
- Memasang rubberdam/ cotton roll ( sebagai isolasi gigi)
- Karies dibuang menggunakan bur / ekscavator (dalam tahap preparasi kavitas dan
ekscavasi karies)
6
- Kavitas dibersihkan dengan air calxyl
- Bagian terekspos ditutup dengan cotton pallate yang dibasahi minyak cengkeh/eugenol
- Jika ada pendarahan atau rasa sakit bisa di kontrol menggunakan cotton pallate /
eugenol yang dihangatkan
- Aplikasikan preparat calcium hydroksida pada atap pulpa, dengan amalgam carier
usahakan tanpa tekanan (pemberian basis)
- Aplikasikan ZoE lalu lapisi semen fosfat, (tumpatan sementara)
(almasari) Indirect pulp capping
- Foto rontgen untuk mengetahui kedalaman
- Mengisolasi daerah kerja
- Dilakukan restorasi
- Dilakukan irigasi
- Meletakan calcium hydroksil pada pulpa terbuka
- Diberi semen fosfat untuk tumpatan sementara
Kunjungan kedua jika tdk ada reaksi pulpa terhadap panas dan dingin itu normal maka
dilakukan restorasi tetap

5. Apa indikasi dan kontraindikasi pada perawatan di skenario?


Jawab :
(arlin)
Indikasi
1. Gigi vital yang belum perforasi
2. Tidak ada keluhan spontan
3. Gigi sulung/ dewasa kaya suplai darah
Kontraindikasi
1. Adanya fistula
2. Resorpsi akar
3. Gigi goyang
4. Kalsifikasi pulpa

6. Alasan dilakukannya perawatan pulp capping sebelum dilakukan restorasi?


Jawab :
7
(berli ) pulp capping ini adalah aplikasi selapis/ lebih material pelindung untuk
perawatan diatas pulpa yang terbuka tadi, calcium hydroksida ini merangsang
pembentukan dentin reparative
Tujuan menghilangkan iritasi ke jaringan pulpanya dan melindungi pulpa sehingga
jaringan tsb dapat dipertahankan vitalitasnya, tujuannya juga untuk melindungi tubuli
dentin.
(ega) untuk menekan bakteri pada daerah sekitar dentin yang disebabkan karies
7. Apa faktor yang menjadi tanda keberhasilan dan kegagalan perawatan pada skenario?
Jawab :
(Yogiardi) (naila)
Faktor keberhasilan :
Ditandai hilangnya rasa sakit setelah perawatan, pada pemeriksaan objektif pulpa akan
tetap vital dari gambaran radiografi
Dilihat dari vitalitas pulpa karena reaksi calcium hyroksida dan dentin
Faktor kegagalan :
Pada saat pengeburan mata bur bisa lebih perforasi
8. Bagaimana edukasi dan evaluasi paska dilakukannya perawatan pada skenario?
Jawab :
(ega )
- Indikator keberhasilan perawatan itu dari evaluasi
1. Subjektif
Drg mengetahui dari keluhan pasien
2. Objektif
Drg mengetahui dari tes, untuk mengathui vitalitas pulpa
Gambaran radiologi, histologis, dan klinis (paling akurat)
- Indikator edukasi
Dental health education proses belajar oleh drg ke masyarakat untuk mencapai derajat
kesehatan setinggi tingginya

8
STEP 4. MIND MAPPING

9
STEP 5. LEARNING OBJECTIVE

1. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui pemeriksaan untuk menentukan


diagnosis pada skenario
2. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui mengapa menggunakan prosedur
perawatan pulp capping pada gigi tersebut untuk melindungi pulpa
3. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui alat dan bahan serta prosedur perawatan
pulp capping gigi 46
4. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui Indikasi dan kontraindikasi pulp
capping
5. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui perawatan lanjutan dan evaluasi dari
skenario
6. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui edukasi pasca perawatan pulp capping
pada skenario

STEP 6 BELAJAR MANDIRI

STEP 7 KLARIFIKASI LEARNING OBJECTIVE

1. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui pemeriksaan untuk menentukan


