Anda di halaman 1dari 9

A.

Perekonomian Indonesia dan Anggaran Pendapatan Belanja Negara 2017


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) adalah suatu daftar yang
memuat perincian sumber-sumber pendapatan Negara dan jenis-jenis
pengeluaran negara dalam jagka waktu satu tahun (1 Januari – 31 Desember) yang
ditetapkan dengan undang-undang dan dilaksanakan seara terbuka dan
bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Tujuan dari APBN adalah untuk memandu anggaran pendapatan negara dan
belanja negara dalam melaksanakan kegiatan negara untuk meningkatkan
produksi dan kesempatan kerja, dalam rangka meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan kemakmuran bagi rakyat. Asumsi dasar ekonomi makro yang
ditetapkan dalam  Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(RAPBN) 2017 telah mencerminkan kondisi perekonomian terkini serta
memperhatikan proyeksi perekonomian mendatang. Dengan demikian, asumsi-
asumsi tersebut lebih realistis dan kredibel.
Berdasarkan kinerja pelaksanaan APBN dalam beberapa tahun terakhir,
tingkat defisit RAPBNP Tahun 2017 yang direncanakan sebesar 2,92 persen
terhadap PDB diperkirakan akan terealisasi lebih rendah. Sebagaimana tahun
sebelumnya, outlook belanja negara sampai dengan akhir tahun diperkirakan
terserap pada kisaran 98,0–99,8 persen terhadap RAPBNP tahun 2017. Perkiraan
tersebut memperhitungkan penyerapan beberapa komponen belanja negara yang
sangat tergantung dari kinerja dan kemampuan pelaksanaannya seperti belanja
K/L, DAK fisik, dan Dana Desa, yang penyerapan pada beberapa tahun terakhir
yang masing-masing diperkirakan sekitar 96 persen, 95 persen, dan 97 persen dari
pagu APBN. Perkiraan tersebut juga telah mempertimbangkan potensipotensi
efisiensi seperti penghematan sisa lelang, dan efisiensi lanjutan. Dengan perkiraan
outlook belanja negara tersebut di atas, dan dengan menjaga pencapaian
pendapatan negara sesuai target yang ditetapkan, maka outlook defisit APBN
sampai dengan akhir tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp362.880,5 miliar atau
2,67 persen terhadap PDB. Perkiraan tingkat defisit sampai dengan akhir tahun
yang lebih rendah dari besaran dalam RAPBNP tahun 2017 akan diikuti dengan
penyesuaian pada pembiayaan yang bersumber dari utang.

 Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2017 :

1. Tingkat Inflasi Tahun 2017


Dengan inflasi bulan Desember 2017 tercatat sebesar 0,71% (mtm), maka
inflasi sepanjang tahun 2017 tercatat sebesar 3,61%. Tingkat inflasi tahun
2017 menghentikan laju menurun inflasi yang telah terjadi dua tahun
sebelumnya. Seperti telah disebutkan pada Overview Inflasi 2015, kebijakan
harga yang diatur pemerintah yang disesuaikan dengan harga internasional
menjadikan tingkat inflasi Indonesia semakin berkorelasi erat terutama dengan
harga minyak internasional. Harga minyak yang telah kembali di atas USD 50

1
per barel sejak akhir tahun 2016 telah mendorong pemerintah untuk
menaikkan harga yang diatur pemerintah.

Berikut ini merupakan data inflasi pada tahun 2017 oleh Bank Indonesia :

Bulan Tingka Inflasi


Januari 3,49%
Februari 3,83%
Maret 3,63%
April 3,17%
Mei 3,33%
Juni 3,37%
Juli 3,38%
Agustus 3,82%
September 3,72%
Oktober 3,58%
November 3,30%
Desember 3,61%

