Kelompok : II B
Menurut sejarahnya bahwa tanaman kelor yang sudah mulai dimanfaatkan sekitar
2000 tahun SM atau 5000 tahun silam di India Utara ini, masyarakat di daerah tersebut
memanfaatkan tanaman kelor sebagai bahan ramuan obat-obatan. Dalam salah satu sistem
pengobatan dan perawatan kesehatan kuno (Ayurveda), kelor mampu mencegah atau
mengobati 300 macam penyakit, di antaranya: anemia, asma, komedo, kotoran darah,
bronkhitis, radang selaput lendir hidung, sesak nafas, kolera, konjungtivitas, batuk, diare,
infeksi mata dan telinga, demam, pembengkakan kelenjar, sakit kepala, tekanan darah
abnormal, histeria, nyeri pada sendi, jerawat, psoriasis, gangguan pernapasan, penyakit kudis,
sakit tenggorokan,keseleo, serta TBC. Selain itu, ekstrak daun kelor diyakini dapat
memberikan stamina dan tenaga ekstra. Oleh karena itu, para prajurit di daerah tersebut selalu
mengonsumsi ekstrak daun kelor ketika sedang berperang.
Di Filipina misalnya, daun kelor terkenal dikonsumsi sebagai sayuran dan
meningkatkan jumlah air susu ibu (ASI) pada ibu menyusui. Sampai-sampai daun ini disebut
dengan julukan mother’s best friend karena mengandung unsur zat gizi mikro yang sangat
dibutuhkan oleh ibu hamil, seperti beta (B3), kalsium, zat besi, fosfor, magnesium, zink, dan
vitamin C. Dengan kandungan nutrisi yang tinggi, kelor di Filipina lumrah dijadikan
alternatif untuk meningkatkan status gizi ibu hamil, sedangkan bangsa Romawi, Yunani, dan
Mesir, misalnya mengekstrak minyak dari biji dan menggunakannya untuk parfum dan lotion
kulit. Di mesir, kelor juga dipakai untuk melndungi kulit dari sengatan cuaca gurun yang
panas.
Daun kelor berkhasiat untuk mengobati beberapa jenis penyakit, menambah stamina
tubuh, di samping itu juga mengatasi masalah gizi buruk. Berdasarkan sebuah penelitian,
daun kelor memiliki kandungan senyawa aktif yang diduga berfungsi sebagai obat, yaitu
arginin, leusin, metionin dan beberapa senyawa lain. Dengan kandungan senyawa aktif
tersebut menunjukkan daun kelor dapat berfungsi sebagai antidiabetes, antioksidan, anti
tumor.
Beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa daun kelor memiliki kandungan vitamin
C tujuh kali lebih banyak daripada jeruk, potasiumnya tiga kali lebih banyak dari pada
pisang, kadar vitamin A empat kali lebih banyak daripada wortel, dan mengandung kalsium
empat kali lebih banyak daripada kalsium susu. Kandungan protein setiap 100gr daun kelor
setara dengan zat gizi protein satu butir telur. Tanaman kelor mengandung metabolik
sekunder berupa flavonoid, alkoloid, tanin, steroid/triterpenoid, fenolat. Akar dan daun kelor
mengandung zat yang berasa pahit, getir, dan pedas. Biji kelor mengandung minyak lemak
dan lemak (Wasito Hendri, 2011) .
Kulit akar kelor mengandung minyak terbang, sedangkan pada sel-sel tertentu
mengandung myrosinin, emulsine, alkaloida pahit tidak beracun, dan vitamin (A, B1, B2, dan
C ) (Arief Heriana 2013). Daun kelor kaya akan kandungan kalsium yang berguna untuk
tulang dan potasium sebagai zat yang mampu menjaga kesehatan otak dan saraf. Hasil
percobaan pembuatan sirup daun kelor, didapatkan hasil kadar protein 6,09 %, lemak 1,7 %,
karbohidrat 13,59%, serat 4,7%, kalsium 0,2165%, magnesium 1,2 %, kalium 0,7%, vitamin
A 0,03%, vitamin B 0,04%, vitamin c 0, 25% ( EPP Saputra, 2016). Hasil uji fitokimia
ekstrak daun kelor (Moringa oleifera L.) menunjukkan bahwa terdapat senyawa alkaloida,
flavonoida, saponin, fenol, steroida/triterpenoida, tanin ( Haryadi, 2011)
Pada tahun 1997-1998, Alternative Action for African Development (AGADA) dan
Church World Service, menguji kemampuan tepung daun kelor untuk melindungi atau
menyembuhkan malnutrisi pada wanita hamil atau menyusui dan anak-anak mereka di
Senegal bagian barat daya. Dari tes tersebut menghasilkan efek:
(1) Memelihara dan meningkatkan
(2) Pada wanita hamil menyembuhkan dari anemia dan berat badan bayinya lebih tinggi
(3) Meningkatkan produksi ASI pada ibu yang sedang menyusui.
Selain itu, daun kelor mengandung pterigospermin yang bersifat merangsang kulit
(rubifasien) sehingga sering digunakan sebagai param yang menghangatkan dan mengobati
kelemahan anggota tubuh seperti tangan atau kaki. Jika daun segarnya dilumatkan, lalu
dibalurkan ke bagian tubuh yang lemah, maka bisa mengurangi rasa nyeri karena bersifat
analgesik. Selain itu, daun kelor berkhasiat sebagai pelancar ASI. Oleh karena itu, untuk
melancarkan ASI, seorang ibu menyusui dianjurkan makan daun kelor yang disayur.
Selain dipergunakan sebagai bahan makanan untuk mengatasi kondisi kurang energi
protein oleh beberapa organisasi non pemerintah di wilayah afrika, kelor juga dipergunakan
sebagai bahan makanan bagi para penderita HIV/AIDS karena manfaat daun kelor yang dapat
meningkatkan fungsi imun tubuh sehingga menyebabkan penderita HIV/ AIDS lebih sehat
dan memiliki harapan hidup lebih lama (International Moringa Conference, 2000)
Berikut adalah beberapa manfaat daun kelor bagi kesehatan beserta cara mengolahnya:
5. Menurunkan kadar gula darah dan memiliki efek anti diabetes yang kuat
Kayu manis terkenal kerena sifat penurun gula darahnya. Terlepas dari
manfaatnya pada resistensi insulin, kayu manis dapat menurunkan gula darah dengan
beberapa mekanisme lain. Pertama kayu manis telah terbukti mengurangi jumlah
glukosa yang masuk ke aliran darah setelah makan, ini dilakukan menggunakan
sejumlah enzim pencernaan, yang memperlambat penguraian karbohidrat di saluran
pencernaan anda. Kedua, senyaw adalam kay manis dapat bekerja pada sel dengan
meniru insulin, cara ini mengikatkan penyerapan glukosa oleh sel-sel.