Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DHF (DENGUE HEMORHAGIC FEVER)

Oleh :

WAZILATUL AFKHARINA

(NIM = 14401.17.18041)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN

PROBOLINGGO
I. KONSEP TEORI
A. DEFINISI
Demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrgagic fever/DHF)
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik.
Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di
rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah
demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Sudoyo Aru,
dkk, 2009).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan
ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti dan panyakit ini menyerang
semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak
(Nursalam, 2012).
Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah
penyakit demam akut terutama pada anak-anak, dan saat ini cenderung
polanya berubah ke orang dewasa. Gejala yang ditimbulkan dengan
manifestasi perdarahan dan bertedensi manimbulkan shock yang dapat
menimbulkan kematian (Depkes, 2011).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
dengue henorraghic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam
tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aeges aegypty yang terdapat pada
anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri
sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.
A. ETIOLOGI
Penyebab demam berdarah adalah virus dengue sejenis arbovirus
yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti sebagai vector ke tubuh manusia
melalui gigitan nyamuk tersebut. Virus dengue penyebab demam berdarah
termasuk group B Arthropod borne virus (arbovirus) dan sekarang dikenal
sebagai genus flavirus, family flaviviridae dan mempunyai 4 serotipe,
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3
merupakan serotype yang paling banyak sebagai penyebab. Dalam hal ini
penularan melibatkan tiga factor yaitu manusia, virus dan virus perantara.
Nyamuk- nyamuk tersebut dapat menularkan virus dengue kepada
manusia baik secara langsung, yaitu setelah menggigit orang yang sedang
mengalami viremia, maupun secara tidak langsung setelah mengalami
masa inkubasi dalam tubuhnya selama 8-10 hari. Pada manusia diperlukan
waktu 4-6 hari atau 13-14 hari sebelum menjadi sakit setelah virus masuk
dalam tubuh (Nursalam, 2012).
Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus sebagai vector ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk
tersebut. Infeksi orang itu mendapat infeksi berulang oleh tipe virus
dengue yang berlainan akan menimbulkan reaksi yang berbeda. DBD
dapat terjadi bila seseorang yang telah terinfeksi dengue pertama kali,
mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya (Mansjoer, 2010).
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Sumber : http://virtualmedicalcentre.com
Darah adalah cairan didalam pembuluh darah yang warnanya
merah. Warna merah ini keadaannya tidak tetap, bergantung pada
banyaknya oksigen dan karbon dioksida didalamnya. Darah berada dalam
tubuh karena karena adanya kerja pompa jantung. Selama darah berada
dalam pembuluh, darah akan tetap encer. Tetapi bila berada diluar
pembuluh darah akan membeku. Pembekuan ini dapat divegah dengan
mencampurkan sedikit ditras sitras natrikus atau anti pembeku darah.
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan
interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya juga
terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah. Volume darah secara
keseluruhan kira-kira 1/12 berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55
persennya adalah cairan, sedangkan 45% sisanya terdiri atas sel darah.
Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau volume sel darah yang
dipadatkan yang berkisar anatara 40-47. Diwaktu sehat volume darah
adalah konstan dan sampai batas tertentu diatur oleh tekanan osmotik
dalam pembuluh darah dan dalam jaringan.
Kandungan yang ada di dalam darah :

1 Air : 91%
2 Protein : 3% (albumin, globulin, protombin, dan
fibrinigen)
3 Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat,
garam fosfat, magnesium, kalsium dan zat
besi.
4 Bahan Organik : 0.1% (glukosa, lemakasam urat, keratinin,
kolesterol, dan asam amino)
Fungsi Darah :
1. Sebagai alat pengangkut, yaitu :
a. Mengambil oksigen / zat pembakaran dari paru-paru untuk
diedarkan keseluruh jaringan tubuh.
b. Mengangkut karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan
melalui paru-paru.
c. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
dibagikan keseluruh jaringan / alat tubuh.
d. Mengangkat / mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh
untuk dikeluarkan melalui ginjal dan kulit.
e. Mengedarkan hormon yaitu hormon untuk membantu proses
fisiologis.
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam
tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibodi / zat-zat anti racun.
3. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
4. Menjaga keseimbangan asam basa jaringan tubuh untuk menghindari
kerusakan.