2. Tingkat Suku Bunga Perbendaharaan Negara Tahun 2017


Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20 dan 22 September
2017 memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar
25 bps dari 4,50% menjadi 4,25%, dengan suku bunga Deposit Facility turun
25 bps menjadi 3,50% dan Lending Facility turun 25 bps menjadi 5,00%,
berlaku efektif sejak 25 September 2017. Penurunan suku bunga acuan ini
masih konsisten dengan realisasi dan perkiraan inflasi 2017 yang rendah serta
prakiraan inflasi 2018 dan 2019 yang akan berada di bawah titik tengah
kisaran sasaran yang ditetapkan dan defisit transaksi berjalan yang terkendali
dalam batas yang aman. Risiko eksternal terutama yang terkait dengan
rencana kebijakan Fed Funds Rate (FFR) dan normalisasi neraca bank sentral
AS juga telah diperhitungkan. Penurunan suku bunga kebijakan ini
diharapkan dapat mendukung perbaikan intermediasi perbankan dan
pemulihan ekonomi domestik yang sedang berlangsung. Bank Indonesia
memandang bahwa tingkat suku bunga acuan saat ini cukup memadai sesuai
dengan prakiraan inflasi dan makroekonomi ke depan. Bank Indonesia terus
berkoordinasi dengan Pemerintah untuk memperkuat bauran kebijakan dalam
rangka menjaga stabilitas makroekonomi dan memperkuat momentum
pemulihan ekonomi. Rata-rata suku bunga Surat Perbendaharaan Negara
(SPN) 3 bulan, pada 2017 diasumsikan berada pada tingkat 5,3%. 

3. Nilai Tukar Rupiah Tahun 2017

Pada 21 Desember 2017, rupiah terdepresiasi 0,78 persen (di bawah 1


persen), volatilitas nilai tukar rupiah pada 2017 hanya berada di kisaran 3
2
persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan kondisi pada 2016 yang
mencapai 8 persen.  Namun, ada sedikit tekanan terhadap rupiah pada awal
kuartal IV tahun 2017. Sumber tekanan itu dari faktor eksternal, yakni
berkaitan dengan pengumuman rencana reformasi perpajakan di AS. Selain
itu, faktor ketidakpastian tentang penggantian posisi Janet Yellen sebagai
Gubernur Bank Sentral AS (Federal Reserve).

Kendati demikian, tekanan itu tidak memberikan dampak signifikan


karena nilainya di bawah 1 persen. Volume transaksi pasar keuangan pada
2017 juga lebih baik dibanding 2016, yakni dari rata-rata Rp23,6 triliun per
hari menjadi Rp28,9 triliun per hari. Volume transaksi pasar uang asing juga
berkembang dari rata-rata 5 miliar dolar AS per hari di 2016 menjadi rata-rata
5,5 miliar dolar AS per hari pada tahun ini. Sementara untuk rasio transaksi
derivatif terhadap total transaksi valas terakhir, ada di kisaran 38 persen. 

Sementara itu, pada Kamis sore, 28 Desember 2017, nilai tukar rupiah
yang ditransaksikan antarbank di Jakarta bergerak menguat sebesar 12 poin
menjadi Rp13.553 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.565 per dolar
AS. Adapun dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI), pada Kamis
(28/12/2017), tercatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.560
dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.562 per dolar AS.

4. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2017

Bank Indonesia menyatakan rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia di


tahun ini berada di angka 5,05 persen. Angka tersebut sedikit lebih stabil jika
dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2016 yang berada di posisi 5,02 persen.
Tren perbaikan pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh meningkatnya
ekspor komoditas yang mendorong peningkatan investasi nonbangunan pada
korporasi berbasis komoditas.
Namun, disisi lain komponen konsumsi rumah tangga mengalami
pertumbuhan terbatas , khususnya pada belanja makanan dan pakaian yang
disertai pergeseran pola konsumsi ke leisure.

5. Harga Minyak Bumi Tahun 2017


Volume minyak dan gas bumi yang siap dijual selama tahun 2017 diperkirakan
mencapai 1,93 juta barel setara minyak per hari, yang terdiri dari produksi minyak
bumi sebesar 780 ribu barel per hari dan gas bumi sekitar 1,15 juta barel setara
minyak per hari.

