Anda di halaman 1dari 3

Penghapusan UN

(Pro)
Speaker 1
Sebelum kami menyampaikan argumentasi, terlebih dahulu kami akan sampaikan mengenai
dasar hukum pelaksanaan Ujian Nasional
1. Ujian Nasional merupakan salah satu upaya pemerintah dalam penjaminan mutu di
satuan pendidikan. Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005
2. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 menyatakan
bahwa dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional dilakukan
evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa evaluasi dilakukan oleh
lembaga yang mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematik untuk
menilai pencapaian standar nasional pendidikan dan proses pemantauan evaluasi
tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan.
Dilihat dari dasar hukum di atas, kami memiliki argumen yang mendasari tim kami untuk
mendukung adanya penghapusan Ujian Nasional, yaitu:
1. Ujian Nasional masih belum bisa menjadi penjamin dan pengendali mutu pendidikan
Bukti :
 Diambil dari kompasiana, karena masih banyak unsur yang lebih harus
diperhatikan, seperti keprofesionalan pendidik, penerapan kurikulum dan
model pembelajaran, sarana dan prasaran pendukung, dana, dan sebagainya
perlu ditinjau lagi. Pendidikan tidak mengejar target nilai atau angka yang
distandarkan supaya lulus, tetapi membantu peserta didik dalam
kehidupannya. Itulah tugas esensial dan roh pendidikan di sekolah. Sebab
kalau tidak disiapkan dengan baik, peserta didik tidak mampu bersaing yang
pada akhirnya menambah pengangguran dalam masyarakat. Selain itu,
peserta didik akan kehilangan identitas dirinya, budaya bangsanya karena
nilai-nilai kemanusiaannya terabaikan. kita juga harus konsisten dan
komitmen atas kurikulum, kebijakan, dan sistem pendidikan. Jika itu rancu,
pendidikan kita tetap terpuruk dan tidak mampu bersaing dalam percaturan
global dan modern ini. Untuk itu, perlu revitalisasi dan restrukturisasi UN
dalam pendidikan kita. Pelaksanaan UN harus ditinjau kembali. Selain itu,
perlu adanya perubahan paradigma bahwa UN bukanlah cermin mutu
pendidikan. 
 Hidayat Nur Wahid, Wakil Ketua MPR juga mengatakan bahwa banyak sekali
masyarakat yang mengeluhkan ujian nasional yang tidak merealisasikan
tujuan pendidikan itu sendiri. Yang pada akhirnya menghadirkan konflik
antara guru, karena sebagian guru merasa mata pelajarannya tidak
diperhatikan oleh murid karena mata pelajarannya tidak diujikan di ujian
nasional.
Speaker 2
Selain Ujian Nasional masih belum bisa menjadi penjamin dan pengendali mutu pendidikan,
isu penghapusan Ujian Nasional akan sangat diperlukan jika mempertimbangkan beberapa
masalah yang ditimbulkannya, yaitu :
1. Ujian Nasional menjadi ajang kecurangan para siswa
Bukti :
Adanya labelling dari masyarakat yang terkadang menilai kemampuan seorang anak
hanya dari prestasi akademik, seperti nilai UN, membuat para siswa/siswi sangat
gencar berusaha untuk mendapatkan nilai UN yang terbaik. Salah satunya yaitu
dengan melakukan kecurangan. Meskipun pada awal tahun 2015, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan menyatakan jika Ujian Nasional tidak
lagi menjadi penentu kelulusan siswa, hal tersebut tidak membuat angka kecurangan
dalam UN menurun. Anies sendiri yang mengatakan pada pelaksanaan UN tahun
2015 yang dilihat dari hasil pengambilan dan perhitungan data, didapatkan
