Anda di halaman 1dari 5

RANGKUMAN ANCAMAN COVID-19 DAN ANALISA

SITUASI SAAT INI

Disusun Oleh:
Muhammad Halil Zikral (P07131217019)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN


ACEH PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI & DIETETIKA
2019/2020
Ancaman Covid-19
Sejak 31 Desember 2019 terjadi peningkatan kasus pneumonia yang disebabkan virus
korona SARS-CoV-2. Jenis patogen baru tersebut memiliki tingkat penularan antar manusia
yang tinggi. Pemahaman terhadap karakter virus korona menjadi kunci pengendalian di masa
mendatang.
Penularan penyakit korona Covid-19 menjadi pandemi. Disebut pandemi salah satunya karena
wabah yang berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah geografi yang luas. Hingga 14
Maret 2020 pukul 07.00 WIB, total kasus terkonfirmasi mencapai 144.833 kasus dengan
mortalitas sekitar 3,7 persen (5.398 jiwa).
Virus korona memiliki pola penyebaran yang luas dan berjalan dengan cepat, melebihi SARS
atau MERS. Upaya pengendalian belum mampu berjalan efektif sebab proses mengenali virus
tersebut masih berjalan hingga saat ini.

Kelompok Rentan Infeksi Virus Korona

Kelompok Rentan:

 Usia lanjut(>60tahun).
 memiliki penyakit tertentu. seperti kardiovaskular. diabetes. pernapasan
kronik, dan kanker.
 Risiko meningkat mulai usia 40 tahun

Sekitar 14 persen mengalami gejala sedang (severe cases), seperti sulit bernafas, kekurangan
oksigen dalam darah, serta penurunan fungsi paru-paru. Sementara 5 persen lainnya dalam
kondisi kritis.Banyak orang belum paham gejala infeksi virus Korona yang mirip dengan
penyakit flu. Kewaspadaan belum terbangun sepenuhnya di tengah masyarakat. Pola pikir yang
menganggap remeh gejala infeksi menjadi ancaman makin meluasnya penyebaran virus korona.

Tak heran penyebaran virus korona mengalami percepatan hingga dua kali lipat.
Berdasarkan data WHO, jumlah kasus global, selain China, naik dua kali lipat dalam waktu lima
hari. Apabila ditambahkan China, durasinya menjadi lebih lama, sekitar 19 hari.
Tindakan China untuk mengisolasi banyak kota mampu menahan penyebaran virus. Durasi
penggandaan kasus virus korona cukup dinamis, mempertimbangkan percepatan hasil penelitian
vaksin dan tindakan preventif tiap negara.

Virus Corona Berbeda Dengan Influenza

Gejala yang ditimbulkan Covid-19 sering disamakan dengan infeksi virus influenza.
Keduanya memang menyebabkan gangguan pernapasan akut, namun ada perbedaan penting
antara kedua virus tersebut dan bagaimana mereka menyebar.
Setidaknya ada tiga persamaan antara Covid-19 dan influenza, yaitu pola gejala, organ terinfeksi,
dan penyebaran virus. Gejala infeksi kedua virus tersebut ditunjukkan dengan gangguan
pernapasan ringan hingga pneumonia. Organ yang diinfeksi bermula dari saluran pernapasan
melalui mulut dan hidung, hingga mencapai paru-paru.

Media penularannya pun sama, yaitu cairan yang dikeluarkan saat batuk atau bersin, serta benda-
benda di sekeliling kita. Penularan antar manusia lebih sering terjadi. Oleh sebab itu, interaksi
dengan pasien positif Covid-19 atau Influenza harus dibatasi dengan ketat.

Meskipun secara umum kedua virus tersebut memiliki kesamaan, berdasarkan prevalensi kasus
infeksi, ada delapan perbedaan di Antara kedua penyakit ini. Pertama, masa inkubasi Covid-19
lebih lama dibandingkan influenza. Sementara interval infeksi (periode munculnya kasus
terinfeksi), Covid-19 lebih jarang muncul dibandingkan dengan influenza.

Namun, jika dilihat dari penularan sekunder, Covid-19 lebih banyak menularkan. Satu orang
positif Covid-19 mampu menularkan minimal pada 2 orang, sementara influenza lebih sedikit
dan spesifik. Kelompok usia muda lebih rentan terinfeksi influenza dibandingkan Covid-19 yang
banyak ditemukan pada kelompok usia lanjut.

Perbedaan selanjutnya adalah kasus infeksi berat dan kritis yang lebih banyak terjadi karena
Covid-19. Hal tersebut berpengaruh terhadap mortalitas karena Covid-19 jauh lebih tinggi
dibandingkan influenza. Pengendalian infeksi influenza lebih efektif sebab telah tersedia vaksin.

Cepat Menyebar

Penelitian tentang pola penyebaran Covid-19 masih terus berlanjut, termasuk tingkat
keparahan penyakit setelah terinfeksi. Kajian lembaga Centers for Disease Control and
Prevention menjelaskan bahwa penyebaran virus korona kebanyakan terjadi antar manusia
melalui cairan yang keluar saat batuk atau bersin. Karenanya, upaya preventif perlu dilakukan
dengan menjaga jarak sekitar 1-2 meter.

Cairan yang mengandung virus korona yang keluar melalui batuk atau bersin dapat
menempel di bagian mulut atau hidung seseorang, kemudian terhirup saat mengambil napas dan
masuk ke paru-paru. Potensi terinfeksi tiap orang sangat dipengaruhi tingkat imunitasnya.
Seseorang rentan terinfeksi saat kondisi tubuh tidak sehat atau imunitas menurun. Lingkup
penyebaran virus korona melalui tiga proses, yaitu local transmission, imported cases only, dan
community spread.

Proses penyebaran komunitas (community spread) menunjukkan kondisi yang cukup


memprihatinkan, sebab seseorang bisa terinfeksi dengan tanpa sadar kapan dan dimana hal
tersebut terjadi. Beberapa negara yang telah mengalaminya adalah Iran, Italia, Jepang, dan Korea
Selatan.

Lonjakan kasus menunjukkan ancaman pandemik menjadi sangat nyata. WHO menilai bahwa
kondisi pandemik yang mungkin saja terjadi karena virus Korona, akan menjadi kasus pertama
dalam sejarah yang mampu dikendalikan.
Hingga 13 Maret 2020, sebanyak 70.381 pasien atau 52 persen kasus Covid-19 dinyatakan
sembuh. Bahkan di China, setidaknya 76 persen pasien telah sembuh.

Sejalan dengan upaya semua negara dan ahli virologi dalam mengendalikan virus Korona, setiap
orang perlu melek informasi pola penyebaran dan metode pencegahannya. Pemerintah Indonesia
perlu fokus meningkatkan kapasitas pemeriksaan guna mencegah meluasnya infeksi.

ANALISA SITUASI SAAT INI

Berikut ini kondisi terkini 19 pasien positif corona COVID-19, seperti dikutip dari Kemenkes:

1. Yang pertama kasus 07, perempuan (59 tahun) kondisinya stabil, sakit ringan-sedang.
Kasus imported case, yang bersangkutan baru kembali dari luar negeri dan beberapa saat
menunjukkan gejala ke arah COVID-19. Setelah diperiksa dengan PCR maupun Genom
sekuensing hasilnya positif.

2. Selanjutnya kasus 08, laki-laki (56 tahun). Pasien ini tertular kasus 07 karena memang
suami istri. Kondisinya sekarang menggunakan beberapa peralatan seperti infus dan
oksigen karena yang bersangkutan sebelumnya sudah sakit dan memiliki penyakit
diabetes.

3. Kasus 09, perempuan (55 tahun). Kondisi saat ini tampak sakit ringan-sedang tanpa ada
penyakit penyerta sebelumnya. Pasien ini imported case dan bukan bagian dari kluster
manapun.

4. Kasus 10, laki-laki (29 tahun) WNA. Kondisinya tampak sakit ringan-sedang. Ini
merupakan bagian dari tracing dari kasus 01.

5. Kasus 11, perempuan (54 tahun) WNA. Kondisi tampak sakit ringan-sedang. Ini juga
bagian dari tracing contact dari kasus 01.

6. Kasus 12, laki-laki (31 tahun). Kondisi saat ini sakit ringan-sedang dan merupakan hasil
tracing contact dari kasus 01.

7. Kasus 13, perempuan (16 tahun). Ini juga hasil tracing contact dari sub kluster kasus 03.

8. Kasus 14, laki-laki (50 tahun). Gambaran kondisi saat ini sakit ringan-sedang. Kasus ini
adalah imported case.

9. Kasus 15, perempuan (53 tahun). Ini juga merupakan imported case. 12. Kasus 16,
perempuan (17 tahun). Kasus ini terkait dengan pasien kasus 15. Yang mana kasus 16
tertular dari kasus 15 yang baru kembali dari luar negeri.
10. Kasus 17, laki-laki (56 tahun), imported case.

11. Kasus 18, laki-laki (55 tahun), imported case.

12. Kasus 19, laki-laki (40 tahun), imported case.

Umumnya keseluruhan mereka mengalami sakit ringan-sedang, beberapa ada yang


menggunakan peralatan seperti infus dan oksigen karena ada faktor-faktor penyakit yang
mendahului penyakit sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai