Anda di halaman 1dari 4

NAMA : NADIYAH KHOIRUNNISA

NIM : 2283160026

REVIEW JURNAL INTERNASIONAL

(VOCATIONAL HIGH SCHOOL TEACHER’S EFFORTS IN EQUIPPING


GRADUATES WITH SOFT SKILLS BASED ON WORK DEMANDS)

Pendidikan vokasional adalah salah satu pendidikan formal yang ada di


Indonesia. Byram & Wenrich menyatakan bahwa pendidikan kejuruan
mengajarkan seseorang tentang bagaimana cara bekerja secara efektif. Evans &
Edwin juga mengatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah bagian dari
pendidikan yang membuat seorang individu lebih mudah dalam mengerjakan
pekerjaan kelompoknya daripada pekerjaan yang lain.

Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang menyediakan suatu


pengalaman, rangsangan visual, kesadaran afektif, informasi kognitif atau
keterampilan psikomotorik. Dan itu dapat meningkatkan suatu proses
pengembangan kejuruan, mengeksplorasi, membangun dan mempertahankan diri
dalam dunia kerja.

Sebagaimana tercantum dalam rencana strategis Direktorat Pelatihan


Sekolah Menengah dan Kejuruan tahun 2015 sampai 2019. Pemerintah direktorat
pelatihan sekolah menengah kejuruan bertanggung jawab untuk dapat
mengembangkan manusia yang berkualitas. Hal ini didasarkan pada kebijakan
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan perbandingan yang menetapkan rasio
sekolah menengah kejuruan dan ssenior sekolah tinggi yaitu sebesar 70:30.

Ada beberapa point yang lemah dalam pengoperasian sekolah pendidikan


kejuruan, yaitu seperti hanya fokus pada persiapan siswa untuk menjadi pekerja
daripada menjadi pengusaha. Lalu, lambatnya dalam proses menanggapi
permintaan ekonomi dan tidak cocok dengan tuntutan di tempat kerja dan tidak
member jaminan bahwa siswa mampu terstandarisasiberdasarkan program studi
mereka.

Lulusan pendidikan kejuruan yang baik adalah seoran yang memiliki


keterampilan kerja, atau keterampilan dalam melakukan suatu pekerjaan.
Keterampilan kerja adalah aset prestasi, pengertian dan sikapataupun kualitas
pribadi yang daapat menandai bahwa individu mempunyai potensi lebih dan bias
mendapatkan pekerjaan yang diinginkan dan dapat menjadi sukses dalam pilihan
karir yang dijalani.

Soft skills yang harus dimiliki oleh seorang lulusan adalah sebagai berikut :

1. Penyelesaian masalah
2. Analisis dan Sintesis
3. Kritik otonom
4. Komunikasi yang efektif
5. Pembelajaran jangka panjang
6. Kerja tim
7. Inisiatif, dan
8. Organisasi dan perencanaan

Lulusan sekolah menengah kejuruan seharusnya tidak hanya dipersiapkan


untuk dapat memiliki hard skills, namum harus dapat memiliki soft skills. Karena
itulah beberapa industri membutuhkan lulusan yang memiliki hard skills dan soft
skills.

Yang dimaksud dengan hard skills adalah keterampilan yang dibutuhkan


berdasarkan bidang pekerjaan, sedangkan soft skills adalah keterampilan yang
diperlukan untuk mendukung etos pekerja dalam pelaksanaan tugasnya. Ironisnya
sekolah menengah kejuruan tersebut lebih fokus pada aspek keterampilan yang
keras dan pengetahuan yang keras. Namun, rasio belajar untuk soft skills sendiri
masih sangat kurang. Bahkan bidang kerja yang dilakukan lebih memprioritaskan
hard skills daripada soft skills.
Pada era globalisasi saat ini, kriteria pekerja yang diperlukan adalah
sumber daya manusia yang dapat menyeimbangkan keterampilan keras dan
keterampilan lunak. Lulusan sekolah menengah kejuruan tidak seharusnya hanya
menguasai hard skills, tetapi harus juga dapat menguasai soft skills. Aspek-aspek
pendukung soft skills diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Kerja tim
2. Komunikasi, dan
3. Sifat kecerdasan emosional.

Faktor yang membuat seseorang dapat bertahan hidup dalam bidang


kerjanya adalah, 80% ditentukan pola pikirnya dan 20% ditentukan oleh
keterampilan teknis. Pekerjaan dalam bidang bisnis maupun dalam bidang industri
cenderung mempekerjakan lulusan yang memiliki akal sehat, etos kerja positif
serta kemampuan dalam memiliki komunikasi yang baik.

Proses dalam belajar mengajar juga dapat memicu partisipasi siswa dalam
menarik minat siswa, perhatian siswa dan mendorong motivasi siswa dalam
menerapkan prinsip belajar mandiri. Dan media pembelajaran adalah salah satu
media yang efektif untuk dapat meningkatkan soft skills siswa di pendidikan
kejuruan.

Penelitian yang digunakan pada jurnal ini adalah penelitian deskriptif


kuantitatif. Populasi peneltian yang dilakukan termasuk pada SMK di Yogyakarta,
yaitu sekolah yang memiliki program studi konstruksi bangunan. Sampel
penelitian diambil dari lima sekolah menengah kejuruan di Indonesia. Terdapat
152 guru sebagai responden penelitian.

Terdapat 50b item pertanyaan untuk identifikasi tingkat inttegrasi elemen


soft skills. Skor tertinggi yang dihasilkan adalah 200, sedangkan skor terendahnya
adalah 145. Kecenderungan sentral terdiri dari rata-rata (M), median (Me), modus
(Mo) dan standar deviasi (SD).
Berdasarkan analisis data dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan
bahwa tingkat integrasi kemampuan komunikatif sudah sepenuhnya terintegrasi.
Dan tingkat integrasi kemampuan dalam pemecahan masalah sebagian besar juga
sudah sepenuhnya terintegrasi.

Anda mungkin juga menyukai