Anda di halaman 1dari 31

NAMA : ELLYSA CAROLINNA

NIM : 04011281823177
KELAS : GAMMA 2018

PEMERIKSAAN HEMATOLOGI
Pemeriksaan panel hematologi (hemogram) terdiri dari leukosit, eritrosit,
hemoglobin, hematokrit, indeks eritrosit dan trombosit. Pemeriksaan hitung darah
lengkap terdiri dari hemogram ditambah leukosit diferensial yang terdiri dari
neutrofil (segmented dan bands), basofil, eosinofil, limfosit dan monosit.
Rentang nilai normal hematologi bervariasi pada bayi, anak anak dan remaja,
umumnya lebih tinggi saat lahir dan menurun selama beberapa tahun kemudian.
Nilai pada orang dewasa umumnya lebih tinggi dibandingkan tiga kelompok umur
di atas. Pemeriksaan hemostasis dan koagulasi digunakan untuk mendiagnosis dan
memantau pasien dengan perdarahan, gangguan pembekuan darah, cedera
vaskuler atau trauma.
a. Hemoglobin (Hb)
Nilai Normal :
Pria : 13 - 18 g/dL
Wanita: 12 - 16 g/dL
SI unit : 8,1 - 11,2 mmol/L
SI unit : 7,4 – 9,9 mmol/L
Deskripsi:
Hemoglobin adalah komponen yang berfungsi sebagai alat transportasi
oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2). Hb tersusun dari globin (empat
rantai protein yang terdiri dari dua unit alfa dan dua unit beta) dan heme
(mengandung atom besi dan porphyrin: suatu pigmen merah). Pigmen besi
hemoglobin bergabung dengan oksigen.
Hemoglobin yang mengangkut oksigen darah (dalam arteri) berwarna merah
terang sedangkan hemoglobin yang kehilangan oksigen (dalam vena)
berwarna merah tua.
Satu gram hemoglobin mengangkut 1,34 mL oksigen. Kapasitas angkut ini
berhubungan dengan kadar Hb bukan jumlah sel darah merah. Penurunan
protein Hb normal tipe A1, A2, F (fetal) dan S berhubungan dengan anemia
sel sabit. Hb juga berfungsi sebagai dapar melalui perpindahan klorida
kedalam dan keluar sel darah merah berdasarkan kadar O2 dalam plasma
(untuk tiap klorida yang masuk kedalam sel darah merah, dikeluarkan satu
anion HCO3).
Penetapan anemia didasarkan pada nilai hemoglobin yang berbeda secara
individual karena berbagai adaptasi tubuh (misalnya ketinggian, penyakit
paru-paru, olahraga).
Secara umum, jumlah hemoglobin kurang dari 12 gm/dL menunjukkan
anemia. Pada penentuan status anemia, jumlah total hemoglobin lebih penting
daripada jumlah eritrosit.
Implikasi klinik :
1. Penurunan nilai Hb dapat terjadi pada anemia (terutama anemia karena
kekurangan zat besi), sirosis, hipertiroidisme, perdarahan, peningkatan
asupan cairan dan kehamilan.
2. Peningkatan nilai Hb dapat terjadi pada hemokonsentrasi (polisitemia,
luka bakar), penyakit paru-paru kronik, gagal jantung kongestif dan
pada orang yang hidup di daerah dataran tinggi.
3. Konsentrasi Hb berfluktuasi pada pasien yang mengalami perdarahan
dan luka bakar.
4. Konsentrasi Hb dapat digunakan untuk menilai tingkat keparahan
anemia, respons terhadap terapi anemia, atau perkembangan penyakit
yang berhubungan dengan anemia.

Faktor pengganggu
1. Orang yang tinggal di dataran tinggi mengalami peningkatan nilai Hb
demikian juga Hct dan sel darah merah.
2. Asupan cairan yang berlebihan menyebabkan penurunan Hb
3. Umumnya nilai Hb pada bayi lebih tinggi (sebelum eritropoesis mulai
aktif)
4. Nilai Hb umumnya menurun pada kehamilan sebagai akibat peningkatan
volume plasma
5. Ada banyak obat yang dapat menyebabkan penurunan Hb. Obat yang
dapat meningkatkan Hb termasuk gentamisin dan metildopa
6. Olahraga ekstrim menyebabkan peningkatan Hb

b. Hematokrit (Hct)
Nilai normal :
Pria : 40% - 50 % SI unit : 0,4 - 0,5
Wanita : 35% - 45%
SI unit : 0.35 - 0,45
Deskripsi:
Hematokrit menunjukkan persentase sel darah merah terhadap volume darah
total.
Implikasi klinik:
1. Penurunan nilai Hct merupakan indikator anemia (karena berbagai
sebab), reaksi hemolitik, leukemia, sirosis, kehilangan banyak darah dan
hipertiroid. Penurunan Hct sebesar 30% menunjukkan pasien mengalami
anemia sedang hingga parah.
2. Peningkatan nilai Hct dapat terjadi pada eritrositosis, dehidrasi,
kerusakan paru-paru kronik, polisitemia dan syok.
3. Nilai Hct biasanya sebanding dengan jumlah sel darah merah pada
ukuran eritrosit normal, kecuali pada kasus anemia makrositik atau
mikrositik.
4. Pada pasien anemia karena kekurangan besi (ukuran sel darah merah
lebih kecil), nilai Hct akan terukur lebih rendah karena sel mikrositik
terkumpul pada volume yang lebih kecil, walaupun jumlah sel darah
merah terlihat normal.
5. Nilai normal Hct adalah sekitar 3 kali nilai hemoglobin.
6. Satu unit darah akan meningkatkan Hct 2% - 4%.
Faktor pengganggu
1. Individu yang tinggal pada dataran tinggi memiliki nilai Hct yang tinggi
demikian juga Hb dan sel darah merahnya.
2. Normalnya, Hct akan sedikit menurun pada hidremia fisiologis pada
kehamilan
3. Nilai Hct normal bervariasi sesuai umur dan jender. Nilai normal untuk
bayi lebih tinggi karena bayi baru lahir memiliki banyak sel makrositik.
Nilai Hct pada wanita biasanya sedikit lebih rendah dibandingkan laki-
laki.
Hal yang harus diwaspadai
Nilai Hct <20% dapat menyebabkan gagal jantung dan kematian; Hct >60%
terkait dengan pembekuan darah spontan

c. Eritrosit (sel darah merah)


