Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Nasional Desain dan Arsitektur (SENADA)

Vol.2, Februari 2019

HUBUNGAN INDUSTRI 4.0 TERHADAP PERKEMBANGAN


TEKNOLOGI PERUMAHAN
Sebuah Literature Review

Ar. Rifan Ridwana


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
rifanridwana@gmail.com

ABSTRACT
This paper discusses about industry 4.0 and housing technology from various
literature studies. The literature review will provide a deep understanding of
industry 4.0 and housing technology, and understand the interrelationships
between the two topics by conducting theoretical dialogues to create a systematic
theory. This paper is divided into three parts, part first deals with theories relating
to understanding of the Industrial Revolution 4.0, second, theories that discuss
about housing technology, and the third part is to analyze the linkages between
industry 4.0 and housing technology. Based on literature review, it found that
industry 4.0 have big impact in housing industrialization technology development
by creating smart system that can be utilize to make mass and customized housing
product.
Keywords: Industry 4.0, Housing Technology, Smart System, Mass Customized
Production

ABSTRAK
Tulisan ini membahas mengenai pemahaman Industri 4.0 dan hubungannya
terhadap housing technology dari berbagai kajian literatur. Kajian literatur akan
memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai pemahaman terhadap
industri 4.0 dan teknologi perumahan, serta memahami keterkaitan antara kedua
topik tersebut dengan melakukan dialog teori sehingga membentuk suatu
kerangka teoterik yang sistematis. Tulisan ini dibagi menjadi tiga bahasan,
pertama membahas mengenai kajian teori yang berkaitan dengan pemahaman
terhadap Revolusi Industri 4.0, kedua mengenai teori yang berkaitan dengan
pemahaman terhadap Housing Technology, dan terakhir mengenai keterkaitan
antara revolusi industri 4.0 terhadap housing technology. Berdasarkan kajian
literatur, diketahui bahwa industri 4.0 berperan penting terhadap perkembangan
teknologi perumahan berbasis industrialisasi dengan menonjolkan aspek mass
customized product yang hanya dapat dicapai melalui smart system yang ada
pada industri 4.0.
Kata Kunci: Industri 4.0, Teknologi Perumahan, Smart System, Mass Customized
Production

PENDAHULUAN
Istilah Industri 4.0 lahir dari ide revolusi industri ke empat. European Parliamentary
Research Service dalam Davies (2015) menyampaikan bahwa revolusi industri
terjadi empat kali. Revolusi industri pertama terjadi di Inggris pada tahun 1784 di
mana penemuan mesin uap dan mekanisasi mulai menggantikan pekerjaan
manusia. Revolusi yang kedua terjadi pada akhir abad ke-19 di mana mesin-mesin
produksi yang ditenagai oleh listrik digunakan untuk kegiatan produksi secara
masal. Penggunaan teknologi komputer untuk otomasi manufaktur mulai tahun
1970 menjadi tanda revolusi industri ketiga. Saat ini, perkembangan yang pesat
dari teknologi sensor, interkoneksi, dan analisis data memunculkan gagasan untuk
mengintegrasikan seluruh teknologi tersebut ke dalam berbagai bidang industri.
Gagasan inilah yang diprediksi akan menjadi revolusi industri yang berikutnya.
Angka empat pada istilah Industri 4.0 merujuk pada revolusi yang ke empat.

544
Prosiding Seminar Nasional Desain dan Arsitektur (SENADA)
Vol.2, Februari 2019

Industri 4.0 merupakan fenomena yang unik jika dibandingkan dengan tiga revolusi
industri yang mendahuluinya. Industri 4.0 diumumkan secara apriori karena
peristiwa nyatanya belum terjadi dan masih dalam bentuk gagasan (Drath & Horch,
2014).
Istilah Industri 4.0 sendiri secara resmi lahir di Jerman tepatnya saat diadakan
Hannover Fair pada tahun 2011 (Kagermann, dkk. 2011). Negara Jerman memiliki
kepentingan yang besar terkait hal ini karena Industri 4.0 menjadi bagian dari
kebijakan rencana pembangunannya yang disebut High-Tech Strategy 2020.
Kebijakan tersebut bertujuan untuk mempertahankan Jerman agar selalu menjadi
yang terdepan dalam dunia manufaktur (Heng, 2013). Beberapa negara lain juga
turut serta dalam mewujudkan konsep Industri 4.0 namun menggunakan istilah
yang berbeda seperti Smart Factories, Industrial Internet of Things, Smart Industry,
atau Advanced Manufacturing. Meski memiliki penyebutan istilah yang berbeda,
semuanya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk meningkatkan daya saing
industri tiap negara dalam menghadapi pasar global yang sangat dinamis. Kondisi
tersebut diakibatkan oleh pesatnya perkembangan pemanfaatan teknologi digital di
berbagai bidang.
Industri 4.0
Definisi mengenai Industri 4.0 beragam karena masih dalam tahap penelitian dan
pengembangan. Kanselir Jerman, Merkel (2014) berpendapat bahwa Industri 4.0
adalah transformasi komprehensif dari keseluruhan aspek produksi di industri
melalui penggabungan teknologi digital dan internet dengan industri konvensional.
Schlechtendahl, dkk (2015) menekankan definisi kepada unsur kecepatan dari
ketersediaan informasi, yaitu sebuah lingkungan industri di mana seluruh
entitasnya selalu terhubung dan mampu berbagi informasi satu dengan yang lain.
Menurut Bartodjej & Jan (2017), industri 4.0 merupakan Kombinasi system cyber-
physical mulai dari ranah supply chain dan proses manufaktur dengan
pemanfaatan internet. Revolusi industri 4.0 dinilai sebagai suatu revolusi yang
mengarah pada digitalisasi. Lavanya, dkk (2017) menambahkan, industri 4.0
adalah suatu bidang interdisipliner baru yang menggabungkan antara CPS,
Internet of Things, dan smart factory. Dimana menurut teori dari Thoben, dkk
(2017) menjelaskan bahwa smart manufacturing merupakan transisi menuju
teknologi informasi dan komunikasi yang terintegrasi dan berbasis pada big data
analytic juga peningkatan otomatisasi, dengan tetap memasukkan unsur manusia
ke dalamnya. Hal ini menurut pendapatnya dapat memberikan peningkatan
kualitas dan efisiensi serta sustainabilitas.
Kagermann, dkk (2013) berpendapat bahwa Industri 4.0 adalah integrasi dari
Cyber Physical System (CPS) dan Internet of Things and Services (IoT dan IoS) ke
dalam proses industri meliputi manufaktur dan logistik serta proses lainnya. CPS
adalah teknologi untuk menggabungkan antara dunia nyata dengan dunia maya.
Penggabungan ini dapat terwujud melalui integrasi antara proses fisik dan
komputasi (teknologi embedded computers dan jaringan) secara close loop (Lee,
2008). Hermann, dkk (2015) menambahkan bahwa Industri 4.0 adalah istilah untuk
menyebut sekumpulan teknologi dan organisasi rantai nilai berupa smart factory,
CPS, IoT dan IoS. Smart factory adalah pabrik modular dengan teknologi CPS
yang memonitor proses fisik produksi kemudian menampilkannya secara virtual
dan melakukan desentralisasi pengambilan keputusan. Melalui IoT, CPS mampu
saling berkomunikasi dan bekerja sama secara real time termasuk dengan
manusia.
Kruger (2016) menyatakan bahwa konsep utama dari industri 4.0 adalah
mengeksploitasi potensi teknologi baru seperti: internet, integrasi teknikal dan
proses bisnis marketing, digital virtualization, juga smart factory. Lebih lanjut
Baldassare, dkk (2016) berpendapat bahwa Revolusi industri 4.0: menyediakan
koneksi antara fisik dan digital menggunakan mesin intelligen yang dapat saling
berkomunikasi juga dengan manusia. Menurut Hermann, dkk (2015) Industri 4.0

