Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kurikulum 2013 menuntut perubahan paradigma dalam penyelenggaraan


pendidikan dan pembelajaran pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Perubahan-
perubahan paradigma pembelajaran yang diharapkan meliputi orientasi, model,
pendekatan, metode, dan teknik perencanaan, pelaksanaan, serta penilaian
pembelajaran. Perubahan paradigma menginginkan pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik. Pembelajaran memberikan peluang yang banyak bagi aktivitas dan
partisipasi peserta didik untuk mengembangkan dan memaksimalkan potensi, serta
pembelajaran yang bersifat kontekstual dengan memanfaatkan kehidupan nyata dan
lingkungan sekitar siswa sebagai bahan dan sumber belajar. Pernyataan ini didukung
oleh Trianto (2009: 10) yang menegaskan bahwa salah satu perubahan paradigma
pembelajaran adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher
centered) beralih berpusat pada peserta didik (student centered), metodologi yang
semula lebih didominasi oleh ekspositori berganti menjadi partisipatori, dan
pendekatan yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual.
Perubahan-perubahan itu dimaksudkan untuk lebih meningkatkan mutu, baik dari
segi proses maupun hasil pembelajaran.

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui


interaksi dengan lingkungan (Hamalik 2010:36). Belajar memegang peranan penting
didalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan bahkan
persepsi manusia. Belajar adalah usaha penguasaaan materi ilmu pengetahuan yang
merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sardiman
2010:20). Krisis pendidikan yang melanda bangsa Indonesia saat ini membuat
kekhawatiran tersendiri bagi para orang tua dan pihak sekolah yang telah dipercaya
sebagai lembaga pendidik. Lemahnya tingkat berpikir siswa menjadi sebuah

1
2

tantangan besar bagi para pendidik. Oleh karena itu guru dituntut harus mampu
merancang dan melaksanakan program pengalaman belajar dengan tepat agar siswa
memperoleh pengetahuan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi
siswa. Bermakna di sini berarti bahwa siswa akan dapat memahami konsep-konsep
yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata.

Pada umumnya pembelajaran di kelas selama ini cenderung monoton dan tidak
menarik, sehingga beberapa pelajaran ditakuti dan selalu dianggap sulit oleh siswa,
misalnya pelajaran matematika. Pembelajaran matematika oleh guru
cenderung bersifat belajar pasif dengan menggunakan metode ceramah hampir di
sebagian besar aktivitas proses belajar mengajarnya di kelas, dan
sangat tergantung pada kegiatan yang ditawarkan oleh buku pelajaran matematika
yang dimiliki guru dan siswa tanpa memperhatikan sumber lainnya. Matematika
adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berfikir, karena itu matematika
sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam
menghadapi kemajuan IPTEK sehingga matematika perlu dibekalkan kepada setiap
peserta didik sejak SD dan bahkan sejak TK (Hudoyo, 2005:35). Hal tersebut di atas
sesuai dengan pernyataan dari Depdiknas (2006:187) yang menyatakan bahwa:

“Tujuan pendidikan matematika bagi pendidikan dasar dan menengah adalah


mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam
kehidupan sehari-hari dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan
bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan
efisien, dan mempersiapkan diri agar dapat menggunakan matematika dan pola
pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai
ilmu pengetahuan”.

NCTM juga menetapkan tujuan dari belajar matematika adalah (1989:214) adalah
sebagai berikut:
3

“(1) Mengevaluasikan ide-ide matematis baik secara lisan, tulisan, maupun


dalam bentuk visual lainnya; (2) Kemampuan dalam menggunakan istilah-
istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan
ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan model-model situasi”.

Penanaman konsep awal pada siswa merupakan hal utama yang harus dilakukan
oleh seorang guru karena hal itu menjadi modal bagi siswa untuk mempelajari
materi selanjutnya. Untuk itu, dalam belajar matematika siswa harus banyak berlatih
mengerjakan soal agar lebih memahami konsep-konsep yang ada sehingga dapat
mencapai hasil yang diharapkan. Matematika dari bentuknya yang sederhana sampai
yang paling kompleks memberikan sumbangan dalam pembangunan ilmu
pengetahuan lainnya, serta dalam kehidupan sehari-hari. Demikian juga matematika
sebagai proses yang aktif, dinamik, dan generatif melalui kegiatan matematika
memberikan sumbangan yang penting bagi siswa dalam pengembangan nalar, berfikir
logis, sistimatis, kritis, dan cermat, serta bersifat objektif dan terbuka dalam
menghadapi berbagai masalah.

