Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
Dr.Asrizal,M.Si
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul ”Pentingnya perkiraan curah hujan pada pertanian” ini sesuai
dengan referensi, kemampuan, serta ilmu pengetahuaan yang penulis miliki.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari teman-teman yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air menjadi sumber terpenting bagi dunia pertanian. Tak salah jika dikatakan bahwa air
adalah sumber kehidupan. Kehidupan makhluk hidup di muka bumi ini sebagian besar
ditopang oleh ketersediaan air untuk keberlangsungan hidupnya. Hal ini berlaku juga bagi
tanaman yang memanfaatkan air dalam semua kegiatan metabolismenya, baik fotosintesis
maupun respirasi dan transpirasinya.
Dunia pertanian erat kaitannya dengan istilah tanaman dan hewan. Tanaman sebagai
penghasil produk nabati dan hewan sebagai penghasil produk hewani sebagian besar
membutuhkan air dalam proses kehidupannya. Air diperoleh dari banyak sumber, salah
satunya berasal dari hujan. Hujan memberikan banyak kandungan kimia yang sangat
dibutuhkan tanaman baik unsur makro dan unsur mikro yang tersedia di udara. Namun tidak
semua daerah dan kondisi bisa mendatangkan hujan. Iklim Indonesia yang tropis tentunya
menyediakan air melalui hujan hampir merata sepanjang tahun. Banyak tanaman dari
berbagai komoditi dapat tumbuh dengan baik dan subur di sini, termasuk tanaman pertanian.
Oleh karena itu, prakiraan cuaca yang dapat menetukan waktu dan musim hujan maupun
kemarau sangatlah penting bagi dunia pertanian, sehingga petani sebagai pembudidaya dapat
menyesuaikan atau memanage usaha taninya mengikuti arah musim. Prakiraan curah hujan
juga berhubungan erat dengan ketersedian pangan, hal ini berpengaruh pada gagal panen
yang bisa saja disebabkan oleh kekeringan maupun banjir dan factor lainnya yang bisa
disebabkan oleh cuaca.
Prakiraan curah hujan identik dengan bagian dari pembahasan klimatologi. Produktivitas
pertanian sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air dan unsur iklim, seakan iklim maupun
cuaca menjadi faktor penghambat produksi pertanian. Iklim adalah bagian dari komponen
ekosistem yang sulit sekali dikendalikan oleh manusia. Melalui prakiraan atau ramalan cuaca
dapat diprediksi antara waktu tersedia curah hujan yang kurang, cukup, melimpah dan tidak
tersedia sama sekali. Keterkaitan ini tergambar dari kerja sama yang baik antara instansi
pengelola dan pengguna data iklim.
Informasi menyangkut curah hujan yaitu jumlah hujan, jumlah hari hujan dan
sebarannya menurut waktu mutlak diperlukan oleh pelaku usaha pertanian. Hal ini tidak
hanya mengkondisikan ekosistem tanaman agar tumbuh baik dan subur sesuai dengan
fisiologisnya, tetapi sangat berpengaruh terhadap faktor serangan hama dan penyakit
tanaman.
Informasi prakiraan cuaca mendukung pertanian dalam hal peta iklim, pola curah hujan,
musim kering, kesesuaian lahan dan komoditas pertanian yang akan diusahakan. Jumlah air
yang cukup sesuai kebutuhan tanaman dapat diprediksi melalui ramalan cuaca. Kegiatan ini
tak terlepas dari peran BMKG dalam menyajikan data yang tepat dalam setiap musimnya,
mengurangi resiko kegagalan melalui informasi data iklim yang tepat
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Kegunaan Penulisan
Rotasi bumi adalah gerakan bumi berputar pada sumbu porosnya. Meskipun bumi
berputar, namun penduduk bumi tidak merasakan adanya perputaran ini. Hal ini
dikarenakan adanya gravitasi bumi dan kecepatan rotasi bumi yang sangat cepat.
Sehingga, penduduk bumi tidak merasakan adanya perputaran ini.
Rotasi Bulan adalah perputaran Bulan pada porosnya dari arah Barat ke Timur.
