i
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia
Perkembangan Ekonomi
Global
Perkembangan Ekonomi
Individu Negara
Perkembangan Pasar Keuangan
Dan Pasar Komoditas
Perkembangan Kerjasama Internasional
dan Lembaga Internasional
Artikel
Direktorat Internasional
i
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007
Alamat Redaksi:
Biro Kerjasama dan Studi ASEAN
Direktorat Internasional
Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 6
Jl. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10110
Telepon: (021) 381-8196, 381-8048, Faksimili: (021) 3857358
ii
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia
Kata Pengantar
Ekonomi dunia yang masih dalam proses pemulihan pascakrisis global 2008 kini terpukul
krisis utang yang semakin mendera Kawasan Euro. Dengan akar krisis yang bersifat struktural
dan tingginya ketidakpastian akibat upaya recovery yang berlarut-larut, krisis utang di negara-
negara periferal Kawasan Euro kini mulai menjalar ke negara-negara core kawasan seperti Jerman
dan Perancis melalui kenaikan yield obligasi, proses bank deleveraging, dan dampak konsolidasi
fiskal negara-negara kawasan. Ketidakpastian di pasar keuangan global yang ditimbulkannya
dan perlambatan ekonomi kawasan ini selanjutnya tidak hanya menekan ekonomi negara-negara
maju yang memang masih rentan namun juga mulai berdampak pada kinerja ekonomi negara-
negara emerging yang tadinya diyakini imun dari krisis Eropa.
Akar krisis utang Kawasan Euro yang bersifat struktural sebagian merupakan imbas dari
pembentukan monetary union itu sendiri. Kestabilan dan kredibilitas yang diperoleh monetary
union telah melahirkan insentif yang salah, yaitu ketika sovereign debts dapat diterbitkan dengan
sangat mudah oleh negara-negara yang berdaya saing rendah dan memiliki masalah stuktural
ekonomi. Keterikatan dengan kawasan juga membuat negara-negara yang secara struktural
tidak sehat tersebut kehilangan kemampuan untuk melakukan langkah penyesuaian baik sebelum
maupun selama krisis.
Perkembangan yang tidak kalah menarik, di tengah krisis utang Kawasan Euro dan
pemangkasan rating sovereign sejumlah negara kawasan tersebut, Indonesia justru memperoleh
kembali peringkat investment grade dari lembaga rating internasional Fitch setelah 14 tahun
menanti dan bekerja keras. Peningkatan rating itu menunjukkan bahwa meskipun krisis ekonomi
dan keuangan tengah menghantam negara-negara maju dan emerging, ketahanan fundamental
ekonomi Indonesia masih dapat dipertahankan. Stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan
juga tetap terjaga. Namun, meski berdampak positif pada penurunan biaya dana bagi pemerintah
dan swasta Indonesia, Pemerintah dan swasta Indonesia harus senantiasa melakukan pengelolaan
utang luar negeri secara berhati-hati dan menghindari keterlenaan (complacency) yang ditengarai
justru menjadi akar krisis utang di Kawasan Euro dewasa ini.
Pembaca yang budiman, selamat menikmati persembahan Buletin PEKKI edisi triwulan
terakhir 2011 dari kami ini.
Direktorat Internasional
iii
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007
Daftar Isi
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................ .............. iii
iv
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia
v
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007
Daftar Singkatan
AC Advanced Countries
ABS Asset- Backed Securities
ADL Autoregressive Distributed Lag
AFAS ASEAN Framework Agreement on Services
AFI Alliance for Financial Inclusion
AIA ASEAN Investment Area
AMRO ASEAN+3 Macroeconomic Research Office
APP Asset Purchase Program
ASA ASEAN Swap Arrangement
ASEAN Association of South East Asian Nations
ASEAN+3 Kelompok Kerjasama ASEAN dengan China, Jepang, dan Korea Selatan
ASEAN5 Negara ASEAN yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand,
Filipina
ASEAN6 Negara ASEAN yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand,
Filipina dan Vietnam
Aspac Asia Pasifik
BANXICO Bank Sentral Mexico
BBM Bahan Bakar Minyak
BCB Banco Central do Brazil/bank Sentral Brazil
BCBS Basel Committee on Banking Supervision
BIS Bank for International Settlements
BNM Bank Negara Malaysia
BOE Bank of England
BOK Bank of Korea
BOJ Bank of Japan
BOT Bank of Thailand
BRIC Negara Brazil, Rusia, India, dan China
BSP Bangko Sentral ng Pilipinas/Bank Sentral Philipina
BUMN Badan Usaha Milik Negara
CAP Cannes Action Plan
CDS Credit Default Swap
CF Consensus Forecast
CGFS Committee on the Global Financial System
vi
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia
vii
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007
viii
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia
ix
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan II 2007
x
Ringkasan Eksekutif
Ringkasan Eksekutif
Prospek pemulihan ekonomi global meredup dan risiko meningkat tajam di TW4-11
terutama akibat spillover krisis Eropa
Eropa. Pertumbuhan ekonomi dunia di triwulan tersebut tercatat
3,6% yoy, melambat dari triwulan sebelumnya. Pertumbuhan Kawasan Euro sebagai episenter
krisis turun drastis dengan PDB di TW4-11 tercatat hanya 0,8% yoy dari 1,3% triwulan
sebelumnya. Hal ini diperkirakan sebagai dampak dari tingginya ketidakpastian penyelesaian
krisis utang di negara periferal Euro yang mulai menjalar ke negara core Euro dan perbankan
kawasan. Pukulan terhadap kawasan ini berasal dari kenaikan yield obligasi, bank deleveraging,
dan dampak konsolidasi fiskal yang masih berlangsung. Belum terlihatnya langkah-langkah
recovery yang solid atas permasalahan utang dan ekonomi fundamental negara periferal Euro,
dinamika politik yang kurang menguntungkan, dan sistem keuangan yang memiliki eksposur
yang besar terhadap utang negara periferal Eropa mengakibatkan kawasan ini sulit bangkit
dalam waktu singkat.
Melemahnya prospek perekonomian global dan belum tuntasnya penanganan krisis Eropa
tersebut menular pada penurunan kinerja perekonomian di negara maju dan emerging.
Perekonomian AS di TW4-11 masih lemah meski perlambatan cenderung tertahan. PDB di triwulan
tersebut tercatat 1,6% yoy (CF Januari 2012), sedikit lebih baik dari 1,5% di triwulan sebelumnya.
Walaupun sejumlah leading indicator investasi AS menunjukkan perbaikan, namun aktivitas
ekonomi AS diperkirakan masih rentan, mengingat perekonomian AS masih menyimpan sejumlah
risiko, seperti terbatasnya stimulus fiskal, menurunnya kepercayaan bisnis dan konsumen, serta
imbas krisis Eropa. Perekonomian Jepang di TW4-11 kembali terkontraksi setelah mengalami
penguatan yang cukup signifikan pascabencana gempa dan tsunami. Negara-negara emerging
yang sebelumnya diperkirakan relatif imun krisis Eropa ternyata melambat lebih besar dari dugaan
semula sebagai dampak pelemahan permintaan global dan kebijakan ketat periode sebelumnya.
Seperti banyak dialami negara emerging lainnya, melemahnya konsumsi domestik dan kinerja
ekspor merupakan faktor utama di balik penurunan pertumbuhan negara-negara emerging Asia
yang sangat bergantung pada kinerja ekspor, seperti China, Korea dan Thailand. Namun, meski
masih rentan, kinerja ekonomi negara emerging relatif positif dan berlanjut dengan ditopang
oleh aktivitas konsumsi berkat dukungan stimulus pemerintah. Dengan perkembangan ini,
pertumbuhan ekonomi global 2011 dan 2012 diperkirakan mencapai 3,8% yoy dan 3,3% (WEO
Januari 2012 Update), turun dari 5,1% yoy tahun 2010.
1
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
Selain kurang efektifnya kekuatan politik, berlarutnya krisis utang Kawasan Euro juga
mengindikasikan bahwa akar permasalahan kawasan ini bersifat fundamental dan beberapa di
antaranya bahkan merupakan imbas dari pembentukan monetary union itu sendiri
sendiri. Kestabilan
dan kredibilitas yang diperoleh monetary union telah menimbulkan insentif yang salah, yaitu
ketika sovereign debts dapat diterbitkan dengan sangat mudah oleh negara-negara yang berdaya
saing rendah dan memiliki masalah stuktural untuk membiayai pengeluarannya. Terlebih lagi,
ketika sovereign debts tersebut kemudian dibeli oleh perbankan dari negara-negara yang
memfasilitasi penerapan mekanisme insentif tersebut, ilusi risiko yang rendah semakin membuat
kesalahan ini menjadi rumit. Salah kelola perekonomian melalui kesalahan dalam pemanfaatan
insentif yang lahir dari pembentukan kawasan telah mengakumulasi pemburukan dalam kurun
waktu yang lama. Lebih jauh lagi, keterikatan dengan kawasan juga membuat negara-negara
yang secara struktural tidak sehat kehilangan kemampuan untuk melakukan penyesuaian-
penyesuaian, baik sebelum krisis maupun setelah krisis terjadi. Pelajaran ini seakan mengkonfirmasi
adagium lama tentang bahaya keterlenaan (complacency) dan pentingnya untuk terus menjaga
asas prudensial dalam pengelolaan ekonomi.
Tekanan inflasi telah mencapai puncaknya di TW3-11 dan cenderung melemah secara
merata pada TW4-11 seiring dengan perlambatan permintaan dan turunnya harga komoditi
komoditi.
Namun, inflasi dunia untuk keseluruhan 2011 masih tercatat 5,0% yoy, jauh meningkat dari
3,8% tahun 2010, yang lebih bersumber dari inflasi di negara emerging. Peningkatan inflasi
dalam waktu satu tahun terakhir telah mendekati atau bahkan lebih dari target atau kisaran
aman bank sentral di sejumlah negara, walaupun tingkatnya masih di bawah level sebelum
krisis. Inflasi negara maju di 2011 diperkirakan mencapai 2,7% yoy (WEO Januari 2012 Update),
lebih tinggi dari 1,6% tahun sebelumnya. Sementara itu, inflasi negara emerging di tahun yang
sama diperkirakan 7,3%, atau 1,2% lebih tinggi dari 2010. Ke depan inflasi dunia diperkirakan
akan melemah seiring dengan moderasi permintaan global dan harga komoditas dengan inflasi
2012 diperkirakan 3,7% yoy. Sejumlah risiko tekanan inflasi terutama terkait dengan gejolak
politik Timur Tengah, termasuk krisis politik Suriah dan nuklir Iran yang dapat kembali mendorong
kenaikan harga minyak. Kebijakan quantitative easing ke-3 (QE3) AS juga berpotensi menambah
tekanan harga komoditas global.
Krisis utang Kawasan Euro yang berlarut menekan pasar keuangan dan pasar komoditi
global di TW4-11
TW4-11. Pasar keuangan di Kawasan Euro masih rentan sebagai imbas memburuknya
krisis utang dan kepercayaan terhadap perbankan kawasan yang diperkirakan memiliki eksposur
tinggi pada negara PIIGS. Joint action enam (6) bank sentral dunia sejak akhir November 2011
lalu, implementasi langkah non-standar, dan langkah quantitative easing (QE) berupa penawaran
pinjaman kepada 500 bank di Eropa belum mampu melonggarkan likuiditas USD dan mengurangi
tekanan di pasar keuangan. Akibatnya, perilaku risk averse investor masih berlanjut dan menular
2
Ringkasan Eksekutif
ke pasar keuangan global yang pada akhirnya berimbas pada penurunan kinerja pasar saham
dan keuangan lainnya baik di negara maju maupun emerging. Di tengah situasi tersebut, tidak
heran yield obligasi G3 masih menunjukkan tren menurun berkaitan dengan statusnya sebagai
instrumen safe haven. Hanya perlu dicatat bahwa di tengah situasi tersebut, kinerja obligasi
Indonesia dan sebagian negara peers umumnya masih terjaga berkat masih solidnya fundamental
ekonomi. Di sisi currency, aliran modal ke instrumen safe haven ini tidak ayal mendorong depresiasi
mayoritas mata uang global relatif terhadap USD. Berbeda dengan kondisi di pasar keuangan
konvensional, pasar sukuk dan pasar saham berbasis syariah masih menunjukkan kinerja positif
dari triwulan sebelumnya. Peningkatan penerbitan obligasi sukuk sebagian didorong oleh
keyakinan atas daya tahan pasar keuangan syariah terhadap krisis. Namun, pasar keuangan
syariah juga tidak sepenuhnya bebas dari dampak krisis utang Eropa. Ini terlihat dari shifting
penerbitan sukuk dari korporasi kepada pemerintah dan kenaikan yield sukuk benchmark. Di
pasar komoditi, tren harga komoditas cenderung melemah namun masih di level tinggi. Penurunan
tersebut terjadi baik pada komoditas energi (kecuali minyak), logam, dan pangan (kecuali beras)
sehubungan dengan prospek pelemahan ekonomi dunia.
Krisis utang Kawasan Euro dan upaya mitigasi dampaknya pada pertumbuhan dan stabilitas
ekonomi menjadi fokus bahasan berbagai fora kerjasama regional dan multilateral
multilateral. Di tataran
regional, bank sentral dan otoritas moneter di kawasan EMEAP terus berupaya untuk melakukan
penguatan financial safety net (FSN) guna mengantisipasi potensi risiko pembalikan arus modal
yang dapat mengganggu stabilitas ekonomi dan keuangan di kawasan. Negara-negara ASEAN+3
(ASEAN dan China, Jepang, dan Korea) memfokuskan diri pada upaya peningkatan daya tahan
kawasan melalui intensifikasi penguatan AMRO sebagai unit surveillance independen dan
pembentukan crisis prevention facility (mekanisme pencegahan krisis). Pembentukan mekanisme
pencegahan krisis di bawah ASEAN+3 ini melengkapi fasilitas IMF yang telah hadir lebih dulu. Di
tataran multilateral, atas mandat yang diberikan oleh G-20, IMF sendiri tengah me-review
efektivitas fasilitas IMF dalam membantu negara anggota dalam menghadapi krisis, khususnya
instrumen Flexible Credit Line (FCL) dan Precautionary Credit Line (PCL). Secara umum, FCL dan
PCL dipandang berhasil mencapai tujuannya sebagai jaminan bagi negara anggota IMF dalam
memitigasi risiko sistemik, termasuk risiko volatilitas nilai tukar. Namun, sebagaimana pengalaman
beberapa negara penerima, penggunaan FCL dan PCL perlu ditingkatkan efektivitasnya terutama
terkait pengikisan stigma IMF dan subjektivitas saat aplikasi penarikan. Sementara itu, untuk
memitigasi krisis utang Kawasan Euro pada pertumbuhan ekonomi, negara-negara anggota G-
20 sepakat mengambil langkah secara lebih nyata untuk memulihkan kepercayaan, stabilitas
keuangan, dan pertumbuhan ekonomi. Seluruh anggota bertekad untuk melaksanakan reformasi
struktural guna meningkatkan potensi pertumbuhan dan menciptakan lapangan kerja, dan
menempuh kebijakan moneter dalam rangka menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan.
3
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
Pemburukan krisis utang Kawasan Euro yang diperkirakan masih berlangsung beberapa
lama perlu diwaspadai oleh negara-negara emerging di dunia, termasuk Indonesia. Dari sudut
pandang hubungan keuangan dengan Indonesia, khususnya dalam bentuk utang luar negeri
(ULN) swasta, krisis utang Kawasan Euro diperkirakan hanya berdampak terbatas pada Indonesia.
Perlu dicatat, selain ULN yang didapat langsung dari kreditor (perbankan) Eropa, ULN swasta
dapat pula dilakukan melalui kreditor perbankan Singapura yang memiliki afiliasi dengan
perbankan Eropa. Terbatasnya dampak dari krisis utang Kawasan Euro tersebut disebabkan oleh
aliran pembiayaan ULN swasta Indonesia yang berasal dari Eropa relatif rendah dibandingkan
dengan ULN dari belahan dunia lainnya, khususnya (perbankan) Asia. Dalam kaitan ini,
kecenderungan penurunan yang terbatas terhadap ULN dari Eropa akhir-akhir ini diindikasikan
dapat digantikan perannya oleh perbankan di Asia-Pasifik. Dengan demikian, ULN swasta
Indonesia ke depan diperkirakan masih akan tetap tumbuh dalam teritori positif walau akan
mengalami sedikit perlambatan akibat krisis utang Eropa yang berlarut.
Perkembangan yang tidak kalah menarik, di tengah krisis utang Kawasan Euro dan
pemangkasan rating sovereign sejumlah negara kawasan tersebut, Indonesia justru memperoleh
kembali peringkat investment grade dari lembaga rating internasional Fitch setelah 14 tahun
keras. Peningkatan rating itu menunjukkan bahwa meskipun krisis ekonomi
menanti dan bekerja keras
dan keuangan tengah menghantam negara-negara maju, ketahanan fundamental ekonomi
Indonesia masih dapat dipertahankan. Stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan juga tetap
terjaga. Creditworthiness Indonesia dinilai semakin baik oleh lembaga rating internasional tersebut
sehingga para lembaga rating akhirnya meningkatkan peringkat Indonesia ke investment grade.
Selain berdampak positif terutama pada biaya dana bagi pemerintah dan swasta, pencapaian
investment grade juga memberi tantangan bagi Indonesia khususnya dalam bentuk ancaman
overborrowing syndrome yang dapat melahirkan krisis berikutnya. Ini harus memicu Pemerintah
dan swasta Indonesia untuk tetap melakukan pengelolaan pinjaman secara berhati-hati dan
menghindari keterlenaan (complacency) yang ditengarai menjadi salah satu akar krisis utang di
Kawasan Euro saat ini.
4
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global
BAB
1
Perkembangan Ekonomi Global
Prospek pemulihan ekonomi global meredup dan risiko meningkat tajam di TW4-11
terutama akibat spillover krisis Eropa. Pertumbuhan ekonomi dunia di triwulan tersebut tercatat
3,6% yoy, melambat dari triwulan sebelumnya. Kawasan Euro sebagai episenter krisis terus
melambat dengan PDB di TW4-11 hanya 0,8% yoy, jatuh dari 1,3% triwulan sebelumnya. Pukulan
terhadap kawasan ini berasal dari kenaikan yield obligasi, bank deleveraging, dan dampak
konsolidasi fiskal yang masih berlangsung. Negara-negara emerging yang sebelumnya diperkirakan
relatif imun dari krisis Eropa ternyata melambat lebih besar dari dugaan semula sebagai dampak
pelemahan permintaan global dan kebijakan ketat periode sebelumnya. Meski masih rentan,
kinerja negara-negara maju lainnya justru relatif positif dan berlanjut dengan ditopang oleh
aktivitas konsumsi AS dan investasi Jepang yang membaik. Harga komoditi dunia yang cenderung
menurun juga turut menopang pemulihan. Dengan perkembangan ini, perekonomian global
2011 diperkirakan tumbuh 3,8% yoy (WEO Januari 2012 Update), turun dari 5,1% yoy tahun
sebelumnya. PDB 2012 diperkirakan melemah ke 3,3% yoy.
Tekanan inflasi dunia telah mencapai puncaknya di TW3-11 dan cenderung melemah
secara merata pada triwulan laporan seiring dengan perlambatan global dan turunnya harga
komoditi. Namun, untuk keseluruhan 2011, inflasi dunia tercatat 5,0% yoy, jauh meningkat
dari 3,8% tahun 2010. Kecuali harga minyak, mayoritas pergerakan harga komoditas di triwulan
akhir 2011 berada dalam tren yang melemah. Sementara itu, berbagai indikator risiko di pasar
keuangan menunjukkan masih tingginya ketidakpastian meski tanda-tanda stabilisasi mulai
terlihat. Kondisi pasar keuangan di Kawasan Euro masih rentan sebagai imbas memburuknya
krisis utang kawasan dan krisis kepercayaan terhadap kesehatan perbankan kawasan yang
diperkirakan memiliki eksposur tinggi pada negara PIIGS. Joint action enam (6) bank sentral
dunia sejak akhir November 2011 lalu, implementasi langkah-langkah non-standar, dan langkah
quantitative easing (QE) berupa penawaran pinjaman kepada 500 bank di Eropa diperkirakan
hanya berdampak sementara dalam melonggarkan likuiditas USD dan tekanan di pasar keuangan.
5
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
Prospek perekonomian global masih menghadirkan sejumlah risiko dengan arah yang
memburuk dibandingkan triwulan-triwulan sebelumnya. Setidaknya terdapat tiga risiko di negara
maju yang perlu diwaspadai, yakni (i) ketidakmampuan pemimpin negara-negara EU dalam
mengatasi permasalahan rentannya ekonomi sejumlah negara dan perbankan, (ii) ancaman resesi
di AS, dan (iii) tingginya risiko perbankan dunia yang menimbulkan instabilitas pada sistem
keuangan dunia. Di negara-negara emerging, sejumlah risiko juga masih menghantui. Krisis
utang Eropa yang tidak kunjung terselesaikan dapat berdampak pada perlambatan ekonomi
global yang lebih tajam yang mengancam kinerja ekspor negara emerging.
6
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global
Januari 2012), sedikit lebih baik dari 1,5% akan mulai memasuki periode kontraksi dalam
triwulan sebelumnya.. Sejumlah leading jangka waktu yang relatif panjang setidaknya
indicator investasi AS menunjukkan perbaikan. hingga TW3-12. Berdasarkan perkembangan
Namun, aktivitas ekonomi ke depan termasuk terakhir, ekonomi Kawasan Euro di 2012
investasi diperkirakan masih rentan. Di sektor diperkirakan akan memasuki periode kontraksi
eksternal, menurunnya aktivitas ekonomi dalam jangka waktu yang relatif panjang
global berdampak pada melemahnya kinerja setidaknya hingga TW3-12. Belum terlihatnya
sektor eksternal, yang pada gilirannya langkah-langkah recovery yang solid atas
menyebabkan defisit neraca perdagangan permasalahan hutang dan ekonomi
melebar. Beberapa faktor yang diperkirakan fundamental negara periferal Euro, dinamika
menjadi potensi downside risks ekonomi AS politik yang kurang menguntungkan, dan
meliputi (i) kerentanan sektor tenaga kerja dan sistem keuangan yang memiliki eksposur yang
properti; (ii) kerentanan solvabilitas keuangan besar terhadap utang negara periferal Eropa
pemerintah; (iii) tekanan inflasi; (iv) mengakibatkan kawasan ini sulit bangkit dalam
pemburukan krisis utang di Kawasan Euro yang waktu singkat. Beratnya permasalahan
dikhawatirkan merambat ke krisis perbankan; fundamental di negara kawasan ini
(v) penurunan kepercayaan konsumen/bisnis; menyebabkan target defisit fiskal diperkirakan
dan (vi) kegagalan super committee mencapai sulit tercapai. Defisit fiskal Spanyol dan Yunani
kesepakatan penurunan utang pemerintah di 2011 lebih besar dari perkiraan semula dan
sebesar USD1,5 triliun yang dapat berdampak melampaui prediksi EU. Reformasi struktural
pada automatic spending cuts senilai USD1,2 melalui pembenahan efisiensi dan produktivitas
triliun. PDB 2012 diprediksi tumbuh 1,8% yoy membutuhkan proses panjang dan berat.
(WEO Januari 2012 Update), lebih rendah dari Jerman dan Perancis yang selama ini menjadi
2,0% yoy proyeksi September 2011. Pada penopang utama kinerja ekonomi kawasan
Januari 2012, Fedres juga menurunkan juga turut terkena imbas krisis utang di negara
proyeksi PDB 2012 menjadi di kisaran 2,2%- periferal Euro (PDB sejak TW2-11 turun
2,7% yoy dari semula 2,5% - 2,9% yoy. signifikan). Secara keseluruhan, berdasarkan
WEO Januari 2012 Update , PDB di 2012
Ekonomi Kawasan Euro di 2011
diprediksi terkontraksi 0,5% yoy.
mengalami pemburukan dengan cepat dan
terus berlanjut hingga TW4-11. Pemburukan Perekonomian Jepang di TW4-11
ekonomi Euro diperkirakan sebagai dampak kembali terkontraksi, setelah mengalami
dari tingginya ketidakpastian penyelesaian penguatan yang cukup signifikan di triwulan
krisis utang di negara periferal Euro yang mulai sebelumnya pascabencana gempa dan tsunami.
menjalar ke negara core Euro dan perbankan Selama Ωtriwulan laporan terkontraksi lebih
kawasan. Berdasarkan perkembangan terakhir, dalam dibandingkan triwulan sebelumnya
ekonomi kawasan Eropa di 2012 diperkirakan dengan pertumbuhan ekonomi sebesar minus
7
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
0,6% qoq atau minus 1,0% yoy. Dengan berpengaruh pada permintaan domestik yang
perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi cenderung menurun khususnya pada aktivitas
selama 2011 terkontraksi sebesar 0,9% yoy,Ω konsumi. Kinerja pertumbuhan ekspor terus
jauh menurun dari 2010 yang tumbuh 4,4% menurun,di tengah masih tingginya kebutuhan
yoy.ΩHal ini khususnya diakibatkan olehΩ impor sebagai upaya rekonstrusi pascagempa
melemahnya perekonomian global khususnya dan tsunami berdampak pada defisit neraca
di kawasan Eropa yang menurunkan ekspor, berjalan yang semakin melebar. Di 2012 aktivitas
banjir di Thailand yang mempengaruhi proses perekonomian Jepang diperkirakan akan
produksi, dan apresiasi nilai tukar Yen yang kembali mencatat pertumbuhan yang
mengurangiΩ tingkat daya saing ekspor. Berbagai positif dan WEO Januari 2012 memperkirakan
kondisi tersebut selain berpengaruh pada kinerja bahwa perekonomian Jepang akan tumbuh
ekspor yang cenderung menurun, juga 1,7% yoy.
% yoy % yoy
10 10
FORECAST FORECAST
8 8
6 6
4 4
2 2
0 0
Dunia
-2 -2
Dunia Kawasan Amerika
-4 Negara Maju -4 Kawasan Eropa
Negara Berkembang Kawasan Aspac
-6 -6
Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Sumber : Bloomberg, Consensus Forecast, data diolah Sumber : Bloomberg, Consensus Forecast, data diolah
Grafik 1.1 PDB Dunia Grafik 1.2 PDB Dunia (per Kawasan)
Grafik 1.3 PMI Dunia Grafik 1.4 Leading Indikator (Negara Maju)
8
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global
Ekspansi ekonomi negara emerging satu tahun terakhir telah mendekati/lebih dari
diperkirakan juga melambat pada triwulan target atau kisaran aman bank sentral di
terakhir 2011 sebagai dampak kebijakan ketat sejumlah negara, walaupun tingkatnya masih
sebelumnya hingga pertengahan 2010 dan di bawah level sebelum krisis. Inflasi negara
perlambatan ekonomi dunia. Dibayangi krisis maju di 2011 diperkirakan mencapai 2,7% yoy
utang Eropa yang tidak kunjung usai dan (WEO Januari 2012 Update), lebih tinggi dari
ancaman resesi global, pertumbuhan ekonomi 1,6% tahun sebelumnya. Sementara itu, inflasi
China pada TW4-11 diperkirakan hanya negara emerging di tahun yang sama
mencapai 8,9% yoy (CF Januari 2012), diperkirakan 7,3% (WEO Januari 2012
melambat dari 9,1% yoy (TW3-11). Update), atau 1,2% lebih tinggi dari 2010.
Perekonomian China tahun 2011 diperkirakan Untuk keseluruhan 2011, inflasi dunia tercatat
hanya tumbuh 9,2% yoy, jatuh dari 10,3% 5,0% yoy, jauh meningkat dari 3,8% tahun
pertumbuhan 2010 dan lebih rendah dari 2010. Ke depan inflasi dunia diperkirakan akan
perkiraan 9,5% dalam WEO September 2011. melemah seiring dengan moderasi permintaan
Seperti halnya banyak negara emerging global dan harga komoditas internasional
lainnya, melemahnya konsumsi domestik dan dengan inflasi 2012 diperkirakan sekitar 3,7%
kinerja ekspor merupakan faktor utama di balik yoy. Sejumlah risiko tekanan inflasi ke depan
penurunan pertumbuhan China. Permintaan terutama terkait dengan gejolak politik Timur
domestik cenderung melambat (terutama Tengah, termasuk krisis Suriah dan masalah
investasi) akibat masih dipertahankannya nuklir Iran yang dapat kembali mendorong
kebijakan moneter ketat dan turunnya kenaikan harga minyak. Kebijakan quantitative
permintaan ekspor. Negara-negara emerging easing ke-3 (QE3) di AS juga berpotensi
Asia yang sangat bergantung pada kinerja menambah tekanan harga komoditas global.
ekspor (seperti Korea dan Thailand) mengalami
Mayoritas pergerakan harga komoditas
perlambatan ekonomi signifikan di 2011. BoK
di triwulan akhir 2011 berada dalam tren yang
merevisi turun perkiraan pertumbuhan 2011
melemah. Ancaman perlambatan ekonomi
dan 2012 menjadi masing 3,8% yoy dan 3,7%
global seiring masih berlanjutnya krisis utang
yoy dari 4,3%yoy dan 4,6%yoy. Di Thailand,
di Eropa dan krisis fiskal di AS yang akan
selain perlambatan permintaan global,
menurunkan permintaan menjadi faktor di
bencana banjir memberi dampak negatif yang
balik pelemahan harga komoditas tersebut.
besar terhadap perekonomian. PDB Thailand
Namun demikian, beberapa komoditas masih
di TW4-11 diperkirakan terkontraksi 2,6% yoy.
berada dalam level yang tinggi terutama
Tekanan inflasi dunia telah mencapai dibandingkan level 2010. Harga minyak masih
puncaknya di TW3-11 dan cenderung unggul di antara komoditas energi lainnya
melemah pada triwulan laporan (Grafik 1.5 dan dengan tetap stabil tinggi. Ketidakpastian
Grafik 1.6). Peningkatan inflasi dalam waktu ekonomi global juga menyebabkan harga emas
9
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
% yoy % yoy
10 7
Dunia FORECAST Dunia
FORECAST
Negara Maju 6 Kawasan Eropa
8
Negara Berkembang Kawasan Amerika
5 Kawasan Aspac
6
4
4
3
2
2
0 1
-2 0
Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2 Q4 Q2
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Sumber : Bloomberg, Consensus Forecast Sumber : Bloomberg, Consensus Forecast
Grafik 1.5 Inflasi Dunia Grafik 1.6 Inflasi Dunia (per Kawasan)
10
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global
%
2,5 28 55
Spread Libor-Policy Rate JPMorgan G7 Exchange Rate
26 50
2 Spread Libor-OIS JPMorgan Emerging Exchange Rate
24 VIX (rhs) 45
1,5 22
40
20
1 35
18
30
0,5 16
25
14
0
12 20
-0,5 10 15
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des 2 17 28 7 19 30 15 25 5 15 28 10 20 2 12 22
Jan Mar Mei Ags Okt Des Mar Mei Ags Okt Des Mar Mei Ags Okt Des
2008 2009 2010 2011
2009 2010 2011
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
Grafik 1.7 Rata-rata Spread Libor Policy Rate Grafik 1.8 Implied Volatility
dan Spread Libor OIS di G3 (Rata-rata Bergerak 20-hari)
11
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
20 50 50
0 0 0
30 30 30 30 30 30 21 21 21 21 21 21 21 21 21
Sep Des Mar Jun Sep Des Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des
2010 2011 2012 2009 2010 2011
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
Grafik 1.9 CDS Negara Maju Grafik 1.10 CDS Negara Berkembang
12
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global
100 80
90
Dow Jones (AS) 75
95 80
S&P (AS) 70
90 Stoxx 50 (Kawasan Euro), rhs 70
65
Nikkei 225 (Jepang), rhs
85 60 60
Jan FebMar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt NovDes Jan FebMar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt NovDes Jan FebMar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan FebMar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2010 2011 2010 2011
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
Indeks
Jan-10=100
170
STI (Singapura) KLCI (Malaysia) TW4-11
160
SET (Thailand) JCI (Indonesia)
150 PCOMP (Filipina)
140
130
120
110
100
90
80
Jan FebMar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan FebMar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2010 2011
Sumber : Bloomberg
13
14
Tabel 1.1 PDB Dunia (Heat Map)
% yoy
Pangsa Terhadap WEO Januari 2012 Update ***) Perkiraan PEKKI Edisi Sebelumnya Perkiraan Terkini Consensus Forecast**
Negara/Kawasan TW1-10 TW2-10 TW3-10 TW4-10 2010 2011E 2012E 2013E
Dunia Kawasan 2011E 2012E 2013E
2010 2011E 2012E TW4-11 2011E 2012E
2010E 2010E TW1-11 TW2-11 TW3-11 TW4-11 TW1-12 TW2-12 TW3-12 TW4-12 TW1-13 TW2-13
Dunia* 1,00 5,2 3,8 3,3 3,8 3,9 3,9 5,1 5,1 5,0 4,7 4,2 3,8 3,8 3,6 3,5 3,6 3,7 3,8 4,1 4,2 4,9 3,8 3,6 4,1
Negara Maju* 0,53 3,2 1,6 1,2 1,6 1,7 1,8 2,7 3,2 3,3 2,8 2,2 1,4 1,5 1,3 1,5 1,7 1,6 1,8 2,0 2,1 3,0 1,6 1,6 2,1
Negara Emerging* 0,47 7,3 6,2 5,4 6,0 6,2 5,9 7,7 7,2 6,9 6,9 6,4 6,3 6,1 6,0 5,5 5,6 5,8 5,9 6,2 6,2 6,9 6,2 5,7 6,1
Kawasan Amerika* 0,301 1,000 3,9 2,6 2,4 2,3 2,6 2,5 3,5 3,9 4,0 3,8 2,9 2,5 2,5 2,5 2,6 2,8 2,8 2,7 2,8 3,0 3,8 2,6 2,7 3,0
AS 0,198 0,655 3,0 1,8 1,8 1,3 1,7 1,9 2,4 3,0 3,2 2,8 2,2 1,6 1,5 1,6 2,1 2,3 2,4 2,2 2,3 2,5 2,9 1,7 2,2 2,5
Canada 0,018 0,060 3,2 2,3 1,7 1,9 2,3 2,0 3,2 4,1 3,5 3,3 3,0 2,2 3,0 2,0 1,6 2,1 1,9 2,2 2,4 2,5 2,9 2,3 2,0 2,3
Amerika Lainnya 0,086 0,285 6,0 4,5 4,0 4,5 4,5 4,0 6,0 6,0 6,0 6,0 4,5 4,5 4,5 4,5 4,0 4,0 4,0 4,0 4,1 4,1 6,0 4,5 4,0 4,1
Kawasan Eropa* 0,268 1,000 2,6 2,3 1,0 2,2 2,4 1,6 1,8 2,6 2,7 2,6 2,9 2,3 2,1 1,9 1,1 1,0 1,0 1,4 1,7 2,0 2,5 2,3 1,0 2,0
Kawasan Euro 0,146 0,545 1,9 1,6 -0,5 1,3 1,6 0,6 0,8 2,0 1,9 2,0 2,4 1,6 1,3 0,8 -0,1 -0,3 -0,3 0,3 0,6 1,0 1,7 1,6 -0,3 1,0
Jerman 0,040 0,149 3,6 3,0 0,3 2,1 2,9 1,0 2,1 3,9 3,9 4,0 4,7 2,9 2,6 2,0 0,7 0,5 0,4 1,0 1,3 1,5 3,6 3,0 0,5 1,5
Perancis 0,029 0,109 1,4 1,6 0,2 1,4 1,6 0,9 1,1 1,6 1,7 1,5 2,2 1,7 1,5 1,0 -0,1 0,1 0,0 0,5 0,9 1,1 1,6 1,6 0,0 1,0
Italia 0,024 0,091 1,5 0,4 -2,2 0,3 0,7 0,0 0,5 1,3 1,2 1,5 0,8 0,7 0,2 0,0 -0,6 -1,1 -1,2 -0,9 -0,5 0,0 1,0 0,6 -1,3 0,1
Spanyol 0,019 0,071 -0,1 0,7 -1,7 0,5 0,7 0,6 -1,4 0,0 0,2 0,6 0,9 0,8 0,8 0,3 -0,3 -0,4 -0,3 0,0 0,1 0,6 -0,2 0,7 -0,4 0,7
Inggris 0,030 0,112 1,4 0,9 1,6 1,5 1,0 1,5 -0,3 1,6 2,7 1,5 1,8 0,6 0,5 0,7 0,6 0,6 0,5 1,0 1,3 1,7 1,7 0,9 0,5 1,8
Eropa Lainnya 0,092 0,343 4,0 4,0 3,1 4,0 4,0 3,1 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 3,1 3,1 3,1 3,1 3,5 3,5 4,0 4,0 3,1 3,5
Kawasan Asia Pasifik* 0,390 1,000 7,8 5,8 5,7 5,1 5,6 4,4 8,6 7,6 7,3 6,9 6,2 5,7 5,8 5,5 5,5 5,8 5,9 6,1 6,3 6,3 7,3 5,7 5,8 6,1
Jepang 0,059 0,150 4,4 -0,9 1,7 -0,3 -0,2 -0,2 5,6 3,1 4,9 2,2 -0,2 -1,7 -0,5 -1,0 1,6 2,6 1,7 1,9 1,8 1,5 3,9 -0,9 1,9 1,4
China 0,133 0,341 10,4 9,3 8,2 4,6 5,4 4,0 11,9 10,3 9,6 9,8 9,7 9,5 9,1 8,9 8,1 8,2 8,4 8,6 8,8 8,8 10,1 9,3 8,4 8,6
India 0,053 0,137 9,9 7,4 7,0 7,5 8,1 7,1 8,6 8,9 8,9 8,2 7,8 7,7 6,9 7,0 6,8 7,0 7,3 7,5 7,7 7,9 7,4 7,2 7,0 7,3
Korea 0,020 0,050 6,2 3,6 3,3 3,9 4,3 3,2 8,1 7,2 4,4 4,7 4,2 3,4 3,5 3,4 2,7 3,0 3,7 4,0 4,5 4,2 6,0 3,6 3,4 4,1
Australia 0,012 0,031 2,6 2,0 3,3 3,4 3,4 2,9 2,3 3,1 2,7 2,7 1,0 1,9 2,5 2,6 4,1 3,6 3,4 3,1 3,2 3,4 2,7 2,0 3,4 3,3
Selandia Baru 0,002 0,004 1,3 1,6 2,4 3,2 4,4 2,6 1,8 1,9 1,5 0,8 1,3 1,1 1,9 2,5 2,2 2,9 3,0 3,0 3,4 3,3 1,7 1,7 2,6 3,2
ASEAN* 0,042 0,107 7,6 4,8 4,8 5,7 5,9 4,8 8,8 8,6 6,5 6,4 5,6 4,5 5,4 3,8 3,6 4,6 5,1 6,3 5,9 5,6 7,2 4,8 4,7 5,5
ASEAN-6* 0,040 0,102 7,7 4,5 4,6 5,4 5,6 4,6 8,5 8,3 6,3 6,1 5,4 4,2 5,1 3,5 3,3 4,4 4,8 6,0 5,6 5,3 7,1 4,5 4,5 5,3
Singapura 0,004 0,010 14,8 4,9 2,7 4,1 4,9 2,9 16,9 19,4 10,5 12,5 9,3 1,0 5,9 3,6 -0,8 2,9 3,8 6,1 6,3 4,8 14,7 5,0 2,8 4,9
Thailand 0,008 0,020 7,8 1,2 4,4 4,2 3,8 3,5 12,0 9,2 6,6 3,8 3,2 2,7 3,5 -2,6 0,2 3,6 4,5 8,5 5,8 4,8 7,7 1,4 4,1 4,6
Philipina 0,005 0,013 7,6 3,7 3,8 5,1 4,5 4,0 7,8 8,2 7,3 6,1 4,6 3,1 3,6 3,7 3,3 3,7 4,2 4,5 4,8 4,6 6,8 3,8 3,8 4,8
Malaysia 0,006 0,014 7,2 5,1 3,9 3,4 3,2 2,8 10,1 8,9 5,3 4,8 5,2 4,3 5,8 4,1 3,2 3,7 4,4 5,3 5,4 5,4 7,0 4,8 3,8 5,1
Indonesia 0,014 0,035 6,1 6,5 6,0 4,7 5,5 5,7 5,7 6,2 5,8 6,9 6,5 6,5 6,5 6,5 6,0 5,9 6,1 6,3 6,3 6,3 6,0 6,5 5,9 6,4
Vietnam 0,004 0,010 6,8 5,9 5,9 18,3 18,3 10,8 5,8 6,2 6,5 6,8 5,4 5,6 5,8 5,9 5,8 5,8 5,8 5,8 6,5 6,5 6,5 5,7 5,8 6,5
Asia Pasifik Lainnya 0,072 0,185 6,0 4,9 4,4 9,0 9,0 6,8 6,0 6,0 6,0 6,0 4,9 4,9 4,9 4,9 4,4 4,4 4,4 4,4 4,6 4,6 6,0 4,9 4,4 4,6
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
Afrika* 0,041 1,000 5,0 3,9 4,6 8,2 6,9 8,4 5,0 5,0 5,0 5,0 3,9 3,9 3,9 3,9 4,6 4,6 4,6 4,6 5,0 5,0 5,0 3,9 4,6 5,0
Sumber: Bloomberg, WEO September 2011, WEO Januari 2012 Update, Consensus Forecast Januari 2012
Ket: *) Data diolah berdasarkan pangsa PPP International Comparison Program (ICP), Desember 2007
**) Data perkiraan PDB dunia, negara maju, negara emerging dan setiap kawasan merupakan data composite yang diolah berdasarkan Consesus Forecast Januari 2012.
***) Selain AS, Canada, Kawasan Eropa, Jerman, Perancis, Italia, Spanyol, Inggris, Jepang, China dan India menggunakan data berdasarkan Consensus Forecast Januari 2012
E= Proyeksi; Cetak miring dan Bold merupakan angka realisasi; Data tahunan India merupakan Tahun Fiskal;
India menggunakan Tahun Fiskal, angka Triwulanan Vietnam menggunakan angka proyeksi tahunan kecuali realisasi
Ekspansi lebih besar atau sama dengan Rata-Rata Jangka Panjang Kontraksi yang melambat
Ekspansi di bawah Rata-rata Jangka Panjang Kontraksi semakin dalam atau tetap
Perbedaan > 0,2% dari Consesus Forecast Edisi sebelumnya Perbedaan < 0,2% dari Consesus Forecast Edisi sebelumnya
Tabel 1.2 Inflasi Dunia (Heat Map)
Afrika* 0,041 1,000 7,5 8,2 8,4 8,2 6,9 8,4 7,5 7,5 7,5 7,5 8,2 8,2 8,2 8,2 8,4 8,4 8,4 8,4 6,8 6,8 7,7 6,9 8,4 6,8
Perbedaan > 0,2% dari Consesus Forecast Edisi sebelumnya Perbedaan < 0,2% dari Consesus Forecast Edisi sebelumnya
15
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
NEGARA MAJU
11 Pukulan terhadap kawasan terutama
Ekonomi negara maju di TW4-11 berasal dari kenaikan yield obligasi, bank
melanjutkan perlambatan sejak pertengahan deleveraging, dan dampak konsolidasi fiskal.
tahun 2011.. Kinerja ekonomi AS hingga TW4- Berdasarkan komponennya, penurunan
11 cenderung masih lemah, hampir tidak pertumbuhan PDB terbesar di TW4-11
berbeda dengan periode sebelumnya. Hal ini terutama disumbang oleh menurunnya
sejalan dengan kebijakan fiskal ketat, masih aktivitas investasi dan ekspor. Pertumbuhan
rentannya sektor tenaga kerja dan pasar ekonomi Jepang pada TW4-11 melanjutkan
perumahan AS, terus menurunnya ekspansi sejak awal paruh kedua 2011
kepercayaan konsumen dan bisnis, dan meskipun belum cukup kuat. Sejak triwulan
indikator investasi yang masih relatif lemah. III, kegiatan manufaktur di Jepang mulai
Ekonomi di TW4-11 hanya tumbuh 1,6% yoy, menunjukkan pemulihan. Namun demikian,
dari 1,5% yoy triwulan sebelumnya. PDB ekspansi ini terkendala oleh beberapa faktor,
Kawasan Euro di TW4-11 diprediksi tumbuh seperti ketidakpastian di negara-negara maju
hanya 0,8% yoy, turun dari 1,4% yoy di TW3- yang berdampak pada penurunan permintaan
16
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global
dan daya saing ekspor akibat penguatan yen Ke depan, pertumbuhan ekonomi
dan gangguan suplai komponen otomotif dan negara-negara maju di 2012 diperkirakan akan
elektronik dari Thailand yang mengalami masih melambat. Secara keseluruhan, PDB
bencana banjir besar. negara-negara maju diperkirakan tumbuh
1,2% yoy di 2012 (WEO-Januari 2012), lebih
Setelah mencapai puncak tertinggi pada
rendah dari 1,6% di 2011. Perkembangan
triwulan sebelumnya, tekanan inflasi di negara
ekonomi AS terkini mengindikasikan bahwa
maju melemah di TW4-11 seiring dengan
potensi pertumbuhan ekonomi di 2012 lebih
pelemahan permintaan domestik dan turunnya
rendah dari target masih besar, dengan PDB
harga komoditas. Di triwulan laporan, inflasi
2012 diprediksi tumbuh 1,8% yoy (WEO
negara-negara maju tercatat 3,4%, melemah
Januari 2012 Update), lebih rendah dari
dari 3,6% TW3-11. Namun, untuk keseluruhan
proyeksi WEO September 2011. Sementara
2011, inflasi negara maju tercatat 2,7% yoy
itu, krisis utang Kawasan Euro yang
(WEO Januari 2012 Update), jauh lebih tinggi
diperkirakan berpotensi terus memburuk
dari 1,6% tahun sebelumnya. Seiring dengan
berdampak pada menurunnya pertumbuhan
pelemahan ekonomi domestik, inflasi
ekonomi kawasan di 2012 secara signifikan.
diperkirakan menurun hingga 1,6% di akhir
PDB Kawasan Euro diprediksi mengalami
2012.
kontraksi sebesar 0,5% yoy (WEO Januari 2012
Di tengah ketidakpastian global, Update). Untuk Jepang, di tahun 2012 aktivitas
tantangan kebijakan di negara-negara maju perekonomian diperkirakan mencatat
adalah bagaimana mengelola konsolidasi fiskal pertumbuhan yang kembali positif. WEO
yang kredibel namun tidak mematikan upaya Januari 2012 Update memperkirakan bahwa
pemulihan ekonomi yang masih rentan. Selain perekonomian Jepang akan tumbuh 1,7% yoy,
itu, pemerintah negara maju juga akan jauh membaik pertumbuhan minus 0,9% yoy
disibukkan oleh upaya untuk mengamankan di 2011.
sektor perbankan mereka guna menjaga aliran
Ekonomi negara-negara maju di TW4-
kredit dan pertumbuhan ekonomi, selain
11 melanjutkan perlambatan sejak
mengurangi risiko negative feedback loop.
pertengahan tahun 2011. Kinerja ekonomi AS
Disadari bahwa konsolidasi fiskal ini akan
hingga TW4-11 cenderung masih lemah, meski
menghambat aktivitas ekonomi khususnya
sejumlah indikator investasi menunjukkan
dalam jangka pendek. Di sektor moneter,
perbaikan. Hal ini sejalan dengan berkurangnya
kebijakan moneter di negara maju akan
stimulus sehubungan dengan kebijakan fiskal
dipertahankan longgar untuk mendukung
ketat yang harus ditempuh pemerintah guna
pemulihan ekonomi dengan asumsi bahwa
mengatasi permasalahan utang pemerintah.
tekanan inflasi ke depan akan berangsur
Selain itu, masih rentannya sektor tenaga kerja
melemah seiring dengan perlambatan
dan pasar perumahan AS, terus menurunnya
ekonomi.
17
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
kepercayaan konsumen dan bisnis, dan dan dampak konsolidasi fiskal. Perlambatan
indikator investasi yang masih relatif lemah juga PDB terjadi di Jerman (2,0% yoy), Perancis
mengindikasikan masih lemahnya aktivitas (1,0% yoy), dan Italia (0,0% yoy) yang selama
konsumsi dan investasi dalam negeri. Ekonomi ini menjadi penopang ekonomi kawasan.
di TW4-11 hanya tumbuh 1,6% yoy, dari 1,5% Sementara itu, Yunani, Portugal, dan Irlandia
yoy triwulan sebelumnya. Konsumsi yang diperkirakan masih mengalami kontraksi.
masih tumbuh relatif kuat hingga TW3-11 Perdagangan intra kawasan diperkirakan tidak
hanya tumbuh sebesar 0,7% yoy di triwulan setinggi periode sebelumnya seiring dengan
laporan. Penurunan konsumsi domestik ini menurunnya aktivitas ekonomi negara
dikonfirmasi oleh sejumlah indikator penuntun. kawasan. Berdasarkan komponennya,
Berbeda dengan konsumsi, kinerja investasi penurunan pertumbuhan PDB terbesar di TW4-
tumbuh relatif solid 7,7% yoy, dari hanya 1,0% 11 terutama disumbang oleh menurunnya
triwulan sebelumnya. Namun, prospek aktivitas investasi dan ekspor.
ekonomi dan keuangan yang masih penuh
Pertumbuhan ekonomi Jepang pada
ketidakpastian dan turunnya permintaan dunia
TW4-11 terkontraksi lebih dalam dibandingkan
diperkirakan berdampak pada menurunnya
dengan perkiraan sebelumnya. Kegiatan
aktivitas investasi. Di sektor eksternal, kinerja
manufaktur Jepang yang secara umum mulai
ekspor tertekan perlambatan permintaan
menunjukkan pemulihan di TW3-11,
global. Net-ekspor terkontraksi 2% yoy.
menghadapi kendala di TW4-11 yang
Meskipun terus menunjukkan tren menurun,
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
kontribusi pertumbuhan terbesar di periode
ketidakpastian di negara-negara maju yang
laporan masih berasal dari konsumsi swasta,
berdampak pada penurunan permintaan
yang menyumbang sekitar 1,1% yoy terhadap
ekspor, penguatan Yen yang menurunkan daya
PDB AS, disusul oleh investasi (1,0% yoy).
saing ekspor, dan bencana banjir besar yang
Pelemahan ekonomi Kawasan Euro mengganggu suplai komponen otomotif dan
terus berlanjut hingga TW4-2011
TW4-2011. Berdasarkan elektronik dari Thailand. Ekspor Jepang
prediksi CF Januari 2012, PDB di TW4-11 mengalami penurunan signifikan sehingga
diprediksi tumbuh hanya 0,8% yoy, dari 1,4% neraca perdagangan memburuk. Selain itu,
yoy di TW3-11 dan jauh lebih rendah dari ekspansi Jepang juga tertahan oleh
prediksi CF di akhir TW3-2011 sebesar 1,3% menurunnya belanja modal pemerintah dan
yoy. Dampak memburuknya krisis utang negara masih lemahnya konsumsi swasta. Hal yang
di periferal Euro diperkirakan mulai menarik, Yen masih menguatnya. Ini menjadi
mempengaruhi aktivitas ekonomi terutama tantangan tersendiri bagi ekonomi negeri ini
investasi di negara-negara inti Kawasan Euro. di tengah penurunan permintaan global.
Pukulan terhadap kawasan terutama berasal Kondisi ini merupakan cerminan kepercayaan
dari kenaikan yield obligasi, bank deleveraging, pelaku pasar yang memperkirakan ekonomi
18
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global
Jepang ke depan masih lebih baik daripada nilai tukar, dan permintaan domestik yang
negara-negara Eropa. Akibatnya, Yen masih masih lemah berdampak pada deflasi (minus
terus diminati di tengah tingginya risiko dan 0,3% yoy) di triwulan akhir 2011.
kelangkaan instrumen investasi global.