Namun, pada kenyataannya pembelajaran matematika yang terjadi belum


menunjukan peningkatan yang berarti. Dalam proses belajar di kelas terdapat
keterkaitan yang erat antara guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Guru
mempunyai tugas untuk memilih metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan
materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pendidikan. Matematika
merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak, sehingga dituntut kemampuan guru
untuk dapat mengupayakan metode yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangan
mental siswa. Selain itu, agar pelajaran matematika dapat diserap baik oleh siswa
maka seorang guru dapat membuat program pembelajaran dengan memanfaatkan
media pembelajaran yang tepat sehingga diharapkan dapat meningkatkan minat dan
hasil belajar siswa. Dalam dunia pendidikan, pengajaran yang efektif adalah
pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas
sendiri (Slameto, 2010:92).
4

Masalah yang dihadapi dalam pembelajaran matematika saat ini adalah kurang
diterapkannya pembelajaran siswa aktif (active learning). Guru lebih banyak
mengajarkan matematika secara tradisional, yaitu secara informatif dengan metode
ceramah, dan pemberian tugas. Pembelajaran matematika dengan metode ini kurang
memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi sesamanya, dan mengeluarkan
pendapat. Kegiatan belajar seperti ini lebih bersifat individual. Keberhasilan metode
ini sangat bergantung kepada kemampuan siswa untuk mengingat dan kemampuan
improvisasi guru. Terlebih lagi pada materi yang bersifat abstrak seperti pada materi
segiempat. Dalam penyampaian materi ini tidak dapat dilakukan dengan metode
ceramah dan pemberian tugas saja.

Selanjutnya kemampuan komunikasi matematika siswa juga sangat berperan


dalam pembelajaran matematika. Dengan kemampuan komunikasi, siswa dapat
menjelaskan atau menyampaikan ide-ide dan konsep-konsep matematika, disamping
itu terjadi respon antar siswa dalam proses pembelajaran. Pada akhirnya dapat
membawa siswa pada pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep matematika
yang telah dipelajari. Kemampuan komunikasi matematika merupakan kemampuan
untuk menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara tertulis. Menurut
Baroody (1993) bahwa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan
pendekatan tradisional, komunikasi merupakan largerly a one – way affair.
Komunikasi siswa masih sangat terbatas pada jawaban verbal yang pendek atas
berbagai pertanyaan yang diajukan oleh guru.

Dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di SMA/MA, guru bukan lagi


berperan sebagai satu-satunya narasumber dalam pembelajaran melainkan berperan
sebagai motivator dan fasilitator yang membimbing siswa untuk mempelajari
matematika. Iklim belajar yang berlangsung dalam suasana keterbukaan dan
demokratis akan memberikan kesempatan yang optimal bagi siswa untuk
5

memperoleh informasi yang lebih banyak mengenai materi yang dibelajarkan dan
sekaligus melatih siswa untuk melakukan aktivitas yang optimal pada proses
pembelajaran. Oleh karena itu perlu adanya metode pembelajaran yang bervariasi
agar jalannya proses belajar mengajar tidak membosankan, sehingga dapat menarik
perhatian siswa untuk belajar dan pada akhirnya kualitas pembelajaran semakin
meningkat. Penggunaan metode yang bervariasi tidak akan menguntungkan kegiatan
belajar mengajar bila penggunaannya tidak tepat dan tidak sesuai dengan situasi yang
mendukung dan dengan kondisi psikologis siswa. Pembelajaran matematika
didasarkan kepada belajar secara aktif akan lebih menekankan peranan siswa untuk
belajar. Guru memegang peranan penting untuk menciptakan kondisi yang
memungkinkan siswa dalam mengembangkan dirinya sebagai siswa aktif.
Kemampuan guru dalam menggunakan berbagai metode, dan media pembelajaran
sangat diperlukan.

Untuk memperoleh minat yang tinggi dan kemampuan komunikasi matematika


yang lebih baik, salah satu alternatif agar pembelajaran matematika tidak monoton
dan berlangsung multiarah adalah dengan menggunakan metode inkuiri bersifat open
ended melalui diskusi kelompok kecil. Metode inkuiri merupakan salah satu metode
pengajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013, karena variatif dan
menyenangkan. Gulo (2002:84) mengemukakan bahwa metode inkuiri merupakan
suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,
analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya. Dalam hal ini
peranan guru sangat menentukan, karena guru selain sebagai pemberi informasi guru
juga sebagai motivator, fasilitator dan pengarah. Dengan demikian, pembelajaran
inkuiri yang terbentuk adalah inkuiri dengan bimbingan dari guru. Agar siswa
mencapai kompetensi dasar yaitu menghitung luas bangun segi empat serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah maka salah satu cara yang digunakan
oleh guru adalah dengan menyusun pertanyaan yang bersifat open ended. Pertanyaan-
6