Satu kali berotasi memerlukan waktu sama dengan satu kali revolusinya mengelilingi
Bumi. Akibatnya permukaan Bulan yang terlihat dari Bumi relatif tetap. Adanya
sedikit perubahan permukaan Bulan yang menghadap ke Bumi juga diakibatkan oleh
adanya gerak angguk bulan pada porosnya.
.
4. Kelembaban Tanah dan Udara
Udara dengan mudah menyerap kelengasan dalam bentuk uap air. Banyaknya
bergantung pada suhu udara dan suhu air. Makin tinggi suhu udara, makin banyak uap
air yang dapat dikandungnya (Wilson, 1993).
Kelembaban adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentrasi ini dapat
diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan
relatif. Alat untuk megukur kelembapan disebut higrometer. Sebuah humidistat
digunakan untuk mengatur tingkat kelembapan udara dalam sebuah bangunan dengan
sebuah pengawalembap (dehumidifier). Dapat dianalogikan dengan sebuah
thermometer dan thermostat untuk suhu udara. Konsentrasi air di udara pada tingkat
permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30 oC (86 oF), dan tidak melebihi 0,5%
pada 0 oC (32 oF) (Anonim, 2007).
Kelembaban nisbi suatu tempat tergantung pada suhu yang menentukan kapasitas
udara untuk menampung uap air serta kandungan uap air aktual di tempat tersebut.
Kandungan uap air aktual ini ditentukan oleh ketersediaan air ditempat tersebut serta
energi untuk menguapkannya (Handoko, 1993).
Kelembaban udara dinyatakan oleh tekanan uap air oleh koefisien
hygrometrik/kelembaban relatif atau temperatur titik embun sebab sesungguhnya
tekanan uap tidaklah cukup mencirikan kelembaban sebenarnya (Martha, 1993).
5. Curah Hujan
Hujan merupakan susunan kimia yang cukup kompleks dan bervariasi dari tempat
yang satu ke tempat yang lain, dari musim ke musim pada tempat yang sama dan dari
waktu hujan berbeda. Air hujan terdiri atas: ion-ion natrium, kalium, kalsium, khlor,
karbonat dan sulfat yang merupakan jumlah yang besar bersama-sama (Wisnubroto,
1999)
Hujan merupakan suatu bentuk presipitasi, atau turunan cairan dari angkasa,
seperti salju, hujan es, embun, dan kabut. Hujan terbentuk apabila titik air yang
terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan bumi,
sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering, sejenis presipitasi yang dikenali
sebagai virga (Anonim, 2008).
Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh dipermukaan tanah selama
periode tertentu yang diukur dalam satuan tinggi diatas permukaan horizontal apabila
tidak terjadi penghilangan oleh proses evaporasi, pengaliran dan peresapan.
Dinyatakan sebagai tebal lapisan air yang jatuh diatas permukaan tanah rata seandaiya
tidak ada infiltrasi dan evaporasi. Satuannya adalah mm. curah hujan 1mm berarti
banyaknya hujan yang jatuh diatas sebidang tanah seluas 1m2 = 1mm x 1m2 =
0,01dm x 100dm2 = 1dm3 = 1liter. Hari hujan adalah suatu hari dimana terkumpul
curah hujan 0,5mm atau lebih (Buckman, 1982).
Hujan jatuh ke bumi baik langsung maupun melalui media misalnya ,melalui
tanaman (vegetasi). Di bumi air mengalir dan bergerak dengan berbagai cara. Pada
retensi (tempat penyimpanan) air akan menetap untuk beberapa waktu. Retensi dapat
berupa retensi alam seperti daerah-daerah cekungan,danau tempat-tempat yang
rendah,dll. Maupun retensi buatan seperti tampungan, sumur, embung, waduk,dll
(Anonim,2011).
Secara gravitasi (alami) air mengalir dari daerah yang tinggi ke daerah yang
rendah, sampai ke daerah pantai dan akhirnya akan bermuara ke laut. Aliran ini
disebut aliran permukaan tanah karena bergerak di atas permukaan tanah. Aliran ini
biasanya akan memasuki daerah tangkapan atau daerah aliran menuju ke system
jaringan sungai, system danau atau waduk. Dalam sistem sungai aliran mengalir mulai
dari sistem sungai kecil ke system sungai besar dan akhirnya menuju mulut sungai
atau sering disebut estuary yaitu tempat bertemunya sungai dengan laut.
(Anonim,2011)
Penguapan berasal dari laut dan uap air diserap dalam arus udara yang bergerak
melintasi permukaan laut. Udara bermuatan embun terus menyerap uap air tersebut
hingga menjadi dingin mencapai temperatur di bawah temperatur titik embun,
sehingga terjadilah presipitasi (hujan). Jika temperaturnya rendah, terbentuklah hujan
es atau salju. Menurunnya temperatur massa udara disebabkan oleh konveksi, yaitu
udara yang mengandung embun panas yang temperaturnya bertambah kemudian
berkurang lagi sehingga membentuk awan dan selanjutnya dengan cepat
menimbulkan hujan. Hal ini disebut presipitasi konvektif. Presipitasi orografis berasal
dari arus udara di atas lautan yang bergerak melintasi daratan dan membelok ke atas
karena adanya pegunungan sepanjang pantai, dan akhirnya berubah menjadi dingin di
bawah temperatur jenuh dan menjadi embun (Wilson, 1993)
Sifat Hujan
Sifat hujan adalah perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama
satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat. Sifat
hujan dibagi menjadi 3 kriteria, yaitu:
a. Atas normal (A) : Jika nilai perbandingan terhadap rata-rata lebih besar dari
115%.
b. Normal (N) :Jika nilai perbandingan terhadap rata-rata antara 85%-115%.
c. Bawah normal (BN) :Jika nilai perbandingan terhadap rata-rata kurang dari
85%.(Anonim,2011)
Normal Curah Hujan
a. Rata-rata Curah Hujan Bulanan : adalah nilai rata-rata curah hujan masing-
masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.
b. Normal Curah Hujan Bulanan : adalah nilai rata-rata curah hujan masing-
masing bulan selama periode 30 tahun.
Standar Normal Curah Hujan Bulanan
Standar Normal Curah Hujan Bulanan adalah nilai rata-rata curah hujan pada
masing-masing bulan selama periode 30 tahun, dimulai dari tahun 1901 s/d 1930,
1931 s/d 1960, 1961 s/d 1990 dan seterusnya.
Curah hujan di hitung harian, mingguan, hingga tahunan, sesuai dengan
kebutuhan. Pembangunan saluran drainase, selokan, irigasi, serta pengendalian banjir
selalu menggunakan data curah hujan ini, untuk mengetahui berapa jumlah hujan
yang pernah terjadi di suatu tempat, sebagai perkiraan pembuatan besarnya saluran
atau sarana pendukung lainnya saat hujan sebesar itu akan datang lagi dimasa
mendatang(Bocah,2008).
Alat pengukur curah hujan merupakan alat untuk mengukur curah hujan yang
terjadi pada suatu daerah baik pedesaan, kecamatan, atau provinsi mengacu pada
WMO (World Meterological Organization). Dengan adanya alat pengukur curah
hujan dapat diketahui banyaknya curah hujan yang terjadi setiap waktu. Data curah
hujan dihasilkan otomatis dari alat pengukur curah hujan disimpan secara real-time
dengan menggunakan aplikasi berbasis open-source seperti java dan system operasi
IGOS (Edi Tanoe,2011)
6. Angin
Angin adalah udara yang bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Angin
berhembus dikarenakan beberapa bagian bumi mendapat lebih banyak panas matahari
dibandingkan tempat yang lain. Permukaan tanah yang panas membuat suhu udara di
atasnya naik. Akibatnya udara mengembang dan menjadi lebih ringan (Anonim,
2007).
Angin mengakibatkan meningkatnya penguapan, yang dengan kelembaban yang
cukup mungkin dapat menguntungkan. Namun di daerah-daerah kering, banyak angin
berpengaruh sangat buruk, karena mengakibatkan pengeringan yang kuat. Angin
mempunyai pengaruh mekanis, yang kadang-kadang besar artinya (Vink, 1984).