Sementara itu, lifting minyak dan gas diperkirakan tetap sama dengan asumsinya dalam APBN
tahun 2017, yaitu masing-masing 815 ribu barel perhari dan 1.150 ribu barel per hari setara
minyak. Selanjutnya, sebagai dampak perubahan asumsi dasar ekonomi makro dan langkah
kebijakan fiskal di atas, maka postur APBN tahun 2017 juga akan mengalami perubahan, yang
terangkum dalam besaran-besaran RAPBNP tahun 2017 berikut. Pendapatan negara dalam
3
RAPBNP tahun 2017 diperkirakan sebesar Rp1.714.128,1 miliar atau lebih rendah 2,1 persen
jika dibandingkan dengan target dalam APBN tahun 2017 sebesar Rp1.750.283,4 miliar. Namun,
target pendapatan negara dalam RAPBNP tahun 2017 tersebut meningkat sebesar 10,1 persen
dibandingkan dengan realisasinya pada tahun 2016. Perubahan target pendapatan negara tersebut
utamanya berasal dari target penerimaan perpajakan sebesar Rp1.450.938,9 miliar atau turun
sebesar 3,2 persen dari APBN tahun 2017. Sedangkan perubahan target atas komponen
pendapatan negara lainnya yaitu PNBP sebesar Rp260.081,0 atau meningkat 4,0 persen dari
APBN tahun 2017 dan penerimaan hibah sebesar Rp 3.108,1 miliar atau meningkat 126,4 persen
dari APBN tahun 2017.

Belanja negara diproyeksikan mencapai Rp2.111.363,8 miliar atau turun 1,5 persen dari
pagu APBN tahun 2017. Meskipun akan dilakukan efisiensi pada belanja kementerian/ lembaga
(K/L), namun belanja pemerintah pusat dalam RAPBNP tahun 2017 diproyeksikan lebih tinggi
sebesar Rp36.037,9 miliar dari alokasi APBN tahun 2017, terutama disebabkan oleh kebijakan
tambahan belanja untuk kegiatan yang bersifat mendesak dan prioritas. Sedangkan Transfer Ke
Daerah dan Dana Desa diperkirakan turun sebesar Rp5.125,3 miliar atau 0,7 persen dari pagunya
dalam APBN tahun 2017 yang disebabkan oleh penurunan pendapatan negara yang berdampak
pada penurunan dana alokasi umum dan dana alokasi khusus, serta kenaikan dana bagi hasil dan
dana alokasi khusus fisik. Untuk menjaga defisit anggaran sebagai dampak perubahan
pendapatan negara dan belanja negara tersebut serta untuk memenuhi kebutuhan peningkatan
pengeluaran pembiayaan investasi, maka pembiayaan anggaran diperkirakan menjadi
Rp397.235,8 miliar atau meningkat sebesar Rp67.068,0 miliar dari target pembiayaan anggaran
pada APBN tahun 2017.

B. Perekonomian Indonesia dan Anggaran Pendapatan Belanja Negara 2018


Tahun 2018 merupakan tahun keempat dari pelaksanaan program pembangunan
Kabinet Kerja dalam mencapai sasaran-sasaran pembangunan guna mewujudkan
kemakmuran dan keadilan sosial bagi rakyat Indonesia. Pemerintah merespon tahun
2018 ini melalui penetapan tema kebijakan fiskal yakni “Pemantapan Pengelolaan
Fiskal untuk Mengakselerasi Pertumbuhan yang Berkeadilan”.

 Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2018 :


APBN tahun 2018 disusun dengan mempertimbangkan dinamika perekonomian
global maupun domestik, yang tercermin dari asumsi dasar ekonomi makro
sebagai berikut.

1. Tingkat Inflasi Tahun 2018


Laju inflasi Indonesia pada 2018 melambat ketimbang tahun sebelumnya.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan laju inflasi
tahunan pada Desember 2018 sebesar 3,04%. Inflasi pada Desember akan
sama dengan inflasi sepanjang tahun kalender.

4
Sayangnya laporan BPS menunjukkan inflasi Desember 2018 tercatat
0,62%. Dengan angka tersebut, inflasi 2018 tercatat 3,13%. Walaupun di atas
ekspektasi pasar, namun angka inflasi secara keseluruhan termasuk baik.
Tingkat inflasi ini cukup terkendali dan sesuai dengan prediksi awal tahun
dalam APBN 2018 dan proyeksi Bank Indonesia (BI).

Dalam APBN 2018, inflasi dapat terkendali dalam kisaran 3,5% sedangkan
Bank Indonesia memproyeksikan 2,5%-4,5% atau 3,5 plus minus 1 persen. BI
sendiri mengaku terus konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat
koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun
daerah, guna memastikan inflasi tetap rendah dan stabil, yang pada 2019
diprakirakan berada dalam sasaran inflasi sebesar 3,5±1%. 