545
Prosiding Seminar Nasional Desain dan Arsitektur (SENADA)
Vol.2, Februari 2019

merupakan sebuah system cyber-physical dan smart factory yang terhubung dan
komunikasi melalui digital internet. Menurutnya, terdapat enam prinsip desain
Industri 4.0 yaitu interoperability, virtualisasi, desentralisasi, kemampuan real time,
berorientasi layanan dan bersifat modular.
Untuk memudahkan memahami dan membuat kerangka teoretikal framework
mengenai apa itu Industri 4.0, maka dibuat tabel pengkategorian aspek-aspek
yang dibahas dalam tiap teori mengenai industri 4.0 tersebut. Poin-poin penting
dalam tiap teori dikelompokkan dan diberi warna sesuai dengan jenis aspek-aspek
yang dibahas sehingga dapat disimpulkan garis besar mengenai apa itu industri
4.0.
Tabel 1 Pengkategorian Aspek-Aspek Industri 4.0

Teori Penjabaran
Bartodziej & Cyberphysical Supply chain and
Jan, 2017 system with manufacturing
usage of
internet
Sreedharan & CPS, Logistic and
Unnikrishnan, digitalization manufacturing
2017
Lavanya B, Interdisciplinar
Dr.Shylaja B. y, CPS,
S, & Santhosh internet, and
M. S, 2017 smart factories
Thoben, Smart Integration Increased Heavily data
Wiesner, & manufacturing information and automation focused
Wuest, 2017 communication
Sniderman, Connected,
Mahto, & Digital to
Cotteleer, 2016 physical
Trade & Invest, Paradigm shift Product Technological
2017 communicate advances
with machine from
conventional
Krüger, Smart factory, Integration Availability of Enable
Reinhart, Smart technical and internet custom mass
Schuh, 2016 production, business process production
Smart product (flexible,
efficient)
Hermann M, CPS Smart Factory Real time Modularity
Pentek T , & capability,
Otto B, 2015 automatisation
Qin, J, Liu, Y, Intelligent Integration Intelligent Enable
& Grosvenor, factory Business activity product Customer’s
R, 2016 (communication) product
modification
(smart
product)
Rojko, 2017 CPS (internet, Automatisation, Smart Factory
digitalization) robotic (big data
analytic)
Rojko, 2017 Smart CPS Decentralized Flexible mass
automatisation control custom
production

KETERANGAN
Cyber Physical System (IT) [SMART SYSTEM]
Smart Factory [SMART SYSTEM]
Automatisation manufacturing
Mass Product Customization
Bussiness Integration (Marketing)

Sumber : Analisis Penulis, 2018

546
Prosiding Seminar Nasional Desain dan Arsitektur (SENADA)
Vol.2, Februari 2019

Gambar 1 Aspek Industri 4.0


Sumber: Analisis Penulis, 2018

Dari berbagai pendapat mengenai industri 4.0 yang dikemukakan di atas, dapat
ditarik suatu benang merah atau garis besar bahwa industri 4.0 merupakan sebuah
perubahan paradigma dalam bidang industri menuju digitalisasi. Dalam industri 4.0
hal yang paling ditekankan dan yang membedakannya dari revolusi-revolusi
industri sebelumnya adalah dengan munculnya suatu pemanfaatan smart system
(CPS, Smart factory). Yang dimaksud smart system di sini adalah suatu sistem
yang mampu mengintegrasikan berbagai aspek industri ke dalam ranah digitalisasi
yang bersifat intelligent. Dalam smart system tersebut, dua hal pokok yang
ditonjolkan oleh industri 4.0 ada pada peningkatan pemanfaatan otomatisasi dalam
ranah manufaktur, dan keunggulan smart system pada ranah marketing terkait
kemampuannya dalam melakukan produksi masal secara lebih efisien, fleksibel
(customize), dan responsif. Karena berkat kinerja smart system dalam
mengintegrasikan informasi dan komunikasi yang bersifat real time dan dua arah,
sistem produksi masal yang dulunya identik hanya bersifat mass general pada era
industri 3.0, pada industri 4.0 mampu diubah menjadi mass production yang dapat
terkustomisasi (‘smart’ product).

Housing Technology
Sistem pembangunan perumahan secara massal dilakukan melalui sistem
industrialisasi. Industrialisasi mulai berkembang sejak tahun 1970an untuk
mengurangi masalah kekurangan perumahan dan masalah-masalah sosial akibat
perumahan yang tidak layak. Industrialisasi adalah suatu proses perubahan
terhadap sistem, metoda, dan tujuan industri manufaktur skala besar. Dalam
industri perumahan: sistem, metoda, dan kemampuan dan teknik manajemen akan
diterapkan terhadap semua segmen dari keseluruhan proses. Tujuan dari
industrialisasi perumahan adalah memenuhi kebutuhan perumahan yang
meningkat dengan cepat, memenuhi persyaratan fleksibilitas pada unit tempat
tinggal sebagai penyesuaian terhadap perkembangan kebutuhan penghuni, serta
menghasilkan tipe-tipe rumah yang dapat beradaptasi terhadap perubahan sosial
ekonomi dan teknologi (Grubb,1972).
Untuk melaksanakan pembangunan rumah dalam jumlah besar dan membutuhkan
komponen bangunan yang banyak, pendekatan yang harus dilakukan adalah
melalui penerapan metoda industrialisasi dengan sistem membangun prefabrikasi
dengan tujuan memproduksi komponen-komponen bangunan secara massal
dengan harga murah dan mutu terkontrol (Russell, 1980).
Kamar, dkk (2009) menyatakan bahwa teknologi perumahan berhubungan dengan
industrialisasi konstruksi perumahan. Beberapa jenis sistem konstruksi yang
berbasis industrialisasi secara massal adalah sistem prefabrikasi, pre-assembly,
OSM, OSP, OSC, dan MMC. Basua, dkk (2015) juga menyatakan bahwa
perkembangan teknologi konstruksi dari metode tradisional yang berbasis pada

547
Prosiding Seminar Nasional Desain dan Arsitektur (SENADA)
Vol.2, Februari 2019

site menjadi kombinasi metode-metode yang lebih dinamis memberikan


kemungkinan baru untuk pengembangan konstruksi perumahan. Berbagai model
inovasi material dan konstruksi bangunan perumahan telah banyak dikembangkan
melalui riset dan development selama empat dekade. Evolusi dari teknologi
konstruksi perumahan dapat dilihat dari bukti-bukti peningkatan perkembangan
model konstruksi seperti : prefabrikasi di Jepang, off-site fabrikasi di Jerman,
industrialisasi bangunan di Malaysia, off-site manufacture di Australia, dan
fabrikasi struktur high-resh di Hongkong.
Menurut Vivian (2011), teknologi konstruksi perumahan alternatif bertujuan untuk
menurunkan biaya pembangunan perumahan dengan cara mengurangi
penggunaan bahan material bangunan melalui peningkatan dan improvisasi teknik
konstruksi. Namun perlu diperhatikan bahwa teknologi konstruksi yang efisien
terhadap biaya tidak berkompromi terhadap keamanan dan kenyamanan
bangunan sesuai standar yang berlaku. Hofman (2009) sependapat dengan Vivian
bahwa, perlunya suatu teknologi konstruksi perumahan alternatif untuk mencapai
efisiensi melalui beberapa cara di antaranya pemakaian material secara lokal dan
melakukan improvisasi dan inovasi metode konstruksi dari metode konvensional.
Inovasi teknologi merujuk pada penggunaan material baru atau metodologi seperti
sistem modular. Menurut Holden, dkk (2003), sistem modular merupakan suatu
sistem bangunan yang melakukan pengerjaan perakitan elemennya dalam pabrik
secara modern. Komponen fabrikasi akan dibawa dan dipasang pada site secara
langsung. Dengan melakukan hal ini, dapat mengurangi waktu pengerjaan
bangunan dan juga mampu menurunkan biaya konstruksi bangunan dibandingkan
metode konstruksi konvensional.
Fuller berpendapat, orisinalitas dan keterampilan bukan sesuatu yang hilang dalam
prefabrikasi, sebaliknya justru menantang kreatifitas dan menekankan bahwa
pentingnya keberadaan arsitek di belakannya. Dengan demikian, apapun cara,
bentuk dan metode yang digunakan dalam membangun, arsitektur sebagai produk
manusia haruslah selalu berorientasi pada peningkatan kualitas hidup. Dengan
begitu akan selalu ada penelaahan, penyesuaian dan perbaikan kepada kualitas
yang lebih baik seperti kepada hasil dari prefabrikasi yang berkelanjutan dan
responsif terhadap kebutuhan dan lingkungannya. Di dalam arsitektur, teknologi
memiliki andil yang besar. Dalam ber-prefabrikasi, teknologi dan arsitektur
merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan, seperti apa yang diutarakan oleh
Robert Kronenburg, bahwa dalam penerapannya, teknologi haruslah dimanfaatkan
pada hakekat peningkatan kualitas, dan bukan hanya sebagai penekan biaya
produksi.