Karakteristik Darah :
1. Volume darah : 7% - 10% BB (5 Lt pada dewasa normal)
2. Komponen darah : Eritrosit, Leukosit, trombosit →40% - 45% volume
darah; tersuspensi dalam plasma darah
3. PH darah : 7,37 – 7,45
4. Temp : 38°C
5. Viskositas lebih kental dari air dengan BJ 1,041 – 1,067

Bagian-Bagian Darah
Sel-Sel Darah
1. Eritrosit (Sel darah merah)
Merupakan cakram bikonkaf yang tidak berinti, ukurannya
0.007 mm, tidak bergerak, banyaknya kira-kira 4,5-5 juta/mm³,
warnanya kuning kemerah-merahan karena didalamnya mengandung
hemoglobin (hemoglobin adalah protein pigmen yang memberi warna
merah pada darah). Hemoglobin terdiri atas protein yang di sebut
globin dan pigmen non-protein yang disebut heme, setiap eritrosit
mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sifatnya kenyal
sehingga dapat berubah bentuk sesuai dengan pembuluh darah yang
dilalui.
Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya
terbentuk dari asam amino, juga memerlukan zat besi. Wanita
memerlukan lebih banyak zat besi karena beberapa diantaranya
dibuang sewaktu menstruasi. Sewaktu hamil diperlukan zat besi dalam
jumlah yang lebih banyak lagi untuk perkembangan janin dan
pembuatan susu.
Sel darah merah dibentuk didalam sumsum tulang, terutama
dari tulang pendek, pipih, dan tak beraturan dari jaringan konselus
pada ujung tulang pipa dan dari sumsum dalam batang iga-iga dan dari
sternum. Perkembangan sel darah dalam sumsum tulang melalui
berbagai tahap mula-mula besar dan berisi nukleus tetapi tidak ada
hemoglobin, kemudian dimuati hemoglobin dan akhirnya kehilangan
nukleusnya dan baru diedarkan ke dalam sirkulasi darah.
Rata-rata panjang hidup sel darah merah normalnya 120 hari.
Sel menjadi usang dan dihancurkan dalam sistema retikulo-endotelial,
terutama dalam limpa dan hati. Globin dan hemoglobin dipecah
menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan-
jaringan dan zat besi dalam heme dari hemoglobin dikeluarkan untuk
digunakan dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sisa heme dari
hemoglobin diubah lagi menjadi bilirubin (pigmen kuning) dan
biliverdin yaitu yang berwarna kehijau-hijauan yang dapat dilihat pada
perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka memar.
Bila terjadi perdarahan maka sel merah dengan
hemoglobinnya sebagai pembawa oksigen, hilang. Pada perdarahan
sedang, sel-sel itu diganti dalam waktu beberapa minggu berikutnya.
Tetapi bila kadar hemoglobin turun sampai 40% atau dibawahnya,
maka diperlukan tranfusi darah.
Fungsi sel darah merah yaitu mengikat oksigen dari paru-
paru untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon
dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru /
melalui jalan pernafasan.
Produksi Eritrosit (Eritropoesis):
a. Terjadi di sumsum tulang dan memerlukan besi, Vit B12, asam
folat, piridoksin (B6)
b. Di pengaruhi oleh O₂ dalam jaringan
c. Masa hidup : 120 hari
d. Eritrosit tua dihancurkan di sistem retikuloendotelial (hati dan
limpa)
e. Pemecahan Hb menghasilkan bilirubin dan besi. Besi berkaitan
dengan protein (transferin) dan diolah kembali menjadi Hb baru.
2. Leukosit (Sel darah putih)
Berbentuk bening, tidak bewarna, memiliki inti, lebih besar
dari sel drah merah (eritrosit), dalam keadaan normalnya terkandung
4x109 hingga 11x109 sel darah putih di dalam seliter darah manusia
dewasa yang sehat, sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam setiap
milimeter kubik darah terdapat 6000 sampai 10000 (rata-rata 8000) sel
darah putih.
Leukosit selain berada di dalam pembuluh darah juga terdapat
di seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit di
sebabkan oleh masuknya kuman / infeksi maka jumlah leukosit yang
ada di dalam darah akan lebih banyak dari biasanya. Hal ini
disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam kelenjar limfe,
beredar dalam darah untuk mempertahankan tubuh dari serangan
penyakit tersebut.
Rentang kehidupan leukosit setelah di produksi di sumsum
tulang, leukosit bertahan kurang lebih satu hari di dalam sirkulasi
sebelum masuk ke jaringan. Sel ini tetap dalam jaringan selama
beberapa hari, beberapa minggu, atau beberapa bulan, tergantung jenis
leukositnya.
Fungsi dari leukosit sebagai pertahanan tubuh yaitu
membunuh dan memakan bibit penyakit / bakteri yang masuk kedalam
jaringan RES (sistem retikuloendotel), tempat pembiakannya didalam
limpa dan kelenjar limfe, sebagai pengangkut yaitu mengangkut
membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa terus ke
pembuluh darah.
Macam-Macam Sel Darah Putih (Leukosit), meliputi :
a. Agranulosit
Sel leukosit yang tidak mempunyai granula di dalamnya,
yang terdiri dari :
1) Limfosit, yaitu macam leukosit yang dihasilkan dari jaringan
RES dan kelenjar limfe, bentuknya ada yang besar dan kecil,
didalam sitoplasmanya tidak terdapat glandula dan intinya
besar, banyaknya kira-kira 15%-20%. rentang hidupnya dapat
mencapai beberapa tahun. Struktur limfosit mengandung
nukleus bulat berwarna biru gelap yang dikelilingi lapisan tipis
sitoplasma. Ukurannya bervariasi ukuran kecil 5 µm – 8 µm,
ukuran terbesar 15 µm. Berfungsi membunuh dan memakan
bakteri yang masuk kedalam jaringan tubuh dan berfungsi juga
dalam reaksi imunologis.
2) Monosit, terbanyak dibuat di sumsum merah, lebih besar dari
limfosit, mencapai 3%-8% jumlah total. Struktur merupakan
sel darah terbesar. Memilik protoplasma yang lebar, berwarna
biru abu-abu mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan, inti