Berikut ini merupakan data inflasi pada tahun 2018 oleh Bank Indonesia :

Bulan Tingkat Inflasi


Januari 3,25%
Februari 3,18%
Maret 3,40%
April 3,41%
Mei 3,23%
Juni 3,12%
Juli 3,18%
Agustus 3,20%
September 3,88%
Oktober 3,16%
November 3,23%
Desember 3,13%

2. Tingkat Suku Bunga Perbendaharaan Negara Tahun 2018

Pada tahun 2018 DPR RI telah menyepakati bahwa  suku bunga surat
perbendaharaan negara (SPN) tiga bulan yang menjadi 5,2%.  Beberapa
variabel asumsi dasar ekonomi makro yang akan berdampak positif terhadap
postur RAPBN tahun 2018 adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi, infasi,
nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, ICP, serta kenaikan lifting
minyak dan gas bumi.
Sebaliknya, variabel asumsi dasar ekonomi makro yang akan berdampak
negatif terhadap postur APBN adalah kenaikan tingkat suku bunga SPN 3
bulan. Perubahan tingkat suku bunga SPN 3 bulan hanya akan berdampak
pada sisi belanja negara, terutama pembayaran bunga utang sehingga akan
menambah defisit APBN. Berdasarkan dampak perubahan dasar asumsi
makro RAPBN 2018, tiap rupiah melemah Rp 100, akan menambah

5
pendapatan negara Rp 3,8 triliun hingga 5,1 triliun. Belanja negaranya juga
akan bertambah Rp 2,5 triliun hingga Rp 3,1 triliun.
Hal ini juga akan membuat surplus anggaran bertambah Rp 1,3 triliun
sampai Rp 1,9 triliun. Adapun pembiayaan akan berkurang Rp 0,2 triliun
hingga Rp 0,1 triliun Sementara, tiap SPN naik 1%, akan menambah belanja
negara Rp 1,4 hingga Rp 2,4 triliun. Defisit anggaran juga akan bertambah Rp
2,4 triliun hingga Rp 1,4 triliun.

3. Nilai Tukar Rupiah Tahun 2018

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih dalam
posisi melemah sejak awal tahun. Depresiasi rupiah sejak awal 2018 tercatat
6,38%. Bank Indonesia (BI) mengungkapkan tekanan terhadap rupiah kembali
meningkat seiring kuatnya ketidakpastian pasar keuangan global. Hal ini
memicu penguatan dolar AS secara meluas.

Jika melihat rata-rata nilai tukar rupiah 18 tahun ke


belakang, tahun ini memang pelemahan rupiah cukup dalam. Bahkan
ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri mengatakan rata-rata nilai tukar
rupiah merupakan yang terendah sepanjang sejarah di tahun ini.

Bank Indonesia mengumumka penutupan per 31 Desember 2018 rupiah


berada dilevel Rp 14.385 per dollar Amerika Serikat (AS). Melihat kondisi
global selama 2018, rupiah terkena imbasnya. Rupiah terteka paling kuat pada
Oktober 2018, saat itu rupiah tembus disekitr level Rp 15.300.

Berdasarkan data di situs Bank Indonesia, sejak 2001 nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS jika menggunakan kurs tengah BI paling kuat berada di Rp
8.573/US$ pada 2003. Nilai rupiah terhadap dolar AS rata-rata tiap tahun
bergerak volatil dan memang pada 2018 tercatat yang terlemah.

4. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2018

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2018 mencapai 5,17 persen.


Angka itu lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada 2017 dan
2016 yang hanya mencapai 5,07% dan 5,03%. Perekonomian Indonesia pada
2018 diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga
berlaku mencapai Rp14 837,4 triliun dan PDB Perkapita mencapai Rp56,0
Juta atau 3.927 dolar AS. Perekonomian Indonesia pada 2018 ditopang oleh
pertumbuhan industri pengolahan sebesar 0,91 persen, lalu sektor
perdagangan 0,66 persen, konstruksi 0,61 persen, pertanian 0,49 persen dan
gabungan sektor lainnya 2,50 persen.