Nilai Normal :
Pria: 4,4 - 5,6 x 106 sel/mm3
Wanita: 3,8-5,0 x 106 sel/mm3
SI unit: 4,4 - 5,6 x 1012 sel/L
SI unit: 3,5 - 5,0 x 1012 sel/L
Deskripsi
Fungsi utama eritrosit adalah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke
jaringan tubuh dan mengangkut CO2 dari jaringan tubuh ke paru-paru oleh
Hb. Eritrosit yang berbentuk cakram bikonkaf mempunyai area permukaan
yang luas sehingga jumlah oksigen yang terikat dengan Hb dapat lebih
banyak.
Bentuk bikonkaf juga memungkinkan sel berubah bentuk agar lebih mudah
melewati kapiler yang kecil. Jika kadar oksigen menurun hormon eritropoetin
akan menstimulasi produksi eritrosit.
Eritrosit, dengan umur 120 hari, adalah sel utama yang dilepaskan dalam
sirkulasi. Bila kebutuhan eritrosit tinggi, sel yang belum dewasa akan
dilepaskan kedalam sirkulasi. Pada akhir masa hidupnya, eritrosit yang lebih
tua keluar dari sirkulasi melalui fagositosis di limfa, hati dan sumsum tulang
(sistem retikuloendotelial).
Proses eritropoiesis pada sumsum tulang melalui beberapa tahap, yaitu: 1.
Hemocytoblast (prekursor dari seluruh sel darah); 2. Prorubrisit (sintesis Hb);
3. Rubrisit (inti menyusut, sintesa Hb meningkat); 4. Metarubrisit
(disintegrasi inti, sintesa Hb meningkat); 5. Retikulosit (inti diabsorbsi); 6.
Eritrosit (sel dewasa tanpa inti).
Implikasi klinik :
1. Secara umum nilai Hb dan Hct digunakan untuk memantau derajat
anemia, serta respon terhadap terapi anemia
2. Jumlah sel darah merah menurun pada pasien anemia leukemia,
penurunan fungsi ginjal, talasemia, hemolisis dan lupus eritematosus
sistemik. Dapat juga terjadi karena obat (drug induced anemia).
Misalnya: sitostatika, antiretroviral.
3. Sel darah merah meningkat pada polisitemia vera, polisitemia sekunder,
diare/dehidrasi, olahraga berat, luka bakar, orang yang tinggal di dataran
tinggi.
Susunan Sel Darah Merah
1. Mean Corpuscular Volume (MCV) (Volume korpuskuler rata – rata)
Perhitungan : MCV (femtoliter) = 10 x Hct (%) : Eritrosit (106 sel/μL)
Nilai normal : 80 – 100 (fL)
Deskripsi :
MCV adalah indeks untuk menentukan ukuran sel darah merah. MCV
menunjukkan ukuran sel darah merah tunggal apakah sebagai Normositik
(ukuran normal), Mikrositik (ukuran kecil < 80 fL), atau Makrositik
(ukuran kecil >100 fL).
Implikasi Klinik
a. Penurunan nilai MCV terlihat pada pasien anemia kekurangan besi,
anemia pernisiosa dan talasemia, disebut juga anemia mikrositik.
b. Peningkatan nilai MCV terlihat pada penyakit hati, alcoholism,
terapi antimetabolik, kekurangan folat/vitamin B12, dan terapi
valproat, disebut juga anemia makrositik.
c. Pada anemia sel sabit, nilai MCV diragukan karena bentuk eritrosit
yang abnormal.
d. MCV adalah nilai yang terukur karenanya memungkinkan adanya
variasi berupa mikrositik dan makrositik walaupun nilai MCV tetap
normal.
e. MCV pada umumnya meningkat pada pengobatan Zidovudin (AZT)
dan sering digunakan sebagi pengukur kepatuhan secara tidak
langsung.

2. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) (Hemoglobin Korpuskuler


rata – rata)
Perhitungan : MCH (picogram/sel) = hemoglobin/sel darah merah
Nilai normal : 28– 34 pg/ sel
Deskripsi:
Indeks MCH adalah nilai yang mengindikasikan berat Hb rata-rata di
dalam sel darah merah, dan oleh karenanya menentukan kuantitas warna
(normokromik, hipokromik, hiperkromik) sel darah merah. MCH dapat
digunakan untuk mendiagnosa anemia.
Implikasi Klinik:
a. Peningkatan MCH mengindikasikan anemia makrositik
b. Penurunan MCH mengindikasikan anemia mikrositik.

3. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) (Konsentrasi


Hemoglobin Korpuskuler rata – rata)
Perhitungan : MCHC = hemoglobin/hematokrit
Nilai normal : 32 – 36 g/dL
Deskripsi:
Indeks MCHC mengukur konsentrasi Hb rata-rata dalam sel darah
merah; semakin kecil sel, semakin tinggi konsentrasinya. Perhitungan
MCHC tergantung pada Hb dan Hct. Indeks ini adalah indeks Hb darah
yang lebih baik, karena ukuran sel akan mempengaruhi nilai MCHC, hal
ini tidak berlaku pada MCH.
Implikasi Klinik:
a. MCHC menurun pada pasien kekurangan besi, anemia mikrositik,
anemia karena piridoksin, talasemia dan anemia hipokromik.
b. MCHC meningkat pada sferositosis, bukan anemia pernisiosa.