Gambar 2 Theoretical Framework dari Housing Technology


Sumber: Analisis Penulis, 2018

548
Prosiding Seminar Nasional Desain dan Arsitektur (SENADA)
Vol.2, Februari 2019

Dari beberapa tinjauan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa secara garis besar,
housing technology merupakan teknologi konstruksi perumahan yang berbasis
industrialiasi perumahan, pengembangan teknologi dibidang perumahan ini
mengedepankan nilai efisiensi melalui pemanfaatan material inovatif dan
penggunaan metode konstruksi alternatif yang efisien tanpa menurunkan tingkat
performa bangunan, tanpa mengurangi keselamatan serta keamanan bangunan,
serta harus dapat meningkatkan kualitas hidup penghuninya. Metode inovatif
dalam teknologi konstruksi perumahan yang telah diketahui di antaranya adalah:
prefabrikasi, offsite fabricated, industrialisasi, offsite manufacture, prefabricate
high-rise, OSM, OSP, OSC, dan MMC.

Kaitan antara Industri 4.0 dan Teknologi Perumahan


Industri 4.0 merupakan suatu istilah yang memiliki pengertian yang luas dan juga
dampaknya yang bersifat global mempengaruhi berbagai bidang. Pemahaman
mengenai penerapan industri 4.0 dapat berbeda di tiap bidang karena perbedaan
objek dan fokus amatan dari bidang-bidang tesebut seperti pada bidang ekonomi,
arsitektur, mesin, budaya, dan lain sebagainya. Kaitannya dalam bidang arsitektur,
atau secara lebih spesifik ke dalam teknologi perumahan, ialah berhubungan
dengan bagaimana konsep smart system yang diangkat dari industri 4.0
berpengaruh terhadap perkembangan inovasi teknologi perumahan tersebut.
Berdasarkan teori yang telah dijabarkan sebelumnya, smart system (IT Based)
dalam industri 4.0 merujuk pada dua aspek utama yakni aspek automatisasi
berkaitan dengan manufaktur, dan aspek marketing yang berhubungan dengan
users. Smart system dalam industri 4.0 ini jika diaplikasikan pada housing
technology dapat memberikan suatu perkembangan dan inovasi pada teknologi
industrialisasi perumahan secara massal karena kemampuannya untuk
menciptakan smart product yang belum dapat dicapai pada era-era industry
sebelumnya, dilihat dari aspek otomatisasi melalui kecerdasan artificial serta
integrasi yang ditanamkan pada smart system, melalui industri 4.0, manufaktur
teknologi industri perumahan yang dilakukan secara mass production akan dapat
mencapai tingkat efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan pada era industri 3.0.
Bukan hanya itu, melalui sistem marketing yang terintegrasi dalam smart system
(integrated communication and information), teknologi industrialisasi perumahan
yang dulunya identik hanya bersifat general mass production melalui sistem
modularnya, sehingga memunculkan anggapan/kesan negatif bahwa “arsitektur
hanyalah produk dari mesin” dan menganggap penggunanya bersifat sama
rata/general akibat dari produksi masal tersebut, dapat dikembangkan lebih lanjut
menjadi sistem customized mass production yang dalam prosesnya, produk yang
akan dihasilkan juga dapat terkustomisasi (tidak lagi hanya mass production yang
bersifat general).