Berbagai indikator risiko di pasar
Tekanan inflasi di negara-negara maju keuangan di negara-negara maju menunjukkan
yang sempat meningkat hingga TW3-11 masih tingginya ketidakpastian meski tanda-
kembali melemah di TW4-2011. Tekanan inflasi tanda stabilisasi mulai terlihat
terlihat. Kondisi pasar
berangsur menurun seiring dengan pelemahan keuangan di Kawasan Euro masih rentan
permintaan domestik dan turunnya harga terutama di negara-negara episenter krisis
komoditas. Di triwulan laporan, inflasi negara- utang. Hal ini sebagai imbas dari (i)
negara maju tercatat 3,4%, melemah dari memburuknya krisis utang kawasan; (ii)
3,6% TW3-11. Namun untuk keseluruhan hilangnya kepercayaan antar bank sehingga
2011, inflasi negara maju tercatat 2,7% yoy biaya pinjaman di kawasan melonjak dan
(WEO Januari 2012 Update), lebih tinggi dari pinjaman uang antar bank terganggu; (iii) krisis
1,6% tahun sebelumnya. Setelah mencapai kepercayaan terhadap kesehatan perbankan
level tertinggi sejak September 2008, inflasi AS kawasan yang diperkirakan memiliki eksposur
di TW4-11 turun ke level 3,0% yoy, dari 3,9% tinggi pada negara PIIGS. «Joint action» enam
yoy di TW3-11 (level tertingginya sejak (6) bank sentral (Fed, ECB, Bank of Canada,
September 2008). Tertahannya tekanan inflasi BOE, BOJ, dan Swiss National Bank) sejak akhir
terutama merupakan dampak dari moderasi November 2011 lalu, implementasi langkah-
harga energi dan transportasi. Inflasi energi di langkah non-standar, dan langkah QE berupa
akhir TW4-11 turun signifikan menjadi 6,6% penawaran pinjaman sebesar EUR489 miliar
yoy, dari 19,6% yoy periode sebelumnya. kepada 500 bank di Eropa diperkirakan hanya
Sejalan dengan melemahnya ekonomi, inflasi untuk sementara sedikit melonggarkan
AS di 2012 diprediksi turun hingga 1,2%. keketatan likuiditas USD dan tekanan di pasar
Inflasi Kawasan Euro di triwulan akhir 2011 keuangan. Kinerja pasar keuangan Jepang juga
sedikit menurun tercatat turun menjadi 2,7% terpuruk di triwulan laporan. Indeks Nikkei
yoy namun masih di atas target 2,0% yoy. ditutup di level 8.455, atau 17,3% lebih rendah
Namun, tekanan inflasi dari sisi permintaan dari level akhir 2010. Namun, tekanan terhadap
relatif stabil, dengan inflasi inti kawasan pasar keuangan AS cenderung mereda dengan
bertahan di kisaran 1,6% yoy di TW4-11, sama harga saham pada TW4-11 hanya melemah
dengan level tiga bulan terakhir. Ke depan, tipis 0,4% dibandingkan TW3-11.
seiring dengan pelemahan ekonomi domestik
Masih tingginya ketidakpastian
inflasi diperkirakan berangsur menurun dan di
penyelesaian sovereign debt crisis di Kawasan
akhir 2012 diprediksi di bawah target. Di
Euro mendorong lembaga rating internasional
Jepang, penurunan harga komoditas, apresiasi
19
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
untuk melakukan rating actions. Rating perbankan di Eropa. Bila tidak tertangani,
sejumlah negara di Kawasan Eropa berada memburuknya krisis utang negara periferal
dalam kriteria «on review for a downgrade» dan termasuk risiko default Yunani berpotensi
saat ini Fitch masih melakukan review atas makin intensif menjalar ke negara-negara inti
rating negara-negara tersebut hingga kawasan khususnya Italia, Spanyol, dan
setidaknya akhir Januari 2012. Bahkan pada Perancis. Hal ini dikhawatirkan dapat kembali
16 Desember 2011 rating Belgia diturunkan 2 menimbulkan lonjakan biaya pinjaman dan NPL
notches dan outlook rating kredit Perancis ( negative feedback loop ) sehingga
diturunkan. Sejumlah rating perbankan di mengganggu kestabilan ekonomi dan
Perancis dan rating pinjaman 5 (lima) bank keuangan kawasan dan mengganggu proses
komersil Eropa dan co-operative banking konsolidasi fiskal. Sementara itu, ekonomi AS
groups juga diturunkan dan kerentanan kondisi yang memang sudah melambat dalam
perbankan di kawasan Eropa Timur meningkat beberapa triwulan terakhir dapat lebih terpukul
sejalan dengan memburuknya kondisi parent apabila kekuatan-kekuatan politik domestik AS
banks di kawasan Eropa Barat. Masih tingginya tidak mampu mengawal konsolidasi fiskal,
ketidakpastian di pasar keuangan berdampak sektor properti dan tenaga kerja masih terus
pada kondisi pasar uang antar bank yang masih juga rentan, dan kondisi pasar keuangan kian
cenderung ketat. Hal ini tercermin dari spread memburuk. Bila hal-hal tersebut terus
antara suku bunga LIBOR dan Overnight berlangsung, masyarakat dikhawatirkan makin
Indexed Swap (OIS) yang masih relatif lebar. meningkatkan tabungan mereka yang pada
Perbankan Eropa saat ini telah mengalami gilirannya menghambat aktivitas ekonomi.
kesulitan untuk memperoleh funding dari
Kebijakan moneter longgar di negara-
perbankan negara-negara dan kawasan lain.
negara Kawasan Euro terus dipertahankan
Downside risks di negara-negara maju guna mengkompensasi dampak konsolidasi
meningkat drastis di triwulan laporan. fiskal. Suku bunga kebijakan (refinancing rate)
fiskal
Setidaknya terdapat tiga risiko di negara maju ECB selama triwulan akhir 2011 mengalami
yang perlu diwaspadai, yakni (i) penurunan sebanyak dua kali, masing-masing
ketidakmampuan pemimpin negara-negara EU turun 25bps pada 8 Desember 2011 dan 3
dalam mengatasi permasalahan rentannya November 2011. Selain itu, ECB juga
ekonomi sejumlah negara dan perbankan, (ii) mengimplementasikan langkah-langkah non-
ancaman resesi di AS, dan (iii) tingginya risiko standar untuk menyediakan likuiditas pada
perbankan dunia yang menimbulkan perbankan antara lain dengan melakukan two
instabilitas pada sistem keuangan dunia. longer-term refinancing operations (LTROs)
Permasalahan politik domestik negara-negara dengan maturity 36 bulan dan opsi pelunasan
EU dipandang sebagai penghambat utama lebih awal setelah satu tahun dan
efektivitas penanganan krisis utang dan meningkatkan ketersediaan agunan dengan
20
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global
mengurangi rating threshold untuk asset- masih melambat. Secara keseluruhan, PDB
backed securities (ABS). Pemburukan ekonomi negara-negara maju diperkirakan tumbuh
dan keuangan kawasan yang lebih cepat dari 1,2% yoy di 2012 (WEO Januari 2012), lebih
perkiraan yang diperkirakan mengurangi rendah dari 1,6% di 2011. Perkembangan
tekanan inflasi melatarbelakangi keputusan ekonomi AS terkini mengindikasikan bahwa
tersebut. Ke depan, seiring dengan potensi pertumbuhan ekonomi di 2012 lebih
menurunnya aktivitas ekonomi dan kian rendah dari target masih besar. Secara
rentannya kondisi ekonomi dan keuangan di keseluruhan, PDB 2012 diprediksi menjadi
kawasan, ECB diperkirakan masih akan 1,8% yoy (WEO Januari 2012), lebih rendah
melonggarkan kebijakan moneternya. dari proyeksi WEO September 2011.
Selanjutnya sejalan dengan melemahnya
Kebijakan akomodatif juga
ekonomi AS, inflasi di 2012 diprediksi turun
dipertahankan Fedres dan BOJ. Fedres juga
menjadi 1,2% yoy. Sementara itu, krisis utang
akan melanjutkan kebijakan akomodatif
Kawasan Euro yang diperkirakan berpotensi
berupa pembelian T-Bill yang berjangka waktu
terus memburuk berdampak pada
lebih panjang (Operation Twist) dan kebijakan
menurunnya pertumbuhan ekonomi kawasan
yang terkait dengan mortgage-backed
di 2012 secara signifikan. Secara keseluruhan
securities . Selain itu, Namun efektivitas
tahun, berdasarkan prediksi IMF melalui WEO
kebijakan tersebut masih dipertanyakan dan
Januari 2012 Update, PDB Kawasan Euro di
risiko double dip recession masih relatif tinggi
2012 diprediksi mengalami kontraksi sebesar
di tengah kondisi politik yang memanas akibat
minus 0,5% yoy. Di antara negara inti Euro,
perbedaan pendapat dan kepentingan politik
Italia dan Spanyol diperkirakan mengalami
yang tajam. Guna menjangkar ekspektasi
kontraksi yang cukup besar, masing-masing
inflasi, Fedres menetapkan target inflasi dalam
minus 2,2% yoy dan 1,7% yoy. Sejalan dengan
jangka yang lebih panjang di kisaran 2% yoy
terkontraksinya ekonomi, inflasi di 2012
guna menjaga kestabilan harga, menjaga suku
diprediksi di bawah target 2% yoy. Untuk
bunga jangka panjang dalam level yang
Jepang, di tahun 2012 aktivitas perekonomian
moderat, dan mendukung sektor tenaga kerja.
diperkirakan akan mencatat pertumbuhan
Sementara itu, guna mendukung
yang kembali positif. WEO Januari 2012
pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan
Update memperkirakan bahwa perekonomian
inflasi yang rendah, Jepang diperkirakan akan
Jepang akan tumbuh 1,7% yoy. Meski proyeksi
lebih mengandalkan kebijakan fiskalnya melalui
tersebut lebih rendah dibandingkan WEO
penerbitan supplementary budget yang
September 2011 (2,0% yoy), pertumbuhan
keempat.
tersebut jauh membaik dari 2010 yang
Ke depan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan tumbuh minus 0,9% yoy.
negara-negara maju di 2012 diperkirakan akan
21
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
22
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global
23
24
Tabel 1.4 PDB Asia Pasifik
% yoy
Pangsa Terhadap WEO Januari 2012 Update ***) Perkiraan PEKKI Edisi Sebelumnya Perkiraan Terkini Consensus Forecast**
Negara/Kawasan TW1-10 TW2-10 TW3-10 TW4-10 2010 2011E 2012E 2013E
Dunia Kawasan 2011E 2012E 2013E
2010 2011E 2012E TW4-11 2011E 2012E
2010E 2010E TW1-11 TW2-11 TW3-11 TW4-11 TW1-12 TW2-12 TW3-12 TW4-12 TW1-13 TW2-13
Kawasan Asia Pasifik* 0,390 1,000 7,8 5,8 5,7 5,1 5,6 4,4 8,6 7,6 7,3 6,9 6,2 5,7 5,7 5,6 5,5 5,8 5,9 6,1 6,3 6,3 7,3 5,8 5,8 6,1
Jepang 0,059 0,150 4,4 -0,9 1,7 -0,3 -0,2 -0,2 5,6 3,1 4,9 2,2 -0,2 -1,7 -0,7 -0,3 1,6 2,6 1,7 1,9 1,8 1,5 3,9 -0,8 1,9 1,4
China 0,133 0,341 10,4 9,3 8,2 4,6 5,4 4,0 11,9 10,3 9,6 9,8 9,7 9,5 9,1 8,9 8,1 8,2 8,4 8,6 8,8 8,8 10,1 9,3 8,4 8,6
India 0,053 0,137 9,9 7,4 7,0 7,5 8,1 7,1 8,6 8,9 8,9 8,2 7,8 7,7 6,9 7,0 6,8 7,0 7,3 7,5 7,7 7,9 7,4 7,2 7,0 7,3
Korea 0,020 0,050 6,2 3,6 3,4 3,9 4,3 3,2 8,1 7,2 4,4 4,7 4,2 3,4 3,5 3,4 2,7 3,0 3,7 4,0 4,5 4,2 6,0 3,6 3,4 4,1
Australia 0,012 0,031 2,6 2,0 3,4 3,4 3,4 2,9 2,3 3,1 2,7 2,7 1,0 1,9 2,5 2,6 4,1 3,6 3,4 3,1 3,2 3,4 2,7 2,0 3,4 3,3
Selandia Baru 0,002 0,004 1,3 1,7 2,6 3,2 4,4 2,6 1,8 1,9 1,5 0,8 1,3 1,1 1,9 2,5 2,2 2,9 3,0 3,0 3,4 3,3 1,7 1,7 2,6 3,2
ASEAN* 0,042 0,107 7,6 4,8 4,7 5,7 5,9 4,8 8,8 8,6 6,5 6,4 5,6 4,5 5,4 3,8 3,6 4,6 5,1 6,3 5,9 5,6 7,2 4,8 4,7 5,5
ASEAN-6* 0,040 0,102 7,7 4,5 4,5 5,4 5,6 4,6 8,5 8,3 6,3 6,1 5,4 4,2 5,1 3,5 3,3 4,4 4,8 6,0 5,6 5,3 7,1 4,5 4,5 5,3
Singapura 0,004 0,010 14,5 5,0 2,8 4,1 4,9 2,9 16,9 19,4 10,5 12,5 9,3 1,0 5,9 3,6 -0,8 2,9 3,8 6,1 6,3 4,8 14,7 5,0 2,8 4,9
Thailand 0,008 0,020 7,8 1,4 4,1 4,2 3,8 3,5 12,0 9,2 6,6 3,8 3,2 2,7 3,5 -2,6 0,2 3,6 4,5 8,5 5,8 4,8 7,7 1,4 4,1 4,6
Philipina 0,005 0,013 7,6 3,8 3,8 5,1 4,5 4,0 7,8 8,2 7,3 6,1 4,6 3,1 3,6 3,7 3,3 3,7 4,2 4,5 4,8 4,6 6,8 3,8 3,8 4,8
Malaysia 0,006 0,014 7,2 4,8 3,8 3,4 3,2 2,8 10,1 8,9 5,3 4,8 5,2 4,3 5,8 4,1 3,2 3,7 4,4 5,3 5,4 5,4 7,0 4,8 3,8 5,1
Indonesia 0,014 0,035 6,1 6,5 5,9 4,7 5,5 5,7 5,7 6,2 5,8 6,9 6,5 6,5 6,5 6,5 6,0 5,9 6,1 6,3 6,3 6,3 6,0 6,5 5,9 6,4
Vietnam 0,004 0,010 6,8 5,7 5,8 18,3 18,3 10,8 5,8 6,2 6,5 6,8 5,4 5,6 5,8 5,9 5,8 5,8 5,8 5,8 6,5 6,5 6,5 5,7 5,8 6,5
Asia Pasifik Lainnya 0,072 0,185 6,0 4,9 4,4 9,0 9,0 6,8 6,0 6,0 6,0 6,0 4,9 4,9 4,9 4,9 4,4 4,4 4,4 4,4 4,6 4,6 6,0 4,9 4,4 4,6
Sumber: Bloomberg, WEO September 2011, WEO Januari 2012 Update, Consensus Forecast Januari 2012
Ket: *) Data diolah berdasarkan pangsa PPP International Comparison Program (ICP), Desember 2007
**) Data perkiraan PDB dunia, negara maju, negara emerging dan setiap kawasan merupakan data composite yang diolah berdasarkan Consesus Forecast Januari 2012.
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
***) Selain AS, Canada, Kawasan Eropa, Jerman, Perancis, Italia, Spanyol, Inggris, Jepang, China dan India menggunakan data berdasarkan Consensus Forecast Januari 2012
E= Proyeksi; Cetak miring dan Bold merupakan angka realisasi; Data tahunan India merupakan Tahun Fiskal;
India menggunakan Tahun Fiskal, angka Triwulanan Vietnam menggunakan angka proyeksi tahunan kecuali realisasi
Ekspansi lebih besar atau sama dengan Rata-Rata Jangka Panjang Kontraksi yang melambat
Ekspansi di bawah Rata-rata Jangka Panjang Kontraksi semakin dalam atau tetap
Perbedaan > 0,2% dari Consesus Forecast Edisi sebelumnya Perbedaan < 0,2% dari Consesus Forecast Edisi sebelumnya
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global
% yoy % yoy
15 25
Proyeksi ASEAN-6 Singapura Proyeksi
20 Thailand Philipina
10 Malaysia Indonesia
15 Vietnam
5 10
5
0 0
ASPAC India -5
-5
Jepang Korea
-10
China Australia
-10 -15
Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Sumber : Bloomberg & CF (diolah) Sumber : Bloomberg & CF (diolah)
25
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
sebelumnya, namun pertumbuhan ekonomi 7,6%. Sementara itu, Indonesia yang memiliki
yang terjadi masih tercatat positif meskipun peran yang cukup besar bagi perekonomian
lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Hal ini Aspac (porsi 3,5%) dan ASEAN (porsi 33,7%)
diakibatkan oleh lebih besarnya penurunan masih menunjukkan pertumbuhan ekonomi
impor dibandingkan dengan penurunan ekspor yang cenderung tinggi di 2011 dan tumbuh
yang terjadi sebagai cerminan menurunnya sebesar 6,5% yoy, atau meningkat dari 6,1%
permintaan domestik khususnya investasi. yoy pada tahun 2010. Perekonomian Indonesia
Dengan perkembangan tersebut Korea selama yang cenderung meningkat ini sejalan dengan
2011 diperkirakan akan tumbuh 3,6% yoy, masih tingginya tingkat konsumsi, investasi dan
melambat dari 2010 yang tumbuh 6,2% yoy. ekspor yang lebih didominasi oleh barang
primer.
Di kawasan ASEAN, pertumbuhan
ekonomi 2011 diperkirakan juga melambat. Di Kinerja ekspor di negara kawasan
2011, perekonomian ASEAN diperkirakan akan menunjukkan kecenderungan yang terus
tumbuh sebesar 4,7%, melemah dibandingkan menurun di TW4-11. Seiring dengan
tahun 2010 yang dapat tumbuh 7,4% yoy. perlambatan ekonomi global, kinerja eskpor di
Perlambatan kawasan ASEAN tersebut kawasan Aspac yang telah melambat sejak
terutama didorong oleh perlambatan di Agustus 2011 menunjukkan kecenderungan
Thailand, Malaysia, dan Filipina. Di 2011, perlambatan yang lebih tajam di TW4-11.
perekonomian Thailand (porsi perekonomian Perlambatan pertumbuhan ekspor terjadi di
sekitar 2,0% perekonomian Aspac dan 18,7% hampir seluruh negara di kawasan, bahkan
kawasan ASEAN) diperkirakan hanya akan beberapa negara mencatat pertumbuhan
tumbuh 1,4% yoy, lebih rendah dibandingkan ekspor yang negatif seperti Filipina (sejak Mei
2010 sebesar 7,8% yoy. Selain akibat 2011), Thailand (sejak Oktober 2011), dan
rendahnya kinerja ekspor, pertumbuhan Jepang (sejak September 2011). Meskipun
ekonomi Thailand yang yang jauh lebih rendah ekspor Filipina ke wilayah Asia Timur seperti
tersebut diakibatkan oleh dampak banjir yang China dan Jepang menunjukkan
meluas pada TW4-11. Bencana banjir tersebut kecenderungan yang meningkat, namun
selain mengganggu proses produksi juga belum mampu meng-offset penurunan ekspor
berpengaruh pada proses distribusi barang ke negara kawasan Uni Eropa yang menjadi
yang pada akhirnya berdampak juga pada tujuan utama ekspor Filipina. Penurunan ekspor
rendahnya permintaan domestik. Malaysia khususnya terjadi pada barang elektronik,
(porsi 1,4% Aspac dan 13,4% ASEAN) dan produk kayu, dan pakaian. Di Thailand,
Filipina (porsi 1,2% Aspac dan 11,8% ASEAN) pertumbuhan ekspor yang negatif selain
masing-masing diperkirakan akan tumbuh disebabkan oleh kondisi perekonomian global
sebesar 4,8% dan 3,7 di 2011, melambat dari yang kurang mendukung, juga disebabkan
2010 yang masing-masing tumbuh 7,2% dan oleh aktivitas industri yang melambat akibat
26
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global
% yoy % yoy
100,0 80,0
China Jepang
80,0 Korea India 60,0
60,0
40,0
40,0
20,0
20,0
0,0
0,0
-20,0
-20,0
Indonesia Singapura Malaysia
-40,0 -40,0
Filipina Thailand
-60,0 -60,0
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des
2009 2010 2011 2009 2010 2011
Sumber : Bloomberg, CEIC Sumber : Bloomberg, CEIC
banjir yang melanda di TW4-11. Kondisi ekspor pertambangan tumbuh meningkat. Untuk
yang kurang baik tersebut diprediksi akan terus keseluruhan tahun, ekspor non migas pada
memburuk seiring ketidakpastian dan tahun 2011 tumbuh 26,1% yoy sedikit
lambannya pemulihan ekonomi Eropa dan AS. melambat dibandingkan tahun sebelumnya
Berdasarkan pangsanya, 3 negara tujuan yang mencapai 30,7% yoy. Meskipun
ekspor Thailand terbesar adalah China (12%), pertumbuhan ekspor melambat pada TW4-11,
Jepang (11,5%), dan AS (10,3%). Di Jepang, namun akselerasi ekspor dari TW1 hingga
penurunan ekspor selain akibat perlambatan TW3-11 mengkompensasi perlambatan
di wilayah Eropa juga merupakan dampak dari tersebut sehingga menahan perlambatan
banjir di Thailand dan dampak apresiasi nilai ekspor 2011 tidak terlalu dalam.
tukar Yen. Dampak banjir di Thailand telah
Pelemahan ekspor yang diikuti oleh
menurunkan ekspor Jepang ke Thailand
perlambatan permintaan domestik berdampak
sebesar 20% dan menurunkan ekspor barang
pertumbuhan impor yang juga melambat di
elektronik ke AS yang sebagian besar bahan
kawasan di TW4-11. Perlambatan impor
bakunya berasal dari Thailand. Sementara itu,
kawasan Aspac khususnya terjadi di Thailand,
Indonesia mencatat perlambatan pertumbuhan
Filipina, Indonesia, dan Korea. Bencana banjir
ekspor yang cukup tajam di TW4-11. Hal ini
yang berdampak pada penurunan aktivitas
sejalan dengan penyusutan pertumbuhan nilai
produksi juga berdampak cukup signifikan
ekspor ke negara mitra dagang terutama ke
terhadap perlambatan impor di Thailand.
China, Eropa, dan Jepang. Berdasarkan
Penurunan impor khususnya terjadi pada
kelompoknya secara rinci, penurunan ekspor
produk permesinan yang mempunyai peranan
nonmigas dipicu perlambatan ekspor industri
sebesar 30% dari total impor. Di Filipina,
terutama tekstil, peralatan listrik, dan karet
perlambatan ekspor yang dialami berdampak
olahan, sedangkan ekspor pertanian dan
27
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
(Rata-rata)
No Negara
2007 2008 2009 2010 TW1-11 TW2-11 TW3-11 TW4-11 Okt-11 Nov-11 Des-11
Kawasan Asia Pasific 18,6 12,7 -16,6 28,3 22,0 19,3 21,2 7,5 10,0 6,4 6,1
1 Jepang 10,4 -2,9 -31,6 26,2 -0,3 -8,2 -0,3 -4,9 -1,7 -5,1 -7,7
2 China 26,7 17,8 -15,8 32,3 25,3 22,4 20,7 14,4 15,9 13,8 13,4
3 Korea 14,3 14,5 -12,4 29,1 30,3 18,9 21,8 10,0 7,6 11,6 10,8
4 India 21,8 28,7 -14,1 28,8 42,0 45,9 54,1 7,4 10,8 3,9
5 Hong Kong 8,9 5,4 -12,4 23,2 24,7 7,8 4,4 7,0 11,5 2,0 7,4
6 Taiwan 9,9 5,0 -17,1 36,9 20,2 15,0 11,6 4,5 11,7 1,3 0,6
7 Australia 4,3 27,9 -7,4 14,9 15,3 5,0 10,2 11,1 11,0 11,2
ASEAN6 (ASEAN 5+ Vietnam) 13,4 15,5 -14,0 31,3 21,5 24,3 22,9 5,4 10,2 3,2 2,7
1 Indonesia 13,2 20,7 -13,1 37,2 27,5 43,8 39,8 13,1 17,8 8,3
2 Malaysia 9,8 15,1 -15,7 16,6 6,4 8,7 11,5 11,7 15,4 8,0
3 Philipina 7,8 -2,4 -20,0 34,4 8,1 2,2 -8,2 -17,0 -14,6 -19,4
4 Singapura 10,1 6,1 -16,6 23,0 13,4 6,8 -1,2 5,9 1,9 8,2 7,5
5 Thailand 17,3 16,7 -12,3 29,2 27,2 19,5 27,7 -5,1 -0,2 -13,1 -2,1
6 Vietnam 22,2 30,4 -9,3 26,9 34,8 30,8 32,1 31,2 34,8 33,3 25,4
Sumber: Bloomberg, CEIC
Tanda : menunjukkan peningkatan dan penurunan dari periode sebelumnya
cukup signifikan terhadap impor yang menyempit, bahkan di beberapa negara seperti
melambat. Meskipun demikian, secara di Jepang dan Thailand telah mengalami neraca
keseluruhan perlambatan ekspor yang terjadi perdagangan yang negatif. Defisit neraca
lebih cepat dibandingkan impor berdampak perdagangan Jepang yang terjadi sejak April
pada surplus transaksi perdagangan yang 2011 terus menunjukkan kecenderungan yang
28
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global
0 1000
-10000
-10000 0
-15000
-20000 -1000
melebar di akhir tahun. Kondisi tersebut struktural dan sudah berlangsung lama. Sektor
membuat neraca perdagangan Jepang eksternal Filipina lebih banyak
mengalami defisit selama tahun 2011 dan menggantungkan pada remitansi yang
merupakan angka defisit neraca perdagangan meningkat cukup tinggi di 2011 dan mencapai
yang pertama sejak tahun 1980. Sementara USD18,3 miliar. Tingginya penerimaan
itu, defisit neraca perdagangan yang terjadi di remitansi di periode laporan tidak terlepas dari
Filipina merupakan faktor yang bersifat adanya tambahan kiriman guna membantu
29
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
pemulihan pasca serangan badai Nalgae dan perlambatan permintaan global dan dampak
Nesat di September 2011 lalu, serta lag pengetatan kebijakan moneter yang
meningkatnya kebutuhan menjelang akhir sempat dilakukan oleh beberapa negara di
tahun (perayaan hari Natal, dan libur tahun periode sebelumnya untuk mengatasi inflasi
baru). yang sempat meningkat tinggi. Pengetatan
kebijakan moneter khususnya terjadi di
Aktivitas investasi kawasan Aspac
beberapa negara seperti di India (RBI
hingga TW4-11 menunjukkan tren yang terus
meningkatkan Repo Rate-nya sebesar 375 bps
melambat. Hal ini khususnya didorong oleh
60 60 20
50 18
50
40 16
40
30 14
30
20 12
20
10 10
10
0 8
0 -10 6
Aspac ASEAN
-10 -20 Aspac Singapura 4
China (rhs) Indonesia
India (Penjualan Kendaraan) Australia ASEAN Taiwan
-20 -30 2
Vietnam (rhs) Korea China (rhs)
-30 -40 0
Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des
2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011
Sumber : Bloomberg & CF (diolah) Sumber : Bloomberg & CF (diolah)
30
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global
sejak Maret 2010 hingga mencapai 8,5% di dan di Desember menunjukkan peningkatan
oktober 2011), China (sejak awal 2010 hingga sebagai dampak dari holiday effect. Sementara
November 2011 PBOC menaikkan GWM itu, angka penjualan kendaraan menunjukkan
sebanyak 9 kali hingga mencapai 21,5% untuk kecenderungan menurun sejak Agustus 2011
bank besar dan 19,5% untuk bank kecil serta seiring dengan penghapusan insentif dan
menaikkan benchmark suku bunga deposito subsidi pembelian mobil oleh Pemerintah
satu tahun dan suku bunga kredit sebanyak 5 China. Selain itu, penurunan penjualan mobil
kali dengan total peningkatan sebanyak 125 tersebut juga diakibatkan oleh cenderung
bps dari Oktober 2010 hingga Juli 2011), tingginya harga BBM dan kebijakan moneter
Thailand (BOT menaikkan suku bunga ketat yang dilakukan hingga November 2011.
kebijakannya sebesar 200 bps dari Juli 2010 Di Jepang, aktivitas konsumsi yang membaik
hingga Agustus 2011), Filipina (BNP menaikkan tercermin dari meningkatnya pembelian
suku bunga kebijakannya sebesar 50 bps dari barang tahan lama seperti kendaraan yang
Maret hingga Mei 2011). Pelemahan aktivitas meningkat tajam seiring dengan berkurangnya
investasi tersebut tercermin pada indikator supply constrain setelah gempa dan tsunami
penuntun seperti industrial production (IP) yang dan berbagai program supplementary budget
menurun tajam di hampir seluruh negara yang dikeluarkan pemerintah. Di Indonesia,
kawasan. Di beberapa negara bahkan peningkatan indikator penjualan ritel didukung
mengalami pertumbuhan negatif di TW4-11 oleh optimisme konsumen dan kenaikan
seperti di Filipina dan Thailand yang juga pendapatan konsumen, antara lain kenaikan
disebabkan oleh dampak bencana alam di upah, nilai tukar petani, dan pendapatan riil
kedua negara tersebut. Sedangkan Jepang bunga simpanan. Masih tingginya indikator
sudah mengalami pertumbuhan IP yang negatif konsumsi tersebut juga tercermin dari
sejak TW1-11 akibat gempa dan tsunami yang konsumsi riil rumah tangga di Indonesia yang
terjadi di Maret 2011. masih tumbuh sebesar 4,9% yoy di TW4-11,
sedikit meningkat dibandingkan TW3-11 yang
Aktivitas konsumsi di sebagian besar
tumbuh 4,8% yoy.
negara Aspac melambat di TW4-11, namun
masih pada tingkat yang cukup tinggi
tinggi. Hal ini Berbagai kebijakan stimulus fiskal yang
sebagaimana tercermin di indikator konsumsi dilakukan oleh beberapa negara di kawasan
berupa penjualan ritel yang menunjukkan berhasil mendorong peningkatan permintaan
perlambatan TW4-11 di sebagian besar negara domestik. Stimulus fiskal tersebut sebagaimana
kawasan kecuali di China, Jepang dan terjadi di Filipina, Thailand, dan Jepang.
Indonesia. Di China, meskipun tingkat Sebagai upaya untuk menganggulangi
kepercayaan konsumen dan penjualan bencana yang terjadi, Filipina di Oktober 2011
kendaraan cenderung menurun, namun mengeluarkan kebijakan stimulus fiskal sebesar
penjualan ritel masih berada di level yang tinggi PHP72 miliar atau setara dengan US$1,6 miliar
31
32
Tabel 1.9 Inflasi Asia Pasifik
Rata-rata Periode %yoy
Pangsa Terhadap WEO Januari 2012 Update Perkiraan PEKKI Edisi Sebelumnya Perkiraan Terkini Consensus Forecast**
Negara/Kawasan TW1-10 TW2-10 TW3-10 TW4-10 2010 2011E 2012E 2013E
Dunia Kawasan 2011E 2012E 2013E
2010 2011E 2012E TW4-11 2011E 2012E
2010E 2010E TW1-11 TW2-11 TW3-11 TW4-11 TW1-12 TW2-12 TW3-12 TW4-12 TW1-13 TW2-13
Kawasan Asia Pasifik* 0,390 1,000 4,5 5,9 4,4 5,1 5,6 4,4 4,4 4,5 4,3 4,8 5,5 5,8 6,1 5,3 4,3 4,2 4,1 4,3 4,1 4,0 4,5 5,6 4,2 3,1
Jepang 0,059 0,150 -0,7 -0,4 -0,5 -0,3 -0,2 -0,2 -1,2 -0,9 -0,8 0,1 -0,5 -0,4 0,1 -0,3 -0,4 -0,4 -0,4 -0,2 -0,1 0,1 -0,7 -0,3 -0,3 0,0
China 0,133 0,341 3,3 5,5 3,3 4,6 5,4 4,0 2,2 2,9 3,5 4,7 5,1 5,7 6,3 4,6 3,9 3,5 3,3 3,6 3,5 3,4 3,3 5,4 3,5 3,7
India 0,053 0,137 12,0 10,6 8,6 7,5 8,1 7,1 15,3 13,7 10,3 9,2 9,0 8,9 9,2 8,5 7,4 7,3 7,3 7,4 7,4 7,1 12,1 8,4 7,2 0,0
Korea 0,020 0,050 3,0 4,5 3,5 3,9 4,3 3,2 2,7 2,6 2,9 3,6 3,8 4,0 4,3 4,0 3,2 3,2 2,8 2,9 3,0 3,0 2,9 4,0 3,1 3,1
Australia 0,012 0,031 2,8 3,5 3,3 3,4 3,4 2,9 2,9 3,1 2,8 2,7 3,3 3,6 3,5 3,1 2,7 2,5 3,0 3,2 3,4 3,5 2,9 3,5 2,8 3,1
Selandia Baru 0,002 0,004 2,3 4,4 2,7 3,2 4,4 2,6 2,0 1,7 1,5 4,0 4,5 5,3 4,6 1,8 2,4 2,1 2,2 2,4 2,5 2,6 2,3 4,2 2,3 2,6
ASEAN* 0,042 0,107 4,4 5,9 5,3 5,7 5,9 4,8 3,7 4,1 4,7 4,9 5,7 6,2 6,2 5,7 4,5 4,6 4,6 4,8 4,6 4,6 4,3 5,9 4,6 4,4
ASEAN-6* 0,040 0,102 4,3 5,9 5,4 5,4 5,6 4,6 3,4 3,9 4,4 4,6 5,4 5,9 5,9 5,4 4,3 4,5 4,4 4,6 4,5 4,4 4,1 5,6 4,4 4,2
Singapura 0,004 0,010 2,8 3,7 2,9 4,1 4,9 2,9 0,9 3,0 3,4 4,0 5,2 4,7 5,5 5,5 4,1 3,6 2,5 2,4 2,3 2,5 2,8 5,2 3,1 2,7
Thailand 0,008 0,020 3,3 4,0 4,1 4,2 3,8 3,5 3,7 3,3 3,2 2,9 3,0 4,1 4,1 4,0 4,0 3,5 3,6 3,6 3,8 3,6 3,3 3,8 3,5 3,2
Philipina 0,005 0,013 3,8 4,5 4,1 5,1 4,5 4,0 4,3 4,2 3,8 2,9 4,5 5,0 4,9 4,7 4,0 3,8 3,9 3,9 3,9 3,9 3,8 4,6 3,9 4,2
Malaysia 0,006 0,014 1,7 3,2 2,5 3,4 3,2 2,8 1,3 1,6 1,9 2,0 2,8 3,3 3,4 3,2 2,9 2,7 2,6 2,6 2,8 2,9 1,7 3,2 2,5 2,9
Indonesia 0,014 0,035 5,1 5,7 6,5 4,7 5,5 5,7 3,7 4,4 6,2 6,3 6,8 5,9 4,7 4,1 4,1 5,0 5,2 5,6 5,6 5,5 5,1 5,4 4,9 4,9
Vietnam 0,004 0,010 9,2 18,8 12,1 18,3 18,3 10,8 8,5 9,0 8,4 10,8 12,8 19,4 22,5 19,9 11,0 11,0 11,0 11,0 9,2 9,2 9,2 18,4 11,0 9,2
Asia Pasifik Lainnya 0,072 0,185 6,0 9,0 6,8 9,0 9,0 6,8 6,0 6,0 6,0 6,0 9,0 9,0 9,0 9,0 6,8 6,8 6,8 6,8 5,8 5,8 6,0 9,0 6,8 5,8
E= Proyeksi; Cetak miring merupakan angka realisasi; Data tahunan India merupakan Tahun Fiskal;
India menggunakan Tahun Fiskal, angka Triwulanan Vietnam menggunakan angka proyeksi tahunan kecuali realisasi
Ekspansi lebih besar atau sama dengan Rata-Rata Jangka Panjang Kontraksi yang melambat
Ekspansi di bawah Rata-rata Jangka Panjang Kontraksi semakin dalam atau tetap
Perbedaan > 0,2% dari Consesus Forecast Edisi sebelumnya Perbedaan < 0,2% dari Consesus Forecast Edisi sebelumnya
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global
33
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
% %
10,0 16,0
Jepang India Indonesia Malaysia Filipina
14,0 Thailand Vietnam
China Korea
8,0 12,0
10,0
6,0
8,0
6,0
4,0
4,0
2,0 2,0
0,0
0,0 -2,0
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des
2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
Grafik 1.18
Perkembangan Suku Bunga Kebijakan Kawasan Aspac
terganggunya jadwal panen paska serangan antaranya dilakukan melalui penurunan suku
banjir di September 2011 dan kebijakan bunga acuan seperti yang terjadi di Filipina dan
pemerintah yang menaikan upah minimum di Thailand sebesar 25 bps di November 2011
Oktober 2011 lalu. dan Indonesia sebesar 25 bps di Oktober dan
50 bps di November 2011. China lebih
Penurunan tekanan inflasi tersebut
cenderung untuk menurunkan kebijakan
membuka ruang bagi beberapa bank sentral
GWM nya sejalan dengan masih tingginya
di kawasan untuk melonggarkan kebijakan
kekhawatiran akan tekanan inflasi yang belum
moneternya. Pelonggaran moneter tersebut di
34
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global
Indeks Indeks
Jan-10=100 Jan-10=100
180 180
SHCOMP (China) KOSPI (Korea)
160 BSE Sensex (India) Nikkei (Jepang) 160
140 140
120 120
100 100
JCI (Indonesia) PCOMP (Filipina)
80 80 SET (Thailand) KLCI (Malaysia)
STI (Singapura)
60 60
Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2010 2011 2010 2011
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
mereda. China di Desember 2011 menurunkan yang terjadi tidak terlalu dalam sehingga
GWM sebesar 50 bps sehingga untuk bank diharapkan dapat menjaga daya saing produk
besar GWM menjadi 21 % dan 19% untuk ekspor.
bank kecil, sementara benchmark suku bunga
Secara umum, kondisi pasar keuangan
deposito satu tahun dan kredit tetap 3,5% dan
kawasan Aspac di akhir tahun menunjukkan
6,56%. Sementara itu, Monetary Authority of
perkembangan yang kurang menggembirakan.
Singapore (MAS) di Oktober 2011 mengambil
Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh
langkah pelonggaran berupa penurunan/
perkembangan bursa saham yang melemah,
memperkecil slope monetary policy band
yield obligasi dan CDS yang meningkat di
dengan tujuan menahan apresiasi nilai tukar
sebagian besar negara kawasan. Hal tersebut
ke tingkat yang lebih moderat. Dengan slope
seiring dengan memburuknya risk appetite
yang mengecil maka ruang pergerakan nilai
investor global akibat dari meningkatnya
tukar menjadi lebih landai, artinya apresiasi
12 14
India Govt. Bond 10yr Korea Govt. Bond 10yr Malaysia Govt. Bond 10yr Thailand Govt. Bond 10yr
China Govt. Bond 10yr Jepang Govt. Bond 10yr 12 Filipina Govt. Bond 10yr Indonesia Govt. Bond 10yr
10
Singapura Govt. Bond 10yr
10
8
8
6
6
4
4
2 2
0 0
Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des
2010 2011 2010 2011
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
35
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
bps bps
600 600
Jepang China Malaysia Filipina
500 India Korea 500 Singapura Thailand
Indonesia
400 400
300 300
200 200
100 100
0 0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2010 2011 2010 2011
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
indikasi perlambatan ekonomi global dan 2011. Hal ini didorong oleh masih cukup
ketidakpastian krisis Eropa. Kondisi tersebut bagusnya prospek pertumbuhan dan kondisi
mendorong investor global untuk cenderung fundamental negara-negara tersebut.
memindahkan dananya di risk asset ke obligasi Perbaikan bursa saham di Indonesia dan
negara-negara safe haven currency seperti di Filipina juga didorong oleh peningkatan rating
AS, Jepang dan Jerman. Bursa saham beberapa sovereign kedua Negara tersebut di Desember
negara seperti di Jepang, Korea, China, dan 2011. Perkembangan pasar keuangan di
India bahkan terkontraksi selama 2011. negara kawasan tersebut diikuti oleh
Sementara itu, bursa saham seperti Indonesia, perkembangan nilai tukar yang cenderung
Malaysia, Thailand dan Filipina mengalami terdepresiasi kecuali di Jepang yang merupakan
rebound yang cukup tinggi di akhir tahun salah satu negara safe haven currency yang
setelah melemah tajam hingga awal Oktober justru terapresiasi di akhir tahun.
Indeks Indeks
Jan-10=100 Jan-10=100
120 120
Indonesia (Rupiah) Malaysia (Ringgit)
Filipina (Peso) Thailand (Bath)
110 110 Singapura (Dolar Singapura)
100 100
90 90
Jepang (Yen) China (Remimbi)
India (Rupee) Korea (Won)
80 80
Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des
2010 2011 2010 2011
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
36
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Global
37
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
8,0
Australia Malaysia pelaksanaan pemilu parlemen di 2012 dan
7,0 perdana menteri di 2013. Selain itu, BNM
6,0
diperkirakan akan kembali menurunkan
5,0
4,0
Overnight Policy Rate (OPR) sejalan dengan
3,0 cenderung menurunnya inflasi yang
2,0
diperkirakan akan mencapai 2,5% yoy di
1,0
Mar Ags Jan Jun Nov Apr Sep Feb Jul Des Mei Okt 2012.
2008 2009 2010 2011 2012
Sumber : Bloomberg & GDW (diolah)
Vietnam diperkirakan tidak terburu-buru
Grafik 1.23 Suku Bunga Kebijakan
untuk menurunkan suku bunga
kebijakannya. Meskipun inflasi di 2011
Sebelumnya di November 2011 BOT telah telah menurun menjadi 17,3%, tingkat
menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 inflasi tersebut masih di atas target
bps menjadi 3,25%. Namun demikian pemerintah sebesar 12%. Selain itu,
langkah tersebut dinilai belum cukup Vietnam juga masih akan fokus untuk
seiring indeks industri dan konsumsi yang memperbaiki kepercayaan investor melalui
terus melemah. upaya konsilidasi perbankan.
38
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
BAB
2
Perkembangan Ekonomi
Individu Negara
A. NEGARA MAJU
39
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
USD1,5 triliun diperkirakan berdampak pada automatic spending cuts senilai USD1,2 triliun yang
pada akhirnya berpotensi menurunkan PDB AS. Secara keseluruhan, PDB 2011 dan 2012 masing-
masing diprediksi menjadi 1,8% yoy (WEO Januari 2012), lebih rendah dari proyeksi September
2011. Sejalan dengan hal tersebut, pada Januari 2012 Fedres juga menurunkan proyeksi PDB di
2012 menjadi di kisaran 2,2%-2,7% yoy. Selanjutnya sejalan dengan melemahnya ekonomi AS,
inflasi di 2012 diprediksi turun menjadi 1,2% yoy.
Guna mencegah kian terpuruknya ekonomi AS, Fedres berkomitmen untuk tetap
mempertahankan suku bunga kebijakan di level 0-0,25% hingga akhir 2014 (sebelumnya
pertengahan 2013) dan akan melanjutkan kebijakan akomodatif berupa pembelian T-Bill yang
berjangka waktu lebih panjang (Operation Twist) dan kebijakan yang terkait dengan mortgage-
backed securities.
40
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
41
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
Indeks Indeks
65 50
Empire Manufacturing Index
60 40 Philadelphia Fed Index
55 30 Richmond Fed
Manufacturing Index
20
50
10
45
0
40
-10
35
ISM-Manufacturing -20
30 ISM-Manufac (new order) -30 Krisis keu. global
ISM-Non Manufacturing > 50 = ekspansi
25 -40
ISM-Manufac (export order) < 50 = kontraksi
20 -50
3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 12 4 6 8 10 12 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 12
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
memberikan sumbangan sekitar 1,0% dari ekspansi) (Grafik 2.4). Sementara di periode
total 1,6% pertumbuhan PDB. Namun yang sama baik ISM manufaktur pemesanan
demikian, pertumbuhan investasi yang cukup barang baru dan barang ekspor serta ISM non-
tinggi di TW4-11 ini tidak didukung oleh manufaktur turun tipis. Secara keseluruhan,
berbagai indikator penuntun investasi yang indikator ISM masih di bawah rata2 di tiga
mengindikasikan bahwa kinerja investasi triwulan pertama 2011, sebagai indikasi
relatif masih lemah. Produksi industri, kinerja investasi ke depan masih lemah.
pemesanan barang baru ke pabrik, serta Indikator Richmond Fed Manufacturing Index
pemesanan barang ekspor cenderung di akhir TW4 -11 meski masih di level rendah
menurun sejak awal 2011. Prospek ekonomi namun mengalami perbaikan. Sementara
dan keuangan yang masih penuh indikator «Empire Manufacturing Index» yg
ketidakpastian serta turunnya permintaan sejak Juni-11 telah memasuki teritori negatif
dunia diperkirakan berdampak pada semakin menunjukkan perkembangan yang
menurunnya aktivitas investasi. Selain itu, positif, meningkat mencapai level 9,53 dari
terbatasnya pengeluaran investasi pemerintah level terendahnya di 2011 (minus 8,82 di akhir
juga akan menghambat laju investasi di AS. TW3-11). Hal ini mencerminkan kerentanan
Ke depan, prospek investasi diperkirakan sektor manufaktur dalam jangka waktu 6
masih penuh ketidakpastian meskipun bulan ke depan tidak seburuk prediksi awal.
beberapa leading indikator investasi Di periode yang sama indikator Philly Fed Index
cenderung mixed dan penurunannya juga meningkat ke level 10,3. Perkembangan
tertahan. Setelah menunjukkan tren menurun ini dapat dijadikan sebagai sinyal awal bagi
sejak Juni 2011, indeks ISM manufaktur di investor bahwa prospek bisnis ke depan tidak
akhir TW4-11 meningkat ke level 53,9 dari sesuram dugaan sebelumnya.
51,6 di akhir TW3-11 (indeks >50 indikasi
42
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
43
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
Ke depan, angka pengangguran diprediksi 3,8% yoy di TW3-11 (Grafik 2.7). Namun
masih relatif tinggi. Aktivitas ekonomi dan tekanan inflasi dari sisi permintaan masih terus
investasi ke depan yang diperkirakan masih meningkat meski belum terlalu kuat. Inflasi inti
lemah diperkirakan belum banyak membantu di dua bulan pertama TW4-11 rata-rata naik
proses perbaikan di sektor lapangan kerja. Ke tipis ke level 2,2% yoy dari rata-rata 1,91%
depan, sektor tenaga kerja diperkirakan masih yoy di TW3-11. Sementara tingkat harga
rentan seiring dengan masih tingginya produsen (PPI) di periode yang sama terus
ketidakpastian kondisi ekonomi dan keuangan tertahan, turun ke level 4,8% yoy, dari 6,9%
domestik. Berdasarkan proyeksi 2 November yoy periode sebelumnya. Tertahannya tekanan
2011, Fedres memperkirakan angka inflasi terutama dampak dari menurunnya
pengangguran di akhir TW4-12 berada di harga energi dan transportasi. Inflasi energi di
kisaran 8,5% - 8,7% (naik dari prediksi Juni- akhir TW4-11 turun signifikan menjadi 6,6%
11 sebesar 7,8% - 8,2%). Sementara angka yoy, dari 19,6% yoy periode sebelumnya.
pengangguran di 2013 diperkirakan 7,8% -
8,2% (prediksi Juni-11 sebesar 7% - 7,5%). 12 1,5
9
Tekanan inflasi yang terus meningkat 1
6
0,5
sejak akhir 2010 mulai tertahan di triwulan
3
0
akhir 2011 sejalan dengan menurunnya harga 0
-0,5
energi
energi. Setelah mencapai level tertinggi sejak -3
IHK (% mom)-rhs -1
September 2008, inflasi di TW4 2011 turun -6
IHK (% yoy)
PCE Core (% yoy) -1,5
ke level 3,0% yoy, dari 3,9% yoy di TW3 2011 -9
PPI (% yoy)
-12 -2
(level tertingginya sejak September 2008). 1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 2 4 6 8 10 12
2008 2009 2010 2011
Secara rata-rata, inflasi di TW4-11 juga tercatat Sumber : Bloomberg
44
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
% yoy % yoy
6
memasuki TW4-11 defisit neraca perdagangan
30,0
-20,0 40 80,0
Canada China
-25,0 30
60,0 Mexico Japan
-30,0
20
-35,0 40,0
10
-40,0
-45,0 0 20,0
-50,0 -10
0,0
-55,0
-20
-60,0 Neraca Perdagangan-lhs
-20,0
Ekspor-rhs -30
-65,0
Impor-rhs
-70,0 -40 -40,0
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 2 4 6 8 11 1 3 5 7 911 1 3 5 7 911 1 3 5 7 911 1 3 5 7 911 1 3 5 7 911 1 3 5 7 911 1 3 5 7 911
2007 2008 2009 2010 2011 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
45
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
dari 12,7% yoy rata-rata triwulan sebelumnya, kinerja ekonomi AS yang tidak seburuk prediksi
atau jauh di bawah rata-rata impor di 2010 awal.
yang mencapai 19,8% yoy. Penurunan
Selama periode laporan, tren
terbesar terutama impor dari Korea dan
penurunan yield US T-Note 10 tahun yang
Taiwan. Sedangkan impor dari China di periode
terjadi sejak Maret 2011 masih terus
laporan masih di level rendah, rata-rata di dua
berlangsung sebagai dampak dari masih relatif
bulan pertama TW4-11 hanya tumbuh sebesar
tingginya perilaku risk averse investor (flight
6,7% yoy dari rata-rata 23% yoy selama
to quality) dan terus berlangsungnya operation
semester I 2011. Sementara impor dari Jepang
twist yang dilakukan The Fed. Tren penurunan
yang sempat terkontraksi selama TW2-11
yield tersebut terus berlanjut hingga TW4-11,
kembali meningkat sejalan dengan mulai
rata-rata turun sebesar 15,5% qoq
pulihnya supply chain sehingga proses
dibandingkan rata-rata TW3-11. Dibandingkan
pengiriman auto parts berangsur meningkat.
rata-rata TW1-11, rata-rata yield US T Note
Masih lemahnya kinerja impor diperkirakan
10 thn di TW4-11 turun signifikan sebesar
dampak dari lemahnya aktivitas investasi AS
40,7%. Di sisi lain, tren depresiasi USD tertahan
dan menurunnya daya beli masyarakat.
sejak akhir TW3-11 seiring dengan masih
Penurunan nilai ekspor yang lebih besar dari
tingginya perilaku risk averse investor.
penurunan nilai impor menyebabkan defisit
Walaupun beberapa indikator keuangan
neraca perdagangan AS di dua bulan pertama
menunjukkan tanda-tanda perbaikan, risiko di
TW4-11 melebar menjadi USD45,5 miliar dari
pasar keuangan AS masih tinggi. Penyelesaian
USD45,2 miliar triwulan sebelumnya.
permasalahan fiskal di AS dan sovereign debt
Volatilitas sektor keuangan AS dan crisis di Kawasan Euro masih jauh dari selesai.
risiko di pasar keuangan cenderung menurun Bahkan risiko sovereign debt crisis merambat
(Grafik 2.10). Setelah mencapai titik ke banking krisis kian meningkat. CDS AS
terendahnya di TW3-11, tekanan terhadap bertenor 10 tahun di TW4-11, rata-rata naik
pasar saham cenderung menurun. Selama 4% qoq. Sementara dibandingkan rata-rata
triwulan akhir 2011 harga saham hanya di triwulan awal 2011, CDS AS masih relatif
melemah tipis 0,4% dibandingkan triwulan tinggi, naik 10%.
sebelumnya. Dibandingkan posisi rata-rata
Sejalan dengan masih tingginya risiko
awal 2011, rata-rata harga saham di akhir
di pasar keuangan global, keketatan di pasar
periode 2011 tersebut juga relatif lebih rendah.
keuangan antar bank masih relatif tinggi. Hal
Namun perilaku risk averse investor sedikit
ini diindikasikan pada indikator spread antara
berkurang seiring dengan adanya sejumlah
suku bunga LIBOR dengan suku bunga
measures yang diluncurkan oleh para otoritas
kebijakan dan overnight indexed swap (OIS)
kebijakan negara maju guna melonggarkan
yang masih relatif tinggi. Hal ini diperkirakan
keketatan likuiditas USD di perbankan serta
46
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
125,0 70,0
4,0
120,0 65,0
3,5
60,0
115,0
55,0 3,0
110,0
50,0 2,5
105,0
45,0
2,0
100,0
NASDAQ 40,0
95,0 S&P 500 CDS 10 thn 1,5
35,0
DOW JONES INDUS AVG Yield 10 thn (rhs)
90,0 30,0 1,0
Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2010 2011 2010 2011
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
% Indeks
3,5 120
Spread LIBOR-Policy rate
3 Spread LIBOR-OIS 115
2,5 110
2 105
1,5 100
1 95
0,5 90
NEER
0 85
REER
-0,5 80
12 4 6 8 1012 2 4 6 8 1012 2 4 6 8 1012 2 4 6 8 1012 2 4 6 8 1012 2 4 6 8 1012 2 4 6 8 1012 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 5 7 9 12
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
47
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
PDB 2011 2,5 1,9 1,8 3,1 - 3,3 2,7 - 2,9 1,6 - 1,7 -
PDB 2012 2,7 2,0 1,8 3,5 - 4,2 3,3 - 3,7 2,5 - 2,9 2,2 - 2,7
2,5 - 2,8 2,4 - 2,7 2,3 - 2,6
PDB 2013 n/a n/a 2,2 3,5 - 4,2 n/a 3,0 - 3,5 2,8 - 3,2
PDB 2014 n/a n/a n/a n/a n/a 3,0 - 3,9 3,3 - 4,0
sektor tenaga kerja dan sektor perumahan Fedres juga merevisi proyeksi inflasi
yang masih relatif lemah dan rentan namun dengan penyesuaian yang tidak terlalu
diperkirakan belum dapat membantu signifikan. Inflasi di 2012 sedikit direvisi dari
mendongkrak aktivitas ekonomi domestik. 1,4% s.d. 2,0% yoy (proyeksi November 2011)
Kondisi tersebut menyebabkan risiko di pasar menjadi 1,4% s.d. 1,8% yoy (proyeksi Januari
keuangan AS terus meningkat. 2012). Sementara berdasarkan WEO
September 2011, inflasi 2012 diperkirakan
Berdasarkan asesmen terkini,
1,2% yoy. Selanjutnya guna menjangkar
pertumbuhan ekonomi di 2012 dan 2013
ekspektasi inflasi, the Fed menetapkan target
diperkirakan lebih rendah dari target. Pada 25
inflasi dalam jangka yang lebih panjang berada
Januari 2012, the Fed kembali menurunkan
di kisaran 2% yoy. Hal ini ditujukan untuk
proyeksi PDB AS. The Fed merevisi ke bawah
menjaga kestabilan harga, menjaga suku
PDB di 2012 menjadi 2,2% - 2,7% yoy (semula
bunga jangka panjang dalam level yang
2,5% - 2,9% yoy). Sementara proyeksi PDB di
moderat, dan mendukung sektor tenaga kerja
2013 juga diturunkan menjadi 2,8% - 3,2%
(maximum employment).
yoy (semula 3,0% - 3,5% yoy). Namun apabila
pemburukan ekonomi di Kawasan Euro terus Kegagalan the 12-member U.S. Joint
berlanjut dan sektor tenaga kerja dan sektor Committee on Deficit Reduction (sebuah
properti AS kembali terpuruk, masih terdapat komite gabungan dengan kewenangan sangat
potensi pertumbuhan ekonomi tersebut lebih besar, dikenal sebagai ≈super committee∆)
rendah dari target. Sebelumnya, melalui World mencapai kesepakatan penurunan utang
Economic Outlook (WEO Januari 2012 Update) Pemerintah AS sebesar USD1,5 triliun dalam
IMF telah merevisi ke bawah PDB AS. PDB di jangka waktu 10 tahun berpotensi
2012 diprediksi menjadi tumbuh 1,8% yoy menurunkan PDB AS. Berdasarkan budget deal
(WEO September 2011 diprediksi 2,0% yoy). kongres AS di Agustus-11 lalu, kegagalan
48
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
Inflasi 2012 1,6 1,2 1,5 - 2,0 1,4 - 2,0 1,4 - 1,8
1,7 - 2,0 1,7 - 2,0 2,0
Inflasi 2013 n/a n/a 1,5 -2,0 1,5 - 2,0 1,4 - 2,0
49
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
spending cuts senilai USD1,2 triliun yang pada kondisi sektor tenaga kerja AS dan sektor
akhirnya berpotensi menurunkan PDB AS. perumahan masih lemah; iii) pengeluaran
rumah tangga masih terbatas; iv) investasi
Hal yang perlu menjadi perhatian
(terutama pada nonresidential) masih lemah;
Pemerintah AS adalah langkah konkrit
vi) inflasi dalam level moderate ; dan vii)
konsolidasi fiskal AS karena saat ini AS sudah
terdapat downside risks yang cukup signifikan
memasuki kondisi «debt trap» yang
terkait dengan outlook ekonomi termasuk
mengkhawatirkan. Ke depan, perkembangan
pada pasar keuangan global.
isu fiskal AS tetap perlu dimonitor secara ketat
karena berpotensi mempengaruhi kredibilitas Saat ini AS dihadapkan pada kebijakan
AS & USD serta kestabilan ekonomi & yang sulit seiring dengan semakin terbatasnya
keuangan dunia. Apalagi, kondisi politik di AS flexibilitas kebijakan fiskal dalam mendongkrak
menjelang persiapan pemilu juga diperkirakan agregat demand (antara lain ancaman
berdampak pada lambatnya konsolidasi fiskal. penurunan peringkat utang AS apabila AS
dinilai tidak dapat menurunkan beban
Selama 2011 Fedres memutuskan
pengelolaan utangnya selama dua tahun ke
untuk tetap mempertahankan suku bunga
depan). Kondisi ini menyebabkan
kebijakan di level 0-0,25% setidaknya hingga
perekonomian AS masih bertumpu pada
pertengahan 2013. Selain itu, kebijakan
manuver kebijakan moneter. Namun di sisi lain,
akomodatif yang dikenal sebagai «Operation
kebijakan «Operation Twist» masih diragukan
Twist» masih akan tetap dilanjutkan seiring
efektivitasnya karena terbukti kebijakan
dengan masih lemahnya aktivitas ekonomi dan
quantitative easing (QE) sebelumnya pun tidak
keuangan domestik. Kebijakan ini terutama
efektif untuk mendorong pertumbuhan
ditujukan untuk menurunkan borrowing costs
ekonomi. Dengan perkembangan tersebut
dan memitigasi potensi terjadinya resesi
kebijakan yang berkaitan dengan reformasi
ekonomi. Lebih lanjut, pada pertemuan FOMC
struktural ekonomi baik terkait dengan
di November 2011 juga ditegaskan kembali
pengeluaran pemerintah seperti kesehatan,
bahwa the Fed akan tetap melanjutkan
social security dan pertahanan serta
kebijakan pembelian T-Bill dengan jangka
penerimaan seperti peningkatan pajak kepada
waktu yang lebih panjang (maturities 6 s.d.