selnya bulat dan panjang, warnanya lembayung muda.
Berfungsi sangat fagositik dan sangat aktif. Sel ini siap
bermigrasi melalui pembuluh darah. Jika monosit telah
meninggalkan aliran darah, maka sel ini menjadi hitosit
jaringan (makrofag tetap).
b. Granulosit
Disebut juga leukosit granular yang terdiri dari :
1) Neutrofil, atau disebut juga polimorfonuklear leukosit
banyaknya mencapai 50%-60%. Struktur neutrofil memiliki
granula kecil berwarna merah muda dalam sitoplasmanya dan
banyak bintik-bintik halus / glandula. Nukleusnya memiliki 3-5
lobus yang terhubungkan dengan benang kromatin tipis.
Diameternya mencapai 9 µm – 12 µm. Berfungsi sebagai
pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta proses
peradangan kecil lainnya, serta biasanya juga juga yang
memberikan tanggapan pertama terhadap infeksi bakteri,
aktivitas dan matinya neutrofil dalam jumlah yang banyak
menyebabkan adanya nanah.
2) Eusinofil, mencapai 1%-3% jumlah sel darah putih. Struktur
memiliki granula sitoplasma yang kasar dan besar, dengan
pewarnaan oranye kemerahan. Sel ini memiliki nukleus
berlobus dua, dan berdiameter 12 µm – 15 µm. Berfungsi
merupakan fagosti lemah, jumlahnya akan mengikat saat terjadi
alergi atau penyakit parasit, tetapi akan berkurang selama stres
berkepanjangan. Sel ini berfungsi dalam detoksifikasi hestamin
yang di produksi sel mast dan jaringan yang cedera saat
inflamasi berlangsung.
3) Basofil, mencapai kurang dari 1% jumlah leukosit. Struktur
memiliki sejumlah granula sitoplasma besar yang bentuknya
tidak beraturan dan akan bewarna keunguan sampai hitam serta
memperlihatkan nukleus berbentuk S. Diameternya 12 µm – 15
µm. Berfungsi bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi
dan antigen dengan jalan mengeluarkan histamin kimia yang
menyebabkan peradangan.
3) Trombosit (Sel pembeku darah)
Trombosit merupakan benda-benda kecil yang mati yang
bentuk dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat dan lonjong,
warnanya putih, normal pada orang dewasa 200.000-300.000/mm³.
Bagian inti yang merupakan fragmen sel tanpa nukleus yang berasal
dari sumsum tukang. Ukuran trombosit mencapai setengah ukuran sel
darah merah. Sitoplasmanya terbungkus suatu membran plasma dan
mengandung berbagai jenis granula yang berhubungan dengan proses
koagulasi darah.
Trombosit lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Trombosit
yang kurang dari 200.000 disebut trombositopenia. Trombosit
memiliki masa hidup dalam drah antara 5-9 hari. Trombosit yang tua
atau mati di ambil dari sistem perdaran darah, terutama oleh makrofag
jaringan. Lebih dari separuh trombosit diambil oleh makrofag dalam
limpa, pada waktu darah melewati organ tersebut.
Di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu
terjadinya peristiwa pembekuan darah yaitu Ca2+ dan fibrinogen.
Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka. Ketika kita
luka maka darah akan keluar, trombosit pecah dan akan mengeluarkan
zat yang di namakan trombokinase. Trombokinase ini akan bertemu
dengan protrombin dengan pertolongan Ca2+ akan menjadi trombin.
Trombin akan bertemu dengan fibrin yang merupakan benang-benang
halus, bentuk jaringan yang tidak teratur letaknya, yang akan menahan
sel darah, dengan demikian terjadilah pembekuan. Protrombin ini
dibuat di dalam hati dan untuk membuatnya diperlukan vitamin K,
dengan demikian vitamin K penting untuk pembekuan darah.
Fungsinya memegang peranan penting dalam pembekuan darah
(hemostatis). Jika banyaknya kurang dari normal, maka kalau ada luka
darah tidak lekas membeku sehingga timbul perdarahan yang terus-
menerus.
4) Plasma Darah
Merupakan komponen terbesar dalam darah dan merupakan
bagian darah yang cair, tersusun dari air 91%, protein plasma darah
7%, asam amino, lemak, glukosa, urea, garam sebanyak 0,9%, dan
hormon, antibodi sebanyak 0,1% . Berfungsi mengangkut sari
makanan ke sel-sel serta membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat
pembuangan selain itu plasma darah juga menghasilkan zat kekebalan
tubuh terhadap penyakit atau zat antibodi.
Protein plasma mencapai 7% dari plasma dan merupakan satu-
satunya unsur pokok plasma yang tidak dapat menembus membran
kapiler untuk mencapai sel. Ada 3 jenis protein plasma yang utama :
a. Albumin adalah protein yang terbanyak, sekitar 55%-60% tetapi
ukurannya paling kecil. Albumin di sintesis di dalam hati dan
bertanggung jawab untuk tekanan osmotik koloid darah.
Mempertahankan tekanan osmotik agar normal (25 mmHg).
b. Globulin membentuk sekitar 30% protein plasma. Alfa dan beta
globulin disintesis di hati, dengan fungsi utama sebagai molekul
pembawa lipid, beberapa hormone, berbagai subtrat, dan zat
penting lainnya. Gamma globulin (immunoglobulin) fungsi utama
berperan sebagai antibody.
c. Fibrinogen membentuk sekitar 4% protein plasma. Disintesis di
hati dan merupakan komponen esensial dalam mekanisme
pembekuan darah.
Proses Pembentukan Sel Darah
a. Terjadi awal masa embrional, sebagian besar pada hati dan sebagian
kecil pada limpa. Pada minggu ke-20 masa embrional mulai terjadi
pada sumsum tulang.
b. Semakin besar janin peranan pembentukan sel darah terjadi pada
sumsum tulang.
c. Setelah lahir semua sel darah dibuat di sumsum tulang, kecuali
limfosit yang juga di bentuk di kelenjar limfe, thymus dan lien.
d. Setelah usia 20 tahun sumsum tulang panjang tidak memproduksi
lagi drah kecuali bagian proximal, humerus, dan tibia.