Gambar 3 Hubungan antara Industri 4.0 dan Housing Technology


Sumber: Analisis Penulis, 2018

549
Prosiding Seminar Nasional Desain dan Arsitektur (SENADA)
Vol.2, Februari 2019

Sistem Customized Mass Production berguna dalam mendesain suatu karya


arsitektur di mana kebutuhan akan variasi, kekayaan spasial (spatial richness) dan
sensitifitas terhadap program, pengguna, dan konteks yang spesifik dapat
diakomodasi bersamaan dengan nilai ekonomis yang dapat diperoleh dari sistem
mass production dan kemudahan adaptibility dan changeability dari solusi
arsitektural dalam tahap apapun pada proses desain. Prinsip dari mass
customization adalah untuk mendapatkan hasil produk, di mana secara spesifik
menyesuaikan terhadap kebutuhan desain tiap individu. Konsep ini merupakan
kombinasi antara nilai efisiensi biaya unit produksi dari mass production dipadukan
dengan fleksibilitas dari tiap komponen yang dapat disesuaikan (customized) pada
metode produksinya. Sistem ini mampu menyesuaikan karakteristik dan kebutuhan
yang berbeda bagi setiap user/pemakai, sehingga selain meningkatkan nilai
efektifitas dan fleksibilitas mass product dalam hal ini karya arsitektur, lebih dalam
lagi, dengan pemanfaatan industri 4.0 diharapkan dapat mengembalikan nilai
utama arsitektur bahwa “architecture is for human”.

REFERENSI
Baldassarre, F., Ricciardi, F., & Campo, R. 2016. 'The Advent Of Industry 4.0 In
Manufacturing Industry: Literature Review And Growth'.
Bartodziej, & Jan , C. 2017. 'The Concept Industry 4.0 An Empirical Analysis of
Technologies and Applications in Production Logistics'.
Basua, R., Nanyama, N., Sawhneya, A., & Prasadb, J. 2015. 'Selection framework
for evaluating housing technologies.' Procedia Engineering 123 , 333-341.
Hermann M, Pentek T , & Otto B. 2015. 'Design Principles for Industry 4.0
Scenarios'.
Hofman, E, H. Voordijk, & J. Halman. 2009. 'Matching supply networks to a
modular product architecture in the house-building industry.' Building Research
& Information, vol. 37, no.1, 31-42.
Holden, T, J, Restrepo, & J. B. Mander. 2003. 'Seismic performance of precast
reinforced and prestressed concrete walls.' Journal of Structural Engineering,
vol. 129, no.3, 286-296.
K.A. Kamar, M. Alshawi, Z.A. Hamid, M.N. Nawi, A.T. Haron, & M.R. Abdullah.
2009. 'Industrialised Building System (IBS): Revisiting The Issues On Definition,
Classification And The Degree Of Industralisation'. 2nd Construction Industry
Research Achievement International Conference (CIRAIC), 1-15.
Krüger, J., Reinhart, G., Schuh, G., & Bauernhansl, T. 2016. 'Wgp-Standpunkt
Industrie.' Wissenschaftliche Gesellschaft für Produktionstechnik Wgp e. v.
Kumar A. 1999. 'Sustainable building technology for mass application.'
Development Alternatives Newsletter 9(11), 1-4.
Lavanya B, Dr.Shylaja B. S, & Santhosh M. S. 2017. 'Industry 4.0 – The Fourth
Industrial Revolution.' International Journal of Science, Engineering and
Technology Research (IJSETR) Volume 6, Issue 6.
Qin, J, Liu, Y, & Grosvenor, R. 2016. 'A Categorical Framework of Industry 4.0.'
Procedia CIRP, 52, 173–178.
Rojko, A. (2017). 'Industry 4.0 Concept: Background and Overview.' iJIM Vol.11
No. 5.
Sniderman, B., Mahto, M., & Cotteleer, M. 2016. 'Industry 4.0 and manufacturing
ecosystems : Exploring the world of connected Enterprises.' Deloitte Unviersity
Press.
Sreedharan, R., & Unnikrishnan, A. 2017. 'Moving Towards Industry 4.0: A
systematic review.' International Journal of Pure and Applied Mathematics
Volume 117 No. 20, 929-936.
Thoben, K.-D., Wiesner, S., & Wuest, T. 2017. 'Industrie 4.0 and Smart
Manufacturing – A Review of Research Issues and Application Examples.' Int. J.
of Automation Technology.

550
Prosiding Seminar Nasional Desain dan Arsitektur (SENADA)
Vol.2, Februari 2019

Trade, G., & Invest. 2017. 'Smart manufacturing for the future'. National Academy
of Science and Engineering.
Vivian W. Y. Tam. 2011. 'Cost Effectiveness of using Low Cost Housing
Technologies in Construction.' Procedia Engineering 14 , 156–160.

551

Anda mungkin juga menyukai

  • PPC 1
    PPC 1
    Dokumen3 halaman
    PPC 1
    Alvin Setiawan
    Belum ada peringkat
  • 102-Article Text-972-1-10-20190220 PDF
    102-Article Text-972-1-10-20190220 PDF
    Dokumen8 halaman
    102-Article Text-972-1-10-20190220 PDF
    Alvin Setiawan
    Belum ada peringkat
  • PPC 1
    PPC 1
    Dokumen3 halaman
    PPC 1
    Alvin Setiawan
    Belum ada peringkat
  • 4749 3245 1 SM
    4749 3245 1 SM
    Dokumen15 halaman
    4749 3245 1 SM
    Wulandari Putri
    Belum ada peringkat
  • Confidence Interval
    Confidence Interval
    Dokumen23 halaman
    Confidence Interval
    Indaha Basyroh
    Belum ada peringkat
  • Confidence Interval
    Confidence Interval
    Dokumen23 halaman
    Confidence Interval
    Indaha Basyroh
    Belum ada peringkat
  • 4749 3245 1 SM
    4749 3245 1 SM
    Dokumen15 halaman
    4749 3245 1 SM
    Wulandari Putri
    Belum ada peringkat
  • PPC 1
    PPC 1
    Dokumen3 halaman
    PPC 1
    Alvin Setiawan
    Belum ada peringkat
  • GAMBARTEKNIK
    GAMBARTEKNIK
    Dokumen8 halaman
    GAMBARTEKNIK
    Alvin Setiawan
    Belum ada peringkat
  • Confidence Interval
    Confidence Interval
    Dokumen23 halaman
    Confidence Interval
    Indaha Basyroh
    Belum ada peringkat
  • Sli GC
    Sli GC
    Dokumen4 halaman
    Sli GC
    Alvin Setiawan
    Belum ada peringkat
  • Confidence Interval
    Confidence Interval
    Dokumen23 halaman
    Confidence Interval
    Indaha Basyroh
    Belum ada peringkat
  • JENIS-JENIS SEMEN
    JENIS-JENIS SEMEN
    Dokumen6 halaman
    JENIS-JENIS SEMEN
    Alvin Setiawan
    Belum ada peringkat
  • Jenis-Jenis Gula
    Jenis-Jenis Gula
    Dokumen19 halaman
    Jenis-Jenis Gula
    Alvin Setiawan
    Belum ada peringkat
  • Jenis-Jenis Gula
    Jenis-Jenis Gula
    Dokumen19 halaman
    Jenis-Jenis Gula
    Alvin Setiawan
    Belum ada peringkat
  • PESTISIDA
    PESTISIDA
    Dokumen23 halaman
    PESTISIDA
    Alvin Setiawan
    Belum ada peringkat