«penduduk kaya» sangat krusial. Kredibilitas
30 tahun) senilai USD400 miliar hingga Juni-
dan efektivitas kebijakan AS tersebut akan
12, melanjutkan kebijakan yang berkaitan
sangat menentukan apakah kemampuan AS
dengan mortgage-backed securities
menghadapi double dip recession akan
investment. Dasar pertimbangan kebijakan
meningkat atau tidak di tengah kondisi politik
tersebut di atas meliputi faktor-faktor berikut:
yang memanas akibat perbedaan pendapat
i) pertumbuhan ekonomi masih lemah; ii)
dan kepentingan yang tajam.
sejumlah indikator terkini menunjukkan bahwa
50
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
A.2 Eropa (Kawasan Euro dan Inggris) komponen PDB di TW4-11 diperkirakan terus
melemah. Jerman dan Perancis yang selama
2.1 Kawasan Euro
ini menjadi penopang utama kinerja ekonomi
Ekonomi Kawasan Euro di 2011 kawasan juga turut terkena imbas krisis utang
mengalami pemburukan dengan cepat dan di negara periferal Euro (PDB sejak TW2-11
terus berlanjut hingga TW4-11. Hal ini turun signifikan). Di sisi lain, meski harga
diperkirakan sebagai dampak dari tingginya komoditi energi cenderung menurun, levelnya
ketidakpastian penyelesaian krisis utang di masih relatif tinggi. Masih tingginya harga
negara periferal Euro yang mulai menjalar ke energi tersebut menyebabkan tekanan inflasi
negara core Euro dan perbankan kawasan. persisten di level tinggi (2,7% yoy), di atas
Berdasarkan perkembangan terakhir, ekonomi target (2% yoy).
kawasan Eropa di 2012 diperkirakan akan
Di sektor keuangan, indikator risiko dan
mulai memasuki periode kontraksi dalam
volatilitas di pasar keuangan masih relatif
jangka waktu yang relatif panjang setidaknya
tinggi. Hal ini sebagai imbas dari (i)
hingga TW3-12. Belum terlihatnya langkah-
memburuknya krisis utang di negara Kawasan
langkah recovery yang solid atas permasalahan
Euro; (ii) hilangnya kepercayaan antar bank
hutang dan ekonomi fundamental negara
sehingga biaya pinjaman di kawasan melonjak
periferal Euro, dinamika politik yang kurang
dan pinjaman uang antar bank terganggu; dan
menguntungkan, dan sistem keuangan yang
(iii) adanya krisis kepercayaan akan kesehatan
juga memiliki masalah serius akibat krisis utang
perbankan kawasan seperti Perancis yang
mengakibatkan kawasan Eropa akan sulit
diperkirakan memiliki eksposur tinggi pada
bangkit dalam waktu singkat dan perbankan
negara PIIGS. «Joint action» yang dilakukan
kawasan terancam terseret. Beratnya
enam (6) bank sentral (the Fed, ECB, Bank of
permasalahan fundamental di negara kawasan
Canada, BOE, BOJ, dan Swiss National Bank)
menyebabkan target defisit fiskal diperkirakan
sejak akhir November 2011 lalu,
sulit tercapai. Hal ini sudah terlihat pada
diimplementasikannya langkah-langkah non-
Spanyol, di mana defisit pemerintah di 2011
standar, serta langkah QE berupa penawaran
lebih besar dari perkiraan semula dan
pinjaman sebesar EUR489 miliar kepada 500
melampaui prediksi EU. Reformasi struktural
bank di Eropa diperkirakan hanya untuk
melalui pembenahan efisiensi dan
sementara sedikit melonggarkan keketatan
produktivitas membutuhkan proses panjang
likuiditas USD dan tekanan di pasar keuangan.
dan berat.
Secara keseluruhan tahun, berdasarkan
Permasalahan sovereign debt tersebut
prediksi IMF (WEO Januari 2012 Update), PDB
pada akhirnya berdampak pada pelemahan
di 2011 diprediksi 1,6% yoy. Selanjutnya,
pertumbuhan ekonomi negara kawasan
seiring dengan terus memburuknya sovereign
hingga triwulan akhir 2011. Seluruh
51
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
debt crisis di kawasan, ekonomi di Eropa 2012 mengurangi tekanan inflasi ke depan
diprediksi terkontraksi menjadi 0,5% yoy, melatarbelakangi keputusan tersebut. Ke
turun signifikan dari proyeksi IMF September depan, seiring dengan menurunnya aktivitas
2011 sebesar 1,1% yoy. Prediksi PDB IMF di ekonomi dan kian rentannya kondisi ekonomi
2012 tersebut juga sejalan dengan proyeksi dan keuangan di kawasan, ECB diperkirakan
ECB terkini di kisaran minus 0,4% s.d. 1,0% masih akan melonggarkan kebijakan
yoy. Sementara inflasi di akhir 2012 diprediksi moneternya.
di bawah target 2,0% yoy.
Ekonomi kawasan Euro di 2011
Ekonomi kawasan saat ini menghadapi diperkirakan turun signifikan. Pelemahan
fase yang kritis dengan ketidakpastian sangat ekonomi Kawasan Euro diperkirakan terus
tinggi dan intensified downside risks, yang berlanjut hingga TW4-11. Berdasarkan prediksi
meliputi i) memburuknya sovereign debt crisis Consensus Forecast (CF) Januari 2012 PDB di
di Kawasan Euro sehingga berdampak pada TW4-11 diprediksi tumbuh hanya 0,8% yoy,
akses pembiayaan yang sangat ketat; ii) potensi dari 1,4% yoy di TW3-11 dan jauh lebih rendah
risiko sistemik pada perbankan kawasan, dari prediksi CF di akhir TW3-11 sebesar 1,3%
akibat memburuknya bank-bank yang yoy (Grafik 2.11). Penurunan PDB diperkirakan
terekspose pada sovereign debt dan liquidity terjadi di sebagian besar negara kawasan
risks; iii) dampak dari austerity measures; dan termasuk negara inti seperti Jerman (2,0%
iv) memburuknya ekonomi AS. Hal ini yoy), Perancis (1,0% yoy), dan Italia (0,0% yoy)
dikhawatirkan mendorong lonjakan biaya yang selama ini menjadi penopang ekonomi
pinjaman dan meningkatnya NPL sehingga kawasan. Sementara Yunani, Portugal, dan
mengganggu kestabilan ekonomi dan Irlandia diperkirakan masih mengalami
keuangan dan proses adjustment fiskal kontraksi. Memburuknya krisis utang negara
sehingga berpotensi mengganggu kestabilan di periferal Euro yang diperkirakan mulai
ekonomi dan keuangan global.
%
Di tengah ancaman pemburukan 6,0
Proyeksi
ekonomi dan berkurangnya tekanan inflasi, 4,0
52
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
Yunani -2,3 -4,4 -5,0 -2,0 n/a n/a -5,5 n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a
Portugal -2,5 1,3 -2,2 -1,8 n/a n/a -0,5 -1 -1,7 n/a n/a n/a n/a n/a
Irlandia -7,0 -0,4 0,4 1,5 n/a n/a 0,2 2,1 -0,1 n/a n/a n/a n/a n/a
*) Proyeksi Consensus Forecast, Januari-12
menjalar pada negara inti Kawasan Euro indikator penjualan ritel terus mengalami
diperkirakan mempengaruhi aktivitas ekonomi kontraksi. Penjualan ritel kawasan selama
terutama investasi. Sementara perdagangan TW4-11 rata-rata mengalami kontraksi sebesar
intra kawasan diperkirakan tidak setinggi 1,3% yoy dari minus 0,6% yoy triwulan
periode sebelumnya seiring dengan sebelumnya. Kontraksi penjualan ritel terutama
menurunnya aktivitas ekonomi negara terjadi pada Yunani, Portugal, Spanyol, Irlandia
kawasan. Berdasarkan komponennya, dan Italia. Sementara di periode yang sama
penurunan pertumbuhan PDB terbesar di indikator penjualan kendaraan bermotor yang
TW4-11 diperkirakan masih disumbang oleh sebelumnya sempat tumbuh positif (2,4% yoy)
menurunnya investasi dan kinerja ekspor. kembali terkontraksi, rata-rata minus 3,3%
yoy. Seiring dengan memburuknya kondisi
Penurunan aktivitas konsumsi
diperkirakan terus berlanjut hingga TW4-11
% yoy Indeks
(Grafik 2.12).
2.12) Terus meningkatnya angka 40 10
53
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
% yoy Indeks
ekonomi negara periferal Euro dan 20,0 100
20
menurun hingga mencapai minus 21,3% di -20,0
0
akhir TW4-11. Tren serupa juga terjadi pada -30,0
-20
indikator indeks kepercayaan pedagang ritel -40,0
Produksi Industri, lhs
Business Climate Indicator, rhs
Industrial Confidence, lhs
Kapasitas Utilisasi, rhs -40
Yunani -11,4 -5,85 -16 -11 -18 -8,5 -10,8 -11,5 -3,9 -1,9 -6,5 -11 -8,9 -
Portugal -1,94 -0,24 -7,1 -3,7 -7,6 -4,7 -7,5 -5,6 -5,0 -4,3 -6,8 -9,7 -9,2 -8,8
Irlandia -6,2 -0,68 -0,5 -3,3 -4,8 -3,2 -4,6 -3,2 -2,6 -3,3 -3,3 -2,9 -0,5 0,8
Sumber: Bloomberg
54
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
Yunani -9,32 -5,58 -5,3 -4,8 -8,1 -10,9 -10 -13,1 -2,8 -11,7 -1,7 -12,3 -7,8
Portugal -8,03 1,68 -0,1 2,7 -1,9 -1,9 -0,2 -2,7 -4,5 -0,4 -2,1 0,3 -3
Irlandia -4,6 7,77 4,6 2,1 -0,2 4,4 -0,2 -3,6 -5,3 12,1 0,4 11,8 -3,9
Sumber: Bloomberg
composite mendekati level ekspansi, sinyal terjadi di seluruh negara kawasan. Tingkat
perbaikan masih belum terlalu kuat di tengah pengangguran tertinggi terjadi terutama pada
tingginya ketidakpastian kondisi ekonomi dan negara Spanyol (22,9%), Irlandia (14,5%),
keuangan negara-negara di Kawasan Euro. Portugal (13,6%), dan Perancis (9,9%).
Kinerja ekonomi yang terus menurun Sementara angka pengganguran Yunani di
menyebabkan iklim tenaga kerja terganggu
terganggu. Oktober 2011 berada di level 19,2% (dari
Angka pengangguran persisten di level tinggi 18,8% di September 2011), nomor dua
dan terus meningkat mencapai 10,4% di akhir tertinggi di kawasan setelah Spanyol seiring
TW4-11. Berdasarkan data dari Eurostat dengan terus memburuknya kondisi ekonomi
terdapat sekitar 16.5 juta orang menganggur domestik. Angka pengangguran Yunani di
di Kawasan Euro per-Desember 2011. Kecuali TW4-11 diperkirakan akan terus meningkat
Jerman, peningkatan angka pengangguran sebagai dampak dari penerapan kebijakan
fiskal ketat berupa kebijakan PHK pada PNS.
Indeks % yoy
65 5 Ke depan, prospek ekonomi kawasan
4
60 diperkirakan masih penuh ketidakpastian
ketidakpastian. Hal
3
55
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
Indeks % yoy
100 6
ZEW-Expectations/OECD Euro Area Lead. Indicator Euro Jerman
80
ZEW Current Situation 5 Perancis Italia
60 Spanyol Target
40 4
20 3
0
2
-20
-40 1
-60 0
-80
-1
-100
-120 -2
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 12 12 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
sebelumnya sejak akhir 2009 inflasi cenderung meski masing-masing turun tipis tetap stabil
meningkat dan memasuki akhir 2010 telah di level tinggi. Sejalan dengan inflasi di negara
melampaui target 2% yoy. Inflasi di akhir TW4 «core Euro», inflasi di negara periferal Euro juga
2011 tercatat turun menjadi 2,7% yoy namun masih di atas target, masing-masing Yunani
masih di atas target 2,0% yoy (Grafik 2.16). (2,2% yoy), Portugal (3,5% yoy), kecuali
Menurunnya harga energi berkontribusi cukup Irlandia (1,7% yoy) (Tabel 2.6). Sementara itu,
signifikan pada berkurangnya tekanan inflasi. tekanan inflasi dari sisi permintaan relatif stabil.
Namun secara keseluruhan, inflasi negara di Pada akhir TW4-11 inflasi inti kawasan masih
kawasan masih berada di atas target, kecuali bertahan di kisaran 1,6% yoy, sama dengan
Irlandia. Di antara negara core Euro, inflasi level tiga bulan terakhir. Ke depan, seiring
Perancis dan Italia pada TW4-11 sama dengan dengan pelemahan ekonomi domestik inflasi
bulan sebelumnya, menjadi 2,7% yoy (Grafik diperkirakan berangsur menurun dan di akhir
2.17). Sementara inflasi Jerman dan Spanyol 2012 diprediksi di bawah target.
Grafik 2.16 Inflasi Kawasan Euro terbesar terutama terjadi di Italia dan Spanyol,
56
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
Yunani 2,6 5,2 4,9 4,2 4,3 3,7 3,1 3,1 2,1 1,4 2,9 2,9 2,8 2,2
Portugal -0,1 2,4 3,6 3,5 3,9 4,0 3,7 3,3 3,0 2,8 3,5 4,0 3,8 3,5
Irlandia -2,6 -0,2 0,2 0,9 1,2 1,5 1,2 1,1 1,0 1,0 1,3 1,5 1,7 -
Sumber: Bloomberg
kecuali Perancis yang di periode laporan rata- jauh di bawah rata-rata 15,3% yoy di tiga
rata tumbuh 10,2% yoy, naik dari rata-rata triwulan pertama 2011. Penurunan impor
3,2% yoy di TW3-11. Memburuknya sovereign tersebut terjadi di hampir seluruh negara
debt crisis di kawasan tersebut diperkirakan kawasan. Penurunan nilai impor yang jauh
berdampak signifikan pada penurunan lebih besar dibandingkan penurunan nilai
aktivitas ekonomi di kawasan Euro sehingga ekspor dibandingkan periode sebelumnya
ekspor intra kawasan turun signifikan. Sejalan mendorong melebarnya surplus neraca
dengan menurunnya kegiatan ekspor, di perdagangan. Surplus neraca perdagangan
periode yang sama impor juga terus melebar dari EUR0,03 miliar di akhir TW3-2011
mengalami penurunan. Impor kawasan menjadi EUR6,9 miliar di November 2011.
tumbuh sebesar 5,6% yoy dari 9,2% yoy rata- Secara keseluruhan tahun, kondisi pasar
rata triwulan sebelumnya. Sama halnya keuangan Kawasan Euro mengalami gejolak
dengan ekspor, kinerja impor tersebut masih yang cukup tinggi dengan risiko yang terus
meningkat hingga TW4-2011. Keraguan akan
% yoy EUR Mn
kemampuan pemerintah negara PIIGS
40,0 15,0
Trade Balance, rhs
30,0 Ekspor, lhs
mengatasi kondisi defisit fiskal dan utangnya
10,0
20,0
Impor, lhs serta concern kemungkinan dampak debt crisis
5,0
10,0
0,0
merambat ke arah banking crisis diperkirakan
0,0
-5,0
mempengaruhi sentimen pelaku pasar
-10,0
-10,0
terhadap negara-negara di Kawasan Euro yang
-20,0
-15,0
memiliki kondisi yang sama atau memiliki
-30,0
-40,0 -20,0
eksposur tinggi dengan negara PIIGS.
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 12 4 6 8 11
2007 2008 2009 2010 2011
Kegagalan negara di kawasan Eropa untuk
Sumber : Bloomberg
menemukan solusi yang komprehensif guna
Grafik 2.18 Neraca Perdagangan mengatasi debt crisis menyebabkan
57
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
ketidakpastian di pasar keuangan masih tinggi. OP Pohjola Group (Finlandia), dan Rabobank
Kekhawatiran atas kemampuan negara Group (Belanda) diturunkan dan kerentanan
periferal untuk bertahan terhadap kondisi perbankan di kawasan Eropa Timur
kemungkinan terjadinya insolvensi, bahkan semakin meningkat sejalan dengan
default juga masih tinggi. Dengan memburuknya kondisi parent banks di
pertimbangan eksposur pasar keuangan, kawasan Eropa Barat.
perbankan, dan perdagangan antar negara di
Masih tingginya ketidakpastian di pasar
Kawasan Euro sangat tinggi, risiko contagion
keuangan berdampak pada kondisi pasar
effect ke negara lainnya juga masih tinggi.
uang antar bank yang masih cenderung ketat.
Masih tingginya ketidakpastian Hal ini tercermin dari spread antara suku
penyelesaian sovereign debt crisis di Kawasan bunga LIBOR dan Overnight Indexed Swap
Euro mendorong lembaga rating internasional (OIS) yang masih relatif lebar (Grafik 2.19).
untuk melakukan rating actions. Rating Perbankan Eropa saat ini telah mengalami
sejumlah negara di Kawasan Eropa (Spanyol, kesulitan untuk memperoleh funding dari
Italia, Belgia, Irlandia, Cyprus) berada dalam perbankan negara-negara dan kawasan lain.
kriteria «on review for a downgrade» dan saat Sumber dana perbankan dalam bentuk US
ini Ficth masih melakukan review atas rating Dollar saat ini telah mulai sulit diperoleh yang
negara-negara tersebut hingga setidaknya pada gilirannya mendorong perbankan Eropa
akhir Januari 2012. Bahkan pada 16 Desember untuk mengurangi dan menarik kembali
2011 rating Belgia diturunkan 2 notches dan komitmen dan pinjaman-pinjamannya
outlook credit rating Perancis diturunkan. (lending activity) di negara-negara lain
Menurut Ficth, perubahan outlook Perancis khususnya di wilayah periferal Eropa dan
tersebut terutama didasari oleh pertimbangan negara-negara Emerging Markets. Hal ini akan
meningkatnya risiko contingent liabilities yang mempengaruhi jumlah likuditas USD dollar
diperkirakan akan muncul dampak dari
%
meningkatnya risiko sovereign debt crisis di
2
Kawasan Euro. Kemampuan Perancis saat ini Spread LIBOR-Policy Rate
1,5 Spread LIBOR-OIS
untuk meng-absorp shocks mulai menurun
1
sehingga mengancam stabilitas sektor
keuangan. Sejalan dengan hal ini, sejumlah 0,5
58
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
secara langsung (first round effect) maupun pasar keuangan dibarengi dengan «Bond
tidak langsung (second round effect) ke Purchase Program» yang dilakukan ECB secara
negara-negara emerging markets . «Joint bertahap sejak 8 Agustus 2011 untuk membeli
action» yang dilakukan enam (6) bank sentral obligasi Italia, Spanyol, Portugal, dan Irlandia
(the Fed, ECB, Bank of Canada, BOE, BOJ, dan diperkirakan sedikit menahan tekanan di pasar
Swiss National Bank) sejak akhir November keuangan. Dibandingkan rata-rata TW3-11,
2011 lalu diperkirakan untuk sementara sedikit rata-rata yield obligasi negara di Kawasan Euro
melonggarkan keketatan likuiditas USD. di TW4-2011 turun tipis. Namun demikian, hal
Namun demikian, langkah «joint action» ini hanya bersifat sementara. Memasuki akhir
tersebut hanya merupakan «buy time» bagi Desember 2011, yield obligasi di negara-
negara eropa agar memiliki ruang yang cukup negara tersebut kembali meningkat, terutama
untuk melakukan reformasi fiskal dan Italia. Sejak 29 Desember 2011 yield obligasi
ekonominya. Italia kembali menembus batas psikologis 7%.
Kekhawatiran akan sovereign debt
Di tengah masih tingginya risiko
sustainability Italia meningkat di tengah
sovereign debt serta ketidakpastian di pasar
lemahnya prospek pertumbuhan ekonomi dan
keuangan kawasan, kenaikan yield sovereign
meningkatnya borrowing costs. Selain itu,
bond Spanyol, Italia, Yunani, Portugal, dan
menurunnya market confidence diperkirakan
Irlandia sedikit tertahan (Grafik 2.20).
memperparah kondisi pasar keuangan Italia
Keputusan ECB pada 8 Desember 2011 untuk
sehingga kemungkinan Italia harus melakukan
menerapkan langkah-langkah non-standar
restrukturisasi terhadap sovereign debt-nya
untuk menyediakan likuiditas pada perbankan
semakin membesar. Sementara tren
termasuk menawarkan pinjaman sebesar
penurunan yield obligasi negara kawasan
EUR489 miliar kepada 500 bank di Eropa, serta
utama seperti Jerman dan Perancis yang terjadi
berbagai upaya menurunkan suku bunga di
% EUR/USD
8,5 1,7
Germany France
7,5 1,6
Italy Spain
6,5 1,5
5,5 1,4
4,5 1,3
3,5 1,2
2,5 1,1
1,5 1
Jan Mar Sep Jan Mar Sep Jan Mar Sep Jan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov
2009 2010 2011 2012
2007 2008 2009 2010 2011
Sumber : Bloomberg
Sumber : Bloomberg
59
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
%
38
utama Euro (Grafik 2.23). Sejalan dengan
Portugal
33 Ireland
meningkatnya risiko di pasar keuangan di
28
Greece Kawasan Euro, penurunan harga saham terus
23
berlanjut hingga TW4-11 (Grafik 2.24). Rata-
18
rata harga saham di sejumlah negara di
13
Kawasan Euro di periode laporan mengalami
8
penurunan terutama Yunani.
3
Jan Mar Sep Jan Mar Sep Jan Mar Sep Jan Ke depan, mengingat permasalahan
2009 2010 2011 2012
Sumber : Bloomberg
struktural di negara kawasan eropa masih
Grafik 2.22 Periferal belum dapat ditangani dengan baik, berbagai
isu mengenai perkembangan kondisi sovereign
sejak TW2-11 mulai tertahan di TW4-11 debt di Kawasan Euro dan ancaman
karena menurunnya prilaku risk averse investor. downgrade pada sejumlah negara di kawasan
Sementara depresiasi nilai tukar Euro Euro termasuk perbankannya diperkirakan
cenderung tertahan Euro (Grafik 2.21). Sejak masih berpotensi memicu gejolak di pasar
September 2011 Euro/USD cenderung keuangan global. Saat ini sulit bagi Spanyol
terapresiasi dan terus berlanjut hingga akhir dan negara-negara di kawasan Euro lainnya
TW4-11 (EUR/USD rata-rata terapresiasi 4,6% untuk menurunkan borrowing costs
di TW4-11 dibandingkan TW3-11). mengingat langkah konkrit dari para pemimpin
negara di Kawasan Euro dalam mengatasi
Gejolak pasar keuangan juga tercermin
sovereign debt crisis masih belum jelas.
dari pergerakan spread CDS negara PIIGS yang
Pemburukan di pasar keuangan dan
cenderung meningkat sejak awal 2011 diikuti
perbankan di Kawasan Euro serta adanya isu
dengan tren yang sama di sejumlah negara
400
1500
300
1000
200
100 500
0 0
30 30 30 30 30 2 2 2 30 30 30 30 30 2 2 2
Jan Jun Nov Apr Sep Mar Ags Jan Jan Jun Nov Apr Sep Mar Ags Jan
2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
60
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
Indeks Indeks
Jan 09=100 Jan 09=100
160 250
Germany France Portugal Ireland
150
Italy Spain Greece Hungary
140 200
130
120 150
110
100 100
90
80 50
70
60 0
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1
Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Jan Jul Des Mei Okt Mar Ags Jan
2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
Tabel 2.7 Budget Deficit (% GDP) Tabel 2.8 Government Debt (% GDP)
Yunani -6,5 -9,8 -15,8 -10,6 Yunani 107,4 113 129,3 144,9
Portugal -3,1 -3,6 -10,1 -9,8 Portugal 68,3 71,6 83 93,3
Irlandia 0,1 -7,3 -14,2 -31,3 Irlandia 24,9 44,3 65,2 94,9
Sumber: Eurostat Sumber: Eurostat
61
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
20
-0,2 3
0
Grafik 2.25 Government Activities to Support Grafik 2.27 Oustanding Assets & Actual Liabilities
Financial Institutions (% of GDP)
EUR5,2 miliar di 2008 (Grafik 2.25). Pemerintah Kawasan Euro untuk mendukung
Melonjaknya pengeluaran pemerintah di institusi keuangan terhadap utang pemerintah
Kawasan Euro untuk mendukung institusi di 2010 adalah sebesar EUR468,79 miliar
keuangan tersebut berdampak pada (5,1% dari PDB). Sementara dampak intervensi
melebarnya government defisit menjadi minus tersebut pada aset pemerintah adalah sebesar
EUR66,5 miliar (minus 0,73% dari PDB), dari EUR391,55 miliar (4,3% dari PDB) (Grafik 2.27).
minus EUR7,6 miliar (minus 0.09 dari PDB) di
Memburuknya sektor ekonomi dan
2009 atau minus EUR3,4 miliar (minus 0.04 dari
keuangan negara di Kawasan Euro tersebut
PDB) di 2008. Intervensi yang dilakukan
merupakan dampak dari pengelolaan ekonomi
pemerintah tersebut terutama dalam bentuk
dan keuangan yang kurang prudent. Ekonomi
«capital injection» dan «other» (Grafik 2.26).
Kawasan Euro terutama negara PIIGS
Dampak dari intervensi yang dilakukan
(Portugal, Italia, irlandia, Yunani (Greece), dan
Bn Euro
Spanyol menghadapi permasalahan
100 ketidakseimbangan eksternal yang cukup
Interest Payable
80
Capital Injection recorded as deficit-increasing (capital transfer) serius. Guna mengatasi permasalahan fiskal
Calls on Guarantees
Other defisit yang kian membengkak, negara PIIGS
60
(Portugal, Irlandia, Italia, Yunani, dan Spanyol)
40 melakukan pengetatan fiskal (austerity
20
program). Namun target defisit fiskal negara
PIIGS diperkirakan sulit dicapai, mengingat
0
2007 2008 2009 2010 reformasi struktural yang berjalan lamban di
Sumber : Eurostat
tengah beban utang pemerintah yang sangat
Grafik 2.26 Government Expenditures to Support tinggi.
Financial Institution
62
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
Ke depan, krisis utang di negara s.d. 2,2% yoy (2013). Menurunnya inflasi di
kawasan Euro diperkirakan berpotensi terus 2012 dengan asumsi penurunan base efek
memburuk
memburuk.. Kondisi tersebut diperkirakan harga energi dan pangan serta asumsi harga
berdampak pada menurunnya pertumbuhan komoditi yang stabil atau menurun. Inflasi di
ekonomi kawasan di 2012 secara signifikan. 2012 terutama disumbang oleh peningkatan
Secara keseluruhan tahun, berdasarkan administered prices dan pajak tidak langsung
prediksi IMF melalui WEO Januari 2012 seiring dengan proses konsolidasi fiskal di
Update, PDB Kawasan Euro di 2012 diprediksi sejumlah negara di Kawasan Euro.
mengalami kontraksi sebesar minus 0,5% yoy.
Perkembangan ekonomi terkini masih
Di antara negara inti Euro, Italia dan Spanyol
mengindikasikan bahwa ketidakpastian
diperkirakan mengalami kontraksi yang cukup
ekonomi ke depan masih tinggi dengan
besar, masing-masing minus 2,2% yoy dan
intensified downside risks, meliputi sbb
sbb.: i)
1,7% yoy. Sementara sejalan dengan
memburuknya krisis utang negara periferal dan
terkontraksinya ekonomi, inflasi di 2012
negara-negara core Kawasan Euro khususnya
diprediksi di bawah target 2% yoy. Namun
Italia, Spanyol, dan Perancis sehingga
demikian, perkembangan terkini
berdampak pada akses pembiayaan yang
mengindikasikan ketidakpastian kondisi
sangat ketat; ii) potensi risiko sistemik pada
ekonomi di negara Kawasan Euro sangat tinggi
perbankan kawasan, akibat memburuknya/
sehingga PDB di 2012 tersebut diperkirakan
runtuhnya bank-bank yang terekspose pada
berpotensi lebih rendah dari prediksi IMF
sovereign debt dan liquidity risks; iii) dampak
tersebut.
dari austerity measures; dan iv) memburuknya
Berdasarkan proyeksi ECB terkini (Tabel ekonomi AS. Hal ini dikhawatirkan dapat
2.9), PDB diperkirakan antara minus 0,4% s.d. menimbulkan lonjakan biaya pinjaman dan
1,0% yoy di 2012 dan antara 0,3% yoy s.d. meningkatnya NPL sehingga mengganggu
2,3% yoy di 2013. Sementara itu, inflasi kestabilan ekonomi dan keuangan negara di
masing-masing diprediksi berada di kisaran kawasan dan mengganggu proses adjustment
1,5% yoy s.d. 2,5% yoy (2012) dan 0,8% yoy fiskal, serta terus meluasnya risiko penurunan
63
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
64
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
menyesuaikan diri di tengah ketidakpastian menjadi -0,2% qoq. Secara keseluruhan tahun,
ekonomi dan menahan kejatuhan sektor PDB 2011 hanya tumbuh 0,9% yoy, melambat
perbankan Eropa secara keseluruhan. dari 1,8% yoy di 2010. Perlambatan tersebut
terutama disebabkan oleh kontraksi dari sisi
Secara keseluruhan, kebijakan ECB
permintaan yang kemudian berimbas pada
untuk menyediakan unlimited three-year loans
penurunan pasokan. Perkembangan berbagai
kepada perbankan dan pembelian sovereign
indikator leading baik konsumsi maupun
bonds untuk sementara dianggap mampu
produksi menunjukkan tren menurun dan
mendukung kondisi pasar keuangan kawasan
mengkonfirmasi perkiraan tersebut. Selain itu,
sehingga menenangkan pelaku pasar
pasar.
belum pulihnya kinerja sektor eksternal akibat
Keputusan lembaga rating internasional untuk
perlambatan ekonomi global terutama
menurunkan rating sejumlah negara di
Kawasan Eropa juga semakin melemahkan
kawasan Euro pada Januari 2012 tidak terlalu
perkembangan ekonomi Inggris. Di sisi harga,
menimbulkan gejolak yang cukup signifikan
laju inflasi di triwulan akhir 2011 berada dalam
pada pasar keuangan kawasan. Namun
tren menurun, meski masih dalam level tinggi.
demikian, perlu dicatat bahwa kebijakan ini
Inflasi IHK di TW4-11 (rata-rata) tercatat 4,7%
telah mendorong peningkatan neraca bank
yoy, stabil dibandingkan triwulan sebelumnya
sentral hingga mencapai EUR2,73 triliun
namun masih lebih tinggi dibandingkan rata-
(USD3,5 triliun) di Desember 2011 (sebagai
rata 2011 dan target pemerintah. Selama
perbandingan, sejak berakhirnya aset purchase
2011, faktor pendorong tingginya inflasi IHK
programme di Juni 2011, neraca Fedres rata-
Inggris tersebut terutama berasal dari sisi
rata tercatat USD2,86 triliun. Seiring dengan
penawaran (cost push inflation).
menurunnya aktivitas ekonomi ke depan dan
kian rentannya kondisi ekonomi dan keuangan Menyikapi downside risk yang lebih
di Kawasan Euro, kebijakan moneter longgar besar terhadap perekonomian Inggris, BoE
masih akan terus ditempuh oleh ECB dalam memutuskan untuk terus mempertahankan
kurun waktu yang cukup panjang. suku bunga kebijakan di level 0,5%. Selain itu,
guna mendukung pemulihan ekonomi
domestik, BoE meningkatkan jumlah QE2 pada
2.2 Inggris Oktober-11 sebesar GBP75 miliar menjadi total
Secara umum perekonomian Inggris GBP275 miliar. BoE juga memperkenalkan
melemah. Rilis sementara PDB di TW4-11 fasilitas likuiditas baru bagi perbankan
tercatat tumbuh 0,8% yoy, lebih tinggi dari (Collateral Term Repo Facility) guna memitigasi
dua triwulan sebelumnya namun lebih rendah risiko krisis Eropa di pasar keuangan Inggris.
dibandingkan prediksi pemerintah. Meski Prospek ekonomi ke depan masih lemah,
demikian, pelemahan ekonomi mulai Inggris dihadapkan pada ancaman resesi. BoE
tercermin dari anjloknya PDB triwulanan diprediksi kembali menambah QE pada TW1-
65
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
12 sebesar GBP50 miliar pada TW1-12 sektor produksi semakin anjlok menjadi minus
mendatang untuk terus mendorong 2.6% yoy dari minus 1,3% yoy triwulan
perekonomian. Secara keseluruhan, sebelumnya terutama disebabkan oleh
pemerintah memprediksi PDB 2012 hanya turunnya output sub sektor listrik, gas dan air
0,7% yoy, sedikit lebih tinggi dibandingkan serta sub sektor manufaktur.
prediksi IMF yang sebesar 0,6% yoy (WEO
Aktivitas konsumsi diperkirakan masih
Update Januari 2012 Update).
melanjutkan periode kontraksinya. Konsumsi
Ekonomi Inggris di TW4-11 masih rumah tangga selama periode laporan
lemah (Grafik 2.29). Meski rilis PDB sementara diperkirakan masih berada dalam zona
di TW4-11 tercatat tumbuh 0,8% yoy, lebih kontraksi yaitu sebesar 1,2% yoy (CF Januari
baik dari 0,5% yoy triwulan sebelumnya, 2012), setelah sebelumnya terkontraksi 1,5%
namun angka tersebut masih lebih rendah yoy di TW3-11. Tingginya tingkat inflasi,
dibandingkan prediksi pemerintah semula kenaikan VAT dan tingginya tingkat
yang sebesar 0,9% yoy.1 Namun demikian, pengangguran menjadi penyebab utama
pelemahan tersebut sudah mulai tercermin dari masih lemahnya konsumsi domestik. Selain itu,
pertumbuhan triwulanan dimana pada TW4- penurunan public spending seiring
11 anjlok menjadi minus 0,2% qoq dari 0,5% pelaksanaan fiscal austerity juga menjadi faktor
qoq di TW3-11. Secara keseluruhan tahun, dibalik penurunan konsumsi. Namun
PDB Inggris selama 2011 tercatat tumbuh demikian, banyaknya sale menyambut Natal
melambat dan hanya mencapai 0,9% yoy dari dan Tahun Baru di seluruh supermarket Inggris
1,8% yoy di 2010. Perlambatan kinerja diharapkan menahan pemburukan konsumsi
ekonomi Inggris di 2011 terutama disebabkan lebih lanjut di TW4-11. Indikator terkini
oleh rendahnya permintaan domestik akibat penjualan ritel di TW4-11 (rata-rata) naik 3,8%
tingginya tingkat inflasi, ketatnya penyaluran yoy lebih tinggi dibandingkan rata-rata 2011
kredit perbankan, rendahnya tingkat investasi
akibat ketidakpastian ekonomi serta % yoy % yoy
30,0 4,0
penurunan belanja pemerintah seiring 25,0
Proyeksi
20,0 2,0
implementasi fiscal austerity. Sementara itu,
15,0
kinerja sektor eksternal juga melemah akibat 10,0 0,0
5,0
penurunan permintaan global. Berdasarkan 0,0 -2,0
-5,0
PDB sektoral, sektor jasa (76% dari PDB) di -10,0 -4,0
-15,0
TW4-11 tumbuh 1,7% yoy dari 1,3% yoy -20,0 -6,0
PDB, rhs Investasi
triwulan sebelumnya, namun secara -25,0 Ekspor Konsumsi, rhs
-30,0 -8,0
triwulanan relatif stagnan. Sementara itu, Mar Des Sep Jun Mar Des Sep Jun Mar Des Sep
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Sumber : Bloomberg
1 Hingga tulisan PEKKI ini dibuat rilis breakdown PDB by
expenditure belum tersedia. Grafik 2.29 Produk Domestik Bruto
66
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
yakni 3,4% yoy (Grafik 2.30). Secara dibandingkan rata-rata indeks produksi
keseluruhan, tingkat konsumsi rumah tangga triwulan sebelumnya yang terkontraksi 1,3%
di 2011 diperkirakan terkontraksi 0,8% yoy, yoy (Grafik 2.31). Indikator lainnya seperti
anjlok dari pertumbuhan 1,2% yoy di 2010 indeks produksi manufaktur juga terus
(CF Januari 2012). Prospek konsumsi rumah menunjukkan pemburukan dengan
tangga di triwulan selanjutnya diperkirakan terkontraksi 0,3% yoy setelah berhasil tumbuh
juga masih berada dalam zona merah, positif 1,5% pada TW3-11.
terkontraksi 0,5% yoy (CF Januari 2012). Hal
Pesimisme pelaku usaha dan ketatnya
ini juga sejalan dengan indikator kepercayaan
pasokan kredit juga mendorong pelaku usaha
konsumen yang menggambarkan persepsi
memangkas rencana investasi. Di tengah situasi
konsumen beberapa triwulan ke depan yang
tersebut, banyak pelaku usaha enggan
masih dalam tren menurun dan mencapai level
melakukan penerimaan pegawai baru sehingga
minus 33 di akhir triwulan laporan, atau lebih
tingkat pengangguran terus meningkat. Meski
buruk dibandingkan rata-rata 2011 yang
perekonomian Inggris mampu menyerap
sebesar minus 29 (Grafik 2.30).
18.000 tenaga kerja baru dalam tiga bulan
Aktivitas investasi di TW4 juga terimbas terakhir (September-November 2011), namun
perlambatan konsumsi. Rendahnya tidak mampu mengimbangi laju peningkatan
permintaan mendorong terjadinya angkatan kerja. Akibatnya tingkat
penyesuaian di sisi pasokan. Investasi di 2011 pengangguran di Inggris per November 2011
diprediksi mengalami kontraksi 2,2% yoy dari meningkat menjadi 8,4%, terburuk sejak
pertumbuhan 3,1% yoy di 2010 (CF Januari Januari 1996 dan jauh di atas rata-rata jangka
2012). Beberapa indikator produksi panjang 7,2% (Grafik 2.33).
mengkonfirmasi perlambatan tersebut. Indeks
Sementara itu, kinerja sektor eksternal
produksi industri di selama TW4-11 (rata-rata)
Inggris di TW4-11 belum menunjukkan
mengalami kontraksi 2,6% yoy, lebih dalam
67
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
% yoy £ Bn % yoy
25,0 0,0 15,0
-1,0 10,0
15,0
-1,5 7,5
10,0
5,0
-2,0
5,0 2,5
-2,5
0,0 0,0
-3,0
-2,5
-5,0
-3,5
-5,0
-10,0 Trade Balance, rhs -4,0 -7,5
-15,0 Ekspor -4,5 -10,0
Impor
-20,0 -5,0 -12,5
JanMarMei Jul SepNov JanMarMei Jul SepNov JanMarMei Jul SepNov JanMarMei Jul SepNov JanMarMei Jul SepNov Jan MarMei Jul SepNov Jan MarMei Jul SepNov Jan MarMei Jul SepNov Jan MarMei Jul SepNov Jan MarMei Jul SepNov
2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011
Sumber : Bloomberg CPI Core CPI Transport Food
Rata-rata jk pjg Clothing Household
Sumber : Bloomberg
perbaikan signifikan (Grafik 2.32). Defisit di TW4-11 dari GBP 5,9 miliar TW3-11. Secara
neraca perdagangan untuk dua bulan pertama keseluruhan (akumulasi selama 11 bulan di
di TW4-11 (Oktober-November), dilaporkan 2011) neraca perdagangan Inggris
mencapai GBP4,4 miliar, jauh lebih rendah mencatatkan defisit sebesar GBP27 miliar, dan
dibandingkan defisit dua triwulan sebelumnya diprediksi mencapai GBP29,8 miliar hingga
yakni GBP9,9 miliar di TW3-11 dan GBP7,2 akhir 2011 (CF Januari 2012).
miliar di TW2-11. Defisit neraca perdagangan
Di sisi harga, laju inflasi di akhir 2011
Inggris di TW4-11 terutama disebabkan oleh
mulai menunjukkan perlambatan (Grafik 2.34).
defisit transaksi barang, utamanya defisit
Biro statistik (ONS) melaporkan inflasi IHK pada
transaksi dengan mitra dagang Non EU.
Desember 2011 turun ke level 4,2% yoy, meski
Sementara itu di sisi transaksi jasa, terjadi
angka rata-rata triwulan masih stabil
peningkatan surplus menjadi GBP12,1 miliar
dibandingkan TW3-11 yakni 4,7% yoy.
Penurunan inflasi yang terjadi sejak Oktober
%
9,0 2011 tersebut terutama terjadi khususnya
8,5
berasal dari sisi penawaran (cost push
inflation), terutama akibat turunnya harga
8,0
BBM dan adanya end of season sale di
7,5
supermarket . Selama rata-rata TW4-11,
7,0
penurunan inflasi terutama terjadi pada
6,5 Unemployment Rate (rhs) kelompok makanan, transportasi, pakaian dan
Rata-rata jk pjg
6,0 alas kaki, serta perlengkapan rumah tangga.2
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov
2009 2010 2011
Sumber : Bloomberg
2 Bobot inflasi makanan, transportasi, perumahan, pakaian, dan
perlengkapan rumah tangga masing-masing adalah 16%, 7%,
Grafik 2.33 Tingkat Pengangguran 7,2%, 6,1%, dan 5,6%.
68
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
5500 95
3,0
5300 85
1,50 5100 2,5
75
4900
GBP, lhs 65 2,0
4700
FTSE, rhs
1,40 4500 55 1,5
Jan Jan Feb MarApr Mei Jun Jun Jul Ags Sep Okt Okt Nov Des Jan Feb Mar Mar Apr Mei Jun Jul Ags Ags Sep Okt Nov Des Des Jun Sep Des Mar Jun Sep Des
2010 2011 2010 2011
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
Grafik 2.35 Indeks Saham & Nilai Tukar Grafik 2.36 CDS dan Yield
Sementara itu, inflasi inti yang mencerminkan utang Eropa (Grafik 2.35 dan 2.36). Faktor
tekanan dari sisi demand relatif stabil ekonomi eksternal masih menjadi faktor
dibandingkan triwulan sebelumnya. penentu utama tren pergerakan indeks FTSE-
100 selama triwulan laporan. Secara rata-rata,
Namun demikian, secara keseluruhan
indeks kembali melemah sebesar 0,7%
tahun, inflasi di 2011 tercatat mencapai 4,5%
dibandingkan triwulan sebelumnya. Sepanjang
yoy, lebih tinggi dari dua tahun sebelumnya
tahun 2011, FTSE 100 berfluktuasi antara nilai
(3,3% yoy di 2010 dan 2,2% yoy di 2009).
terendah yaitu di level 4944 dan level tertinggi
Kenaikan inflasi yang terjadi sejak 2010 dan
yaitu 6091. TW3-11 merupakan kinerja kuartal
berlanjut di 2011 tersebut antara lain
terburuk keempat dalam sejarah FTSE dimana
disebabkan oleh meningkatnya harga
pasar saham telah kehilangan 13,7% nilainya,
komoditas terutama harga energi yang
atau setara dengan GBP 212 miliar. Di akhir
menyebabkan meningkatnya cost of input,
tahun, indeks saham ditutup di level 5572 dan
peningkatan pajak, serta depresiasi nilai tukar
tercatat anjlok 7,3% dibandingkan
yang menyebabkan meningkatnya nilai impor.
pembukaan di awal tahun dan selama 2011
BoE memperkirakan tekanan inflasi akan turun
telah kehilangan sekitar GBP90 miliar. Namun
ke level 2% dalam jangka menengah dan 1%
demikian, secara keseluruhan 2011 (rata-rata),
pada akhir 2012. Namun para analis menilai
indeks saham mampu tumbuh 3,9% yoy, lebih
BoE berpandangan terlalu optimis. Mereka
rendah dari 19,7% yoy di 2010. Serangkaian
memperkirakan inflasi baru akan turun ke level
peristiwa dramatis mewarnai perkembangan
2,7% yoy di 2012 dan 2% yoy di 2013.
indeks saham di 2011 antara lain bencana
Kinerja pasar keuangan di TW4-11 gempa bumi dan tsunami Jepang; krisis fiskal
secara umum masih dalam tren melemah AS dan terakhir krisis utang di Kawasan Euro
akibat ketidakpastian perkembangan krisis yang masih berlangsung. Saham perbankan
69
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
6,00
yoy (WEO Januari 2012 Update). Di samping
5,00 rendahnya permintaan eksternal, penerapan
4,00 fiscal austerity program, keketatan persyaratan
3,00
kredit, dan tingkat keyakinan konsumen yang
2,00 Policy Rate (Base Rate) rendah akan menjadi tantangan Inggris ke
1,00 Lending Rate
3M Interbank Rate depan.
0,00
Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Kebijakan BoE sepanjang 2011
Sumber : Bloomberg, CEIC
cenderung dovish. Di tengah tingginya
Grafik 2.37 Suku Bunga Kebijakan
tekanan dari sisi harga, BoE hingga saat ini
terus mempertahankan suku bunga kebijakan
tercatat mempunyai kinerja yang terburuk di level 0,5% guna terus mendukung proses
selama 2011 tersebut. Kondisi di pasar saham pemulihan ekonomi. Selain itu, masih
ini juga sejalan dengan pergerakan GBP di rentannya ekonomi Inggris mendorong BoE
TW4-11 (rata-rata) yang cenderung untuk kembali menambah program
terdepresiasi 2,4% qoq dan pergerakan GBP quantitative easing (QE) sebesar GBP75 miliar
yang masih mencatat apresiasi selama 2011 pada awal TW4-11 sehingga berjumlah total
(rata-rata) yaitu sebesar 3,8% yoy. Selama GBP275 miliar. Selanjutnya, untuk
TW4-11 dan keseluruhan 2011, eksposur risiko menghindari dampak negatif gejolak di pasar
juga semakin jelas di pasar utang Inggris. Hal keuangan akibat krisis, Bank of England (BoE)
ini tercermin dari CDS yang terus melanjutkan memperkenalkan instrumen likuiditas baru
tren peningkatan dan tercatat naik 12,4% qtq yaitu Collateral Term Repo Facility pada
selama TW4-11 dan naik 8,3% yoy di 2011. Desember 2011. Instrumen ini mempunyai
Sementara itu, yield obligasi (UK Gilts) 10 tenor 30 hari dan bertujuan untuk mendukung
tahun terus turun sebagai dampak perburuan likuiditas GBP perbankan dengan
investor ke higher quality asset di tengah menggunakan berbagai macam kolateral yang
kondisi pasar keuangan global yang terus dimiliki perbankan. BOE menambahkan bahwa
bergejolak. saat ini belum ada indikasi keketatan likuiditas
Prospek pertumbuhan ekonomian di Inggris dan mengungkapkan bahwa fasilitas
Inggris di 2012 diprediksi masih akan lemah. ini ditujukan untuk memitigasi risiko yang
Pemerintah melalui Office for Budget mungkin muncul sebagai dampak dari krisis
Responsibility (OBR) memprediksi PDB di 2012 di Kawasan Eropa.
70
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
71
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
-5 0,0 30
-10,0 -10
-10 20
-20,0
Consumer Conf. -Households
PDB Riil (lhs) Ekspor (rhs) -30,0 -15
-15 10 Small Business Conf. (SBC-lhs)
Konsumsi (lhs) Impor (rhs) SBC-Manufacturing (lhs)
-40,0
Investasi (lhs) SBC-Profit (rhs)
-20 -50,0 0 -20
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 3 6 9 12 3 6 9 12 1
2008 2009 2010 2011 2012 2010 2011 2012
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
72
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
suplai pasca gempa dan tsunami, kembali Sejalan dengan upaya rekonstruksi
melambat seiring dengan banjir Thailand yang pascagempa dan tsunami, aktivitas investasi
mengurangi arus bahan baku yang cukup masih menunjukkan tren yang membaik.
signifikan. Selain itu, banjir Thailand yang juga Peningkatan tren tersebut khususnya terjadi
telah berdampak pada berkurangnya bahan pada order konstruksi yang khususnya terjadi
baku produk elektronik di Jepang berakibat pada sektor pertambangan dan manufaktur.
pada pengeluaran konsumsi rumah tangga Arah perbaikan juga terlihat pada order mesin
yang menurun di November 2011. penggunaan kapasitas produksi meskipun
Pengeluaran rumah tangga tersebut kembali masih menunjukkan pergerakan yang
meningkat dan diikuti oleh pengeluaran ritel cenderung berfluktuasi. Sementara itu,
sejalan dengan perayaan akhir tahun 2011. produksi industri masih menunjukkan
Berbagai perkembangan tersebut berdampak pertumbuhan yang negatif akibat
pada keyakinan konsumen dan dunia bisnis terhambatnya jalur bahan baku produksi
yang cenderung flat di akhir tahun. sejalan dengan banjir di Thailand dan
0 100 0 4,8
-0,5 4,6
-15
75 -1 4,4
Job to applicant ratio SA (lhs)
-30
-1,5 Avg Cash Earnings (lhs) 4,2
Unemployment rate sa (rhs)
-45 50 -2 4
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12
2009 2010 2011 2010 2011
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
73
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
74
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
-60 -4 -14
TW1 TW3 TW1 TW3 TW1 TW3 TW1 TW3 TW1 TW3 TW1 TW3 TW1 TW3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2010 2011
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
75
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
USD/JPY Indeks
130
25,9% IHK) menunjukkan trend yang
20000
80 12000
fuel dan light terus menjukkan peningkatan
70
10000
hingga akhir tahun sejalan dengan masih
60
Spot : USD/JPY (lhs) 8000
tingginya harga minyak dunia dan tingginya
50
Nikkei225 (rhs)
40 6000 kebutuhan energi dalam negeri untuk
Des Jun Des Jun Des Jun Des Jun Des Jun Des Jun Des Jun Des
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 menggantikan energi nuklir pasca gempa.
Sumber : Bloomberg
Sejalan dengan perkembangan
Grafik 2.47 Nilai Tukar dan Pasar Saham
perekonomian dunia yang melemah, pasar
keuangan Jepang di TW4-11 juga cenderung
Berdasarkan kelompoknya, deflasi terbesar di
memburuk
memburuk. Indeks Nikkei ditutup di level
Desember disumbang oleh inflasi inti (non food
8.455, atau menurun sebesar 17,3%
dan energy) yang mencapai minus 1,1% yoy.
dibandingkan akhir tahun 2011. Penurunan
Cenderung turunnya kelompok inflasi yang
indeks selama 2011 ini terutama terjadi setelah
dapat digolongkan sebagai inflasi ini
gempa dan tsunami yang menurunkan indeks
menunjukkan kecenderungan masih lemahnya
secara drastis di dua hari setelahnya. Selain itu,
permintaan di dalam negeri. Penurunan
perkembangan ekonomi dunia yang melemah
tersebut juga diakibatkan oleh menurunnya
juga menjadi faktor yang melemahkan indeks
harga komoditas internasional sebagai akibat
di akhir tahun. Penurunan indeks khususnya
dari melemahnya permintaan dunia. Sejalan
terjadi pada saham Toyota dan Sony, bahkan
dengan itu, inflasi kelompok makanan (bobot
saham Tepco, perusahaan pemasok energi
nuklir di Jepang, terkontraksi sebesar 91% di
% yoy Index tahun 2011. Perkembangan yang sama juga
1,6 160
terlihat di nilai tukar yen yang cenderung
1,4 140
terdepresiasi selama tahun 2011. Hal tersebut
1,2 120
1,0 100
sejalan dengan perkembangan sektor
0,8 80 eksternal yang cenderung defisit selama di
0,6 60 periode yang sama. Kecenderungan depresiasi
0,4 40
nilai tukar tersebut terjadi meskipun di TW4-
0,2 20
11 nilai tukar Yen sempat terapresiasi. Nilai
0,0 0
9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 tukar Yen yang terapresiasi di akhir tahun
2008 2009 2010 2011
Spread LIBOR-Policy Rate (lhs) Suku Bunga Kebijakan (lhs) tersebut tersebut didorong oleh pandangan
Govt10yr bonds yield (lhs) CDS (rhs)
Sumber : Bloomberg
para pelaku pasar bahwa Yen merupakan salah
Grafik 2.48 Policy Rate dan LIBOR satu mata uang safe haven currency dalam
76
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
kondisi mata uang Euro yang melemah tajam yang mengakibatkan menurunnya ekspor
akibat krisis utang. Berbeda dengan berbagai seperti capital goods dan barang-barang
perkembangan tersebut, suku bunga pasar teknologi lainnya serta pelemahan production
uang cenderung stabil pada level yang rendah of general machinery, electronic parts and
termasuk pada tenor yang berjangka panjang devices. Sementara aktivitas investasi dan
yang diakibatkan oleh tingginya ekses likuiditas konsumsi swasta diprediksi meningkat sejalan
dan relatif rendahnya penyaluran kredit. Suku dengan meningkatnya penerimaan sektor
bunga overnight call rate berada di bawah swasta dan perbaikan di sektor tenaga kerja.
0,1% dan T-bills 3 bulan di level 0,1%, serta
Perkiraan peningkatan pertumbuhan
yield government bond berada pada level
ekonomi tersebut diimbangi oleh perkiraan
0,95%.
terjadinya deflasi yang masih akan mewarnai
Di tahun 2012 aktifitas perekonomian ekonomi Jepang di 2012. CF Januari 2012
Jepang diperkirakan akan mencatat memperkirakan tingkat inflasi Jepang di 2012
pertumbuhan yang kembali positif. WEO akan mencapai minus 0,3% yoy seiring dengan
Januari 2012 Update memperkirakan bahwa aktivitas ekonomi domestik yang belum
perekonomian Jepang akan tumbuh 1,7% yoy. sepenuhnya pulih. Perkiraan deflasi tersebut
Meskipun proyeksi tersebut lebih rendah meningkat dari CF Desember 2011 yang
dibandingkan WEO September yang memperkirakan inflasi 2012 -0,2% yoy.
memperkirakan akan tumbuh 2,0% yoy, Namun demikian, ekonomi Jepang juga masih
pertumbuhan tersebut jauh membaik dari menghadapi potensi risiko ekonomi Jepang
2011 yang tumbuh -0,9% yoy. Sejalan dengan ( downside risks ) seperti i) memburuknya
itu, CF Januari 2012 juga memperkirakan sovereign debt crisis di Kawasan Euro; ii)
pertumbuhan ekonomi yang positif dan sedikit perlambatan ekonomi AS yang lebih lama dari
lebih optimis dibandingkan WEO yakni pada prediksi; dan iii) pertumbuhan ekonomi pada
level 1,9%. commodity-exporting countries yang tidak
setinggi prediksi awal sehingga dikhawatirkan
Optimisme terjadinya ekspansi ekonomi
berdampak pada sektor industri di Jepang.
di 2012 tersebut terutama didukung oleh
asumsi bahwa kinerja sektor eksternal serta Untuk mendorong pertumbuhan
aktivitas investasi dan konsumsi swasta mulai ekonominya, Jepang diperkirakan akan lebih
berangsur membaik. Meningkatnya ekspor cenderung mengandalkan kebijakan fiskal
diperkirakan karena restocking inventories yg dibandingkan kebijakan moneter. BoJ
terjadi di sejumlah negara mitra dagang diperkirakan akan mempertahankan suku
Jepang yang pasokannya sempat terganggu bunga kebijakan di level 0-0,1%. Selain itu,
pasca tsunami lalu. Namun peningkatan BOJ diperkirakan akan kembali meningkatkan
ekspor tersebut relatif moderat sejalan dengan program power flies dimana BOJ akan membeli
pelemahan ekonomi di sejumlah negara dunia obligasi pemerintah (JGBs) dan melakukan
77
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
intervensi ke pasar valas apabila kondisi merupakan negara investor terbesar di China,
eksternal dipandang masih kurang dan intensifnya kebijakan pengetatan, investasi
menguntungkan di 2012. Di sisi fiskal, dalam negeri mengalami perlambatan meski
pemerintah diperkirakan akan kembali masih tumbuh di level yang tinggi. Tekanan
mengeluarkan supplementary budget yang ke inflasi yang masih tinggi hingga melampaui
empat dengan nilai JPY2,0 triliun di TW2-12. targetnya pada TW3-11 mereda pada TW4-
Tambahan budget di luar anggaran fiskal 2012 11, bahkan pada akhir tahun 2011 mencapai
tersebut dikhawatirkan akan menimbulkan titik terendah dalam 15 bulan terakhir.
permasalahan bahwa pemerintah akan Meredanya tingkat inflasi ini memberi ruang
menghadapi rasio public debt to GDP ratio kepada otoritas untuk mulai melonggarkan
sebesar 230%. Kondisi tersebut tidak akan kebijakan moneter ketatnya dan beralih fokus
memberikan dampak negatif dalam jangka kepada pertumbuhan. Pelonggaran kebijakan
pendek, namun dikhawatirkan akan moneter pada akhir November dan awal
membawa permasalahan dalam 5-10 tahun Desember 2011 memberi sinyal positif bagi
mendatang. perekonomian China sehingga meredam terus
turunnya indeks kepercayaan konsumen. Di
tengah kebijakan ketat sebelumnya,
B. NEGARA BERKEMBANG pertumbuhan kredit tetap tumbuh solid meski
B.1 China mengalami perlambatan. Bahkan penyaluran
kredit baru di TW4-11 mengalami peningkatan
Berlarutnya krisis utang Eropa yang
dibanding triwulan sebelumnya yang
mengarah pada resesi global dan
diperkirakan dipengaruhi oleh faktor musiman.
dipertahankannya kebijakan ketat guna
Sementara itu, kebijakan ketat di sektor
meredam inflasi menyebabkan pertumbuhan
properti yang diterapkan sejak April 2010
ekonomi China di triwulan akhir 2011 semakin
efektif meredam bubble di sektor properti dan
melambat, meski tetap tumbuh solid. Seluruh
harga rumah terus mengalami penurunan di
komponen pertumbuhan ekonomi China
sejumlah kota. Di sisi eksternal, pertumbuhan
mengalami moderasi kecuali konsumsi
ekspor terus melemah tergerus krisis global
domestik yang tumbuh stabil menyusul insentif
yang terus berlarut, sementara pertumbuhan
yang diberikan oleh Pemerintah. Dalam rangka
impor yang sempat menguat pada awal
mengkompensasi melemahnya kinerja ekspor
triwulan laporan mengalami penurunan drastis
yang selama ini sebagai penopang
pada dua bulan terakhir 2011. Akibatnya,
pertumbuhan ekonomi China, Pemerintah
surplus neraca perdagangan TW4-11 kembali
menggalakkan konsumsi domestik antara lain
menyempit. Ke depan, terdapat sejumlah
dengan meningkatkan pendapatan
downside risks yang membayangi kinerja
masyarakat. Sementara itu, seiring dengan
ekonomi China. Apabila melambatnya
melemahnya ekonomi Eropa dan AS yang
78
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
ekonomi global lebih buruk dari yang peningkatan benchmark suku bunga deposito
diperkirakan, ekspor diperkirakan akan dan kredit yang selama 2011 telah naik
merosot tajam sebagaimana sudah mulai sebanyak 3 kali serta kenaikan GWM sebanyak
terlihat di triwulan laporan. Hal tersebut 9 kali sejak awal 2010 √ November 2011.
selanjutnya dapat berdampak pada kinerja Akibatnya perusahaan-perusahaan kesulitan
investasi domestik, terutama yang terkait mendapatkan dana, sementara kondisi usaha
dengan aktivitas ekspor, yang selama ini juga sudah cukup berat bagi perusahaan
menjadi kontributor terbesar pertumbuhan dengan mulai tingginya biaya tenaga kerja dan
ekonomi. Dengan meredanya inflasi, harga bahan baku yang merangkak naik.
Pemerintah diperkirakan akan terus Selain itu, China juga menerapkan kebijakan
melonggarkan kebijakan ketatnya untuk ketat di sektor properti dalam bentuk
mendukung pertumbuhan. Meski demikian, pembatasan jumlah kepemilikan rumah,
keseluruhan pertumbuhan ekonomi China menaikan minimum uang muka, menerapkan
tahun 2012 diperkirakan masih akan pajak properti pada sejumlah kota dan
melambat bahkan akhir-akhir ini dikoreksi pembangunan rumah murah, sebagai upaya
turun menjadi 8,2% (WEO Januari 2012 untuk meredam bubble dan spekulasi di pasar
Update) setelah sebelumnya diproyeksi properti. Adapun faktor yang masih menopang
tumbuh di level 9% (WEO September 2011). pertumbuhan adalah masih solidnya konsumsi
domestik dan investasi di sektor manufaktur.
Di tengah terus berlarutnya krisis global
Urbanisasi dan peningkatan pendapatan
dan kebijakan ketat yang ditempuh
penduduk menjadi faktor utama pendorong
pemerintah, ekonomi China mengalami
konsumsi masyarakat. Diperkirakan
perlambatan yang semakin nyata meski masih
pertumbuhan China tahun 2012 akan masih
tumbuh di level yang tinggi. PDB China TW4-
melemah seiring dengan krisis global yang
11 tumbuh 8,9% yoy, sedikit melambat
dibanding triwulan sebelumnya yang
mencapai 9,1% yoy (Grafik 2.49). % yoy % yoy
55 15
Pertumbuhan pada TW4-11 ini merupakan 44
Proyeksi
10
yang terendah dalam 10 triwulan terakhir. 33
22
5
Perlambatan pertumbuhan ini dipicu oleh 11
-11
merupakan negara importir terbesar China PDB-rhs -5
-22
Retail Sales
menyusul terus berlarutnya krisis yang dialami -33 Produksi Industri -10
-44 Ekspor
oleh negara-negara tersebut. Faktor lain yang
-55 -15
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
juga menarik turun pertumbuhan adalah 2009 2010 2011 2012
penerapan kebijakan moneter ketat yang Sumber : Bloomberg, Consensus Forecast
79
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
tidak kunjung usai. Bahkan proyeksi kebijakan ketat di sektor properti yang masih
pertumbuhan China untuk tahun 2012 terus dipertahankan. Akibat kebijakan ini,
dikoreksi turun dari 9% (WEO September pasar properti melemah sebagaimana
2011) menjadi 8,2% (WEO Januari 2012 tercermin dari melambatnya penjualan
Update). furniture dan material konstruksi. Ke depan,
meski terancam tertahan karena dibayangi
Konsumsi domestik masih tumbuh solid
pelemahan ekonomi global, konsumsi
sehingga menjadi penopang pertumbuhan
domestik China pertumbuhannya diperkirakan
ekonomi China. Penjualan ritel yang menjadi
masih terjaga sebagaimana tercermin dari
indikator utama konsumsi domestik tumbuh
indeks kepercayaan konsumen yang mulai
stabil sepanjang TW4-11 di level rata-rata
membaik pada akhir 2011. Indeks kepercayaan
17,5% yoy, juga stabil terhadap pertumbuhan
konsumen yang sempat terpuruk ke level
di triwulan sebelumnya dengan rata-rata
paling rendah sepanjang 2011 pada November
17,3% yoy (Grafik 2.50). Di samping
2011 (97), kembali pulih ke level 100,5 pada
maraknya urbanisasi, peningkatan pendapatan
Desember 2011. Sementara itu, Pemerintah
penduduk merupakan faktor utama
China terus berupaya meningkatkan konsumsi
pendorong konsumsi masyarakat. Sepanjang
domestik sebagai faktor pendorong
tahun 2011, Pemerintah China menaikkan
pertumbuhan. Upaya tersebut akan dilakukan
upah minimum sampai dengan 21% yang
antara lain dalam bentuk pemberian insentif
diterapkan di seluruh wilayah China secara
untuk pembelian produk ramah lingkungan
bertahap. Tercatat pada tahun 2011, urban per
seperti pemanas tenaga matahari terutama
capita disposable income meningkat 14,1%
untuk daerah pedesaan.
sementara rural per capita net income tumbuh
17,9%. Sementara itu, faktor yang menjadi Namun, investasi melambat meski
penahan pertumbuhan konsumsi adalah masih tumbuh di level yang tinggi. Sepanjang
TW4-11, pembentukan aset tetap dalam
% yoy Indeks negeri yang digambarkan oleh indikator fixed
140 115
asset investment mempunyai tren
120
110
100
pertumbuhan yang melambat dibanding TW3-
80 105 11 yang mencapai 25,1% yoy (Grafik 2.56).
60
100 Meski demikian, rata-rata pertumbuhan fixed
40
20 95
assets investment pada triwulan akhir tahun
0 2011 masih berada di level yang tinggi yaitu
90
Retail Sales Penjualan Kendaraan
-20
Kepercayaan Konsumen-rhs 24,4% yoy. Adapun faktor yang menahan
-40 85
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 pertumbuhan investasi terutama adalah
2007 2008 2009 2010 2011
Sumber : Bloomberg kebijakan ketat di sektor properti. Real estate
Grafik 2.50 Indikator Konsumsi investment yang sempat tumbuh 32% yoy
80
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
81
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
82
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
Tekanan inflasi mereda dan mempunyai Penurunan inflasi pada kelompok perumahan
kecenderungan terus menurun. Setelah disebabkan adanya kebijakan ketat
bertahan selama 4 bulan berturut-turut di atas pemerintah di sektor properti sehingga
level yang ditargetkan yaitu 6%, tekanan inflasi menurunkan harga rumah secara tajam. Inflasi
IHK mulai mereda pada awal triwulan laporan perumahan yang pada TW2-11 dan TW3-11
ke level 5,5% yoy. Disinflasi ini terus berlanjut masing-masing berada di level 6,1% yoy dan
pada November dan Desember 2011 dimana 5,5% yoy, pada TW4-11 hanya mencapai
inflasi masing-masing menjadi 4,2% yoy dan 3,2% yoy. Sementara itu, IHK makanan masih
4,1% yoy. Adapun inflasi pada Desember ini berada di level yang tinggi. Meski harga daging
merupakan level terendah dalam 15 bulan babi yang sempat melambungkan inflasi pada
terakhir. Penurunan ini merupakan lanjutan TW3-11 telah turun pada bulan Oktober 2011
dari penurunan yang dimulai sejak TW3-11 menyusul meningkatnya persediaan ternak
sebagai dampak dari kebijakan ketat yang babi yang sebelumnya mengalami kelangkaan,
diterapkan oleh otoritas China. Dengan harga daging babi ini masih bertahan di level
perkembangan ini, rata-rata inflasi TW4-11 yang tinggi. Pada TW4-11, inflasi daging masih
turun ke level 4,6% yoy dari 6,3% yoy pada berada dikisaran 20, 8% yoy, sementara pada
triwulan sebelumnya (Grafik 2.53). Meski TW3-11 berada dilevel 30,4% yoy. Ke depan,
demikian, rata-rata inflasi tahun 2011 inflasi diperkirakan akan terus turun hingga
mencapai 5,4% yoy, masih berada di atas level mencapai 3,3% yoy untuk tahun 2012 (WEO
yang ditargetkan sebesar 4% yoy akibat September 2011) sebagai dampak
tingginya inflasi di tiga kuartal pertama 2011. diterapkannya kebijakan moneter ketat dan
Komponen utama penyumbang disinflasi perlemahan kinerja eksternal.
berasal dari kelompok perumahan, non
Sebagai dampak kebijakan ketat
makanan, transportasi dan komunikasi.
sebelumnya, pertumbuhan kredit masih
tumbuh solid meski mengalami perlambatan.
% yoy
Pada TW4-11, rata-rata pertumbuhan total
25
IHK
IHK Non Food
kredit mencapai 14,2% yoy terus turun dari
20
IHK Food
15 IHK Transport & Comm
TW3-11 dan TW2-11 yang masing-masing
IHK Residential
10
mencapai 14,7% yoy dan 15,5% yoy (Grafik
5
2.54). Pertumbuhan kredit domestik tersebut
0
merupakan yang terendah sejak 2009. Kondisi
-5
tersebut terutama sebagai dampak dari
-10
dipertahankannya kebijakan moneter ketat
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12
2007 2008 2009 2010 2011 sampai dengan akhir November 2011 dalam
Sumber : Bloomberg
rangka mengatasi inflasi serta adanya
Grafik 2.53 Inflasi
83
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
Grafik 2.54 Pertumbuhan Kredit dan Uang Beredar Grafik 2.55 Pertumbuhan Harga Properti
pembatasan pembelian rumah. Sementara itu, antara lain pembatasan jumlah kepemilikan
dilihat dari penyaluran kredit baru, sepanjang rumah, menaikkan minimum uang muka,
triwulan laporan, penyaluran kredit baru justru menerapkan pajak properti pada sejumlah kota
mengalami kenaikan yaitu mencapai RMB1,8 dan pembangunan rumah murah. Pada
triliun dari triwulan sebelumnya yang hanya awalnya, ketentuan pembatasan tersebut
sebesar RMB1,5 triliun. Rebound -nya hanya diberlakukan di beberapa kota besar
penyaluran kredit baru ini terutama terjadi (tier 1), yang kemudian berlanjut untuk kota-
pada Desember 2011 yang diperkirakan lebih kota lainnya yang lebih kecil (tier 2 & 3). Sejak
disebabkan oleh faktor musiman. Secara diberlakukan pada April 2010, kebijakan
keseluruhan sampai dengan akhir TW4-11 tersebut efektif mengendalikan harga rumah,
telah disalurkan RMB7,5 triliun kredit atau sehingga sejak Mei 2010, harga rumah terus
107% dari target penyaluran kredit sebesar mengalami penurunan (Grafik 2.55).
RMB7 triliun di 2011. Dengan mulai Penurunan harga rumah berikut penurunan
dilonggarkannya kebijakan moneternya sejak volume transaksi properti terjadi pada seluruh
Desember 2011, diperkirakan ke depan akan kota besar di China. Sampai dengan Desember
terjadi peningkatan penyaluran kredit baru. 2011, penurunan harga properti tersebut
Dengan pelonggaran kebijakan moneter sejak terjadi di 52 dari 70 kota di China. Di samping
akhir November 2011, penyaluran kredit ke dua faktor di atas, hal lain yang juga menekan
depan diperkirakan akan kembali meningkat. harga rumah adalah faktor likuiditas dan
inventori. Penurunan penjualan rumah akibat
Kebijakan ketat di sektor properti terus
pembatasan pembelian rumah yang
menekan harga properti. Dalam rangka
diterapkan pemerintah membuat developer
meredam bubble pada sektor properti,
kebanjiran inventori yang kemudian memicu
Pemerintah China memberlakukan kebijakan
peningkatan NPLs dan/atau collapse pada nilai
ketat di sektor properti. Kebijakan tersebut
84
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
0 0 6,20
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des
2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
rumah dan tanah. Sementara itu, dampak dari sejak pertengahan 2011, terus berlanjut pada
penurunan harga tanah ini menyebabkan Desember 2011. Sepanjang TW4-11, indikator
permasalahan akibat tingginya utang pasar keuangan China yang diwakili oleh
pemerintah daerah muncul lebih awal dari indeks pasar saham dan indikator risiko CDS
yang diperkirakan. Penurunan nilai tanah ini mengalami pergerakan yang fluktuatif dengan
berakibat fatal mengingat sumber tren secara keseluruhan menurun atau
pengembalian utang pemerintah daerah memburuk (Grafik 2.57). Indikator risiko CDS
adalah dengan menggunakan hasil penjualan China melonjak hingga 148,74 bps pada akhir
tanah. Desember 2011 sementara pada posisi yang
sama tahun lalu hanya mencapai 69,35 bps.
Pasar keuangan China terkena imbas
Indeks pasar saham juga menunjukkan
sentimen negatif pasar keuangan global akibat
penurunan 21,7% yoy menjadi 2199,42 pada
berlarutnya krisis Eropa. Tren melemahnya
akhir Desember 2011. Peningkatan CDS dan
indikator pasar keuangan China yang dimulai
bps Indeks % %
300 7000 8 25
CDS 5 yr
Shanghai Stock Indices 6000 7
250
20
6
5000
200
5
15
4000
150 4
3000
3 10
100
2000
2
Benchmark Lending Rate 5
50 1000 1 Benchmark Deposit Rate
GWM (rhs)
0 0 0 0
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12
2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
Grafik 2.57 Indikator Pasar Keuangan Grafik 2.59 Suku Bunga Kebijakan dan GWM
85
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
86
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
agresif sejak 2010. Meski demikian, angka sebagai berikut: i) terus melemahnya investasi
inflasi ini masih jauh di atas comfort level yang domestik akibat turunnya permintaan global,
ditetapkan RBI yaitu 5 √ 5,5% yoy. Akibatnya, ii) cost of borrowing untuk pendanaan aktivitas
RBI kembali menaikkan suku bunga investasi masih bertahan tinggi akibat
kebijakannya sebesar 25 bps pada Oktober kebijakan moneter ketat (iii) adanya
2011. Dengan berbagai perkembangan kelangkaan di sektor energi (iv) masih adanya
tersebut, pertumbuhan tahunan India untuk kendala fiskal dan pemilihan umum yang akan
2012 juga direvisi ke bawah dari 7,5% yoy berdampak pada memanasnya situasi politik
(WEO September 2011) menjadi 7% yoy (WEO dan penundaan reformasi.
Januari 2012 Update).
Pertumbuhan konsumsi pada TW4-11
Di tengah perlambatan ekonomi global, terus melemah melanjutkan tren perlambatan
PDB India pada TW4-11 diperkirakan tumbuh yang dimulai sejak akhir 2010, sementara
tidak seoptimis prediksi sebelumnya. Setelah pelemahan investasi terjadi secara lebih tajam.
tumbuh 6,9% yoy di triwulan sebelumnya, RBI Pengetatan kebijakan moneter secara agresif
memprediksi PDB India tumbuh 7% yoy di sejak 2010 yang diterapkan pemerintah dalam
TW4-11 (Grafik 2.60)3 terkoreksi turun dari upaya meredam inflasi ditambah dengan
proyeksi sebelumnya di level 7,6% yoy. Dengan permasalahan ekonomi global, melemahkan
perkembangan tersebut, pertumbuhan India konsumsi domestik dan investasi. Indikator
di 2011 diperkirakan akan mencapai 7,4% yoy, konsumsi domestik yang diwakili oleh
atau lebih rendah dari 2010 yang tumbuh pertumbuhan penjualan kendaraan bermotor,
9,9% yoy. Penurunan angka perkiraan menunjukkan perlambatan yang terjadi di
pertumbuhan tersebut terutama akibat TW4-11 meski masih pada level tinggi. Pada
merosotnya kinerja ekspor akibat berlarut- TW3-11 penjualan kendaraan tumbuh 13,4%
larutnya krisis global dan melemahnya investasi yoy, sementara pada TW4-11 pertumbuhan
domestik menyusul ditempuhnya kebijakan
% yoy % yoy
moneter ketat guna meredam inflasi yang
40 12
Proyeksi
diterapkan secara bertahap sejak 2010. 10
30
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi masih 8
20 6
bergantung pada kekuatan konsumsi domestik
4
yang diharapkan masih tumbuh, didukung 10
2
87
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
5 30
30
0 20
10
-5 Industrial Production 10
Mining and Quarrying
-10
-10 Manufacturing 0
Overall Business Situation-rhs
-30 -15 -10
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12
2007 2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
tercatat melambat menjadi 9,6% yoy (Grafik mendorong perbaikan supply chain dalam
2.61). Selain itu, seluruh indikator investasi negeri, serta mendorong pertumbuhan sektor
mengalami pelemahan yang cukup tajam pertanian dan industri pengolahan menengah-
pada triwulan akhir 2011. Pertumbuhan kecil yang akan menjadi pemasok.
produksi industri pada TW4-11 hanya 1% yoy,
Kinerja sektor eksternal terus
melemah dari triwulan sebelumnya yang
memburuk sebagai dampak dari krisis Eropa
tumbuh 3,2% yoy, dan merupakan
dan pelemahan ekonomi global. Seiring
pertumbuhan triwulanan paling rendah sejak
menurunnya permintaan dari Eropa dan AS
akhir 2009 (Grafik 2.62). Untuk kembali
yang merupakan negara tujuan ekspor
meningkatkan aktivitas ekonomi, pada 24
terbesar, pertumbuhan ekspor India pada
November 2011 Pemerintah India
TW4-11 melemah tajam dibanding triwulan
mengumumkan kebijakan investasi langsung
sebelumnya, yaitu dari 54,2% menjadi hanya
di sektor perdagangan retail. Dalam hal ini,
7,1% yoy (Grafik 2.63). Peningkatan invisible
investor asing diperkenankan untuk memiliki
sampai dengan 51% kepemilikan joint venture Miliar USD % yoy
18 100
di sektor yang memiliki size senilai USD450 Trade Balance (lhs)
80
Exports
12
juta. Kebijakan tersebut memberi kesempatan Imports 60
40
kepada perusahaan retail global seperti 6
20
Walmart, Carrefour dan Tesco untuk masuk 0 0
-20
ke pasar ritel kelima terbesar di dunia tersebut. -6
-40
Selain untuk mendorong pertumbuhan pasar -60
-12
-80
ritel, Pemerintah India mengharapkan
-18 -100
kebijakan tersebut akan mendorong investasi 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12
2007 2008 2009 2010 2011
infrastruktur logistik dan distribusi, Sumber : Bloomberg
menciptakan lapangan kerja yang lebih luas, Grafik 2.63 Neraca Perdagangan
88
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
20
untuk mengkompensasi penurunan ekspor ini.
15
Sementara itu, di tengah pelemahan nilai tukar
10
rupee, impor justru mengalami perlambatan, 5
89
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
Adapun nilai tukar rupee terus mengalami Grafik 2.66 Nilai Tukar
1600
krisis global. Kondisi tersebut mendorong IMF
1400 20000 mengkoreksi angka pertumbuhan India untuk
1200
15000
2012, dari 7,5% yoy (WEO September 2011)
1000
800 CDS 5 Yr
menjadi 7% yoy (WEO Januari 2012 Update).
Sensex Stock Indices-rhs 10000
600 Sementara itu, India menghadapi dua event
400 5000 yang akan menentukan arah perekonomian
200
dan pasar ke depan: (1) Pemilu yang dimulai
0 0
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des
2008 2009 2010 2011
pada Januari 2012, dimana hal ini akan
Sumber : Bloomberg
menjadi moment penting dalam penentuan
Grafik 2.65 Indeks Saham & CDS arah kebijakan ke depan, (2) Penetapan budget
90
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
9 4
(a) konsolidasi fiskal, utamanya dalam hal
8
2
perolehan pendapatan dan pembatasan
7
0
subsidi, dan (b) reformasi struktural, terutama 6
-2
untuk infrastruktur dan pertanian. Inflasi untuk 5
Real Policy Rate (rhs) -4
beberapa waktu ke depan diperkirakan akan 4
Cash Reserve Ratio
3 Reverse Repo Rate -6
mempunyai kecenderungan menurun, meski Repurchase Rate
2 -8
masih terdapat risiko tekanan inflasi dari non Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des
2006 2007 2008 2009 2010 2011
makanan dan bahan bakar. Sumber : Bloomberg
Di tengah masih tingginya risiko Grafik 2.67 Suku Bunga Kebijakan dan GWM
tekanan inflasi ke depan, tidak ada pilihan bagi
bank sentral India (RBI) selain kembali simpanannya (sebelumnya tingkat suku bunga
menempuh kebijakan moneter ketat. simpanan dipatok sama sebesar 4%).
Sepanjang TW4-11, Reserve Bank of India (RBI) Kebijakan ini diharapkan dapat menyerap
menaikkan suku bunga kebijakan reverse likuiditas dengan lebih baik serta
repurchase rate dan repurchase rate sebanyak meningkatkan transmisi kebijakan moneter.
1 kali yaitu pada 25 Oktober 2011 sebesar 25 Namun di sisi lain, kebijakan tersebut
bps sehingga masing-masing mencapai 8,5% dikhawatirkan akan mendorong kenaikan cost
( repurchase rate ) dan 7,5% ( reverse of funds bagi perbankan sehingga
repurchase rate) (Grafik 2.67). Kenaikan ini menimbulkan tantangan tersendiri bagi bank
merupakan kenaikan suku bunga yang ke-13 untuk tetap mempertahankan efisiensi dan
sejak 2010. Sebagai dampaknya spread suku daya saingnya. Kebijakan RBI tersebut berbeda
bunga nominal terhadap inflasi cenderung dengan kebanyakan bank sentral di kawasan
menyempit, meski masih berada di teritori yang cenderung mengambil sikap wait and see
negatif. Sementara itu, GWM 6% yang atau cenderung longgar menyusul kembali
diberlakukan sejak April 2011 tetap bergejolaknya pasar keuangan global.
dipertahankan. Di samping itu, pada 25 Pertimbangan yang melatarbelakangi
Oktober 2011 RBI juga mengumumkan keputusan ini adalah potensi inflasi yang
kebijakan yang memberikan bank lebih banyak diperkirakan masih akan bertahan di level
keleluasaan dalam menentukan tingkat suku tinggi dalam beberapa waktu ke depan. RBI
bunga simpanannya. Untuk simpanan bernilai diperkirakan baru akan melonggarkan
Rs100.000 ke atas bank diperkenankan untuk kebijakan ketatnya mulai akhir paruh pertama
menentukan variasi tingkat suku bunga 2012.
91
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
92
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
Sementara itu, impor terkontraksi 3,1% qoq yang rata-rata pertumbuhannya mencapai
dipicu oleh rendahnya investasi dan demand 9,6% yoy (Grafik 2.69). Selain itu, penjualan
orders menyusul buruknya perekonomian kendaraan bermotor hanya tumbuh rata-rata
dunia. Secara keseluruhan tahun, ekonomi 5,9% di TW4-11 setelah pada triwulan
Korea tahun 2011 tumbuh 3,6% yoy, turun sebelumnya mencatatkan rata-rata
drastis dari tahun 2010 yang mencapai 6,2% pertumbuhan 8,9% yoy.
yoy. Di tengah krisis utang Eropa dan ancaman
Sejumlah indikator investasi juga
resesi dunia serta naiknya risiko instabilitas di
menunjukkan tren yang melambat sepanjang
semenajung Korea yang diperkirakan akan
2011
2011. Produksi industri mengalami pelemahan
mempengaruhi kinerja eksternal dan investasi
dari rata-rata 5,2% yoy di TW3-11, menjadi
Korea, Bank of Korea merevisi turun proyeksi
4,9% yoy di TW4-11 (Grafik 2.70).
pertumbuhan tahun 2012, dari 4,6% yoy
Terkontraksinya produksi industri ini dipicu oleh
menjadi 3,7% yoy.
pelemahan permintaan domestik dan
Seiring melemahnya pertumbuhan pelemahan ekonomi global. Sektor industri
ekonomi, konsumsi domestik mengalami yang sempat terpukul akibat adanya gangguan
perlambatan. Pertumbuhan konsumsi di supply chain dari Jepang karena bencana
periode laporan menurun menjadi 1,4% yoy tsunami di awal 2011, tidak sempat pulih dan
dari 2,3% yoy seiring menurunnya daya beli kembali dihantam penurunan permintaan dari
masyarakat pasca kebijakan naiknya tarif listrik, negara maju di paruh kedua 2011. Akibatnya
gas dan air pada bulan November 2011 dan produktivitas sektor industri dalam negeri
dibatasinya penyaluran kredit oleh perbankan. Korea terus mengalami pelemahan. Secara
Pada TW4-11, penjualan ritel melemah dengan sektoral, industri semikonduktor, LCD,
rata-rata pertumbuhan menjadi 5,5% yoy, elektronika dan otomotif adalah sektor yang
melemah signifikan dari triwulan sebelumnya mengalami tekanan terbesar, mengingat
93
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
%
konsumen utama produk-produk tersebut 5
Pengangguran
adalah negara maju yang saat ini sedang
Rata-rata jangka panjang
4,5
mengalami perlambatan ekonomi. Sementara
itu, investasi peralatan yang pada TW3-11 4
94
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
ekspor masih didominasi oleh produk minyak, produksi industri. Akibat dari pelemahan
otomotif, besi dan baja. Sementara itu, ekspor output produksi yang terus terjadi selama 3
peralatan telekomunikasi nirkabel mengalami bulan terakhir adalah melambatnya
kontraksi yang cukup besar. Ekspor ke negara pertumbuhan shipment, sementara
maju (AS dan Eropa) turun tajam seiring pertumbuhan inventory meningkat. Kondisi ini
melambatnya ekonomi di negara-negara menaikkan rasio inventory/shipment pada
tersebut, sementara ekspor ke Jepang dan November ini menjadi yang tertinggi sepanjang
emerging markets (China dan ASEAN) 34 bulan (114,1%), sementara rasio ini pada
cenderung tetap solid. Sementara itu, sejalan bulan sebelumnya hanya mencapai 5,1%.
dengan tertahannya permintaan domestik,
Tekanan inflasi cenderung bertahan di
impor barang modal dan consumer goods
atas level yang ditargetkan BoK sehingga
mengalami perlambatan. Rata-rata
membatasi ruang untuk menurunkan suku
pertumbuhan impor pada TW4-11 berada di
bunga kebijakan. Setelah mereda ke level
level 13,4% yoy, melambat secara drastis dari
3,6% yoy pada Oktober, dari rata-rata TW3-
triwulan sebelumnya yang mencapai 27,7%
11 yang mencapai 4,3% yoy, tekanan inflasi
yoy. Dengan perkembangan ekspor impor ini,
kembali mencapai 4,2% yoy di November dan
surplus neraca perdagangan Korea pada TW4-
Desember 2011, menembus batas atas target
11 mencapai USD10,4 miliar, melebar dari
yang ditetapkan BoK sebesar 4% (Grafik 2.73).
triwulan sebelumnya yang mencapai USD6,4
Perkembangan tersebut melengkapi
miliar. Ke depan diperkirakan kinerja ekspor
gambaran tren pergerakan tekanan inflasi
akan semakin tertekan mengingat ekonomi AS
Korea yang cenderung meningkat sepanjang
terus melambat dan penyelesaian krisis utang
2011. Dilihat dari komponennya, pergerakan
di Eropa belum menunjukkan kepastian. Gejala
inflasi terutama dipicu oleh lonjakan inflasi
atas kemungkinan terjadinya penurunan
transportasi dan makanan dengan rata-rata
ekspor telah mulai tampak pada pelemahan
95
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
% yoy
pada TW4-11 masing-masing mencapai 7,7% 16
Bank lending to HH for Mortgage
dan 5,4%. Kenaikan harga makanan 14 Bank Lending to Household (HH)
House Price National
diakibatkan adanya lonjakan harga produk 12
House Price 6 Large Cities
10
pertanian, daging babi dan hasil laut akibat
8
gangguan pasokan. Di samping itu, inflasi juga 6
2
tarif listrik, gas dan air yang dilakukan pada
0
bulan November dan kenaikan harga fasilitas -2
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12
umum serta harga sewa rumah. Dengan 2007 2008 2009 2010 2011
Sumber : Bloomberg
kondisi tersebut, inflasi tahun 2011 mencapai
4%, naik 1% dibanding tahun lalu. Inflasi ini Grafik 2.74 Kredit Domestik dan Harga Properti
merupakan inflasi tahunan tertinggi setelah
yang terjadi pada tahun 2008 yang mencapai dengan risiko kemungkinan gagal bayar ke
4,7%. Penyebab utama inflasi pada tahun depan apabila pertumbuhan ekonomi Korea
2011 adalah supply side factor seperti melemah yang selanjutnya dapat berdampak
tingginya harga bahan baku dan kenaikan merosotnya pendapatan masyarakat.
harga impor, hingga mendongkrak harga Sebaliknya, beban utang rumah tangga yang
produk pertanian, hasil laut dan produk meningkat akan membatasi kemampuan
minyak. belanja masyarakat sehingga menyeret
pelemahan konsumsi domestik lebih dalam.
Pertumbuhan kredit mengalami
Upaya BoK untuk membatasi pemberian kredit
perlambatan, yang diikuti penurunan harga
kepada rumah tangga yang sudah naik secara
properti. Pada TW4-11, penyaluran kredit
tajam, direspon oleh perbankan dengan
kepada rumah tangga oleh perbankan di Korea
menaikan suku bunga kredit kepada sektor
mencapai KRW1,36 milyar atau tumbuh 6,0%
tersebut. Suku bunga kredit kepada rumah
yoy, sedikit melambat dari triwulan sebelumnya
tangga kembali naik pada November,
yang tumbuh 6,4% yoy (Grafik 2.74).
menyusul adanya upaya untuk membatasi
Sementara itu, KPR yang merupakan porsi
kredit kepada rumah tangga. Rata-rata suku
terbesar kredit rumah tangga, pada TW4-11
bunga pinjaman baru kepada rumah tangga
tumbuh 7,8% yoy ke level KRW911,8 juta,
mencapai 5,6% pada November, naik 0,04%
melambat dari TW3-11 yang tumbuh 8,3%
dari bulan sebelumnya. Kenaikan suku bunga
yoy. Meski melambat, pertumbuhan kredit
ini berdampak pada harga properti. Sejak awal
konsumsi tersebut dipandang masih berada di
tahun 2011, harga properti mempunyai tren
level yang tinggi. Sebagian besar kredit rumah
meningkat. Namun pada November ini harga
tangga tersebut merupakan KPR dengan suku
properti tertahan di level yang tinggi dan
bunga mengambang (floating rate). Kondisi
sedikit menurun pada Desember 2011.
ini cukup menjadi perhatian pemerintah seiring
96
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
bps
melemahkan KRW dan menaikan indikator
2500 800
KRW/USD
Kospi Stock Indices 700
risiko CDS dari 159bps ke 169bps yang
2000 CDS 5 yr-rhs
600 menandakan terjadinya peningkatan risiko
1500 500 geopolitik di semenanjung Korea. Sampai
400
dengan akhir tahun 2011, indikator risiko ini
1000 300
bertahan di level 169bps. Dalam rangka
200
500 meredam kegiatan spekulasi pergerakan
100
0 0
modal asing ke dalam dan keluar negeri, Korea
Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des
2008 2009 2010 2011 telah mengambil beberapa langkah kebijakan
Sumber : Bloomberg
pengamanan. Untuk membatasi spekulasi
Grafik 2.75 Indikator Pasar Keuangan Won, pemerintah menetapkan batas atas
onshore banks foreign exchange forward
positions. Kebijakan lainnya yang ditempuh
Dengan adanya pembatasan KPR ini, harga
untuk mengamankan Won adalah dengan
properti ke depan diperkirakan masih akan
mengenakan pajak atas investasi asing pada
menurun.
obligasi domestik dan pembebanan tarif pada
Pasar keuangan terus bergejolak utang luar negeri bank demi mendorong
sebagai refleksi atas adanya risiko eksternal foreign-currency borrowing dalam jangka yang
dan geopolitik. Pasar keuangan yang lebih panjang. Sementara itu, dibayangi oleh
dicerminkan oleh index CDS, harga saham dan risiko eksternal dan risiko internal berupa
nilai tukar terus berfluktuasi sepanjang tahun besarnya kredit kepada rumah tangga, pasar
2011, meski untuk TW4-11 bergerak dalam saham Korea (KOSPI) sepanjang bulan
kisaran yang relatif sempit (Grafik 2.75). Di Desember bergejolak dalam kisaran yang
samping terpengaruh kondisi global yang sempit. Indeks Kospi sempat merosot ke 1776
melemah, gejolak pasar keuangan tersebut menyusul berita kematian pemimpin Korea
merefleksikan risiko yang sedang terjadi di Utara, namun dua hari kemudian kembali
semenanjung Korea. Setelah sempat stabil berada di kisaran 1830.
bergejolak sepanjang tahun 2011 akibat
Bank of Korea memperkirakan ekonomi
meningkatnya kekhawatiran atas berlarutnya
Korea tahun 2012 akan tumbuh melambat di
krisis utang di kawasan Eropa dan
paruh pertama seiring dengan pelemahan
kemungkinan AS mengalami double dip
pertumbuhan ekonomi global, namun akan
recession, indikator pasar keuangan sempat
kembali ekspansif pada semester kedua 2012.
membaik pada awal November. Redanya
Perlambatan pertumbuhan pada semester
gejolak di pasar keuangan domestik ini
pertama 2012 ini dipicu oleh pelemahan
diantaranya terkait dengan relatif kuatnya
ekspor akibat kondisi ekonomi global yang
kondisi fundamental ekonomi Korea. Namun
terus memburuk. Sebagai negara yang
demikian, berita kematian Kim Jong-II kembali
97
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
98
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
6,0
tingkat pertumbuhan, kebijakan untuk
Real Policy Rate
5,0
Policy rate (%) menstabilkan harga tetap menjadi fokus utama
4,0
BoK. Sehingga diperkirakan, sampai dengan
3,0
2,0
Januari 2012 BOK masih akan
1,0 mempertahankan suku bunga kebijakannya di
0,0
level 3,25%.
-1,0
-2,0
-3,0
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12
2007 2008 2009 2010 2011 B.4 Malaysia4
Sumber : Bloomberg
Laju ekspansi ekonomi Malaysia hingga
Grafik 2.76 Suku Bunga Kebijakan
akhir 2011 diproyeksikan melemah menjadi
4,1% yoy dari 5,8% yoy di triwulan
permintaan domestik, diperkirakan BOK akan sebelumnya. Menurunnya aktivitas ekspor dan
mengambil langkah kebijakan moneter konsumsi rumah tangga di tengah sentimen
dengan lebih terukur disertai bauran kebijakan pemburukan ekonomi global berada di balik
lain yang lebih responsif guna menjaga pelemahan laju PDB Malaysia. Sementara itu,
stabilitas sistem keuangan dan pertumbuhan seiring dengan menurunnya global demand
ekonomi. sebagai pengaruh melambatnya aktivitas
BoK mempertahankan suku bunga ekonomi Eropa dan AS, kinerja eksternal
kebijakannya di level 3,25%. Setelah Malaysia di triwulan laporan juga mengalami
menaikkan sebanyak 3 kali pada tahun 2011 pelemahan namun relatif masih terjaga.
(Januari, Maret dan Juni), sampai dengan akhir Memperhatikan perkembangan tersebut, ke
Desember 2011, BoK mempertahankan suku depan kinerja eksternal Malaysia akan lebih
bunga kebijakannya di level 3,25% (Grafik didominasi oleh perdagangan intra kawasan
2.76). Kebijakan ini ditempuh akibat tekanan dan kawasan Asia Utara. Di sisi lain, rata-rata
inflasi yang masih berada di atas targetnya. Di laju inflasi TW4-11 melemah menjadi 3,23%
samping itu, adanya downside risk yang cukup yoy dari 3,36% yoy. Pelemahan ini sejalan
substantial berupa meningkatnya risiko dengan menurunnya aktivitas konsumsi
terjadinya resesi global dan ancaman domestik seiring perubahan perilaku
instabilitas di semenanjung Korea, memaksa masyarakat yang cenderung menahan
Pemerintah Korea untuk mempertahankan pembelian sebagai antisipasi perlambatan
level suku bunga kebijakannya. Hal tersebut ekonomi global. Sementara itu, dengan
ditempuh karena kedua faktor risiko tersebut semakin tingginya perdagangan intra kawasan
dikhawatirkan berdampak pada kinerja yang disertai penurunan trade barrier,
ekonomi Korea yang sangat tergantung pada
4 Rilis resmi PDB Malaysia sampai dengan tulisan ini disusun adalah
sektor eksternal. Meski mengancam kenaikan sampai dengan TW3-11
99
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
100
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
% yoy
produk manufaktur di periode laporan
40
menurun menjadi 6,3% yoy dari 12,36% yoy 30
-10
yang sejak awal 2011 juga cenderung Manuf. Sales
-20
Vehicle Sales
melemah, di TW4-11 pertumbuhannya juga Indust. Prod
-30
IP Manufacturing
turun menjadi minus 0,43% yoy dari 0,63% -40
6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12
yoy di TW3-11. Tren melemahnya penjualan 2008 2009 2010 2011
Sumber : Bloomberg
kendaraan bermotor sepanjang 2011 tidak
terlepas dari terhambatnya suplai mesin, suku Grafik 2.78 Indikator Konsumsi & Investasi
cadang, dan perlengkapan elektrikal
kendaraan dari Jepang sebagai pengaruh menunjukkan bahwa masyarakat Malaysia di
bencana gempa dan tsunami serta serangan TW4-11 lebih berhati-hati dengan anggaran
banjir yang melanda Thailand yang ikut rumah tangga, tercermin dari berkurangnya
memperparah gangguan ketersediaan pengeluaran untuk sandang, hiburan, seiring
pasokan kendaraan dan suku cadang di beralihnya pengeluaran barang keperluan
Malaysia. Selain pengaruh pasokan, harian ke produk dengan harga yang lebih
menurunnya tingkat penjualan kendaraan juga murah dan menurunnya pengeluaran
dipengaruhi oleh perubahan sikap konsumen telekomunikasi5. Perilaku ini dinilai sebagai
Malaysia yang cenderung berhemat dalam antisipasi pemburukan ekonomi global yang
menghadapi ketidakpastian ekonomi global. turut mempengaruhi ekonomi domestik, job
Perubahan perilaku ini tercermin dari hasil security, dan kenaikan harga bahan makanan.
Survey AC Nielsen terkini. Hasil survey tersebut Survey tersebut juga menunjukkan bahwa di
TW4-11 masyarakat yang mengalihkan
% yoy % yoy
pembelian produk harian ke merek yang lebih
25,0 12,0 murah meningkat menjadi 53% dari 48% di
Proyeksi
20,0 10,0
15,0 8,0
periode sebelumnya. Sementara pihak yang
10,0 6,0 memotong pengeluaran untuk biaya
5,0 4,0
0,0 2,0
telekomunikasinya meningkat menjadi 48%
-5,0 0,0 dari 44% di triwulan sebelumnya.
-10,0 PDB-rhs -2,0
Konsumsi
-15,0 Pengeluaran Pemerintah -4,0 Perlambatan aktivitas ekonomi Eropa
-20,0 Investasi -6,0
Ekspor
-8,0
dan AS mempengaruhi kinerja eksternal
-25,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2008 2009 2010 2011 2012
Malaysia. Seiring melemahnya permintaan
Sumber : Bloomberg
101
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
600.000 60 18 50
Trade Balance (lhs)
16 40
Exports (rhs)
500.000 55
Total Federal Goverment Debt (LHS) 14 Imports (rhs) 30
External Debt (LHS) 12 20
400.000 50
Debt (%) GDP (RHS)
Debt (%) GDP Cap (RHS) 10 10
300.000 45
8 0
200.000 40 6 -10
4 -20
100.000 35
2 -30
- 30 0 -40
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011* 2012* 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12
2008 2009 2010 2011
Sumber : Fundsupermart.com
Sumber : Bloomberg
pasar ekspor ke Eropa dan AS, laju ekspor di cadangan devisa Malaysia mencapai USD128,9
periode laporan melemah 1,7% qoq menjadi miliar cukup untuk membiayai 10 bulan impor.
9,8% yoy. Pelemahan tersebut sejalan dengan Ke depan, dengan kondisi perekonomian
menurunnya aktivitas industri di Singapura Eropa dan AS yang masih dalam level rendah,
yang merupakan mitra dagang produk neraca perdagangan Malaysia akan didominasi
electrical and electronic (E&E) Malaysia6. Di aktivitas ekspor intra kawasan dan ke kawasan
periode laporan, produk E&E Malaysia terpuruk Asia Utara (Jepang & China).
dan mengalami kontraksi 6,25% yoy. Meski
Aktivitas konsumsi yang melambat
demikian, masih tingginya pertumbuhan
mendorong pelemahan laju inflasi. Laju
ekspor produk minyak mentah, bahan kimia,
tekanan inflasi di akhir 2011 rata-rata melemah
LNG, dan minyak sawit membuat keseluruhan
menjadi 3,23% yoy dari 3,36% di periode
ekspor Malaysia masih berada di level positif.
sebelumnya. Seiring dengan melambatnya laju
Di sisi lain, laju impor cenderung terjaga di
konsumsi di Malaysia, inflasi kelompok non
tingkat 7% yoy (TW3: 7,5% yoy TW4: 7,6%
food dan transportasi mengalami pelemahan
yoy) seiring permintaan domestik yang juga
terbesar masing-masing menjadi 2,28% yoy
terkendali. Berdasarkan perkembangan
dan 3,26% yoy dari 2,72% yoy dan 4,3% yoy.
tersebut, di akhir 2011 neraca perdagangan
Terjaganya laju inflasi tidak terlepas dari
Malaysia berada dalam kondisi surplus rata-
pengaruh langkah pengetatan yang selama ini
rata MYR10,36 miliar. Dengan terjaganya
telah diambil dan upaya pengendalian harga
surplus neraca perdagangan maka cadangan
yang dilakukan pemerintah. Di sisi lain, terus
internasional Bank Negara Malaysia juga
meningkatnya perdagangan intra kawasan
semakin kokoh. Di akhir Desember 2011,
seiring terus ditekannya trade barrier juga
dinilai akan mampu mengendalikan laju inflasi
6 Produk E&E memegang porsi 32,6% dari keseluruhan ekspor di tengah terjaganya ketersediaan pasokan
Malaysia.