C. MANIFESTASI KLINIS
Seperti pada infeksi virus yang lain, maka infeksi virus Dengue
juga merupakan suatu self limiting infectious disease yang akan berakhir
sekitar 2-7 hari. Infeksi virus Dengue pada manusia mengakibatkan suatu
spectrum manifestasi klinis yang bervariasi antara penyakit yang paling
ringan, dengue fever, dengue hemmorrhagic fever dan dengue shock
syndrome (Depkes, 2011).
1. Demam
Demam mendadak disertai dengan gejala klinis yang tidak spesifik
seperti anoreksia, lemah, nyeri pada punggung, tulang sendi dan kepala.
Pada umumnya gejala klinik ini tidak mengkhawatirkan. Demam
berlangsung antara 2-7 hari kemudian turun secara lysis.
2. Perdarahan
Umumnya muncul pada hari kedua sampai ketiga demam bentuk
perdarahan dapat berupa uji rumple leed positif, petechiae, purpura,
echimosis, epistasis, perdarahan gusi dan yang paling parah adalah
melena.
3. Hepatomegali
Hati pada umumnya dapat diraba pada pemulaan demam, kadang-
kadang juga di temukannya nyeri, tetapi biasanya disertai ikterus.
4. Shock
Shock biasanya terjadi pada saat demam menurun yaitu hari ketiga
dan ketujuh sakit. Shock yang terjadi dalam periode demam biasanya
mempunyai prognosa buruk. Penderita DHF memperlihatkan kegagalan
peredaran darah dimulai dengan kulit yang terasa lembab dan dingin
pada ujung hidung, jari dan kaki, sianosis sekitar mulut dan akhirnya
shock.
5. Trombositopenia
Trombositopenia adalah berkurangnya jumlah trombosit, apabila
dibawah 150.000/mm3 biasanya di temukan di antara hari ketiga
sampai ketujuh sakit.
6. Kenaikan Nilai Hematokrit
Meningkatnya nilai hematokrit merupakan indikator yang peka
terhadap terjadinya shock sehingga perlu di lakukan pemeriksaan secara
periodik.
7. Gejala Klinik Lain
Gejala Klinik Lain yang dapat menyertai penderita adalah
epigastrium, muntah-muntah, diare dan kejang-kejang (Depkes ,2011).
Berdasarkan derajat beratnya DBD secara klinis dibagi sebagai
berikut (Mansjoer, 2005):
1. Derajat I (Ringan)
Demam mendadak 2 sampai 7 hari disertai gejala klinik lain,
dengan manifestasi perdarahan ringan. Yaitu uji tes “rumple leed’’ yang
positif.
2. Derajat II (Sedang)
Golongan ini lebih berat daripada derajat pertama, oleh karena
ditemukan perdarahan spontan di kulit dan manifestasi perdarahan lain
yaitu epitaksis (mimisan), perdarahan gusi, hematemesis dan melena
(muntah darah). Gangguan aliran darah perifer ringan yaitu kulit yang
teraba dingin dan lembab.
3. Derajat III (Berat)
Penderita syok berat dengan gejala klinik ditemukannya kegagalan
sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun (< 20
mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab, dan penderita
menjadi gelisah.
4. Derajat IV
Penderita syok berat (profound shock) dengan tensi yang tidak
dapat diukur dan nadi yang tidak dapat diraba.