4. Retikulosit
Perhitungan : Retikulosit (%) = [Jumlah retikulosit / Jumlah eritrosit] X
100
Nilai normal : 0,5-2%
Deskripsi:
Retikulosit adalah sel darah yang muda, tidak berinti merupakan bagian
dari rangkaian pembentukan eritrosit di sumsum tulang. Peningkatan
jumlah retikulosit mengindikasikan bahwa produksi sel darah merah
dipercepat; penurunan jumlah retikulosit mengindikasikan produksi sel
darah merah oleh sumsum tulang berkurang.
Implikasi Klinik:
Jumlah retikulosit dapat membedakan antara anemia karena kerusakan
sumsum tulang dengan anemia karena pendarahan atau hemolisis
(kerusakan sel darah) karena pendarahan atau hemolisis akan
menstimulasi pembentukan retikulosit pada pasien dengan sumsum
tulang yang normal.
a. Jumlah retikulosit akan meningkat pada pasien anemia hemolitik,
penyakit sel sabit dan metastase karsinoma.
b. Jika jumlah retikulosit tidak meningkat pada pasien anemia, hal ini
menandakan sumsum tulang tidak memproduksi eritrosit yang cukup
(misal anemia kekurangan besi, anemia aplastik, anemia pernisiosa,
infeksi kronik dan terapi radiasi).

d. Leukosit (sel darah putih)


Nilai Normal : 3200 – 10.000/mm3
SI : 3,2 – 10,0 x 109/L
Deskripsi
Fungsi utama leukosit adalah melawan infeksi, melindungi tubuh dengan
memfagosit organisme asing dan memproduksi atau mengangkut/
mendistribusikan antibodi. Ada
dua tipe utama sel darah putih:
1. Granulosit: neutrofil, eosinofil dan basofil
2. Agranulosit: limfosit dan monosit
Leukosit terbentuk di sumsum tulang (myelogenous), disimpan dalam
jaringan limfatikus (limfa, timus, dan tonsil) dan diangkut oleh darah ke
organ dan jaringan. Umur leukosit adalah 13-20 hari. Vitamin, asam folat dan
asam amino dibutuhkan dalam pembentukan leukosit. Sistem endokrin
mengatur produksi, penyimpanan dan pelepasan leukosit. Perkembangan
granulosit dimulai dengan myeloblast (sel yang belum dewasa di sumsum
tulang), kemudian berkembang menjadi promyelosit, myelosit (ditemukan di
sumsum tulang), metamyelosit dan bands (neutrofil pada tahap awal
kedewasaan), dan akhirnya, neutrofil. Perkembangan limfosit dimulai dengan
limfoblast (belum dewasa) kemudian berkembang menjadi prolimfoblast dan
akhirnya menjadi limfosit (sel dewasa). Perkembangan monosit dimulai
dengan monoblast (belum dewasa) kemudian tumbuh menjadi promonosit
dan selanjutnya menjadi monosit (sel dewasa).
Implikasi klinik:
1. Nilai krisis leukositosis: 30.000/mm3. Lekositosis hingga 50.000/mm3
mengindikasikan gangguan di luar sumsum tulang (bone marrow). Nilai
leukosit yang sangat tinggi (di atas 20.000/mm3) dapat disebabkan oleh
leukemia. Penderita kanker post-operasi (setelah menjalani operasi)
menunjukkan pula peningkatan leukosit walaupun tidak dapat dikatakan
infeksi.
2. Biasanya terjadi akibat peningkatan 1 tipe saja (neutrofil). Bila tidak
ditemukan anemia dapat digunakan untuk membedakan antara infeksi
dengan leukemia
3. Waspada terhadap kemungkinan leukositosis akibat pemberian obat.
4. Perdarahan, trauma, obat (mis: merkuri, epinefrin, kortikosteroid),
nekrosis, toksin, leukemia dan keganasan adalah penyebab lain
leukositosis.
5. Makanan, olahraga, emosi, menstruasi, stres, mandi air dingin dapat
meningkatkan jumlah sel darah putih.
6. Leukopenia, adalah penurunan jumlah leukosit <4000/mm3. Penyebab
leukopenia antara lain:
a. Infeksi virus, hiperplenism, leukemia.
b. obat (antimetabolit, antibiotik, antikonvulsan, kemoterapi)
c. Anemia aplastik/pernisiosa
d. Multipel mieloma
7. Prosedur pewarnaan: Reaksi netral untuk netrofil; Pewarnaan asam untuk
eosinofil; Pewarnaan basa untuk basofil
8. Konsentrasi leukosit mengikuti ritme harian, pada pagi hari jumlahnya
sedikit, jumlah tertinggi adalah pada sore hari
9. Umur, konsentrasi leukosit normal pada bayi adalah (6 bulan-1 tahun)
10.000 20.000/mm3 dan terus meningkat sampai umur 21 tahun

e. Trombosit (platelet)
Nilai Normal : 170 – 380 . 103/mm3
Deskripsi
Trombosit adalah elemen terkecil dalam pembuluh darah. Trombosit
diaktivasi setelah kontak dengan permukaan dinding endotelia. Trombosit
terbentuk dalam sumsum tulang. Masa hidup trombosit sekitar 7,5 hari.
Sebesar 2/3 dari seluruh trombosit terdapat disirkulasi dan 1/3 nya terdapat di
limfa.
Implikasi klinik:
Trombositosis berhubungan dengan kanker, splenektomi, polisitemia vera,
trauma, sirosis, myelogeneus, stres dan arthritis reumatoid.
Faktor pengganggu
1. Jumlah platelet umumnya meningkat pada dataran tinggi; setelah
olahraga, trauma atau dalam kondisi senang, dan dalam musim dingin
2. Nilai platelet umunya menurun sebelum menstruasi dan selama
kehamilan
3. Clumping platelet dapat menurunkan nilai platelet
4. Kontrasepsi oral menyebabkan sedikit peningkatan

NUTRISI PADA IBU HAMIL (METABOLISME BESI)


Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi
dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup
bersih dan memantau berat badan secara teraturdalam rangka mempertahankan
berat badan normal untuk mencegah masalah gizi.

Manfaat Gizi Seimbang Untuk Ibu Hamil


1. Memenuhi kebutuhan zat gizi ibu dan janin
2. Mencapai status gizi ibu hamil dalam keadaan normal, sehingga dapat
menjalani kehamilan dengan baik dan aman
3. Membentuk jaringan untuk tumbuh kembang janin dan kesehatan ibu
4. Mengatasi permasalahan selama kehamilan
5. Ibu memperoleh energi yang cukup yang berfungsi untuk menyusui
setelah kelahiran bayi

Pesan Gizi Seimbang Untuk Ibu Hamil


1. Mengonsumsi aneka ragam pangan lebih banyak berguna untuk
memenuhi kebutuhan energi, protein dan vitamin serta mineral sebagai
pemeliharaan, pertumbuhan dan perkembangan janin serta cadangan selama
masa menyusui
2. Membatasi makan makanan yang mengandung garam tinggi untuk
mencegah hipertensi karena meningkatkan resiko kematian janin, terlepasnya
plasenta, serta gangguan pertumbuhan
3. Minum air putih lebih banyak mendukung sirkulasi janin, produksi cairan
amnion dan meningkatnya volume darah, mengatur keseimbangan asam basa
tubuh, dan mengatur suhu tubuh. Asupan air minum ibu hamil sekitar 2-3
liter perhari (8-12 gelas sehari)
4. Membatasi minum kopi, kandungan KAFEIN dalam kopi meningkatkan
buang air kecil yang berakibat dehidrasi, tekanan darah meningkat dan detak
jantung menuingkat. Paling banyak 2 cangkir kopi/hari

Penambahan kebutuhan zat gizi pada ibu hamil


Kebutuhan gizi untuk ibu hamil setiap harinya ditambah sesuai dengan usia
kehamilan. Hal ini dikarenakan adanya perkembangan dan pertumbuhan janin.
Berikut merupakan jumlah penambahan yang harus dipenuhi selama hamil:

Jumlah atau porsi dalam 1 kali makan


Merupakan suatu ukuran atau takaran makan  yang dimakan tiap kali makan
Frekuensi makan dalam sehari
Frekuensi makan merupakan seringnya seseorang melakukan kegiatan makan
dalam sehari baik makanan utama atau pun selingan, sebanyak 3 kali makan
utama dan 2 kali makan selingan atau porsi kecil namun sering dan harus
sesuai porsi dibawah ini:

 
Jenis makanan yang tersusun dalam 1 hidangan makanan
Kualitas atau mutu gizi dan kelengkapan zat gizi dipengaruhi oleh keragaman
jenis pangan yang dikonsumsi. Semakin beragam jenis pangan yang
dikonsumsi semakin mudah untuk memenuhi kebutuhan gizi, semakin mudah
tubuh memperoleh berbagai zat yang bermanfaat bagi kesehatan.
Selain menerapkan keanekaragaman makanan dan minuman juga perlu
memperhatikan keamanan pangan yang berarti makanan atau minuman itu harus
bebas dari cemaran yang membahayakan kehatan.
Cara menerapkan yaitu dengan mengonsumsi lima kelompok pangan setiap
hari yang terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, sayuran, buah-buahan dan
minuman. Mengkonsumsi lebih dari 1 jenis untuk setiap kelompok makanan
setiap kali makan akan lebih baik.

1. Makanan pokok sebagai sumber karbohidrat yaitu padi-padian atau


serealia seperti beras, jagung, dan gandum; sagu; umbi-umbian seperti ubi,
singkong, dan talas; serta hasil olahannya seperti tepung-tepungan, mi, roti,
makaroni, havermout, dan bihun.
2. Sumber protein, yaitu sumber protein hewani, seperti daging, ayam, telur,
susu, dan keju; serta sumber protein nabati sepeerti kacang-kacangan berupa
kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang merah, dan kacang tolo;
serta hasil oalahannya seperti tempe, tahu, susu kedelai, dan oncom.
3. Sumber zat pengatur berupa sayuran dan buah. Sayuran diutamakan
berwarna hijau dan kuning jingga, seperti bayam, daun singkong, daun katuk,
kangkung, wortel, dan tomat; serta sayur kacang-kacangan, seperti kacang
panjang, buncis, dan kecipir. Buah-buahan diutamakan yang berwarna kuning
jingga, kaya serat dan yang berasa asam, seperti pepaya, mangga, nanas,
nangka, nangka masak, jambu biji, apel, sirsak dan jeruk.

Zat gizi yang diperlukan selama hamil


Pada masa kehamilan dianjurkan mengkonsumsi makanan yang mengadung zat
gizi tertentu sebagai penunjang kesehatan ibu dan janin  maupun untuk keperluan
perkembangan dan pertumbuhan janin. Berikut ini merupakan zat gizi yang
diperlukan ibu hamil:
Metabolisme Besi dan Pembentukan Hemoglobin
a. Metabolisme besi
Zat besi normal dikonsumsi 10-15 mg per hari. Sekitar 5-10% akan
diserap dalam bentuk Fe2+ di duodenum dan sebagian kecil di jejunum. Pada
kondisi asam, zat besi lebih banyak diserap. Fe akan disimpan dalaam bentuk
ferritin. Absorpsi zat besi dipengaruhi oleh protein HFE. HFE akan menempel
pada reseptor transferring (protein pengangkut Fe). Fe akan memasuki aliran
darah dan bergabung dengan protoporphyrin membentuk heme. Kemudian
heme akan berikatan dengan rantai globin untuk membentuk hemoglobin.
Pada sel darah merah yang tua dan telah dipecah oleh makrofag, Fe
akan kembali ke aliran darah dan siap digunakan kembali.
Besi terdapat dalam berbagai jaringan dalam tubuh berupa:
- Senyawa besi fungsional  Hemoglobin, mioglobin, enzim-enzim
- Besi cadangan  Feritin, Hemosiderin
- Besi Transfort  Transferin
Besi diabsorbsi dalam tubuh melalui 3 fase yaitu:
1. Fase luminal: besi dalam makanan diolah dalam lambung kemudian siap
diserap di duodenum
2. Fase Mukosal: proses penyerapan dalam mukosa usus yang merupakan
suatu proses aktif
3. Fase Korporeal: meliputi proses transfortasi besi dalam sirkulasi, utilisasi
besi oleh sel sel yang memerlukan dan penyimpanan besi oleh tubuh
1. Fase luminal

Besi dalam 2. Fase mukosal


makanan
Meat factor
dan Vit C
Diolah dalam Masuk lumen
lambung usus

Pada brush border sel


absorbtif(di puncak villi usus)
besi feri dikonversi jadi fero

3. Fase korporeal
Besi diserap di distal
duodenum dan
Plasma darah proximal jejunum

Fe berikatan dengan
apotransferin

Masuk sel RES Diikat oleh reseptor


transferin transferin pada
melalui proses
pinositosis permukaan sel

hemosiderin penuh Kompleks Fe2+-Tf-


feritin
Tfr
Besi berikatan Di sitoplasma besi
dengan apoferitin dilepaskan

Bentuk zat besi dalam tubuh terdapat empat bentuk zat besi dalam tubuh yaitu:
a. Zat besi dalam hemoglobin.
b. Zat besi dalam depot (cadangan) terutama sebagai feritin dan hemosiderin.
c. Zat besi yang ditranspor dalam transferin.
d. Zat besi parenkhim atau zat besi dalam jaringan seperti mioglobin dan
beberapa enzim antara lain sitokrom, katalase, dan peroksidase.

Kompartemen zat besi dalam tubuh.


Dari tabel ini kelihatan bahwa sebagian besar zat besi terikat dalam
hemoglobin yang berfungsi khusus, yaitu mengangkut oksigen untuk
keperluan metabolisme dalam jaringan-jaringan. Sebagian lain dari zat besi
terikat dalam sistem retikuloendotelial (Reticulo Endothelial System = RES)
hepar dan sumsum tulang sebagai depot besi untuk cadangan. Sebagian kecil
dari zat besi dijumpai dalam transporting iron binding protein (transferin),
sedangkan sebagian kecil sekali didapati dalam enzim-enzim yang berfungsi
sebagai katalisator pada proses metabolisme dalam tubuh.
Proses metabolisme zat besi digunakan untuk biosintesa hemoglobin,
dimana zat besi digunakan secara terus- menerus. Sebagian besar zat besi yang
bebas dalam tubuh akan dimanfaatkan kembali (reutilization), dan hanya
sebagian kecil sekali yang diekresikan melalui air kemih, feses dan keringat.

b. Absorbsi besi
Zat besi diserap di dalam duodenum dan jejunum bagian atas melalui
proses yang kompleks. Proses ini meliputi tahap – tahap utama sebagai
berikut:

1. Besi yang terdapat di dalam bahan pangan, baik dalam bentuk Fe3+ atau

Fe2+ mula – mula mengalami proses pencernaan

2. Di dalam lambung Fe3+ larut dalam asam lambung, kemudian diikat oleh

gastroferin dan direduksi menjadi Fe2+


3. Di dalam usus Fe2+ dioksidasi menjadi FE3+. Fe3+ selanjutnya berikatan
dengan apoferitin yang kemudian ditransformasi menjadi feritin dan

disimpan dalam bentuk feritin. Sebagian lagi, Fe2+ dibebaskan ke dalam


plasma darah. (Dikenal adanya mucosal block, suatu fenomena dimana
setelah beberapa hari dari suatu bolus besi dalam diet, maka enterosit
resisten terhadap absorpsi besi berikutnya. Hambatan ini mungkin timbul
karena akumulasi besi dalam enterosit sehingga menyebabkan set point
diatur seolah-olah kebutuhan besi sudah berlebihan).

4. Di dalam plasma, Fe2+ dioksidasi menjadi Fe3+ dan berikatan dengan

transferin. Transferin mengangkut Fe2+ ke dalam sumsum tulang untuk


bergabung membentuk hemoglobin. Besi dalam plasma ada dalam
keseimbangan.

5. Transferrin mengangkut Fe2+ ke dalam tempat penyimpanan besi di dalam


tubuh (hati, sumsum tulang, limpa, sistem retikuloendotelial), kemudian

dioksidasi menjadi Fe3+. Fe3+ ini bergabung dengan apoferritin


membentuk ferritin yang kemudian disimpan, besi yang terdapat pada
plasma seimbang dengan bentuk yang disimpan.
Absorbsi zat besi dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu :
1. Kebutuhan tubuh akan besi, tubuh akan menyerap sebanyak yang dibutuhkan.
Bila besi simpanan berkurang, maka penyerapan besi akan meningkat.
2. Rendahnya asam klorida pada lambung (kondisi basa) dapat menurunkan

penyerapan Asam klorida akan mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih
mudah diserap oleh mukosa usus.
3. Adanya vitamin C gugus SH (sulfidril) dan asam amino sulfur dapat
meningkatkan bsorbsi karena dapat mereduksi besi dalam bentuk ferri
menjadi ferro. Vitamin C dapat meningkatkan absorbsi besi dari makanan
melalui pembentukan kompleks ferro askorbat. Kombinasi 200 mg asam
askorbat dengan garam besi dapat meningkatkan penyerapan besi sebesar 25
– 50 persen.
4. Kelebihan fosfat di dalam usus dapat menyebabkan terbentukny kompleks
besi fosfat yang tidak dapat diserap.
5. Adanya fitat juga akan menurunkan ketersediaan Fe
6. Protein hewani dapat meningkatkan penyerapan Fe
7. Fungsi usus yang terganggu, misalnya diare dapat menurunkan penyerapan
Fe.
8. Penyakit infeksi juga dapat menurunkan penyerapan Fe

c. Transport zat besi


Lebih kurang 4 gram zat besi ada dalam tubuh, hanya 2,5 -3 mg yang
berada dalam transferin menuju ketempat penyimpanan Fe (depot iron), atau
ketempat sintesis hemoglobin (Fe hemoglobin) dan untuk sebagian kecil
sekali Fe dipakai dalam proses enzimatous dimana diperlukan ion serum. Ada
2 jalan yang ditempuh untuk mengangkut zat besi :
1. Dengan transferin yang terdapat dalam plasma.
Transferin merupakan zat putih telur betaglobulin dengan berat
molekul 80.000 -90.000. Transferin yang jenuh dengan zat besi melekat
pada dinding retikulosit. Setelah transferin melekat pada membran
retikulosit tersebut, zat besi akan ditinggalkan pada permukaan, sedangkan
transferin akan bebas kembali. Proses pelepasan Fe ini berlangsung
dengan bantuan ATP dan asam askorbik sebagai katalisator. Selanjutnya
zat besi yang ada pada membran tersebut akan menuju ke mitrokondria
dan seterusnya bereaksi dengan protoforfirin untuk membentuk heme. Bila
kejenuhan besi dalam transferin kurang dari 20 % maka Fe akan sukar
dilepaskan. Fisiologis kejenuhan Fe antara 30 -35 %. Bilamana kejenuhan
zat besi melebihi dari 35 % maka Fe akan dilepaskan dalam tempat-tempat
penyimpanan besi (hati, limpa, dan sumsum tulang) serta dijaringan-
jaringan tubuh yang lainnya.
2. Dengan proses pinositosis oleh sel RES.
Menurut Bessis dijumpai suatu " nurse cell " yaitu sel raksasa RES
yang berfungsi sebagai perawat eritroblas. Eritroblas eritroblas ini
ditangkap oleh "nurse cell " tersebut yang dalam protoplasmanya sudah
dijenuhkan dengan feritin, selanjutnya terjadi proses pinositosis. Dowdle
mengemukakan bahwa besi masuk kedalam mukosa usus dalam bentuk
ion atau terikat bukan dengan protein yang mempunyai berat molekul kecil
dan diabsorbsi oleh usus. Proses absorbsi ini tidak memerlukan energi.
Selanjutnya didalam sel mukosa usus persenyawaan besi itu akan berdifusi
melalui membran sel pembuluh darah, masuk kedalam plasma. Untuk
proses ini dibutuhkan energi yang diperoleh dari , oksidasi. Zat besi yang
tidak cepat melintas kedalam plasma akan tertimbun di sel mukosa usus
dan bersenyawa dengan apoferitin menjadi feritin. Zat besi diangkut dalam
plasma secara terikat dengan protein yang disebut transferin atau
siderofilin, protein tersebut dibentuk dihati dan dalam plasma kadarnya
kurang lebih 2.5 gr/L, yang mengandung 2,5 - 3 mg Fe. Kemampuan daya
ikat besi (Total Iron Binding Capacity = TIBC) meningkat pada anemia
defisiensi besi, kehamilan dan hipoksia. TIBC akan menurun bila ada
infeksi dan pada keadaan kekurangan protein yang berat.
Untuk memobilisasi zat besi bentuk feritin yang ada ditempat
penyimpanannya seperti di hati, persenyawaan ferri (Fe+++) direduksi
menjadi persenyawaan ferro (Fe++). Persenyawaan ferro dalam sel tempat
cadangan besi ini dapat melintasi dinding pembuluh kapiler masuk
kedalam plasma.

d. Ekskresi zat besi


Berbeda dengan keadaannya pada mineral-mineral lainnya maka tubuh
manusia tidak sanggup untuk mengatur keseimbangan zat besi melalui
ekskresi. Jumlah zat besi yang dikeluarkan tubuh setiap hari hanya sangat
kecil saja berkisar antara 0,5 -1 mg / hari. Ekskresi ini relatif konstan dan tidak
dipengaruhi oleh jumlah besi didalam tubuh atau absorbsinya. Besi keluar
melalui rambut, kuku, keringat, empedu, air kemih, dan yang paling besar
melalui deskuamasi sel epitel saluran pencernaan.
Pada wanita selama mensturasi dapat kehilangan besi antara 0,5 -1
mg /hari. Wanita habis melahirkan dengan perdarahan normal dapat
kehilangan besi 500 -550 mg / hari.

e. Kebutuhan zat besi


Kebutuhan zat besi dalam makanan setiap harinya sangat berbeda, hal
ini tergantung pada umur, sex, berat badan dan keadaan individu masing-
masing. Kebutuhan zat besi yang terbesar ialah dalam 2 tahun kehidupan
pertama. selanjutnya selama periode pertumbuhan cepat dan kenaikan berat
badan pada usia remaja dan sepanjang masa produksi wanita.
Laki-laki normal dewasa memerlukan zat besi 1 -2 mg / hari, Pada
masa pertumbuhan diperlukan tambahan sekitar 0,5 -1 mg / hari, sedangkan
wanita pada masa mensturasi memerlukan tambahan zat besi antara 0,5 -1
mg / hari.
Pada wanita hamil kebutuhan zat besi sekitar 3 -5 mg / hari dan
tergantung pada tuanya kehamilan. Pada seorang laki laki normal dewasa
kebutuhan besi telah cukup bila dala makanannya terdapat 10-20 mg zat besi
setiap harinya.

f. Cadangan zat besi


Sekitar 25 % dari jumlah total zat besi dalam tubuh berada dalam
bentuk cadangan zat besi (depot iron), berupa feritin dan hemosiderin yang
merupakan zat putih telur yang dapat mengikat besi. Feritin dan hemosiderin
tersebut sebagian besar terdapat dalam limpa, hati, dan sumsum tulang. Dalam
keadaan normal cadangan zat besi terdiri dari 65 % feritin dan 35 %
hemosiderin.
1. Ferritin
Dapat larut dalam air dan merupakan suatu persenyawaan zat besi
dan protein dengan berat molekul 900.000 yang terdiri dari apoferritin dan
suatu koloid ferriphosphat hidroksida. Zat besi yang dikandungnya
bervariasi jumlahnya, pada umumnya 20-30 % dari berat molekulnya, atau
5000 atom Fe permolekul. Dengan pemeriksaan elektroforesis maka dapat
diketahui bahwa ferritin yang berasal dari limpa, hati, dan retikulosit
ternyata mempunyai mobilitas yang berbeda-beda.
Perbedaan ini tidak berdasarkan atas banyaknya zat besi yang
dikandungnya, akan tetapi didasari atas muatan listrik pada permukaannya,
yang dapat mengadakan reaksi dengan anti ferritin antibodi.
Dalam sumsum tulang dijumpai 2 jenis ferritin:
1. Ferritin anabolik
Ferritin sumsum tulang dengan mobilitas yang sama seperti ferritin
yang terdapat dalam gel retikulosit (SDM yang sedang tubuh).
2. Ferritin katabolik
Ferritin sumsum tulang dengan mobilitas yang sama seperti ferritin di
dalam limpa dan jaringan RES lainnya.
2. Hemosiderin
Mempunyai sifat tidak larut dalam air, merupakan persenyawaan
zat besi dengan protein yang berpartikel besar, dan merupakan kompleks
koloidal Fe(OH)2 dengan fosfat, sebagai suatu derivat dari ferritin.
Ada 3 cara mengevaluasi kadar zat besi cadangan (depot iron):
1. Dengan flebotomi.
Cara ini ketepatannya untuk menghitung kadar ferritin baik sekali,
akan tetapi sulit dilaksanakan secara praktis, karena darah yang diambil
dari penderita harus cukup banyaknya.
2. Dengan pewarnaan Prussian Blue ( iron staining) sediaan sumsum
tulang.
Hemosiderin akan berwarna biru coklat seperti karat besi oleh
Prussian Blue ini. Cara ini ketepatannya kurang baik, karena
pembacaannya sangat subjektif, tergantung pada ketelitian yang
memeriksa.
3. Dengan Radio Immuno Assay (RIA).
Cara ini merupakan cara yang paling baik, WHO menganjurkan
pemeriksaan ferritin secara RIA untuk menilai jumlah cadangan besi
secara sempurna dan tepat.

g. Keseimbangan negatif dari zat besi


Bila seseorang anak / bayi sedang tumbuh membutuhkan zat besi yang
lebih banyak dari pada cadangan zat besi yang ada, maka anak atau bayi
tersebut akan mengalami keseimbangan zat besi yang negatif. Bila keadaan ini
menetap, maka usaha yang pertama dari tubuh adalah cadangan zat besi akan
dipakai, bila cadangan zat besi habis, maka bagian zat besi yang berfungsi
akan dengan cepat pula berkurang.
Terdapat 3 tingkat kekurangan zat besi ini :
1. Tingkat I
"Iron depletion" yang ditandai dengan berkurangnya atau tidak
adanya cadangan besi, sehingga ferritin plasma akan menurun dan
absorbsi zat besi akan meningkat. Pada orang dewasa keadaan ini mudah
dibedakan dengan keadaan normal, tetapi pada anak yang sedang tumbuh
agak sulit ditentukan, karena pada anak-anak yang sedang tumbuh dalam
keadaan normalpun bisa didapati kadar hemosiderin dalam sumsum tulang
yang sangat rendah.
2. Tingkat II
Bilamana keseimbangan zat besi yang negatif menjadi lebih
progresif, maka terjadilah keadaan yang dinamakan "Iron deficiency
erythropoesis" dengan tanda-tanda penurunan cadangan zat besi (depot
iron) dalam tubuh, penurunan kadar besi dalam serum, dan penurunan
kadar jenuh transferin sampai kurang dari 16 %, tapi belum ada tanda-
tanda anemia yang jelas.
3. Tingkat III.
Dinamakan " Iron deficiency anemia " Pada tingkat ini
keseimbangan zat besi yang negatif ditandai dengan adanya anemia yang
nyata, disertai dengan kelainan-kelainan seperti pada tingkat II.
Peran besi dalam pembentukan Hb

Diagnosis defisiensi besi


ANALISIS MASALAH

1. Bagaimana hubungan usia dengan keluhan yang dialami ?


Jawab : Tidak ada hubungan secara langsung antara usia dengan keluhan
mudah lelah, lemas, pandangan berkunang-kunnag, sering sakit kepala,
dan napas terengah-engah, akan tetapi dari keluhan tersebut yang bisa
mengacu pada penyakit anemia, ada kaitannya. Studi survei karakteristik
ibu hamil dengan kejadian anemia yang dilakukan oleh Yuniarti (2008)
didapatkan bahwa ibu hamil yang menderita anemia lebih banyak terdapat
pada umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. Seorang wanita
hamil pada usia berisiko, yaitu < 20 tahun akan terjadi kompetisi makanan
antara janin dan ibunya yang masih dalam proses pertumbuhan dan adanya
pertumbuhan hormonal yang terjadi selama kehamilan. Sedangkan ibu
hamil di atas usia 35 tahun cenderung mengalami anemia disebabkan
karena pengaruh turunya cadangan zat besi dalam tubuh akibat masa
fertilisasi.

2. Bagaimana faktor risiko kehamilan di usia 35 tahun pada kasus ?


Jawab :
Dari keluhan yang dialami oleh Ibu Rani, maka dapat dikatakan bahwa Ibu
Rani mengalami anemia. Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh
kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan
masa selanjutnya. Penyulit yang dapat timbul akibat anemia : keguguran
(abortus), persalinan preterm, persalinan yang lama akibat kelelahan otot
rahim, perdarahan pasca melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot
rahim (atonia arteri), syok, serta anemia yang berat dapat menyebabkan
dekompensasi kordis. Hipoksia akibat anemia juga dapat menyebabkan
syok dan kematian ibu pada persalinan.
Pengaruh anemia pada kehamilan. Risiko pada masa antenatal : berat
badan kurang, plasenta previa, eklampsia, ketuban pecah dini. Pada masa
intranatal, akibat anemia tenaga untuk mengedan menjadi lemah,
perdarahan intranatal, syok. Pada masa pascanatal dapat terjadi
subinvolusi.
Sedangkan pada neonatus, dapat terjadi prematur, apgar score rendah,
gawat janin. Bahaya pada trisemester II dan trisemester III, anemia dapat
menyebabkan terjadinya partus prematur, perdarahan antepartum,
gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai
kematian, gestosis dan mudah terkena infeksi dan dekompensasi kordis
hingga kematian pada Ibu.

3. Bagaimana hubungan nutrisi yang dikonsumsi Rani terhadap keluhan yang


dialami ?
Jawab : Dari skenario dijelaskan bahwa Ibu Rani sehari-hari hanya makan
nasi dengan sayur dan makan dengan telur atau tempe satu kali dalam
seminggu, menunjukkan bahwa Ibu Rani mengalami defisiensi besi. Untuk
defisiensi besi sendiri dapat dikenali dengan gejala : mudah lelah, muka
pucat, sakit kepala dan pusing, jantung berdebar-debar, rambut rontok,
lidah dan mulut bengkak, sindrom kaki gelisah, dan kuku berbentuk
seperti sendok.

4. Bagaimana interpretasi pemeriksaan penunjang ?


Jawab :
Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan Nilai Normal Interpretasi
Laboratorium
Hemoglobin (Hb) 12-14 g/dL 8 g/Dl Rendah (anemia)
Hematokrit (Ht) 35-45 vol % 23 vol % Rendah (hemodilusi)
Red Blood Cell 4-5×106 / mm3 3,1×106 /mm3 Rendah
White Blood Cell 5.000-10.000 /mm3 7.400 /mm3 Normal
Rendah (ADB, anemia
MCV 82-92 fL 74 Fl
mikrositik)
Rendah (anemia
MCH 27-32 pg 26 pg
mikrositik)
MCHC 32-36 % 35 % Normal
Trombosit 150-450×103 /mm3 320×103 /mm3 Normal
Diff Count B=0 B=0 Normal
E = 0-2 E=2
N = 0-8 N=3
LB = 50-70 LB = 58
LS = 20-50 LS = 32
M = 2-8 M=5
Laju Endap Darah
0-20 mm/jam 40 mm/jam Meningkat
(LED)
Besi Serum 35-150 µg/dL 15 µg/dL Rendah
Total Iron Binding
260-445 µg/dL 560 µg/ dL Meningkat
Capacity (TIBC)
Ferritin 13-150 ng/mL 5 ng/mL Rendah
Saturasi Transferin 20-45% 2,6% Rendah

5. Bagaimana mekanisme abnormalnya ?


1. Anemia : cadangan besi menurun  besi yang bisa diikat oleh
protoporfirin hanya sedikit  heme yang terbentuk sedikit 
hemoglobin yang terbentuk berkurang  anemia
2. Hemodilusi : cadangan besi menurun  heme yang terbentuk sedikit
 hemoglobin yang terbentuk berkurang  adanya gangguan
eritropoiesis  RBC yang dihasilkan berkurang  hematokrit rendah
3. RBC rendah : cadangan besi menurun  heme yang terbentuk sedikit
 hemoglobin yang terbentuk berkurang  adanya gangguan
eritropoiesis  RBC yang dihasilkan berkurang
4. MCV rendah : cadangan besi menurun  RBC yang dihasilkan
berkurang  nilai MCV ikut menurun
5. MCH rendah : cadangan besi menurun  hemoglobin yang terbentuk
berkurang  nilai MCH ikut menurun
6. LED meningkat : cadang besi menurun  heme yang terbentuk sedikit
 hemoglobin yang terbentuk berkurang  gangguan eritropoiesis 
jumlah RBC lebih sedikit daripada plasma pada pembuluh darah 
LED meningkat atau kondisi Ibu Rani yang sedang hamil  produksi
fibrinogen lebih tinggi  RBC lebih sedikit daripada plasma  LED
meningkat
7. Besi Serum rendah : cadangan besi menurun  besi serum rendah
8. TIBC meningkat : cadangan besi menurun  cadangan besi menjadi
kosong  apotransferin yang dibentuk hati menurun dan tidak terjadi
pengikatan dengan besi  transferin yang terbentuk sedikit 
transferin berusaha mengikat besi dari manapun  TIBC meningkat
9. Ferritin rendah : cadangan besi dalam tubuh menurun  ferritin ikut
rendah
10. Saturasi transferin rendah : cadangan besi menurun  besi serum
rendah dan TIBC meningkat  perhitungan saturasi transferin (besi
serum/ TIBC × 100% )  saturasi transferin rendah

6. Apa diagnosis penyakit pada kasus berdasarkan keluhan, hasil


pemeriksaan fisik, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan ?
Jawab :
Anemia Anemia akibat
Anemia
Defisiensi Penyakit Trait Thalassemia
Sideroblastik
Besi Kronik
MCV Menurun Menurun/N Menurun Menurun/N
MCH Menurun Menurun/N Menurun Menurun/N
Besi Serum Menurun Menurun N N
TIBC Meningkat Menurun N/ meningkat N/ meningkat
Menurun Menurun/ N Meningkat
Saturasi Transferin Meningkat >20%
<15% 10-20% >20%
Protoporfirin
Meningkat Meningkat Normal Normal
eritrosit
Menurun Meningkat 20- Meningkat 50 Meningkat 50
Feritin serum
<20 µg/ dL 200 µg/ dL µg/dL µg/dL

DAFTAR PUSTAKA

(t.thn.). Dipetik November 13, 2019, dari Universitas Sumatera Utara:


http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/39680/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=2162419F40A6CF7D4D21D978B793C315?
sequence=4
Amirnu. (2012, Oktober 8). Metabolisme Besi dan Pembentukan Hemoglobin.
Dipetik November 13, 2019, dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/39680/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=2162419F40A6CF7D4D21D978B793C315?
sequence=4
Fitriana, D. A. (2016, September 1). Gizi Seimbang Ibu Hamil. Dipetik November
13, 2019, dari http://gizi.fk.ub.ac.id/gizi-seimbang-ibu-hamil/
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Pedoman Interpretasi Data
Klinik. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Sukaisi, S. (2017, Agustus 28). Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kejadian
Anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas Wirobrajan. Dipetik November 13, 2019,
dari http://digilib.unisayogya.ac.id/4054/1/Naskah%20Publikasi_Santi
%20Sukaisi_1610104396_DIV_8A.pd

Anda mungkin juga menyukai