102
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
% yoy % yoy
6 7 4
CPI (lhs) BNM Overnight Policy Rate
CPI Non Food (lhs) 6
CPI Food (lhs) 3,5
Furniture&Household (lhs) 5
4 3,00
CPI Transport (rhs) 3
4 2,75
3 2,5 2,50
2
2 2,25
2 2,00
1
0 0 1,5
1 3 6 9 12 3 6 9 12 1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 121
2010 2011 2008 2009 2010 2011 2012
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
3,30 160
pasar global di tengah langkah konsolidasi
3,20 140
kondisi keuangan di negara asal. Hal ini
3,10 120
tercermin dari kinerja bursa KLCI yang di TW4- 3,00 100
103
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
104
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
laju inflasi bulanan belum mampu ekonomi Filipina. IMF mengkoreksi laju
memperbaiki kinerja pasar keuangan Filipina. pertumbuhan Filipina 2011 menjadi 3,7% yoy
Di tengah laju pertumbuhan ekonomi yang dari 4,7% yoy dan untuk 2012 menjadi 4,2%
tertahan dan kinerja eksternal yang yoy dari 4,9% yoy. Sementara World Bank
memburuk, sepanjang TW4-11 pasar (WB) mengkoreksi laju pertumbuhan Filipina
keuangan Filipina dibayang-bayangi sentimen di 2011 menjadi 3,7% yoy dari 4,5% yoy.
negatif seiring belum usainya aksi risk averse Kedua proyeksi tersebut di bawah baseline
dari investor global. Nilai tukar Peso di TW4- pertumbuhan ekonomi versi pemerintah
11 berada dalam tren melemah rata-rata tahun 2011 yang di atas 5%. Dari dalam
1,57% qtq. Namun demikian, meski negeri, tertahannya laju pertumbuhan
dihadapkan pada kinerja perekonomian yang ekonomi tidak terlepas dari belum optimalnya
masih vulnerable, keberhasilan Pemerintah belanja publik seiring meningkatnya dorongan
Filipina melakukan konsolidasi fiskal akhirnya untuk menjalankan anggaran secara lebih
berbuah manis. Pada 16 Desember 2011 transparan dan efisien. Sementara dari sisi
lembaga rating Standard & Poor»s (S&P) eksternal, kinerja ekspor yang terus
menaikkan credit rating Filipina dari BB dengan mengalami kontraksi seiring global demand
outlook stable menjadi BB dengan outlook yang melemah turut menjadi downside risks
positive-dua notch di bawah investment grade. dalam proyeksi pertumbuhan Filipina. Belum
Berdasarkan perkembangan tersebut, Banko optimalnya belanja publik secara khusus
Sentral ng Pilipinas (BSP) dalam Monetary digarisbawahi oleh IMF dan WB. Variabel
Board Meeting sepanjang TW4 2011 pendorong pertumbuhan yang berada
mengambil langkah untuk mempertahankan dibawah kendali pemerintah tersebut
suku bunga kebijakan di level 4,50% dan sepanjang 2011 tumbuh lemah, bahkan di
GWM di level 21%. TW1-11 sempat terkontraksi ke level 17,2%
yoy sebelum akhirnya tumbuh dalam level
Laju pertumbuhan ekonomi tertahan.
rendah yakni 4,3% yoy (TW2-11), dan 9,4%
Di TW4-11, laju pertumbuhan ekonomi
yoy (TW3-11). Dengan percepatan realisasi
Filipina tumbuh lemah menjadi 3,7% yoy dari
belanja negara dan terjaganya konsumsi
3,2% yoy di triwulan sebelumnya. Dengan
rumah tangga yang ditopang oleh penerimaan
perkembangan tersebut, laju pertumbuhan
remitansi, laju pertumbuhan ekonomi Filipina
ekonomi tahunan Filipina sepanjang 2011
di 2012 diharapkan mengalami rebound.
tumbuh lemah menjadi 3,7% yoy di bawah
Sehubungan dengan itu, memasuki akhir
pertumbuhan 2010 yang mencapai 7,6% yoy.
2011 pemerintah berupaya meningkatkan
Lemahnya pertumbuhan ekonomi tersebut
belanja negara untuk mendorong akselerasi
sejalan dengan proyeksi IMF dan World Bank
pertumbuhan ekonomi di TW4-11.
yang pada pertengahan Desember 2011
Berdasarkan rilis 22 Desember 2011, Otoritas
mengkoreksi ke bawah pertumbuhan
105
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
% yoy
Pembangunan Ekonomi Nasional Filipina telah 50
PDB (rhs) Proyeksi
menandatangani 2 proyek infrastruktur senilai 40 Konsumsi RT
Konsumsi Pemerintah
PHP14,4 miliar, terdiri dari PHP4,46 miliar 30 Investasi
Ekspor
berupa pembangunan bandara di provinsi 20
10
Palawan dan PHP9,89 miliar berupa
0
pembangunan ruang kelas di provinsi Luzon).
-10
Sebelumnya, demi menjaga momentum -20
pertumbuhan ekonomi per 1 Oktober 2011 -30
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
pemerintah juga telah menaikkan upah 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Sumber : Bloomberg
minimum di samping rencana paket stimulus
senilai P72 miliar yang dialokasikan untuk Grafik 2.85 Indikator PDB
proyek Critical Public Works di sektor
infrastruktur pertanian, perumahan, relokasi akhir 2011 defisit anggaran dijaga pada tingkat
dan percepatan penyelesaian proyek PHP150 s.d 180 miliar (3% GDP) dari PHP314
pemerintah, serta pemberian tambahan dana miliar.
bagi Local Government Units (LGUs). Meski
Aktivitas konsumsi belum pulih meski
demikian, prospek melemahnya ekonomi
penerimaan remitansi masih terjaga. Seiring
global masih akan membayangi pertumbuhan
tekanan inflasi domestik yang masih tinggi dan
ekonomi ke depan. Hal ini tercermin dari
downside risks dari serangan badai yang
proyeksi laju pertumbuhan ekonomi Filipina
melanda sejumlah daerah Filipina di akhir
2012 yang diperkirakan masih tumbuh lemah
September 2011 7, masyarakat cenderung
yakni 3,8% yoy sebelum akhirnya meningkat
menahan aktivitas konsumsi barang jangka
menjadi 4,8% yoy di 2013 (CF Januari 2012).
panjang (durable goods) meski aktivitas
Belanja publik yang belum optimal remitansi yang menjadi sumber pendanaan
memberi pengaruh positif terhadap masih terjaga. Hal ini tercermin pada laju
sustainabilitas fiskal. Tertahannya belanja pertumbuhan kendaraan bermotor yang
publik seiring meningkatnya dorongan untuk merupakan leading indicator kegiatan
menjalankan anggaran secara lebih transparan konsumsi Filipina sepanjang 2011 yang
dan efisien justru membuat pemerintah mengalami kontraksi. Di TW4-11, kontraksi
berhasil mengurangi fiscal vulnerabilities . pertumbuhan penjualan kendaraan bermotor
Langkah rasionalisasi belanja negara dan
optimalisasi pendapatan melalui pajak
7 Di akhir September-11, Filipina terkena serangan badai Nesat
sepanjang 2011 membuat defisit anggaran dan Nelgae yang menewaskan puluhan jiwa dan memberi
dampak pada 2 jutaan masyarakat. Badai yang melanda kawasan
Filipina terus mengecil menjadi PHP74,3 miliar utara Filipina diperkirakan menimbulkan kerugian senilai PHP4
miliar sebagai akibat rusaknya infrastruktur termasuk di sektor
(Oktober-11) dengan perkiraan sampai dengan pertanian dan tanaman pangan
106
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
% yoy
50 0 0
40 -0,1
30 -0,9
-1,1
20 -2 -2
-1,9
10
-2,7
0
-10 -3,5
-4 -3,7 -4
-3,8 -3,8
-4 -4
-20 Vehicle Sales
-4,6
-30 Remittances
M1 riil -5,3
-40 -6 -6
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 11 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010
2007 2008 2009 2010 2011
Sumber : tradingeconomics.com
Sumber : Bloomberg
mencapai 8,19% yoy. sementara itu, laju dari kualitas pekerja Filipina di luar negeri yang
penerimaan remitansi di TW4-11 tumbuh umumnya skilled workers dengan elastisitas
8,4% yoy, mencapai USD1,7 miliar di atas rata- permintaan yang tergolong rendah.
rata pertumbuhan 2011 yang sebesar 7,3%
Tertahannya laju pertumbuhan turut
yoy 8 . Tingginya penerimaan remitansi di
dipengaruhi kondisi eksternal yang juga
periode laporan tidak terlepas dari adanya
mempengaruhi kinerja industri domestik.
tambahan kiriman guna membantu pemulihan
Melambatnya ekonomi AS, krisis utang Eropa
pascaserangan badai Nalgae dan Nesat di
yang berkepanjangan dan gangguan supply
September 2011 lalu serta meningkatnya
chain industry di sebagian negara Asia
kebutuhan menjelang akhir tahun (perayaan
menahan kinerja ekspor Filipina. Setelah
hari Natal, dan libur tahun baru). Sepanjang
mengalami kontraksi di TW3-11 ke level -
Januari s.d November 2011 penerimaan
14,13% yoy, di TW4-11 kinerja ekspor
remitansi di Filipina mencapai USD18,3 miliar
diperkirakan masih mengalami kontraksi.
(rata-rata USD1,6 miliar per bulan) dengan
Sampai dengan November 2011 rata-rata laju
sumber negara utama berasal dari AS, Kanada,
ekspor Filipina mengalami kontraksi 17% yoy.
Arab Saudi, Jepang, UK, Singapura, Uni Emirat
Terpukulnya ekspor produk elektronik yang
Arab, Italia, Jerman, dan Norwegia. Dengan
merupakan produk unggulan Filipina seiring
sumber penerimaan yang relatif terdiversifikasi,
melemahnya pertumbuhan dunia berada di
penerimaan remitansi Filipina sejauh ini masih
balik pemburukan kinerja ekspor. Produk
terjaga dari ancaman perlambatan aktivitas
elektronik yang merupakan produk unggulan
ekonomi di kawasan Eropa dan AS. Di sisi lain,
Filipina sepanjang 2011 mengalami kontraksi
terjaganya penerimaan remitansi tidak terlepas
sebesar 35,50% yoy pada TW4-11, memburuk
dari TW3-11 yang rata-rata terkontraksi
8 Rilis penerimaan remitansi terkini sampai November-11. 33,26% yoy.
107
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
Proyeksi laju inflasi berada di dalam 2012 yang memperkirakan laju inflasi ke depan
rentang target pemerintah. Setelah berada Filipina mencapai 3,9% yoy (2012) dan 4,2%
dalam level tinggi sejak awal 2011 (tertinggi yoy (2013).
mencapai 5,0% yoy di TW2-11), tekanan laju
BSP mempertahankan suku bunga
inflasi Filipina mulai melemah menjelang akhir
kebijakan sebagai sinyal untuk mendorong
tahun. Di TW4-11, rata-rata laju inflasi Filipina
pertumbuhan ekonomi domestik. Pada
melambat menjadi 4,73% yoy dari 4,86% yoy
Monetary Policy Meeting terakhir (1 Desember
di TW3-11 dan masih di dalam rentang target
2011), BSP memutuskan untuk kembali
tahunan 3%-5% yoy. Kebijakan pengetatan
mempertahankan suku bunga acuan di level
yang selama ini dilakukan dan melemahnya
4,50%. Langkah ini diambil di tengah proyeksi
harga komoditi global, khususnya energi
laju inflasi ke depan yang semakin terkendali
berada di balik tren pelemahan inflasi Filipina.
dan keinginan untuk mendorong
Penurunan ini didorong pula oleh kebijakan
pertumbuhan domestik sebagai antisipasi
perusahaan listrik Manila yang menurunkan
pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat.
tarif listrik menjadi PHP5,51 per KWH dari
Sementara dari sisi fiskal, upaya mendorong
PHP5,79 di akhir 2011. Kebijakan ini kemudian
belanja publik akan terus dilakukan guna
mendorong penurunan kelompok harga
mendorong laju pertumbuhan yang sempat
energi dalam keranjang inflasi bulanan Filipina
tersendat di TW2-11 dan TW3-11. Hal ini
dari 10,1% yoy menjadi 7,6% yoy. Pelemahan
tercermin dari disahkannya anggaran 2012
laju inflasi Filipina diperkirakan berlanjut di
dengan key issue peningkatan alokasi
2012 seiring melambatnya aktivitas ekonomi
anggaran 10,4% di sektor sosial serta
dunia. Hal ini tercermin dari proyeksi CF Januari
memperkecil dana alokasi untuk pemerintah
% yoy %
20 10
15
8
10
6
5
4
0
108
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
daerah yang pada 2011 tidak mampu 2,24% qoq menjadi 4.237 dari 4.334
mencapai target penerimaan pajak. sementara Peso/USD melemah minus 1,57%
qoq dari PHP43,43 menjadi PHP42,74.
Fenomena peningkatan CDS dan
depresiasi nilai tukar mewarnai pasar Di 2012 laju pertumbuhan ekonomi
keuangan Filipina. Sebagai pengaruh perilaku Filipina diperkirakan tetap terjaga namun
risk averse dan konsolidasi portofolio oleh masih pada level lemah. Consensus Forecast
investor global seiring pemburukan ekonomi (Januari 2012) memproyeksikan laju
di kawasan Eropa pasar keuangan Filipina turut pertumbuhan TW1-12 mencapai 3,3% yoy
mengalami pengaruh negatif. Hal ini sebelum tumbuh mencapai 4,5% yoy di TW4-
diperparah dengan kinerja ekspor yang juga 11. Membaiknya belanja publik dan realisasi
memburuk sepanjang 2011 sehingga proyek infrastruktur dalam kerangka Public
menimbulkan kekhawatiran tertahannya Private Partnership (PPP) berada di balik
akselerasi pertumbuhan ke depan. Hal ini pertumbuhan ekonomi Filipina di 2012. Meski
tercermin dari meningkatnya CDS di TW4-11 demikian, dalam jangka menengah-panjang
rata-rata 23,26% qtq menjadi 200,83 bps dari laju pertumbuhan Filipina diperkirakan mampu
162,92 bps. Peningkatan CDS yang mencapai >5% yoy dengan catatan
selanjutnya mempengaruhi borrowing cost Pemerintah Filipina terlebih dahulu harus
Filipina, juga mendorong yield 10 years surat mampu melakukan reformasi struktural
utang pemerintah sehingga naik 19,52% qoq birokrasi dan ketentuan usaha serta
menjadi 1,87% dari 1,57%. Berdasarkan hal meningkatkan pembiayaan yang berkualitas di
tersebut, timbul sikap hati-hati pelaku pasar sektor infrastruktur, kesehatan, pendidikan,
untuk berinvestasi di Filipina yang kemudian dan jaminan sosial. Optimisme kinerja
mendorong pelemahan nilai tukar. Di TW4-11, perekonomian Filipina yang akan rebound di
pasar saham Filipina rata-rata melemah minus 2012 juga tercermin dari membaiknya credit
44
3.500 150
2
43
3.000 100
42
Depresiasi
41 2.500 1 50
Jan Feb Apr Mei Jul Ags Okt Nov Des Feb Mar Mei Jun Ags Sep Nov Des Jan Mar Mei Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des
2010 2011 2010 2011
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
Grafik 2.90 Nilai Tukar & Pasar Saham Grafik 2.91 Govt Bond & CDS
109
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
rating Filipina. Pada 16 Desember 2011 demand yang melemah. Di sisi lain, laju inflasi
lembaga pemeringkat Standard & Poor»s (S&P) Singapura di TW4-11 persisten dalam tren
menaikkan credit rating Filipina dari BB dengan tinggi, rata-rata 5,5% yoy. Tingginya harga
outlook stable menjadi BB dengan outlook properti masih menjadi pendorong inflasi di
positive-dua notch di bawah investment grade. Singapura di samping komponen harga
Laju inflasi bulanan yang semakin terkendali, transportasi yang meningkat seiring keputusan
penerimaan remitansi yang terjaga dan fiscal pemerintah menaikkan biaya kepemilikan
vulnerability yang membaik berada di balik kendaraan di awal 2011 lalu. Sementara itu,
pertimbangan lembaga rating memperbaiki gangguan pasokan bahan pangan pasca banjir
peringkat Filipina. di Thailand dan Vietnam dikhawatirkan masih
akan menahan laju inflasi Singapura ke depan.
Berdasarkan perkembangan tersebut, ekonomi
B.6 Singapura9 Singapura yang banyak bergantung pada
Di TW4-11 seluruh komponen PDB aktivitas ekspor ke depan diperkirakan akan
Singapura melemah sehingga menahan terus tertekan seiring melambatnya laju
pertumbuhan PDB menjadi 3,1% yoy dari ekonomi dunia.
6,1% yoy di TW3-11. Sementara secara Laju pertumbuhan ekonomi di TW4-11
keseluruhan, laju PDB Singapura 2011 kembali terkontraksi. Di TW4-11 laju
diperkirakan mencapai 5% yoy, melemah dari pertumbuhan ekonomi Singapura kembali
pertumbuhan 2010 yang mencapai 14,5% melambat menjadi 3,6% yoy dari 6,1% yoy di
yoy. Melemahnya permintaan produk-produk triwulan sebelumnya (rata-rata 2011: 5,02%
asal Singapura seiring perlambatan aktivitas yoy) seiring melambatnya seluruh aktivitas
ekonomi AS dan krisis utang Eropa yang ekonomi di triwulan laporan. Sektor investasi
berkepanjangan menekan kinerja industri dan ekspor melemah seiring perlambatan
domestik. Industri manufaktur, elektronika,
chemical, dan precission engineering dalam %
35,0
tren pertumbuhan yang lemah, dengan 30,0
Net Ekspor Investasi Forecast
Konsumsi PDB, yoy
pelemahan terbesar terjadi pada industri 25,0
20,0
elektronika. Ke depan, sikap pesimis masih
15,0
membayangi pelaku industri, tercermin dari 10,0
5,0
angka Purchasing Managers» Index (PMI)
0,0
Singapura yang juga terus melemah. Dengan -5,0
110
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
dari 14,5% yoy di 2010. Pelemahan ini sudah Grafik 2.94 Purchasing Manager Index
diperkirakan oleh IMF yang memproyeksikan
perekonomian Singapura 2011 akan industri manufaktur Singapura bergantung
melambat ke 5,3% yoy, di bawah realisasi pada industri biomedis yang pada periode
tahun sebelumnya. Di triwulan laporan, laju laporan tumbuh 76,1% yoy. Masih terjaganya
kinerja industri manufaktur seperti tercermin pertumbuhan industri biomedis tidak terlepas
pada triwulan laporan produksi industri dari sifat produk medis yang cenderung
manufaktur Singapura yang melemah menjadi inelastic . Meski demikian, seiring terus
9,3% yoy dari awal tahun yang mencapai 15% memburuknya proyeksi pertumbuhan
yoy tidak terlepas dari memburuknya kinerja ekonomi global, kinerja industri Singapura
industri elektronika dan chemical yang diperkirakan masih akan dalam tren melambat.
mengalami kontraksi menjadi 22,8% yoy dan Hal ini tercermin dari Purchasing Manager
4,6% yoy, sementara precission engineering Index (PMI) yang terus mengalami tekanan ke
tumbuh lemah 0,3% yoy. Dengan level di bawah 5010. Dari lima indeks yang
perkembangan tersebut, pertumbuhan digunakan sebagai acuan PMI, indeks pesanan
ekspor di TW4-11 mengalami tekanan terbesar
% yoy
dan berada di level 47,86.
200
Produksi Manufaktur Electronics
Chemicals Biomedicals
150 Precission Engineering
Laju ekspor terus menunjukkan
100
perlambatan. Seiring dengan aktivitas industri
yang melemah, di periode laporan, kinerja
50
ekspor Singapura tumbuh 5,90% yoy
0
-50
10 Purchasing Managers Index (PMI) adalah indikator yang
-100 menunjukkan intensi pembelian oleh pelaku usaha sampai
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12
dengan 6 bulan ke depan yang tercermin dalam bentuk indeks.
2008 2009 2010 2011
Threshold indikator PMI berada di level 50. Nilai indeks di atas
Sumber : Bloomberg
50 menunjukkan ekspansi, sedangkan di bawah 50 menunjukkan
Grafik 2.93 Produksi Manufaktur kontraksi.
111
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
120,0 8,0 50
Ekspor Total Neraca Perdagangan, lhs
100,0 40
Non-oil domestic export 7,0 Ekspor, rhs
Oil domestic export Impor, rhs 30
80,0 6,0
Re-export 20
60,0
5,0 10
40,0
4,0 0
20,0
-10
3,0
0,0 -20
2,0
-20,0 -30
-40,0 1,0 -40
melemah dari awal tahun yang mencapai masih dalam level tinggi, rata-rata laju inflasi
13,32% yoy dan di bawah rata-rata 2011 yang Singapura di TW4-11 persisten di level 5,53%
mencapai 7,7% yoy. Melambatnya laju ekspor yoy sebagaimana triwulan sebelumnya (TW1-
Singapura tidak terlepas dari pertumbuhan 11: 5,2% yoy, TW2-11: 4,7% yoy), mendorong
Non Oil Domestic Export (NODX) yang kenaikan laju inflasi tahunan menjadi 5,2% yoy
mengalami kontraksi menjadi 1,90% yoy dan dari 2,8% di 2010. Persistennya laju inflasi
kinerja Oil Domestic Export yang juga melemah tersebut disumbang oleh inflasi kelompok
menjadi 37,20% yoy di bawah rata-rata perumahan yang mencapai 9,9% yoy dan
tahunan (38,9% yoy). Sebelumnya, kinerja kelompok transportasi dan bahan makanan
ekspor Singapura masih tertolong oleh masing-masing mencapai 10,71% yoy dan
tingginya harga komoditi minyak dunia yang 3,59% yoy seiring masih tingginya biaya sewa
ikut mendorong Oil Domestic Export. Namun, perumahan, biaya kepemilikan kendaraan
seiring berangsur melemahnya kenaikan harga bermotor (Certificate of Entitlement/COE), dan
minyak dunia, kinerja Oil Domestic Export di
% yoy
periode laporan juga melemah dan turut 25
CPI Food
mempengaruhi kinerja ekspor keseluruhan. 20 Housing Recreation & Others
Transport
Namun demikian, meski dihadapkan pada laju 15
10
ekspor yang melambat, di periode laporan
5
Singapura masih mampu mencapai surplus
0
perdagangan rata-rata mencapai USD4,5 -5
miliar. -10
-15
Tekanan inflasi masih membayangi 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12
2007 2008 2009 2010 2011
pertumbuhan ekonomi. Didorong oleh harga Sumber : Bloomberg
112
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
SGD/USD bps
90000 7000 1,6 300
Quota of Car COEs (Right Axis)
80000 Average COE Premiums of Category A SGD/USD (lhs)
6000
Average COE Premiums of Category B CDS (rhs) 250
70000 1,5
5000
60000 200
4000 1,4
50000
Apresiasi 150
40000 3000
1,3
30000 100
2000
20000
1,2
1000 50
10000
0 0 1,1 0
1 1 1 1 1 1 1 Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan
Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2009 2010 2011 2012
Sumber : Bloomberg
Sumber : RGE
Grafik 2.98 Kenaikan COE Grafik 2.100 Nilai Tukar dan CDS
1,30
2000 dihadapkan pada eksposur kinerja eksternal.
1,25 1500
Perkiraan berkepanjangannya krisis utang
1,20
Apresiasi Eropa dan lambannya pemulihan ekonomi AS
1,15 1000
Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan membuat perekonomian Singapura akan lebih
2009 2010 2011 2012
Sumber : Bloomberg ditopang oleh aktivitas ekonomi (perdagangan
Grafik 2.99 Nilai Tukar dan Indeks Saham dan jasa) yang bersumber dari negara
113
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
tetangga, khususnya ASEAN. Meski demikian, aktivitas industri dan merosotnya daya beli
pertumbuhan dari ASEAN diperkirakan juga masyarakat Thailand pasca banjir. Dengan
tidak akan dalam level tinggi sebagai pengaruh kondisi daya beli yang melemah, aktivitas
perlambatan ekonomi global. konsumsi di periode laporan juga tumbuh pada
level rendah. Di TW4-11, penjualan ritel
Di bulan Oktober 2011, Monetary
diperkirakan tumbuh negatif seiring laju
Authority of Singapore (MAS) telah mengambil
pertumbuhan private consumption yang juga
langkah pelonggaran. Langkah pelonggaran
tumbuh lemah seiring laju penjualan
tersebut berupa penurunan/memperkecil slope
kendaraan yang juga mengalami kontraksi.
monetary policy band dengan tujuan menahan
Selain menahan aktivitas konsumsi dan
apresiasi nilai tukar ke tingkat yang lebih
produksi manufaktur, banjir yang melanda
moderat. Dengan slope yang mengecil maka
juga menganggu pasokan bahan pangan
ruang pergerakan nilai tukar menjadi lebih
seiring kerusakan lahan pertanian. Kondisi ini
landai, artinya apresiasi diharapkan dapat lebih
mendorong demand pull inflation dan
modest dan gradual guna menjaga daya saing
menahan laju inflasi persisten pada level tinggi,
produk ekspor. Sementara dari sisi fiskal
yakni 4,2% yoy. Selain itu, dengan aktivitas
Pemerintah Singapura di awal Desember 2011
produksi (pangan dan industri) yang terbatas
mengenakan tambahan pajak untuk transaksi
di tengah rusaknya lahan pertanian yang
pembelian rumah sebagai langkah menekan
menganggu pasokan produk bahan pangan
laju inflasi, di samping sebagai langkah untuk
serta terhentinya aktivitas industri pascabanjir,
mengendalikan risiko yang timbul di industri
laju ekspor di TW4-11 juga mengalami
perbankan dan perekonomian secara
pemburukan dan mengalami kontraksi ke level
keseluruhan. Dengan ketentuan ini, Warga
6,6% yoy.
Negara Asing (WNA) akan dikenakan pajak
10% untuk setiap pembelian rumah, Akselerasi pertumbuhan ekonomi
sementara bagi permanent resident yang tertahan oleh bencana banjir. PDB di TW4-11
membeli rumah kedua dikenakan pajak diperkirakan terkontraksi ke level terendah
sebesar 3%. sepanjang 2011 menjadi 2,6% yoy dari 3,5%
yoy di triwulan sebelumnya sebagai pengaruh
dari banjir besar yang melanda Thailand.
B.7 Thailand Terlebih lagi, tiga provinsi yang terkena banjir
Bencana banjir yang melanda di cukup parah (North, Northeastern, dan Central
November 2011 memberi dampak negatif regions) memiliki kontribusi cukup besar
yang besar terhadap perekonomian Thailand. terhadap perekonomian, yakni 28% dari total
Hal ini tercermin dari PDB di TW4-11 yang PDB. Banjir terburuk sejak 50 tahun terakhir
diperkirakan terkontraksi ke level 2,6% yoy ini memukul aktivitas di sektor pertanian,
sebagai pengaruh terhentinya sebagian besar industri, dan pariwisata Thailand. Di sektor
114
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
-5 0 60
50
-10 -2
40
-15 -4 30
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12
2008 2009 2010 2011 2012 2007 2008 2009 2010 2011
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
Grafik 2.101 Produk Domestik Bruto Grafik 2.102 Leading Indicators & Sentimen Bisnis
115
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
demikian pukulan terbesar terjadi di sektor terakhir justru tumbuh signifikan. Rata-rata
otomotif. Selain tertahan oleh pendapatan pertumbuhan FDI di negara tersebut dalam 5
masyarakat yang berkurang, dengan adanya tahun terakhir tumbuh 10% yoy s.d 33% yoy.
penutupan pabrik, banjir juga menyebabkan Dengan adanya serangan banjir, laju investasi
laju produksi mobil baru di Thailand mengalami di negara tetangga diperkirakan terus tumbuh
tekanan. Di triwulan akhir 2011, laju penjualan sebagai kompensasi melemahnya investasi di
kendaraan baru Thailand mengalami kontraksi Thailand.
menjadi 49,77% yoy (terendah sepanjang
Ekspor mengalami kinerja terburuk. Laju
2011 yang rata-rata mencapai 3,71% yoy).
ekspor di TW4-11 mengalami pemburukan
Tidak hanya memukul industri otomotif,
dan mengalami kontraksi tajam hingga
perlambatan aktivitas industri juga terjadi
mengalami pertumbuhan -5,1% yoy dari
secara umum. Hal ini tercermin dari
27,8% yoy di triwulan sebelumnya.
Manufacturing Production Index (MPI) Thailand
yang di TW4-11 terkontraksi tajam menjadi -
% yoy Miliar USD
34,4% yoy yang khususnya terjadi di sektor 100 5
Trade Balance, rhs
industri elektronik, otomotif, dan integrated 80 Ekspor, lhs
4
Impor, lhs
circuit and parts . Tren melemahnya laju 60
3
investasi di Thailand pada dasarnya sudah 40
20 2
terasa sejak 5 tahun terakhir. Arus Foreign
0
Direct Investment (FDI) ke Thailand rata-rata 1
-20
melemah 5% yoy, mendorong turunnya -40
0
116
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
% yoy % yoy
60 140
Ekspor
50 120
ASEAN
40 100 China
30 80
20
60
10
40
0
20
-10
0
-20
-30 -20
Ekspor AS
-40 Jepang EU -40
-50 -60
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12
2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
Pemburukan ini terjadi seiring terganggunya dan 17,95% yoy13. Tidak hanya berpengaruh
aktivitas perekonomian Thailand secara umum di dalam negeri, pelemahan kinerja industri
pasca banjir. Dari sisi supply, gangguan timbul juga kembali memukul supply chain industry
seiring terendamnya sejumlah kawasan di kawasan yang belum pulih dari bencana
industri yang mendorong terhentinya aktivitas tsunami Jepang mengingat peran Thailand
produksi11. Sementara krisis utang Eropa yang yang juga merupakan pusat produksi dan
berkepanjangan dan masih lemahnya pengembangan industri Jepang di ASEAN.
perekonomian AS juga turut memberi beban
Otoritas fiskal mengeluarkan program
kepada demand produk ekspor Thailand.
stimulus untuk menjaga perekonomian.
Berdasarkan negara tujuan utama, ekspor ke
Langkah tersebut meliputi (i) menaikkan upah
kawasan Eropa mengalami pelemahan
minimum rata-rata 6,5% sebagai upaya
terbesar dan terkontraksi 18,3% yoy.
menjaga daya beli domestik, ii) program
Sementara, ekspor ke kawasan ASEAN dan
rehabilitasi bencana senilai THB325 miliar
China masih positif meski kini juga memasuki
(setara dengan USD10,5 miliar) berupa soft
tren perlambatan12. Ekspor produk manufaktur
loans kepada pengusaha besar, UKM, dan
dan mesin yang menjadi unggulan Thailand,
individu masing-masing sebesar THB65 miliar,
di TW4-11 masing-masing dalam kondisi
THB170 miliar, dan THB90 miliar; (iii) Pinjaman
tertekan, melemah minus 27,06% qtq dan
khusus infrastruktur senilai THB15 miliar bagi
minus 5,70% qtq menjadi minus 19,00% yoy
perusahaan besar; (iv) JBIC memberikan
pinjaman THB50 miliar kepada perusahaan
11 Serangan banjir Thailand diperkirakan telah memaksa 14.000
industri untuk menghentikan aktivitas produksi dan Jepang melalui perbankan Thailand; (v) Dewan
operasionalnya untuk sementara.
12 Pasar ekspor Eropa memiliki pangsa 9,8% dari keseluruhan investasi Thailand berencana untuk
ekspor Thailand. Sementara ASEAN dan China masing-masing
memperpanjang tax priviledges guna menahan
memiliki porsi 25,7% dan 12,5%.
13 Ekspor produk mesin dan manufaktur masing-masing memiliki pengusaha atas rencana relokasi produksi.
pangsa 34,4% dan 17,2% dari keseluruhan ekspor Thailand.
117
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
% yoy % yoy
11 12
IHK
9 Core 10
5 6
3 4
1 2
-1 0
Selain hal tersebut, paket stimulus dilengkapi inflasi bulanan di Desember 2011 yang
dengan pemberian kompensasi sebesar melambat menjadi 3,53% yoy dari 4,19% yoy
BHT5000 untuk setiap rumah yang dilanda di bulan sebelumnya. Berdasarkan komponen
banjir, sedangkan bagi wirausahawan dan pembentuknya, melemahnya laju inflasi sejalan
petani diberikan kemudahan mendapatkan dengan menurunnya permintaan terhadap
pinjaman lunak. Bagi investor, pemerintah properti dan barang konsumsi seperti pakaian
akan mengeluarkan kebijakan kelonggaran (clothing & footwear). Di Akhir 2011, inflasi
tarif untuk produk permesinan dan suku kelompok properti tumbuh lemah 1,7% yoy,
cadang untuk mendorong aktivitas investasi. sementara inflasi kelompok pakaian juga
melaju dalam level lemah, yakni 0,7% yoy. Di
Rata-rata laju inflasi TW4-11 masih
sisi lain, kelompok transportasi di akhir 2011
persisten pada level tinggi, namun dengan
justru mengalami deflasi, yakni 1,5% yoy
kecenderungan menurun. Terganggunya
seiring menurunnya aktivitas masyarakat.
produksi pangan Thailand pasca banjir
Berdasarkan perkembangan tersebut, laju
mendorong demand pull inflation yang
inflasi Thailand ke depan diperkirakan
bermuara pada tertahannya rata-rata laju inflasi
mencapai 3,5% yoy (2012) dan 3,2% yoy
TW4-11 pada level tinggi, yakni 4,0% yoy (rata-
(2013).
rata 2011: 3,80% yoy). Menurunnya hasil
panen Thailand setidaknya 25% diperkirakan Pelemahan aktivitas ekonomi mulai
telah mendorong harga beras s.d 20%. Hal ini mempengaruhi sektor tenaga kerja. Meski
tercermin dari naiknya inflasi kelompok bahan tidak secara drastis, angka pengangguran rata-
makanan sebesar 1,6% qoq ke level 9,7% yoy. rata di TW4-11 mulai meningkat dan
Meski demikian, ke depan tekanan laju inflasi mendekati 0,7% setelah sebelumnya relatif
Thailand diproyeksikan berangsur berkurang stabil di level 0,6%. Rusaknya fasilitas yang
seiring aktvitas perekonomian yang juga mendorong terhentinya aktivitas produksi
melambat. Hal ini mulai tercermin dari laju berada dibalik kenaikan angka pengangguran
118
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
Baht/day % % Indeks
220 2,5 5 260
Upah Minimum, lhs Interbank rate 3 bln (lhs) Yield Gov Bond-10 yr (lhs)
4,5 240
215 Pengangguran, rhs Yield Gov Bond-1 yr (lhs) CDS 5 Yr (rhs)
2 4 220
210
3,5
200
205 1,5 3
180
200 2,5
160
1 2
195
140
1,5
190 120
0,5 1
185 0,5 100
180 0 0 80
3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2008 2009 2010 2011 2010 2011
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
Grafik 2.110
Grafik 2.108 Tingkat Pengangguran Yield Gov Bond, CDS, dan Interbank Rate
tersebut. Namun demikian, seiring kebijakan dari terus meningkatnya risiko Thailand
fiskal yang dikeluarkan pemerintah untuk sebagaimana tingkat CDS yang juga
mengembalikan perekonomian, tekanan meningkat. Di triwulan akhir 2011, CDS
terhadap sektor ini diproyeksikan akan kembali Thailand rata-rata meningkat 33,36% qoq.
berkurang di 2012. Kondisi-kondisi tersebut yang pada akhirnya
memberi tekanan pada nilai tukar dan
Tidak hanya sektor industri,
mendorong depresisasi THB. Sepanjang TW4-
pemburukan juga terjadi di sektor keuangan.
11 THB cenderung melemah rata-rata 2,90%
Melemahnya aktivitas perekonomian Thailand
qoq.
mendorong persepsi negatif pelaku pasar. Aksi
jual yang dilakukan investor di pasar saham Pelaku pasar mengharapkan otoritas
mendorong pelemahan indeks saham di terus mengambil langkah pelonggaran.
periode laporan rata-rata 7,15% qoq. Terancam oleh melambatnya perekonomian
Keputusan pelaku pasar ini juga tidak terlepas domestik pasca bencana banjir, otoritas
moneter di TW4-11 (November 2011) telah
BHT/USD Indeks
menurunkan suku bunga acuan sebesar 0,25
39 Thai Baht/USD (lhs) 1150 bps menjadi 3,25% setelah sejak awal 2011
Indeks Saham (rhs)
1050
37
cenderung menaikkan suku bunga acuan
950
35
850
sebagai langkah pengetatan di tengah
33
750 ancaman inflasi. Kini, di tengah indeks industri
31
650 dan konsumsi yang terus melemah, ke depan
29
550
BOT diharapkan melanjutkan kebijakan
27 450
25 350
longgar berupa penurunan suku bunga acuan.
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2010 2011
Hal ini tidak terlepas dari upaya antisipasi
Sumber : Bloomberg pelemahan ekonomi global sebagai imbas
Grafik 2.109 Nilai Tukar dan Saham krisis utang Eropa dan lambannya pemulihan
119
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
% yoy
10
seiring melemahnya permintaan produk tekstil
8 dan turunnya produksi beras yang juga
6 menjadi unggulan ekspor Vietnam. Sementara
4 itu, di tengah tren pelemahan nilai tukar, laju
2
impor juga turun 12% qoq ke level 18% yoy.
0
Selain nilai tukar yang terdepresiasi, turunnya
-2
Inflasi impor tidak terlepas dari lemahnya investor
-4
Benchmark Interest Rate
-6
confident di Vietnam sehingga mempengaruhi
1 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 121
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 keinginan pelaku usaha berinvestasi dan
Sumber : Bloomberg
melakukan impor mesin ke Vietnam.
Grafik 2.111 Suku Bunga Acuan Lemahnya kepercayaan pelaku pasar juga
tercermin di sektor keuangan, di mana CDS
ekonomi AS. Sementara itu, otoritas fiskal juga terus berada dalam level tinggi (400 bps)
mengeluarkan program stimulus untuk sehingga menahan pertumbuhan indeks
menjaga perekonomian. saham.
4,0
yang sebesar 22,5% yoy. Di sisi lain,
3,0
melemahnya pertumbuhan ekonomi global 2,0
0,0
Vietnam. Hal ini tercermin dari laju ekspor di Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2007 2008 2009 2010 2011
periode laporan yang melemah 0,98% qoq ke Sumber : Bloomberg
level 31,17% yoy di bawah rata-rata 2011 Grafik 2.112 Produk Domestik Bruto
120
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
17.000 80,0
30 150
12.000 60,0
2.000 20,0
10 50
-3.000 0,0
0 0 -8.000 -20,0
laporan kinerja perekonomian lebih didorong menaikkan upah minimum sebesar 27% s.d
oleh sektor jasa yang tumbuh menjadi 2,5% 68%, sejak 1 Oktober 2011 lalu yang
yoy dari 2,4% yoy di triwulan sebelumnya. disesuaikan dengan jenis dan lokasi
Kinerja PDB yang mengalami technical perusahaan maupun kebijakan perusahaan
rebound di TW4-11 sudah diperkirakan oleh memberikan bonus akhir tahun.
banyak pihak sebagai pengaruh seasonal effect
Ancaman perlambatan ekonomi global
di mana pada triwulan laporan baik aktivitas
terus menekan kinerja eksternal. Tidak
produksi dan konsumsi cenderung meningkat
tercapainya target pertumbuhan PDB turut
seiring persiapan menghadapi Hari Raya Natal
dipengaruhi oleh global demand yang
dan Tet Festival (Lunar New Year) yang
melambat dan menekan kinerja ekspor
merupakan hari raya terbesar di Vietnam.
Vietnam. Laju ekspor di periode laporan
Meningkatnya aktivitas konsumsi di triwulan
tergerus 0,98% qoq menjadi 31,17% yoy dari
laporan tercermin dari tingkat penjualan ritel
32,14% yoy di triwulan sebelumnya (rata-rata
yang tumbuh 25,8% yoy (tertinggi sepanjang
2011: 32% yoy). Produk tekstil yang
2011, di atas rata-rata 23,5% yoy) di tengah
mendominasi pangsa ekspor Vietnam di TW4-
laju inflasi yang tinggi dan borrowing cost yang
11 melemah 9,7% qoq menjadi 17,3% yoy
mahal. Selain berkenaan dengan perayaan
dari 26,7% yoy. Produk beras dengan pangsa
akhir tahun, terjaganya aktivitas konsumsi
ekspor sebesar 5,4%, di TW4-11 juga
Vietnam tidak terlepas dari kondisi demografi
melemah 4,2% qoq sehingga pertumbuhan
yang mendukung. Saat ini jumlah penduduk
ekspornya mengalami kontraksi menjadi 2,3%
Vietnam mencapai 90 juta orang dengan rata-
yoy dari 37,6% yoy. Terpukulnya ekspor beras
rata berusia produktif, 35 tahun. Selain itu,
Vietnam tidak terlepas dari bencana banjir
tingginya aktivitas konsumsi akhir tahun juga
yang melanda Vietnam di akhir TW3-11 lalu
terdorong oleh meningkatnya daya beli
yang mengakibatkan kerusakan lahan sawah
masyarakat seiring kebijakan pemerintah
121
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
Indeks % yoy
160 50
IHK
140 40 Food & Foodstuff
Transport dan Comm.
120
30 Clothing
100 House
20
80
10
60
Domestic Investor Confidence Index (DICI) 0
40
Rata2 DICI
20 Foreign Investor Confidence Index (FICI) -10
Rata2 FICI Rata2 2010 = 6,9%
0 -20
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
dan buah di berbagai provinsi (An Giang: 2.720 11, Confidence Index investor domestik dan
hektar, Dong Thap: 520 hektar, Kien Giang: asing terus merosot. Di TW4-11, Confidence
1.090 hektar; Vinh Long: 815 hektar). Di sisi Index investor domestik tercatat sebesar 77,88,
lain, tren pelemahan nilai tukar yang dialami di bawah rata-rata 2011 yang mencapai 82,68.
Vietnam juga memukul kinerja impor. Di
Tekanan laju inflasi TW4-11 masih
periode laporan, impor Vietnam melemah
tinggi namun melemah tipis ke level di bawah
12% qtq ke level 18% yoy (posisi terendah
20% yoy. Setelah di TW3-11 laju inflasi
sepanjang 2011). Selain pelemahan nilai tukar,
mencapai 22,5% yoy, di TW4-11 tekanan
kebijakan pemerintah menahan impor sebagai
inflasi melemah menjadi 19,9% yoy. Meski
bagian menjaga stabilitas nilai tukar dalam
melambat, laju inflasi Vietnam masih di atas
negeri juga berada di balik melambatnya
target pemerintah, yakni 15% yoy. Tekanan
pertumbuhan impor Vietnam. Impor mesin
inflasi yang melemah terutama didorong oleh
yang memiliki pangsa terbesar di periode
kelompok bahan makanan (food and
laporan rata-rata melemah 19,5% qoq
foodstuff) yang mengalami penurunan sebesar
menjadi 1,2% yoy dari 20,7% yoy di triwulan
3,5% qoq menjadi 29,9% yoy dari 33,4% yoy.
sebelumnya 14. Melemahnya impor mesin,
Selain itu, penurunan tekanan laju inflasi yang
sejalan dengan masih buruknya persepsi
tersebut juga didorong oleh tren harga
Vietnam dimata investor. Ketidakpastian
komoditas global yang melemah serta langkah
kondisi perekonomian domestik ditambah
pengetatan sebelumnya. Namun demikian
sentimen terhadap masih lemahnya penerapan
kebijakan pemerintah menaikkan upah dan
Good Corporate Governance sehingga
tingginya aktivitas konsumsi di akhir tahun di
mendorong Confidence Index Vietnam berada
tengah terbatasnya pasokan beras pascabanjir
pada level rendah. Sejak awal 2011 s.d TW4-
dikhawatirkan mampu kembali memberi
14 Impor barang mesin di Vietnam memiliki porsi 30% dari
keseluruhan impor.
tekanan pada laju inflasi Vietnam ke depan..
122
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
Indeks VND/USD
550 21500
dikhawatirkan memberikan eksposur
500
tambahan, khususnya dari sisi cadangan devisa
21000
450
yang dikaitkan dengan kewajiban dalam valas.
400
20500 Sebagai gambaran, di akhir 2010, total utang
350
luar negeri Vietnam diperkirakan lebih dari 3
20000
300
kali lipat cadangan devisa bank sentral 15.
Stock Indeks, lhs
19500
250 CDS-5 Yr, lhs Dengan semakin sulitnya Vietnam
VND/USD, rhs
200 19000 memperoleh valas, ke depan gap antara
Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan
2010 2011 2012 kewajiban dan ketersediaan valas akan
Sumber : Bloomberg
semakin besar. Berdasarkan perkiraan, di TW1-
Grafik 2.117 Saham, CDS, dan Nilai Tukar
11 lalu utang luar negeri Vietnam telah
tumbuh USD1,5 miliar, sementara cadangan
Tingkat kepercayaan pelaku pasar devisa mengalami penurunan USD0,25 miliar.
belum menunjukkan pemulihan. Meski laju Pada akhir TW1-11, setidaknya terdapat
PDB di triwulan laporan membaik, namun USD8,5 miliar utang luar negeri yang akan
dengan laju inflasi yang persisten pada level jatuh tempo dalam satu tahun ke depan (senilai
tinggi dan pemburukan kinerja eksternal, 75% dari cadangan devisa)16.
kinerja sektor keuangan belum menunjukkan
Langkah pengetatan dan konsolidasi
perbaikan. Hal ini tercermin dari
perbankan menjadi upaya menjaga stabilitas
kecenderungan CDS Vietnam yang meningkat
perekonomian terkini. Di tengah berbagai
rata-rata 11,97% qoq. Terus meningkatnya
tantangan yang dihadapi perekonomian
CDS menunjukkan masih tingginya risiko
Vietnam, di awal TW4-11 State Bank of
Vietnam ke depan di mata pelaku pasar.
Vietnam (SBV) memutuskan untuk menaikkan
Pandangan ini yang selanjutnya ikut menahan
refinance rate sebesar 100bps menjadi 15%
pertumbuhan kinerja bursa saham. Di periode
sebagai respon pengetatan kesekian kali di
laporan, bursa Vietnam rata-rata melemah
tengah instabilitas nilai tukar dan tekanan
6,85% qoq yang selanjutnya ikut mendorong
inflasi yang terus menguat sepanjang 2011.
depresiasi nilai tukar rata-rata 1,23% qoq.
Selain itu, seiring tekanan inflasi bulanan yang
Ke depan, pertumbuhan ekonomi masih tinggi, di periode akhir TW4-11 SBV
Vietnam masih dibayang-bayangi risiko. Meski memutuskan untuk mempertahankan suku
tekanan inflasi berangsur mereda, namun bunga sebagai sinyal untuk mempertahankan
dengan meningkatnya aktivitas konsumsi di stance pengetatan ekonomi domestik lebih
akhir tahun seiring Hari Raya Natal dan Tet lanjut di tengah ancaman pelemahan
Festival di awal 2012, terbuka kemungkinan
penurunan laju inflasi menjadi tertahan. Di sisi 15 RGE: Vietnam Outlook Update: On The Brink
16 Data utang dan cadangan devisa Vietnam tidak dipublikasi secara
lain, terus melemahnya ekspor juga bebas. Analis menggunakan informasi lampau sebagai gambaran.
123
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
pertumbuhan ekonomi global. Sementara itu, Oktober 2011 suku bunga simpanan di bawah
guna menjaga stabilitas nilai tukar Dong, SBV 1 bulan maksimum sebesar 6%, sedangkan
di akhir TW4-11 menaikkan refference rate untuk simpanan di atas 1 bulan maksimal
nilai tukar sebesar VND15 menjadi VND20.828 14%. Selain itu, upaya memperbaiki
per USD seiring tingginya permintaan USD di kepercayaan investor juga dilakukan melalui
akhir tahun. Sejak Oktober 2011, SBV telah konsolidasi sektor perbankan. Pada tanggal 6
menaikkan refference rate sampai dengan Desember 2011 lalu, SBV mengumumkan
VND200 per USD (melemah 0,97%, target bahwa Vietnam»s First Commercial Joint-Stock
2011: 1%). Langkah menaikkan refference Bank, Tin Nghia Commercial Joint-Stock Bank
rate tersebut menjadi upaya untuk menjaga dan Saigon Commercial Joint-Stock Bank akan
stabilitas harga setelah sebelumnya otoritas melakukan merger. Langkah ini diambil untuk
juga mematok suku bunga simpanan. Per 1 memperkuat dan menyehatkan industri
perbankan sehingga dapat mengembalikan
% VND/USD
30 22000 kepercayaan investor.
Base Rate Refinancing rate
Discount rate Inflasi, lhs
25 VND/USD, rhs 20000
20 18000
B.9 Brazil
15 16000
Pertumbuhan ekonomi Brazil
10 14000
diperkirakan akan terus melambat, sehingga
5 12000
hanya akan mencapai 2.9% pada akhir tahun
0
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 12 2 4 6 8 10
10000
2011 dan 3.2% pada 2012 (CF Desember
2008 2009 2010 2011
2011). Pertumbuhan tersebut berada di bawah
Sumber : Bloomberg
Grafik 2.118 Suku Bunga Kebijakan ekspektasi awal Banco Central do Brasil (BCB)
124
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
125
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
% yoy Index
25,00 120
Sektor Manufaktur ARS Curncy
20,00 BRL Curncy
Sektor Industri 115
15,00 MXN Curncy
10,00 110
5,00
105
0,00
-5,00 100
-10,00
95
-15,00
-20,00 90
Feb Mei Ags Nov Feb Mei Ags Nov Feb Mei Ags Nov Feb Mei Ags Nov Feb Mei Ags Nov Jan Feb MarApr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb MarApr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan
2007 2008 2009 2010 2011 2010 2011 2012
Sumber : Bloomberg, diolah Sumber : Bloomberg (indeks Januari 2011 = 100)
Grafik 2.120 Indikator Investasi Brazil Grafik 2.122 Nilai Tukar Kawasan Latam
20
penyelesaian krisis utang di Kawasan Eropa
10 (Grafik 2.123). Lebih lanjut, terkait dengan
0
upaya penyelesaian krisis Eropa, Brazil telah
-10
-20
menyatakan sikapnya untuk menolak gagasan
-30 pembelian obligasi Eropa dalam rangka
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep NovJan Mar Mei Jul Sep NovJan Mar Mei Jul Sep NovJan Mar Mei Jul Sep Nov
2007 2008 2009 2010 2011 membantu meringankan krisis utang
Sumber : Bloomberg, diolah
Eurozone. Namun demikian, Brazil bersedia
Grafik 2.121 Konsumsi Brazil
126
Bab 2 - Perkembangan Ekonomi Individu Negara
Index
110
sehingga meningkatkan kekhawatiran investor
akan semakin memburuknya ekonomi global.
100
80
pertumbuhan ekonomi yang semakin dalam,
sejak akhir TW3-11 hingga TW4-11 BCB telah
70
menurunkan suku bunga SELIC rate sebanyak
Merval Index-Argentina
60
IBOV Index-Brazil tiga kali (dari 12.5% hingga kini 11%) (Grafik
MEXBOL Index-Meksiko
50
Jan Feb MarApr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb MarApr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan 2.125). Untuk tahun 2012 BCB
2010 2011 2012
Sumber : Bloomberg (indeks Januari 2011 = 100)
mengumumkan akan terus melakukan
Grafik 2.123 Pasar Saham Kawasan Latam penyesuaian tingkat bunga secara moderat
sehingga pada tahun 2012 SELIC rate
memberikan bantuan keuangan melalui diperkirakan akan terus turun.