Seluruh sumber pertumbuhan pada 2018, mengalami peningkatan dari


tahun sebelumnya, kecuali sektor konstruksi dan pertanian yang melambat
dibanding kondisi pada 2017. Mengenai pola pertumbuhan ekonomi pada
2018, Suhariyanto mengatakan hal itu masih dipengaruhi oleh pencapaian di
6
kuartal III dan IV. Namun, perkembangan ekonomi di kuartal IV membawa
pengaruh terbesar. Pasalnya, penyerapan anggaran pemerintah masih
menumpuk di akhir tahun. Suhariyanto mencatat pertumbuhan konsumsi
pemerintah pada kuartal IV 4 terhadap kuartal III 2018 mencapai 37,72
persen. Sedangkan laju pertumbuhan konsumsi pemerintah pada kuartal III
terhadap kuartal II hanya 6,36%.

5. Harga Minyak Bumi Tahun 2018

Rata-rata harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price


(ICP) mulai Januari hingga Desember 2018 berdasarkan perhitungan Formula
ICP mencapai US$67,47 per barel. Angka ini lebih tinggi dibandingkan
periode yang sama tahun 2017 yang mencapai US$51,19 per barel. Sedangkan
rata-rata ICP SLC pada Januari hingga Desember 2018 sebesar US$ 68,20 per
barel. Pada periode yang sama, rata-rata ICP SLC tahun 2017 sebesar US$
51,98 per barel.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kamis


(10/12), ICP tertinggi mencapai US$ 77,56 per barel di bulan Oktober.
Tingginya harga minyak ini, antara lain berdasarkan publikasi International
Energy Agency (IEA) bulan Oktober 2018, terdapat penurunan produksi
minyak dunia sebesar 40 ribu barel per hari menjadi 100,30 juta barel per hari
dibandingkan bulan sebelumnya yang dipengaruhi oleh penurunan produksi
dari negara-negara Non-OPEC. Selain  itu, Energy Information
Administration (EIA) melaporkan stok distillate, stok gasoline dan produksi
minyak mentah Amerika Serikat (AS) pada bulan Oktober 2018 lebih rendah
dibandingkan stok distillate, stok gasoline dan produksi minyak mentah AS
pada akhir bulan September 2018.

Sedangkan rata-rata ICP terendah tahun 2018 terjadi di bulan Desember


2018 sebesar US$ 54,81 per barel. Penurunan harga minyak ini disebabkan
beberapa faktor, antara lain berdasarkan publikasi International Energy
Agency (IEA) bulan Desember 2018 bahwa produksi minyak mentah OPEC
di bulan November 2018 mengalami peningkatan sebesar 100 ribu barel per
hari dibandingkan bulan sebelumnya dan proyeksi pasokan minyak mentah
negara-negara Non-OPEC di kuartal 4 tahun 2018 meningkat sebesar 180 ribu
barel per hari  menjadi 61,2 juta barel per hari dibandingkan proyeksi bulan
sebelumnya.

Faktor lainnya adalah publikasi OPEC bulan Desember 2018 bahwa


produksi minyak mentah non-OPEC di bulan November 2018 mengalami
peningkatan sebesar 440 ribu barel per hari dibandingkan bulan sebelumnya.

7
Besaran indikator ekonomi makro tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari luar
(global) maupun dalam negeri (domestik). Pengaruh faktor global diantaranya harga komoditas
yang masih lemah, perdagangan dunia meningkat namun masih dibayangi isu proteksionisme
dan perlambatan tingkat permintaan dari Tiongkok, Uni Eropa dan Jepang, serta ketegangan geo
politik di Timur Tengah dan Asia.

Pengaruh dari faktor domestik, yaitu tingkat kepercayaan dan daya beli masyarakat,
keyakinan pelaku usaha, peningkatan peran swasta melalui kredit investasi dan investasi
langsung, perbaikan neraca pembayaran serta penguatan cadangan devisa.

8
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kemenkeu.go.id/apbn2017
https://www.kemenkeu.go.id/apbn2018
https://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan-tahunan/perekonomian/Pages/LPI_2017.aspx
https://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan-tahunan/perekonomian/Pages/LPI_2018.aspx
https://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/Default.aspx

Anda mungkin juga menyukai