Angin adalah gerak udara yang sejajar dengan permukaan bumi. Udara bergerak
dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Angin diberi nama sesuai
dengan arah mana angin datang, misalnya angin laut adalah angin yang bertiup dari
laut ke darat (Tyasyono, 2004).
Mata angin merupakan panduan yang digunakan untuk menentukan arah. Umum
digunakan dalam navigasi, kompas, dan peta. Berpandukan pada pusat mata angin,
maka kita akan melihat 8 arah yaitu dengan urutan sebagai berikut (mengikuti arah
jarum jam): 1.Utara (0o), 2. Timur Laut (45o), 3. Timur (90o), 4. Tenggara (135o), 5.
Selatan (180o), 6. Barat Daya (225o), 7. Barat (270o), 8. Barat Laut (315o) (Anonim,
2008).
Kecepatan dan arah angin masing-masing diukur dengan anemometer dan
penunjuk arah angin. Anemometer yang lazim adalah anemometer cawan yang
terbentuk dari lingkaran kecil sebanyak tiga (kadang-kadang empat) cawan yang
berputar mengitari sumbu tegak. Kecepatan putaran mengukur kecepatan angin dan
jumlah seluruh perputaran mengitari sumbu itu memberi ukuran berapa jangkau
angin, jarak tempuh kantung tertentu udara dalam waktu yang ditetapkan (Foth,
1991).
7. Evapotranspirasi
Evaporasi adalah perubahan air menjadi uap air. Yang merupakan suatu proses
yang berlangsung hampir tanpa gangguan selama berjam-jam pada siang hari dan
sering juga selama malam hari. Air akan menguap dari permukaan baik tanah gundul
maupun tanah yang ditumbuhi tanaman, dan juga dari pepohonan permukaan kedap
air atap dan jalan raya air, air terbuka dan sungai yang mengalir (Wilson, 1993).
Pengukuran langsung evapotranspirasi dengan penginderaan jauh masih belum
masih belum dimungkinkan. Pendekatan penginderaan jauh terhadap penentuan
evapotranspirasi terletak pada pengukuran jumlah dan lamanya gerakan air dari tanah
ke atmosfer. Untuk peliputan kawasan yang luas alat yang paling tepat bagi penelitian
evaporasi adalah radiometer inframerah dan pancatat citra dari udara (Ersin Seyhan,
1990).
Ketika air dipanaskan oleh sinar matahari, permukaan molekul-molekul air
memiliki cukup energi untuk melepaskan ikatan molekul air tersebut dan kemudian
terlepas dan mengembang sebagai uap air yang tidak terlihat di atmosfir. Sekitar
95.000 mil kubik air menguap ke angkasa setiap tahunnya. Hampir 80.000 mil kubik
menguapnya dari lautan. Hanya 15.000 mil kubik berasal dari daratan, danau, sungai,
dan lahan yang basah, dan yang paling penting juga berasal dari transpirasi oleh daun
tanaman yang hidup. Proses semuanya itu disebut Evapotranspirasi (Anonim, 2007).
8. Awan
Awan dapat terdiri dari butir-butir air, kristal-kristal es atau kombinasi keduanya.
Bila awan demikian tipisnya hingga sinar matahari atau bulan menembusnya, awan
tersebut sering melahirkan pengaruh-pengaruh optik yang memungkinkan dapat
dibedakan antara awan kristal es dan awan butir air (Masson, 1962).
Awan mencegah radiasi penuh matahari mencapai permukaan bumi, akan
mengurangi masukan energi dan dengan demikian memperlambat proses evaporasi.
(Wilson, 1993).