International Monetary Fund (IMF). Keputusan penurunan suku bunga
Persepsi risiko di Brazil semakin SELIC Rate kembali diambil di tengah ancaman
memburuk pada akhir TW4-11, sebagaimana inflasi yang masih tinggi. Laju inflasi Brazil
tercermin dari perkembangan credit default diperkirakan masih akan tinggi hingga
swap (CDS) yang meningkat (Grafik 2.124). mencapai 6.5% yoy (proyeksi CF Desember
Pada pertengahan TW4-11, level CDS Brazil 2011) (Grafik 2.125). Untuk mengimbangi
dan kawasan Latam sempat menurun seiring langkah pelonggaran moneter melalui
dengan adanya kemajuan penyelesaian krisis penurunan suku bunga SELIC Rate, pada TW4-
Eropa. Namun, tren perbaikan CDS tersebut 11 Pemerintah Brazil mengumumkan
mengalami pembalikan arah setelah beberapa langkah pengetatan fiskal. Langkah
penyelesaian krisis Eropa kembali terhambat, tersebut adalah dengan mengurangi
% yoy
bps bps
18
230 1400 Brazil Selic Rate, rhs Proyeksi
BRAZIL CDS USD SR 5Y 7,5 CF-Des'11 17
1300 Inflasi (IHK), lhs
210 MEX CDS USD SR 5Y 16
ARGENT CDS USD SR 5Y (rhs) 1200 6,5
190 15
1100 14
170 5,5
1000 13
150 900 12
4,5
800 11
130
700 3,5 10
110 9
600
2,5 8
90 500 Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan
Jan Feb MarApr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb MarApr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
2010 2011 2012
Sumber : Bloomberg dan CF, diolah
Sumber : Bloomberg, diolah (indeks Januari 2011 = 100)
Grafik 2.124 CDS Kawasan Latam Grafik 2.125 Brazil SELIC Rate dan Inflasi
127
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
128
Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas
BAB
3
Perkembangan Pasar Keuangan
dan Pasar Komoditas
Kinerja pasar keuangan global selama triwulan akhir 2011 masih tertekan dan diwarnai
oleh sentimen negatif akan penurunan ekonomi global dan tingginya ketidakpastian penyelesaian
debt crisis di Kawasan Euro. Kecuali AS, indeks saham Jerman dan Jepang cenderung melemah
dengan pergerakan yang volatile. Sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian kondisi di pasar
keuangan global, perilaku risk averse investor masih berlanjut yang pada akhirnya berimbas
pada penurunan pasar saham di negara emerging. Di pasar obligasi, yield obligasi G3 masih
menunjukkan tren menurun berkaitan dengan statusnya sebagai instrumen ≈safe haven∆.
Sementara kinerja obligasi Indonesia dan negara-negara peers masih terjaga seiring dengan
masih solidnya fundamental ekonomi negara-negara tersebut. Ketidakpastian penanganan krisis
utang di Kawasan Euro serta adanya potensi pelemahan ekonomi negara maju lebih buruk dari
dugaan awal telah memicu sentimen negatif investor sehingga mendorong investor mengalihkan
dananya ke aset-aset yang lebih aman. Hal ini pada gilirannya mendorong mayoritas mata uang
global kembali terdepresiasi terhadap USD. Berbeda dengan kondisi di pasar keuangan
konvensional, pasar sukuk dan pasar saham berbasis syariah masih menunjukkan kenaikan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan penerbitan obligasi sukuk didorong oleh
keyakinan atas daya tahan pasar keuangan syariah terhadap krisis. Namun pemburukan kondisi
ekonomi global telah berdampak pada shifting penerbitan sukuk dari korporasi kepada pemerintah
serta kenaikan yield sukuk benchmark. Di pasar komoditi, tren harga komoditas cenderung
melemah namun masih di level tinggi. Penurunan tersebut terjadi baik pada komoditas energi
(kecuali minyak), logam, dan pangan (kecuali beras) sehubungan dengan prospek pelemahan
ekonomi dunia.
129
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
130
Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas
terakhir pada 12 September-11 dengan ekonomi seperti di sektor tenaga kerja yang
mencapai level 1995 jauh di bawah rata-rata menunjukkan perbaikan dianggap sebagai
2011 di kisaran 2611. Penyelesaian krisis utang sinyal tertahannya pemburukan ekonomi AS
yang terus berlarut-larut masih menjadi faktor sehingga mendorong sentimen positif pelaku
di balik pelemahan kinerja bursa saham di pasar yang pada akhirnya menjadi faktor
Eropa. Tidak berbeda dengan Eropa, bursa penopang pergerakan bursa di akhir tahun.
Jepang juga terus memburuk hingga akhir Selain itu, meski permasalahan sovereign debt
2011. Nikkei cenderung masih mengalami crisis di Kawasan Euro masih jauh dari selesai,
tekanan seiring dengan pelemahan sentimen perilaku risk averse investor sedikit berkurang
dan persepsi pelaku bisnis atas kinerja seiring dengan adanya sejumlah measures yang
perusahaan-perusahaan manufaktur akibat diluncurkan oleh otoritas guna melonggarkan
krisis hutang kawasan Eropa, penguatan Yen, keketatan likuiditas USD di perbankan.
dan banjir Thailand yang menimbulkan
Kinerja bursa saham di kawasan
gangguan pada supply chain . Selain itu,
emerging Asia terutama di TW4-11 juga tidak
adanya pernyataan BoJ mengenai ancaman
lepas dari sentimen negatif Eropa dan AS
perlambatan Jepang akibat krisis Eropa juga
(Tabel 3.1). Pada periode awal 2011 bursa
turut mendorong pelemahan bursa saham di
saham di kawasan emerging Asia bergerak
akhir 2011.
menguat. Tingginya pertumbuhan ekonomi
Kinerja pasar saham AS selama triwulan kawasan emerging Asia di awal tahun
laporan menunjukkan sedikit perbaikan. meningkatkan daya tarik kawasan emerging
Setelah mencapai titik terendahnya di TW3-11, Asia sebagai tempat tujuan investasi global di
tekanan di bursa saham di triwulan akhir mulai tengah kelabunya perkembangan ekonomi di
mereda dan indeks harga saham mulai Eropa dan AS. Hal ini mendorong bursa saham
menguat tipis. Sejumlah rilis berbagai indikator emerging Asia bergerak menguat selama
131
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
periode tersebut. Namun menjelang semester Penurunan kinerja bursa saham juga
II-2011 (TW3-11), terjadi koreksi yang tajam dialami oleh negara ASEAN-5 selama triwulan
di pasar saham kawasan tersebut seiring laporan. Masih tingginya risiko di pasar
memburuknya risk appetite investor global keuangan global disertai dengan adanya
sebagai dampak menguatnya indikasi prilaku risk averse investor diperkirakan
perlambatan ekonomi global dan melatarbelakangi penurunan aktivitas di bursa
ketidakpastian perkembangan krisis Eropa dan saham negara ASEAN-5. Dibandingkan
meningkatnya risiko fiskal AS. Hingga akhir triwulan sebelumnya, bursa saham di negara
TW4-11, kondisi ini masih berlanjut dan secara ASEAN-5 rata-rata turun lebih dari 2,0% qoq
rata-rata keseluruhan kinerja bursa saham di dengan penurunan tertinggi terutama terjadi
kawasan emerging Asia masih lebih rendah di Thailand (turun 7,7% qoq). Meskipun secara
dibandingkan triwulan sebelumnya. Bahkan triwulanan masih melemah, kinerja bursa
bursa saham China dan India berada di level saham Indonesia, Filipina, dan Thailand masih
yang lebih rendah dibandingkan periode yang lebih baik dibandingkan periode yang sama di
sama di 2010 (Tabel 3.1, Grafik 3.3, dan Grafik 2010 (Tabel 3.1 dan Grafik 3.4). Secara rata-
3.4). Kekhawatiran dampak perlambatan rata, bursa saham Indonesia, Filipina, dan
ekonomi global terhadap kinerja sektor Thailand masing-masing masih mampu
eksternal ketiga negara tersebut ke depan tumbuh diatas 10% yoy. Kondisi fundamental
menjadi faktor pemicu menurunnya kinerja makro ekonomi yang cukup solid khususnya
bursa saham. Selain itu, akumulasi sentimen ditopang oleh konsumsi domestik yang masih
negatif di pasar keuangan global diperkirakan relatif kuat mampu menahan sentimen negatif
memicu investor menarik penempatan pasar keuangan global sehingga penurunan
dananya pada aset negara di emerging Asia. bursa saham di ketiga negara tersebut secara
Index Index
140 170
SHCOMP (China) TW4-11 STI (Singapura) TW4-11
130 KOSPI (Korea) 160
KLCI (Malaysia)
BSE Sensex (India) 150 SET (Thailand)
120
JCI (Indonesia)
140
110 PCOMP (Filipina)
130
100
120
90
110
80
100
70 90
60 80
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2010 2011 2010 2011
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
Grafik 3.3 Indeks Saham China, Korea, dan India Grafik 3.4 Indeks Saham ASEAN-5
(1 Jan-10=100) (1 Jan-10=100)
132
Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas
rata-rata tidak terlalu signifikan. Selain itu, Sebaliknya, seiring dengan memburuknya
khusus di Indonesia dan Filipina, relatif kondisi di Eropa, investor pasar obligasi untuk
resiliennya kondisi ekonomi di kedua negara negara periferal masih mengalami sentimen
tersebut juga dikonfirmasi oleh perbaikan yang negatif.
rating sovereign. Pada 15 Desember-11, Fitch
Ratings meng-upgrade Long-Term Foreign and
Local Currency Issuer Default Rating (IDR) Performa Obligasi Negara
Indonesia dari «BB+» menjadi «BBB-» Kinerja safe haven bond pada TW4-11
(Investment Grade) dengan outlook stable. membaik dibandingkan triwulan sebelumnya
Sementara setelah pada Juni-11 lalu Moody»s (Grafik 3.5). Hal ini tercermin dari penurunan
meng-upgrade sovereign rating Filipina, pada yield UST-Notes, Japan Bond dan Jerman Bond
16 Desember-11 Standard & Poor (S&P) masing-masing sebesar 9,5 bps, 7 bps, dan
merevisi outlook rating Filipina dari stable 12,5 bps (qtq). Penurunan yield ini dipicu oleh
menjadi positive dan mengafirmasi Long Term perilaku flight to quality investor dengan
and Short Term Foreign Currency Rating pada mengalihkan riskier asset mereka ke safe haven
peringkat BB/B dan Long Term and Short Term bond. Meningkatnya animo penanaman pada
Local Currency Rating pada peringkat BB+/B. safe haven bond disebabkan oleh sejumlah
faktor, yakni (a) kekhawatiran atas krisis utang
A.2 Pasar Obligasi Global di kawasan Eropa yang berkepanjangan dan
ketidakpastian akan prospek penyelesaiannya;
Sepanjang TW4-11, kondisi pasar
(b) ketidakjelasan upaya restrukturisasi utang
obligasi global cenderung bergejolak dan
Yunani; (c) kemungkinan ekonomi Eropa
perilaku flight to quality masih tinggi. Perilaku
mengalami kontraksi yang cukup besar
investor melakukan peralihan investasi dari
(berdasarkan worst case scenario OECD
aset-aset berisiko ke safe haven bond ini
muncul karena meningkatnya ketidakpastian
% %
akibat pemburukan kondisi krisis utang di 5 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 1,4
1,2
menghadirkan langkah-langkah resolusi secara 4
1,1
jelas. Kondisi ini mendorong penurunan yield 1
3
UST notes, Japan Bond dan German Bond 0,9
0,8
sebagai safe haven bond. Sementara itu, risk
2 0,7
UST Note (lhs)
appetite di pasar bond emerging market dan German Bund (lhs) 0,6
Japan bond (rhs)
persepsi investor terhadap country risk 1 0,5
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
emerging market masih mixed. Di antara 2011
Sumber : Bloomberg
negara-negara emerging, yield obligasi global
Indonesia termasuk yang dalam tren menurun. Grafik 3.5 Yield Obligasi Negara G-3
133
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
%
7 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4
domestik yang cukup kuat disertai dengan
kondisi fiskal yang sehat menyebabkan masih
6
tingginya minat investor asing pada obligasi
5
Pemerintah Indonesia. Selain itu, pencapaian
4
investment grade dari Fitch pada tanggal 16
3 Desember 2011 menjadi BBB- diperkirakan
New INDO'14 (5 tahun)
2
INDO'20
juga turut mendorong sentimen positif
1
INDO'38
investor. Perkembangan yield obligasi global
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2011 Pemerintah ini juga searah dengan kondisi di
Sumber : Bloomberg
sejumlah negara peers, di mana yield obligasi
Grafik 3.6 Yield Obligasi Indonesia
global Filipina dan Peru juga menurun (masing-
sebesar 2,1% pada tahun 2012 dan 3,7% masing sebesar 53 bps dan 73 bps qtq).
pada tahun 2013), (d) keputusan lembaga Namun demikian, yield obligasi global Turki
rating yang menempatkan beberapa negara sebaliknya meningkat 19 bps (qtq). Investor
Eropa dalam review for possible downgrade menganggap Turki sebagai negara yang
atau rating watch negative, dan menurunkan berada di satu kawasan dengan Eropa yang
outlook beberapa negara di Eropa ; dan (e) 1 memiliki potensi contagion effect cukup tinggi.
pelemahan ekonomi AS. Tingginya ketidakpastian penyelesaian krisis
utang di Kawasan Euro diperkirakan memicu
Kinerja obligasi global Pemerintah
sentimen negatif investor sehingga
Indonesia dan peers pada TW4-11 relatif
mendorong peningkatan yield obligasi global
menurun kecuali Turki. (Grafik 3.6-4.0). Yield
Turki.
obligasi global Indonesia secara umum dalam
tren menurun. Yield obligasi global Pemerintah Pergerakan yield obligasi global
Indonesia 5,10, dan 30 tahun dan Global korporasi Indonesia bervariasi. Yield obligasi
Sukuk masing-masing menurun sebesar 66,7
bps, 82 bps, 58,9 bps dan 60 bps (qtq), %
38 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4
sedangkan yield Samurai bond meningkat 26,7
33
bps (qtq). Kondisi fundamental ekonomi
28
Bakrie Telecom
134
Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas
bps
4,1 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 3,5 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4
340
3,9
3,7 3 290
SUKUK (lhs) Peru Turkey
3,5
Samurai Bond (rhs) Philippines Indonesia
3,3 2,5 240
3,1
2,9 2 190
2,7
2,5 1,5 140
2,3
2,1 1 90
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2011 2011
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
Grafik 3.8 Yield Global Sukuk dan Samurai Bond Grafik. 3.10 Premi CDS Indonesia dan Peers
global Bumi dan PLN masing-masing menurun Filipina, dan Peru masing-masing menurun
sebesar 117,6 bps dan 64,2 bps qtq, sebaliknya sebesar 81,49 bps, 63,14 bps dan 30 bps qtq.
yield obligasi global Bakrie Telecom meningkat Berkurangnya risiko di sektor eksternal
159 bps (qtq). Kondisi ini sejalan dengan diperkirakan mampu mendorong penurunan
perkembangan fundamental masing-masing premi risiko pada CDS Indonesia, Filipina dan
perusahaan tersebut di tengah tingginya Peru. Sebaliknya, premi CDS Turki meningkat
ketidakpastian di pasar keuangan global. sebesar 8,8 bps qtq. Peningkatan premi CDS
Turki diperkirakan dipicu oleh persepsi investor
Sejalan dengan pergerakan yield
atas risiko penularan krisis dari kawasan Eropa
obligasi global, premi CDS Indonesia dan peers
ke Turki yang memiliki kedekatan secara
pada TW4-11 cenderung menurun kecuali
geografis.
Turki (Grafik 3.10). Premi CDS Indonesia,
Kinerja surat utang Pemerintah dan
% premi CDS Kawasan Euro pada TW4-11 secara
6,00 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4
umum masih melemah dengan risiko yang
5,00
terus meningkat (Grafik 3.11 dan 3.12). Krisis
4,00 di negara periferal yang diikuti dengan
3,00 meningkatnya sejumlah risiko telah membuat
Philippina Turkey Peru
2,00 INDO'19 China India investor cenderung melepas portofolio obligasi
1,00
pemerintah di kawasan tersebut. Yield surat
utang Pemerintah Yunani, Italia, Portugal, dan
0,00
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Irlandia masing-masing meningkat sebesar
2011
Sumber : Bloomberg 952,9 bps, 103 bps, 260,8 bps dan 79,9 bps
(qtq). Seiring dengan meningkatnya risiko,
Grafik 3.9 Yield Global Bond Indonesia, peers
& BRIC (India & China) premi CDS Yunani, Italia, dan Portugal rata-
135
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
% %
1400 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 16000
18 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 35
16 1200 14000
30
14 12000
1000
25
12 10000
800
10 20
8000
600
8 15 6000
6 400
10 4000
4
200 2000
5
2
0 0
0 0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2011
2011
Italia Irlandia Yunani (Rhs)
Spanyol Irlandia Portugal
Spanyol Portugal
Italia Yunani (Rhs)
Sumber : Bloomberg
Sumber : Bloomberg
Grafik 3.11 Yield Global Bond Negara PIIGS Grafik 3.12 Premi CDS Negara PIIGS
136
Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas
portfolio dengan yield yang tinggi pemulihan perekonomian AS yang belum solid.
menyebabkan obligasi korporasi mencatat Penurunan penerbitan terutama terjadi pada
kinerja yang relatif baik. investment grade bond di AS yang turun
menjadi sebesar USD144,0 miliar dari USD
Kebutuhan penguatan kondisi finansial
156,0 miliar pada TW3-11 (7,7% qtq). Di sisi
korporasi masih mendorong appetite korporasi
lain, penerbitan high yield bond obligasi
untuk menerbitkan obligasi. Pada TW4-11,
korporasi AS TW4-11 meningkat dari USD27,0
penerbitan obligasi global oleh korporasi di
miliar pada TW3-11 menjadi sebesar USD34,4
pasar internasional tercatat sebesar USD483,5
miliar (27,4% qtq). Penawaran yield yang
miliar atau meningkat 5,6% qtq (Tabel 3.2).
atraktif ini menarik minat investor, terutama
Mayoritas penerbitan obligasi global korporasi
obligasi yang diterbitkan perusahaan yang
dilakukan oleh korporasi investment grade.
tidak memiliki eksposure terhadap Eropa.
Jumlah penerbitan obligasi korporasi
Beberapa penerbit obligasi terbesar adalah
investment grade dan high yield corporate
Verizon Communication Inc. dan Sprint Nextel
meningkat masing-masing sebesar 4,8% dan
Corp, perusahaan yang bergerak di bidang
15,5% (qtq).
telekomunikasi dengan nilai masing-masing
Namun, total penerbitan obligasi sebesar USD4,6 miliar dan USD4,0 miliar 2.
korporasi pada TW4-11 di Amerika Serikat
Di Eropa, tren penurunan penerbitan
mengalami penurunan 2,5% (qtq) menjadi
obligasi korporasi di beberapa negara masih
sebesar USD178,4 miliar (Tabel 3.3).
berlanjut dari periode sebelumnya (Tabel 3.4).
Penurunan ini merupakan dampak dari situasi
perekonomian Eropa yang masih dibayangi
2 Sumber: Bloomberg
oleh ketidakpastian dan kondisi domestik
137
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
Penurunan ini tidak hanya terjadi pada negara- Inggris meningkat 253,8% (qtq) sebesar
negara yang mengalami dampak terbesar dari USD20,0 miliar. Situasi serupa juga ditemui
krisis Eropa seperti Irlandia dan Italia, namun pada pasar high yield bond dengan penurunan
juga dialami oleh Jerman dan Perancis. terbesar terjadi di Jerman dan Italia (masing-
Penurunan penerbitan obligasi korporasi masing turun 79,6% dan 67,8% qtq). Salah
merupakan cerminan dari belum satu penerbit obligasi terbesar adalah BG
mendukungnya kondisi fundamental Energy Capital PLC, perusahaan produsen gas
perekonomian Eropa sebagai dampak krisis bumi di Inggris senilai USD3,0 miliar 3.
utang yang berimbas pula kepada
Berbeda dengan tren penerbitan
meningkatnya premium risiko bagi korporasi.
obligasi korporasi negara maju, penerbitan
Selain itu, penurunan ini juga seiring dengan
obligasi korporasi di Asia dalam mata uang G3
menurunnya permintaan investor terhadap
di TW4-11 meningkat dibandingkan triwulan
obligasi korporasi dari kawasan Eropa.
sebelumnya
sebelumnya. Penerbitan obligasi dalam tiga
Penerbitan obligasi korporasi yang currency tersebut mencapai sebesar USD13,0
menyandang investment grade di Jerman dan miliar, meningkat 21,5% (qtq) dibandingkan
Perancis juga terus menurun. Walaupun USD10,7 miliar pada TW3-11 (Tabel 3.5).
Jerman dan Perancis masih dominan dalam Peningkatan penerbitan obligasi di Asia ini
penerbitan obligasi korporasi di Eropa, namun mengindikasikan masih adanya ketertarikan
penurunan penerbitan obligasi oleh korporasi investor asing kepada obligasi negara
yang terus berlanjut perlu dicermati. emerging market yang menawarkan yield
Penurunan ini mengindikasikan perusahaan relatif lebih tinggi, serta dilakukan sebagai
tetap berhati-hati menyikapi kondisi global. strategi diversifikasi investasi untuk
Jerman dan Perancis tercatat melakukan mengurangi risiko. Namun apabila
penerbitan obligasi korporasi masing-masing dibandingkan dengan rata-rata penerbitan di
sebesar USD7,0 miliar (turun 16,0% qtq) dan
USD4,4 miliar (turun 46,7% qtq), sedangkan 3 Sumber: Bloomberg
138
Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas
Asia G3 Currency Bond 25,2 23,6 22,6 29,9 10,7 13,0 21,50 -44,8
dua triwulan pertama 2011 penerbitan obligasi ekonomi. Pada sektor perbankan, yield obligasi
Asia dalam mata uang G3 jauh lebih rendah. cenderung stabil karena relatif rendahnya
Penurunan tren perusahaan di Asia perdagangan di pasar sekunder. Selain itu,
menerbitkan obligasi global disebabkan oleh terdapat pelunasan obligasi global oleh CIMB
adanya penundaan rencana penerbitan Niaga untuk menghindari beban bunga yang
sebagian korporasi karena kekhawatiran akan tinggi. Dana pelunasan tersebut diperoleh dari
rendahnya total permintaan dan yield yang pendanaan internal. Sementara
tinggi sebagai dampak dari ketidakpastian perkembangan yield obligasi korporasi
kondisi global. Indonesia cenderung menurun. Penurunan
Selama TW4-11, penerbitan obligasi yield terjadi pada obligasi PT. Majapahit
global di Asia tersebut didominasi oleh Holding (merupakan SPV PT. Perusahaan Listrik
korporasi dari Korea Selatan. Penerbitan Negara), PT. Bumi Capital (merupakan SPV PT.
obligasi global perusahaan Korea di Asia Bumi Resources) dan PT. Bakrie Telecom sejalan
sebesar USD7,1 miliar4. Salah satu penerbit dengan tren penurunan yield obligasi
obligasi terbesarnya adalah Korea National Oil pemerintah. Ini merupakan salah satu indikasi
Corp, sebuah perusahaan yang bergerak di berkurangnya persepsi risiko di pasar korporasi
1.400
Selama TW4-2011, pergerakan yield 1.200 2
1.000
1.000 2
obligasi global beberapa korporasi dan
800
1
perbankan Indonesia bergerak dengan tren 600
400
yang bervariasi. Pergerakan yield tersebut 305
200
terutama dipengaruhi oleh performa masing- 0
0 0
0
TW4 2010 TW1 2011 TW2 2011 TW3 2011 TW4 2011
masing perusahaan serta kondisi sektor
Sumber : Bloomberg, data SIUL-BI dan berbagai sumber, data diolah
139
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
% %
15 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 38 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4
13 33
28
11 Bakrie Telecom
Niaga'15 23 Bumi Capital PTE
9 Lippo Bank'16 Majapahit Hold
18
7
13
5 8
3 3
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2011 2011
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
terhadap upgrade atas sovereign rating yang Investment grade bonds diperkirakan
terealisasi di akhir TW4-11. tumbuh secara moderat
moderat. Penerbitan obligasi
baru terutama akan dilakukan oleh korporasi
Prospek pasar obligasi korporasi Eropa,
dalam rangka refinancing. Di sisi lain, sebagian
AS, dan Asia ke depan diperkirakan masih
korporasi diperkirakan masih akan menunda
penuh ketidakpastian. Meningkatnya risiko
rencana penerbitan obligasi seiring belum
resesi Eropa dan kondisi perekonomian AS
adanya langkah konkrit dari para pemimpin di
yang masih relatif lemah diperkirakan
negara maju yang mendukung pemulihan
berdampak kepada menurunnya aktivitas
ekonomi dunia.
perekonomian global. Pengetatan kebijakan
fiskal yang dilakukan Eropa dan keterbatasan Langkah yang ditempuh ECB untuk
manuver kebijakan fiskal di AS diperkirakan memperkuat likuiditas perbankan Eropa belum
berpotensi mempengaruhi pelemahan menghilangkan isu deleveraging bagi
pertumbuhan ekonomi. Walaupun sektor perbankan Eropa
Eropa. Hal ini akan menjadi
tenaga kerja AS mulai menunjukkan indikasi perhatian besar bagi korporasi dalam mencari
perbaikan, rentannya sektor perumahan AS alternatif pembiayaan. Penerbitan high yield
diperkirakan masih membatasi aktivitas bonds diperkirakan akan marak seiring dengan
ekonomi domestik AS. Faktor-faktor tersebut beralihnya sebagian korporasi dari instrumen
ditambah dengan risiko hard landing di China loans . Selain itu, keberhasilan Indonesia
berpotensi mengganggu stabilitas mencapai investment grade dapat dijadikan
perekonomian global secara keseluruhan. momentum untuk mencari alternatif
Dalam situasi tersebut, terdapat kemungkinan pembiayaan yang lebih bervariatif melalui
peningkatan yield obligasi korporasi sebagai penerbitan obligasi global.
dampak dari meningkatnya keketatan
likuiditas dan risiko di pasar keuangan global.
140
Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas
A.3 Pasar Keuangan Syariah ≈Strengthening Our Future∆. Blue Print yang
berisi arah sistem keuangan Malaysia dalam
Pada TW4-11, pasar sukuk dan saham
jangka waktu 10 tahun mendatang tersebut
berbasis syariah tetap menunjukkan tren
dirancang untuk menjadi kekuatan ekonomi
peningkatan dibandingkan triwulan
yang mampu memberikan high added value
sebelumnya. Meskipun isu pelemahan
dan high income.
ekonomi di negara-negara maju (AS dan
Eropa) dan pemburukan krisis utang di Eropa
membayangi kondisi pasar keuangan
Perkembangan Pasar Sukuk (Islamic Bonds
konvensional, hal tersebut tidak menghambat
Market)
perkembangan positif di pasar keuangan
syariah global. Eksposur yang ditanggung oleh Nilai penerbitan sukuk global terus
perbankan di Eropa atas surat utang negara- menunjukkan tren peningkatan. Pada TW4-
negara yang terkena krisis utang (peripheral 11, total nilai penerbitan sukuk global
country) telah mempengaruhi likuiditas global meningkat 47,54% qtq atau 87,22% yoy
dan menurunkan kualitas aset perbankan. hingga mencapai USD26,62 miliar (Grafik
Namun bagi Indonesia, periode ini merupakan 3.15). Selama tahun 2011, total sukuk yang
momentum penting dimana Indonesia berhasil telah diterbitkan dari TW-1 s.d TW-4 mencapai
menerbitkan sukuk global di pasar USD76,73 miliar (Grafik 3.17). Dengan
internasional senilai USD1 miliar pada tanggal demikian, nilai penerbitan sukuk pada tahun
14 November 2011 dengan tenor 7 tahun dan 2011 ini merupakan nilai tertinggi
tingkat imbalan 4%. Nilai penerbitan sukuk dibandingkan tahun-tahun sebelumnya 5.
oleh Indonesia tersebut menambah kontribusi Berdasarkan data triwulanan ( quarterly
sebesar 3,76% kepada total penerbitan sukuk
Miliar USD Juta USD
di pasar keuangan syariah global. Hal ini
30 300
Total nilai penerbitan (lhs)
menunjukkan pembiayaan syariah menyimpan Rata-rata nilai per penerbitan (rhs)
26.6
25 250
potensi yang tinggi dan sebagai alternatif
20 18.8 200
pembiayaan baik oleh pemerintah maupun 17.2
18.0
16.5
15.3 15.6
swasta. 15
12.0
14.2 150
11.3
10.3 9.5
10 9.1 9.1 100
Malaysia masih tetap sebagai leading 6.2
7.4
6.7 6.1
5 4.0 4.6 4.4 4.2 50
player dalam penerbitan sukuk global. Dalam 2.9 2.7
3.6
1.7
1,1 0.6
kaitan ini, Malaysia telah menetapkan target 0
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
0
141
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
analysis ), nilai penerbitan pada TW4-11 dan perbankan di kawasan Eropa ke pasar
tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan sukuk. Eksposur yang ditanggung oleh
triwulan-triwulan lainnya sejak tahun 1990. perbankan di Eropa atas surat utang negara-
Peningkatan penerbitan sukuk pada periode negara yang tengah terkena krisis utang
TW4-11 ini merupakan momentum bagi pasar ( peripheral country ) telah mempengaruhi
sukuk global untuk terus berkembang lagi di likuiditas global dan menurunkan kualitas aset
tahun 2012. perbankan, sehingga memerlukan alternative
Peningkatan penerbitan obligasi sukuk investasi lain, diantaranya melalui penanaman
didorong oleh keyakinan atas daya tahan pasar pada sukuk.
keuangan syariah terhadap krisis yang semakin Indonesia termasuk negara yang
meningkat. Di samping itu, pemburukan diminati para investor syariah. Indonesia telah
kondisi krisis utang di kawasan Eropa, menerbitkan sukuk global di pasar
pelemahan ekonomi di AS dan ketegangan internasional senilai USD1miliar pada tanggal
politik di kawasan Timur Tengah menjadikan 14 November 2011 dengan tenor 7 tahun dan
salah satu alternatif pembiayaan syariah di tingkat imbalan 4%. Nilai penerbitan sukuk
samping instrumen penanaman yang oleh Indonesia tersebut menambah kontribusi
konvensional. sebesar 3,76% kepada total penerbitkan sukuk
Selain alternatif dan kebutuhan di pasar keuangan syariah global. Bahkan
pendanaan, tingginya demand terhadap sebagaimana disampaikan oleh Standard and
pembiayaan syariah tersebut didorong pula Poors, apabila persoalan listing sukuk secara
oleh prinsip-prinsip syariah (seperti berbagi global dapat diatasi sehingga lebih baik dari
risiko) yang dapat meminimalkan default. Oleh sistem listing lokal yang tersedia di Dubai,
karena itu, diperkirakan terjadi shifting Malaysia, dan Saudi Arabia, kemudahan
pendanaan dari pasar keuangan konvensional lembaga keuangan dalam memperluas kelas
142
Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas
Quasi Sovereign
Dilihat dari besarnya nilai per transaksi,
9450,51
rata-rata nilai sukuk per penerbitan pada TW4-
Corporate
11 mengalami kenaikan. Penerbitan sukuk per
16955,91
transaksi mencapai USD140,11 juta,
Sovereign
meningkat 38,20% qtq atau 41,18% yoy
(Grafik 3.15). Rata-rata nilai penerbitan sukuk 0 5000 10000 15000 20000
Juta USD
per transaksi ini terus menunjukkan tren Sumber : IFIS, diolah
peningkatan sejak tahun 2009 (pasca krisis Grafik 3.18 Komposisi Issuer Sukuk TW3-11
keuangan global). Hal ini mengindikasikan
bahwa minat untuk mencari pendanaan Meski pemburukan kondisi krisis global
melalui penerbitan sukuk semakin besar. Salah tidak berpengaruh nyata pada pembiayaan
satu penyebab kepercayan tersebut adalah syariah secara umum, kondisi tersebut telah
keyakinan bahwa instrumen sukuk memiliki berdampak pada shifting penerbitan sukuk
tingkat imunitas yang relatif baik terhadap dari korporasi kepada Pemerintah.
krisis dibandingkan instrumen konvesional. Di Sebelumnya, selama tahun 2000 √ 2008
samping itu, bagi investor, penerbitan sukuk penerbitan sukuk dunia didominasi oleh sektor
menjadi peluang investasi dalam rangka swasta. Bagi pemerintah, penerbitan sukuk
diversifikasi risiko portofolio investasi. merupakan hal positif. Hal tersebut bukan
hanya membantu pembentukan yield curve,
Berdasarkan komposisi penerbit (Grafik
sebagai benchmark, tetapi juga untuk
3.18), penerbitan sukuk pada TW4-11 masih
peningkatan likuiditas jangka pendek. Sejauh
tetap didominasi oleh sovereign (pemerintah).
ini penggunaan instrumen syariah dalam
Porsi nilai penerbitan sukuk sovereign pada
pemenuhan likuiditas khususnya jangka
TW4-11 mencapai 63,69% atau senilai
pendek belum terlalu populer. Oleh karena itu,
USD16,95 miliar, meningkat sebesar 44,71%
masih terdapat potensi yang besar bagi
jika dibandingkan dengan TW3-11 yang senilai
pengembangan likuditas untuk tujuan
USD11,72 milliar. Sementara itu, penerbitan
tersebut. Meskipun terbilang masih dalam
sukuk oleh korporasi dan quasi sovereign
skala kecil, keterlibatan pemerintah dalam
masing-masing memiliki kontribusi sebesar
pengembangan likuditas jangka pendek
35,50% (senilai USD9,45 miliar) dan 0,81%
melalui instrumen sukuk diharapkan dapat
(senilai USD0,21 miliar). Dibandingkan
menjadi faktor penarik bagi investor asing.
penerbitan pada TW3-11, penerbitan sukuk
Disamping itu, pemanfaatan dana hasil
oleh korporasi juga meningkat sebesar
penjualan sukuk bagi pembiayaan proyek-
69,68%, sedangkan penerbitan oleh quasi
proyek infrastruktur dapat membantu
sovereign menurun 71,58%.
143
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
pemerintah dalam menggerakkan sektor riil, dan 4, yaitu Real Estate & Property related
sebagaimana telah dilaksanakan di beberapa service, dan Transportation pada TW4-11
negara seperti Malaysia dan beberapa negara menurun menjadi posisi ke-6 dan 14. Dua
Timur Tengah. sektor terakhir tersebut terlihat rentan
terhadap kondisi pemburukan ekonomi global.
Dilihat dari jenis sektor, lima sektor yang
menerbitkan sukuk dengan nilai terbesar pada Dilihat dari struktur yang digunakan,
TW4-11 adalah Government, Banking and struktur Murabahah masih merupakan struktur
Credit Intermediation, Energy, Financial and yang paling diminati oleh issuer sukuk. Pada
Credit Intermediation Service serta Oil & Gas TW4-11 porsi Murabahah tercatat sebanyak
(Grafik 3.19) 6. Dibandingkan dengan posisi 49,62% atau senilai USD13,21 miliar (Grafik
pada TW3-11, sektor Government tetap pada 3.20). Seperti halnya pada triwulan-triwulan
posisi pertama, sektor Banking and Credit sebelumnya, struktur Murabahah 7 paling
Intermediation meningkat dari posisi ke-5 banyak digunakan oleh issuer dalam
menjadi posisi ke-2, sektor Oil & Gas menurun penerbitan sukuk baik oleh pemerintah
dari posisi ke-2 menjadi posisi ke-5. Sementara maupun korporasi. Selain struktur Murabahah,
itu, untuk sektor Energy dan sektor Financial empat struktur lain dengan porsi terbesar pada
and Credit Intermediation Service merupakan TW4-11 adalah Al-Ijarah dengan porsi 20,85%
sektor-sektor yang berada di luar lima sektor (USD5,44 miliar), Al Mushakarah dengan porsi
terbesar pada TW3-11. Dua sektor yang 7,4% (USD1,97miliar), Mudharabah dengan
sebelum pada TW3-11 menempati posisi ke-3 porsi 1,9% (USD506,28 juta), dan Bai»
Bithaman Ajil dengan porsi 0,64%
Juta USD (USD170,79 juta). Struktur sukuk yang telah
100000 dikenal baik oleh investor dan memenuhi
17.269
10000
2.235
1.760
1.531
1.159
1.148
1000
318
250
148
137
135
0.39%
79
7.40%
78
Tawarruq, 0.06%
58
100
47
43
Al Ijara,
22
20.85%
19
10
3
Murabahah,
49.62% Mudharabah,
1 1.90%
Ga anu rope s
fac us
Ele Agric uring
Ma Je IT
Pro ies
g a Oth t
nd ers
d gy
ctu y
dit
ort re S uct
rod e
s
tio Ut ing
ty
s M fa rty
d M cell tion
Foo Mis porta ge
Tra alth ical P tions
n
Ch mun Powe
and ile M or P Ga
uct
lr
ic P ultur
W anu turin
per
me
anu aneo
. an ner
nu we
ns, ilit
Cre
to ta O Cre
ns ra
nsp Ca rod
r
an erv
ver
t
E
a
Go
f
ctr
Fin
kin
ruc
Ban
re
ltu
nst
Au al Es
ricu
Co
Re
Ag
Grafik 3.19. Penerbitan Sukuk per Sektor Grafik 3.20. Penerbitan Sukuk per Jenis
6 Sektor other merupakan sektor gabungan dari sektor-sektor ≈ 7 Struktur yang didasarkan pada prinsip jual dan beli atas suatu
undefined ≈ komoditi.
144
Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas
Gambia 7,74
Turkey 350
Timur Cayman Afrika,
Tengah, Islands, 0,03% Bahrain
26,11% 12,40% 949,89
Eropa,
1,31% Arab 1000
Indonesia 1000
Malaysia 15013,65
Grafik 3.21 Penerbitan Sukuk per Kawasan Grafik 3.22 Penerbitan Sukuk per Negara
prinsip syariah menyebabkan instrumen sebesar USD15,01 miliar yang didominasi oleh
murabahah menjadi pilihan yang diminati oleh sukuk sovereign . Dengan nilai tersebut,
issuer. penerbitan sukuk oleh Malaysia mencapai lebih
dari 50% dari total penerbitan sukuk global,
Dilihat dari kawasan yang menerbitkan
yaitu 56,4%. Keaktifan Malaysia dalam
Grafik 3.21
(Grafik 3.21),, kawasan Asia masih tetap
penerbitan sukuk ini banyak berkontribusi
mendominasi penerbitan sukuk global pada
terhadap perkembangan pasar keuangan
TWIV-11. Kontribusi Asia mencapai 60,15%
syariah dan perekonomian Malaysia secara
atau senilai USD16,01 miliar. Seperti halnya
tidak langsung. Gubernur Bank Negara
pada triwulan-triwulan sebelumnya, hingga
Malaysia, Dr. Zeti Akhtar Aziz menyatakan
kini kawasan Asia masih tetap menjadi leading
bahwa kontribusi pasar keuangan syariah
player di pasar sukuk. Nilai sukuk yang
terhadap ekonomi Malaysia meningkat
diterbitkan oleh Asia meningkat 2,80% jika
signifikan, yaitu dari 0,3% GDP pada tahun
dibandingkan nilai penerbitan pada TW3-11
2000 menjadi 2,1% GDP pada tahun 2009.
(USD15,58 miliar). Sementara itu, kawasan
lainnya yang juga menerbitkan sukuk pada Malaysia masih memiliki komitmen
TW4-11 adalah Timur Tengah dengan porsi untuk meningkatkan potensinya sebagai
26,11% atau USD6,95 miliar, Cayman Island platform pasar keuangan syariah internasional.
dengan porsi 12,40% atau USD3,3 miliar , Malaysia menetapkan target sebagai platform
Eropa dengan porsi 1,31% atau senilai internasional untuk proses listing dan trading
USD350 juta dan Afrika dengan porsi 0,03% aset-aset keuangan berbasis syariah, tidak
atau senilai USD7,74 juta. terbatas hanya sukuk. Saat ini Malaysia telah
tercatat menjadi international hub untuk
Malaysia masih tetap menjadi leading
hampir 63% dari aset-aset keuangan syariah
issuer untuk penerbitan sukuk pada TW4-11
yang dijual secara global.
(Grafik 3.22). Total nilai sukuk Malaysia tercatat
145
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
BHD, CNY
0,75% 0,29%
GMD,
USD, 0,03%
International,
43,12% 39,07%
Domestik,
56,88%
MYR,
56,10%
SAR,
3,76%
Grafik 3.23 Penerbitan Sukuk per Lokasi Pasar Grafik 3.24 Penerbitan Sukuk per Mata Uang
Di kawasan Timur Tengah, yang dilakukan di pasar domestik. Hal ini merupakan
menerbitkan sukuk terbesar pada TW4-11 bagian dari strategi Malaysia untuk menjadikan
adalah Qatar, Saudi Arabia, dan Bahrain negara tersebut sebagai platform internasional
dengan porsi masing-masing sebesar 18,78% untuk listing dan trading semua aset-aset
(USD5miliar), 3,76% (USD1miliar), dan 3,57% keuangan berbasis syariah. Nilai emisi sukuk
(USD949,89 juta). Di Afrika, hanya Gambia di pasar domestik tersebut meningkat 2,63%
yang menerbitkan sukuk pada TW4-11 dengan jika dibandingkan nilai pada triwulan
nilai USD7,74 juta atau 0,03% dari total nilai sebelumnya. Sementara untuk sukuk yang
penerbitan sukuk global. Sementara di diterbitkan di pasar internasional bernilai
kawasan Eropa, hanya Turki yang menerbitkan USD11,48 miliar atau 43,12%. Peningkatan
sukuk pada triwulan akhir 2011 dengan nilai listing dari pasar lokal menjadi listing
USD350 juta atau 1,31% dari total nilai internasional diperkirakan akan meningkatkan
penerbitan. kelas aset sehingga semakin meningkatkan
sukuk pada TW4-11 mayoritas masih Dari sisi mata uang, currency utama
dilakukan di pasar domestik sebagaimana yang digunakan dalam penerbitan sukuk pada
halnya dengan penerbitan sukuk pada TW4-11 adalah mata uang ringgit (MYR)
triwulan-triwulan sebelumnya (Grafik
Grafik 3.23
3.23). seiring dengan dominannya penerbitan sukuk
Sebanyak 56,88% dari total nilai penerbitan oleh Malaysia. Penerbitan sukuk dalam ringgit,
sukuk pada TW4-11 atau senilai USD15,14 yaitu senilai USD14,94 miliar atau 56,10%
miliar listing sukuk dilakukan di pasar (Grafik 3.24). Sementara itu mata uang lainnya
domestik. Penerbitan sukuk di pasar domestik yang digunakan dalam penerbitan sukuk pada
ini didominasi oleh penerbitan oleh Malaysia, TW4-11 yaitu USD senilai USD10,4 juta
dimana seluruh penerbitan sukuknya yang (39,07%), SAR senilai USD1 miliar (3,76%),
mendominasi total penerbitan sukuk global BHD senilai USD199,89 juta (0,75%), CNY
146
Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas
134
132
130
Perkembangan Indikator Performa Pasar
128
Sukuk (Islamic Bonds Market Indicator)
126
122 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4
menunjukkan penurunan jika dibandingkan
120
triwulan sebelumnya (Grafik 3.30 dan 3.31). Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2011
Hal ini direpresentasikan oleh pergerakkan
Grafik 3.26 Total Return Sukuk
HSBC/NASDAQ Dubai US Dollar Sukuk Index
(SKBI)8 yaitu yield, price dan total return. Pada
TW4-11, yield sukuk benchmark menunjukkan TW3-11) menjadi 95,48% (rata-rata TW4-11).
tren peningkatan, yaitu dari 3,64% (rata-rata Tren peningkatan yield sukuk benchmark
TW3-11) menjadi 3.92% (rata-rata TW4-11). tersebut merefleksikan kenaikan borrowing
Tren peningkatan yield sukuk benchmark cost untuk penerbitan sukuk pada TW4-11,
tersebut sejalan dengan tren peningkatan sejalan dengan kenaikan borrowing cost
LIBOR 12 bulan pada TW4-11. Sementara dari dipasar keuangan konvensional yang tercermin
sisi price, seiring dengan kenaikan yield, price dari LIBOR rate. Kenaikan borrowing cost ini
sukuk benchmark menunjukkan tren dipicu oleh intensitas pemburukan kondisi
penurunan, yaitu dari dari 96,55% (rata-rata krisis utang di Eropa yang sempat meningkat
pada periode November-Desember 2011.
% %
5,5 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 98 Meskipun borrowing cost mengalami
5
97 kenaikan, minat para fund raiser untuk
96
mencari pendanaan melalui penerbitan sukuk
4,5
95
dan minat para investor untuk membeli sukuk
4 tetap tinggi. Hal ini tercermin dari indikator
94
total return9 yang tetap menunjukkan tren
3,5
93
peningkatan pada TW4-11 meskipun yield
3 92
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des mengalami peningkatan, yaitu dari 132,66%
2011
Yield Sukuk benchmark (lhs) Price (rhs)
(rata-rata TW3-11) menjadi 132,70% (rata-
Grafik 3.25 Indeks Sukuk rata TW4-11) (Grafik 3.26).
8 HSBC-DIFX Sukuk Index (SKBI) merupakan replika dari return 9 The capital gains/losses plus the accrued/reinvested income of
beberapa benchmark portfolio sukuk dari emerging countries, sukuk
dalam mata uang USD/ GBP/ JPY/ EUR dalam bentuk vanilla
sukuk dengan suku bunga fixed atau floating.
147
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
4000
Seperti halnya dengan perkembangan 12000
3800
positif di pasar sukuk, pasar saham berbasis 11500
3600
syariah pada TW4-11 juga menunjukkan 11000
3400
rebound. Islamic Equity Market Index baik di
TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 10500
3200
Indonesia (Jakarta Islamic Index/JII) maupun
3000 10000
global (Dow Jones Islamic Market Index/DJIM) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2011
pada TW4-11 tetap menunjukkan tren Jakarta Composite Index (lhs) Dow Jones Industrial Avg. (rhs)
Sumber : Bloomberg
peningkatan meskipun kondisi krisis utang di
kawasan Eropa mengalami pemburukan. Grafik 3.28 Global Equity Index
Pergerakan indeks JII selama periode laporan
meningkat signifikan, yaitu dari 492,29 (akhir sebagaimana tercermin dari pergerakan Dow
TW3-11) menjadi 537,03 (akhir TW4-11) atau Jones Islamic Market Index/DJIM. DJIM
meningkat sebesar 9,09% (Grafik 3.27). meningkat dari 1.918,11 (akhir TW3-11)
Peningkatan indeks JII tersebut sejalan dengan menjadi 2.069,15 (akhir TW4-11) atau
tren peningkatan pada indeks saham meningkat sebesar 7,87% (Grafik 3.29). Hal
konvensional di Indonesia, Jakarta Composite ini juga sejalan dengan peningkatan pada
Index (JCI) yang meningkat dari 3549,03 (akhir indeks saham konvensional global, yaitu Dow
TW3-11) menjadi 3821,99 (akhir TW4-11) Jones Industrial Average yang meningkat dari
(Grafik 3.28). 10.913,38 menjadi 12.217,56 (Grafik 3.30).
Peningkatan indeks JII dan DJIM tersebut
Rebound di pasar saham berbasis
berdampak pada meningkatnya total return JII
syariah juga terlihat di pasar global
%
590 2500 11 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4
570 2400 8
550 2300 5
530 2
2200
-1
510 2100
-4
490 2000
-7
470 1900
-10 JII
450 1800
TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 DJIM
-13
430 1700
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2011 2011
Jakarta Islamic Index (lhs) Dow Jones Islamic Market (rhs) JII -10,39 -6,76 -3,37 -0,74 0,37 2,29 8,59 1,38 -5,57 1,99 0,27 3,61
Sumber : Bloomberg
DJIM 1,07 4,14 4,91 9,22 7,01 5,18 3,99 -2,95 -12,3 -2,3 -4,05 -5,03
Sumber : Bloomberg
Grafik 3.27 Islamic Equity Index Grafik 3.29 Total Return Islamic Equity
148
Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas
dan DJIM. Secara end to end point (akhir TW3- perusahaan yang ingin mencari pendanaan.
11 ke akhir TW4-11), total return JII dan DJIM Secara tidak langsung, hal tersebut
masing-masing meningkat dari minus 5,57% menggambarkan besarnya minat perusahaan-
menjadi 3,61% dan dari minus 12,3% menjadi perusahaan di Indonesia untuk mencari
minus 5,03%. Tren peningkatan baik pada pendanaan melalui penerbitan saham berbasis
saham berbasis syariah lokal maupun global syariah. Peningkatan sovereign rating
tersebut mengindikasikan bahwa sentimen Indonesia pada tanggal 15 Desember 2011 ke
investor untuk membeli saham berbasis syariah level investment grade, yaitu dari BB+ menjadi
tidak terpengaruh oleh pemburukan kondisi BBB- dengan outlook stable yang dilakukan
krisis utang di kawasan Eropa. oleh Fitch telah menambah kepercayaan
investor terhadap pasar saham syariah
Rebound di pasar saham berbasis
Indonesia.
syariah lokal juga tercermin dari peningkatan
kapitalisasi pasar JII. Pada TW4-11
pertumbuhan kapitalisasi pasar saham berbasis
B. PASAR VALUTA ASING
syariah lokal tercatat sebesar17,92% qtq, yaitu
dari Rp. 1.199,96 triliun pada TW3-11 menjadi Gejolak di pasar keuangan yang masih
Rp.1.414,98 triliun pada TW4-11. Hal ini juga terjadi hingga triwulan akhir 2011
sejalan dengan peningkatan kapitalisasi pasar menyebabkan mayoritas mata uang global
JCI sebesar 10,17% qtq, yaitu dari Rp. kembali terdepresiasi terhadap USD. Ancaman
3.210,81 triliun pada TW3-11 menjadi Rp. perlambatan ekonomi global yang semakin
3.537,30 triliun pada TW4-11 (Grafik 3.30). nyata di tengah krisis utang Eropa menambah
Peningkatan kapitalisasi pasar saham syariah kekhawatiran terhadap ketidakpastian
tersebut merefleksikan meningkatnya harga ekonomi dan pasar keuangan global. Hal ini
saham per lembar atau jumlah lembar saham pada akhirnya mendorong investor melakukan
berbasis syariah yang diterbitkan oleh peralihan alokasi investasi ke aset-aset yang
lebih aman (flight to quality) dan safe haven
currencies seperti USD dan Yen. Terimbas
3.537.294
3.498.069
3.279.801
3.247.097
3.210.811
4.000.000 JII
2.919.402
1.199.957
1.134.632
1.096.432
1.088.782
2.000.000
perilaku risk aversion investor terhadap aset-
1.003.550
948.505
1.500.000
aset yang dipandang beresiko terutama
1.000.000
500.000
emerging Asia. Di antara negara emerging
0 Asia, Rupee India dan Korea Won mengalami
TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4
2010 2011 pelemahan terbesar dan bahkan berada di
Sumber : Bapepam
149
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
105
ekonomi global terhadap negara-negara
tersebut. Sebaliknya, Yuan China kembali 100
110
100
10 US Nominal Trade Weighted Index (TWI) adalah indeks rata-rata 90
tertimbang nilai tukar dollar AS terhadap beberapa mata uang
80
utama dunia. Negara-negara yang termasuk major currencies
adalah mata uang Euro, Kanada, Jepang, Inggris, Swiss, Australia, 70
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des
dan Swedia. Negara-negara yang termasuk dalam broad index 2006 2007 2008 2009 2010 2011
adalah negara-negara major currencies ditambah dengan
Sumber : Bloomberg dan BIS
Meksiko, China, Korea, India, Taiwan, Hongkong, Brazil, ASEAN-
5, Rusia, Saudi Arabia, Israel, Chile, Argentina, Colombia, dan Grafik 3.32 Nilai Tukar Nominal dan
Venezuela. REER Negara Maju (Jan-06=100)
150
Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas
nilai tukar Euro terhadap USD kembali Asia terhadap USD. Meski perekonomian
melemah 4,9% qtq dan 0,4% yoy seiring kawasan secara umum masih dalam level yang
anjloknya pasar saham dan obligasi di kawasan masih solid, hal tersebut belum mampu
tersebut. menahan dampak dari gejolak di pasar
Pelemahan mata uang emerging Asia keuangan global. Di antara negara di kawasan
terus berlanjut hingga triwulan akhir 2011 emerging Asia, Rupee India dan Won Korea
(Tabel 3.6). Meningkatnya sentimen risk mengalami pelemahan terbesar pada TW4-11.
aversion investor terhadap aset-aset yang Selama periode laporan, rata-rata Rupee India
dipandang beresiko seperti aset di emerging dan Won Korea terdepresiasi masing-masing
market berdampak pada koreksi kepemilikan 11,4% dan 5,5% qtq. Kedua mata uang
investor global di pasar saham global terutama tersebut juga berada di level yang rendah
Asia yang berujung pada depresiasi mata uang dibandingkan periode yang sama di 2010
Indeks Indeks
140 145
Nominal SGD/USD TW4-11 TW4-11
Nominal Peso/USD
REER SGD
130 135 REER Peso
Nominal Ringgit/USD
Nominal Baht/USD
REER Ringgit
120 REER Baht
Nominal Rupiah/USD 125
REER Rupiah
110
115
100
105
90
95
80
70 85
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep DesMar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep DesMar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep DesMar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep DesMar Jun Sep Des
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
Grafik 3.33 Nilai Tukar Nominal dan Grafik 3.34 Nilai Tukar Nominal dan
REER China, Korea, dan India (Jan-06=100) REER Filipina dan Thailand (Jan-06=100)
151
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
Indeks
140
Eropa masih menjadi faktor di balik pelemahan
TW4-11
130 harga komoditas tersebut. Di antara komoditas
120
energi yang melemah, harga gas alam
110
100 mengalami pelemahan terbesar akibat
90
melimpahnya pasokan. Sebaliknya, harga
80
70 minyak mampu mencatat kenaikan harga
60 Nominal Yuan/USD REER Yuan
Nominal Won/USD REER Won selama triwulan laporan dan bahkan lebih
50
Nominal Rupee/USD REER Rupee
40 tinggi dibandingkan level 2010. Masih
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep DesMar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep DesMar Jun Sep Des
2006 2007 2008 2009 2010 2011 tingginya konsumsi dunia khususnya Asia
Sumber : Bloomberg
menjadi faktor fundamental di balik kenaikan
Grafik 3.35 Nilai Tukar Nominal dan REER
Singapura, Indonesia, dan Malaysia (Jan-06=100)
harga minyak tersebut. Selain itu, gangguan
geopolitik di kawasan Timur Tengah (MENA)
(Grafik 3.33 dan Grafik 3.34). Ancaman yang dikhawatirkan mengganggu distribusi
perlambatan ekonomi global yang semakin dan produksi minyak dari kawasan tersebut
nyata dan risiko rambatannya pada kedua turut mendongkrak naik harga minyak. Tren
negara tersebut diperkirakan mendorong penurunan harga komoditi juga terjadi pada
investor menarik penempatannya pada aset di kelompok komoditas logam. Harga base metal
emerging market sehingga pada gilirannya khususnya timah dan nikel mencapai level
mempengaruhi pelemahan nilai tukar di terendah sepanjang 2011. Perlambatan
masing-masing negara. Sementara itu, tren ekonomi AS dan sinyal mulai melemahnya
penguatan mata uang Yuan China masih sektor manufaktur di China sebagai konsumen
berlangsung. Selama periode laporan, Yuan logam dasar terbesar dunia menjadi faktor
China menguat 0,9% qtq dan 4,8% yoy pemicu penurunan tersebut. Di sisi lain, harga
seiring masih tingginya aliran modal masuk komoditas pangan mayoritas bergerak
terutama FDI ke negara tersebut. Penguatan melemah, kecuali beras. Harga beras
Yuan ini terutama terjadi sejak China cenderung meningkat didukung oleh kenaikan
meningkatkan fleksibilitas nilai tukar RMB pada impor sejumlah negara importir beras terbesar
pertengahan 2010 (Grafik 3.33). dunia serta adanya gangguan pasokan di
negara eksportir beras dunia.