pertanyaan open ended adalah masalah yang biasanya diberikan pada siswa untuk
membuat suatu keputusan (Soedjoko dalam Siti Rukoiyah, 2007). Masalah open
ended bisa bersifat divergen atau konvergen. Bersifat divergen jika suatu masalah
memiliki banyak solusi dan berbagai cara mengerjakan. Dalam penelitian ini,
masalah open ended bersifat konvergen yaitu memiliki banyak cara mengerjakan
tetapi hanya memiliki satu solusi. Jadi Inkuiri dapat bersifat open ended jika ada
berbagai kesimpulan yang berbeda dari masing-masing siswa dengan argumen yang
benar.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan


judul : “Penerapan Metode Inkuiri Bersifat Open Ended Untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematika dan Minat Belajar Siswa Kelas X Avenzoar
SMA Unggulan CT Foundation”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka identifikasi masalah yang


terjadi pada pembelajaran matematika di kelas XI Avenzoar SMA Unggulan CT
Foundation Tahun Pelajaran 2019/2020 adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan komunikasi matematika siswa masih rendah yaitu kemampuan


untuk menjelaskan ide matematika secara tertulis dengan grafik, aljabar atau
simbol matematika.
2. Rendahnya minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
3. Proses pembelajaran matematika yang dilakukan guru kurang melibatkan
aktivitas siswa.
4. Guru belum menggunakan metode inkuiri bersifat open ended dalam
pembelajaran.
7

1.3 Pembatasan Masalah

Melihat luasnya cakupan masalah yang teridentifikasi dibandingkan dengan


waktu dan kemampuan yang dimiliki peneliti, maka peneliti merasa perlu
memberikan batasan terhadap masalah yang akan dikaji agar analisis hasil penelitian
ini dapat dilakukan dengan lebih mendalam dan terarah. Oleh karena itu penelitian ini
terbatas pada kemampuan komunikasi matematika dan minat belajar melalui metode
inkuiri bersifat open ended materi program linear siswa kelas XI Avenzoar SMA
Unggulan CT Foundation Tahun Pelajaran 2019/2020.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasakan hal-hal yang telah diuraian di atas, maka rumusan masalah yang
timbul adalah :

1. Apakah penerapan metode inkuiri bersifat open ended dapat meningkatkan


kemampuan komunikasi matematika siswa dalam pembelajaran matematika
materi program linear di kelas XI Avenzoar SMA Unggulan CT Foundation
Tahun Pelajaran 2019/2020?
2. Apakah penerapan metode inkuiri bersifat open ended dapat meningkatkan
minat belajar siswa pada pembelajaran matematika di kelas XI Avenzoar
SMA Unggulan CT Foundation Tahun Pelajaran 2019/2020?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa dengan


menerapkan metode inkuiri bersifat open ended materi program linear di
kelas XI Avenzoar SMA Unggulan CT Foundation Tahun Pelajaran
2019/2020.
8

2. Untuk meningkatkan minat belajar siswa pada pembelajaran matematika


dengan menerapkan metode inkuiri bersifat open ended di kelas XI
Avenzoar SMA Unggulan CT Foundation Tahun Pelajaran 2019/2020.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Siswa
a. Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika.
b. Melatih siswa agar berani untuk mengemukakan pendapat atau
mengajukan pertanyaan.
c. Meningkatkan kerjasama antar siswa.
d. Mampu mendorong siswa untuk berpikir dari berbagai sudut pandang.
e. Menimbulkan persaingan yang sehat antar siswa.
2. Bagi Guru
a. Dapat mengembangkan kreativitas guru dalam menciptakan variasi
pembelajaran di kelas.
b. Dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran di kelas dengan
baik.
c. Dapat mengukur keberhasilan guru dalam menerapkan suatu metode
mengajar.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan yang berarti bagi
sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran khususnya pembelajaran
matematika di SMA Unggulan CT Foundation.
4. Bagi Peneliti
a. Memperoleh pengalaman langsung dalam praktek pembelajaran
matematika melalui metode pembelajaran inkuiri bersifat open ended.
9

b. Memperoleh bekal tambahan sebagai guru matematika sehingga


diharapkan dapat bermanfaat kelak ketika mempunyai permasalahan yang
sama.
c. Peneliti dapat mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan yang
diperoleh dalam pembelajaran matematika.

Anda mungkin juga menyukai