D. PATOFISIOLOGI
1. Narasi
Virus Dengeu akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypti dimana virus tersebut akan masuk ke alliran
darah, maka terjadilah viremia (virus dalam aliran darah). Kemudian
aliran darah beredar ke seluruh tubuh maka virus tersebut dapat dengan
mudah menyerang organ tubuh manusia. Paling banyak organ yang
terserang adalah system gastrointestinal, hepar, pembuluh darah dan
pada reaksi imunologi. Jika virus masuk ke dalam sistem
gastrointestinal maka tidak jarang klien mengeluh mual, muntah, dan
anoreksia. Bila virus menyerang organ hepar, maka virus dengeu
tersebut mengganggu sistem kerja hepar, dimana salah satunya adalah
tempat sintesis dan oksidasi lemak, namun karena hati terserang virus
dengeu maka hati tidak dapat memecahkan asam lemak tersebut
menjadi benda-benda keton, sehingga akan menyebabkan pembesaran
hepar atau hepatomegali, dimana pembesaran hepar ini akan menekan
abdomen dan menyebabkan distensi abdomen (Mansjoer, 2011).
Virus dengue juga masuk ke pembuluh darah dan menyebabkan
peradangan pada pembuluh darah vaskuler atau terjadi vaskulitis yang
mana akan menurunkan jumlah trombosit (trombositopenia) dan faktor
koagulasi merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat.
Dapat terjadi kebocoran plasma yang akan menyebabkan hipoksia
jaringan, asidosis metabolik dan berakhir dengan kematian. Bila virus
bereaksi dengan antibodi maka mengaktivasi sistem komplemen untuk
melepaskan histamin dan merupakan mediator faktor meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah atau terjadi demam, dimana
dapat DHF dengan derajat I, II, III.IV (Mansjoer,2011).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Rumple leed
2) Pemeriksaanaa darah
a. Hitung trombosit
Pada umumya DBD umumnya terdapat
b. Hitung leukosit
c. Hitung hematocrit
3) Imunoserologi IgM dan IgD
F. PENATALAKSANAAN
1. Medis
Menurut Hadinegoro (2001) dan Hendrawanto (2003), pengobatan
demam berdarah dengue bersifat simptomatik dan suportif yaitu
pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral
tidak dapat diberikan oleh karena muntah atau nyeri perut yang
berlebihan maka cairan intravenaperlu diberikan.
Medikamentosa yang bersifat simptomatis :
a. Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres es dikepala,
ketiak,inguinal.
b. Antipiretik sebaiknya dari asetaminofen, eukinin atau dipiron.
c. Antibiotik diberikan jika ada infeksi sekunder.
Cairan pengganti :
a. Larutan fisiologis NaCl
b. Larutan Isotonis ringer laktat
c. Ringer asetat
d. Glukosa 5%
3. Non medis
Penatalaksanaan non medis
a. Beri minum sebanyak mungkin
b. Batasi aktifitas dan tirah baring
c. Observasi ketat tanda-tanda vital ( nadi, pernapasan, suhu)
d. Kompres dingin (air biasa) bila suhu meningkat
e. Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi jambu biji merah ternyata
memiliki komponen yang berkhasiat, yakni kelompok senyawa
tanin menyebabkan rasa sepat dan flavonoid
f. Pemberian makanan lunak
g. Indikasi rawat inap pada dugaan infeksi virus dengue yaitu:
1) Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah,
masukan kurang) atau kejang–kejang.
2) Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati uji
torniquet positif/negatif, kesan sakit keras (tidak mau bermain)
3) Panas disertai perdarahan - perdarahan.
4) Panas disertai renjatan.

G. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari DHF (Hadinegoro, 2008) adalah: 1. Perdarahan
Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan
koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakoriosit
muda dalam sel-sel tulang dan 25 pendeknya masa hidup trombosit.
Tendensi perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet positif, ptekie,
ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan melena. 2.
Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-
7 yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga
terjadi kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke ronnga pleura dan
peritoneum, hiponatremia, hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang
mngekaibatkan berkurangnya alran balik vena, penurunan volume
sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi 13 disfungsi atau penurunan
perfusi organ. DSS juga disertai kegagalan hemeostasis yang
mengakibatkan aktivitas dan integritas sistem kardiovaskular, perfusi
miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi
iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible,
terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam
wakti 12-24 jam. 3. Hepatomegali Hati umumnya membesar dengan
perlemakan yang dihubungkan dengan nekrosis karena perdarahan yang
terjadi pada lobulus hati dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak sel metrofil
dan limphosit yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya
reaksi atau komplek virus antibody. 4. Efusi Pleura Terjadi karena
kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi cairan intravaskuler sel, hal
tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga pleura dan adanya
dipsnea.
I. PATHWAY

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall dan Moyet, 2010. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Edisi 13. EGC : Jakarta
Herdman, Heather T dan Kamitsuru, Shigemi, 2017. Diagnosis Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi 2015 – 2017. Edisi 10. EGC : Jakarta
https://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-medikal-bedah-
kmb/askep-dengue-hemoragic-fever-dhf/. Diakses pada tanggal 24
September 2017
https://www.scribd.com/doc/25067008/Dengue-Haemoragic-Fever-DHF. Diakses
pada tanggal 24 September 2017
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, H, 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC – NOC. Edisi revisi, Jilid
1. Media Action : Yogyakarta.
Syaifuddin, 2011. Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan dan Kebidanan. Edisi 4.
EGC : Jakarta.