kenyataan bahwa tidak ada satupun daerah di Indonesia yang bebas dari praktik
kecurangan saat menyelengakrakan UN. Bahkan, sebanyak 28 provinsi memiliki
indeks integritas dengan presentase kecurangan di atas 20%. Kemudian, dilaporkan
oleh Inspektur Jenderal Kemendikbud, Muchlis R Luddin, ia mengatakan bahwa
jumlah pengaduan kecurangan dalam ujian nasional yang masuk dari tahun ke tahun
selalu mengalami peningkatan.
2. Ujian Nasional memebuat siswa stress
Bukti :
Komisioner KPAI, Maria Advianti, menyatakan bahwa UN itu sebuah proses yang
banyak mendapat kritik dari masyarakat, sehingga KPAI pernah survei yang intinya
masyarakat merasa bahwa UN itu tidak terlalu signifikan dalam membantu anak-
anak mereka dalam pendidikan. Ujian Nasional sendiri telah menimbulkan banyak
kasus seperti banyak anak yang stres, depresi bahkan hingga bunuh diri karena anak
merasa takut dan tidak siap menghadapi UN. Tercatat sejak tahun 2007, 11 murid
meninggal karena Ujian Nasional.
Speaker 3
Pada kesempatan terakhir ini, saya akan mempertegas posisi kami yang pro terhadap mosi.
Bahwa kami tetap dalam pendirian kami yang mendukung penuh adanya penghapusan
Ujian Nasional. Hal ini dikarenakan :
1. Dengan adanya penghapusan ujian nasional, dana yang seharusnya untuk biaya ujian
nasional bisa didistribusikan ke hal lain
Bukti :
Kebijakan yang menyatakan bahwa ujian nasional sudah tidak lagi menjadi syarat
kelulusan menimbulkan pertanyaan mengenai manfaat yang pasti tentang
dilaksanakannya ujian nasional. Karena di tahun 2019 sendiri, menurut Sekretaris
Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud), Dadang Sudiyarto, mengatakan anggaran Ujian Nasional (UN) pada
2019 itu Rp210 Miliar. Angka tersebut bukanlah angka yang kecil. Apabila ujian
nasional ditiadakan, dana tersebut seharusnya bisa didistribusikan kepada sekolah-
sekolah yang masih memiliki fasilitas yang minim, hal itu tentunya dapat lebih
bermanfaat ke depannya.
Solusi kami :
Penghapusan UN diganti dengan penelusuran minat dan bakat, dengan ini siswa nantinya
dinilai lebih terarah dan konkrit. Pendidikan yang disesuaikan dengan minat dan bakat akan
membuat siswa lebih bersemangat belajar dan mengejar kesuksesan di bidangnya masing-
masing. 
Bisa dibayangkan bahwa para siswa memiliki kemampuan yang beragam, tak semua ahli
matematika, Sains, seni dan sebagainya. Mereka punya kelebihan yang harus diasah sesuai
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Pemaksaan atau menjejalkan beragam
ilmu yang tak dikuasainya akan menyebabkan siswa malas belajar, gurupun kalang kabut
mengejar materi pelajaran. 
Orangtua juga kecewa dengan hasil belajar sang anak. Pemangku jabatan pun risau dengan
capaian dunia pendidikan. Gurupun menjadi pihak yang disalahkan atas buruknya kualitas
pendidikan. 
Coba kita lihat saja materi pelajaran anak SD sudah sebegitu sulit, mereka tak bisa
memahami seluruh materi Tematik yang ditawarkan dalam Kurikulum. Orangtua dan wali
siswa merasa kewalahan membimbing putra-putrinya. Ada kalanya siswa mampu dalam
bidang Sains, ada yang jago di bidang seni,  olahraga.
Kenapa itu tak kita kembangkan? Bila anak sudah terarah belajarnya sesuai minat dan bakat
maka mereka lebih mudah menerima materi pelajaran. Ibaratnya seorang yang bekerja
sesuai passion maka akan lebih tekun bekerja. Belajar pun seperti itu. 

Anda mungkin juga menyukai