diagnosis pada skenario
A. Pemeriksaan subyektif
Pemeriksaan subyektif dilakukan dengan cara menanyakan atau anamnesa
kondisi pasien dan pasieen harus mendeskripsikan dengan jelas dan pasti agar tidak
salah dalam informasi (Kartika,2010). Pertanyaan yang dapat ditanyakan antara lain:
1. Ada keluhan (nyeri)
2. Keluhan di bagian mana
3. Ada riwayat kesehatan (hipertensi dan diabtees)
4. Kondisi psikologis
5. Kesehatan gigi masa lalu
B. Pemeriksaan obyektif
Pemeriksaan obyektif adalah gabungan informasi obyektif pasien yang dapat
10
diperoleh dengan melihat atau memeriksa keadaan pasien secara langsung. Teknik
pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain auskultasi, palpasi, dan inspeksi
(Kartika,2010).
Inspeksi merupakan pemeriksaan dengan cara melihat atau melakukan observasi
terhadap kondisi rongga mulut pasien. Tujuan dari teknik ini adalah mendeteksi tanda -
tanda fisik yang berhubungan dengan status rongga mulut. Inspeksi dilakukan dengan
menggunakan kaca mulut (Triharsa,2013).
Palpasi merupakan teknik pemeriksaan dengan sentuhan ataupun rabaan
dengansedikit tekanan pada bagian rongga mulut yang akan diperiksa dan harus
dilakukan secara terorganisir dari satu bagian ke bagian lain. Tujuan dari pemeriksaan
ini adalah untuk mendeterminasi ciri  –   ciri jaringan atau organ. Untuk pemeriksaan
dapat dilakukan bersamaan dengan teknik inspeski atau perkusi (Triharsa, 2013).
Auskultasi merupakan pemeriksaan dengan cara mendengarkan suara pada sendi
temporomandibular. Alat yang digunakan adalah stetoskop. Apabila terdengar suara
seperti clicking, krepitasi maupun popping maka dapat didiagnosis TMJ sedang
mengalami kelainan (Triharsa,2013).
Jenis –  jenis pemeriksaan obyektif antara lain :
a. Pemeriksaan ekstra oral (EO) merupakan pemeriksaan yang dilakukan di daerah sekitar
mulut bagian luar yang meliputi bibir, TMJ, kelenjar limfe, hidung, mata,telinga, wajah,
kepala dan leher. Pemeriksaan EO dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan yang
terlihat secara visual atau terdeteksi dengan palpasi sepertiadanya kecacatan,
pembengkakan, benjolan luka, cedera, memar, fraktur dislokasi dan lai –  lain.
b. Pemeriksaan Intra Oral pada dasarnya sama seperti pemeriksaan ekstraoral,
yaitu pemeriksaan dilakukan dengan inspeksi pada bagian intra oral pasien
menggunakan kaca mulut, palpasi pada bagian intra oral pasien serta perkusi pada
beberapa gigi pasien yang diduga adanya kelainan yang terjadi.
c. Perkusi
Hal yang perlu diperhatikan dan dicatat dalam pemeriksaan perkusi adalah :
nyeri terhadap pukulan (tenderness to percussion) dan bunyi (redup/dull dan
nyaring/solid metalic). Perkusi dilakukan dengan cara memberi pukulan cepat tetapi
tidak keras dengan menggunakan ujung jari, kemudian intensitas pukulan ditingkatkan.
Selain menggunakan ujung jari pemeriksaan ini juga sering dilakukan dengan
11
menggunakan ujung instrumen. Terkadang pemeriksaan ini mendapatkan hasil yang bias
dan membingungkan penegakan diagnosa. Cara lain untuk memastikan ada tidaknya
kelainan yaitu dengan mengubah arah pukulannya yaitu mula-mula dari permukaan
vertikal-oklusal ke permukaan bukal atau horisontal-bukolingual mahkota.
Gigi yang memberikan respon nyeri terhadap perkusi vertikal-oklusal
menunjukkan kelainan di periapikal yang disebabkan oleh lesi karies. Gigi yang
memberikan respon nyeri terhadap perkusi horisontal-bukolingual menunjukkan
kelainan di periapikal yang disebabkan oleh kerusakan jaringan periodontal. Gigi yang
dipukul bukan hanya satu tetapi gigi dengan jenis yang sama pada regio sebelahnya.
Ketika melakukan tes perkusi dokter juga harus memperhatikan gerakan pasien saat
merasa sakit.
Bunyi perkusi terhadap gigi juga akan menghasilkan bunyi yang berbeda. Pada
gigi yang mengalami ankilosis maka akan terdengar lebih nyaring (solid metalic sound )
dibandingkan gigi yang sehat. Gigi yang nekrosis dengan pulpa terbuka tanpa disertai
dengan kelainan periapikal juga bisa menimbulkan bunyi yang lebih nyaring
dikarenakan resonansi di dalam kamar pulpa yang kosong. Sedangkan  pada gigi yang
menderita abses periapikal atau kista akan terdengar lebih redup (dull sound )
dibandingkan gigi yang sehat. Gigi yang sehat juga menimbulkan  bunyi yang redul
(dull sound ) karena terlindungi oleh jaringan periodontal. Gigi multiroted akan
menimbulkan bunyi yang lebih solid daripada gigi berakar tunggal (Miloro, 2004).
d. Sondasi
Sondasi merupakan pemeriksaan menggunakan sonde dengan cara
menggerakkan sonde pada area oklusal atau insisal untuk mengecek apakah ada suatu
kavitas atau tidak. Nyeri yang diakibatkan sondasi pada gigi menunjukkan ada vitalitas
gigi atau kelainan pada pulpa. Jika gigi tidak memberikan respon terhadap sondasi  pada
kavitas yang dalam dengan pulpa terbuka, maka menunjukkan gigi tersebut nonvital
(Tarigan, 1994).
Probing Probing bertujuan untuk mengukur kedalaman jaringan periodontal
dengan menggunakan alat berupa probe. Cara yang dilakukan dengan memasukan probe
ke dalam attached gingiva, kemudian mengukur kedalaman poket periodontal dari gigi
pasien yang sakit.
e. Tes mobilitas –  depresibilitas
12
Tes mobilitas dilakukan untuk mengetahui integritas apparatus-aparatus pengikat
di sekeliling gigi, mengetahui apakah gigi terikat kuat atau longgar pada alveolusnya.
Tes mobilitas dilakukan dengan menggerakkan gigi ke arah lateral dalam soketnya
dengan menggunakan jari atau tangkai dua instrumen. Jumlah gerakan menunjukkan
kondisi periodonsium, makin besar gerakannya, makin  jelek status periodontalnya.
Hasil tes mobilitas dapat berupa tiga klasifikasi derajat kegoyangan. Derajat pertama
sebagai gerakan gigi yang nyata dalam soketnya, derajat kedua apabila gerakan gigi
dalam jarak 1 mm bahkan bisa bergerak dengan sentuhan lidah dan mobilitas derajat
ketiga apabila gerakan lebih besar dari 1 mm atau bergerak ke segala arah. Sedangkan,
tes depresibilitas dilakukan dengan menggerakkan gigi ke arah vertikal dalam soketnya
menggunakan jari atau instrumen (Burns dan Cohen, 1994).
f. Tes vitalitas
Tes vitalitas merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah
suatu gigi masih bisa dipertahankan atau tidak. Tes vitalitas terdiri dari empat
pemeriksaan, yaitu tes termal, tes kavitas, tes jarum miller dan tes elektris.
 Tes termal, merupakan tes kevitalan gigi yang meliputi aplikasi panas dan dingin
pada gigi untuk menentukan sensitivitas terhadap perubahan termal (Grossman,
dkk, 1995).
 Tes dingin, dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan, yaitu etil
klorida, salju karbon dioksida (es kering) dan refrigerant  (-50oC). Aplikasi tes
dingin dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Mengisolasi daerah gigi yang akan diperiksa dengan menggunakan cotton
roll maupun rubber dam
2. Mengeringkan gigi yang akan dites.
3. Apabila menggunakan etil klorida maupun refrigerant  dapat dilakukan dengan
menyemprotkan etil klorida pada cotton pellet.
4. Mengoleskan cotton pellet pada sepertiga servikal gigi.
5. Mencatat respon pasien.
Apabila pasien merespon ketika diberi stimulus dingin dengan keluhan nyeri
tajam yang singkat maka menandakan bahwa gigi tersebut vital. Apabila tidak ada
respon atau pasien tidak merasakan apa-apa maka gigi tersebut nonvital atau nekrosis
pulpa. Respon dapat berupa respon positif palsu apabila aplikasi tes dingin terkena gigi
13
sebelahnya tau mengenai gingiva (Grossman, dkk, 1995). Respon negatif palsu dapat
terjadi karena tes dingin diaplikasikan pada gigi yang mengalami penyempitan
(metamorfosis kalsium).

C. Pemeriksaam Penunjang
Pemeriksaan pnenunjang adalah pemeriksaan lanjutan yang dilakukan setelah
pemeriksaan fisik pada penderita. Untuk lesi-lesi jaringan lunak mulut, pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan radiologi, biopsi (eksisi dan
insisi: scalpel, punch, needle, brush, aspirasi), pemeriksaan sitologi, pemeriksaan
mikrobiologi dan pemeriksaan darah.
Ada beberapa teknik radiologi yang dapat dilakukan untuk melihat gambaran
rongga mulut, tergantung pada jenis lesi yang ditemukan, foto periapikal, bitewing,
oklusal, dan panoramik. Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan radiografi, yang
bertujuan untuk melihat keadaan ruang pulpa, keadaan saluran akar, keadaan periapikal,
keadaan  jaringan periodontal, dan mendukung tes jarum Miller. Pemeriksaan radiografi
penting untuk membantu dokter gigi dalam menegakkan diagnosa, rencana perawatan dan
monitor selama perawatan / perkembangan lesi.
Pemeriksaan radiograf berguna dalam menentukan perawatan darurat yang tepat,
memberikan banyak informasi mengenai ukuran, bentuk dan konfigurasi sistem saluran
akar. Pemeriksaan radiograf mempunyai keterbatasan, penting diperhatikan  bahwa lesi
periradikuler mungkin ada, tetapi tidak terlihat pada gambar radiograf karena kepadatan
tulang kortikal, struktur jaringan sekitarnya atau angulasi film. Demikian pula, lesi yang
terlihat pada film, ukuran radiolusensinya hanya sebagian dari ukuran kerusakan tulang
sebenarnya (Apriyono, 2010).

2. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui mengapa menggunakan prosedur


perawatan pulp capping pada gigi tersebut untuk melindungi pulpa
Indirect Pulp Capping adalah perawatan pada pulpa yang masih tertutup lapisan
dentin tipis karena karies yang dalam. Pada teknik ini obat-obatan yang digunakan tidak
berkontak langsung dengan pulpa.Pulp capping tidak langsung memerlukan lebih dari dua
kali kunjungan.
14
Kerusakan ataupun hilangnya jaringan keras gigi diikuti masuknya iritan ke bagian
pulpa mengakibatkan peradangan pada pulpa. Walton mengklasifikasikan keradangan
pada pulpa terdiri dari pulpitis reversibel, pulpitis irreversibel, degeneratif pulpa dan
nekrosis pulpa (Walton dan Torabinejad, 2008).
Terjadinya inflamasi pada pulpa diikuti dengan rasa nyeri. Menurut International
Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah merupakan pengalaman sensoris
subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan
jaringan yang nyata, berpotensi rusak, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Untuk mengatasi kejadian tersebut salah satu perawatan yang dapat di lakukan
adalah pulp capping jadi nantinya kita akan menghilangkan iritasi ke jaringan pulpa dan
melindungi pulpa sehingga jaringan pulpa dapat mempertahankan vitalitasnya. Dengan
demikian terbukanya jaringan pulpa dapat terhindarkan.

3. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui alat dan bahan serta prosedur
perawatan pulp capping gigi 46
A. Alat & bahan
1. Round bur
2. Ekscavator
3. Pinset berkerat
4. Plastic filling instrument
5. Pengaduk semen
6. Stopper semen
7. Glass plate
8. Rubberdam
9. Cotton roll
10. Cotton pallate
11. Tampon
12. Calcium hydroksida
13. Sodium hipoklorit (NaOCl)
14. ZoE
15. Mineral triokside agregat

15
B. Prosedur
Pertimbangan melakukan perawatan pulp capping indirect pada kasus ini karena pada
pemeriksaan radiografi masih terdapat selapis tipis dentin dekat atap pulpa, ruang pulpa
lebar dan keadaan jaringan periodontal yang baik. Perawatan pulp capping indirect
adalah tekhnik untuk mencegah terbukannya pulpa pada perawatan lesi karies yang
dalam tanpa disertai dengan tanda-tanda klinis adalnya degenerasi pulpa dan kelainan
periapikal. Perawatan indirect pulp capping dilakukan lebih dari 1 kunjungan.
Adapun prosedur perawatan pulp capping indirect adalah;
Pada kunjungan pertama perawatan yang dilakukan antara lain:
1. Mempersiapkan alat dan bahan.
Alat dan bahan yang disiapkan harus dalam keadaan steril, untuk meminimalkan
terjadinya infeksi.
2. Isolasi daerah kerja
Isolasi daerah kerja dapat menggunakan rubber dam. Dapat pula menggunakan
kapas dan saliva ejector, namun posisinya harus dijaga selama perawatan.
3. Preparasi kavitas dan ekskavasi jaringan karies
Preparasi kavitas bertujuan untuk membuang dentin sklerotik dengan bur bulat dan
membersihkan jaringan karies dengan menggunakan ekskavator. Setelah itu
dilakukan pembersihan premukaan preparasi, dapat menggunakan irigasi hydrogen
peroksida 3% dan aquades steril/saline, lalu dikeringkan dengan menggunakan
cotton pallete.
4. Penempatan sub base dengan menggunakan pasta calcium hydroksida secara
langsung
5. Penempatan tumpatan sementara
Bahan tumpatan sementara apat menggunakan Resin-modified glass ionomer
cement, seng fosfat.
Kemudian kunjungan kedua yaitu 60 hari setelah dilakukan kunjungan pertama
dilakukan beberapa tes seperti tes vitalitas gigi, perkusi, tekanan, palpasi, thermal dan
pemeriksaan pendukung seperti Radiografi. Apabila hasil tes pasien baik, maka dapat
dilakukan perawatan lanjutan berupa restorasi permanen.

16
4. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui Indikasi dan kontraindikasi pulp
capping
1. Indirect Pulp Capping
Indikasi
 Lesi dalam dan tanpa gejala yang secara radiografik sangat dekat ke pulpa tetapi tidak
mengenai pulpa.
 Pulpa masih vital.
 Bisa dilakukan pada gigi sulung dan atau gigi permanen muda.
Kontra Indikasi
 Nyeri spontan – nyeri pada malam hari.
 Pembengkakan.
 Fistula.
 Peka terhadap perkusi.
 Gigi goyang secara patologik.
 Resorpsi akar eksterna.
 Resorpsi akar interna.
 Radiolusensi di periapeks atau di antara akar.
 Kalsifikasi jaringan pulpa.
2. Direct pulp capping
Indikasi
 Gigi sulung dengan pulpa terbuka karena sebab mekanis dengan besar tidak lebih dari
1mm persegi dan di kelilingi oleh dentin bersih serta tidak ada gejala.
 Gigi permanen dengan pulpa terbuka karena sebab mekanis atau karena karies dan
lebarnya tidak lebih dari 1 mm persegi dan tidak ada gejala.
 Pulpa masih vital.
 Hanya berhasil pada pasien di bawah usia 30 tahun, misalnya pulpa terpotong oleh bur
pada waktu preparasi kavitas dan tidak terdapat invasi bakteri maupun kontaminasi
saliva.
Kontraindikasi
 Nyeri spontan – nyeri pada malam hari.
 Pembengkakan.
17
 Fistula.
 Peka terhadap perkusi.
 Gigi goyang secara patologik.
 Resorpsi akar eksterna.
 Resorpsi akar internal
 Radiolusensi di periapeks atau di antara akar.
 Kalsifikasi jaringan pulpa.
 Terbukanya pulpa secara mekanis dan instrumen yang dipakai telah memasuki jaringan
pulpa
 Perdarahan yang banyak sekali pada tempat terbukanya pulpa.
 Terdapat pus atau eksudat pada tempat terbukanya pulpa.

5. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui perawatan lanjutan dan evaluasi


dari skenario
1. Perawatan lanjutan
Kunjungan I (John, 2009):
1. Asepsis
2. Pembersihan jaringan karies
3. Membersihkan permukaan preparasi
4. Menempatkan Subbase dengan bahan dan prosedur sama dengan di atas
5. Melapisi subbase dengan base
6. Penumpatan sementaraa
7. Melakukan control seminggu kemudian

Kunjungan II (John, 2009):


1. Melakukan Tes vitalitas, tes perkusi dan tes tekan setelah membuka tumpatan
sementara
a. Tes termal panas
Tes termal digunakan untuk melihat apakah gigi masih dalam keadaan vital atau
tidak. Rangsangan yang menyebabkan ekspansi pulpa panas dapat diperoleh dari
guta perca yang dipanaskan. Lokasi yang diperiksa adalah daerah servikal gigi,

18
karena tubuli dentin lebih banyak dan lapisan enamel lebih tipis sehingga
rangsangan mudah dihantarkan. Bila timbul reaksi nyeri nyeri hebat akibat tes
termal, maka dapat dikurangi dengan melakukan tes termal yang berlawanan.
b. Tes termal dingin
Tes termal dingin akan menyebabkan vaso kontriksi. Rangsangan yang dapat
menyebabkan kontraksi pulpa diperoleh dari bulatan kapas kecil yang disemprot etil
klorida atau es berbentuk batang kecil. Bulatan kapas yang disemprot klor etil
akan diletakkan didaerah servikal.
c. Perkusi
Mengetuk mahkota gigi dengan menggunakan pangkal kaca mulut untuk
mengetahui nyeri dengan melihat ekspresi penderita.
d. Druk
Mengetahui penjalanan keradangan dengan cara meletakan pangkal kaca mulut di
atas mahkota gigi kemudian penderita di minta menggigit perlahan-lahan untuk
mengetahui nyeri dengan melihat ekspresi penderita (Bila gigi lawan tidak cukup
ditekan dengan pangkal kaca mulut).
2. Menanyakan Keluhan penderita
Setelah melakukan tes termal dan tes tekan serta tes perkusi lalu tanyakan keluhan
penderita, apabila sudah tidak ada keluhan maka langsung dilanjutkan dengan
tumpatan tetap sesuai dengan lesi kari esnya.
Kunjungan III (John, 2009):
1. Melakukan Tes vitalitas, tes perkusi dan tes tekan setelah membuka tumpatan
sementara
2. Menanyakan Keluhan penderita
Setelah melakukan tes termal dan tes tekan serta tes perkusi lalu tanyakan
keluhan penderita, apabila tidak ada keluhan maka subbase dan base dibuang
dan diganti yang baru setelah itu baru dilakukan penumpatan tetap.

2. Evaluasi perawatan
Pulp capping direct sampai saat ini masih merupakan suatu metode perawatan yang
valid di bidang endodontic, karena bila perawatan ini berhasil maka vitalitas dari gigi dengan
pulpa terbuka dapat dipertahankan. Kondisi ini sangat tergantung pada diagnosis yang tepat
19
sebelum perawatan, tidak ada bakteri yang mencapai pulpa dan tidak ada tekanan pada
daerah pulpa yang terbuka.
Keberhasilan perawatan pulp capping direct hampir sama dengan indirect, ditandai
dengan hilangnya rasa sakit, serta reaksi sensitive terhadap rangsang panas atau dingin yang
dilakukan pada pemeriksaan subjektif setelah perawatan. Kemudian pada pemeriksaan
objektif ditandai dengan pulpa yang tinggal akan tetap vital, terbentuknya jembatan dentin
yang dapat dilihat dari gambaran radiografi pulpa, berlanjutnya pertumbuhan akar dan
penutupan apikal. Sebagian besar peneliti memakai kriteria jembatan dentin sebagai indicator
keberhasilan perawatan karena jembatan dentin bertindak sebagai suatu barrier untuk
melindungi jaringan pulpa dari bakteri sehingga pulpa tidak mengalami inflamasi, tetap vital,
membantu kelanjutan pertumbuhan akar dan penutupan apikal pada gigi yang
pertumbuhannya belum sempurna. Jembatan dentin terbentuk karena adanya fungsi sel
odontoblas pada daerah pulpa yang terbuka. Reaksi jaringan dentin terhadap kalsium
hidroksida terjadi pada hari pertama hingga minggu kesembilan, sehingga pasien dapat
diminta datang 2 bulan setelah perawatan untuk melakukan control. Kemudian secara
periodic setiap 6 bulan sekali dalam jangka waktu 2 sampai 4 tahun untuk menilai vitalitas
pulpa.
Kegagalan perawatan pulp capping biasanya dikarenakan perdarahan yang terjadi
dapat berperan sebagai penghalang sehingga tidak terjadi kontak antara bahan kalsium
hidroksida dengan jaringan pulpa. Hal ini menyebabkan proses penyembuhan pulpa
terhambat. Kegagalan perawatan ditandai dengan pemeriksaan subjektif yaitu timbulnya
keluhan, misalnya gigi sensitive terhadap rangsang panas dan dingin atau gejala lain yang
tidak diinginkan. Kemudian pada pemeriksaan objektif dengan radiografi dilihat adanya
gambaran radiolusen yang menunjukkan gumpalan darah atau terjadinya resorpsi internal.
Setelah dilakukan perawatan pulp capping dengan prognosa yang baik, maka sebagai dokter
gigi kita wajib dan harus memberi edukasi dan evaluasi mengenai perawatan tersebut kepada
pasien anak dan orang tuanya. Salah satu contohnya yaitu Dental health education. Dental
health education adalah suatu proses belajar yang ditujukan kepada individu dan kelompok
masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan gigi yang setinggi-tingginya. Suatu usaha atau
aktivitas yang mempengaruhi orang-orang untuk bertingkah laku sedemikian rupa sehingga
baik untuk kesehatan gigi dan mulut pribadi maupun masyarakat (Herijulianti, 2000).
Diharapkan dengan diberikan edukasi dan evaluasi tersebut, baik orang tua dan anak dapat
20
merubah dan menjaga oral hygine. Sebagai orang tua harus lebih memperhatikan kebersihan
mulut dari sang anak (Todd and Dodd, 1985).
Jika terdapat hal yang tidak diinginkan:
Penatalaksanaan Kedaruratan Antar Kunjungan
Kedaruratan antar kunjungan disebut juga sebagai falre-up yaitu suatu kedaruratan
murni dan demikian parahnya sehingga perlu perawatan dengan segera. Walaupun prosedur
perawatan telah dilakukan dengan hati-hati dan teliti, namun komplikasi dapat timbul berupa
nyeri dan pembengkakan. Kedaruratan antar kunjungan ini adalah peristiwa yang sangat
tidak diinginkan dan sangat mengganggu serta harus segera ditangani (Apriyono,2010).
Perawatan Flare-up
Aspek terpenting perawatan flare-up adalah menenangkan pasien. Umumnya pasien
merasa ketakutan dan kesal bahkan menyangka bahwa perawatan telah gagal dan gigi harus
dicabut. Berilah keyakinan kepada pasien bahwa rasa nyeri yang timbul dapat ditanggulangi
dan kasusnya akan segera ditangani. Kasus kedaruratan antar kunjungan dapat dibagi
menjadi kasus tanpa dan dengan pembengkakan, dan yang diagnosis awalnya pulpa vital atau
nekrosis. Jika pada diagnosis awalnya pulpa masih vital, jarang timbul flare-up (Apriyono,
2010).

6. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui edukasi pasca perawatan pulp


capping pada skenario

DENTAL HEALTH EDUCATION (DHE)


Pendidikan kesehatan gigi dan mulut atau Dental Health Education (DHE) merupakan
proses pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut.
Pendidikan kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu usaha atau atau aktivitas yang dapat
mempengaruhi individu untuk memiliki perilaku kesehatan gigi dan mulut yang baik
sehingga memiliki kebersihan gigi dan mulut yang baik. (Herijulianti dkk, 2012).
Pendidikan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya diberikan sejak usia dini, karena pada
usia dini anak mulai mengerti akan pentingnya kesehatan serta larangan yang harus dijauhi
atau kebiasaan yang dapat mempengaruhi keadaan giginya. Pemberian pendidikan
kesehatan gigi dan mulut sebaiknya diberikan pada anak usia sekolah. Sekolah Dasar (SD)
merupakan suatu kelompok yang sangat strategi suntuk penanggulangan kesehatan gigi
21
dan mulut. (Pradita, 2015)
DHE bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku individu atau sekelompok
orang yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan yang mengarah kepada upaya hidup
sehat. Perubahan sikap dan tingkah laku tersebut melalui proses dan proses memerlukan
sumberdaya baik tenaga pengajar atau orang yang mampu memberikan informasi, sarana
dan prasarana, maupun waktu yang diperlukan untuk berlangsungnya proses.
DHE dapat berupa:
1. Plak Kontrol
Tindakan untuk memeriksa kebersihan gigi dari plak menggunakan bahan pewarna
(disclosing agent), hal ini bertujuan :
a. Untuk menunjukkan gigi sudah bersih atau masih kotor
b. Untuk melihat apakah cara menyikat gigi sudah baik dan benar
Pelaksanaan: Menggunakan Zat pewarna (disclosing solution). Disclosing solution bekerja
mengubah warna plak gigi sehingga kontras dengan warna permukaan gigi yang putih.
Disclosing solution dapat dijumpai dengan berbagai sediaan berupa larutan, kapsul,
maupun tablet. Bila bahan pewarna berupa cairan atau gel, teteskan pada kapas atau cotton
bud pada seluruh permukaan gigi hingga merata. Bila bahan pewarna berupa tablet,
kunyah dan diratakan dengan lidah keseluruh pemukaan gigi. Bahan disclosing solution
yang saat ini biasa digunakan adalah eritrosin. Eritrosin merupakan salah satu bahan
pewarna merah untuk makanan dan dapat juga digunakan untuk pewarna bakteri.
Glikoprotein yang terdapat di dalam plak dapat diserap oleh zat pewarna ini sehingga plak
dapat terlihat. Pemilihan warna ini karena warna merah lebih mudah dilihat pada gigi bila
dibandingkan dengan warna lain
Penilaian : Melalui cermin dapat dilihat keadaan gigi yang masih kotor, Bagian gigi yang
masih berwarna merah menunjukkan adanya plak, apabila hal tersebut terjadi maka pasien
harus diberikan instruksi cara menyikat gigi yang benar karena menggosok gigi tiap hari
dengan cara yang salah tidaklah membantu dalam mengurangi akumulasi plak pada gigi.
2. Cara Menyikat Gigi
Menggosok gigi tiap hari dengan cara yang salah tidaklah membantu dalam mengurangi
akumulasi plak pada gigi. Metode penyikatan gigi harus dapat membersihkan semua
permukaan gigi, khsususnya daerah leher gingiva dan daerah interdental. Gerakan sikat
gigi tidak boleh melukai jaringan lukank maupun jaringan keras. Metode harus tersusun
22
dengan baik sehingga setiap bagian gigi geligi dapat disikat bergantian dan tidak ada
daerah yang terlewatkan.
3. Edukasi
a. Menjelaskan apa itu kalkulus (karang gigi)
b. Menjelaskan apa itu penyakit periodontal
c. Menjelaskan pentingnya menjaga kesehatan rongga mulut
d. Menjelaskan bahaya akibat penyakit periodontal
e. Menjelaskan pada pasien pentingnya kontrol enam bulan sekali ke dokter gigi
f. Mengajarkan pada pasien pentingnya menyikat gigi secara rutin minimal dua kali sehari
pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur
4. Instruksi
a. Mengajarkan cara mengontrol dengan memperagakan bagaimana cara menyikat gigi
yang benar
b. Penggunaan dental floss dan obat kumur.
c. Mengajarkan pada pasien bagaimana cara memilih makanan yang sehat dan bergizi.
5. Macam-Macam Perawatan Gigi
a. Sikat gigi masal / bersama .
b. Skaling supragingiva
c. Pencegahan Karies Dengan Flour
d. Makanan atau Nutrisi untuk Kesehatan Gigi
Pada dasarnya karbohidrat dalam makanan merupakan substrat untuk bakteri, yang melalui
proses sintesa akan diubah menjadi zat-zat yang merusak jaringan mulut. Adapun makanan
yang dianjurkan adalah makanan yang banyak mengandung serat dan air, Jenis makanan
ini memiliki efek cleansing yang baik serta vitamin yang terkandung didalamnya akan
memberi daya tahan pada jaringan peyangga gigi.
6. Pemeriksaan Berkala
Salah satu hal yang wajib dilakukan dan sangat penting untuk menjaga kesehatan gigi dan
mulut adalah memeriksakan dan membersihkan gigi secara teratur. Hal ini bisa mencegah
karang gigi, gusi sakit, gigi berblubang, kangker mulut, dan penyakit gigi lainnya.
Lakukan kunjungan ke dokter gigi setiap enam bulan sekali untuk mengetahui kelainan
dan penyakit gigi dan mulut yang mungkin terjadi secara dini.

23
KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI (KIE)
Pada kunjungan pertama,dilakukan pemeriksaan lengkap dilakukan komunikasi,
informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan gigi mulut dan profilaksis oral (pemberian antibiotik).
Saat KIE, anak diberikan sejelas mungkin tentang perawatan yang akan diberikan, waktu dan
prosedur perawatan, dan pentingnya bekerja sama selama perawatan.
KIE  dalam program kesehatan ditujukan untk meningkatkan kepedulian dan mengubah
sikap untuk menghasilkan suatu sebuah perubahan perilaku yang spesifik. IEC berarti berbagi
informasi dan ide melalui cara-cara yang dapat diterima oleh komunitas, dan menggunakan
saluran, metode maupun pesan yang tepat. Hal ini lebih luas dari pengembangan materi
pendidikan kesehatan karena meliputi proses komunikasi dan membangun jaringan
komunikasi.
KIE  harus melibatkan partisipasi aktif dari target audiens dan menggunakan metode maupun
teknik yang familiar bagi audiens. KIE merupakan alat yang penting dalam promosi kesehatan
untuk menciptakan linkungan yang mendukung dan penguatan aksi-aksi komunitas serta
berperan penting dalam perubahan perilaku.
Komunikasi adalah tentang pertukaran informasi, berbagi ide dan pengetahuan. Hal ini
berupa proses dua arah dimana informasi, pemikiran, ide, perasaan atau opini
disampaikan/dibagikan melalui kata-kata, tindakan maupun isyarat untuk mencapai
pemahaman bersama. Komunikasi yang baik berarti bahwa para pihak terlibat secara aktif. Hal
ini akan menolong mereka untuk mengalami cara baru mengerjakan atau memikirkan sesuatu,
dan hal ini kadang-kadang disebut pembelajaran partifipatif.
Semua aktifitas manusia melibatkan komunikasi, namun karena kita sering
menerimanya begitu saja, kita tidak selalu memikirkan bagaimana kita berkomunikasi dengan
yang lain dan apakah efektif atau tidak.  Komunikasi yang baik melibatkan pemahaman
bagaimana orang-orang  berhubungan dengan yang  lain, mendengarkan apa yang dikatakan
dan mengambil pelajaran dari hal tersebut.

Efektifitas komunikasi tergantung kepada:


1.   Sumbernya (sikap, pengetahuan, kemampuan berkomunikasi, kesesuaian dengan system
sosial dan budaya)
2.     Pesannya ( jelas, sederhana, spesifik, factual, tepat, relevan, sesuai konteks waktunya)
3.   Penerima (sikap, persepsi, kemampuan komunikasi, pengetahuan, system sosial dan

24
budaya.
Daftar Pustaka
Andlaw, R. J. 1992. Perawatan gigi anak. Jakarta: widya medika.
Apriyono, Dwi Kartika. 2010. Kedaruratan Endodontik. Stomatognatic (J.K.G. Unej) Vol. 7
No. 1 : 45-50. Jember: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.
Baum, phillips, lund. 1997. Buku ajar ilmu konservasi gigi : Jakarta.EGC.
Burns, C. R., Cohen, S., 1994, Pathways of The Pulp, 6 th  Ed, Mosby-Year Book, Philadelphia
Haryuni, Rizky Fitri, Eva Fauziyah. Penata laksanaan FrakturEllis Klas II Pada Gigi Tetap
Muda. Indonesian Journal of Paediatric Juli 2018;1(1):166-172
Fagundes et al.2009. Indirect pulp treatment in a permanent molar: case report of 4
years follow up: Journal of Applied Oral Science.
Miloro, M, 2004,  Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Surgery, BC Decker Inc
Hamilton London
Tarigan; editor, Lilian Yuwono. - Ed. 3 –  Jakarta: EGC, 1997

25
26
27

Anda mungkin juga menyukai