152
Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas
Indeks,
Avg 05=100
dibalik penurunan harga gas alam. Data EIA
300
PERTANIAN
TOTAL
menunjukkan bahwa cadangan gas alam di
250 AS tercatat naik 1,8% qtq dan 12,1% yoy
LOGAM
200
mencapai 3.472 triliun kaki kubik pada akhir
TW4-11. Di sisi lain, musim dingin yang lebih
150
mild dibandingkan biasanya menyebabkan
100 ENERGI permintaan gas alam AS cenderung
menurun.11
50
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2006 2007 2008 2009 2010 2011 Berbeda dengan gas alam dan
Sumber : Bloomberg dan IMF, data diolah
batubara, harga minyak dunia (WTI) selama
Grafik 3.36 Indeks Harga Komoditas Dunia Harian triwulan laporan masih berjaya dengan
(2005=100)
mencatat kenaikan sebesar 5,1% qtq dan
10,4% yoy (Tabel 3.7). Secara fundamental,
anjlok sepanjang 2011 (Tabel 3.7). Selama
kenaikan harga minyak di triwulan laporan dan
TW4-11 rata-rata harga gas alam turun 19,1%
qtq dan 12,3% yoy mencapai USD3/Mm BTU.
Permintaan yang menurun sejalan dengan 11 AS merupakan produsen sekaligus konsumen gas alam terbesar
perlambatan ekonomi global di tengah dunia.
AS menggunakan gas alam sebagai bahan bakar mesin
cadangan yang melimpah menjadi faktor penghangat di musim dingin.
153
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
USD/MmBtu USD/barrel Juta barrel/hari - 2010: ekses produksi 0.09 juta barrel/hari Juta barrel/hari
- 2011: ekses konsumsi 0.3 juta barrel/hari
14 160 95 3,0
Future Gas Alam Des-11 - 2012F: ekses konsumsi 0.3 juta barrel/hari Proyeksi
Future Gas Alam Sep-11 - 2013F: ekses konsumsi 0.2 juta barrel/hari
140
12 Future Minyak Des-11 2,0
Future Minyak Sep-11 120 90 Konsumsi. lhs
10 1,0
100
Harga Spot Minyak
WTI, rhs
8 80 85 0,0
60
6 -1,0
Net. rhs
Harga Spot 40 80
Gas Alam, lhs Produksi. lhs
4 -2,0
20
2 0 75 -3,0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Sumber : Bloomberg Sumber : EIA
Grafik 3.37 Harga Minyak WTI dan Gas Alam Grafik 3.38 Keseimbangan Minyak Dunia
keseluruhan 2011 didorong oleh masih Libya, Israel, Iran dan Arab Saudi meningkatkan
tingginya konsumsi minyak dunia khususnya sentimen negatif akan potensi terganggunya
Asia. Rilis data Departemen Energi AS (EIA) produksi dan distribusi minyak dari kawasan
menunjukkan bahwa kenaikan konsumsi Timur Tengah.
terbesar terjadi di Jepang (9,1% qtq dan 4,4%
Prediksi harga minyak ke depan masih
yoy) dan China (2,5% qtq dan 4,1% yoy).
akan tinggi, sementara harga gas alam
Sementara itu, meski lebih rendah
diperkirakan menurun. Berdasarkan prediksi
dibandingkan tahun sebelumnya, konsumsi
dari Departemen Energi AS (EIA), hingga akhir
minyak AS dan Eropa selama TW4-11 masih
2012 dan 2013 masih terdapat ekses konsumsi
mampu mencatat pertumbuhan positif
minyak dunia masing-masing sebesar 0,3 juta
dibandingkan triwulan sebelumnya seiring
barrel/hari dan 0,2 juta barrel/hari (Grafik 3.38).
adanya musim dingin yang melanda kawasan
Selain itu, gangguan geopolitik di MENA yang
tersebut. 12 Sementara itu, faktor non
kian memanas diprediksi akan mendorong
fundamental diperkirakan juga turut berperan
peningkatan harga minyak ke depan. Di sisi
dalam meningkatkan harga minyak. Sepanjang
lain, ekses produksi gas alam diperkirakan
2011, kenaikan harga minyak yang terjadi
masih akan terjadi hingga triwulan awal 2012.
sejak TW1-11 juga disebabkan oleh adanya
Meningkatnya pasokan gas melalui «shale gas
kekhawatiran terjadinya gangguan pasokan
formation» dan konsumsi gas alam yang tidak
seiring memanasnya kondisi politik di kawasan
terlalu tinggi akibat cuaca yang cenderung mild
MENA sehingga memicu sentimen negatif
di AS diprediksi masih akan menekan harga
pelaku pasar. Gangguan geopolitik yang
gas alam ke depan. Kondisi ini juga tercermin
berawal di Tunisia hingga menyebar ke Mesir,
dari pergerakan harga future minyak dan gas
alam yang dalam kurun waktu 1 tahun ke
12 AS, Eropa, Jepang, dan China merupakan konsumen minyak
terbesar dunia. depan tidak terlalu tinggi (Grafik 3.37).
154
Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Pasar Komoditas
155
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
14
mendukung tanaman kedelai di lahan 950 Harga Spot
Kedelai, rhs
pertanian AS diprediksi kembali menambah 800
12
16
jumlah pasokan ke depan. 650
10
8
Harga beras menunjukkan kejayaan di 500
Harga Spot
triwulan akhir 2011. Sepanjang periode 350 Beras, lhs Future Kedelai Des-11 6
Future Kedelai Sep-11
laporan, harga beras masih mampu mencatat 200 4
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
kenaikan harga sebesar 3,1% qtq dan 11,3% Sumber : Bloomberg, IMF
yoy mencapai USD580,9 di periode (Tabel 3.7). Grafik 3.40 Kedelai dan Beras
Meningkatnya permintaan di tengah ancaman
penurunan produksi dunia berada dibalik Prediksi harga beras ke depan
perkembangan tersebut. Impor beras Iran, diperkirakan masih dalam level tinggi, antara
Saudi Arabia, Indonesia, dan Malaysia lain disebabkan oleh (i) peningkatan konsumsi
dilaporkan meningkat selama periode beras terutama di negara importir beras dunia
laporan.17Berdasarkan data dari EIA, hingga seperti Iran, Saudi Arabia, dan Malaysia; (ii)
akhir 2011 impor beras negara tersebut kenaikan harga ekspor beras Thailand; dan (iii)
masing-masing naik 18%, 3%, 141% dan penurunan ekspor Thailand, AS, dan Vietnam
14,7% yoy. Sementara itu, pasokan beras juga di 201219. Sementara itu, harga kedelai ke
terkendala akibat gangguan cuaca (bencana depan diperkirakan berada stabil di kisaran
alam) yang terjadi di Filipina (Topan Nesat) dan harga saat ini seperti yang tercermin dari
Vietnam (banjir di Mekong River Delta). Lebih pergerakan harga future kedelai (Grafik 3.40).
lanjut, kebijakan peningkatan harga dasar
petani di Thailand dan kebijakan peningkatan
harga ekspor beras dari Vietnam juga turut
menyokong kenaikan harga beras.18
156
Bab 4 - Perkembangan Kerjasama Internasional dan Lembaga Internasional
BAB
4
Perkembangan Kerjasama Internasional
dan Lembaga Internasional
Dampak krisis utang Kawasan Euro dan upaya mitigasi dampaknya pada pertumbuhan
dan stabilitas ekonomi dunia menjadi fokus pembahasan berbagai fora kerjasama regional dan
multilateral. Di tataran regional, bank sentral dan otoritas moneter di kawasan EMEAP terus
berupaya untuk melakukan penguatan financial safety net (FSN) guna mengantisipasi potensi
risiko pembalikan arus modal yang dapat mengganggu stabilitas ekonomi dan keuangan di
kawasan. Masih di kawasan, pada triwulan keempat 2011, negara-negara ASEAN+3 (ASEAN
dan China, Jepang, dan Korea) memfokuskan implementasi kerjasama keuangannya pada upaya
peningkatan daya tahan kawasan melalui intensifikasi pengembangan unit surveillance
independen, pembentukan mekanisme pencegahan krisis, dan pencarian area kerjasama baru.
Pembentukan crisis prevention facility di bawah kerjasama ASEAN+3 ini melengkapi fasilitas
resolusi krisis IMF yang telah hadir lebih dulu. Atas mandat yang diberikan oleh kerjasama
multilateral G-20, IMF sendiri tengah melakukan review efektivitas fasilitas IMF dalam membantu
negara anggota menghadapi krisis, khususnya instrumen Flexible Credit Line (FCL) dan
Precautionary Credit Line (PCL). Secara umum, FCL dan PCL berhasil mencapai tujuannya sebagai
jaminan bagi negara anggota IMF dalam memitigasi risiko sistemik, termasuk risiko volatitilitas
nilai tukar. Namun, sebagaimana pengalaman beberapa negara penerima, penggunaan FCL
dan PCL perlu ditingkatkan efektivitasnya terutama terkait pengikisan stigma IMF dan subjektivitas
saat aplikasi penarikan. Sementara itu, untuk memitigasi krisis utang Kawasan Euro pada
pertumbuhan ekonomi dunia, negara-negara yang tergabung dalam kerjasama G-20 sepakat
untuk mengambil langkah-langkah secara lebih nyata untuk memulihkan kepercayaan, stabilitas
keuangan, dan pertumbuhan perekonomian. Seluruh anggota bertekad untuk melaksanakan
reformasi struktural guna meningkatkan potensi pertumbuhan dan menciptakan lapangan kerja,
serta menerapkan kebijakan moneter dalam rangka menjaga stabilitas harga dan mendukung
pertumbuhan.
157
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
158
Bab 4 - Perkembangan Kerjasama Internasional dan Lembaga Internasional
ekonomi, moneter, perbankan, dan kebijakan internasional. Saat ini proses tersebut
yang ditempuh oleh masing-masing bank dilakukan pada tahap studi banding status dan
sentral di kedua negara. Di samping itu, bentuk hukum lembaga internasional lain
pertemuan ini juga membahas perkembangan seperti Sekretariat ASEAN dan Organisation for
kerjasama studi antara BI dan BNM dalam 4 Economic Co-operation and Development
area kerjasama yang telah disepakati pada (OECD).
pertemuan sebelumnya di Kuala Lumpur
Selain itu, menyikapi adanya kebutuhan
tanggal 17 April 2010 dalam bidang (i)
likuiditas dalam jumlah besar untuk berjaga-
pengawasan perbankan lintas batas; (ii)
jaga akibat krisis keuangan yang terjadi dalam
pertemuan kelompok kerja teknis untuk
skala global dan menyebar cepat, negara
penanganan arus modal antar negara; (iii)
ASEAN+3 sepakat untuk membentuk sebuah
kemungkinan penggunaan local currency
fasilitas pencegahan krisis (crisis prevention
settlement (LCS) untuk mendukung
facility atau CPF). CPF dibuat untuk melengkapi
perdagangan bilateral kedua negara; dan (iv)
fasilitas crisis resolution yang tersedia saat ini
kerjasama di area pengembangan ahli dan
pada kerja sama Chiang Mai Initiative
capacity building untuk keuangan syariah.
Multilatelization (CMIM). Dalam konteks ini,
pembahasan mengenai kerangka formal
penguatan kolaborasi CMIM sebagai regional
A.3 ASEAN+3
financial arrangement (RFA) dengan IMF untuk
Pada triwulan keempat di tahun 2011, menciptakan sebuah Global Financial Safety
negara ASEAN+3 memfokuskan implementasi Net (GFSN) yang terintegrasi tengah bergulir.
kerja sama keuangannya pada upaya
Selain implementasi kerja sama bidang
peningkatan daya tahan kawasan melalui
pengembangan regional self help mechanism
pengembangan unit surveillance independen,
tersebut di atas, negara ASEAN+3 saat ini
pembentukan mekanisme pencegahan krisis,
tengah mengeksplorasi beberapa area kerja
dan pencarian area kerja sama baru. Pada
sama keuangan baru yang meliputi (i)
pertemuan level Deputi Bank Sentral dan
pembiayaan infrastruktur, (ii) asuransi bencana
Kementerian Keuangan ASEAN+3 di Sendai,
alam, dan (iii) penggunaan mata uang lokal
Jepang awal Desember 2011 lalu para Deputi
bagi penyelesaian transaksi perdagangan di
menyepakati pengembangan kapasitas
kawasan. Eksplorasi ini dilakukan melalui
organisasi ASEAN+3 Macroeconomic Research
proses studi yang dikoordinir beberapa negara
Office (AMRO) sebagai unit surveillance
anggota. Diharapkan beberapa area kerja
independen kawasan. Pengembangan ini
sama baru ini dapat semakin memperkaya area
dilakukan melalui penambahan staf AMRO
kerja sama keuangan ASEAN+3 ke depan.
dan persiapan proses peningkatan bentuk
hukum AMRO menjadi sebuah organisasi
159
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
160
Bab 4 - Perkembangan Kerjasama Internasional dan Lembaga Internasional
lanjut, terutama implikasinya bagi negara terutama terkait pengikisan stigma IMF
anggota. Kolaborasi antara IMF dengan RFA maupun subjektivitas saat aplikasi penarikan.
di ASEAN masih diwarnai oleh permasalahan Atas hal ini, paper proposal IMF mengusulkan
stigma IMF sehingga sulit dalam transparansi penilaian dan pendekatan
implementasinya. Di sisi lain, penguatan kualitatif, dan faktor seperti pemanfaatan hasil
instrumen IMF berimplikasi bertambahnya surveillance IMF terkini saat negara anggota
kebutuhan financial resources IMF sebagai mengajukan arrangement pinjaman yang
antisipasi untuk memenuhi permintaan baru.
fasilitas pembiayaan IMF dari negara anggota,
IMF telah mengidentifikasi kendala
yang pada gilirannya akan berdampak
terkait akses pinjaman IMF bagi negara-negara
terhadap kenaikan kuota yang harus dibayar
dengan fundamental kuat namun terkena
oleh masing-masing negara anggota. Dengan
dampak krisis sistemik. Untuk mengatasi
mencermati kerangka modalitas dan
kendala tersebut, IMF mengajukan proposal
implementasi usulan IMF tersebut secara hati-
reformasi fasilitas pinjaman, di mana salah satu
hati, diharapkan penguatan GFSN khususnya
reformasi yang dihasilkan adalah mengganti
pembiayaan IMF akan mendatangkan lebih
fasilitas PCL dengan Precautionary and
banyak manfaat bagi seluruh negara anggota
Liquidity Line (PLL) yang dinilai lebih fleskibel
tanpa terkecuali.
pemanfaatannya. Beberapa penyesuaian yang
dilakukan dalam PLL antara lain (i) mengizinkan
penggunaan PLL untuk negara anggota yang
Penguatan Fasilitas Pinjaman IMF
memiliki kebutuhan neraca pembayaran aktual
Seiring memburuknya krisis utang di pada saat persetujuan, dan (ii) membuka
Eropa, pada November 2011, IMF mengajukan fasilitas PLL dengan jangka waktu yang lebih
paper proposal untuk me-review efektivitas pendek (6 bulan) bagi negara yang
fasilitas IMF dalam membantu negara anggota membutuhkan dukungan BOP jangka pendek.
menghadapi krisis, khususnya instrumen Penyesuaian ini diharapkan akan
Flexible Credit Line (FCL) dan Precautionary meningkatkan efektivitas dari PLL, di mana
Credit Line (PCL) . Secara umum, paper negara yang memenuhi kualifikasi PCL, namun
proposal tersebut menyimpulkan FCL dan PCL memiliki kebutuhan aktual (bukan potensial)
berhasil mencapai tujuannya sebagai jaminan BOP dapat memanfaatkan fasilias PCL.
bagi negara anggota IMF dalam memitigasi Arrangement dengan jangka waktu yang lebih
risiko sistemik, termasuk risiko volatitilitas nilai pendek juga diharapkan membantu negara
tukar. Meskipun demikian, sebagaimana yang terkena dampak krisis (crisis bystanders)
pengalaman beberapa negara penerima, mengatasi permasalahan BOP persis pada saat
penggunaan instrumen PCL dan FCL perlu meningkatnya tekanan global, regional, dan
ditingkatkan efektivitasnya lebih jauh, adanya efek contagion.
161
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
Proposal ini berpotensi meningkatkan Secara umum, penciptaan FCL dan PLL
permintaan penarikan langsung (upfront calls) menguntungkan negara-negara anggota
terhadap fasilitas pembiayaan IMF, di mana karena memberikan alternatif jaring
fleksibilitas dapat mendorong negara anggota pengaman tambahan khususnya bagi negara
meminta bantuan keuangan segera kepada yang eligible untuk memperoleh fasilitas
IMF. Namun, respon yang efektif dan tepat tersebut. Namun negara anggota masih
waktu terhadap kebutuhan pinjaman negara melihat bahwa kriteria kualifikasi untuk
anggota diharapkan dapat menghasilkan mengakses fasilitas tersebut dianggap masih
dampak peningkatan kepercayaan terkait belum jelas. Oleh karena itu, negara anggota
permintaan atas resources IIMF tersebut. IMF mengharapkan instrumen IMF akan lebih
Secara keseluruhan, di level global, proposal bermanfaat bagi negara anggota apabila
reformasi ini diharapkan hanya akan memiliki predictability dapat ditingkatkan melalui
dampak terbatas terhadap kebutuhan kriteria kualifikasi yang lebih jelas dan penilaian
pembiayaan dari IMF. yang bersifat obyektif atas pemenuhan kriteria
kualifikasi. Meningkatnya predictability ini
diharapkan dapat memberikan sinyal positif
bagi negara yang potensial untuk memperoleh
fasilitas tersebut.
162
Bab 4 - Perkembangan Kerjasama Internasional dan Lembaga Internasional
Boks 1
Reformasi Fasilitas Crisis Prevention pinjaman baru yaitu Flexible Credit Line
IMF (FCL) sebagai crisis prevention facility dan
Krisis keuangan global tahun 2008 mereformasi Precautionary Credit Line
mendorong IMF untuk meningkatkan (PCL).
kemampuannya menyediakan fasilitas Perombakan ini juga bertujuan
pembiayaan bagi negara-negara untuk mendorong negara meminta
anggotanya. Untuk itu pada bulan Maret bantuan IMF sedini mungkin sebelum
2009 IMF melakukan perombakan besar problem yang dihadapi menjadi lebih besar
terhadap fasilitas pinjamannya dengan dan sulit untuk ditangani. Fasilitas IMF
menawarkan nilai yang lebih tinggi dan yang sudah ada sebelumnya seperti Stand-
menyesuaikan fitur-fitur pinjaman dengan By Arrangement (SBA) tetap tersedia untuk
kekuatan dan kondisi negara anggota digunakan pada saat krisis telah terjadi
yang berbeda-beda. Di antara (crisis resolution). Sementara itu, fasilitas
penyesuaian tersebut adalah baru FCL merupakan credit line yang
memodernisasi persyaratan conditionality diberikan kepada negara untuk tujuan
pinjaman dan meluncurkan instrumen berjaga-jaga (precautionary), yang dapat
163
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
164
Bab 4 - Perkembangan Kerjasama Internasional dan Lembaga Internasional
165
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
5 30
Precautionary
4 25
20
3
Non-Precautionary 15
Non-Precautionary
2
10 Precautionary
1
5
0 0
t-3 t-2 t-1 t t-1 t-2 t-3 t-3 t-2 t-1 t t-1 t-2 t-3
Sumber : IMF Sumber : IMF
Overal Fiscal Balance (In Percent of GDP) Real Interest Rate (In Percent Per Year)
-1 15
-2
12 Precautionary
Precautionary
-3
9
Non-Precautionary
-4
6 Non-Precautionary
-5
-6 3
t-3 t-2 t-1 t t-1 t-2 t-3 t-3 t-2 t-1 t t-1 t-2 t-3
Sumber : IMF Sumber : IMF
ilustrasi terkini, aktivasi fasilitas FCL oleh tersebut telah membantu menjaga
Meksiko, Polandia dan Kolombia diyakini rendahnya sovereign eurobond spreads
telah memberikan announcement effect yang dimilikinya. Secara umum, kombinasi
positif dengan turunnya sovereign debt dari peningkatan resources IMF dan
spreads ketiga negara dimaksud secara instrumen pinjaman yang lebih fleksibel
signifikan setelah pengumuman FCL telah membantu mengurangi risiko tail
(Grafik 2) . Begitu pula dengan events, sehingga berkontribusi terhadap
Macedonia, aktivasi PCL di negara penurunan yang berkelanjutan pada
spread negara berkembang.
166
Bab 4 - Perkembangan Kerjasama Internasional dan Lembaga Internasional
100 15
Poland
Mexico
90
10
80
Colombia
70
5
60
50 0
t-30 t-20 t-10 t t-10 t-20 t-30 Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei
t = day of FCL Public Announcement 2007 2008 2009 2010 2011
Sumber : IMF Sumber : IMF
900
Fund Lending
Reform Approval/
750 G-20 London Summit
450
300
EMBI Minus TED
150
TED Spread
0
Jun Des Jun Des
2008 2009
Sumber : Bloomberg
Grafik 3.
Global EMBI Sovereign Debt Spreads
krisis (crisis prevention facility atau CPF). beberapa elemen pokok CPF, yang di
CPF dibuat untuk melengkapi fasilitas antaranya CPF akan melekat pada kerja
crisis resolution yang tersedia saat ini pada sama CMIM yang sudah ada dan perlunya
kerja sama Chiang Mai Initiative penguatan surveillance AMRO sebagai
Multilatelization (CMIM). Lebih lanjut, prasyarat implementasi CPF.
negara ASEAN+3 juga telah menyepakati
167
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
B.2 Bank of International Settlement (BIS) (adjustment) eksternal yang sifatnya tidak
smooth ( disorderly) dalam rangka
Pembahasan Perkembangan Terkini:
penyeimbangan (rebalancing) permintaan
Ketidakseimbangan Global
global. Misalnya, setiap negara surplus yang
Semakin mendalam dan eskalasi krisis mengandalkan sektor eksternal sedikit demi
utang Eropa memperburuk prospek ekonomi sedikit meningkatkan permintaan
global. Selain memutus rantai risiko sovereign domestiknya. Proses rebalancing juga
dan keketatan pendanaan perbankan, memerlukan resiliensi sistem keuangan.
tantangan kebijakan negara-negara di dunia
dalam jangka panjang adalah bagaimana
mengatasi risiko stabilitas akibat Manajemen Nilai Tukar Saat Kondisi
ketidakseimbangan global. Menurut Gejolak Eksternal
pemahaman tradisional, ketidakseimbangan
Tekanan di pasar keuangan global di
global disebabkan negara maju sebagai
triwulan akhir 2011 semakin meningkat seiring
pengekspor modal kepada negara
semakin intensifnya krisis utang di Eropa.
berkembang. Namun, pandangan ini tidak
Tekanan tersebut dikombinasikan dengan
didukung oleh pendapat terkini mengingat
prospek pertumbuhan global yang semakin
bahwa ketidakseimbangan tersebut terjadi
melemah yang pada gilirannya menyebabkan
antara dua blok negara, yaitu blok negara-
aliran modal keluar dari negara berkembang
negara pengekspor minyak dan komoditi
(EMEs). Akibatnya, terjadi depresiasi yang
(negara berkembang) sebagai pengekspor
signifikan dan peningkatan volatilitas nilai tukar
modal dan blok negara-negara maju yang
mata uang EMEs. Tekanan di pasar keuangan
mengalami defisit neraca berjalan yang
juga mempengaruhi outlook pertumbuhan
substansial.
global, yang diperburuk pula dengan flight to
Aliran modal yang besar dan volatile quality oleh investor dan proses deleveraging
dapat menyebabkan membengkaknya neraca perbankan internasional khususnya Eropa.
(balance sheet) secara global khususnya negara Harga ekuitas global anjlok seiring
maju. Balance sheet negara maju mencapai 1,5 mengeringnya likuiditas di pasar keuangan dan
kali lipat dari nilai PDB dan 2 kali lipat dari nilai mengetatnya pendanaan perbankan terutama
total perdagangan (ekspor dan impor). pasar berdenominasi USD.
Besarnya balance sheet tersebut pada
BIS mengamati implikasi fenomena di
gilirannya dapat menyebabkan meningkatnya
atas terhadap kebijakan moneter dan nilai
risiko instabilitas keuangan dan menghambat
tukar dan kaitannya dengan inflasi. Dalam
proses rebalancing. Terkait hal ini, implikasi
merespon depresiasi tersebut bank sentral saat
kebijakan yang perlu diperhatikan adalah
ini menghadapi trade-off. Kebijakan moneter
bagaimana mengurangi penyesuaian
168
Bab 4 - Perkembangan Kerjasama Internasional dan Lembaga Internasional
yang ketat akan menimbulkan masalah jika komitmen terkait dengan isu-isu utama G-20
permintaan agregat melemah. Jika ekspektasi adalah (i) Framework for Strong, Sustainable,
inflasi sudah terjangkar dengan baik (well and Balanced Growth (FSSB Growth ) ; (ii)
anchored), langkah membiarkan inflasi reformasi International Monetary System (IMS);
menyimpang sementara dari targetnya dapat (iii) reformasi sektor keuangan; dan (iv)
menjadi salah satu opsi, terutama jika volatilitas harga komoditas . Summit
depresiasi bersifat sementara. Opsi lainnya meluncurkan Cannes Action Plan for Growth
adalah dengan mengintervensi pasar valuta and Jobs yang berisi komitmen kebijakan
asing untuk men-smoothing depresiasi mata masing-masing anggota untuk mengatasi
uang. Intervensi yang telah dilakukan di tantangan jangka pendek dan memperkuat
beberapa negara berkembang tersebut landasan perekonomian jangka menengah.
terefleksi dengan penurunan cadangan devisa
oleh bank sentral sejak Agustus 2011.
Framework for Strong, Sustainable, and
Bagaimana EMEs mengatasi risiko
Balanced Growth
likuiditas akibat respon terhadap tekanan nilai
tukar? Selama 2008-2009, ketika mata uang Melanjutkan pembahasan penyusunan
anjlok di pasar valuta asing, cadangan devisa draft Cannes Action Plan (CAP) pada triwulan
dikucurkan untuk mengatasi hal tersebut, di sebelumnya, pada triwulan laporan ini
samping mengurangi pengeringan likuiditas pembahasan isu FSSB Growth difokuskan pada
dollar di dalam negeri. Namun penurunan upaya penyempurnaan draft tersebut untuk
cadangan devisa dapat memperbesar risiko disampaikan dan dimintakan endorsement dari
insolvensi terutama bagi negara yang memiliki para Pemimpin negara G-20 yang bersidang
tagihan utang luar negeri. Untuk atasi hal di Cannes Summit. Hal utama dalam CAP
tersebut, beberapa EMEs juga telah melakukan tersebut adalah bahwa G-20 menyepakati
swap lines seperti antara Federal Reserve dan untuk mengambil respon kebijakan untuk
BOJ. mengatasi kerentanan jangka pendek di
perekonomian global seiring dengan suramnya
perkembangan ekonomi dunia pada paruh
B.3 Forum G-20 kedua 2011 yang ditandai dengan
memburuknya krisis Kawasan Euro dan
Menutup rangkaian pembahasan forum
melambatnya pemulihan ekonomi AS. Upaya
G-20 terhadap berbagai isu global, pada
tersebut disertai dengan upaya-upaya untuk
kuartal terakhir tahun 2011 diselenggarakan
memperkuat landasan perekonomian jangka
pertemuan tingkat kepala negara G-20 di
menengah-panjang menuju pertumbuhan
Cannes, Perancis (Cannes Summit). Sesuai
global yang kuat, berkelanjutan, dan
dengan agenda pembahasan yang ditetapkan
seimbang.
di awal tahun 2011, kesepakatan dan
169
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
170
Bab 4 - Perkembangan Kerjasama Internasional dan Lembaga Internasional
171
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
kolaborasi yang efektif di antara keduanya. mengatasi spill-over effects secara lebih baik.
Prinsip tersebut antara lain seperti Dalam hal ini, diperlukan integrasi yang lebih
penghormatan terhadap peran, independensi baik antara surveillance bilateral dengan
dan pengambilan keputusan oleh masing- multilateral, serta mencakup kebijakan sektor
masing institusi, memperhatikan karakteristik keuangan, fiskal, moneter, dan nilai tukar.
dari masing-masing regional, dan keterbukaan Untuk itu, G-20 telah menyusun proposal
pertukaran informasi. G-20 juga berkeyakinan untuk menghasilkan surveillance yang
bahwa IMF harus mempunyai resources yang berkualitas tinggi, yang dapat beradaptasi
memadai untuk melaksanakan terhadap perkembangan perekonomian dunia
tanggungjawabnya. Untuk itu para menteri dan dapat diterima (traction) oleh seluruh
keuangan dan gubernur bank sentral G-20 anggota.
sepakat untuk mengimplementasikan paket
reformasi kuota dan governance IMF 2010.
Harga Komoditas dan Volatilitasnya
Untuk membantu negara-negara dalam
Fenomena meningkatnya level dan
mengatasi kekeringan likuiditas, G-20 juga
volatilitas harga komoditas global menjadi
meminta IMF untuk mengkaji lebih jauh serta
perhatian khusus dari G-20. Ini karena pasar
menyusun proposal konkrit mengenai upaya-
komoditas yang berfungsi dengan optimal
upaya baru penyediaan dukungan likuiditas
memegang peranan penting untuk
jangka pendek secara case by case bagi
mendukung sustainabilitas pertumbuhan
negara-negara yang menghadapi gejolak
ekonomi dunia. Untuk mengkaji secara lebih
eksternal. Isu lainnya yang dibahas adalah
mendalam permasalahan tersebut, G-20
mengenai komposisi SDR (Special Drawing
membentuk studi grup Commodity Price
Rights ) IMF yang dipandang perlu
Volatility (SG Commodity) guna mengkaji
merefleksikan peran mata uang dalam
penyebab volatilitas harga komoditas.
perdagangan global dan sistem keuangan. Hal
ini juga penting untuk mendukung stabilitas, Kajian yang dilakukan SG Commodity
keterwakilan, dan attractiveness dari SDR. sepanjang periode Januari√Juni 2011
Untuk itu G-20 meminta IMF untuk menyimpulkan bahwa terdapat
melanjutkan assessment mengenai kriteria dan ketidakseimbangan supply-demand. Penyebab
indikator mata uang untuk basket SDR dan volatilitas harga komoditas dari sisi permintaan
meminta agar adjustment komposisi basket terdiri atas pertumbuhan ekonomi, kenaikan
SDR dilakukan selambatnya pada 2015. pendapatan masyarakat, peningkatan
urbanisasi di EMEs, dan keterkaitan antara
Di samping berbagai upaya di atas,
permintaan komoditas dengan permintaan
peningkatan efisiensi dan stabilitas IMS juga
energi. Penyebab dari sisi penawaran
memerlukan surveillance IMF yang terintegrasi
mencakup faktor-faktor yang mempengaruhi
dan efektif guna dapat mengidentifikasi dan
172
Bab 4 - Perkembangan Kerjasama Internasional dan Lembaga Internasional
pertumbuhan supply, baik jangka pendek tersebut dapat memberikan sinyal yang salah
maupun jangka panjang, SG juga sehingga dapat menyebabkan gangguan/
mengidentifikasi pemicu dari sisi kebijakan, volatilitas yang seharusnya tidak terjadi.
yang meliputi kebijakan perdagangan Sementara itu, kenaikan harga komoditas
komoditas pertanian, subsidi, dan kebijakan dapat berdampak terhadap inflasi, meski ini
biofuels . Selain itu, sektor keuangan dan bergantung pada share komoditas dalam
ekspansi moneter global juga dipandang keranjang konsumsi. Salah satu isu utama bagi
mempunyai peran penting terhadap volatilitas kebijakan moneter adalah sejauh mana
harga komoditas. dampak kenaikan harga komoditas terhadap
harga barang lainnya, jasa, dan upah. Juga
Kajian tersebut juga mengidentifikasi
apakah kenaikan tersebut bersifat temporer
konsekuensi dari volatilitas harga komoditas,
atau jangka panjang. Dalam hal ini, concern
khususnya konsekuensi ekonomi. Disimpulkan
kenaikan harga komoditas lebih relevan untuk
bahwa kenaikan harga riil komoditas
negara-negara emerging, di mana terdapat
mencerminkan redistribusi pendapatan dari
dilema antara respon peningkatan suku bunga
konsumen ke produsen dan dari importir ke
dan makin derasnya capital inflows serta
eksportir. Ujungnya ini mempengaruhi daya
dampaknya terhadap harga aset.
beli konsumen dan importir dan meningkatkan
terms of trade eksportir. Selain dampak terhadap sektor
moneter, kenaikan harga komoditas juga
Secara umum, dampak kenaikan harga
dapat berdampak terhadap fiskal. Ini terkait
komoditas terhadap makroekonomi bersifat
dengan turunnya pendapatan pajak ataupun
country-specific yang bergantung pada share
naiknya belanja subsidi, turunnya pendapatan
pendapatan dari komoditas dan tingkat
BUMN, dan naiknya biaya perlindungan sosial.
pergerakan harga. Misalnya, di negara net
Selain itu, volatilitas harga dapat melemahkan
importir komoditas, tak semua konsumen
posisi fiskal negara eksportir karena tidak-
memperoleh penghasilan dari sektor komoditas
fleksibelnya penyesuaian belanja fiskal
dan kenaikan harga mungkin tidak langsung
terhadap perubahan eksternal. Ini mendorong
berdampak terhadap tingkat pendapatan riil
sebagian negara membentuk stabilization
pekerja. Di sisi konsumen, terjadi penurunan
funds.
pendapatan riil terutama di negara-negara
berkembang, di mana sebagian besar belanja
rumah tangga ditujukan untuk pangan. Reformasi IFA (International Financial
Architecture)
Bagi pasar, kenaikan harga dapat
memberi sinyal untuk menyesuaikan perilaku Krisis utang Kawasan Euro pada paruh
konsumsi dan produksi. Akan tetapi, tanpa kedua 2011 menyadarkan perlunya
adanya informasi yang memadai, kenaikan meningkatkan resources IMF, baik untuk
173
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
mengatasi dan mencegah contagion effect dari 20 periode 2012 menjadikan pengembangan
suatu krisis maupun untuk memenuhi arsitektur keuangan internasional (IFA) dan
kebutuhan seluruh anggota tanpa kecuali. penguatan resources IMF sebagai prioritas.
Untuk itu, pada Cannes Summit tahun 2011, Adapun target saat ini adalah penguatan
G-20 berkomitmen untuk memastikan IMF resources IMF dalam memenuhi kebutuhan
memiliki resources yang cukup untuk pendanaan anggota, baik jangka panjang
melaksanakan systemic responsibilities-nya maupun jangka pendek, khususnya dalam
dalam memenuhi kebutuhan seluruh anggota. rangka mengatasi krisis utang Eropa. G-20
Untuk melaksanakan komitmen Cannes diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi
Summit tersebut, Meksiko sebagai Chair G- mengenai peningkatan resources tersebut.
174
Bab 5 - A r t i k e l
BAB
5
ARTIKEL
175
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
176
Bab 5 - A r t i k e l
Artikel 1
Krisis di Kawasan Euro hingga Permasalahan utama Kawasan Euro saat ini
penghujung 2011 terus berlanjut. Meski terpusat pada upaya penyelamatan perbankan
terkesan sempat mereda pasca EU Summit Euro yang diambang kebangkrutan akibat
akhir Oktober 2011 lalu, krisis di Kawasan Euro potensi kerugian besar terkait dengan
tidak kunjung teratasi. Episentrum krisis utang eksposur perbankan Euro di obligasi negara-
(sovereign debt) yang semula hanya berada di negara periferal Euro. Intensitas krisis
tiga negara periferal (Yunani, Portugal, dan perbankan mengalami eskalasi setelah
Irlandia) kini telah merambat ke negara yang persoalan sovereign debt semakin meluas
lebih besar seperti Spanyol dan Italia. Perancis seiring dengan kondisi sustainabilitas fiskal
sebagai negara terbesar kedua di Kawasan negara-negara di kawasan yang dianggap
Euro bahkan terbukti tidak imun terhadap krisis semakin rentan menyusul kondisi
utang. Gelombang penurunan peringkat perekonomian kawasan yang tidak kunjung
utang negara-negara di kawasan terus terjadi membaik. Dalam perkembangan terakhirnya,
secara berturut-turut, baik sovereign maupun intensitas adverse feedback loop di kawasan
peringkat utang perbankan (Tabel 1) , dan 1 ini semakin kuat (Diagram 1). Meningkatnya
berlangsung secara paralel dengan terus sovereign yields semakin menyulitkan negara-
meningkatnya sovereign yields negara-negara negara yang sangat membutuhkan
tersebut. pembiayaan sehingga semakin mengancam
sustainabilitas fiskal negara-negara tersebut.
Berlarut-larutnya penyelesaian krisis di
Di tengah kondisi pemangkasan belanja
Kawasan Euro membuat IMF dalam outlook
pemerintah sebagai upaya konsolidasi fiskal
terkininya memperkirakan Kawasan Euro akan
pemerintah, kesulitan pembiayaan yang
memasuki tahap mild recession di 2012 ini2.
dihadapi negara-negara di kawasan ini
semakin memberikan tekanan kepada
1 Setelah Yunani, Portugal, dan Irlandia mengalami
penurunan rating, lembaga rating secara bergantian pertumbuhan ekonomi. Prospek
menurunkan sovereign dan banks rating Spanyol, Italia,
dan pada Januari 2012 lembaga rating menurunkan
perekonomian yang memburuk selanjutnya
rating Perancis, Austria, dan bahkan lembaga EFSF
(European Financial Stability Facility). 2 Revised WEO January-2012 Update, IMF.
177
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
Tabel 1.
Perkembangan Rating di Kawasan Euro (Sovereign & Banks Rating)
terimbas kembali kepada kondisi perbankan Kawasan Euro bersifat struktural dan dengan
melalui penurunan kualitas aset perbankan, sendirinya membutuhkan penyelesaian jangka
yang akhirnya semakin melumpuhkan panjang. Penyediaan dana talangan (bailout)
kemampuan bank dalam penyaluran yang saat ini terus diupayakan oleh Troika
pembiayaan ke perekonomian. Kondisi ini (European Commision, ECB, dan IMF) memang
pada gilirannya semakin menyempitkan ruang membantu meredakan volatilitas dalam jangka
peningkatan aktivitas perekonomian ke depan. pendek, namun langkah tersebut belum
menyelesaikan persoalan fundamental yang
Berlarut-larutnya krisis di Kawasan Euro
dihadapi kawasan ini. Konsekuensinya,
menunjukkan bahwa persoalan yang dihadapi
178
Bab 5 - A r t i k e l
Lower Growth
lemahnya daya saing, rendahnya tingkat
Automatic
stabilizers less bank tabungan, rendahnya produktivitas, dan
heldback lending
tingginya aging population.
Worsen Fiscal Lower bank
Balance asset quality Apabila ditelusuri lebih dalam lagi,
Higher ketiga permasalahan tersebut saling memiliki
guarantees
keterkaitan dan dalam banyak aspeknya
Fiscal Financial
beberapa permasalahan tersebut juga
Sovereign risk
increase merupakan imbas dari pembentukan monetary
Sumber : union yang diperkirakan telah memberikan
G20 Framework Working Group, ≈Global Outlook and Policy Challenges∆, Januari 9-10, 2012
insentif yang kurang tepat, sehingga membuka
Diagram 1. Adverse Feedback Loops peluang dengan menciptakan ilusi risiko yang
rendah. Lebih jauh lagi, pada saat krisis
keterikatan dalam monetary union juga
permasalahan di Kawasan Euro diperkirakan
menyebabkan economic adjustment tidak
masih akan berlangsung lama, dan selama itu
berjalan sebagaimana mestinya ketika negara
pula instabilitas di pasar keuangan global akan
mengalami krisis. Secara ringkas, sumber
terus-menerus terjadi. Berangkat dari kondisi
permasalahan krisis utang di kawasan Euro
ini, maka upaya memahami persoalan di
disajikan pada Diagram 2.
Kawasan Euro secara komprehensif menjadi
sangat penting. Bagi otoritas pemangku
kebijakan, pemahaman ini menjadi lebih
i) Pengelolaan fiskal yang tidak prudent
penting agar tidak terjebak dalam perspektif
jangka pendek dalam memutuskan suatu Tata kelola fiskal yang kurang prudent
kebijakan yang perlu diambil dalam rangka sebagaimana dijumpai di Yunani dan Portugal
merespons instabilitas yang dipicu oleh krisis secara umum terkait dengan kurang
di Kawasan Euro. disiplinnya pengeluaran pemerintah untuk
sektor non-produktif, inefisiensi pengelolaan
sektor publik, dan bahkan dugaan korupsi3.
Krisis Kawasan Euro: Root of the Problems
Dilatarbelakangi oleh keinginan untuk
Secara umum, perekonomian Kawasan meningkatkan peran pemerintah dalam
Euro memiliki tiga permasalahan fundamental, perekonomian (welfare state), namun tidak
yaitu: didukung oleh kecukupan keuangan
i) pengelolaan fiskal yang tidak prudent pemerintah dan lemahnya pengawasan
sehingga beban utang terus meningkat;
ii) pengelolaan perbankan yang kurang 3 Disarikan dari Sklias dan Galatsidas. 2010. The Political
prudent; Economy of the Greek Crisis: Roots, Causes, dan
Perspective for Sustainable Development. Middle Eastern
iii) permasalahan struktural seperti Finance and Economics (Eurojournals).
179
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
Tidak berjalannya
economic adjustment Fiskal Perbankan Struktural
Pengelolaan Daya saing rendah
Kepemilikan
tidak prudent
Sovereign Debt
Peripheral yg tinggi Tingkat saving
rendah
Crossborder
banking Produktivitas
rendah
Disadvantages of Aging Population
Monetary Union tinggi
Meningkatnya
Akumulasi potensi risiko Inefisiensi dlm
hutang semakin sistemik; proses perekonomian
tinggi recovery menjadi
semakin sulit
Sistem intensif
yang salah
Krisis Ekonomi
Sovereign Perbankan
Indikator pasar
keuangan semakin Indikator perbankan
memburuk memburuk
Kemungkinan Default
Sumber: OECD (2011) semakin tinggi
180
Bab 5 - A r t i k e l
%
13,5
Greece 95,7
Greece
13,0
Euro Area Spain 81,2
12,5 Italy 67,9
12,0 Sweden 61,5
11,5 OECD 59,0
181
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
dapat memiliki aset dari negara anggota kondisi fiskal yang sehat ikut bergabung dalam
lainnya tanpa ada kerugian yang terkait kelompok negara dengan persoalan sovereign
dengan currency risk karena seluruh aset debt. Besarnya pengeluaran untuk keperluan
memiliki denominasi yang sama. Risiko tersebut tidak dapat diimbangi dengan
sovereign debt juga dianggap rendah karena penerimaan pemerintah yang justru
terilusi oleh rendahnya risiko pada negara- mengalami penurunan sebagai dampak dari
negara besar dalam kawasan. Di tengah berkurangnya penerimaan ekspor dan pajak
ketiadaaan currency dan sovereign risk, yield seiring dengan melambatnya pertumbuhan
yang relatif lebih tinggi di negara-negara ekonomi. Sebagai akibatnya, defisit fiskal di
peripheral dibandingkan dengan negara beberapa negara periferal mengalami
≈ core ∆ nya mendorong tingginya minat peningkatan tajam sejak 2008 (Tabel 2), jauh
untuk memegang surat utang negara di atas rata-rata rasio utang pemerintah
periferal. sebelum krisis (2000-2007).
182
Bab 5 - A r t i k e l
% PDB % PDB
350 500
2007 France Germany Greece Ireland
305 450
300 2010 Italy Portugal Spain
400
241 249
250 225 350
215 224
300
200
160 250
150 142
122 133 122 200
105
100 150
100
50
50
0 0
Ireland Spain France Portugal Italy Greece 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
meningkat dari 70% PDB pada 2007 menjadi juga merupakan bagian dari kebijakan ECB
4
84% pada 2009 . untuk mendorong pertumbuhan Eropa. Di
antara negara periferal, rasio cross-border
banking loan di Irlandia terlihat meningkat
ii) Pengelolaan perbankan yang tidak paling pesat dari 185% PDB pada 2003
prudent menjadi 310% PDB pada 2009 (Grafik 5).
Persepsi rendahnya currency risk dan Secara keseluruhan, eksposur sovereign debt
semakin terintegrasinya pasar keuangan Euro pada perbankan Eropa tercermin dari relatif
pasca pembentukan Kawasan Euro yang besarnya prosentase kepemilikan sovereign
dibarengi dengan tren globalisasi pasar debt dari Portugal, Irlandia, dan Yunani oleh
keuangan memunculkan kemudahan akses perbankan (Grafik 6) dan rasio sovereign debt
pembiayaan di pasar keuangan Kawasan Euro to tier-1 capital 6 sejumlah bank besar di Eropa
dan luar kawasan. Dalam beberapa tahun yang tergolong tinggi (Grafik 7). Hingga akhir
sebelum krisis finansial global, pinjaman bank Juni 2011, perbankan Perancis dan Jerman
lintas negara (cross-border banking loan) di memiliki eksposur di surat utang negara
Kawasan Euro cenderung meningkat. Di periferal yang terbesar.
tengah ketiadaaan currency dan sovereign risk,
yield yang relatif lebih tinggi di negara-negara 4 Directorate General for Internal Policy. Policy Department A:
periferal dibandingkan dengan negara core Economic and Scientific Policy. 2010. Household Indebtedness
in EU. Briefing Paper IP/A/CRIS/NT/2010-06
nya mendorong tingginya minat untuk 5 International positions by nationality of ownership of reporting
banks (BIS).
memegang surat utang negara periferal dan 6 Dalam perhitungan modal perbankan, komponen dibagi dalam
beberapa tier. Tier 1 adalah modal bank yang terdiri atas modal
meningkatnya pinjaman perbankan lintas disetor dan modal tambahan (modal cadangan dan laba ditahan).
negara (Grafik 4). Di sisi lain, pembelian Semakin besar modal tier-1 maka kemampuan bank
mengantisipasi risiko kredit yang timbul dari kemungkinan adanya
sovereign debt negara di kawasan diketahui surat berharga yang default semakin baik.
183
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
Germany 30,18%
default seperti sekarang ini, perbankan Eropa
37,96%
France pun terancam jatuh karena besarnya impaired
0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 0,40
assets (NPL) mereka. Di tengah ancaman
Sumber : BIS, Quartely Review, Juni 2011, diolah
default sejumlah negara penerbit sovereign
Grafik 6. Eksposure Dana Perbankan di Surat debt, penempatan portofolio dalam bentuk
Utang Negara Periferal 7
sovereign debt yang tinggi tersebut pada
Baik secara teori maupun praktek akhirnya juga menimbulkan eksposur
perbankan, sovereign bonds merupakan less concentration risk pada perbankan Eropa.
risky assets dalam portfolio perbankan, yang Secara umum sovereign debt yang diterbitkan
dapat digunakan sebagai underlying oleh home country masih mendominasi
(collateral) untuk transaksi keuangan lainnya. portfolio perbankan Eropa. Namun demikian,
Dalam konteks ini, sebagian besar perbankan mengingat masing-masing perbankan Eropa
Eropa memiliki eksposur pembiayaan dalam juga memiliki portfolio sovereign debt dari
bentuk sovereign bonds , yang mana jika negara di kawasan, maka contagion effect
kondisi pasar bullish dan perekonomian yang timbul dari gagal bayar salah satu negara
penerbit menjadi tidak terelakkan. Sebagai
%
300
gambaran, 60% portfolio sovereign debt
perbankan Yunani adalah surat utang yang
250
diterbitkan pemerintahnya sendiri. Namun
200
demikian, masih terdapat 30% portfolio
150
sovereign debt yang diterbitkan negara lain di
100 Eropa. Apabila Yunani ditetapkan default,
50 maka eksposur risiko tersebut juga akan
0 menyebar ke negara lain di kawasan.
i C -Ita
De Ita
el
rl
Ers HSBC t
Fra
Da Bank K
ffe ske B Hung
Bar k-Jer
RB er
Int n
Co ricole Fra
a
Ban K
st
erz -Fra
pao a
arib Spa
ko
UB dit-It
San -Sp
Cre te Ge BC-I
e
-U
-U
a-B
-Au
k-J
-
s B ank-D
as-
-
lo
nca
S-S
-
ale
uts clays
mm SA
BN nder
esa BBVA
ban
i
-
re
ner
I Ba
ank
ta
che
PP
Un
San
te
Ag
ie
De
dit
Int
Soc
Ban
Rai
184
Bab 5 - A r t i k e l
185
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
menjadi 7,7% di 2012 (Tabel 3 dan Grafik 8). jumlah modal Tier 1 di bawah 6%. Jumlah
Jika dilihat lebih dalam, hasil asesmen bank gagal dan near failed terbanyak berada
menunjukan bahwa dengan adanya krisis, di Spanyol. Kondisi ini sejalan dengan
terdapat 8 bank di Eropa dengan modal Tier 1 portofolio sovereign debt perbankan Spanyol
di bawah 5% dan dikategorikan sebagai bank yang mencapai di atas 80% (dalam negeri dan
gagal (5 bank Spanyol, 2 bank Yunani, dan 1 luar negeri) di samping fundamental
bank Austria). Selain itu, akan terdapat 16 makroekonomi yang juga lemah
bank yang dikategorikan near failed dengan (pengangguran 21%). Perlu mendapat
perhatian pula bahwa dari 90 bank yang
%
10
dilakukan asesmen, terdapat 53 bank yang ke
9,8 depan diperkirakan tidak memiliki modal Tier
8,9
9 1 mencapai 8%. Artinya, ketahanan sektor
perbankan di Eropa dalam menghadapi krisis
8 7,7
perlu dipertanyakan dan bukan tidak mungkin
akan timbul kasus Dexia lainnya.
7
Base case
Stress case Berdasarkan hasil stress tersebut, EBA
6
2010 2011 2012 merekomendasikan otoritas perbankan
Sumber : European Bank Authority - Citi nasional untuk (i) meminta perbankan yang
Grafik 8. Hasil Stress Test dari Tier 1 Capital
memiliki CT1R di bawah 5% untuk segera
Perbankan Eropa
186
Bab 5 - A r t i k e l
-4,0
5% dan memiliki sovereign debt yang cukup
-6,0
signifikan serta memastikan bahwa perbankan -8,0
90 90 100 100
80 80 90 90
Belgium Ireland
Germany Italy
70 70 80 Portugal Finland 80
Spain Netherlands
Austria
France Euro Area
60 60 70 70
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
187
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
% yoy % yoy
7 8,0
France Greece Spain
6
Germany Italy 6,0
5
4 4,0
3
2,0
2
0,0
1
0 -2,0
-1
-4,0 Germany Greece Ireland
-2
Italy Portugal Spain
-3 -6,0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
struktural yang lain, yaitu tingginya utang luar menyebabkan tingginya unit labor cost (Grafik
negeri, rendahnya tingkat tabungan, dan 10). Sejak tahun 2005, unit labor cost Yunani
menurunnya daya saing ekspor. cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan
negara lainnya seperti Italia dan Spanyol. Di
Penurunan daya saing ekspor antara
Jerman unit labor cost bahkan mengalami
lain tercermin dari menurunnya pangsa
penurunan. Namun demikian, peningkatan
ekspor negara peripheral sejak tahun 1999.
unit labor cost tersebut tidak diimbangi
Kajian yang dilakukan ECB (2008)
dengan perbaikan produktivitas tenaga kerja.
menunjukkan pada periode pra-krisis 2008
Hal ini tercermin dari pertumbuhan
hanya Jerman yang mengalami peningkatan
produktivitas tenaga kerja saat ini yang masih
pangsa ekspor. Meningkatnya peran China
berada di bawah pertumbuhan pada periode
dalam perdagangan global khususnya dalam
sebelum 2008 (Grafik 12) dan gap utilisasi
intra-trade Asia merupakan salah satu faktor
tenaga kerja di negara periferal khususnya
yang menyebabkan penurunan pangsa
ekspor negara Euro (Grafik 10). Selain melalui
perkembangan pangsa ekspor, beberapa
indikator produksi juga mengkonfirmasi
terjadinya penurunan daya saing ekspor
kawasan Euro. Dari sisi tenaga kerja, relatif
tingginya upah tenaga kerja di negara
periferal dibandingkan dengan Jerman
8 Unit labour cost didapatkan dari rasio dari biaya tenaga kerja -60 -50 -40 -30 -20 -10 0 10 20
188
Bab 5 - A r t i k e l
8
Implikasinya adalah ekspansi
7
1999 2008
permintaan kredit baik untuk rumah tangga
2005 2010
6 maupun perusahaan meningkat tajam bahkan
5 melampaui batas kemampuannya seiring
4
dengan optimisme yang berlebihan akan
3
membaiknya pertumbuhan ekonomi jangka
2
1
panjang. Kemudahan akses untuk
0
memperoleh kredit pada gilirannya
France Germany Euro Area Spain Portugal Greece Ireland
menyebabkan lonjakan pinjaman luar negeri
Sumber : ECB (2011)
untuk pembiayaan dalam negeri (swasta dan
Grafik 14. Suku Bunga Riil
pemerintah). Hal ini difasilitasi oleh
melimpahnya suplai kredit dengan suku bunga
Yunani terhadap rata-rata utilisasi negara- yang rendah, risk premium antar negara yang
negara OECD yang masih lebar (Grafik 12). menurun tajam seiring dengan diadopsinya
Kondisi ini semakin menggerus daya saing mata uang Euro yang nilainya cenderung
Permasalahan struktural yang muncul Pada saat krisis, berbeda dengan negara
di kawasan Euro tidak terlepas dari dampak yang tidak tergabung dalam sebuah monetary
monetary union. Pembentukan Kawasan Euro perekonomian tidak terjadi, misalnya melalui
pada tahun 1999 memberikan insentif yang depresiasi mata uang domestik, yang pada
kurang tepat dan juga menyebabkan tidak akhirnya memaksa semua pelaku ekonomi
harusnya terjadi pada saat suatu negara keputusan ekonominya. Bank sentral yang
mengalami krisis. Pasca pembentukan tidak tergabung dalam monetary union dapat
Kawasan Euro terjadi penurunan tajam suku pula melakukan pencetakan uang untuk
bunga riil di negara periferal seiring dengan menutup gap utang dan pembiayaan
konvergensi suku bunga nominal menuju level pemerintah. Mekanisme yang demikian tidak
suku bunga Jerman yang rendah (Grafik 14). dimiliki oleh negara yang tergabung dalam
Hal ini didukung pula oleh meningkatnya Kawasan Euro. Sementara itu, proses
kredibilitas dari kebijakan moneter dalam penyesuaian melalui pelemahan nilai tukar
menjaga kestabilan inflasi dalam kerangka tidak dapat berjalan karena terhambat oleh
monetary union , sehingga memberikan nilai Euro yang cenderung stabil yang lebih
pertumbuhan ekonomi, perbaikan struktural, nya dan hilangnya fleksibilitas terhadap suku
189
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
190
Bab 5 - A r t i k e l
Artikel 2
Krisis utang yang melanda Eropa telah pasar keuangan dunia. Beberapa hal yang
mendorong perekonomian global memasuki telah dicapai meliputi pembentukan European
fase baru yang sangat sulit. Permasalahan Financial Stability Funds (EFSF) dan European
utang pemerintah di negara periferal Eropa Stability Mechanism (ESM).
mengakibatkan dampak yang signifikan
Berbagai langkah kebijakan yang telah
terhadap lesunya pertumbuhan ekonomi dunia
ditempuh para pembuat kebijakan Eropa
yang mulai menunjukkan pemulihan akibat
tersebut cukup berhasil untuk mengatasi
krisis sub-prime mortgage AS. Berbagai upaya
permasalahan jangka pendek dari krisis Eropa.
yang ditempuh untuk membantu Eropa keluar
Namun demikian, masih terdapat
dari krisis belum memperlihatkan hasil yang
permasalahan struktural jangka panjang yang
maksimal, sehingga muncul kekhawatiran
belum dapat diatasi, terutama pembiayaan
bahwa krisis Eropa dapat berdampak luas di
sovereign dalam rangka perbaikan defisit fiskal.
luar kawasan Eropa.
Situasi demikian, ditandai dengan yield
Bercermin dari kasus krisis Eropa, tulisan sovereign bond negara periferal Euro yang
singkat ini bertujuan untuk mengetahui meningkat tajam dan mulai menjalar pula pada
bagaimana pengaruh krisis Eropa terhadap yield negara core Euro. Indikasi lain adalah
kontinuitas sumber pembiayaan, khususnya meningkatnya spreads CDS yang melebihi 200
utang luar negeri (ULN), dari Eropa. bps untuk 2/3 negara kawasan Euro, serta
penurunan rating beberapa negara di Kawasan
Euro.
A. KRISIS KEUANGAN EROPA
Terkait dengan masalah pembiayaan,
Sejak merebaknya krisis utang di terdapat kekuatiran yang nyata bila respon dari
kawasan Euro, para pemimpin 17 negara kondisi tersebut di atas adalah suatu putaran
anggota Euro telah mengambil beberapa deleveraging oleh perbankan. Hal ini akan
langkah dalam upaya meredam krisis utang memicu suatu adverse feedback loop bagi
pemerintah yang telah semakin menggerogoti ekonomi di Kawasan Euro, termasuk emerging
Euro, dan selanjutnya terdapat kemungkinan
10 Analis Ekonomi Madya di Bagian Penatausahaan dan Publikasi
Pinjaman Luar Negeri √ Direktorat Internasional Bank Indonesia. untuk menjalar ke kawasan emerging lainnya.
191
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
Tabel 1.
Posisi Utang Luar Negeri Swasta Menurut Kreditor 1
TOTAL 60.650,8 67.896,4 73.210,1 77.253,1 85.367,8 90.070,1 90.730,0 92.346,0 100,0%
Sumber: DInt/PPLN
1) Tidak termasuk SSB domestik yang dimiliki asing, kas & simpanan dan kewajiban lainnya
192
Bab 5 - A r t i k e l
Namun demikian, tekanan pada pasar Menurut kelompok kreditor, ULN yang
keuangan di kawasan Eropa dan global kian berasal dari kreditor bank di Eropa adalah
meningkat seiring dengan terus memburuknya sebesar USD3,5 miliar atau 17,4% dari total
sovereign debt crisis di Kawasan Euro. ULN kawasan Eropa. Adapun ULN yang
Kekhawatiran investor global akan kondisi bersumber dari kreditor non-bank tercatat
kesehatan perbankan Eropa meningkat sebesar USD16,8 miliar, dengan pangsa
mengingat tingginya eksposur perbankan sebesar 82,6% (Tabel 2).
terhadap sovereign debt negara kawasan Euro.
Bila dilihat dari negara kreditor,
Perilaku risk off investor telah menyebabkan
sebagian besar ULN dari Eropa tersebut berasal
perbankan di kawasan Eropa mengalami
dari Belanda, Inggris, dan Jerman. Posisi ULN
kesulitan untuk mengakses likuiditas USD.
yang berasal dari negara tersebut tercatat
Ditinjau dari perspektif refinancing risk, masing-masing sebesar USD12 miliar (59%),
bila krisis utang Eropa memburuk, maka USD2 miliar (10%), dan USD1,4 miliar (7,2%).
potensi refinancing risk yang dihadapi pertama Belanda merupakan kreditor non-bank
kali adalah ULN yang berasal dari kreditor sekaligus kontributor terbesar dari kawasan
bank, yang notabene umumnya merupakan Eropa, dan sebagian besar ULN adalah dalam
pembiayaan untuk trade finance. ULN dari bentuk instrumen obligasi.
Tabel 2.
ULN Swasta Eropa Menurut Jenis Usaha Kreditor 1)
2011
(Juta USD) 2008 2009 2010 pangsa
Mar Jun Sep * Okt** Nov***
1. Kreditor Bank Eropa 2,776.7 3,561.0 3,531.1 3,413.7 3,477.9 3,604.1 3,534.0 3,548.6 17.4%
Jerman 925.3 795.3 907.9 927.7 971.4 1,012.2 1,015.0 1,009.5 5.0%
Inggris 511.4 959.0 1,050.9 900.0 838.1 722.4 619.5 638.8 3.1%
Swiss 272.8 401.7 372.9 409.3 397.7 421.3 418.4 424.3 2.1%
Belgia 102.3 184.6 203.0 216.2 251.9 275.0 236.8 254.5 1.3%
Swedia 240.0 370.5 324.0 312.4 296.8 282.1 318.4 331.4 1.6%
Lainnya 725.0 849.9 672.5 648.1 722.1 891.1 925.9 890.1 4.4%
2. Kreditor Non Bank Eropa 12,822.8 16,255.9 17,232.6 17,487.7 18,235.2 17,886.1 17,279.4 16,814.2 82.6%
Belanda 11,067.3 13,571.2 13,631.5 13,559.0 13,215.2 12,567.2 12,009.3 59.0%
Inggris 813.3 1,220.7 1,158.7 1,344.8 1,411.6 1,362.4 1,391.4 1,408.0 6.9%
Jerman 254.5 261.3 174.9 177.4 377.4 426.5 431.5 444.1 2.2%
Belgia 45.4 45.5 223.0 185.7 357.0 342.2 348.1 346.8 1.7%
Swiss 211.6 259.6 279.9 253.4 288.5 286.9 287.2 298.6 1.5%
Lainnya 430.6 897.5 1,764.6 1,967.4 15,800.6 2,252.9 2,254.1 2,307.3 11.3%
TOTAL (1 + 2 ) 15,599.5 19,816.9 20,763.7 20,901.4 21,713.1 21,490.2 20,813.4 20,362.8 100.0%
Sumber: DInt/PPLN
1) Tidak termasuk SSB domestik yang dimiliki asing, kas & simpanan dan kewajiban lainnya. **) Data sangat sementara ***) Data sangat-sangat sementara
193
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
Tabel 3. ULN Swasta dari Eropa Menurut Jangka Waktu Sisa dan kelompok kreditor 1)
2008 2009 2010 2011
(Juta USD) pangsa
Des Mar Jun Sep * Okt ** Nov ***
Jangka Pendek 3,353.2 3,400.6 4,321.7 3,903.1 4,476.0 3,961.7 2,925.9 2,941.6 14.4%
Kreditor Bank 729.5 941.1 1,300.6 1,029.7 1,181.3 1,347.9 1,240.3 1,265.3 6.2%
Kreditor Non Bank 2,623.7 2,459.5 3,021.2 2,873.4 3,294.8 2,613.7 1,685.6 1,676.3 8.2%
Jangka Panjang 12,246.3 16,416.3 16,442.0 16,998.2 17,237.1 17,528.5 17,887.5 17,421.2 85.6%
Kreditor Bank 2,047.2 2,619.9 2,230.6 2,384.0 2,296.7 2,256.2 2,293.6 2,283.3 11.2%
Kreditor Non Bank 10,199.1 13,796.4 14,211.4 14,614.2 14,940.4 15,272.3 15,593.9 15,137.9 74.3%
Total 15,599.5 19,816.9 20,763.7 20,901.4 21,713.1 21,490.2 20,813.4 20,362.8 100.0%
Sumber: DInt/PPLN
1) Tidak termasuk SSB domestik yang dimiliki asing, kas & simpanan dan kewajiban lainnya.
194
Bab 5 - A r t i k e l
SINGAPORE
37,5% dari total
ULN Swasta
KREDITOR KREDITOR
BANK NON BANK
64,7 % 35,3 %
195
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
tersebut merupakan komoditas ekspor Sumber : IMF, BIS consolidated banking statistics (ultimate risk basis);
BIS locational banking statistics.
1) Klaim Perbankan Eropa terhadap non resident di seluruh sektor, sebagai
utama dari beberapa negara Eropa bagian dari total kredit kepada korporasi, dlm percent
2) Rata-rata dalam setahun
3) Rata-rata dalam tiga kuarter pertama
seperti Swedia dan Finlandia.
- Meski seluruh responden perusahaan
Grafik 2. Pangsa Kredit Perbankan Eropa
menyatakan belum menemui kendala terhadap Korporasi Asia Pasifik
baik dalam penarikan maupun
pembayaran ULN kepada kreditor Eropa 13 Recent Developments in the Global Economy dan The Financial
System in Asia and the Pacific: Threats and Challenges, BIS-30
maupun kreditor bank Eropa di January 2012
196
Bab 5 - A r t i k e l
197
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
198
Bab 5 - A r t i k e l
Artikel 3
Ketika Eropa sedang bergelut dengan rating investment grade, yaitu Baa3/BBB-/BBB-
masalah belitan krisis utangnya dan Amerika dari lembaga rating Moody»s/S&P/Fitch. Namun
Serikat sebagai negara adidaya juga tengah setelah mengalami krisis, rating Indonesia
berjibaku mencari resolusi untuk mengatasi tersebut langsung mengalami downgrade
pelemahan ekonominya, Indonesia justru secara drastis dari Baa3/BBB/BBB- pada tahun
semakin unjuk gigi. Setelah menunggu hampir 1996 menjadi B3/SD17/B- pada tahun 1999.
14 tahun lamanya, akhirnya Indonesia Bahkan yang terburuk adalah saat S&P
mencapai kembali rating investment grade memberi peringkat Selective Default (SD)
sebagai hasil dari berbagai upaya yang selama akibat restrukturisasi atas pinjaman luar negeri
ini dilakukan. Peningkatan rating itu (PLN), baik PLN pemerintah maupun swasta
menunjukkan bahwa meskipun krisis ekonomi Indonesia.
dan keuangan tengah menghantam negara-
Perlu waktu yang cukup lama (sekitar
negara barat, ketahanan fundamental
14 tahun) bagi Indonesia untuk mencapai
ekonomi Indonesia masih terus dapat
kembali rating investment grade. Secara
dipertahankan dengan baik. Stabilitas
perlahan, rating Indonesia beranjak naik mulai
makroekonomi dan sistem keuangan juga
tahun 2003 hingga kini (Grafik 1). Selama
tetap terjaga. Creditworthiness Indonesia
periode tahun 2003-2012, bisa dibilang bahwa
dinilai semakin baik oleh lembaga rating
Indonesia berupaya keras untuk membangun
internasional sehingga para lembaga rating
kembali kepercayaan dunia internasional
akhirnya meng-upgrade credit rating Indonesia
terhadap Indonesia dalam hal ketangguhan
hingga ke peringkat investment grade.
fundamental ekonomi dan stabilitas
makroekonomi. Pembuktian yang paling jelas
199
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
200
Bab 5 - A r t i k e l
ini, kurang dua notch lagi untuk mencapai Setelah menunggu hampir 14 tahun
investment grade . Dalam penilaiannya, lamanya, akhirnya Indonesia menuai hasil dari
Moody»s memandang positif stabilitas makro berbagai upaya yang selama ini dilakukan oleh
yang terjaga selama krisis finansial global, di seluruh pihak demi mencapai rating
saat sebagian besar negara lain justru investment grade. Pada tanggal 15 Desember
mengalami penurunan rating. Fitch dan S&P 2011, Fitch merupakan lembaga rating yang
juga mengikuti jejak Moody»s menaikkan rating pertama kali menaikkan kembali rating
Indonesia, masing-masing dari BB menjadi BB+ Indonesia ke level investment grade, yaitu dari
pada tanggal 25 Januari 2010 dan dari BB- BB+ menjadi BBB- dengan outlook stable.
menjadi BB pada tanggal 12 Maret 2010. Pengumuman ini tentunya sangat
Secara umum, kedua lembaga rating tersebut menggembirakan bagi Indonesia karena
juga menilai bahwa perekonomian Indonesia dengan demikian dunia internasional kini
memiliki ketahanan dan kinerja yang mengakui ketangguhan Indonesia. Perlu
mengesankan. Rating dari Fitch tersebut dicatat juga bahwa selain dari Fitch, Indonesia
membuat langkah Indonesia tinggal satu notch juga telah memperoleh rating investment
lagi menuju rating investment grade, grade (BBB-) dari lembaga rating Jepang, yaitu
sedangkan rating Moody»s dan S&P masih dua Japan Credit Rating Agency (JCRA). Menyusul
notch lagi. langkah Fitch tersebut, diharapkan lembaga
rating lainnya juga akan turut menaikkan
Bertolak belakang dengan negara-
rating Indonesia ke level investment grade
negara di Eropa yang tengah berjuang keras
sebagai pengakuan atas layaknya Indonesia
mengatasi permasalahan krisis utang yang
sebagai negara investasi. Dari S&P, dengan
berkepanjangan sehingga menuai downgrade
outlook positive yang diberikan pada saat
rating dari berbagai lembaga rating
upgrade yang terakhir (April 2011), Indonesia
internasional dan Amerika Serikat yang juga
memiliki peluang besar untuk memperoleh
berjuang untuk mengembalikan geliat
upgrade kembali dalam kurun waktu 12-24
pertumbuhan ekonominya, persepsi positif
bulan setelahnya, yaitu pada tahun 2012/13.
internasional terhadap Indonesia semakin
menguat. Moody»s dan S&P pada akhirnya
menaikkan kembali rating Indonesia, masing-
B. DAMPAK POSITIF INVESTMENT
masing dari Ba2 menjadi Ba1 pada tanggal 17
GRADE BAGI INDONESIA
Januari 2011 dan dari BB menjadi BB+ pada
tanggal 8 April 2011. Dengan demikian, Semenjak rating Indonesia mengalami
Indonesia tinggal selangkah lagi menuju rating downgrade secara berturut-turut pasca krisis
investment grade , yaitu Baa3/BBB-/BBB- moneter, Indonesia sangat menanti-nanti
(Moody»s/S&P/Fitch). pencapaian rating investment grade karena
201
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
%
12,00
Dengan biaya pinjaman luar negeri yang
Krisis keuangan
11,00 global lebih murah, beban biaya bunga dan pokok
(likuiditas ketat)
10,00 pinjaman Pemerintah dapat ditekan serendah
9,00 mungkin. Dampak positifnya, hal tersebut
8,00
dapat menekan defisit APBN dan memberikan
7,00
ruang yang lebih besar bagi Pemerintah untuk
6,00
5,00
menstimulasi pertumbuhan ekonomi. Sejak
4,00 tahun 2004 hingga kini, dapat dikatakan
3-Mar 13 -Apr 5-Oct 2-Mar 10 -Jan 26 -Feb 16 -Apr 12 - Jan 14 - Nov 27 -Apr
2004 2005 2006 2008 2009 2010 2011 bahwa cost of fund penerbitan obligasi global
Indo 14 Indo 15 Indo 16 Indo 17 Indo 18 Indo 19 Global Indo 20 Global Indo 21
Sukuk Sukuk pemerintah memiliki tren menurun, kecuali
(5yr) (7yr)
Sumber : Bloomberg pada saat terjadi krisis keuangan global. Hal
Grafik 2. Kupon Obligasi Global Pemerintah 10yr
ini terlihat dari pergerakan kupon obligasi
Pada Saat Penerbitan
global pemerintah pada saat penerbitan
dapat memberikan dampak yang positif bagi (Grafik 2). Penurunan cost of fund diperkirakan
perekonomian. Bagi Indonesia, peringkat telah mulai sejak beberapa tahun mendekati
investment grade ini sangat penting karena tercapainya investment grade. Besarnya ruang
beberapa alasan utama berikut : penurunan cost of fund sangat tergantung
1) Meningkatkan aksesibilitas kepada pada kinerja indikator pembangunan
sumber-sumber pendanaan internasional Indonesia ke depan.
dengan biaya (cost of fund) yang lebih
murah
2) Meningkatkan capital inflow ke
Berdasarkan paper IMF terkini (Jaramillo Indonesia
Indonesia.
dan Michelle, 2011), perubahan status suatu
Dengan ratingninvestment grade, minat
negara dari « speculative grade » menjadi
para investor untuk menanamkan dananya ke
« investment grade » berdampak pada
Indonesia akan semakin besar. Melihat peluang
menurunnya financing cost secara signikan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia, tentunya
karena menurunnya risiko default 18. Dengan
akan semakin banyak investor yang tertarik
menggunakan data panel (35 negara
untuk berinvestasi ke Indonesia. Dengan
berkembang antara 1997 s.d. 2010), hasil
semakin baiknya stabilitas ekonomi Indonesia,
penelitian mengindikasikan bahwa sovereign
diharapkan capital inflow dalam bentuk
spreads (cost of fund) turun sekitar 36%
investasi jangka panjang akan semakin
dibandingkan negara-negara dengan rating
meningkat pula. Namun pengalaman yang
«speculative grade».
terjadi pada negara-negara emerging pada
18 Jaramillo, L. Dan Catalina Michelle T. (2011). Sovereign Credit
kondisi setelah memperoleh investment grade,
ratings and Spreads in Emerging Markets: Does Investment Grade tidak terlihat peningkatan yang signifikan pada
Matter?. IMF Working Paper, WP/11/44. International Monetary
Fund. inflow dalam bentuk surat utang. Untuk
202
Bab 5 - A r t i k e l
Indonesia, seiring dengan semakin Indonesia lebih menarik bagi long term
membaiknya rating Indonesia selama periode investor . Jenis investor ini biasanya akan
tahun 2004-2011, capital inflow ke Indonesia menanamkan dananya dalam jangka panjang
juga meningkat (kecuali ketika terjadi krisis ( direct investment ), misalnya untuk
keuangan global). membangun infrastruktur yang sifatnya
menyerap lapangan pekerjaan, sehingga
dananya dapat dimanfaatkan oleh Indonesia
3) Memperluas investor base dan
lebih lama. Bertambahnya jenis investor ini
peningkatan investasi jangka panjang.
yang masuk ke Indonesia terlihat dari direct
Jika sebelumnya dengan rating investment ke Indonesia yang kembali
speculative grade (di bawah rating investment menunjukkan tren peningkatan mulai tahun
grade) jenis investor yang masuk ke Indonesia 2010. Pada tahun 2010 pasar sudah
didominasi oleh trader dan spekulator, maka memperkirakan bahwa Indonesia dalam waktu
dengan rating investment grade diharapkan dekat akan memperoleh rating investment
akan menambah jenis fundamental/long term grade. Sebelumnya, ketika rating Indonesia
investor yang biasanya menetapkan masih pada posisi speculative grade, yaitu pada
persyaratan rating investment grade bagi tahun 2002-2009, jenis investasi yang masuk
tujuan investasinya. Sementara itu investor ke Indonesia didominasi oleh jenis portfolio
jenis trader ataupun spekulator biasanya lebih investment atau dana-dana yang sifatnya hot
mengutamakan gain dalam investasinya money (Grafik 3). Selain itu, peningkatan
sehingga dana yang masuk ke Indonesia lebih investasi jangka panjang juga terlihat dari
volatilte (hot money atau portfolio investment). meningkatnya realisasi investasi asing yang
Dengan dicapainya kembali posisi ditanamkan ke Indonesia (Grafik 4).
investment grade diharapkan membuat Pengalaman Rusia, India, Brazil, menunjukkan
% Juta USD
9,00 30.000
Investment Speculative Investment
Krisis keuangan 26.000 Default
8,50 grade grade grade
global
(likuiditas ketat) 22.000
8,00 18.000
7,50 14.000
7,00 10.000
6.000
6,50
2.000
6,00 -2.000
5,50 -6.000
5,00 -10.000
5 -Oct -05 7 -Feb -07 10 -Jan -08 9 -Jan -12 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010
1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 2011*)
Indo 35 Indo 37 Indo 38 Indo 42
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bloomberg *) s.d. Q3
203
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
Juta USD
12.000
5) Mendorong peningkatan batas atas atau
10.000 Investment
grade Default Speculative
grade
Investment
grade ceiling dari credit rating sektor swasta di
8.000
6.000 Indonesia.
4.000
2.000 Dengan meningkatnya ceiling rating
0
-2.000
sektor swasta, peluang bagi rating sektor
-4.000 swasta untuk naik juga semakin besar. Rating
-6.000
-8.000 yang semakin meningkat tersebut juga pada
-10.000
1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 akhirnya dapat memberikan akses yang lebih
1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 2011*)
Direct investment Portfolio investment Other investment besar bagi sektor swasta (perbankan dan
Sumber : Bank Indonesia
*) s.d. Q3 perusahaan) kepada sumber pendanaan
Grafik 5. Jenis Aliran Investasi ke/dari Indonesia internasional dengan biaya yang lebih murah.
Biaya pinjaman luar negeri yang lebih murah
bahwa investment grade dapat menaikkan
akan menekan biaya operasional perusahaan
aliran gross FDI. Aliran gross FDI akan lebih
sehingga dapat meningkatkan daya saing.
besar lagi jika perolehan peringkat investment
Namun peningkatan aksesibilitas korporasi
grade juga didukung oleh kebijakan dan
terhadap pinjaman luar negeri perlu diimbangi
reformasi struktural.
dengan pengelolaan pinjaman secara berhati-
hati untuk mencegah overborrowing
4) Mendorong perbaikan indikator pasar
syndrome yang dapat berujung pada krisis.
keuangan Indonesia
Indonesia.
8000
Indonesia serta mendorong peningkatan
7000
indeks saham. Penurunan yield spread, obligasi 6000
4000
berdampak pada penurunan tingkat suku
3000
bunga di pasar keuangan domestik sehingga 2000
0
untuk menggerakkan sektor riil. Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sumber : CEIC
19 Selisih antara yield obligasi global Indonesia dengan yield UST
notes. Grafik 6. Realisasi Investasi Asing ke Indonesia
204
Bab 5 - A r t i k e l
%
negara (sovereign risk) suatu negara. Dengan 12
meningkatnya rating Indonesia, dunia 10
% bps
17
16 New INDO'14 (5tahun) 1200 Peru
15 INDO'18 Philippines
14
INDO'38 1000 Turkey
13
12 Indonesia (rhs)
11 800
10
9
8 600
7
6 400
5
4
200
3
2
1 0
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan
2008 2009 2010 2011 2012 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg
205
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
206
Bab 5 - A r t i k e l
%
300
Indonesia Thailand 3500 Kredit Perbankan
Singapore China Bond+Saham
250 3000
Filipina Malaysia
India
200 2500
2000
150
1500
100
1000
50
500
0 0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Singapura China Thailand Malaysia India Korea Indonesia
207
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
208
Lampiran
Lampiran
209
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
Asia Pasifik
Australia 2,7 4,0 2,3 1,3 2,4 3,2 2,7 2,7 1,0 1,9 2,5 2,6
China 11,6 11,9 9,0 8,7 11,9 10,3 9,6 9,8 9,7 9,5 9,1 8,9
India 9,4 8,7 7,3 5,7 8,6 8,9 8,9 8,3 7,8 7,7 6,9 7,0
Jepang 2,4 2,2 -0,7 -5,2 5,6 3,2 4,9 2,2 -0,2 -1,7 -0,5 -1,0
Korea Selatan 5,1 5,1 2,2 0,2 8,5 7,5 4,4 4,7 4,2 3,4 3,5 3,4
ASEAN-6
Indonesia 5,5 6,3 6,1 4,5 5,6 6,1 5,8 6,9 6,4 6,5 6,5 6,5
Malaysia 5,8 6,2 4,6 -1,7 10,1 8,9 5,3 4,8 5,2 4,3 5,8 5,2
Filipina 5,4 7,3 4,6 0,9 8,4 8,9 7,3 6,1 4,6 3,1 3,6 3,7
Singapura 8,2 7,7 1,1 -2,0 16,4 19,4 10,5 12,0 9,4 1,0 5,9 3,6
Thailand 5,1 4,9 2,6 -2,3 12,0 9,2 6,6 3,8 3,2 2,7 3,5 -2,6
Vietnam 8,2 8,5 6,2 5,3 5,8 6,2 6,5 6,8 5,4 5,6 5,8 5,9
Eropa
Kawasan Euro 2,8 2,7 0,6 -4,1 0,8 2,0 2,0 2,0 2,4 1,6 1,3 0,7
Inggris 2,9 2,6 0,7 -4,9 -0,4 1,5 2,5 1,5 1,8 0,6 0,5 0,7
Rusia 7,4 8,1 5,6 -7,9 3,1 5,2 3,1 4,5 4,1 3,4 4,8 -
Afrika
Afrika Selatan 5,0 4,7 3,8 -1,8 1,7 3,1 2,7 3,8 3,3 3,2 3,1 -
Sumber : Bloomberg, Consensus Forecast Januari 2012
Keterangan :
Cetak miring adalah angka proyeksi dari Consensus Forecast Januari 2012
210
Lampiran
Asia Pasifik
Australia 4,6 4,2 4,5 5,5 5,4 5,1 5,1 5,0 5,0 5,0 5,3 5,2
China 4,1 4,0 4,2 4,3 4,2 4,2 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1
India n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a
Jepang 4,0 3,8 4,3 5,2 5,0 5,3 5,0 4,9 4,6 4,6 4,1 4,6
Korea Selatan 3,3 3,1 3,3 3,6 3,8 3,5 3,7 3,6 4,0 3,3 3,2 3,1
ASEAN-6
Indonesia 10,3 9,1 8,4 - 7,4 - 7,1 - 6,8 - 6,6 -
Malaysia 3,0 3,0 3,1 3,5 3,7 3,4 3,2 3,2 3,1 3,0 3,1 3,1
Filipina 7,3 6,3 6,8 7,1 7,3 8,0 6,9 7,1 7,2 7,1 6,4 -
Singapura 2,7 1,7 2,5 2,3 2,2 2,2 2,1 2,2 2,7 3,0 2,9 2,9
Thailand 1,0 0,8 1,4 0,9 1,0 1,2 0,9 0,7 0,7 0,4 0,7 0,8
Vietnam 4,8 4,6 4,7 - - - - - - - - -
Eropa
Kawasan Euro 7,8 7,2 8,2 9,9 9,9 10,0 10,0 10,0 10,0 10,0 10,3 10,4
Inggris 5,5 5,2 6,3 7,8 8,0 7,8 7,7 7,9 7,7 7,9 8,3 8,4
Rusia 6,9 6,1 7,8 8,2 8,6 6,8 6,6 7,2 7,1 6,1 6,0 6,1
Afrika
Afrika Selatan n.a n.a - - - - - - - - - -
211
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
Asia Pasifik
Australia 3,3 3,0 3,7 2,1 2,9 3,1 2,8 2,7 3,3 3,6 3,5 3,1
China 2,8 6,5 1,2 1,9 2,4 2,9 3,6 4,6 5,4 6,4 6,1 4,1
India* 6,7 5,5 6,7 7,2 10,4 10,3 9,0 9,5 9,7 9,5 10,0 7,5
Jepang 0,3 0,7 0,4 -1,7 -1,1 -0,7 -0,6 0,0 -0,5 -0,4 0,0 -0,2
Korea Selatan 2,1 3,6 4,1 2,8 2,3 2,6 3,6 3,5 4,1 4,2 3,8 4,2
ASEAN-6
Indonesia 6,6 6,6 11,1 2,8 3,4 5,1 5,8 7,0 6,7 5,5 4,6 3,8
Malaysia 3,1 2,4 4,4 1,1 1,4 1,6 1,8 2,1 3,0 3,5 3,4 3,0
Filipina 4,3 3,9 8,0 4,4 4,4 3,9 3,5 3,1 4,8 5,2 4,8 4,2
Singapura 0,8 4,4 4,3 0,0 1,6 2,7 3,7 4,6 5,0 5,2 5,5 5,5
Thailand 3,5 3,2 0,4 3,5 3,4 3,3 3,0 3,0 3,1 4,1 4,0 3,5
Vietnam 6,6 12,6 19,9 6,5 9,5 8,7 8,9 11,8 13,9 20,8 22,4 18,1
Eropa
Kawasan Euro 1,9 3,1 1,6 0,9 1,4 1,4 1,8 2,2 2,7 2,7 3,0 2,7
Inggris 3,0 2,1 3,1 2,9 3,2 3,2 3,1 3,7 4,0 4,2 5,2 4,2
Rusia 9,0 11,9 13,3 8,8 6,5 5,8 7,0 8,8 9,5 9,4 7,2 6,1
Afrika
Afrika Selatan 5,8 9,0 9,5 6,3 5,1 4,2 3,2 3,5 4,1 5,0 5,7 6,1
Sumber : Bloomberg
Keterangan : * Inflasi Wholesale Price Index
212
Lampiran
Asia Pasifik
Australia (Cash target rate) 6,25 6,75 4,25 3,75 4,00 4,50 4,50 4,75 4,75 4,75 4,75 4,25
China (Lending rate) 6,12 7,47 5,31 5,31 5,31 5,31 5,31 5,81 6,06 6,31 6,56 6,56
India (Reverse repo rate) 6,00 6,00 6,50 4,75 5,00 5,25 6,00 6,25 6,75 7,50 8,25 8,50
Jepang (O/N Call target) 0,25 0,50 0,50 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10
Korea Selatan (Call rate) 4,50 5,00 3,00 2,00 2,00 2,00 2,25 2,50 3,00 3,25 3,25 3,25
ASEAN-5
Indonesia (BI rate) 9,75 8,00 9,25 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,75 6,75 6,75 6,00
Malaysia (O/N rate) 3,50 3,50 3,25 2,00 2,25 2,50 2,75 2,75 2,75 3,00 3,00 3,00
Filipina (O/N rate) 7,50 5,25 5,50 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,25 4,50 4,50 4,50
Thailand (Repo rate) 4,94 3,25 2,75 1,25 1,25 1,25 1,75 2,00 2,50 3,00 3,50 3,25
Eropa
Kawasan EURO (Refinancing rate) 3,50 4,00 2,50 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,25 1,50 1,00
Inggris (Bank rate) 5,00 5,50 2,00 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
Rusia (Refinancing rate) 11,00 10,00 13,00 8,75 8,25 7,75 7,75 7,75 8,00 8,25 8,25 8,00
Afrika
Afrika Selatan (Refinancing rate) 9,00 11,00 11,50 7,00 6,50 6,50 6,00 5,50 5,50 5,50 5,50 5,50
Sumber : Bloomberg
Keterangan : -
213
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
Asia Pasifik
Australia (M3) 13,1 22,5 15,4 5,8 5,7 4,6 6,1 10,3 10,0 9,1 9,8 8,1
China (M2) 16,9 16,7 17,8 27,6 22,5 18,5 19,0 19,7 16,6 15,9 13,0 13,6
India (M3) 19,3 22,8 19,6 17,2 16,7 14,5 14,7 16,6 16,0 17,1 16,3 15,6
Jepang (M3) -0,6 0,7 0,7 2,2 2,0 2,2 2,1 1,8 2,0 2,3 2,3 2,6
Korea Selatan (M3) 9,6 10,6 10,4 8,1 8,9 9,3 7,7 6,9 4,7 4,1 5,7 6,2
ASEAN-5
Indonesia (M2) 14,9 18,9 14,7 13,0 8,6 12,8 12,5 13,8 16,1 13,1 16,2 16,4
Malaysia (M3) 12,3 9,5 11,9 9,1 8,7 8,8 8,5 7,0 8,0 12,4 12,5 14,4
Filipina (M3) 21,4 10,6 15,6 8,3 10,3 10,3 10,5 10,6 10,3 11,4 7,4 6,3
Singapura (M3) 19,1 14,1 11,6 10,6 8,2 8,4 7,8 8,4 8,6 10,6 11,3 10,1
Thailand (M2) 8,2 6,3 9,2 6,7 6,1 7,0 9,9 10,9 13,2 16,3 16,2 15,0
Eropa
Kawasan Euro (M3) 9,9 11,5 7,5 -0,3 -0,1 0,3 1,1 1,7 2,2 2,0 2,9 1,6
Inggris (M4) 12,5 12,3 16,3 6,7 3,6 3,0 1,1 -1,4 -1,3 -0,7 -1,7 -2,5
Rusia (M2) 48,8 47,5 1,7 16,3 35,0 33,6 35,0 31,1 26,7 22,7 21,5 22,6
Afrika
Afrika Selatan (M3) 22,5 23,6 14,8 1,8 1,6 2,4 5,1 6,9 6,5 6,0 6,8 8,2
Sumber : Bloomberg
Keterangan : -
214
Lampiran
Amerika
Amerika Serikat -3,2 -2,9 -4,1 -10,8 -9,8 -9,5
Argentina 1,8 1,1 1,4 -0,6 0,2 -0,5
Brazil -3,4 -2,5 -2,4 -3,4 -2,6 -2,5
Chile 7,9 8,4 4,3 -4,4 -0,3 1,1
Meksiko -1,5 -1,6 -1,3 -2,0 -2,4 -1,8
Asia Pasifik
Australia 2,0 1,5 1,3 -3,5 -5,5 -4,8
China -0,7 0,9 -0,4 -3,1 -2,2 -1,6
India -5,4 -4,0 -8,2 -9,4 -7,6 -7,1
Jepang -4,0 -2,4 -4,2 -10,3 -9,6 -10,5
Korea Selatan 0,4 3,5 1,2 -1,7 0,0 0,4
ASEAN-6
Indonesia -0,9 -1,3 -0,1 -1,6 -0,7 -2,1
Malaysia -3,3 -3,2 -4,8 -7,0 -5,6 -5,4
Filipina -1,1 -1,5 -1,3 -3,7 -3,5 -2,0
Singapura 0,5 3,1 0,8 -0,3 -0,1 0,0
Thailand 1,1 -1,7 -1,1 -4,4 -2,6 -2,7
Vietnam -1,0 -0,7 -4,3 -5,9 -5,8 -4,2
Eropa
Kawasan Euro -1,4 -0,7 -2,1 -6,4 -6,2 -4,1
Inggris -2,7 -2,7 -5,0 -11,5 -10,3 -9,0
Rusia 8,3 6,8 4,9 -6,3 -3,5 -1,1
Afrika
Afrika Selatan 1,0 1,5 -0,9 -5,3 -4,1 -4,9
Sumber : Moody's Statistical Handbook November 2011, Departemen Keuangan (untuk Indonesia)
Keterangan :
Cetak Miring = Proyeksi Moody's Statistical Handbook November 2011
215
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
Amerika
Amerika Serikat -6,0 -5,1 -4,7 -2,7 -3,2 -3,1
Argentina 3,6 2,8 2,1 3,6 1,0 -0,2
Brazil 1,3 0,1 -1,7 -1,5 -2,3 -2,1
Chili 4,9 4,5 -1,9 1,6 1,9 -0,5
Meksiko -0,5 -0,9 -1,5 -0,7 -0,5 -0,8
Asia Pasifik
Australia -5,3 -6,1 -4,6 -4,5 -2,6 -2,2
China 9,3 10,6 9,6 6,0 4,9 4,0
India -1,1 -1,4 -2,3 -2,8 -2,6 -2,8
Jepang 3,9 4,8 3,2 2,8 3,6 2,3
Korea Selatan 0,6 0,6 0,3 3,0 2,3 1,5
ASEAN-6
Indonesia 2,9 2,4 0,0 2,0 0,7 0,2
Malaysia 16,7 15,9 17,7 16,5 11,5 13,4
Filipina 4,4 4,8 2,1 5,6 4,2 2,9
Singapura 24,0 26,2 14,3 18,4 21,0 13,2
Thailand 1,1 6,3 0,8 8,3 4,3 3,4
Vietnam -0,3 -9,8 -11,8 -6,3 -10,5 -5,5
Eropa
Kawasan Euro 0,5 0,4 -0,7 -0,1 0,1 -0,1
Inggris -3,4 -2,6 -1,7 -1,7 -2,5 -2,7
Rusia 9,6 6,0 6,2 4,0 4,7 5,4
Afrika
Afrika Selatan -5,3 -7,0 -7,1 -4,1 -2,8 -3,4
Sumber : Moody's Statistical Handbook November 2011, SEKI (untuk Indonesia)
Keterangan :
Cetak Miring = proyeksi Moody's Statistical Handbook November 2011
216
Lampiran
Afrika
Afrika Selatan 23,1 29,6 30,2 35,1 37,6 37,2 36,0 35,4 40,7 41,1 40,4 39,8
Sumber : Bloomberg, SEKI (untuk Indonesia)
Keterangan : Tidak termasuk emas
217
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
Asia Pasifik
Australia (Dollar) 0,75 0,84 0,85 0,79 0,90 0,88 0,91 0,99 0,92 1,01 1,06 1,05 1,01 1,03
China (Yuan) 7,97 7,61 6,95 6,83 6,83 6,82 6,77 6,66 6,77 6,58 6,50 6,42 6,36 6,46
India (Rupee) 44,41 41,35 43,49 48,38 45,92 45,67 46,51 44,85 45,74 45,26 44,74 45,78 51,00 46,70
Jepang (Yen) 116,34 117,80 103,31 93,62 90,71 92,06 85,77 82,55 87,77 82,25 81,57 77,69 77,36 79,72
Korea Selatan (Won) 955 929 1,101 1,277 1144 1166 1182 1132 1156 1119 1083 1085 1145 1108
ASEAN-6
Indonesia (Rupiah) 9.165 9.139 9.697 10.404 9.262 9.115 8.996 8.967 9.085 8.901 8.591 8.614 8.987 8.773
Malaysia (Ringgit) 3,67 3,44 3,33 3,52 3,37 3,24 3,15 3,11 3,22 3,05 3,02 3,02 3,15 3,06
Filipina (Peso) 51,26 46,10 44,42 47,63 45,98 45,53 45,22 43,63 45,09 43,79 43,24 42,75 43,44 43,30
Singapura (Dollar) 1,59 1,51 1,42 1,45 1,40 1,39 1,36 1,30 1,36 1,28 1,24 1,23 1,29 1,26
Thailand (Bath) 37,91 32,33 33,00 34,33 32,88 32,37 31,62 29,98 31,71 30,53 30,28 30,13 31,00 30,48
Vietnam (Dong) 15.991 16.083 16.449 17.813 18.780 19.004 19.273 19.494 19.138 20.249 20.694 20.725 20.978 20.662
Eropa
Kawasan Euro (USD/Euro) 1,22 1,37 1,47 1,39 1,38 1,27 1,29 1,36 1,33 1,37 1,44 1,41 1,35 1,39
Inggris (Poundsterling) 1,84 2,00 1,85 1,57 1,56 1,49 1,55 1,58 1,55 1,60 1,63 1,61 1,57 1,60
Rusia (Ruble) 27,17 25,57 24,90 31,76 29,83 30,31 30,60 30,71 30,36 29,23 27,99 29,17 31,22 29,40
Afrika
Afrika Selatan (Rand) 6,77 7,05 8,27 8,42 7,51 7,54 7,32 6,90 7,32 7,00 6,79 7,16 8,11 7,26
Sumber : Bloomberg
Keterangan : -
218
Lampiran
Asia Pasifik
Australia (Dollar) 6.848,4 7.729,4 10.996 13.430 10.240 10.358 9.932 9.068 9.900 8.850 8.083 8.206 8.872 8.503
China (Renminbi) 1.157,2 1.196,3 1.397 1.523 1.357 1.337 1.329 1.347 1.342 1.352 1.322 1.342 1.414 1.358
India (Rupee) 202,4 221,2 223,1 214,8 201,7 199,6 193,4 199,9 198,7 196,7 192,0 188,2 176,2 188,3
Jepang (Yen) 78,6 77,3 94,4 111,1 102,1 99,0 104,9 108,6 103,7 108,2 105,3 110,9 116,2 110,1
Korea Selatan (Won) 9,6 9,8 8,9 8,1 8,1 7,8 7,6 7,9 7,9 8,0 7,9 7,9 7,8 7,9
ASEAN-5
Malaysia (Ringgit) 2.499,7 2.660,2 2.907 2.948 2.748 2.813 2.852 2.879 2.823 2.922 2.846 2.853 2.853 2.868
Filipina (Peso) 179,8 198,4 218,3 218,4 201,4 200,2 198,9 205,5 201,5 203,3 198,7 201,5 206,9 202,6
Singapura (Dollar) 5.769,9 6.067,9 6.843 7.142 6,601 6.558 6.638 6.886 6.670 6.973 6.930 7.025 6.982 6.978
Thailand (Baht) 241,9 283,1 293,7 302,7 281,7 281,6 284,5 299,1 286,7 291,6 283,7 285,9 289,9 287,8
Vietnam (Dong) 0,6 0,6 0,6 0,6 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4
Eropa
Kawasan Euro (Euro) 11.512,3 12.524,4 14.205 14.452 12.815 11.576 11.632 12.177 12.050 12.191 12.370 12.171 12.108 12.210
Inggris (Pound) 16.888,3 18.294,7 17.850 16.220 14.445 13.581 13.952 14.167 14.036 14.269 14.016 13.868 14.127 14.070
Rusia (Rubbel) 337,4 357,6 389,1 327,2 310,4 300,7 294,0 292,0 299,3 304,5 307,0 295,3 287,9 298,7
Afrika
Afrika Selatan (Rand) 1.361,3 1.296,9 1.178 1.240 1.234 1.209 1.229 1.299 1.243 1.272 1.265 1.203 1.108 1.212
Sumber : Bloomberg
Keterangan : -
219
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
Asia Pasifik
Australia (All Ord.) 5.079 6.230 5.043 4.063 4.773 4.637 4.516 4.766 4.673 4.876 4.779 4.344 4.244 4.561
China (Shanghai) 2.125 4.211 3.057 2.751 3.076 2.761 2.589 2.908 2.833 2.863 2.839 2.608 2.366 2.669
India (BSE) 11.438 15.535 14.406 13.637 16.916 17.268 18.445 20.098 18.182 18.590 18.618 17.400 16.468 17.769
Jepang (Nikkei 225) 16.113 17.001 12.148 9.331 10.511 10.346 9.356 9.830 10.011 10.285 9.609 9.246 8.581 9.430
Korea Selatan (KOSPI) 1.334 1.714 1.534 1.425 1.650 1.692 1.767 1.942 1.763 2.034 2.116 1.938 1.850 1.985
ASEAN-6
Indonesia (JSX) 1.424 2.176 2.095 1.979 2.624 2.843 3.112 3.647 3.056 3.522 3.791 3.894 3.709 3.729
Malaysia (KLSE) 956 1.310 1.148 1.080 1.287 1.319 1.387 1.499 1.373 1.525 1.544 1.497 1.459 1.506
Filipina (PCOM) 2.368 3.426 2.626 2.475 3.035 3.266 3.623 4.176 3.525 3.922 4.255 4.334 4.240 4.188
Singapura (STI) 2.488 3.372 2.680 2.273 2.831 2.867 2.867 3.183 2.937 3.118 3.125 2.923 2.723 2.972
Thailand (SET) 719 768 687 583 728 772 883 1.009 848 1.003 1.061 1.061 979 1.026
Vietnam (Ho Chi Min) 503 1.008 500 426 505 514 472 457 487 484 449 421 392 436
Eropa
Kawasan Euro (DJ Stoxx 50) 3.794 4.317 3.323 2.466 2.849 2.736 2.716 2.818 2.780 2.933 2.863 2.382 2.278 2.614
Inggris (FTSE 100) 5.920 6.405 5.370 4.562 5.431 5.356 5.318 5.760 5.466 5.945 5.905 5.463 5.429 5.686
Rusia (RTS. $ terms) 1.541 1.978 1.694 997 1.481 1.469 1.468 1.666 1.521 1.929 1.936 1.713 1.445 1.755
Afrika
Afrika Selatan (JSE AS) 21.202 28.234 26.868 23.275 27.542 27.797 27.827 30.979 28.536 32.030 31.866 30.718 31.743 31.589
Sumber : Bloomberg
Keterangan : -
220
Lampiran
221
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
Tabel 13. Yield Obligasi Pemerintah Indonesia, Peers, G3 dan Periferal Eropa
(s/d TW4-11)
Tanggal
Obligasi 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Penerbitan
Indonesia, sovereign
INDO'17 (coupon = 7,5%) 3-Feb-06 - - - 6,78 6,22 7,92 8,24 4,29 3,75
INDO'14 (coupon = 6,75%) 3-Mar-04 - 7,50 6,85 6,62 6,08 7,46 7,33 3,31 2,66
INDO'15 (coupon = 7,25%) 13-Apr-05 - - 7,27 6,69 6,15 7,70 7,66 3,68 3,11
INDO'16 (coupon = 7,5%) 5-Oct-05 - - 7,33 6,76 6,21 7,80 7,92 3,93 3,38
INDO'35 (coupon = 8,5%) 5-Oct-05 - - 8,23 7,36 6,89 8,58 9,03 6,06 5,73
INDO'37(coupon = 6,75%) 7-Feb-07 - - - - 6,89 8,44 8,72 5,99 5,64
INDO'38(coupon = 6,75%) 17-Jan-08 - - - - - 8,63 9,00 6,10 5,78
INDO'18(coupon = 6.875%) 17-Jan-08 - - - - - 7,96 8,31 4,51 4,03
New INDO'14 (coupon = 10.375%) 26-Feb-09 - - - - - - 7,00 3,35 2,68
INDO'19 (coupon=11.625%) 26-Feb-09 - - - - - - 8,12 4,79 4,35
INDO'20 (coupon=5.875%) 12-Jan-10 - - - - - - - 4,79 4,40
Global Sukuk (coupon = 8,8%) 16-Apr-09 6,14 3,61 3,00
Samurai bond (coupon = 2,73%) 17-Jul-09 2,77 2,49 2,03
INDO
PLN (Majapahit Holding) 11-Okt-06 - - - - - - - 5,34 4,61
Bumi Capital 2-Nov-09 - - - - - - - 10,61 9,31
Bakrie Telecom 30-Apr-10 - - - - - - - 10,91 15,78
Perbankan
Niaga (CIMB Niaga) 8-Jul-05 - - - - - - - 10,24 N/A*)
Lippo (CIMB Niaga) 15-Nov-06 - - - - - - - 5,69 N/A*)
Peers
Peru 25-Mar-09 - 8,42 6,87 6,59 5,83 6,09 5,81 4,53 3,86
Filipina 13-Jul-09 8,39 8,70 7,98 6,81 6,10 6,37 5,44 4,78 4,17
Turkey 30-Apr-09 8,19 7,75 6,73 6,82 6,41 6,94 6,18 5,07 4,91
G3, Sovereign
US Treasury 15-Nov-10 - 4,21 4,29 4,79 4,54 2,99 3,09 3,20 2,68
Japan Bond 1-Des-10 - - 1,33 1,67 1,46 1,12 1,38 1,17 1,05
German Bond 16-Nov-10 - 4,01 3,31 3,73 4,19 3,78 3,24 2,78 2,59
Periferal Eropa
Yunani 4-Mar-10 - - - - - - - 9,13 18,00
Irlandia 14-Jan-10 - - - - - - - 5,88 9,42
Portugal 10-Feb-10 - - - - - - - 5,31 10,77
Spanyol 13-Jan-10 - - - - - - - 4,24 5,18
Italia 25-Feb-10 - - - - - - - 3,99 4,87
Sumber: Bloomberg diolah
*) Prepayment
222
Lampiran
(s/d TW4-11)
223
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
224
Lampiran
225
Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Triwulan IV 2011
226
Bab 1 - Perkembangan Ekonomi Dunia
Tim Penyusun
PEKKI
Triwulan 4 - 2011
Editor
Budi Hanoto
Tim Produksi
Wahyu Pratomo, M. Firdauz Muttaqin, Ita Vianty, Esparanti, Gilang Andrianty, dan Yassa A. Ganie
Artikel
Tim Studi Multilateral, Biro Kerjasama dan Studi Multilateral, Direktorat Internasional (Memahami Krisis di
Kawasan Euro); Dadal Angkoro (Cermati Dampak Krisis Eropa); Tora Erita dan Satwika Lulu (Kembalinya
Peringkat Investment Grade ke Pangkuan Indonesia).