Awan adalah gumpalan uap air yang terapung di atmosfir. Ia kelihatan seperti
asap berwarna putih atau kelabu di langit. Udara selalu mengandung uap air. Apabila
uap air ini meluap menjadi titik-titik air, maka terbentuklah awan. Penguapan ini bisa
bisa terjadi dengan dua cara :
Apabila udara panas, lebih banyak uap terkandung di dalam udara karena air
lebih cepat menyejat. Udara panas yang sarat dengan air ini akan naik tinggi, hingga
tiba di satu lapisan dengan suhu yang lebih rendah, uap itu akan mencair dan
terbentuklah awan, molekul-molekul titik air yang tak terhingga banyaknya. Suhu
udara tidak berubah, tetapi keadaan atmosfir lembap. Udara makin lama akan menjadi
semakin tepu dengan uap air (Anonim, 2008).
Pada umumnya awan terdiri dari butir-butir air cair yang berukuran sedemikian
kecil sehingga tidak jatuh. Namun apabila awan tersebut mencapai suatu ketinggian
dimana temperatur udaranya jauh dibawah 0 C maka butir-butir air tersebut menjadi
butir-butir es (kristal). Awan adalah penolong berharga dalam ramalan cuaca karena
memperlihatkan, perubahan apa yang sedang terjadi dalam atmosfer. Awan itu sendiri
tidak memberitahu kita terlalu banyak. Ahli cuaca harus mengetahui bagaimana ia
telah berkembang dengan berubah atau pecah pada umumnya, kemungkinan ada
hujan lebih besar kalau awan tinggi yang terpisah menjadi tambah tebal, bertambah
jumlahnya dan dasar awan lebih rendah (Wisnubroto, 1981).
Awan terbagi dalam 4 golongan yaitu awan tinggi, awan menangah, awan
rendah, dan awan yang membumbung keatas. Tiap golongan awan ini terbagi lagi
dalam beberapa jenis menurut ketinggian dan bentuk awan tersebut misalnya cirrus,
alto cumulus, nimbo stratus, cumulus nimbus, dan lain sebagainya. Awan merupakan
salah satu jenis hydrometer, jenis hydrometer yang lain adalah kabut, hujan lembut,
hujan merata, hujan setempat, dan salju. Jenis-jenis hujan tergantung dari jenis-jenis
awan yang merupakan sumbernya (Handoko, 1995)
Menurut Wisnubroto (1981), cuaca penuh sinar matahari mungkin menjadi
biasa jika kabut jadi bersih sebelum tengah hari dan kalau dasar awan menjadi lebih
tinggi. Di sini kita memperlihatkan sepuluh jenis awan yang penting dikelompokkan
secara internasional, menjadi tiga golongan menurut ukuran tinggi, yaitu : rendah,
menengah (sedang), dan tinggi.
1. Awan Tinggi terdapat pada ketinggian 6.000 meter ke atas.
a) Cirrus (Ci) adalah sejenis awan tinggi yang terbentuk seperti mata pancing
atau seperti bulu ayam dengan struktur berserat (fibrous).
Awan cirrus tersebut nampak putih bersih.
b) Cirro cumulus (Cc) adalah sejenis awan tinggi yang terbentuk seperti sisik
ikan. Awan cirro cumulus nampak putih bersih, gumpalan-gumpalan awannya
adalah kecil-kecil, dan bundar tanpa bayang-bayang. umumnya awan ini
tersusun dalam kelompok, garis/riak yang dihasilkan dari getaran lembaran
awan. Ini disebabkan karena awan cirro cumulus itu terletak jauh dari mata
penilik.
c) Cirro stratus (Cs) adalah sejenis awan tinggi yang tidak mempunyai gambar,
melainkan merupakan suatu layar awan yang rata. Awan tipis menyerupai
lembaran yang putih menutupi seluruh langit dan menampilkan gambaran
seperti susu. Awan ini seringkali menghasilkan halo disekitar matahari/bulan.
Pada siang hari kalau langit diliputi awan cirro stratus, maka langit nampak
putih silau.
2. Awan Menengah terdapat pada ketinggian antara 2.000meter dan 6.000 meter.
a) Alto cumulus (Ac) adalah jenis awan menengah yang terbentuk serupa dengan
awan cirro cumulus, seperti bulu domba atau seperti sisik ikan. Akan tetapi
gumpalan-gumpalan awannya nampak lebih besar, massa awan yang pipih
dan globular tersusun dalam bentuk garis / gelombang. karena awan alto
cumulus terletak lebih dekat pada mata penilik.
b) Alto stratus (As) adalah jenis awan menengah, dan pada prinsipnya, awan
yang berupa lembaran yang seragam bentuknya dengan warna putih kotor /
abu-abu. Kadang-kadang corona terbentuk, alto stratusumumnya diikuti oleh
presipitasi yang meluas dan lama.
3. Awan Rendah terdapat pada ketinggian 2.000 meter kebawah
a) Nimbo stratus (Ns), pada prinsipnya terbentuk serupa dengan alto stratus,
akan tetapi amat tebal sehingga sinar matahari sulit untuk menembus lapisan
awan ini. Dengan demikian maka bagian bawah awan nimbo stratus berwarna
abu-abu gelap sampai hitam. Awan nimbo stratus bisa menimbulkan hujan
lebat.
b) Strato cumulus (Sc) adalah jenis awan rendah yang pada prinsipnya berbentuk
serupa dengan awan alto cumulus, seperti bulu domba akan tetapi gumpalan-
gumpalan awannya nampak lebih besar, karena awanstrato cumulus terletak
lebih dekat pada mata penilik. Awan strato cumulus nampak berwarna abu-
abu dan bentuk tiga dimensi sudah nampak. Massa globular besar atau massa
awan bergulung-gulung lembut berwarna abu-abu. Pada umumnya tersusun
dalam satu pola yang tetap.
c) (Low) Stratus (St) adalah jenis awan rendah yang tidak mempunyai gambar
apa-apa melainkan merupakan suatu layar awan yang rata. Kalau awan
(low) stratus mencapai permukaan tanah, maka hal ini disebut
kabut.Stratus yang tipis menghasikan corona.
4. Awan yang membung keatas
a) Cumulus humilis (Ch) merupakan fase pertama pembentukan awan golongan
IV ini terjadi karena adanya aliran udara vertikal. Pada tempat-tempat dimana
udara mengalir ke atas maka terbentuk awan, dan di tempat-tempat diman
udara mengalir ke bawah, mak awan yang ada akan dilenyapkan.
Awan cumulus humilisini juga dikenal dengan sebutan cumulus kecil atau juga
dengan sebutan fair weather cumuli. Awan yang tebal dan rapat dengan
perkembangan vertikal. permukaan bagian atas berbentuk kubah dengan
struktur seperti kubis, sedangkan bagian dasarnya hampir horisontal.
b) Cumulus congestus, merupakan fase kedua pembentukan awan golongan IV.
Kalau hari makin panas, maka aliran udara vertikal mendapat kesempatan
untuk mencapai ketinggian yang lebih besar, dan hal ini menyebabkan
awan cumulus humilis bertumbuh ke atas. Bagian bawah cumulus
congestus ini mulai memperoleh warna abu-abu, karena sudah bertambah
tebal, sehingga sinar mata hari mengalami kesulitan untuk menembus awan
ini. Puncak awan cumulus congestus belum melebar, melainkan masih
berbentuk runcing.
c) Cumulo nimbus, merupakan fase terakhir pembentuka awan golongan IV.
Bagian atas cumulo nimbus sudah melebar. Bagian bawah cumulo
nimbus nampak berwarna abu-abu gelap sampai hitam. Cumulo
nimbusmenimbulkan hujan setempat (showers). Selain itu, petir, kilat, dan
guntur ditimbulakan oleh cumulo nimbus.
DAFTAR PUSTAKA
Foster, Bob. 2000 Fisika SMU Kelas 2. Jakarta : Penerbit Erlangga Kanginan,
Marthen. 2005 Seribu Pena Fisika SMA untuk kelas X. Jakarta : Penerbit Erlangga
Kusaka, Jitsuo, 1983 Alam Semesta dan Cuaca (terjemahan) Jakarta : Tira Pustaka
Martha W.J. 1993. Mengenal Dasar–Dasar Hidrologi. Nova. Bandung.
Vink, G.J 1984. Dasar-dasar Usahatani di Indonesia. Penerbit Yayasan Obor, Jakarta.