A. Asuhan Keperawatan
1. Biodata / Identitas
Nama : An. A
Jenis kelamin : Laki-Laki
Usia : 8 tahun
No Rm : 128-188-12
Suku : Jawa
B. Keluhan utama
Panas, mual muntah
C. Riwayat penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang
Ibu px mengatakan sejak 4 hari yang lalu tanggal 20 september
2020 sang anak panas, batuk-batuk, keluar bintik-bintik merah di tangan
dn kaki, napsu makan menurun mual dan muntah, sang anak sudah di
periksa ke bidan terdekat dan sudah minum obat , panas menurun tapi tak
lama kemudian naik lagi sampai-sampai 39ºC.Pada tanggal 25 september
2020 keluarga membawa klien ke rumah sakit waluyojati kraksaan untuk
mendaptkan perawatan dokter. Dan dokter menganjurkan untuk rawat
inap.
b). Riwayat penyakit dahulu
sebelumnya lien tidak pernah mengalami penyakit seperti yang
diderita sekarang
b) Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga mengatakan dalam keluarga hanya klien yang mengalami
sakit seperti ini.
D. Genogram

Keterangan :

: Laki-Laki
: Perempuan
: Klien
A. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum : Kedaan umum pasien lemas
2) Kesadaran : Komposmentis
3) Tanda tanda vital “
TD : 90/60mmHg , S : 39,5ºC , N: 82 Rr : 22 x/m ,
4) Head to toe
a. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala oval,
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada kepala
b. Wajah
Inspeksi : bentuk wajah, kulit wajah.
Palpasi : nyeri tekan di wajah.
c. Mata
Inspeksi : Mata simetris kanan dan kiri, reflek pupil baik, Konjungtiva
tidak anemis, fungsi penglihatan baik
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada mata
d. Hidung
Inspeksi : Simetris kanan dan kiri. Tidak ada cuping hidung, tidak ada
sekret dan lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada hidung.
e. Mulut
Inspeksi : Simetris, mukosa bibir kering, tidak ada karies gigi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada lidah, gusi, gigi.
f. Leher
Inspksi : Fungsi menelan baik. Tidak ada pembesaran thyroid dan vena
jugularis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada leher.
g. Dada
Inspeksi : Normal, simetris, yidak ada lesi
Palpasi : pengembangan paru normal, tidak ada benjolan dan tidak ada
nyeri
Perkusi : Paru kanan dan kiri sonor, tidak ada sekret
Auskultasi : tidak ada whezing
h. Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris
Auskultasi : terdapat bising usus 10x/menit
Perkusi : Nyeri tekan di epigastrium
i. Integumen
Inspeksi : tidak ada benjolan.
Palpasi :tidak ada nyeri tekan pada kulit.
j. Ekstremitas Atas
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada edema
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, akral hangat
k. Ekstrimitas Bawah
Inspeksi : bentuk kaki simetris, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan,kekuatan otot baik, dan sendi normal
B. Pemeriksaan pola
a. Nutrisi
Dirumah = ibu Px mengatakan makan 3x dengan lauk dan sayur, porsi
makan dihabiskan . minum 5 gelas
Dirumah sakit = ibu Px mengatakan makan 4 sendok, jenis makanan;
bubur,buaah-buahan , minum 2 gelas
b. Eliminasi
Dirumah = ibu px mengatakan BAB 2x sehari, tidak ada darah , lendir,
kontipasi lembek . BAK 5-4 x sehari
Di rumah sakit = ibu px mengatakan BAB 1x sehari, BAK 2-3 x sehari
c. Istirahat dan tidur
Dirumah =ibu px mengatakan tidur selama 10-12 jam
Dirumah sakit = ibu px mengatakan susah tidur, tidur hanya 5-6 jam
d. Aktivitas fisik
Dirumah = aktivitas sehari-hari dengan normal , yaitu sekolah, mengaji
dan bermain dengan temannya,sebayanya.
Dirumah sakit = ibu px mengatakan hanya terbaring lemah ditempat
tidur.
e. Personal hygine
Dirumah = ibu Px mengatakam sang anak mampu membersihkan diri
secara mandiri. Mandi 2x sehari , gosok gigi 2x sehari .
Dirumah sakit = ibu px mengatakan diseka 2x sehari.
C. Pemeriksaan diagnostik (Lab)
a. Trombositopenia (100 000/μl atau kurang)
b. Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas
kapiler, dengan manifestasi sebagai berikut:
a) Peningkatan hematokrit ≥ 20% dari nilai standar
b) Penurunan hematokrit ≥ 20%, setelah mendapat terapi
cairan
c) Efusi pleura/perikardial, asites, hipoproteinemia.

Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau
hanya peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan Diagnosis Kerja
DBD.

E. Diagnosa keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
b. Nausea b/d iritasi lambung
c. Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan mencerna makanan
F. Analisa data

No Data Etiologi Masalah


keperawatan
1. Ds : Ibu klien Proses penyakit hipertermi
mengatakan, klien
rewel dan menangis
Do : Anak tampak
meringis dan sering
menangis

2 Ds : ibu klien Nausea iritasi lambung


mengatakan anak
tampak menangis dan
merintis kesakitan
dan kepala membesar
Do :
3. Ds : Ibu klien Ketidakmampuan Defisit nutrisi
mengatakan anak mencerna makanan
tidak nafsu makan,
dan berat badan
menurun

D. Intervensi keperawatan
N Diagnosa Kriteria hasil (SLKI) Rencana tindakan (SIKI) TT
o keperawatan D
1 Hipertermi 1. Kesulitan tidur PEMANTAUAN NYERI
berhubunga cukup meningkat 2 1. Memonitor terjadinya
n dengan 2. kepanasan kejang berulang
proses meningkat 1 2. Monitor karakteristik
penyakit 3. Merintih sedang 3 Kejang(mis;aktivitas
4. Menangis sedang 3 motoric, dan progresi
kejang)
3. Monitor tanda-tada
vital
2 Nausea b/d 1. MANAJEMEN
iritasi memburuk 2 MUAL
lambung 2. 1. Mengidentifikasi
memburuk 2 pengalaman mual
3. Kemampuan untuk 2. Identifikasi dampak
menikmati makanan mual terhadap kualitas
memburuk 2 hidup(mis;nafsu
4. Asupan nutrisi makan,kineja,tidur)
memburuk 2 3. Identifikasi factor
penyebab mual
4. Monitor asupan nutrisi
dan kalori
3 Defisit PEMANTAUAN NUTRISI
nutrisi b/d 1. Asupan cairan 1. Identifikasi factor
ketidak memburuk 2 yang mempengaruhi
mampuan 2. Energi untuk asupan
mencerna maakan gizi(mis;pengetahuan,
makanan memburuk 2 ketersediaan
3. Kemampuan makanan )
menikati 2. Identifikasi perubahan
makanan berat badan
sedang 3 3. Identifikasi kelainan
4. Asupan nutrisi eliminasi
memburuk 2 (mis;diare,darah,lendir
,dan elimiansi yang
tidak teratur)
4. Monitor mual muntah

E. IMPLEMENTASI
N Tanggal DX Jam Implementasi TTD
O Keperawatan
1 25-09- a.Hipertermi 1. Memonitor terjadinya
2020 berhubungan kejang berulang
dengan proses 2. Memonitor
penyakit karakteristik
Kejang(mis;aktivitas
motoric, dan progresi
kejang)
3. Memonitor tanda-tada
vital
2. 25-09- Nausea b/d 1. Mengidentifikasi
2020 iritasi lambung pengalaman mual
2. mengidentifikasi
dampak mual terhadap
kualitas
hidup(mis;nafsu
makan,kineja,tidur)
3. mengidendentifikasi
factor penyebab mual
4. Memonitor asupan
nutrisi dan kalori
3 25-09- Defisit nutrisi 1. mengidentifikasi factor
2020 b/d ketidak yang mempengaruhi
mampuan asupan
mencerna gizi(mis;pengetahuan,
makanan ketersediaan
makanan )
2. mengidentifikasi
perubahan berat badan
3. mengidentifikasi
kelainan eliminasi
(mis;diare,darah,lendir
,dan elimiansi yang
tidak teratur)
4. Memonitor mual
muntah

F. Evaluasi keperawatan
No Tanggal Dx keperawatan Jam Evaluasi TTD
1 25-09- Hipertermi S :ibu klien mengatakan
2020 berhubungan anak masih demam
dengan proses O :pasien tampak merintih
kesakitan
penyakit TTV
TD: 90/60 mmHG
S:39,5 OC
N: 82X/ mnt
RR: 23X/M
A : Masalah belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi

2. 25-09- S : ibu klien mengatakan


2020 anaknya masih sedikit
lemas,demamnya naik
turun,sering mual muntah
O : Pasien tampak lemas
TTV
TD : 90/60 mmHG
N : 82 X/M
S : 38 OC
RR : 23X/M
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
3 25-09- Intoleransi S : ibu klien mengatakan
2020 aktifitas b/d anaknya masih sedikit
Kelemahan lemas,demamnya naik
turun,sering mual muntah.
O : Pasien terlihat lemas
TTV
TD : 90/60 mmHG
N : 82 X/M
S : 37 OC
RR : 23X/M``
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai